Anda di halaman 1dari 55

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAK
A. Konsep Teori
B. Kerangka Teori
C. Keaslian Penelitian
D. Variabel Penelitian
E. Definisi Operasional
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
B. Populasi Dan Sampel Penelitian
C. Waktu Penelitian Dan Tempat Penelitian
D. Instrument Alat Pengumpulan Data
E. Validitas Dan Reabilitas
F. Prosedur Pengumpulan
G. Rencana Analisis Data
H. Pengolah data
I. Etika Penelitian
J. Jadwal penelitian
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah.


Tekanan darah tinggi didefinisikan sebagai tekanan darah melebihi 130/80
(mmHg), (American Heart Association, 2017). Hipertensi merupakan
penyakit yang tidak menular (PTM) yang perlu mendapat perhatian.
Hipertensi menjadi salah satu penyakit yang paling banyak dimiliki oleh
orang di dunia. World Health Organization (WHO) pada tahun 2015
menyebutkan bahwa sekitar 1,13 Miliar orang di dunia mengalami hipertensi,
artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Kejadian hipertensi
kian meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2025 diperkirakan akan ada 1,5
Miliar orang yang terkena hipertensi, dan 9,4 juta orang meninggal akibat
hipertensi dan komplikasinya (WHO, 2015).

Hipertensi di Indonesia merupakan penyakit yang menjadi nomor tiga


penyebab kematian saat ini sebanyak 8.8% dari jumlah penduduk Indonesia
sudah terdiagnosis hipertensi oleh dokter dan dirprediksi akan meningkat
25,8% pada tahun 2025 (Riskesdas, 2018). Prevelensi hipertensi di
Kalimantan Barat juga sangat memprihatinkan bahwa hipertensi masuk
kedalam peringkat tiga besar dengan kata lain sebanyak 8.16% dari jumlah
penduduk di Provinsi Kalimantan Barat sudah terdiagnosis hipertensi oleh
dokter dengan Kota Pontianak sebagai kota tertinggi ke dua setelah
singkawang dengan 9.52% dari jumlah penduduk Kota Pontianak sudah
terdiagnosis Hipertesi (Riskesdas, 2018). Terdapat beberapa faktor yang
memengaruhi kejadian hipertensi salah satunya adalah usia sehingga lansia
akan lebih berisiko menglami hipertensi (Hastuti, 2018)

Lansia merupakan kondisi umur seseorang 60 tahun keatas, lansia dapat


diklasifikasi lansiamenjadi empat bagian, yaitu middle age (45-59 tahun),
elderly (60-74 tahun), old (75-89 tahun), dan very old (>90 tahun) ( Sarida,
2020). Lansia bukan suatu penyakit, namun tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dari stress lingkungan (Hatiningsih, 2021). Resiko hipertensi
akan meningkat seiring bertambahnya usia. Hal ini terjadi karena adanya
perubahan fisiologis sistem peredaran darah terutama pada pembuluh
darah arteri. Pembuluh darah mengalami penurunan elastisitas dan
kemampuan memompa jantung harus lebih keras sehingga terjadi
hipertensi sehingga perlu menjaga pola makan dan jenis makanan yang harus
di konsumsi oleh lansia (Sanja, 2019). Hasil penelitian Lase, (2021)
Seseorang yang telah menginjakkan umur 50-64 tahun setidaknya
membutuhkan 2325 Kkal, hal ini bisa didapatkan lansia dari sumber makanan
seperti karbohidrat, protein yang harus ada dalam menu makanan lansia
namun pemilihan jenis makanan harus tepat karena terdapat makanan yang
harus dibatasi bahkan dihindari oleh lansia.
Jenis makanan yang harus dihindari oleh lansia untuk mengontrol
hipertensi atau mencegah terjadinya hipertensi adalah berusaha mengurangi
atau bahkan menghindari makanan yang mengandung tinggi natrium hal ini
dikarenakan makanan yang tinggi natrium akan meningkatkan kerja jantung
sehingga akan meningkatkan tekanan darah, selain itu makanan tinggi lemah
senantiasa juga harus dihindari oleh penderita maupun lansia yang tidak
mengalami hipertensi (Pikir, dkk 2015). Hasil penelitian Sitorus (2019)
bahwa asupan lemak serta garam yang berlebihan pada lansia akan
berpengaruh pada tekanan darah pada lansia pasien rawat jalan di pasien
rawat jalandi Rsu Hkbp Balige. Hasil penelitian Kadir, (2019) bahwa terdapat
hubungan antara pola makan lansia dengan kejadian hipertensi pada lansia.
Hasil penelitian Wijaya (2020) mengatakan bahwa asupan lemak, garam serta
merokok pada lansia dapat menyebabkan hipertensi, sehingga pentingnya
menjaga pola makan pada lansia yang menglami hipertensi dalam rangka
mengontrol tekanan darah pada lansia.
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi pola makan pada lansia
salah satunya adalah tingkat pengetahuan lansia terhadap pola makan yang
harus di konsumsinya sehari-hari. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Pratiwi, (2021) bahwa terdapat hubungan pengetahuan dengan diet pada
lansia untuk mencegah terjadinya hipertensi pada lansia, sehingga penting
untuk memperhatikan tingkat pengetahuan lansia serta keluarga terkait
dengan pola makan lansia. Kumalasary (2021) mengatakan bahwa terdapat
korelasi antara pengetahuan dengan kejadian hipertensi pada lansia hal ini
dapat terjadi karena pola hidup lansia yang kurang baik.
Pengetahuan lansia ini juga akan terintegrasi akan memengaruhi sikap
lansia dalam memilih jenis makanan serta aktivitas yang dapat mecegah
terjadinya hipertensi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Purnamasari,
(2021) bahwa terdapat korelasi yang sangat kuat tehadap sikap lansia dengan
kejadian hipertensi pada lansia. Prowoto, (2020) bahwa terdapat 96% lansia
yang mengalami hipertensi yang memiliki pengetahuan dan sikap yang
kurang yang berdampak pada perawatan hipertensi secara mandiri dari hasil
studi pendahuluan diwilayah kerja Puskesmas Siantan sendiri sebanyak 92
keluarga dengan hipertensi. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis
tertarik melakukan penelitian tentang “Bagaimanakah Gambaran
Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Tentang Pola Makan Lansia Dengan
Hipertensi di Puskemas Siantan Tengah Pontianak Utara”.
B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis


tertarik melakukan penelitian bagaimanakah “Gambaran Tingkat
Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Tentang Pola Makan Lansia Dengan
Hipertensi di Puskemas Siantan Tengah Pontianak Utara ?”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi gambaran pengetahuan dan sikap keluargaterhadap
pola makan lansia yang mengalami hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasi karakteristik responden lansia meliputi usia, jenis
kelamin dan riwayat hipertensi pada keluarga lansia yang mengalami
hipertensi.
b. Teridentifikasi tingkat pengetahahuan keluarga tentang pola makan
lansia dengan hipertensi di Puskesmas Siantan Tengah Pontinak Utara.
c. Teridentifikasi sikap keluarga tentang pola makan lansia dengan
hipertensi di Puskesmas Siantan Tengah Pontinak Utara.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa
pihak,yaitu:
1. Bagi Instansi Kesehatan ( Puskesmas Siantan Tengah)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
pihak Puskesmas mengenai frekuensi konsumsi makanan pada keluarga
dan lansia yang mengalami hipertensi
2. Bagi Institusi pendidikan (Stik Muhammadiyah Pontianak)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada
mahasiswa Stik Muhammadiyah Pontianak mengenai pola konsumsi pada
lansia penderita hipertensi dan menjadikan acuan dalam memberikan
intervensi kepada lansia dan keluarga yang mengalami hipertensi
3. Bagi Peneliti lain
Hasill penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan
untuk penelitian lain dalam melakukan penelitian yang berhubungan
dengan pola makan lansia pada penderita hipertensi
4. Bagi Peneliti
penelitian ini dapat menjadikan pengalaman melakukan penelitian
kuantitatif di bidang keperawatan khususnya pada poala makan lansia dan
keluarga yang mengalami hipertensi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini peneliti mencantumkan beberapa point yang terkait dengan
kelengkapan proposal penelitian seperti, konsep teori, keaslian penelitian,
kerangka teori, variabel penelitian serta definisi operasional.
A. Konsep Teori
1. Hipertensi
a. Pengertian Hipertensi
Tekanan darah merupakan gaya yang disalurkan oleh darah ke
dinding pembuluh darah dan menimbulkan desakan darah terhadap
dinding arteri ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan,
besar tekanan bervariasi tergantung pada pembuluh darah dan denyut
jantung (Hasnawati, 2021). Tekanan darah paling tinggi terjadi jika
ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling rendah jika
ventrikel berelaksasi (tekanan diastolic) (Hasnawati, 2021). Seseorang
dikatakan hipertensi jika sudah melakukan pengukuran dan nilai
tekanan darah nya tetap tinggi yaitu nilai sistolik ≥ 130 mmHg atau
diastolic ≥ 80 mmHg (American Heart Association, 2017).
Hipertensi sangat sering tanpa gejala, sehingga baru disadari
apabila telah terjadi gangguan organ seperti gangguan fungsi
kardiovaskular atau stroke (Savitri., dkk, 2021). Hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik
di atas 130 mmHg dan tekanan darah diastolic diatas 80 mmHg
(Hasnawati, 2021). Jadi, dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah
suatu keadaan tekanan darah yang sudah melebihi 130 mmHg sistolik
dan melebihi 80 mmHg diastolic (Manuntung, 2018)
b. Etiologi Hipertensi
1) Hipertensi primer atau essential hypertension atau idiopathic,
etiologi atau penyebab tidak diketahui secara pastinya, tapi ada
beberapa macam faktor yang dapat dikaitkan sebagai faktor
yang berperan dalam kejadian hipertensi primer, faktor ini
dinamakan faktor resiko (risk factor)
2) Hipertensi sekunder atau hipertensi yang disebabkan karena
adanya penyakit lain yang juga disebabkan karena adanya
penyakit lain, contohnya karena penyakit diabetes atau penyakit
ginjal (Savitri, Elisabeth & Sius, 2021).

