Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH PELATIHAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK

(PSN) TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN


PENGELOLA TERMINAL DI TERMINAL REGIONAL DAYA KOTA
MAKASSAR

1
Rusydi Indra, 1Erniwati Ibrahim, 2Apik Indarty Moedjiono,
1
Syamsuar Manyullei, 1Agus Bintara Birawida, 2Masni

1
Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Hasanuddin
(Email: rusydi.indra@yahoo.co.id), (Email: ernikhalid1@gmail.com), (Email:
syamsuar.m@unhas.ac.id), (Email:agusbirawida@gmail.com)
2
Departemen Biostatistik dan Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Hasanuddin
(Email:indarty.95@gmail.com), (Email:masnimappajanci@rocketmail.com)

Alamat Koresponden:

Rusydi Indra
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin
Makassar: 90245
Hp: (+62) 8124500245
Email: rusydi.indra@yahoo.co.id
Abstrak

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang berhubungan


dengan keadaan lingkungan, iklim, mobilisasi yang tinggi, kepadatan penduduk, perluasan
perumahan dan perilaku masyarakat. Salah satu tempat yang tidak kalah kontribusinya dan
memungkinkan menjadi tempat penularan penyakit DBD yaitu tempat-tempat umum salah
satunya terminal, sehingga perlu dilakukan intervensi berupa Pelatihan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) bagi Pengelola Terminal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pelatihan PSN terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan pengelola terminal serta densitas
larva Aedes aegypti di Terminal Regional Daya Kota Makassar. Rancangan penelitian yang
digunakan yaitu Pre Eksperimental dengan pendekatan one group pre test post test. Sampel
pada penelitian ini ada dua yaitu sampel kontainer dan sampel peserta pelatihan. Teknik
pengambilan sampel untuk kontainer digunakan metode total sampling dan untuk peserta
pelatihan menggunakan metode purposive sampling. Data dianalisis menggunakan uji Paired
Sample T Test, Uji Wilcoxon dan Uji Friedmann. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada
perbedaan pengetahuan, sikap dan tindakan responden serta densitas larva Aedes aegypti di
Terminal Regional Daya sebelum dan setelah pelatihan berdasarkan hasil uji statistik
diperoleh p-value untuk pengetahuan = 0,000, sikap = 0,000 , tindakan = 0,001 dan densitas
larva = 0,000. Disimpulkan bahwa ada pengaruh pelatihan pemberantasan sarang nyamuk
terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan pengelola terminal serta densitas larva Aedes
aegypti. Dan disarankan agar kegiatan pemberantasan sarang nyamuk dilakukan secara rutin
oleh semua kalangan masyarakat untuk memutus siklus mata rantai perkembangbiakan
nyamuk yang dapat menimbulkan penyakit DBD.

