Anda di halaman 1dari 34

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit malaria di indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat


terutama di Papua Barat, Maluku Utara, dan NTT, yang umumnya merupakan daerah
endemis sampai hiperendemis malaria.Di daerah-daerah tersebut penyakit malaria masih
termasuk dalam sepuluh kelompok penyakit utama yang banyak menyerang masyarakat
di pedesaan (kemenkes 2020)
Wold health organization (WHO) menargetkan insidensi pada tahun 2030 dapat turun
hingga 90% di bandingkan tahun 2019. Tahun 2019 ada 229 juta kasus diseluruh Dunia,
perkiraan jumlah kematian dampak malaria mencapai 409.000 kasus pada tahun 2019
(WHO, 2020). Di Indonesia kasus malaria pada tahun 2020 sebanyak 226.364 Sedangkan
kasus malaria di tahun 2021 sebanyak 94.610. (Berdasarkan kemenkes RI 2021). Dari
Kemenkes tahun (2016), Melaporkan bahwa terdapat 849.062 kasus malaria serta 432
kasus meninggal selama tahun 2010. Dimana jumlah kasus malaria di NTT sebanyak
36.639 orang (Kemenkes RI, 2018). Data kejadian malaria di kabupaten Sumba Timur
memgalami peningkatan di tahun 2014 sebesar 11.883 orang, tahun 2015 sebanyak
14.566 orang, tahun 2016 sebesar 24.772 orang angka malaria. (Dinkes Kabupaten
Sumba Timur (2016) Data Puskesmas Wingapu, penderita malaria di Desa Mbatakapidu
mengalami penurunan di tahun 2020 berjumlah 2 orang di bandingkan di tahun 2021
yang mengalami malaria sebanyak 33 orang, dan di tahun 2022 mengalami kenaikan
yaitu berjumlah 122 orang ( Profil Kesehatan Puskesmas Waingapu).
Salah satu penyebab peningkatan atau penurunan angka kejadian malaria disebabkan
oleh ketidakpatuhan dan ketidaktahuan masyarakat terhadap pendidikan kesehatan yang
telah di lakukan oleh pihak kesehatan dalam melakukan upaya pemberantasan kasus
malaria (Kemenkes 2017) . Pada umumnya tingkat pengetahuan masyarakat dipengaruhi
oleh tingkat pengetahuan dan status pendidikan yang menunjang pola pikir dan pola
pemeliharaan kesehatan. Hal ini sejalan dengan has penelitian multi etnik di Amerika
Serikat yang menyatakan terdapat hubungan yang erat antara tingkat pengetahuan dan
pendidikan seseorang (Arsin 2018 ). Perilaku merupakan tindakan yang terdiri dari
berbagai aspek,yakni persepsi,mengenal,dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

1
tindakan yang akan diambil dalam usaha pencegahan malaria. Berdasarkan hasil
wawancara dengan beberapa masrayakat mbatakapidu menunjukkan bahwa pengetahuan
dan peilaku dalam upaya pencegahan stunting masih di anggap kurang karena masih
cukup banyak masyarakat yang tidak memakai kelambu,mengurah bak penampuangan air
dan memakai pakain lengan saat keluar malam.
Pendidikan kesehatan sangat berarti dalam mengendalikan atau menurunkan tingkat
kejadian malaria karena dengan pendidikan kesehatan masyarakat dapat mengerti dan
memehami tentang penyakit malaria dan pencegahannya.faktor yang mempengaruhi
kejadian malariah adalah faktor manusia dan nyamuk,dan faktor lingkungan. Dampaknya
adalah dari rendahnya pengetahuan dan perilaku manusia dan lingkungan yang kurang
bersih dalam upaya pencegahan malaria mempengaruhi tingginya perkembangbiakan
nyamuk sehingga menimbulkan kasus malaria yang terus meningkat.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Studi Deskriptip Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat Tentang Pencegahan
Malaria Di Desa Mbatakapidu Kecamatan Kota Waingapu Kabupaten Sumba
Timur”
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat tentang Pencegahan Malaria


di Desa Mbatakapidu Kecamatan Kota Waingapu

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui tentang Pengetahuan dan Perilaku Malaria Masyarakat

dalam Pencegahan Malaria di Desa Mbatakapidu Kecamatan Kota

Waingapu Kabupaten Sumba Timur

2
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui Pengetahaun Masyarakat tentang Pencegahan Malaria Di Desa

Mbatakapidu Kecamatan Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur.

2. Mengetahui Perilaku Masyarakat tentang Pencegahan Malaria Di Desa

Mbatakapidu Kecamatan Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur.

1.1 Manfaat Penelitian


1. Bagi Masyarakat
Hasil penilitian ini dapat menjadi bahan informasi mengenai Pengetahuan dan
Perilaku masyarakat yang berhubungan tentang Pencegahan Malaria.
2. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan informasi dalam
menyusun kebijakan dan strategi pelayanan kesehatan terutama yang
berhubungan dengan Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat tentang Pencegahan
Malaria di Desa Mbatakapidu Kecamatan Kota Waingapu.
3. Bagi Peneliti

Mendapat Pengalaman Langsung dalam meneliti Pengetahuan dan Perilaku


masyarakat yang berhubungan tentang Pencegahan Malaria di Desa Mbatakapidu
Kecamatan Kota Waingapu.
Dan sarana belajar bagi peniliti untuk menambah dan menerapkan ilmu yang
diperoleh selama perkuliahan.