c. Faktor Resiko Hipertensi


Menurut Budi, dkk (2015) faktor risiko hipertensi ada dua yaitu
yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi yaitu :
1) Tidak dapat dimodifikasi
a) Jenis kelamin
Hipertensi berkaitan dengan jenis kelamin laki-laki dan
usia. Namun, pada usia tua risiko hipertensi meningkat
tajam pada perempuan dibandingkan laki-laki.
b) Usia
Tekanan darah sistolik meningkat progresif sesuai usia
dan orang lanjut usia dengan hipertensi merupakan resiko
besar untuk penyakit kardiovaskular.
c) Genetik
Hipertensi pada orang yang mempunyai riwayat
hipertensi dalam keluarga sekitar 15-35%. Hipertensi dapat
disebabkan mutasi gen tunggal,
2) Dapat dimodifikasi
a) Pendidikan
Hipertensi berhubungan terbalik dengan tingat edukasi,
orang berpendidikan tinggi mempunyai informasi kesehatan
termasuk hipertensi dan lebih mudah menerima gaya hidup
sehat seperti diet sehat, olahraga, dan memelihara berat
badan ideal.
b) Obesitas
Obesitas terjadi pada 64% pasien hipertensi. Lemak
badan mempengaruhi kenaikan tekanan darah dan
hipertensi. Obesitas atau kegemukan merupakan salah satu
faktor risiko yang dapat meningkatkan tekanan darah,
dikarenakan semakin meningkatnya berat badan seseorang
maka semakin meningkat juga jumlah lemak dalam tubuh
(Kartika et al., 2021)
c) Rokok
Rokok menghasilkan nikotin dan karbon monoksida,
suatu vasokonstriktor poten menyebabkan hipertensi.
Merokok meningkatkan tekanan darah juga melalui
peningkatan norepinefrin plasma dari saraf simpatetik. Zat-
zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida
yang dihisap melalui rokok akan memasuki sirkulasi darah
dan merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, zat
tersebut mengakibatkan proses artereosklerosis dan tekanan
darah tinggi (Kartika et al., 2021)
d) Kopi (kafein)
Kopi merupakan minuman yang dapat meningkatkan
secara akut tekanan darah dengan memblok reseptor
vasodilatasi adenosine dan meningkatkan norepinefrin
plasma, meminum dua sampai tiga cangkir kopi dapat
meningkatkan tekanan darah secara akut.
e) Stress mental
Stressor merupakan stimuli instrinsik atau ekstrinsik
yang menyebabkan gangguan fisiologi dan psikologi, dan
dapat membahayakan kesehatan. Stress atau ketegangan
jiwa dapat merangsang kelenjar anak ginjal lalu melepas
hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih
cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah meningkat
(Kartika et al., 2021)
d. Klasifikasi Hipertensi
Menurut (Savitri, Elisabeth & Sius, 2021) klasifikasi hipertensi
dibagi menjadi 4 yaitu :
Klasifikasi Sistolik Diastolic
Normal <120 mmHg <80 mmHg
Pre- 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hypertension
High Stage 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
High Stage 2 160 mmHg atau lebih 100 mmHg atau lebih

e. Patofisiologi Hipertensi
Sangat banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang
mengalami peningkatan tekanan sistol atau diastole, tetapi sebenarnya
tekanan ini terjadi akibat peningkatan tahanan perifer total tubuh dan
peningkatan cardiac output/ curah jantung (Kadir, 2016)
Regulasi tekanan darah pada hipertensi dihasilkan dari beberapa
penyebab, kontrol tekanan darah meliputi interaksi yang komplek dari
ginjal, sususan saraf pusat dan sistem saraf perofer dan endotel
vaskuler, adrenal dan kelenjar pituitari serta jumlah nefron yang
sedikit memungkinkan terjadinya hipertensi seperti pada berat badan
lahir rendah atau gangguan anatomi, jantung merupakan organ yang
merespon terhadap sistem ini, Genetik pada manusia juga mempunyai
prediposisi untuk menjadi hipertensi, ketidakseimbangan sistem ini
yang memodulasi tekanan darah (Suherman, 2018).
f. Dampak Hipertensi
Menurut (Lingga, 2012) dampak yang akan ditimbulkan dari
penyakit serius atau hipertensi, yaitu :
1) Kerusakan ginjal
Tekanan darah dipengaruhi oleh senyawa kimia yang
dihasilkan oleh ginjal yaitu angiostin, dimana saat tekanan darah
tidak terkendali menyebabkan produksi angiostin melonjak tajam
sehingga ginjal kelelahan dan akhirnya mengalami kerusakan.
Kerusakan yang berlebihan ditandai dengan beberapa gejala seperti
keringat berlebihan, kram otot, letih, sering berkemih, serta denyut
jantung menjadi cepat dan tidak teratur.
2) Serangan Jantung
Kondisi ini terjadi saat arteri gagal bekerja, sehingga jantung
berdetak cepat agar dapat memompa darah lebih banyak, tetapi
arteri tidak dapat diajak kerja sama karena rusak atau hilangnya
elastisitasnya. Arteri tersebut gagal menyuplai darah yang kaya
akan oksigen ke jantung dan otak sehingga memicu peningkatan
tekanan darah
3) Stroke
Hipertensi adalah resiko mayor penyebab stroke. Stroke
iskemik dan stroke hemoragik dapat disebabkan oleh hipertensi,
seorang penderita hipertensi beresiko tinggi untuk mengalami
stroke. Maka dari itu untuk mencegah stroke adalah menjaga
kestabilan tekanan darah
g. Penatalaksanaan Hipertensi
Menurut (Aspiani, Reny, 2014) penatalaksanaan dari hipertensi
antara lain :
1) Penatalaksanaan Farmakologi atau Medis
a) Diuretic : Chlorthalidon, Hydromox, Lasix, Aldactone,
Dyrenium. Diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme
untuk mengurangi curah jantung dengan mendorong ginjal
meningkatkan ereksi garam dan airnya
b) Penyekatan saluran kalsium untuk menurunkan kontraksi
otot polos jantung atau arteri. Sebagian penyekat saluran
kalsium bersifat lebih spesifik untuk saluran lambat kalsium
otot jantung dan sebagian yang lain lebih spesifik untuk
saluran kalsium otot polos vascular. Dengan begitu,
berbagai penyekatan kalsium memiliki kemampuan yang
berbeda-beda dalam menurunkan kecepaan denyut jantung,
volume sekuncup
c) Penghambat enzim mengubah angiotensin 2 atau inhibitor
ACE berfungsi untutk menurunkan angiotensin 2 dengan
menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah
angiotensin 1 menjadi angiotensin 2. Kondisi ini
menurunkan darah secara langsung dengan menurunkan
TPR, dan secara tidak langsung dengan menurunkan sekresi
aldosterone, yang akhirnya meningkatkan pengeluaran
natrium pada urin kemudian menurunkan volume plasma
dan curah jantung
d) Antagonis (penyekat) reseptor beta (β-blocker), terutama
penyekat selektif, bekerja pada reseptor beta di jantung
untuk menurunkan kecepatan denyut dan curah jantung
e) Antagonis reseptor alfa (β-blocker) menghambat reseptor
alfa di otot polos vascular yang secara normal berespon
terhadap rangsangan saraf simpatis dengan vasokontiksi.
Hal ini akan menurunkan TPR
f) Vasodilator arterior langsung dapat digunakan untuk
menurunkan TPR. Misalnya, Natrium, Nitroprusida,
Nikardipin, Hidralazin, Nitrogliserin, dll
2) Penatalaksanaan Non Farmakologi
a) Pengaturan diet
Diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah
pada penderita hipertensi. Dengan mengurangi garam hal
ini dapat mengurangi stimulasi system renin-angiotensin
sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah
intake sodium yang dianjurkan adalah 50-100 mmol atau
setara dengan 3-6 gram perhari
b) Penurunan berat badan
Penurunan berat badan dapat mengurangi tekanan darah
karena kemungkinan mengurangi beban kerja jantung dan
volume sekuncup juga berkurang.
c) Olahraga
Olahraga yang teratur selama 30 menit sebanyak 3-4
kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk
menurunkan tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar
HDL, yang dapat mengurangi tebentuknya aterosklerosis
akibat hipertensi.
d) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alcohol,
penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi
karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke
berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.
2. Pola Makan
a. Definisi
Pola hidup sehat dan pola makan sehat merupakan pilihan
tepat untuk menjaga diri terbebas dari hipertensi. Semuanya dilakukan
secara terus menerus, tidak boleh temporer. Sekali lengah menjaga diri
dengan tidak mengikuti pola hidup sehat, dipastikan akan mudah
terkena hipertensi. Jenis makanan yang menyebabkan hipertensi yaitu
makanan yang siap saji yang mengandung pengawet, kadar garam yang
terlalu tinggi dalam makanan, kelebihan konsumsi lemak (Susilo,
2012).
b. Faktor yang mempengaruhi