Kata kunci : Pelatihan PSN, Pengetahuan, Sikap, Tindakan


PENDAHULUAN

Faktor utama risiko penularan penyakit bersumber dari perilaku masyarakat yang
kurang baik serta kondisi lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan, khususnya
penyakit berbasis lingkungan salah satunya yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD).
Diperkirakan bahwa Asia menyumbang 70% dari infeksi penyakit DBD, India sendiri
menyumbang 34%; 14% terjadi di Amerika, lebih dari setengahnya terjadi di Brasil dan
Meksiko; 16% terjadi di Afrika, dan hanya 0,2% di Oceania (Alvarado-Castro et al., 2017).
Di Indonesia pada tahun 2018 berjumlah 65.602 kasus, dengan jumlah kematian sebanyak
467 orang. Jumlah tersebut menurun dari tahun sebelumnya, yaitu 68.407 kasus dan jumlah
kematian sebanyak 493 orang. Sementara itu untuk cakupan angka bebas jentik (ABJ) tahun
2018 yang sebesar 31,5% menurun dibandingkan tahun 2017 sebesar 46,7%. ABJ merupakan
output yang diharapkan dari kegiatan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J) (Kementerian
Kesehatan, 2019).
Berdasarkan hasil pengambilan data awal di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Selatan, Jumlah kasus DBD di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2018 sebesar 2.122
dengan jumlah kematian sebanyak 19 orang (IR/ Angka kesakitan = 24 per 100.000 penduduk
dan dan CFR / angka kematian = 0,9%). Untuk Kota Makassar sendiri, jumlah kasus DBD
pada tahun 2018 sebanyak 256 kasus.
Penelitian Arsin et al (2013) tentang analisis faktor lingkungan dan gerakan PSN
DBD terhadap densitas larva nyamuk Aedes aegypti dan kejadian DBD di Kota Makassar,
ditemukan bahwa jenis kontainer, suhu, kelembaban dan pH mempengaruhi keberadaan larva
Nyamuk Aedes aegypti. Selain itu, terjadi peningkatan ABJ setelah dilakukan intervensi PSN
DBD (Gerakan 3M dan Abatisasi). Faktor manusia berupa perilaku dan partisipasi masyarakat
yang masih kurang dalam kegiatan PSN serta faktor pertambahan jumlah penduduk dan faktor
peningkatan mobilitas penduduk yang sejalan dengan semakin membaiknya sarana
transportasi juga menjadi salah satu penyebab penyebaran virus DBD semakin mudah dan
semakin luas (Arsin, 2013).
Kegiatan PSN dapat dilakukan dengan cara fisik, biologi, kimia dan melalui
pemberdayaan masyarakat. Upaya pemberdayaan masyarakat dengan melaksanakan kegiatan
PSN 3M Plus (menguras, menutup tempat penampungan air dan mendaur-ulang / memanfaat
kembali barang-barang bekas) serta ditambah (Plus) seperti : menaburkan larvasida pembasmi
jentik, memelihara ikan pemakan jentik, mengganti air dalam pot/vas bunga dan lain-lain
(Kementerian Kesehatan, 2016).
Salah satu sasaran pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pengendalian vektor
yang merupakan tempat potensial penularan DBD adalah tempat – tempat umum (TTU) yang
merupakan tempat berkumpulnya orang dari berbagai wilayah salah satunya yaitu terminal.
Bertemunya sekumpulan lintasan rute ini mengakibatkan banyaknya pergerakan yang terjadi
didalam terminal sehingga kegiatan yang ada didalam terminal pun beragam sehingga
memungkinkan terjadinya penularan penyakit yang berasal dari vektor khususnya nyamuk,
sehingga PSN juga perlu dilakukan di TTU khususnya terminal yang ada di sekitar
pemukiman (Indahsari, 2018; Kementerian Kesehatan, 2010). Hal ini sejalan dengan amanah
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan bahwa
pengelola, penyelenggara atau penanggung jawab TTU wajib melakukan upaya pengendalian
vektor dan binatang pembawa penyakit, termasuk pengendalian jentik nyamuk yang
dilakukan secara berkala dan berkelanjutan.
Pengembangan metode dan media promosi kesehatan dalam manajemen pencegahan
penyakit sudah banyak dilakukan. Akan tetapi pemberian informasi khusus pada masyarakat
tentang PSN masih sedikit dilakukan. Salah satu metode promosi kesehatan yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan adalah dengan
melakukan pelatihan
Berdasarkan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Batara (2018) menemukan bahwa
terminal di Sulawesi Selatan salah satunya Terminal Regional Daya, banyak ditemukan
sampah yang berserakan di sekitar terminal selain itu SPAL yang tersumbat juga
menimbulkan genangan air pada musim hujan berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk (Batara, 2018). Selain itu, Data dari Dinas Kesehatan Kota Makassar, Terminal
Regional Daya berada pada Kecamatan yang memiliki angka kejadian penyakit DBD yang
tertinggi, yaitu Kecamatan Biringkanaya dimana pada Tahun 2018 dan 2019 terdapat kasus
kematian akibat DBD yang berdomisili di sekitar Terminal Regional Daya Kota Makassar.
Hasil observasi awal yang dilakukan juga ditemukan adanya tempat perkembangbiakan
nyamuk yang ditandai dengan adanya jentik nyamuk di beberapa kontainer yang berada di
dalam toilet pada fasilitas umum terminal sehingga memungkinkan menjadi salah satu faktor
risiko penularan penyakit DBD.
Dengan melihat hal tersebut di atas, dimana TTU khususnya terminal tidak kalah
kontribusinya sebagai area penularan DBD, maka perlu dilakukan intervensi berupa Pelatihan
PSN bagi pengelola TTU khususnya di terminal. Pelatihan ini diharapkan memiliki pengaruh
dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan bagi pengelola serta menurunkan angka
kepadatan jentik di Terminal Regional Daya Kota Makassar.
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Terminal Regional Daya Kota Makassar Provinsi
Sulawesi Selatan. Jenis penelitian yang digunakan adalah pre experiment dengan pendekatan
one group pre dan post test.
Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini ada dua yaitu semua kontainer dan semua pengelola
terminal yang ada di Terminal Regional Daya. Untuk sampel pada penelitian ini yaitu
kontainer dan pengelola terminal yang terdiri dari karyawan terminal pada bagian pengelolaan
terminal, petugas kebersihan terminal dan penjaga toilet. Teknik pengambilan sampel pada
kontainer, menggunakan metode total sampling dan peserta pelatihan menggunakan metode
purposive sampling.
Metode Pengumpulan Data
Data primer terkait dengan intervensi melalui pelatihan pemberantasan sarang nyamuk
diperoleh dengan memberikan pre test dan post test pada responden untuk mengetahui
pengetahuan dan sikap peserta pelatihan. Tindakan terkait pemberantasan sarang nyamuk
diperoleh dari hasil observasi langsung terhadap responden sebelum dan setelah pelatihan.
Serta data densitas larva Aedes aegypti diperoleh dari hasil observasi langsung pada kontainer
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dengan menggunakan metode visual dengan
bantuan alat berupa senter dan lembar observasi. Ukuran yang dipakai yaitu Container Index
(CI). Data sekunder terkait penyakit DBD dan angka bebas jentik diperoleh dari Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Dinas Kesehatan Kota Makassar dan Puskesmas. Serta
data – data penunjang yang diperoleh dari Perusahaan Daerah (PD) Terminal Makassar
Metro.
Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu Analisis univariat dan analisis
bivariat. Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensi setiap
variabel. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh Pelatihan pemberantasan
sarang nyamuk terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan pengelola terminal serta densitas
larva Aedes aegypti di Terminal Regional Daya. Adapun uji statistik yang digunakan yaitu
untuk mengetahui pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan digunakan
Uji T Berpasangan ketika data terdistribusi normal dan Uji Wilcoxon ketika data tidak
terdistribusi normal. Sedangkan untuk pengaruh pelatihan terhadap densitas larva digunakan
Uji Anova jika data terdistribusi normal dan Uji Friedman jika data tidak terdistribusi normal
(Stang, 2018).