3
1.5 keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Judul Desain Subjek Variable intrimen analisis Hasil


penelitian,nama
peneliti/tahun

1 Factor lingkungan Case Penelitian yang dipakai Factor Kuesioner Bivariat 1.Faktor lingkungan dan prilaku yang berhubungan
dan perilaku yang control adalah case control yaitu lingkungan Dan dan dengan kejadian malaria di Kecamatan
berhubungan dengan dengan melihat terlebih dan perilaku checklist Multivariat Panyabungan adalah perilaku tidak menggunakan
kejadian malaria di dahulu efek atau case-nya yang kelambu pada malam hari, tidak memakai obat anti
kecamatan dan dikelompokkan menjadi berhubungan nyamuk pada malam hari, kebiasaan keluar rumah
Penyambungan kasus dengan pada malam hari, menggunakan pakaian yang
Mandailing Natal (+) dan kasus (-) kemudian kejadian tidak rapat pada saat keluar rumah pada malam
Sumatera Utara. ditelusuri kebelakang malaria hari dan keberadaan genangan air di sekitar rumah.
Rangkuti, A. F.,& untuk melihat apakah ada 2.Faktor risiko yang dominan terhadap kejadian
Sulistyani, S. (2017) faktor risiko atau tidak untuk malaria di kecamatan panyabungan adalah tidak
masing masing kelompok menggunakan kelambu dan obat anti nyamuk,
kasus (+) dan kebiasaan keluar rumah serta menggunakan
kasus (-).9 Besar sampel pakaian yang tidak rapat ketika keluar rumah pada
dalam penelitian 132 malam hari.
orang yang terdiri dari 66
kasus dan 66 kontrol..

4
2 Hubungan antara Case Subjek penelitian sebanyak Hubungan Kuesioner Univarit 1.Ada hubungan yang signifikan antara kondisi
factor lingkungan control 120 pasien yang melakukan antara factor dan bivariat fisik rumah dengan kejadian malaria di wilayah
dan perilaku dengan pemeriksaan test darah tepi di lingkungan kerja Puskesmas Sanggeng, Kabupaten
kejadian malaria di puskesmas sanggeng. dan perilaku Manokwari, Papua Barat.
wilayah kerja Sebanyak 60 pasien yang dengan 2. Tidak ada hubungan antara kebiasaan keluar
puskesmas sanggeng positif malaria (kasus) dan 60 kejadian malam dengan kejadian malaria di wilayah kerja
kabupaten pasien yang dinyatakan malaria Puskesmas Sanggeng, Kabupaten Manokwari,
manokwari papua negatif malaria (control) Papua Barat.
barat. Haqi, N. Z., & 3. Tidak ada hubungan antara kebiasaan
Astuti, F. D. (2017) menggunakan kelambu dengan kejadian malaria
di wilayah kerja Puskesmas Sanggeng, Kabupaten
Manokwari, Papua Barat.
4. Ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan
menggunakan obat anti nyamuk dengan kejadian
malaria di wilayah kerja Puskesmas Sanggeng,
Kabupaten Manokwari, Papua Barat.
5. Tidak ada hubungan antara kebiasaan menutup
pintu dan jendela dengan kejadian malaria di
wilayah kerja Puskesmas Sanggeng, Kabupaten
Manokwari, Papua Barat.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan


Knowledge berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge. Dalam
pengertian pengetahuan (knowledge) adalah suatu proses kehidupan yang diketahui
manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Menurut ( Notoatmojo dalam Yuliana
2017) pengetahuan dapat diperoleh berdasarkan pengamatan dan pengalaman.
Pengetahuan adalah istilah yang digunakan untuk mengatakan ketika seseorang
mengetahui sesuatu. Satu hal yang menjadi pengetahuannya adalah selalu terdiri dari
unsur mengetahui dan diketahui serta kesadaran akan apa yang ingin diketahuinya. Oleh
karena itu, pengetahuan selalu menuntut subjek yang memiliki kesadaran untuk
mengetahui tentang sesuatu dan objek yang dihadapinya sebagai sesuatu yang
diketahuinya. Jadi dapat dikatakan bahwa pengetahuan adalah hasil pengetahuan manusia
tentang sesuatu, atau segala tindakan manusia untuk memahami suatu objek yang
dihadapinya, atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu.
(Notoatmojo dalam Yuliana, 2017)
2.1.1 Jenis-Jenis Pengetahuan
Menurut ( notoatmojo, 2017 ) jenis pengetahuan ini dibagi menurut tingkatan-
tingkatan pengetahuan menurut ciri-ciri objeknya. Pembagiannya adalah sebagai
berikut:
a) Pengetahuan eikasia (khayalan)
Pengetahuan yang objeknya berupa bayangan atau gambar. Ilmu ini
mengandung hal-hal yang berkaitan dengan kesenangan atau kenikmatan
manusia.Pengetahuan pada tingkat ini misalnya seseorang yang berfantasi
bahwa pada waktu tertentu ia memiliki rumah yang mewah, besar dan
indah, serta dilengkapi dengan kendaraan dan lain-lain sehingga
imajinasinya terbawa. mimpi.Dalam mimpinya, ia benar-benar merasa
memiliki dan menempati rumah tersebut. Jika seseorang dalam keadaan
sadar dan menganggap bahwa fantasi dan mimpinya benar-benar fakta
yang ada di dunia nyata.
b) Pengetahuan Pistis (Substansial).

6
Pengetahuan tentang hal-hal yang tampak di dunia nyata atau hal-hal yang
dapat dirasakan secara langsung. Objek pengetahuan pistis biasa disebut
zooya karena kandungan pengetahuan semacam ini dekat dengan suatu
keyakinan (kepastian yang sangat pribadi atau kepastian subjektif) dan
pengetahuan ini mengandung nilai kebenaran jika memiliki syarat-syarat
yang cukup untuk suatu tindakan mengetahui, misalnya memiliki
pendengaran yang baik, penglihatan yang baik. normal, serta indra normal
c) Pengetahuan Dianoya (Matematika)
Pengetahuan ini adalah tingkat di mana sesuatu tidak hanya terletak pada
cara berpikir. Contoh yang dituturkan oleh Plato tentang pengetahuan ini
adalah matematikawan atau geometri, dimana objeknya adalah
matematika, yaitu sesuatu yang harus diselidiki dengan pikiran melalui
gambar, diagram dan kemudian ditarik hipotesis. Hipotesis ini diproses
secara terus menerus hingga mencapai kepastian. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa bentuk pengetahuan pada tingkat ketidaksetujuan ini
adalah pengetahuan yang banyak berkaitan dengan masalah matematika
atau besaran, baik luas, isi, jumlah, bobot, yang semata-mata merupakan
kesimpulan dari suatu hipotesis yang diolah oleh akal. . berpikir karena itu
pengetahuan ini disebut pengetahuan intelektual.
d) Pengetahuan tentang Noesis (Filsafat)
Plato menjelaskan bahwa pengetahuan ini hampir sama dengan
pengetahuan berpikir, tetapi tidak lagi menggunakan bantuan gambar,
diagram tetapi dengan pikiran yang benar-benar abstrak. Tujuannya adalah
untuk mencapai prinsip-prinsip utama yang memuat hal-hal berupa
kebaikan, kebenaran, dan keadilan.