1) Faktorekonomi, variabel ekonomi yang cukup dominan dalam


mempengaruhi kosumsi pangan adalah pendapatan keluarga dan
harga. Meningkatnya pendapatan akan meningkatkan peluang
untuk membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang lebih
baik, sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan
menurunnya daya beli pangan baik secara kualitas maupun
kuantitas.
2) Faktor sosial budaya, kebudayaan suatu masyarakat mempunyai
kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi seseorang dalam
memilih dan mengolah pangan yang akan dikonsumsi. Kebudayaan
menuntun orang dalam cara bertingkah laku dan memenuhi
kebutuhan dasar biologinya, termasuk kebutuhan terhadap pangan.
Dalam hal ini sikap terhadap makanan, masih banyak terdapat
pantangan, tahayul, tabu dalam masyarakat menyebabkan
konsumsi makanan menjadi rendah.
3) Agama pantangan yang didasari agama, khususnya Islam disebut
haram dan individu yang melanggar hukumnya berdosa. Konsep
halal dan haram sangat mempengaruhi pemilihan bahan makanan
yang akan dikosumsi. Kebanyakan kelompok agama juga
mempunyai larangan tertentu atas penggunakan jenis makanan
tertentu.Karena menganggap makanan yang dilarang tersebut
berbahaya bagi kesehatan
4) Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan pengetahuan,
akan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan
pemenuhan kebutuhan gizi. Tingkat pendidikan formal merupakan
faktor yang ikut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap
dan menekuni pengetahuan yang diperoleh.Pendidikan merupakan
faktor tidak langsung yang memengaruhi status gizi (Soekirman,
2016).
5) Lingkungan, cukup besar pengaruhnya terhadap pembentukan
perilaku makan. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa
lingkungan keluarga, sekolah, serta adanya promosi melalui media
elektronik maupun cetak. Kebiasaan makan dalam keluarga.
3. Lansia
a. Definisi lansia
Lansia merupakan seseorang yang berusia lebih dari 60 tahun
dan mengalami perubahan anatomis, fisiologis,biokimia pada tubuh
sehingga berdampak pada fungsi dan kemampuan tubuh secara
keseluruhan (Yenni,2021). Pemerintah indonesia telah menetapkan
bahwa seseorang telah dikatakan sebagai lansia jika memiliki usia di
atas 60 tahun. Sedangkan WHO sendiri membagi lansia menjadi
beberapa kategori utama, pertama kategori middle age dengan usia 65
tahun, kategori junior old age dengan rentan usia 65-75 tahun, kategori
old age dengan rentan 75-90 tahun dan kategori very logivity old age
dengan usia di atas 90 tahun. Lansia atau lanjut usia merupakan
kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari
fase kehidupannya. Secara alamiah semua orang akan mengalami
proses mejadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang
terakhir dari kehidupannya. proses menua merupakan suatu proses
alami yang dapat dicegah dan merupakan hal yang wajar di alami oleh
orang yang di beri karunia umur panjang, dimana semua orang akan
menjalani hidup dengan tenang (Mia fatma, 2018)
Populasi lansia diprediksi terus mengalami peningkatan baik
secara global, lingkup asia maupun indonesia, dari tahun 2015 sudah
memasuki era penduduk menua ( ageing population) karena jumlah
penduduknya yang berusia 60 tahun keatas melebihi angka 7%. Hal ini
menunjukkan tinggi rata –rata usia harapan hidup (UHH), tingginya
UHH merupakan salah satu indikator keberhasilan pencapaian
pembangunana nasional terutama di bidang kesehatan ( Mia
fatma,2018).
b. Batasan umur
Batasan umur di indonesia menurut UU no 13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2
tentang kesejahteraan lanjut usia dikatakan bahwa lansia adalah
seseorang yang telah mencapai batasan usia 60 tahun ke atas baik pria
atau wanita (Ningrat, 2020)
c. Masalah masalah lanjut usia
Lansia biasa mengalami penuaan yang bisa mengakibatkan masalah
maslah sebagai berikut.
1) Masalah fisiologi
a). Sistem kardiovaskular
Masalah pada system kardiovaskuler merupakan penyebab
kematian terbesar pada lansia yang berusia di atas 60 tahun.
Masalah yang timbul biasanya pada sytem kardivaskuler adalah
elastisitas dinding aorta menurun, antrofi menurun, lemak sub
endod menurun, katup – katup jantung mudah fibrosis dan kaku,
penurunan denyut jantung, cardiac aoutput menurun, respon baru
reseptor menurun ( Padila 2015)
b). sistem muskuloskeletal
Gejala yang timbul akibat masalah muskuloskeletal mengalami
penurunan kekuatan otot, sel otot yang mati di gantikan oleh
jaringan ikat dan lemak,kekuatan otot ekskremitas bawah
berkurang 40% antara usia 30- 80 tahun (Padila,2015)

c). Sistem indra

Masalah – masalah akibat adanya perubahan pada sistem indra


seperti menurunnya fungsi penglihatan lansia menjadi tidak bisa
melihat suatu objek dengan jelas dan mengalami prebiopi. lansia
juga mnagalami penurunan pada sistem pendengaran, kurang
jelasnya pendengaran bahkan tulidan juga mengalami penurunan
pada indra integument dan peraba, bahkan kulit lansia mengalami
kekeringan , kriput, kasar, dan elastisitas menurun ( Padila, 2015)

d). Sistem genetourinari


Masalah pada sistem genetourinari pada lansia seperti
kurangnya efisiensi ginjal dalam memindahkan kotoran dari
saluran darah, infeksi nya saluran kemih ( Padila 2015)

e). sistem persyarafan

Masalah pada sistem persarafan pada lansia seperti


menurunnya jumlah sel otak yang akan mengakibatkan penurunan
refleks dan juga penurunan kongnitif. Menurunnya serabut saraf
yang akan mengurangi kemampuan koordinasi tubuh lansia, dan
juga akan menurunkan jumlah reseptor yang mengakibatkan
respon motorik dan persepsi terhadap stimulus menurun ( Eni
2018)
2) Masalah sosial
Masalah sosial yang terjadi pada lansia karena kurangnya
rekreasi, mudah jatuh atau terpeleset, kurangnya minat terhadap hal
– hal lain. Biasanya lansia yang merasa dirinya terasingkan, mereka
akan menolak berkomunikasi dan lebih memilih untuk menyendiri
dan kadang emosi yang menjadi pikiran tidak stabil dan kadang
mudah menangis dan emosi ( Sarida,2020)
3) Masalah psikososial
Masalah psikososial yang dialami lansia ingatan jangka
pendek sehingga lansia lebih rentan akan mengalami kepikunan.
Masalah lainnya pada lansia yaitu defresi,, kecemasan, frustasi,
takut akan menghadapi kematian dan takut akan kehilangan orang
lain yang berada disekitanya (Sarida,2020).
4. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dapat terjadi setelah seseorang
mengadakan pengindraan terhadap suatu objek yang diperhatikan.
Pengindraan terhadap suatu objek dapat terjadi melalui anggota panca
indra yang ada ditubuh manusia yakni, penglihatan, perabaan,
pendengaran, penciuman, serta alat indra peraba sendiri. Pengetahuan
merupakan suatu yang sangat penting yang akan membentuk prilaku yang
terbuka open behavior (Donsu, 2017).
Menurut Notoatmodjo, (2013) pengetahuan adalah suatu hasil dari
penginderaan seseorang yang merupakan dari hasil tahu terhadap sebuah
objek yang dimilikinya baik penglihatan, perabaan, pendengaran,
penciuman, serta alat indra peraba, yang di pengaruhi oleh beberapa factor
baik internal maupun eksternal.
a. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan kognitif merupakan dominan yang penting untuk
melakukan tindakan untuk terbentuknya tindakan seseorang
oventbehavior. Dari pengalaman penelitian, karena prilaku yan
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut Notoatmodjo, (2013) yang
menjelaskan tingkat pengtahuan sebagai berikut.
1) Tahu (Know)
Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari seseorang sebelumnya, yang termasuk kedalam
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap
suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang telah dipelajari atau
rangsangan yang pernah diterima seseorang. Oleh sebab itu “tahu”
ini dapat diartikan merupakan tingkat pengetahuan seseorang yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa seseorang tahu
tentang apa yang telah dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan
mengidentifikasi, menanyakan dan sebagainya.
2) Memahami (Comprehention)
Memahami dapat diartikan kemampuan seseorang untuk
menjelaskan secara benar terhadap objek atau materi yang pernah
diketahuinya. Selain itu seseorang juga dapat menginterpretasikan
secara benar. Seseorang yang telah paham terhadap objek atau
materi biasanya dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan apa yang disampaikannya, dan sebagainya terhadap
objek yang pernah dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi adalah suatu kemampuan seseorang untuk
menggunakan materi yang pernah dipelajarinya pada situasi dan
kondisi secara rill (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip,
dan sebagainya, keculi dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan seseorang dalam
menyatakan materi atau suatu objek keadaan komponen tetapi
masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih berkaitan
antara satu dengan yang lain.
5) Sintesis (Syntesis)
Sintesis yang dimaksud adalah untuk menunjukan pada suatu
kemanapun seseorang melaksanakan atau menghubungkan bagian-
bagian didalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan demikian
sentesis merupakan kemampuan seseorang untuk menyusun
Formulasi baru dari formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berhubungan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek yang pernah diterima. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria
yang harus ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang
sudah ada.
b. Cara memperoleh Pengetahuan
Terdapat beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan
menurut Notoadmodjo, (2010) sebagai berikut:
1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
a) Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini telah digunakan orang-orang sebelum kebudayaan,
bahkan digunakan sebelum adanya peradaban. Cara coba salah
ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan ketika
memecahkan sebuah masalah yang dihadapi, ketika
kemungkinan itu tidak berhasil dalam memecahkan sebuah
masalah. Maka dicoba kemungkinan lain sampai masalah itu
berhasil terselesaikan.
b) Cara kekuasaan atau otoritas
Cara mendapatkan pengetahuan dengan cara otoritas ini
dapat dilakukan oleh pemimpin-pemimpin masyarakat jika
secara formal maupun informal, ahli agama, pemegang
pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima
mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai
otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan
kebenarannya baik berdasarkan fakta emperis maupun penalaran
sendiri.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Sebuah pengalaman peribadi seseorang juga dapat
mengambil pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang pernah dialaminya dalam memecahkan
masalah dimasa lalunya.
d) Cara modern dalam memperoleh Pengetahuan
Cara modern biasa juga disebut sebagai penelitian ilmiah
tau yang lebih sering dikenal dengan metodologi penelitian.
Cara ini awalnya dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-
1626), dan kemudian dikembangan oleh Doebold Van Daven.
Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang
dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, (2016) memaparkan beberapa faktor
yang dapat mempengaruhui pengetahuan seseoang sebagai berikut:
1) Pendidikan
Pendidikan sangat mempengaruhi terhadap faktor
pengetahuan, pendidikan berarti bimbingan yang diberikan kepada
seseorang untuk menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan
manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai
keselamatan dan kebahagian selama masa hidup seseorang.
Pendidikan sangat diperlukan baik formal maupun informal, karena
melalui pendidikan inilah informasi bisa didapatkan, misalnya
informasi yang berkaitan dengan hal-hal kesehatan sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup seseorang
2) Umur
Usia juga sangat mempengaruuhi terhadap daya tangkat dan
pola piker seseorang semakin bertamba usia, maka semakin
bertamba pula daya tangkap dan pola pikir seseorang, sehingga
pengetaguan yang diperolehnya semakin membaik. Semakin
banyak informasi yang dijumpai maka semakin banyak hal yang
dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.
3) Pekerjaan
pekerjaan adalah suatu hal yang harus seseorang lakukan
terutama untuk menunjang kehidupannya dan keluarganya.
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan seseorang, tetapi lebih
banyak merupakan cara mencari nafkah yang kadang
membosankan, yang berlangsung dan sering banyak tantangan.
4) Jenis Kelamin
Angka dari luar negeri menunjukan angka kesakitan lebih
tinggi dilakangan wanita dibandingkan dengan pria. Sedangkan
angka kematian lebih tinggi pada pria juga pada semua golongan
umur, untuk Indonesia perlu diperlajari lebih lanjut perbedaan
angka kematian dapat disebabakan oleh faktor intrinsik.
5) Media Massa/ Informasi
Informasi yang didapatkan oleh seseorang baik melalui
Pendidikan formal maupun non formal dapat mempengaruhi
jangka pendek sehingga menghasilkan, perubahan atau
peningkatan pengetahuan. Maju teknologi berimbas pada
banyaknya media massa yang dapat mempengarhi pengetahuan
masyarakat tentang inovasi. Sebagai sarana komunikasi, berbagai
benduk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah,
dan lain-lain yang mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan opini dan kepercayaan seseorang.
d. Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, (2013) pengetahuan individu
seseorang diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat
kualitatif, sebagai berikut:
1) Baik ; Hasil Persentase 76-100
2) Cukup ; Hasil persentase 56-75
3) Kurang ; Hasil Persentase >56
B. Keaslian Penelitian