HASIL
Karakteristik Responden
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur, Jenis
Kelamin, Pendidikan Terakhir

Variabel N %
1) Usia
< 21 Tahun 1 4,3
21 – 30 Tahun 1 4,3
31 – 40 Tahun 8 34,8
41 – 50 Tahun 9 39,1
> 50 Tahun 4 17,4
2) Jenis Kelamin
Laki – Laki 15 65,2
Perempuan 8 34,8
3) Pendidikan Terakhir
Perguruan Tinggi 5 21,7
Tamat SMA Sederajat 12 52,2
Tamat SMP Sederajat 4 17,4
Tamat SD Sederajat 2 8,7

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 23 orang jumlah responden terdapat 9
orang (39 %) yang berusia 41 – 50 tahun dan yang paling sedikit yaitu responden yang
berusia < 21 tahun dan yang berusia 21 – 30 Tahun yaitu masing – masing 1 orang (4,3%).
Sebagian besar responden berjenis kelamin laki – laki yaitu sebanyak 15 orang (65,2%) dan
selebihnya responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 8 orang (34,8%). Berdasarkan
tingkat pendidikan responden juga dapat dilihat yaitu responden yang memiliki pendidikan
terakhir di Perguruan Tinggi sebanyak 5 orang (21,7%), Tamat SMA sederajat sebanyak 12
orang (52,2%), Tamat SMP Sederajat sebanyak 4 orang (17,4%) dan Tamat SD Sederajat
sebanyak 2 orang (8,7%).
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Pengelola Terminal serta Densitas Larva
Nyamuk Aedes Aegypti di Terminal Regional Daya
Tabel 2. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Responden Sebelum dan Setelah
Pelatihan Pemberantasan Sarang Nyamuk