Menurut Burhanuddin, ada empat jenis pengetahuan, yaitu:

1) Pengetahuan Biasa

Pengetahuan biasa adalah pengetahuan yang dalam filsafat disebut dengan

istilah akal sehat, dan sering diartikan sebagai akal sehat, karena seseorang

memiliki sesuatu yang diterimanya dengan baik.

2) Ilmu Pengetahuan

7
Ilmu pengetahuan adalah ilmu sebagai terjemahan dari ilmu. Dalam arti

sempit ilmu diartikan sebagai ilmu alam. Sains dapat menjadi metode berpikir

objektif (objective thinking), tujuannya untuk mendeskripsikan dan memberi

makna pada dunia faktual. Pengetahuan yang diperoleh dengan sains, diperoleh

melalui observasi, eksperimen, klasifikasi. Analisis ilmu bersifat objektif dan

mengesampingkan unsur personal, berpikir logis diutamakan, netral, dalam arti

tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang berdiri sendiri (subyektif), karena dimulai

dari fakta.

3) Pengetahuan Filosofis

Ada tiga macam pengetahuan manusia, yaitu pengetahuan ilmiah, pengetahuan

filosofis, dan pengetahuan mistik. Pengetahuan filosofis adalah pengetahuan yang

didasarkan pada logika. Pengetahuan diperoleh dari pemikiran kontemplatif dan

spekulatif. Pengetahuan filosofis menekankan universalitas dan kedalaman studi

tentang sesuatu. Jika ilmu hanya dalam satu bidang pengetahuan yang sempit,

maka filsafat membahas hal-hal yang lebih luas dan mendalam. Filsafat biasanya

memberikan pengetahuan reflektif dan kritis, sehingga pengetahuan yang

sebelumnya kaku dan cenderung tertutup menjadi longgar kembali.

2.1.2 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

1. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek

psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar akan

mengalami perubahan baik dari aspek ukuran maupun dari aspek proporsi

yang mana hal ini terjadi akibat pematangan fungsi organ,selain itu semakin

bertambah usia maka semakin banyak pengalaman dan pengetahuan yang di

8
peoroleh oleh seseorang, sehingga meningkatkan kematangan mental dan

intelektual ( Hurlok, 2009)

2. Tingkat pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain

terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Jika seseorang memiliki

tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap

seseorang terhadap penerima,informasi dan nilai-nilai yang baru

diperkenalkan ( Soekanto, 2002)

3. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk

memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan,tetapi lebih banyak merupakan cara

mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan banyak tantangan.

Semakin lama seseorang bekerja semakin banyak pengetahuan yang diperoleh

(Wati, 2009)

4. Sumber informasi

Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang

untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Adanya informasi baru mengenai

suatu hal memberikan landasan kognitif baru terbentuknya pengetahuan

terhadap hal tersebut (Erfandi, 2009)

2.1.3 Ilmu Agama

Pengetahuan agama adalah ilmu yang hanya diperoleh dari Allah melalui

utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan harus diyakini oleh pemeluk

agama. Ilmu mengandung beberapa hal pokok yaitu ajaran tentang bagaimana

berhubungan dengan Tuhan yang sering juga disebut dengan hubungan vertikal

9
dan bagaimana berhubungan dengan sesama manusia yang sering juga disebut

dengan hubungan horizontal.

2.1.4 Sifat dan Sumber Pengetahuan

a. Hakikat pengetahuan

Pengetahuan pada dasarnya adalah kondisi mental. Mengetahui sesuatu berarti

membentuk suatu pendapat tentang suatu objek, dengan kata lain menyusun

gambaran fakta-fakta yang berada di luar nalar. Ada dua teori untuk

menentukan hakikat pengetahuan, yaitu:

1) Realisme

Teori ini memiliki pandangan yang realistis tentang alam. Pengetahuan

menurut realisme adalah gambaran sebenarnya dari apa yang ada di dunia

nyata (dari fakta atau esensi). Pengetahuan atau gambaran yang ada dalam

pikiran berasal dari aslinya yang berada di luar pikiran. Ini seperti gambar

yang terdapat dalam sebuah foto. Dengan demikian, realisme berpendapat

bahwa pengetahuan itu benar dan tepat bila sesuai dengan kenyataan.

2) Idealisme

Ajaran idealisme menegaskan bahwa tidak mungkin memperoleh

pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan kenyataan. Pengetahuan

adalah proses psikologis subjektif. Oleh karena itu, pengetahuan bagi

seorang idealis hanyalah gambaran subjektif, bukan gambaran objektif

realitas. Subyektif dipandang sebagai sesuatu yang mengetahui, yaitu dari

orang yang membuat gambar. Oleh karena itu, pengetahuan menurut teori

ini tidak menggambarkan hakikat kebenaran. Yang diberikan hanyalah

gambaran menurut pendapat atau pandangan orang yang mengetahui.

10
2.1.5 Sumber Pengetahuan

Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan antara lain:

a. Empirisme

Empirisme adalah aliran filsafat yang berpendapat bahwa pengetahuan

berasal dari pengalaman, sehingga pengenalan indrawi adalah pengenalan

yang paling jelas dan sempurna. Tokoh utama aliran empirisme ini adalah

Francos Bacon (1210-1292 M), yang berpendapat bahwa pengetahuan yang

benar adalah pengetahuan yang diterima manusia melalui kontak inderawi

dengan dunia fakta. Pengalaman adalah sumber pengetahuan yang sejati.

b. Rasionalisme

Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar dari kepastian pengetahuan.