No Penulis Judul Metode Hasil


1 Sitorus, jenti, Pengaruh pola makan dan Penelitian ini menggunakan disain Hasil penelitian ujibivariat
(2019) aktivitas fisik terhadap kejadian studi Case Controly ang dilakukan menunjukkan ada hubungan yang
hipertensi pada pasien rawat secara retrospektif. bermakna antara asupan lemak
jalan (p=0,001; OR = 5,38), asupann garam
di rsu hkbp balige (p=0,021;OR = 2,979), asupanserat
(p=0,031; OR=3,432)
dengankejadianhipertensi. Sedangkan
pada uji multivariate menunjukkan
ada pengaruh antara asupan lemak
(p=0,000;Exp (β) =11, 665) dan
garam (p=0,003; Exp (β) = 7,468)
terhadap kejadian hipertensi.

2 Nuraeni, eni, Hubungan usia dan jenis Jenis penelitian adalah survei Hasil analisis multivariat, didapatkan
(2019) kelamin beresiko dengan analitik dengan menggunakan faktor yang berhubungan dengan
kejadian hipertensi di klinik x rancangan cross sectional. hipertensi adalah umur (p=0,000;
kota tangerang Populasi dalam penelitian ini OR=8.431), pendapatan (p=0.001;
adalah pengunjung klinik berumur OR=4.471) dan riwayat keturunan
18 tahun ke atas yang berobat (0,031; OR=3.744) sedangkan
jalan di Klinik X di Kota variabel olahraga, pekerjaan dan
Tangerang pada tahun 2016, pendidikan merupakan variabel
dengan besar sampel sebanyak confounding. Umur merupakan faktor
210. dominan yang berhubungan dengan
hipertensi.

3 Hartiningsih Terapi relaksasi nafas dalam Penelitian menggunakan jenis Penelian ini menunjukkan terdapat
et.al, (2021) berpengaruh terhadap tekanan penelitian pre eksperimen dengan pre penurunan tekanan darah responden
darah pada lansia penderita post test. Populasi pada penelitian ini setelah diberikan terapi relaksasi
adalah seluruh lansia yang aktif di
hipertensi nafas dalam rata-rata sistol 8,81
Posyandu Lansia Pisang Mas Pandak
mmHg dan tekanan darah rata rata
yang berjumlah 53 responden.
diastole 5,44 mmHg . Analisis
Pengambilan sampel menggunakan
statistik dengan menggunakan paired
purposive sampling yang berjumlah
27 responden. Uji statistik
sampel t-tes dengan hasil

menggunakan paired sampel t-tes menunjukkan nilai sistol p value


0,000 <0,05, dan nilai diastole 0,000
<0,05 Hal ini menunjukkan teknik
relaksasi nafas dalam dapat
menurunkan tekanan darah pada
lansia hipertensi.

4 Hamzah, et. al Analisis hubungan pola makan enis penelitian yang digunakan Hasil uji statistik diperoleh ada
(2021) dengan kejadian hipertensi pada observasional analitik dengan hubungan pola makan dengan
lansia rancangan cross sectional dengan kejadian hipertensi (p=0,014<0,05).
jumlah sampel sebanyak 31 Maka dapat disimpulkan ada
responden. Teknik penarikan hubungan antara pola makan dengan
sampel yang digunakan adalah kejadian hipertensi di wilayah kerja
Total Sampling. Puskesmas Molibagu Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan.

5 Wijaya, et al, ( Hubungan Gaya Hidup dan Pola enis penelitian yang dilakukan Hasil penelitian diperoleh dari hasil
Makan terhadap Kejadian merupakan penelitian survey survey dengan menggunakan
Hipertensi diwilayah Kerja analitik dengan rancangan cross kuisioner. Hasil penelitian ini
Puskesmas Towata Kabupaten sec- tional study. Metode menunjukkan bahwa ada hubungan
Takalar sampling yaitu Simple Random kebiasaan merokok dengan kejadian
Sampling sebanyak 74 orang hipertensi (pvalue=0,031), tidak ada
dengan yang menderita hipertensi hubungan kebiasaan aktivitas fisik
sebanyak 41 orang dan tidak dengan kejadian hipertensi
menderita hipertensi sebanyak 33 (pvalue=0,619), ada hubungan
orang. kebiasaan mengkonsumsi garam
dapur dengan kejadian hipertensi
(pvalue=0,006) dan ada hubungan
kebiasaan mengkonsumsi lemak
dengan kejadian hipertensi
(pvalue=0,000).

6 Kumalasary, Tingkat pengetahuan lansia Penelitian ini menggunakan Hasil penelitian tingkat pengetahuan
(2021) tentang hipertensi berhubungan metode analitik dengan responden tentang hipertensi
dengan kejadian hipertensi pendekatan cross sectional. Subjek didapatkan tingkat pengetahuan baik
penelitian ini adalah lansia yang sebanyak 11 responden (22%), tingkat
berumur 60 tahun ke atas. pengetahuan cukup sebanyak 24
Berdasarkan hasil uji chi-square di responden (48%), dan tingkat
dapatkan nilai P value( =<0,05) pengetahuan kurang sebanyak 15
(30%).Dari hasil penelitian kejadia
hiprtensi pada lansia didapatkan yang
mengalami hipertensi sebanyak 30
responden (60%) sedangkan yang
tidak hipertensi sebanyak 20
responden (40%).

7 Pratiwi, et., al Hubungan Tingkat Pengetahuan Metode Penelitian ini merupakan Hasil penelitian menunjukan tingkat
(2021) tentang Diit Hipertensi pada survey analitik dengan desain pengetahuan tentang diit hipertensi
Lansia Hipertensi dengan cross sectional dengan cara pada lansia hipertensi di Wilayah
Tekanan Darah di Wilayah pendekatan point time approach. Puskemas 1 Sumpiuh sebagian besar
Puskemas 1 Sumpiuh Sampel sejumlah 84 penderita cukup. Tekanan darah pada lansia di
hipertensi yang diambil dengan wilayah Puskemas 1 Sumpiuh
teknik consecutive sampling. sebagian besar normal. Ada hubungan
tingkat pengetahuan tentang diit
hipertensi pada lansia hipertensi
dengan tekanan darah di Wilayah
Puskemas 1 Sumpiuh dengan nilai
p=0.009.
8 Purnamasary, Sikap Lansia terhadap Kejadian Penelitian ini menggunakan jenis Hasil uji statistik p-value (0,000) < ɑ
et., al (2021) Hipertensi di Puskesmas Kutai kuantitatif dengan metode survei =0,05 menunjukan bahwa terdapat

Kabupaten Tangerang analitik pendekatan cross sectional. hubungan sikap lansia dengan hipertensi
Sampel dalam penelitian ini di wilayah Puskesmas Kutai Kabupaten
berjumlah 58 lansia. Teknik sampel Tangerang. Sebagian besar responden
yang digunakan accidental sampling mengalami sikap lansia yang baik.
dengan metode non-probability
sampling.