Pre Post
Variabel Kategori
n % n %
Baik 9 39,1 21 91,3
Pengetahuan
Kurang Baik 14 60,9 2 8,7
Baik 10 43,5 22 95,7
Sikap
Kurang Baik 13 56,5 1 4,3
Baik 1 4,3 5 21,7
Tindakan
Kurang Baik 22 95,7 18 78,3
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa sebelum dilakukan pelatihan, sebanyak 9
responden (39,1%) yang berpengetahuan baik dan sebanyak 14 responden (60,9%) memiliki
pengetahuan dengan kategori kurang baik. Setelah dilakukan pelatihan, pengetahuan
responden yang memiliki kategori baik meningkat menjadi 21 responden (91,3%) dan 2
responden (8,7%) lainnya memiliki pengetahuan dengan kategori kurang baik. Sebelum
dilakukan pelatihan, sebanyak sebanyak 10 responden (43,5%) yang bersikap baik dan
sebanyak 13 responden (56,5%) memiliki sikap dengan kategori kurang baik. Setelah
dilakukan pelatihan, sikap responden yang memiliki kategori baik meningkat menjadi 22
responden (95,7%) dan hanya 1 responden (4,3%) yang mempunyai sikap dengan kategori
kurang baik. Sebelum dilakukan pelatihan, hanya 1 responden (4,3%) yang tindakannya
masuk dalam kategori baik dan sebanyak 22 responden (95,7%) memiliki tindakan dengan
kategori kurang baik. Setelah dilakukan pelatihan, tindakan responden yang memiliki kategori
baik meningkat menjadi 5 responden (21,7%) dan yang memiliki kategori kurang baik
sebanyak 18 responden (78,3%).

Tabel 3. Distribusi Densitas Larva Aedes aegypti pada Kontainer di Terminal Regional
Daya Sebelum dan Setelah Pelatihan Pemberantasan Sarang Nyamuk

Pre Post 1 Post 2 Post 3


Densitas Larva
n % n % n % n %
Positif 69 33 41 19,6 40 19,1 33 15,8
Negatif 140 67 168 80,4 169 80,9 176 84,2
Total 209 100 209 100 209 100 209 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa kontainer yang positif jentik sebelum
pelatihan sebanyak 69 buah (CI = 33%) dengan nilai DF = 8 dan merupakan kategori tingkat
kepadatan tinggi. Setelah diberikan pelatihan pada observasi post 1 terjadi penurunan
kontainer yang positif jentik sebanyak 41 buah (CI = 19,6%) dengan nilai DF = 5 dan masuk
pada kategori tingkat kepadatan sedang. Pada observasi post 2 terdapat kontainer yang positif
jentik sebanyak 40 buah (CI = 19,1%) dengan nilai DF = 5 dan masuk kategori kepadatan
sedang. Pada observasi post 3 kontainer yang positif jentik menurun menjadi 33 buah (CI =
15,8%) dengan nilai DF = 5 dan tetap masuk kategori kepadatan sedang.
Tabel 4. Gambaran Densitas Larva Aedes aegypti Berdasarkan Jenis Kontainer Di Terminal
Regional Daya Sebelum dan Setelah Pelatihan Pemberantasan Sarang Nyamuk

Kontainer Positif Jentik Aedes


Jenis Jumlah
Pre Post 1 Post 2 Post 3
Kontainer Kontainer
n % N % n % n %
Bak Mandi 17 4 1,9 1 0,5 2 1 0 0
Gentong 3 1 0,5 0 0 0 0 0 0
Ember 18 1 0,5 0 0 0 0 0 0
Drum 4 1 0,5 2 1 1 0,5 2 1
Dispenser 23 3 1,4 1 0,5 0 0 2 0,5
Kulkas 11 1 0,5 1 0,5 1 0,5 0 0
Ban Bekas 136 58 27,8 36 17,2 36 17,2 29 13,9
Total 209 69 33 41 19,6 40 19,1 33 15,8