Pengetahuan diukur dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan

merangkap objek. Penganut rasionalisme percaya bahwa kebenaran dan kesalahan

terletak pada ide-ide dan buku-buku dalam hal-hal. Jika kebenaran mengandung

makna memiliki ide-ide yang sesuai dengan yang menunjuk pada kenyataan, maka

kebenaran hanya bisa ada dalam pikiran kita dan hanya bisa diperoleh dengan akal

semata.

c. Intuisi

Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari revolusi pemahaman yang

tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan

kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini (intuisi) memerlukan suatu usaha. Ia

juga mengatakan bahwa intuisi adalah suatu pengetahuan yang langsung, yang mutlak

dan bukan pengetahuan yang nisbi. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan.

Sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara intuisi tidak dapat diandalkan.

Pengetahuan intuisi dipergunakan sebagai hipotesa bagi analisis selanjutnya dalam

11
menentukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakan. Kegiatan intuisi dan

analisis bisa bekerja saling membantu dalam menemukan kebenaran. Bagi Nietzchen

intuisi merupakan “inteligensi yang paling tinggi” dan bagi Maslow intuisi merupakan

“pengalaman puncak” (peak experience).

2.1.6 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang memadai dalam ranah kognitif memiliki 6 tingkatan, yaitu

(Notoatmodjo, 2003):

1. Tahu (Tahuknow)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk dalam tingkat pengetahuan ini adalah mengingat sesuatu

yang spesifik dari semua materi yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Oleh karena itu, mengetahui ini adalah tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang mereka

pelajari termasuk menyebutkan, menggambarkan, mendefinisikan, menyatakan dan

sebagainya.

2. Memahami (Comprehention)

Pemahaman diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi dengan benar.

Orang yang sudah memahami objek atau materi harus mampu menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, memprediksi, dan sebagainya objek yang

dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari dalam situasi atau kondisi nyata (aktual). Penerapan di sini dapat

12
diartikan sebagai penerapan atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan materi atau suatu objek

menjadi komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi, dan

masih mempunyai hubungan satu sama lain. Kemampuan analitis ini terlihat dari

penggunaan kata kerja, seperti mampu mendeskripsikan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk membenarkan atau

mengevaluasi suatu materi atau objek. Penilaian didasarkan pada kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang ada.

2.2 Konsep Perilaku kesehatan


2.2.1 Definisi perilaku kesehatan

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologi semua makhluk
hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan manusia itu berperilaku,
karena mereka memiliki aktivitas masing-masing. Psikologi perilaku manusia (human
behavior) sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks (Azwar,
2012).
Menurut Fitriani (2011) bahwa perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia
baik yang dapat diamati langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku
manusia pada hakikatnya tindakan manusia itu sendiri yang bentangannya sangat luas
mulai dari berjalan, bicara, menangis, tertawa, bekerja dll. (Menurut Ali 2010) bahwa
perilaku merupakan respons/ reaksi individu terhadap stimulasi yang berasal dari luar dan
atau dalam dirinya.
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum sesorang mengadopsi
perilaku yang baru dalam dirinya maka orang tersebut mengalami proses berurutan, yakni:

13
a. Kesadaran (Awareness) yakni dimana seseorang telah menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus.
b. Merasa tertarik (Interst) yakni, merasa tertarik terhadap stimulus atau obyek
tersebut.
c. Mengevaluasi yakni, menimbang terhadap baik dan buruk nya stimulus bagi
dirinya. Hal ini berarti sikap individu sudah lebih baik lagi.
d. Mencoba (Trial) yakni, dimana individu mulai mencoba melakukan suatu yang
sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adopsi yakni, subyekberperilaku baru sesuai dengan pengetahuan dan sikap
stimulus.
Sesuai dengan batasannya perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk
pengalaman dan interaksi individu dan lingkungannya, khususnya yang menyangkut
pengetahuan, sikap tentang kesehatan serta tindakannya yang berhubungan dengan
kesehatan.
Perilaku dapat dibatasi sebagian jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap dan sebagainya)
(Notoadmojo, 1999). Untuk memberikan respon terhadap situasi di luar objek tersebut.
Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan). Bentuk operasional dari perilaku
dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:
a. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi dan
rangsangan.
b. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan atau
rangsangan dari luar diri si subjek sehingga alam itu sendiri akan mencetak
perilaku manusia yang hidup di dalamnya, sesuai dengan sifat keadaan alam
tersebut (lingkungan fisik) dan keadaan lingkungan sosial budaya yang bersifat non
fisik tetapi mempunyai pengaruh kuat terhadap pembentukan perilaku manusia.
Lingkungan ini adalah merupakan keadaan masyarakat dan segala budi daya
masyarakat itu lahir dan mengembangkan perilakunya.
c. Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa perbuatan terhadap
situasi dan rangsangan dari luar.
2.2.2 Pembentukan perilaku

Menurut pendapat Skinner yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005), perilaku


merupakan respons atau reaksi seseorang dalam stimulus (rangsangan dari luar), dan

14
kemudian organisme tersebut merespon, maka teori ini disebut “S-OR” atau Stimulus
Organisme Respons. Respon di bedakan menjadi dua yaitu:

1. Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh


rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut
elicting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.
2. Operant respons atau Instrumental, yakni respons yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsangan
tertentu.perangsangan ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce,
karena memperkuat respons.
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu
1. Perilaku tertutup (Covert Behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup (covert) respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas
pada perhatian, persepsi, pengetahuan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat di amati secara jelas oleh
orang lain. Oleh sebab itu, disebut covert behaviour atau unobservable
behaviour.
2. Perilaku terbuka (Overt Behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat. Oleh
sebab itu disebut overt behaviour
Menurut Fitriani (2011) bahwa perilaku manusia terbesar adalah perilaku
yang dibentuk dengan perilaku yang dipelajari, bagaimana cara
membentuk perilaku yang sesuai harapan yakni:
a. Pembentukan perilaku dengan kebiasaan
Pembentukan perilaku dengan kebiasaan dapat dilakukan
dengan melakukan kebiasaan perilaku yang sesuai harapan maka
terbentuklah suatu perilaku contohnya perilaku mencuci tangan,
menggosok gigi.
b. Pembentukan perilaku dengan pengertian