9 Rihiantoro, Hubungan pola makan dan Jenis penelitian adalah kuantitatif Hasil penelitian menunjukan
(2017) aktivitas fisik dengan kejadian dengan metode pendekatan “ distribusi frekuensi hipertensi 32
hipertensi di kabupaten tulang restrospektif” populasi penelitian responden (50,0%) sebanyak 25
bawang adalah penderita hipertensi (86,2%) mempunyai pola makan
sejumlah 267 responden. Teknik buruk, sebanyak 23 (67,9%)
sampel yang digunakan simple melakukan aktivitas ringan <
random sampling analisa data 600Mets- min/minggu. Hasil uji chi
menggunakan uji chi square square diperoleh data hubungan pola
makan dengan kejadian hipertensi
dengan p-value=0,000 dan ada
hubungan aktivitas fisik dengan
kejadian hipertensi dengan p-
value=0,005.
10 Pratiwi, et., al Hubungan pola makan dengan Penelitian ini menggunakan Hasil penelitian ini adalah p=Value
(2018) kejadian penyakit hipertensi desain studi cross-sectional. sebesar P= 0,000 <0,05%. Simpulan
pada lansia di dusun blokseger Sampel penelitian ini berjumlah dari penelitian ini adalah ada
kecamatan tegalsari kabupaten 60 lansia. Instrumen penelitian ini hubungan bermakna antara pola
banyuwangi menggunakan kuisioner dan makan dan kejadian penyakit
pengukuran hipertensi dengan hipertensi pada lansia.
menggunakan alat ukur tekanan
darah spigmomanometer dan
stetoskop.
11 Kadir, (2019) Pola makan dan kejadian Jenis penelitian yang digunakan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
hipertensi adalah analitik kuantitatif dengan 24 responden dengan pola makan
pendekatan cross sectional. Populasi buruk, 20 responden mengalami pre-
adalah seluruh penderita Hipertensi
Hipertensi, 13 responden mengalami
yang tercatat pada tahun 2018 di
Hipertensi tingkat satu dan 7
wilayah kerja Puskesmas Dungaliyo
responden mengalami Hipertensi
dengan jumlah 192 orang. Sampel
tingkat dua. Terdapat pengaruh pola
diperoleh sebanyak 66 orang yang
diambil menggunakan teknik
makan terhadap kejadian Hipertensi
purposive sampling. di wilayah kerja Puskesmas
Dungaliyo Kabupaten Gorontalo.
12 Sukri, et., al, Pengaruh pola makan terhadap Jenis penelitian adalah analitik Hasil penelitian menunjukan diketahui
(2019) hipertensi pada lansia (studi di dengan pendekatan analitik-cross sebagian besar pola makan responden

posyandu kutilang 1 kelurahan sectional. Populasinya seluruh lansia pada posyandu kelurahan Pangkut adalah
yang menderita hipertensi sebanyak cukup sebanyak 21 orang (51,2%). Dan
pangkut kecamtan arut utara
70 orang. Teknik sampling yang di diketahui hampir setengahnya lansia di
kotawaringin barat kalimantan
gunakan adalah proporsional cluster posyandu kelurahan pangkut adalah
tengah)
random sampling sehingga hipertensi sedang sebanyak 15 orang
didapatkan sampel 41 responden. (31.7%). Hasil penelitian: dengan uji
ranks spearman terdapat pengaruh pola
makan terhadap hipertensi dengan tingkat
siknifikan p=0,037

13 Maimunah, Hubungan Gaya Hidup dengan metode Cross Sectional. Penelitian membuktikan hasil
(2020) Kejadian Hipertensi pada Lansia Pemungutan sampel dilakukan hubungan antara aktivitas fisik
di Desa Tawun secara Total Sampling melalui dengan kasus hipertensi diperoleh
jumlah data 73 responden. Data nilai p = 0,019, hubungan antara pola
dianalisa menggunakan uji Chi- makan dengan kejadian hipertensi
Square. nilai p = 0,009, hubungan antara
kebiasaan istirahat dengan kejadian
hipertensi diperoleh nilai p = 0,000
sehingga berhasil disimpulkan bahwa
gaya hidup ada hubungannya dengan
kasus hipertensi

14 Langgini, Hubungan status gizi dengan Metode penelitian deskritif The results of this study show that
(2021) derajat hipertensi pada lansia di dengan pendekatan cross most of hypertensive patients have
desa tombolango kecamatan sectional. Total populasi 155 moderate level of self-management
lolak lansia dengan hipertensi dan behaviour, while for self-efficacy
didapat 32 Sampel. Instrument have a bad level. Spearman Rank test
digunakan Lembar Observasi shows the significant result with p-
variabel independen adalah status value=0,000 (p
gizi, variabel dependen adalah
derajat hipertensi, Analisis
menggunakan uji Chi Square.

15 Hamzah, et., Analisis hubungan pola makan Jenis penelitian yang digunakan Hasil penelitian menunjukkan
al, (2021) dengan kejadian hipertensi pada observasional analitik dengan terdapat 61,3% responden yang
lansia rancangan cross sectional dengan menderita hipertensi, 67,7%
jumlah sampel sebanyak 31 responden yang memiliki pola makan
responden. Teknik penarikan kurang baik dan 32,3% yang memiliki
sampel yang digunakan adalah pola makan yang baik. Hasil uji
Total Sampling. statistik diperoleh ada hubungan pola
makan dengan kejadian hipertensi
(p=0,014<0,05).

16 Ruixing et., al Diet, Lifestyle, and Blood A total of 485 subjects of Bai Ku Physical activity levels, carbohydrate,
(2021) Pressure of the Middle-aged and Yao and 501 participants of Han vegetal protein, and dietary fiber
Elderly in the Guangxi Bai Ku Chinese aged 40–89 were intake were higher in Bai Ku Yao
Yao and Han Populations surveyed using a stratified than in Han, whereas educational
randomized cluster sampling. level, height, weight, body mass index
Information on diet and lifestyle (BMI), waist circumference, and total
was collected by using standard energy, fat, protein, dietary
questionnaires. Blood pressure cholesterol,
(BP) and serum lipid levels were and salt intake were higher in Han than in
measured. Bai Ku Yao. Systolic, diastolic, and pulse
pressure (PP) levels and the prevalence of
hypertension (21.9% vs. 28.9%, P <
0.05) were lower in Bai Ku Yao than in
Han

17 Sumarni, et., Relationship between The type of correlative descriptive The results of this study received as
al (2021) familysupport and compliance in study that describes the much support as 57% with a level of
implementing diet programs for relationship of family support with adherence to carrying out a diet of
elderly people with hypertension hypertension diet compliance. 55%, and categories that lacked
This study's population is family support 43% and who did not
hypertension sufferers in the carry out dietary compliance 45%.
Muara Sanding village located in Results of analysis Sig = 0.42 (a
the SiliwangiGarut Health Center <0.05) means that HO is rejected and
working area. The sample is a accepts H1. There is a relationship
total sampling of 51 respondents. between family support and
adherence in implementing a diet in
the elderly with hypertension. The
analysis also found a significant
correlation value, with an equivalent
odds ratio of 3,889, meaning families
who support have the possibility of
3,889 times to comply with the
hypertension diet program

18 Sutipan, Healthy Lifestyle Behavioral Quantitative survey study A total of 400 elderly people living
(2017) Needs among the Elderly with with hypertension participated in this
Hypertension in Chiang Mai, study, 35% were male (n = 140) and
Thailand 65% were female (n = 260). The ages
of the participants ranged from 60-75
years (mean age = 63.93, SD = 3.42).
The majority of the participants had
completed at least a primary school
level of education (69%) and were
currently married (65%); and more
than half (60%) of the participants
were retired. More than half of the
participants (70%) reported having an
adequate level of income.
19 Matomedi, et., Diet quality in relation to the This study recruited a total of Hypertension was prevalent in 28.3%
al. (2021) risk of hypertension among 10,111 individuals (45.14% male) of the population (21.59% in males
Iranian adults: cross- sectional with mean age of 48.63 ± 9.57 and 33.74% in females). In the whole
analysis of Fasa PERSIAN years from the Fasa Cohort Study, population, after adjustment for
cohort study Iran. Indices of diet quality, potential covariates, including daily
including MDS, HEI-2015, DQI-I, energy intake, age, gender, physical
and DDS were computed by a activity, smoking, family history of
125-item Food Frequency hypertension, body mass index, and
Questionnaire. Participants were the level of education, higher
diagnosed as hypertensive if they adherence to the MDS (OR: 0.86,
had a diastolic blood pressure 95%CI = 0.75–0.99) and HEI-2015
(DBP) ≥90 mmHg, systolic blood (OR: 0.79, 95%CI = 0.68–0.90) was
pressure (SBP) ≥140 mmHg,, or significantly associated with
used antihypertensive drugs. decreased risk of hypertension. The
protective effect of HEI-2015 against
hypertension remained significant for
both males (OR: 0.80, 95%CI = 0.64–
0.99) and females (OR: 0.78, 95%CI
= 0.66–0.94), while, for MDS, this
relationship disappeared in the
subgroup analysis by gender. DQI-I
and DDS were not related to the odds
of hypertension.