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jenis kontainer yang yang paling banyak
ditemukan adanya jentik yaitu pada ban bekas sebanyak 58 buah (27,8%) dan bak mandi
sebanyak 4 buah (1,9%). Setelah dilakukan pelatihan diketahui pada observasi post 1
ditemukan jenis kontainer yang paling banyak ditemukan adanya jentik yaitu pada ban bekas
sebanyak 36 buah (17,2%) dan pada drum sebanyak 2 buah (1%). Pada observasi post 2
ditemukan jenis kontainer yang banyak ditemukan adanya jentik yaitu pada ban bekas
sebanyak 36 buah (17,2%) dan bak mandi sebanyak 2 buah (1%). Pada observasi post 3
ditemukan jenis container yang banyak ditemukan adanya jentik yaitu masih pada ban bekas
sebanyak 29 buah (13,9%), pada drum dan dispenser masing – masing 2 buah (1%).

Pengaruh Pelatihan Pemberantasan Sarang Nyamuk Terhadap Pengetahuan, Sikap dan


Pengelola Terminal Serta Densitas Larva Aedes aegypti di Terminal Regional Daya Kota
Makassar.
Tabel 4. Pengaruh Pelatihan PSN Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Pengelola
Terminal Serta Densitas Larva Aedes aegypti di Terminal Regional Daya Kota Makassar

Variabel Mean SD p-value


Pre 7,43 2,191
Pengetahuan 0,000
Post 10,78 2,779
Pre 38,17 5,408
Sikap 0,000
Post 46,13 4,874
Pre 4,35 1,824
Tindakan 0,001
Post 5,30 2,285
Pre 33,01 47,139
Post1 19,62 39,805
Densitas Larva 0,000
Post2 19,14 39,434
Post3 15,79 36,552

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa untuk variabel pengetahuan berdasarkan uji
statistik Paired Sample T Test diperoleh nilai rata – rata sebelum pelatihan sebesar 7,43 dan
setelah pelatihan sebesar 10,78. Ada peningkatan nilai rata – rata sebesar 3,35 dengan p-value
= 0,000 < α (0,05) sehingga ada perbedaan pengetahuan responden sebelum sebelum dan
setelah diberikan pelatihan PSN. Untuk variabel sikap, berdasarkan uji statistik Paired Sample
T-Test diperoleh nilai rata – rata sebelum pelatihan sebesar 38,17 dan setelah pelatihan
sebesar 46,13. Ada peningkatan nilai rata – rata sebesar 7,96 dengan p-value sebesar 0,000 <
α (0,05) sehingga ada perbedaan sikap responden sebelum sebelum dan setelah diberikan
pelatihan PSN. Dan untuk variabel Tindakan, berdasarkan uji statistik Wilcoxon diperoleh
nilai rata – rata sebelum pelatihan sebesar 4,35 dan setelah pelatihan sebesar 5,30. Ada
peningkatan nilai rata – rata sebesar 0,95 dengan p-value = 0,001 < α (0,05) sehingga ada
perbedaan tindakan responden sebelum sebelum dan setelah diberikan pelatihan PSN.
Dari tabel diatas juga dapat dapat diketahui bahwa densitas larva Aedes aegypti
berdasarkan uji statistik Friedman Test diperoleh nilai rata – rata sebelum pelatihan sebesar
33,01 dan setelah pelatihan pada post1 sebesar 19,62, pada post2 17,22 dan pada post3
sebesar 15,79. Ada penurunan nilai rata – rata densitas larva pada tiap observasi dengan p-
value sebesar 0,000 < α (0,05) sehingga ada perbedaan densitas larva Aedes aegypti di
Terminal Regional Daya Kota Makassar sebelum dan setelah diberikan pelatihan PSN.