15
Perilaku juga dapat dilakukan dengan pengertian (insight).
Dalam teori ini belajar yang dilakukan secara kongnitif disertai
dengan adanya pengertian yang dikemukakan Kohler, sedangkan
Thoendike mengemukakan dalam belajar yang terpenting adalah
latihan. Contohnya yaitu perilaku pemakaian helm bagi pengguna
kendaraan bermotor, serta tidak terlambat datang bekerja karena
takut mengganggu pekerajaan teman yang lainnya.
c. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model
Pembentukan perilaku juga dapat ditempuh dengan cara
menggunakan model. Contohnya anak yang melakukan perilaku dan
kebiasaan yang mirip dengan yang dilakukan oleh orangtuanya.
Teori yang berkaitan dengan perilaku menggunakan model oleh
Bandura (1977) dalam teori belajar sosial atau observational
learning theory.
2.3 Konsep Malaria
2.3.1 Definisi Malari
Malaria merupakan penyakit menular,adalah beberapa buku yang
mendefinisikan malaria, yaitu sebagai berikut:“malaria adalah penyakit infeksi oleh
parasif lasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah
manusia.penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles”.
(pedoman tata laksana kasus malaria di indonesia,Tahun 2006) .
Maalaria adalah termasuk penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus
plasmodium,yang di tandai dengan demam mendadak(parozysmal),anemia,dan
pembesaran limpah. Yang disebabkan oleh nyamuk Anopheles”(pedoman proyek
pengimbangan pendidikan sanitasi pusat depkes RI,Tahun 2005).
2.3.2 Jenis -Jenis Penyakit Malaria
Saampai saat inidi indonesia di kenal empat macam(speseis)parasit malaria yaitu:
Plasmadium falcifarum penyebab penyakit malaria tropika yang sering menyebabkan
malaria berat/malaria otak dengan kematian.
1) Plasmadium vivax penyebab penyakit malaria betina.
2) Plasmadium malaria penyakit malaria penyebab penyakit quartan.
3) Plasma ovale penyebab penyakit ovale: jenis ini jarang sekali di jumpai di
banyak di afrika dan di pasifik barat.(slamet soimirat,1994).
2.3.3 Etiologi
16
Penularan malaria dilakukan oleh nyamuk Anopheles betina dari jenis malaria
yang berbahaya adalah malaria yang disebabkan oleh plasmodium falcifarum karena,
sering di tunjukkan gejala demam, mengigil, pusing dan sakit kepala ,bahkan bisa
berlanjutan pada radang hati.

2.3.4 Gejala penyakit malaria


Penyakit malaria memiliki gejala-gejala klinis dengan gejala utama demam mengigil
secara berkaladan sakit kepala, kadang – kadang dengan gejalaklinis lainnya sebagai
berikut:
1) Ganguan kesadaran dalam berbagai derajat
2) Panas sangat tinggi
3) Nafsu makan menurun
4) Mual, kadang-kadang diikuti muntah
5) Sakit kepala yang berat terus menerus
6) Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas disertai pemberantasan
limpha
7) Malaria berat, gejala di atas disertai kejang-kejang dan penurunan
kesadaran sampai koma
8) Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinsinya tetapi yang
menonjol adalah mencret (diare) dan pucat karena kekurangan
darahh(anemia)
2.3.5 Faktor penyakit malari
Spesies dari nyamuk merupakan spesies yang cukup banyak jenisnya, tetapi
diindonesia ada beberapa jenis spesies yang telah dibuktikan sebagai faktor penyakit
malari.
1) Anopheles minimus-minimus
2) Anopheles venhuisi
3) Anopheles karwari
4) Anopheles punctulatus
5) Anopheles kochi
6) Anopheles sundaikus
7) Anopheles aconitus
8) Anopheles subpictus
9) Anopheles balabacensi
17
10) Anopheles nigermus dan Anopheles sinensi
11) Anopheles flavirostis
12) Anopheles brancrofti
13) Anopheles frautti
14) Anopheles umbrosus
15) Anopheles kolieseis
16) Anopheles malculatus
17) Anopheles sundaicus
18) Anopheles letifer
19) Anopheles baloabacensi
2.3.6 Faktor Yang Mempengaruhi Malaria Ditinnjau Dari Epidemiologi
1) Manusia (host)
Manusia memegang peranan penting dalam terjainya penularan penyakit malaria
seperti: faktor pendidikan , perumahan ,pekerjaan, ekonomi .
2) Pendidikan
Pola perilaku masyarakat akaan tercermin dari tinngkat pendidikan dimana
semakin baik pendidikan masyarakat semakin baik pula cara mereka untuk hidup
sehat
3) Perumahan
Perumahan mempengaruhi penularan penyakit, dimana rumah tidak memenuhi
syarat kontruksi maupun fasilit as kesehatan lingkungan lainnya akaan
menimbulkan mata rantai penularan
4) Pekerjaaan
Pekerjaaan masyaraakat sebagai petani juga dapat mempengaruhi penularan
malaria, dimana pekerjaaan sama- sama melakukan dikebun seseorang pada siang
hari.hal ini dapat terjadi karena kebiasaan nyamuk Anopheles mengigit pada
siang hari .
2.3.7 Penyebab penyakit malaria (Agent)
Di indoneesia ada empat macam (spesies) parasit penyebab malaria antara lain adalah;
1) Plasmodium falcifarum
2) Plasmodium vivax
3) Plasmodium malarie
4) Plasmodium ovale
5) lingkungnan (Environment)
18
1. Faktor lingkungan mencakup semua askep luar agent atau host karena itu
sangat beragam dan uumumnya digolongkan menjadi beberapa faktor, yaitu
lingkungan fisik, lingkungan kimiawi, lingkungan biologi dan lingkungann
sosial.Suhu udara sangat meempengaruhi panjang penddeknya siklus sporogoni
atau masa inkubsi ekstrinsik . pada suhu melebihi 32