20 Nan et., al. The interactive association his cross-sectional study used data Of the 820 older adults who
(2021) between from the National Survey for participated in this study, 523
sodium intake, alcohol Nutrition and Adult Chronic (63.80%, age-standardized rate =
consumption and hypertension Disease in Inner Mongolia. The 62.33%) had been diagnosed with
among elderly in northern prevalence of hypertension was hypertension. The mean sodium
China: a cross-sectional study age standardized by the direct intake was 4.88 g. Sodium intake and
method. Sodium intake and drinking excessively were both
alcohol consumption were independently related to higher risk of
estimated using a weighing hypertension. A formal test for a
method and 24-h recalls on 3 multiplicative interaction between
consecutive days. Hypertension sodium intake and drinking revealed a
was either self-reported or field- significant interaction (p = 0.042),
measured. Participants were and the multivariable-adjusted odds
categorized into six subgroups ratio (95% CI) for the interaction was
according to combinations of 1.1 (1.0–1.3). After adjusting for
sodium intake status and drinking confounders, compared with moderate
level. Logistic regression was sodium intake and no drinking group,
used to determine the interactive the risk of hypertension was highest
effect of sodium intake and among those with both excessive
drinking on hypertension. sodium intake and excessive alcohol
consumption, with an odds ratio of
3.6 (95% CI: 1.7–7.9).

21 Farraris, et., al Salt Taste Genotype, Dietary his secondary cross-sectional Additional studies are needed in more
(2020) Habits and Biomarkers of analysis examined data from the diverse age and cultural groups to
Health: No Associations in an Retirement Health and Lifestyle determine if the lack of associations
found between the TRPV1-rs8065080
Elderly Cohort Study (RHLS) conducted on the
genotype with sodium intake and markers
NSW Central Coast of Australia
of health is confined to the Caucasian
from 2010 to 2012
elderly demographic. Furthermore, while
this study was the first to characterise the
relationship between TRPV1-rs8065080
genotype and markers of dietary intake,
quality and health outcomes—data on
perception, preference and sensitivity
were not available, and further studies are
needed to elucidate the differential
impacts of oral versus extra-oral taste
receptors.

22 Rendi, (2021) Diet, nutrition and the The interpretation of evidence An earlier version of this paper was
prevention of hypertension and needs to involve a critical prepared as a background paper for
cardiovascular diseases appraisal of methodological issues the Joint WHO/FAO Expert
related to measurement of Consultation on diet, nutrition and the
exposures, nature of outcome prevention of chronic diseases
variables, types of research design (Geneva, 28 January–1 February
and careful separation of cause, 2002). The authors wish to thank Dr
consequence and confounding as Ghafoorunissa, National Institute of
the basis for observed Nutrition, Indian Council of Medical
associations. Research, Hyderabad, India, Professor
A. Stewart Truswell, Human
Nutrition Unit, University of Sydney,
Sydney, Australia, and Dr Salim
Yusuf, McMaster University,
Hamilton, Canada, for the valuable
comments they provided on the
earlier manuscript.

23 Hanif, et., al, Gender-specificprevalenceand We analysed data from the food The weighted prevalence of
(2021) associatedfactorsofhypertension security and nutrition surveillance hypertension was 42% and 56%
amongelderlybangladeshipeople: round 2018–2019. among males and females,
findingsfromanationally The multistage cluster sampling respectively. The prevalence was
representativecross- method was used to select the higher among females across all
sectionalsurvey study population. Hypertension sociodemographic, behavioural and
was defined clinical strata. Factors associated with
as systolic blood pressure ≥140 higher odds of hypertension (adjusted
mm Hg and/or diastolic blood OR (AOR) (95% CI) for males and
pressure ≥90 mm Hg and/or females, respectively) were age ≥70
having a history of hypertension. years (1.32 (1.09, 1.60) and 1.40
We carried out the descriptive (1.15, 1.71)); insufficient physical
analysis, bivariate and activity (1.50 (1.25, 1.81) and 1.38
multivariable logistic regression to (1.15, 1.67)); higher waist
report the weighted prevalence of circumference (2.76 (2.22, 3.43) and
hypertension as well as crude and 2.20 (1.82, 2.67)); and self-reported
adjusted ORs with 95% CI. A p diabetes (1.36 (1.02, 1.82) and 1.82
value<0.05 was considered (1.35, 2.45)). Additionally, living in
statistically significant. slums decreased (0.71 (0.52, 0.96))
and education >10 years increased
odds of hypertension (1.83 (1.38,
2.44)) among males.

24 Daniele, et., Effects of Caloric Restriction PubMed, Web of Science, and In recent years, there has been a
al, (2021) Diet on Arterial Hypertension Scopus online libraries were growing interest in identifying an
and Endothelial Dysfunction searched up until Novem- ber alternative food strategy for achieving
2020 in order to assess the most and maintaining weight loss in
interesting and recent evidences overweight people and to counteract
about CRD and AH. The search the onset of CV disease. The high BP
was performed manually, using a is one of the main risk factors of
combination of MeSH terms and serious disabling diseases such as
keywords such as “caloric stroke, myocardial ischemia, and
restriction diet”, “arterial heart and kidney failure. In all AH
hypertension”, “endothelial forms, from the milder ones to those
dysfunction”, and “dietary refractories to the pharmacotherapy,
protocol”. All the studies were in the correct nutritional approach turns
the English language. out to be effective in order to reduce
in a short period of time the BP values
until the target range is obtained. T
25 Ebied, (2018) Cerebrovascular Stroke Risk descriptive correlational research 51% of the elderly showed an
Factors and level of Knowledge design was utilized. Setting: four unsatisfactory level of CVS
among family health centers in Cairo knowledge, while 23% of the elderly
Community- dwelling governorate. had a history of previous stroke;
Hypertensive Elderly moreover, 40% are at high risk of
developing CVS
C. Kerangka Teori

Kardiovarkuler
Primer

Hipertensi Lansia
Masalah pada
skunder lansia
Batasan
lansia > 60
tahun

Faktor resiko 1. Indra


1. Usia penglihatan
2. Genitik 2. Persyarafan
3. Jenis kelamin 3. Muskuloskl
4. stress etal

Dampak hipertensi
1. Kerusakan
ginjal
2. Kerusakan Pengetahuan dan sikap
jantung
3. stroker
Kreteria tingkat
Baik, Hasil Persentase 76-100
Cara Tingkat Cukup ; Hasil persentase 56-75
memperoleh pengetahuan Kurang ; Hasil Persentase >56
pengetahuan 1. Tahu
2. Memahami
3. Aplikasi Keterangan
1. Cara moderen 4. Analisi 1. Diteliti ..........................
2. cara 5. Sintesis 2. Tidak diteliti
Tradisional

(Prasetyaningrum, 2014. Susilo, 2011,


Donsu, 2017).
D. Variabel penelitian

Menurut Dharma (2017) variabel penelitian merupakan konsep atau teori


dan hasil penelitian terdahulu sesuai fenomena (masalah penelitian). Untuk itu
rancang bangun penelitian atau diagram kerangka konsep sangat membantu
dalam identifikasi variabel merupakan hal yang sangat penting yang
menyangkut seluruh bagian penelitian, terutama dalam manajemen dan analisa
data (Nursalam, 2015). Varibel pada penelitian ini adalah tingkat pengetahuan
dan sikap keluarga tentangpola makan lansia dengan hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Siatan Tengah Pontianak Utara.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan uraian variabel-variabel yang akan diteiliti
secara operasional dilapangan. Definisi operasional untuk mengarahkan
kepada atau pengamatan terhadap semua variabel yang akan diteliti serta juga
berguna untuk pengembangan instrument. diteliti (Riyanto, 2015).
Table 3.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Hasil Pengukuran Skala
pengukuran
1 Tingkat Banyaknya informasi Kuesioner a. Baik 76-100. Ordinal
Pengetahuan tentang pola makan b. Cukup 56-75.
pola makan lansia yang mengalami c. Kurang <56.
hipertensi yang
diketahui keluarga
2 Sikap Keluarga Banyaknya informasi Kuesioner Menggunakan Ordinal
terhdap pola tentang sikap keluarga COP (Cut of
makan terhadap makan lansia Point) jika nilai
yang mengalami > mean maka
hipertensi yang sikap baik dan
diketahui keluarga sebaliknya jika
nilai < mean
maka sikap
kurang baik
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini peneliti mencantumkan beberapa point yang terkait dengan
kelengkapan proposal penelitian seperti, desain penelitian, populasi dan
sampel, rencana Analisa data, instrument penelitian, etika penelitian, waktu
dan tempat penelitian, serta validitas dan reliabilitas, jadwal penelitian.