PEMBAHASAN
Menurut Notoatmodjo (2014) Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia,
atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap
objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga),
dan indra penglihatan (mata).
Hasil penelitian yang dilakukan sebelum pelatihan, pengetahuan responden dengan
kategori baik sebanyak 9 orang (39,1%). Hasil pengetahuan dari pretest yang diberikan
kepada pengelola sebelum pelatihan didapatkan hampir sebagian responden mengetahui
tentang Nyamuk pembawa virus DBD, ciri-ciri nyamuk DBD, mereka juga sudah biasa
mendengar tentang PSN dan 3M Plus. Setelah dilakukan pelatihan, pengetahuan responden
dengan kategori baik meningkat menjadi 21 orang (91,3%). Asumsi peneliti hal ini
disebabkan oleh Pengetahuan pengelola terminal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
dimana berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa responden paling banyak dengan
pendidikan tamat SMA yaitu sebanyak 12 responden (52,2%).
Tingkat pendidikan berhubungan dengan kemampuan dalam menerima informasi dari
berbagai sumber, terlebih lagi penyakit DBD bukanlah penyakit yang baru dikenal di
masyarakat. Banyak informasi tentang penyakit DBD yang mereka telah dengar baik itu
bersumber dari media elektronik, lingkungan tempat tinggal mereka, petugas kesehatan dan
juga ada yang telah pernah mengalami penyakit DBD secara langsung, dengan tingginya
tingkat pendidikan yang dimiliki oleh pengelola terminal, akan semakin bagus pula daya serap
dalam menerima informasi yang diberikan sehingga mempengaruhi pengetahuan yang
dimiliki oleh pengelola terminal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kumaran (2018) yang menyatakan bahwa responden dengan pendidikan minimal 6 tahun
mengalami hampir tujuh kali lipat kemungkinan mengetahui nyamuk adalah vektor demam
berdarah dan empat kali kemungkinan bisa menyebutkan setidaknya satu lokasi
perkembangbiakan nyamuk.
Berdasarkan hasil statistik juga diketahui bahwa ada pengaruh yang signifikan dari
pelatihan PSN terhadap peningkatan pengetahuan pengelola terminal dengan p-value = 0,000
< α (0,005). Peningkatan terjadi karena adanya intervensi yang diberikan kepada kelompok
masyarakat berupa pemberian pelatihan. Bloom Taxonomy (1956) mengatakan bahwa
pelatihan atau training merupakan suatu proses transformasi yang dapat memberikan
perunbahan atau perbaikan pada aspek pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan
tindakan (behavior). Pelatihan digunakan sebagai salah satu strategi promosi yang digunakan
untuk mengembangkan pengetahuan, informasi dan keterampilan kelompok masyarakat.
(Bloom et al., 1956).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Damanik (2018) dimana hasil analisis
mengenai peningkatan pengetahuan siswa didapat bahwa rata – rata pengetahuan sebelum
dilakukan pelatihan adalah sebesar 65,00 dan setelah dilakukan pelatihan menunjukkan
peningkatan menjadi 91,67. Penelitian yang sama juga yang dilakukan oleh Al-Zurfi (2015)
tentang Pengetahuan, Sikap dan Praktek Serta Program Pendidikan Kesehatan pada siswa
Alam Shah Science School Cheras Malaysia, menunjukkan bahwa Ada peningkatan yang
signifikan pada skor pengetahuan setelah pelaksanaan program pendidikan kesehatan (p value
< 0,001).
Penggunaan media pembelajaran yang baik dan metode mengajar dari narasumber
juga turut berperan dalam peningkatan pengetahuan responden. Media yang digunakan pada
pelatihan ini yaitu slide, video, gambar/poster, leaflet yang dapat memberikan informasi
sehingga dapat merubah pengetahuan responden. Media dan alat peraga memiliki andil yang
cukup besar dalam mempengaruhi pengetahuan seseorang. Pelatihan yang dilakukan
dilaksanakan dengan menggunakan metode pembelajaran aktif sehingga dapat meningkatan
pengetahuan dan perilaku responden tersebut agar mau dan mampu memilih perilaku yang
tepat untuk meningkatkan kesehatannya. Peningkatan pengetahuan ini diharapkan dapat
