Anda di halaman 1dari 4

RINGKASAN

“Pengaruh Gerakan Satu Rumah Satu Juru Pemantau Jentik Terhadap Keberadaan
Jentik di Kelurahan Watubangga”

Demam Berdah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi nyamuk yang ditemukan di
daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, transmisi telah
meningkat terutama di daerah perkotaan dan semi-perkotaan dan telah menjadi keprihatinan
utama kesehatan masyarakat internasional. Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Kolaka, diketahui bahwa Puskesmas Watubangga, merupakan wilayah Puskesmas dengan
tingkat kejadian DBD tertinggi dimana pada tahun 2017 angka kesakitan atau IR sebesar 419
per 100.000 penduduk kemudian menyusul Puskesmas Kolaka dengan IR 328 per 100.000
penduduk. Pada tahun 2018 Puskesmas Watubangga, masih menjadi wilayah Puskesmas
dengan kejadian DBD tertinggi, dimana IR sebesar 381,9 per 100.000 penduduk,kemudian
menyusul Puskesmas Pomalaa dengan IR sebesar 285 per 100.000 penduduk. Pada tahun
2019, angka kesakitan mengalami peningkatan, dimana Puskesmas Watubangga dengan IR
terbesar yakni 429,65 per 100.000 penduduk, kemudian menyusul Puskesmas Kolaka sebesar
108,18 per 100.00 penduduk dan Puskesmas Pomalaa sebesar 87,73 per 100.000 penduduk
(Puskesmas Watubangga, 2020).
Dari hasil pengamatan langsung diketahui bahwa daerah Kelurahan Watubangga
merupakan daerah pesisir dan ditemukan banyak tempat-tempat potensial
perkembangbiakkan nyamuk atau breeding place disekitar wilayah Kelurahan Watubangga.
Kemudian berdasarkan pemantauan perilaku PSN masyarakat di Wilayah Kelurahan
Watubangga, diperoleh informasi bahwa dari 15 (lima belas) responden yang diamati, masih
terdapat delapan (8) responden (53%) masyarakat yang tidak menutup tempat
penampungan air sehingga dapat menjadi tempat pembiakan telur nyamuk Aedes Aegipty.
Terdapat 11 responden (73%) responden yang menampung air hujan untuk dikonsumsi
setiap hari sehingga mereka jarang membersihkan penampungan air karena takut akan
kehabisan air. Kemudian, terdapat sepuluh (10) responden atau 67% yang mempunyai
kebiasaan menggantung pakaian habis pakai di belakang pintu kamar. Hanya ada dua (2)
responden (13%) yang masih menggunakan kelambu saat tidur pada siang hari. Terdapat
delapan (8) responden (53%) yang sampahnya berserakan dan tidak mengubur barang
bekas sehingga berpotensi menjadi tempat perindukan nyamuk. Mempertimbangkan, dari
indikator pengendalian penyakit demam berdarah yang kurang maksimal, maka peneliti
berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Gerakan Satu Rumah Satu Juru
Pemantau Jentik Terhadap Keberadaan Jentik di Kelurahan Watubangga”.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan pre eksperimen.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang bermukim di wilayah
Kelurahan Watubangga Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka sebanyak 608 kepala
keluarga (KK). Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner dan lembar
observasi,yang dimana sebelum digunakan di uji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu
dengan mengambil sampel di Desa Tandebura sebanyak 20 responden. Sampel dalam
penelitian sebagaian dari kepala keluarga yang bermukim di Kelurahan Watubangga
sebanayak 236 responden. Data di terlebih dahulu di analisis secara deskriptif kemudian di
analisis secara inferensial menggunakan uji Mc Nemar.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh gerakan satu rumah satu juru
pemantau jentik terhadap pengetahuan masyarakat tentang pemberantasan sarang nyamuk di
Kelurahan Watubangga Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka, dimana diperoleh p-
value sebesar 0,000 < α =0,05. Ada pengaruh gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik
terhadap sikap masyarakat dimana diperoleh p-value sebesar 0,000 < α =0,05. Ada pengaruh
gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik terhadap praktik pemberansan sarang nyamuk
masyarakat dimana diperoleh p-value sebesar 0,000< α =0,05. ada pengaruh gerakan satu
rumah satu juru pemantau jentik terhadap keberadaan jentik di Kelurahan Watubangga
dimana diperoleh p-value sebesar 0,000 < α =0,05.
Setelah dilakukan intervensi dengan gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik
terdapat peningkatan keterampilan masyarakat dalam upaya pencegahan demam berdarah
dengue. Oleh karena itu, diharapkan program gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik
dapat di implementasikan di seluruh wilayah Republik Indonesia. Disarankan bagi Dinas
Kesehatan dan Puskesmas ataupun sektor terkait untuk terus memelihara perilaku
pemberantasan sarang nyamuk dan terus memacu keterlibatan seluruh masyarakat dalam
pengendalian jentik. Disarankan bagi Pemerintah Kelurahan atau sektor terkait sebaiknya
gerakan “kader jumantik” yang dibentuk pada saat penelitian dapat dilestarikan dan dibentuk
semacam kepengurusan oleh masyarakat dalam mengelola sumber daya terkait upaya
pengendalian jentik yang dilakukan oleh warga.

ABSTRACT
ABSTRAK

Universitas Mandala Waluya Kendari


Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat
Thesis, Juni 2021
Yanti (M2018…..)
“PENGARUH GERAKAN SATU RUMAH SATU JURU PEMANTAU JENTIK
TERHADAP KEBERADAAN JENTIK DI KELURAHAN WATUBANGGA”

Pembimbing I : Dr. Timbul Supodo, SKM.,M.Kes


Pembimbing II : Dr. Sunarsih, SKM.,M.Kes

Demam Berdah Dengue adalah penyakit infeksi nyamuk yang ditemukan di daerah
tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, transmisi telah
meningkat terutama di daerah perkotaan dan semi-perkotaan dan telah menjadi keprihatinan
utama kesehatan masyarakat internasional.Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik terhadap keberadaan jentik di
Kelurahan Watubangga Kecamatan Watubangga.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan pre eksperimen.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang bermukim di wilayah
Kelurahan Watubangga sebanyak 608 KK. Sampel dalam penelitian sebagian dari kepala
keluarga yang bermukim di Kelurahan Watubangga sebanyak 236 responden. Sampel dipilih
dengan menggunakan metode sistematik random sampling. Data dikumpulkan melalui
kuesioner dan lembar observasi kemudian dianalsis secara deskriptif dan inferensial.
Penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh gerakan satu rumah satu juru
pemantau jentik terhadap pengetahuan masyarakat tentang pemberantasan sarang nyamuk,
dimana diperoleh p-value sebesar 0,000. Ada pengaruh gerakan satu rumah satu juru
pemantau jentik terhadap sikap masyarakat dimana diperoleh p-value sebesar 0,000. Ada
pengaruh gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik terhadap praktik pemberansan sarang
nyamuk masyarakat dimana diperoleh p-value sebesar 0,000. ada pengaruh gerakan satu
rumah satu juru pemantau jentik terhadap keberadaan jentik di Kelurahan Watubangga
dimana diperoleh p-value sebesar 0,000.
Setelah dilakukan intervensi dengan gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik
terdapat peningkatan keterampilan masyarakat dalam upaya pencegahan demam berdarah
dengue. Oleh karena itu, diharapkan program gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik
dapat di implementasikan di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Kata Kunci : Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik dan Keberdaan Jentik

Anda mungkin juga menyukai