A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan perencanaan perencanaan yang tertstruktur
dan sistematis untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi
beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian. Hal ini
penting karena desain penelitian merupakan strategi untuk mendapatkan data
yang dibutuhkan untuk keperluan pengujian hipotesis atau untuk menjawab
pertanyaan penelitian dan sebagai alat untuk mengontrol variabel yang
berpengaruh dalam penelitian (Febrian & Yusuf, 2015). Desain penelitian atau
disebut juga rancangan penelitian ditetapkan dengan tujuan agar penelitian
dapat dilakukan dengan efektif dan efisien.
Desain penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kuantitatif, dengan pendekatan cross-sectional study. Penelitian deskriptif
kuantitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau
sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisa
data bersifat kuantitatif (statistik) (Sugiyono, 2017).
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,
2017). Populasi dalam penelitian ini adalah anggota keluarga yang
memiliki keluarga hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Siantan Tengah
sebanyak 92 orang.
2. Sampel
Menurut Hidayat (2012) sampel adalah bagian populasi yang akan
diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi.
Sampel dalam penelitian anggota keluarga yang memiliki keluarga
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Siantan Tengah sebanyak 92 orang.
3. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara
total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel, yang
dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2017). Alasan
peneliti mengambil total sampling karena jumlah populasi yang kurang
dari 100, jadi jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 92
responden. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi pada sampel penelitian ini adalah:
1. Bersedia menjadi responden.
2. Keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan hipertensi
3. Diwilaya kerja puskesmas Siantan Tengah.
4. Bersedia menjadi responden.
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi sampel penelitian ini adalah responden:
1. Keluarga yag sakit pada saat dilakukan penelitian.
2. Keluarga yang tidak hadir pada saat penelitian.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat dan waktu penelitian merupakan rencana tentang tempat dan
jadwal yang akan dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan
penelitiannya (Hidayat, 2012).
1. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2021-Juni 2022.
2.Tempat penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Siantan
Tengah.
D. Instrumen/Alat Pengumpul Data
Instrumen penelitian adalah penelitian alat atau hal yang menunjang untuk
mengumpulkan data. Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu dilihat alat
ukur pengumpulan data agar dapat memperkuat hasil penelitian (Hidayat,
2012). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
berisi pertanyaan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap keluarga
terhadap pola makan anggota keluarga yang mengalami hipertensi. Menurut
Hidayat (2012), kuesioner merupakan alat ukur berupa kuesioner dengan
beberapa pertanyaan. Instrumen pada penelitian ini adalah kuesioner dengan 7
pertanyaan pilihan ganda untuk pengetahuan serta 5 pertayaan yang
menggunakan skala likert untuk sikap responden terhadap pola makan
keluarga dengan hipertensi.
E. Validitas dan reliabilitas
1. Validitas
Validitas merupakan sebuah pengukuran dan juga pengamatan yang
termaduk prinsip keandalan instrument dalam sebuah penelitian yang
dipergunakan dalam mengumpulkan data ada dua hal yang sangat penting
dalam menentukan validitas pengukuran yaitu iststrumen yang harus
relevan isi serta relevan cara dan sasaran (Nursalam, 2016). Kuesioner
yang digunakan baik pengetahuan maupun sikap akan dilakukab uji
validitas di Puskesmas Telaga Biru. Hal ini dikarenakan karakteristik
tempat penelitian dengan Puskesmas Telaga Biru memiliki karakteristik
yang sama baik wilayah kerja maupun letak geoggrafis
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu instrument yang cukup dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument tersebut
sudah baik, metoe item varian yang digunakan peneliti untuk mengkur
realibilitas adalah rumus Cronbach alpha. Dapat digunakan pada tes yang
respon terhadap item yang diberi skor dikotomi (skor 0 sampai 1)
(Azwar, 2012).
F. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada studi kuantitatif biasanya menggunakan teknik
kuesioner dengan membagikan kuesioner pertanyaan tertutup untuk mengisi
lembar ceklis. Pada pengumpulan data dengan kuesioner jawaban biasanya
sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih (Saryono, 2011).
1. Tahap Persiapan
a. Uji etik di pusat penelitian dan pengabdian masyarakat dan inovasi
Stik Muhammadiyah Pontianak
b. Peneliti mengajukan surat permohonan izin mengambil data di
Puskesmas Siantan Tengah
c. Setelah mendapatkan persetujuan dari dosen pembimbing. Kemudian
peneliti memberikan surat izin tersebut kepihak responden yaitu
anggota keluarga yang mengalami hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Siantan Tengah.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Selanjutnya tahap teknis yaitu bertemu calon responden kemudian
memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan penelitian yang akan
dilakukan kepada calon responden,
b. kemudian peneliti memberikan lembar persetujuan menjadi responden
(inform consent).
c. Selanjutnya pemberian kuesioner dilakukan, pertama peneliti
menjelaskan cara pengisian kuesioner dan mempersilahkan responden
untuk bertanya apabila ada pertanyaan yang tidak dimengerti.
d. Peneliti kemudian membimbing responden dalam mengisi kuesioner
dan memberikan waktu kepada responden untuk menjawab semua
pertanyaan sesuai dengan petunjuk.
e. Setelah seluruh pertanyaan telah dijawab oleh responden, kuesioner
kemudian diserahkan kembali kepada peneliti. Peneliti kemudian
memeriksa kelengkapan semua kuesioner yang telah diisi oleh
responden.
3. Tahap Akhir
Tahap akhir adalah tahap penyusunan laporan hasil penelitian dan
melakukan publikasi hasil penelitian.
G. Rencana Analisis Data
Analisis data merupakan sebuah proses penyederhanaan data dalam
bentuk yang lebih mudah untuk dibaca serta lebih mudah untuk
diinterpretasikan. Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kuantitaif
dan kualitatif dengan menggunakan tabel-tabel ataupun dengan menggunakan
perhitungan angka-angka (numerical alysis) (Saryono, 2011).
Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik pada setiap variabel yang diteliti. Gambaran data yang
dikumpulkan yaitu Usia, Jenis kelamin, Pendidikan, tingkaat pengetahuan
serta sikap keluarga terhadap pola makan keluarga dengan hipertensi.
(Notoatmojo, 2010). Analisa univariat yang digunakan peneliti untuk
melakukan analisa data karakteristik responden yaitu yaitu Usia, Jenis
kelamin, Pendidikan, tingkaat pengetahuan serta sikap keluarga terhadap
pola makan keluarga dengan hipertensi
H. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan upaya mengubah data yang telah
dikumpulkan menjadi informasi yang dibutuhkan agar mudah dilakukan
penafsiran, mencakup penggunaan perangkat lunak dan perangkat keras
dan analisa data misalnya secara manual ataupun menggunakan komputer
(Supardi & Rustika, 2013). Setelah data terkumpul maka dilakukan
pengolahan data kemudian dianalisis. Pengolahan data dilakukan sebagai
berikut.
1. Editing
Editing adalah kegiatan menyeleksi data yang termasuk dari
pengumpulan data melalui kuesioner, setelah kuesioner dikumpulkan
kemudian peneliti melakukan pemeriksaan terhadap jawaban yang
telah diberikan dan tidak ada kuesioner yang tidak terisi.(Supardi &
Rustika, 2013).
2. Coding
Coding adalah kegiatan untuk mengklasifikasikan data atau
jawaban menurut kategorinya masing-masing. Pemberian kode ini
sangat penting apabila pengelolaan data dan analisis data
menggunakan komputer. Biasanya pada pembuatan daftar kode yang
artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali
melihat lokasi dari arti sebuah kode dari satu variabel. (Supardi &
Rustika, 2013).
3. Scoring
Scoring adalah kegiatan menyekor hasil ceklis observasi yang
dilakukan pada responden.(Supardi & Rustika, 2013).
4. Transferring
Transferring adalah kegiatan memindahkan jawaban atau kode
jawaban kedalam master sheet. Selanjutnya data di master sheet
dipindahkan ke dalam softwere analisis data menggunakan
komputerisasi.(Supardi & Rustika, 2013).
5. Tabulating
Tabulating adalah kegiatan menyusun dan meringkas data yang
masuk dalam bentul tabel-tabel (dummy table). Pada tahap ini peneliti
melaporkan per item dari pernyataan yang ada pada kuesioner agar
mudah menghitung total nilai dari setiap variabel(Supardi & Rustika,
2013).
I. Etika Penelitian
Manusia merupakan salah satu dari objek sebuah penelitian
keperawatan, maka penelitian yang melibatkan manusia sebagai objek
penelitian harus memperhatikan hak asasi manusia. Bentuk umum
perlindungan terhadap manusia sebagai objek penelitian adalah inform
consent yang berisi penjelasan tentang hak dan kewajiban sebagai objek
penelitian serta perlindungan yang diberikan oleh peneliti. Menurut
Hidayat (2012), masalah etika yang harus diperhatikan antara lain sebagai
berikut :
1. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Sebelum memberikan lembar persetujuan, peneliti memperkenalkan
diri serta menjelaskan tujuan penelitian yang akan dilakukan terhadap
calon responden. Kemudian peneliti memberikan pernyataan
kuesioner kepada calon responden, peneliti memberikan lembar
persetujuan untuk menjadi responden.(Hidayat, 2012)
Apabila calon responden setuju maka peneliti memberikan
pernyataan-pernyataan kuesioner dan apabila calon responden tidak
bersedia menjadi responden maka peneliti tidak berlanjut ketahap
pemberian pernyataan kuesioner kepada calon responden yang tidak
bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Jika subjek bersedia,
maka peneliti harus menghormati hak pasien. (Hidayat,2012)
2. Anatomy (Tanpa Nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mengancam nama responden pada lembar alat ukur
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan dikaji. (Hidayat,2012)
3. Kerahasiaan(Confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian baik informasi maupun masalah-
masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh penelitian hanya kelompok data tertentu yang
akan dilaporkan pada hasil riset. (Hidayat, 2012)
4. Justice
Prinsip etik keadilan mengacu pada kewajiban etik untuk
memperlakukan setiap orang (sebagai pribadi otonom) sama dengan
moral yang benar dan layak dalam memperoleh haknya. Prinsip etik
keadilan terutama menyangkut keadilan yang merata (distributive
justice) dalam hal beban dan manfaat yang diperoleh subjek dari
keikutsertaan dalam penelitian ini. Ini dilakukan dengan
memperhatikan distribusi usia, jenis kelamin, pekerjaan, status
ekonomi, budaya dan perkembangan etik. Dalam hal ini, peneliti
memberikan kesempatan yang sama pada responden yang memenuhi
kriteria untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. (Hidayat, 2012)
J. Jadwa Penelitian

No Kegiatan Desember Januari Februar Maret April Mai Juni


2021 2022 i 2022 2022 2022 2022 2022
1 Mengajukan
proposal
2 Ujian
proposal
3 Pengambila
n data
4 Analisis
5 Ujian hasil
6 Publikasi
DAFTAR PUSTAKA