menjadi faktor pendorong seseorang untuk merubah sikap hingga akhirnya dapat merubah
perilaku ke arah yang lebih baik khususnya dalam melaksanakan pemberantasan sarang
nyamuk dengan benar agar terhindar dari penyakit DBD.
Oleh karena itu, pengetahuan akan bahayanya nyamuk aedes aegypti dan penyakit
demam berdarah membuat seseorang sadar bahwa PSN merupakan suatu langkah yang harus
dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut dan memotivasi seseorang untuk
melakukan PSN dengan benar. Berdasarkan hasil statistik diatas diketahui bahwa terjadi
perubahan sikap dari sebelum pemberian pelatihan dan setelah diberikan pelatihan. Diketahui
bahwa ada pengaruh yang signifikan dari pelatihan PSN terhadap peningkatan sikap pengelola
terminal dengan nilai p-value = 0,000 < α (0,05).
Dari hasil penelitian diketahui bahwa perubahan sikap yang terjadi pada responden
lebih mengarah kepada peningkatan sikap ke arah postif. Hal ini dikarenakan perubahan
pengetahuan responden telah terlebih dahulu diberikan pada saat pelatihan. Pelatihan yang
efektif dapat meningkatkan sikap positif peserta pelatihan. Pesan yang disampaikan juga
menggunakan bahasa yang sederhana, mudah dipahami sehingga pesan yang disampaikan
tidak hanya meningkatkan pengetahuan tetapi juga menimbulkan rangsangan dan
mempengaruhi emosi responden sehingga dapat merubah sikap responden ke arah postif.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Damanik (2018) tentang pengaruh
pelatihan calon pemantau jentik terhadap pengetahuan dan sikap siswa dalam pencegahan
DBD di SDN 085115 Kota Sibolga dimana hasil postest setelah dilakukan pelatihan
didapatkan seluruh siswa telah menyatakan sikap yang positif (100%). Analisis sebelum
dilakukan pelatihan dan setelah dilakukan pelatihan menunjukkan peningkatan menjadi 25,90.
Dengan peningkatan sebesar 4,03 nilai p (0,001) < α (0,05) sehingga ada perbedaan sikap
antara sebelum dan sesudah pelatihan calon pemantau jentik dalam pencegahan demam
berdarah dengue.
Penggunaan media pembelajaran yang baik dan metode mengajar yang mampu
merangsang responden sangatlah diperlukan. Media dan alat peraga memiliki andil yang
cukup besar dalam mempengaruhi pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang. Selain itu,
pengaruh media massa dapat diperoleh responden, salah satunya ketika mereka menonton
televisi. Seringkali di televisi terdapat iklan layanan masyarakat yang dibuat oleh
Kementerian Kesehatan. Iklan tersebut berdurasi cukup singkat namun diputar secara
berulang-ulang. Iklan yang biasanya diputar adalah terkait PSN. Iklan tersebut disampaikan
dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh semua kalangan umur dan mengandung pesan
agar kita melakukan kegiatan PSN agar terhindar dari DBD sehingga yang melihat iklan
tersebut dapat bersikap positif terhadap kegiatan PSN.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arneliwati (2018) menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan yang signifikan dari sikap anggota keluarga terhadap pencegahan
DBD dengan menggunakan media audio visual. Penelitian yang dilakukan oleh Selviana
(2019) juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna sikap responden sebelum
dan sesudah diberikan intervensi promosi kesehatan melalui media video G1R1J. Dengan kata
lain, promosi kesehatan melalui video G1R1J efektif dalam meningkatkan sikap masyarakat
mengenai G1R1J.
Berdasarkan hasil statistik diatas diketahui bahwa terjadi perubahan tindakan dari
sebelum pemberian pelatihan dan setelah diberikan pelatihan. Diketahui bahwa ada pengaruh
yang signifikan dari pelatihan PSN terhadap peningkatan tindakan dari pengelola terminal
dengan nilai p-value = 0,001 < α (0,05). Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan
pengetahuan dari pengelola terminal tentang penyakit DBD dan PSN. Terjadi Peningkatan
skor tindakan PSN yang dilakukan oleh responden terjadi karena adanya intervensi yang