2.3.8 Pencegahan Malaria


Pencegahan malaria secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi beberapa
kegiatan.
1) Pencegahan malaria secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi
beberapa kegiatan.Parasit adalah dengan pengobatan profilaksis atau
pengobatan preventif.
2) Orang yang akan melakukan perjalanan ke daerah endemis malaria harus
minum obat antimalaria paling lambat seminggu sebelum keberangkatan
sampai dengan empat minggu setelah orang tersebut meninggalkan daerah
endemis malaria.
3) Ibu hamil yang akan bepergian ke daerah endemis malaria diperingatkan
tentang risiko yang mengancam kehamilannya. Sebelum bepergian, ibu
hamil disarankan untuk berkonsultasi ke klinik atau rumah sakit dan
mendapatkan obat antimalaria.
4) Bayi dan anak-anak di bawah usia empat tahun dan tinggal di daerah
tersebut malaria endemik harus mendapat obat antimalaria karena
tingkatKematian bayi/anak akibat infeksi malaria cukup tinggi
2.3.9 Pencegahan Gigitan Nyamuk.
Di daerah yang jumlah penderitanya sangat banyak, tindakan pencegahan gigitan
nyamuk sangat penting dilakukan. Oleh karena itu, dianjurkan untuk memakai baju
lengan panjang dan celana panjang saat keluar rumah terutama pada malam hari,
memasang kawat kasa di jendela dan ventilasi rumah, serta menggunakan kelambu
saat tidur.
1) Orang juga bisa menggunakan minyak pengusir nyamuk saat tidur di
malam hari untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, karena vektor
malaria biasanya menggigit pada malam hari.

19
2) Membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa,Untuk membunuh jentik
dan nyamuk malaria dewasa dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
3) Penyemprotan rumah Sebaiknya penyemprotan rumah di daerah endemis
malaria dengan insektisida dilakukan dua kali dalam setahun dengan
selang waktu enam bulan.
4) Larvasida.Larvasida merupakan kegiatan penyemprotan rawa yang
berpotensi sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk malaria.
5) Pengendalian hayati Pengendalian hayati adalah kegiatan menebar ikan
kepala timah (Panchaxpanchax) dan ikan guppy/wader (Lebistus
reticulatus) di genangan air mengalir dan persawahan. Ikan ini berfungsi
sebagai predator jentik nyamuk malaria.
6) Mengurangi Tempat Perkembangbiakan Nyamuk Malaria Tempatper
kembangbiakannyamuk malaria berbeda-beda, tergantung spesiesnya
nyamuk. Ada nyamuk malaria yang hidup di daerah pesisir, rawa-
rawa,kolam, sawah, kolam ikan, atau hidup di air pegunungan yang bersih.
Di daerahdaerah endemis malaria, yaitu daerah yang sering terjangkit
malaria,masyarakat harus menjaga kebersihan lingkungan. Kolam ikan
kurang terawat harus dibersihkan, parit-parit di sepanjang pantai
digunakan Penggalian yang diisi dengan air payau harus ditutup dan sawah
dengan kanalair irigasi harus dipastikan mengalir dengan lancar.
7) Upaya pencegahan malaria lainnya adalah melalui pendidikan kesehatan
masyarakat dengan perubahan perilaku tidak sehat menjadi perilaku
sehat,berarti perilaku yang didasarkan pada prinsip-prinsip kesehatan atau
kesehatan.Pendidikan yang diberikan kepada masyarakat harus
direncanakan dengan menggunakan strategi yang tepat yang disesuaikan
dengan kelompok sasaran dan masalah kesehatan masyarakat yang ada.

20
BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Pengetahuan Masyarakat
Pencegahan
Malaria
Perilaku Masyarakat

1. BAIK
2. CUKUP
3. KURANG
Keterangan :
: Diteliti

: Tidak Diteliti
: Mempengaruhi

21
22
1.2 Defenisi Operasional
Definisi Operasional adalah definisi yang diberikan pada suatu variabel dengan cara memberikan arti yang diberikan
untuk mengukur variabel tersebut menurut(DR.Soekidjo Notoatmodjo).
Variable Defenisi Parameter Alat ukur Skala Hasil
Independen Operasional Ukur Ukur

1. pengetahuan Pemahaman masyarakat Siswa Dapat Mengetahui: Kuesioner Ordinal Setiap jawaban benar diberi skor=1
1. Apa Pengertian Malaria Setiap jawaban salah=0
tentang pencegahan
2. Apa Tanda Dan Gejala Untuk menentukan pengetahuan
malaria 3. Kasus Malaria dikatakan.
Bagaimanana Cara a. Baik jika benar 76%-100%
Pencegahan Malaria b. Cukup jika benar 56-76%
4. Penatalaksanaan c. Kurang jika benar ≤ 56%
2. Perilaku Perilaku merupakan suatu Faktor perilaku: Kuesioner Ordinal Dikatakan baik bila dapat menjawab
perbuatan/tindakan dan 1. Perilaku dalam bentuk pertanyaan benar 80-100%
perkataan seseorang yang pengetahuan Dikatakan cukup bila mejawab
sifatnya dapat diamati, 2. Perilaku dalam bentuk pertanyaan benar (50-79)
digambarkan dan dicatat Sikap Dikatakan kurang bila menjawab
oleh orang lain ataupun 3. Perilaku dalam bentuk pertanyaan benar (<50%)
orang yang melakukannya. tindakan (Arikunto 2015)