AHA (american Heart Association). (2017). Hypertension : The silent


killer :updated JNC-8 guideline recommendations. Alabama Pharmacy
Association. https://doi.org/0178-0000-15-104-H01-P
Aspiani, Reny, Y. (2014). BUKU AJAR : Asuhan keperawatan gerontik aplikasi
nanda nic dan noc. Perpustakaan Nasional : KTD.
Di Daniele, N., Marrone, G., Di Lauro, M., Di Daniele, F., Palazzetti, D.,
Guerriero, C., & Noce, A. (2021). Effects of caloric restriction diet on
arterial hypertension and endothelial dysfunction. Nutrients, 13(1), 274.
Donsu, (2017). Metodologi penelitian keperawatan yogyakarta: Pustaka Baru
Ebied, E. M. A. E. S., & Abdeldaiem, N. A. Cerebrovascular stroke risk factors
and level of knowledge among community-dwelling hypertensive elderly.
Ferraris, C., Turner, A., Kaur, K., Piper, J., Veysey, M., Lucock, M., & Beckett,
E. L. (2020). Salt taste genotype, dietary habits and biomarkers of health:
no associations in an elderly cohort. Nutrients, 12(4), 1056.
Hamzah, B., Akbar, H., & Langingi, A. R. C. (2021). Analisis hubungan pola
makan dengan kejadian hipertensi pada lansia. Journal Health & Science:
Gorontalo Journal Health and Science Community, 5(1), 194-201.
Hanif, A. A. M., Shamim, A. A., Hossain, M. M., Hasan, M., Khan, M. S. A.,
Hossaine, M.,& Mridha, M. K. (2021). Gender-specific prevalence and
associated factors of hypertension among elderly Bangladeshi people:
findings from a nationally representative cross-sectional survey. BMJ
open, 11(1), e038326.
Hasnawati. (2021). Hipertensi (S. Nahidloh (Ed.)). Penerbit Kbm Indonesia.
Hartiningsih, S. N., Oktavianto, E., & Hikmawati, A. N. (2021). Terapi Relaksasi
Nafas dalam Berpengaruh terhadap Tekanan Darah pada Lansia Penderita
Hipertensi. Jurnal Keperawatan, 13(1), 123-128.
Hastuti, Apriyani. (2019) Hipertensi. Jawa Tengah:Lakeisha
Kadir, A. (2016). Hubungan patofisiologi hipertensi dan hipertensi renal. Jurnal
Ilmiah Kedokteran, 5.
Kadir, S. (2019). Pola makan dan kejadian hipertensi. Jambura Health and Sport
Journal, 1(2), 56-60.
Langingi, A. R. C. (2021). Hubungan status gizi dengan derajat hipertensi pada
lansia di desa tombolango kecamatan lolak. Community of Publishing In
Nursing (COPING), 9(1), 46-57.
Lingga, L. (2012). Bebas hipertensi tanpa obat. AgroMedia Pustaka.
Lase, b. (2021). Standar pelayanan pemenuhan angka kecukupan gizi dan nutrisi
terhadap narapidana lanjut usia. Nusantara: jurnal ilmu pengetahuan
sosial, 8(3), 48-54.
Ningrat, D., Sukadana, I. K., & Arini, D. G. D. (2020). Pelaksanaan peraturan
bupati badung Nomor 38 Tahun 2018 dalam pemberian bantuan
perlindungan sosial bagi Ppara lanjut usia di kabupaten badung. Jurnal
Konstruksi Hukum, 1(1), 84-90.
Nuraeni, E. (2019). Hubungan usia dan jenis kelamin beresiko dengan kejadian
hipertensi di klinik X kota tangerang. Jurnal JKFT, 4(1), 1-6.
Motamedi, A., Ekramzadeh, M., Bahramali, E., Farjam, M., & Homayounfar, R.
(2021). Diet quality in relation to the risk of hypertension among Iranian
adults: cross-sectional analysis of Fasa PERSIAN cohort study. Nutrition
Journal, 20(1), 1-10.
Maimunah, S. (2022). Hubungan Gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada
lansia di desa tawun. e-Journal Cakra Medika, 7(1), 1-7.
Nan, X., Lu, H., Wu, J., Xue, M., Qian, Y., Wang, W., & Wang, X. (2021). The
interactive association between sodium intake, alcohol consumption and
hypertension among elderly in northern China: a cross-sectional
study. BMC geriatrics, 21(1), 1-10.
Notoatmodjo, S. (2013). Promosi kesehatan dan teori aplikasi. Edisi revisi.
Jakarta:
, S. (2016). Promosi kesehatan dan teori aplikasi. Edisi revisi. Jakarta:
Padila. (2015). Asuhan keperawata maternitas II. Yogyakarta: Nuha Medika.
Prawirohardjo, S. (2011). Ilmu kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.
Pikir, dkk. (2015) Hipertensi. Surabaya: Arilangga University Press

Pratiwi, H. I., Apriliyani, I., & Yudono, D. T. (2021, December). Hubungan


tingkat pengetahuan tentang diit hipertensi pada lansia hipertensi
dengan tekanan darah di wilayah puskemas 1 sumpiuh. In Seminar
Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (pp. 1508-
1518).
Prasetyaningrum, I. Y. (2014). Hipertensi bukan untuk ditakuti (T. Wdiyanto
(ed.)). Fmedia.
Pratiwi, O. M., & Wibisana, A. A. (2018). Hubungan pola makan dengan
kejadian penyakit hipertensi pada lansia di dusun blokseger kecamatan
tegalsari kabupaten banyuwangi. Ikesma, 14(2), 77-82.
Purnamasari, E., Komariyah, L., & Indrianisa, Y. (2022). Sikap lansia terhadap
kejadian hipertensi di puskesmas kutai kabupaten tangerang. Simposium
Nasional Mulitidisiplin (SinaMu), 2.
Reddy, K. S., & Katan, M. B. (2004). Diet, nutrition and the prevention of
hypertension and cardiovascular diseases. Public health nutrition, 7(1a),
167-186.
Rihiantoro, T., & Widodo, M. (2018). Hubungan pola makan dan aktivitas fisik
dengan kejadian hipertensi di kabupaten tulang bawang. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Sai Betik, 13(2), 159-167.
Ruixing, Y., Weixiong, L., Hanjun, Y., Dezhai, Y., Shuquan, L., Shangling, P., ...
& Yaju, D. (2008). Diet, lifestyle, and blood pressure of the middle-aged and
elderly in the guangxi bai ku yao and han populations. American journal of
hypertension, 21(4), 382-387.
Sanja, Amalia & Tulus Ptasety. (2019) Perawatan lansia oleh keluarga dan care
giver. Jakarta: Bumi Medika.
Sarida, M., D.D. Putra & H.S.Y. Marsewi. (2020). Produksi monoseks guppy
(Poecilia reticulata) jantan dengan perendaman Induk Bunting dan Larva
Dalam Propolis Berbag
Savitri, Elisabeth, W., & Sius, U. (2021). Weight bearing exercise dan penurunan
tekanan darah pasien hipertensi (M. Nasrudin (ed.)). PT. Nasya Expanding
Managementt.
Seftiana, T., & Kumalasary, D. (2021). Tingkat pengetahuan lansia tentang
hipertensi berhubungan dengan kejadian hipertensi. JKM (Jurnal Kebidanan
Malahayati), 7(4), 865-868.
Sitorus, J. (2019). Pengaruh pola makan dan aktivitas fisik terhadap Kejadian
hipertensi pada pasien rawat jalan di RSU Hkbp Balige. Jurnal Ilmiah
Kebidanan Imelda, 5(1), 628-638.
Suherman. (2018). Hipertensi esesnsial:aspek neurobehaviour dan genetika.
Syiah Kuala University.
Sukri, Y., Wibowo, A. S., & Wahyono, W. (2019). Pengaruh Pola makan
terhadap hipertensi pada lansia (Studi Di Posyandu Kutilang 1 Kelurahan
Pangkut Kecamtan Arut Utara Kotawaringin Barat Kalimantan
Tengah). Pengaruh Pola Makan Terhadap Hipertensi Pada Lansia, 3(1), 40-
47.
Sumarni, N., Sari, C. W.,& Purnama, D. (2021). Relationship between family
support and compliance in implementing diet programs for elderly people
with hypertension. European Journal of Molecular & Clinical Medicine, 8(3),
99-106.
Sutipan, P., & Intarakamhang, U. (2017). Healthy lifestyle behavioral needs
among the elderly with hypertension in Chiang Mai, Thailand. The Journal
of Behavioral Science, 12(1), 1-12.
Susilo, (2014). Faktor yang berhubungan dengan kejadian Hipertensi pada usia
muda di wilayah kerja Puskesmas Sibelah. Surakarta
Wibowo, A. S., & Wahyono, W. (2018). Pengaruh pola makan terhadap
hipertensi pada lansia (Studi di posyandu kutilang 1 kelurahan pangkut
kecamtan arut utara kotawaringin barat kalimantan tengah). Jurnal Borneo
Cendekia, 2(1), 129-135.
WHO. 2015. A global brief on hypertension: silent killer, global public health
crisis. WHO.
Wijaya, I., & Haris, H. (2020). Hubungan gaya hidup dan pola makan terhadap
kejadian hipertensi diwilayah kerja puskesmas towata kabupaten
takalar. MPPKI (Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia): The
Indonesian Journal of Health Promotion, 3(1), 5-11.
Yeni Setia Rini, R. (2021). Studi literatur asuahan keperawatan pada pasien
gagal jantung kongestif dengan masalah keperawatan intoleransi ativitas
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).

Anda mungkin juga menyukai