23
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode untuk
mendapatkan gambaran tentang Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat tentang
Pencegahan Malaria wilayah kerja di desa mbatakapidu kecamatan kota waingapu
kabupaten sumba timur
4.2 Rancangan penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan studi deskriptif yaitu meneliti masalah melalui suatu
kelompok yang bertujuan untuk mengetahui Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat tentang
Pencegahan Malaria di Wilayah Kerja Desa Mbatakapidu Kecamatan Kota Waingapu
dengan cara membagikan kuisioner.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo,
2005) Jumlah Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini semua masyarakat Desa
Mbatakapidu yang pernah menderita malaria berjumlah 157 orang
4.3.2 Sampel
4.3.3 Sampel merupakan sebagian dari keseluruhan yang diambil dari seluruh objek yang
diteliti serta dianggap mewakili seluruh populasi Notoatmojo (2010). Penelitian akan
menggunakan teknik simple sampling dengan survei.besar sampel dalam penelitian ini
adalah 61 orang dihitung menggunakan rumus perhitungan besar sampel menurut Slovin:
Keterangan :

24
Keterangan:
N = Jumlah populasi

n = Besar sampel

e = Signifikansi

n= N / (1 + ( N x e2))

n= 157 / (1 + (157 x 0,12))

n= 157 / (1 + (157 x 0,01))

n= 157 / (1 + 1,57)

n= 157 / 2,57

n= 62

Kriteria inklusi dalam penelitian:


a. Masyarakat yang pernah menderita malaria di Wilayah Kerja Desa Mbatakapidu
b. Bersedia untuk diteliti
c. Responden bertempat tinggal di Wilayah Kerja Desa Mbatakapidu
d. Responden sehat jasmani dan rohani

4.4 Variabel Penelitian


4.4.1 jenis variabel penelitian
Jenis variable yang akan di analisis didalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) variable
yaitu variabel bebas (independen variabel) dan variabel terkait (Dependen variabel).
Variabel bebas ini merupakan variabel yang memiliki pengaruh atau variabel terkait,
variabel bebas (independen variabel) dalam penelitian ini adalah: Pengetahuan dan
perilaku. Variabel terkait (dependen variabel) dalam penelitian ini adalah: Pencegahan
Malaria.

25
4.5 lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah Kerja Desa Mbatakapidu Kecamatan Kota
Waingapu dengan alasan Desa terpilih menjadi rangking kasus malaria. Waktu
penelitian selama bulan April
4.6 Instrumen Penelitian
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa lembaran kuesioner
yang dibuat peneliti untuk keluarga di Desa Mbatakapidu Wilayah Kerja Puskesmas
Waingapu dengan 10 butir pentanyan mengenai pengetahuan Masyarakat dan 10 butir
pertanyaan mengenai Perilaku Masyarakat. Yang terdiri dari pernyataan positif dan
pernyataan negatif. Pada pernyataan positif apabila responden menjawab Ya maka
nilainya 1 dan apabila menjawab tidak nilainya 0. Berbeda dengan pernyataan negatif
apabila menjawab Ya nilainya 0 dan apabila menjawab tidak nilainya 1.
4.7 Metode Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa cara dalam memperoleh data-data:
4.7.1Metode Pengumpulan Data
a) Data primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh melalui lembar
kuesioner penelitian
b) Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh atau di dapatkan
dari internet, Dinas Kesehatan, Puskesmas, Data Desa.
c) Pegolahan data
pengolahan data dengan menggunakan editing, decoding, scoring dan membuat
tabulasi.
1. Editing: yaitu untuk melihat apakah data yang diperoleh sudah lengkap atau kurang
2. Coding: mengklasifikasikan jawaban dari responden menurut macamnya dengan
memberi kode pada masing-masing jawaban menurut item pada kuesioner.
3. Sknoring: yaitu pemberian nilai dari masing-masing jawaban responden
Pemberian score: bila jawaban benar diberi nilai 1, bila jawaban salah nilai 0.
4. Tabulasi: mengelompokan data dalam bentuk tabel

26
4.7.3 Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data kuantitatif menggunakan
pendekatan statistik deskriptif yang di tampilkan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi yang memudahkan di analisis dalam mendeskripsikan atau menggambarkan
data yang telah terkumpul.
4.8 Etika Penelitian
a. Informed Consent (Lembar Persetujuan)
Tujuan diberitahukan persetujuan adalah agar subyek memahami maksud
dan tujuan penelitian, mengetahui, jika subyek, maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan dan jika subyek tidak bersedia maka peneliti
harus menghormati hak pasien (Hidayat, 2009)
b. Anominity (Tanpa Nama)
Tujun menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama responden
pada format pengumpulan data, cukup dengan memberi nomor kode pada masing-
masing lembar tersebut atau menggunakan intial. Responden satu di beri kode 1,
responden 2 diberi kode 2, sampai subyek terpenuhi.

c. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti.
Peneliti memberikan nomor kode pada setiap responden, dan juga peneliti tidak
menggunakan nama setiap responden tetapi peniliti menggunakan initial responden

27
4.9 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Jadwal Penelitian


Feb Mar Apr Mei Juni Juli
1 Persiapan proposal √
2 Seminar Proposal √
3 Perbaikan Proposal √
4 Pengambilan data √
5 Penyusunan Laporan √
6 Ujian KTI √
7 Pengumpulan KTI √

28
DAFTAR PUSTAKA

Arsin, A. A (2012) Malaria di Indonesia tinjauan aspek Epidemiologi , Makasar :


Masegna press
Azwar. Syarifuddin. 2012 Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya Cetakan XVII.
Pustaka Belajar. Yogyakarta

Handayani. Dkk. 2008. Faktor resiko penularan Malaria Vivak. Berita kedokteran
Masyarakat Vol. No. 1 2008. Semarang

Haqi, N. Z., & Atuti, F. D. (2017). Hubungan antara faktor lingkungan dan perilaku
dengan kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Sanggang Kabupaten
Manokwari Papua Barat. Jurnal kedokteran dan kesehatan, 12(2), 202-213

Hasyimi, M., & Herawati, M. H. (2015). Hubungan Faktor Lingkungan Yang


Berpengaruh Terhadap Kejadian Malaria Di Wilayah Timur Indonesia (Analisis
Data Riskesdas 2010). Jurnal Ekologi Kesehatan, 11(1 Mar), 83–91.

Isnqeni, L., Saraswati, LD, Wuryanto, MA, & Udiyono, A. (2019). Faktor perilaku dan
faktor lingkungan yang berhubungan dengan kejadian malaria di Wilayah Kerja
Puskesmas Gebang Kabupaten Purworejo. Jurnal kesehatan masyarakat (Undip),
7(2), 31-38.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Buku Saku Penatalaksanaan Kasus


Malaria.

Kementrian Kesehatan. (2018). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Mar’at. 1985. Sikap Manusia, Perubahan serta pengukurannya. Ghalia Indonesia.


Bandung

Mubarok, Cahayatin. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Prose Belajar


Mengajar Dalam Pendidikan Grahana Ilmu. Yokyakarta.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Ilmu Perilaku. PT. Rineke Cipta: Jakarta

Rangkuti, A. F., & Sulistyani, S (2017). Faktor lingkungan dan perilaku yang
berhubungan dengan kejadian malaria di Kecamatan Penyambungan. Mandailing

29
Natal Sumatera Utara. Balaba: Jurnal Litbang Pengendalian penyakit Bersumber
Binatang Banjarnegara 1-10

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan pengembangan


kesehatan kementerian RI tahun 2018.

Sorontou Y. Ilmu malaria klinik. Jakarta EGC, 2014

WHO. 2014. Word malaria Report 2014. WHO Press. Switzerland

Widoyono. 2011. Penyakit Tropis: Epidemiologi, penularan, Pencegahan Dan


Pemberantasannya Edisi 2 Erlangga. Jakarta

Zohra, AF, Anwar, S., Fitri, A.,& Nasution, MH (2019). Klasifikasi wilayah
provinsi Aceh berdasark an tingkat kerentanan kasus malaria tahun 2015-2018. J.
Kesehatan lingkungan. Indonesia, 2019, 18 (1), 25

30
Lampiran I

LAMPIRAN- LAMPIRAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN WAINGAPU
JLN. ADAM MALIK, NO.126, TELP (0387) 61715

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth : Bapak/Ibu Masyarakat Desa Mbatakapidu Kecamatan Kota Waingapu

Nama saya : Mersi Rima Atahumba, Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang
Program Studi Keperawatan Waingapu angkatan 2019 melaksanakan penelitian dengan judul
“Studi Deskristif Pengetahuan Dan Tindakan Masyarakat Tentang Pencegahahan
Malaria Di Desa Mbatakapidu Kecamatan Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur
”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengetahuan dan tindakan
masyarakat tentang pencegahan malaria di Desa Mbatakapidu. Apabila Bapak/Ibu/Sdr/I
menyetujui, maka dengan ini saya minta kesediaan bapak/Ibu/Sdr/I untuk menandatangani
lembar persetujuan ini dan saya mohon kesediaan Bapak/ibu untuk menjawab pertanyaan
yang saya berikan dalam bentuk pertanyaan dalam kuesioner. Jika Bapak/Ibu/Sdr/I tidak
bersedia untuk berpartisipasi saya tidak akan memaksa.

Atas perhatian Bapak/Ibu/Sdr/I, saya ucapkan terima kasih.

Tanda tangan :....................


Tanggal :
Waingapu, , , 2022

Pemohon

Mersi Rima Atahumba


NIM : PO.5303203191191

31
Lampiran II
SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN
INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswi prodi Keperawatan waingapu
Nama :Mersi Rima Atahumba
Nim :PO 5303203191191

Bermaksud mengadakan dengan judul “Studi Deskristif Pengetahuan Dan Tindakan


Masyarakat Tentang Pencegahahan Malaria Di Desa Mbatakapidu Kecamatan Kota
Waingapu Kabupaten Sumba Timur”. Informasi yang di berikan akan saya simpan
kerahasiaannya, anda mempunyai hak bertanya dengan bebas tentang penelitian ini.

Apabila Bapak/Ibu/sdr/I menyetujui maka dengan ini saya memohon kesediaan


responden untuk menandatangani lembaran persetujuan dan menjawab pertanyaan -
pertanyaan yang saya ajukan dalam lembar kuesioner.

Atas perhatian bapak/sdr/I sebagai responden, saya ucapkan terima kasih.

Waingapu, Mei 2022

( Responden ) ( Peneliti )

( ) ( Mersi Rima Atahumba)

32
KUISONER
STUDI DESKRISTIF PENGETAHUAN DAN TINDAKAN MASYARAKAT
TENTANG PENCEGAHAHAN MALARIA DI DESA MBATAKAPIDU
KECAMATAN KOTA WAINGAPU KABUPATEN SUMBA TIMUR
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Nomor responden :
2. Jenis kelamin :
3. Umur : ........tahun
4. Pendidikan : :
5. Pekerjaan :
Petunjuk: berilah tanda ceklist (√) pada salah satu jawaban dibawah in
A. PENGETAHUAN

No Pernyataan Ya Tidak
1 Malaria dapat timbul akibat lingkungan yang kotor
2 Malaria adalah penyakit menular yang dapat menyerang siapa
saja mulai dari balita sampai orang tua
3 Malaria merupakan salah satu penyakit yang dapat
menyebabkan kematian

4 Apakah semua nyamuk dapat menyebabkan malaria

5 Gejala awal malaria adalah demam yang lama sembuh

6 Masa inkubasi penyakit malaria Plasmodium falciparum 10-


12 hari

7 Membunuh jentik nyamuk dengan kapur barus

8 Memberantas sarang nyamuk malaria dengan 3 M (menguras,


menutup, mengubur)

9 Malaria merupakan infeksi pada sel darah merah

33
B. TINDAKAN

No Pernyataan Ya Tidak
1 Menggunakan kawat kasa pada ventilasi rumah
2 Menggunakan kelambu pada saat tidur malam hari
3 Menggunakan obat anti nyamuk saat tidur malam hari
4 Menggunakan baju lengan panjang ketika keluar rumah pada
malam hari
5 Memiliki kebiasaan tidak menggantung pakaian di dirumah
seperti dibelakang pintu
6 Tidak ada tempat yang dapat menimbulkan genangan air
7 Tidak ada tumbuhan liar atau semak belukar

34

Anda mungkin juga menyukai