diberikan berupa pemberian pelatihan.
Menurut Notoatmodjo (2014) tahap awal dalam proses adopsi adalah adanya
perubahan pengetahuan yang dialami oleh masyarakat sasaran. Mereka akan bersedia
mengubah sikap dan tindakannya (dari perilaku tidak sehat ke perilaku sehat) jika sudah
mengetahui arti, tujuan, manfaat dari perilaku kesehatan bagi dirinya dan keluarganya.
Pengetahuan merupakan aspek penting dalam membentuk tindakan seseorang. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudarmika (2019) diperoleh hasil bahwa Pengetahuan,
Sikap dan Sarana Prasarana berhubungan signifikan dengan perilaku pemberantasan nyamuk
demam berdarah karena nilai p < α (0,05).
Domain terakhir dari perilaku kesehatan merupakan tindakan. Perilaku dibagi dalam 3
(tiga) domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif
dari sikap dan psikomotor dari tindakan. Tindakan tersebut didasari pada penilaian atau
pendapat terhadap apa yang diketahuinya, kemudian disikapi dan akhirnya mengambil
keputusan untuk melakukannya (Kholid, 2012). Pelatihan diperlukan untuk meningkatkan
pengetahuan seseorang. Tujuan dari pelatihan PSN yang dilaksanakaan tidak hanya untuk
mendidik masyarakat, tetapi juga bertujuan menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan
hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan mereka sendiri, dalam hal ini adalah
mengimplementasikan kegiatan PSN baik di lingkungan terminal maupun di lingkungan
rumah tangga mereka. Pengetahuan akan bahayanya nyamuk Aedes aegypti dan penyakit
DBD membuat seseorang sadar bahwa PSN merupakan suatu langkah yang harus dilakukan
untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut dan memotivasi seseorang untuk melakukan
PSN dengan benar.
Sampai saat ini pemberantasan sarang nyamuk masih merupakan pilihan yang terbaik
untuk mengurangi jumlah penderita DBD karena kondisi sanitasi lingkungan yang baik
menyebabkan tempat perkembangbiakan nyamuk menjadi tidak optimal dan akan
memperkecil peluang berkembangbiaknya nyamuk penular penyakit DBD. Dari semua
pengendalian nyamuk Aedes aegypti seperti pengendalian kimiawi, tetap saja yang paling
penting adalah menggugah dan meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau
memperhatikan kebersihan lingkungan dan memahami tentang mekanisme penularan
penyakit DBD sehingga masyarakat dapat berperan aktif dalam menanggulangi penyakit
DBD. Oleh karena itu, kegiatan PSN yang dilakukan secara rutin oleh semua kalangan
masyarakat sudah semestinya dapat mengurangi timbulnya penyakit yang disebabkan oleh
nyamuk di suatu wilayah tertentu karena terputusnya siklus hidup nyamuk untuk
berkembangbiak. (Kementerian Kesehatan RI, 2017).
Densitas larva Aedes aegypti diukur dengan menggunakan nilai container index (CI).
Nilai CI sebelum diberikan pelatihan sebesar 33% dengan nilai DF = 8 dan merupakan
kategori tingkat kepadatan tinggi. Container Index (CI) digunakan sebagai salah satu
indikator keberhasilan pelaksanaan PSN. Diketahui bahwa kontainer yang paling banyak
ditemukan jentik adalah barang – barang bekas seperti ban bekas (56%) yang berada di
halaman terminal. Hal ini disebabkan karena pihak sopir atau pengelola terminal cenderung
mengumpulkan ban bekas untuk dijual kembali. Sehingga ban bekas yang belum atau tidak
terjual dibiarkan menumpuk dan menjadi salah satu kontainer tempat perkembangbiakan
nyamuk. Banyaknya ban bekas yang positif jentik disebabkan karena ban – ban bekas ini
termasuk jenis Non TPA yang tidak dapat dikontrol yang merupakan sampah dan biasanya
terdapat di luar bangunan. Namun, bila terisi air hujan dapat menjadi tempat
perkembangbiakan nyamuk jika tidak dibersihkan atau dikubur. Letaknya yang berada di
tempat – tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung dan tidak tertutup serta
ukurannya yang besar sehingga susah dibersihkan atau dikuras.
Banyaknya jentik nyamuk pada ban bekas dikarenakan nyamuk Aedes aegypti lebih
menyukai tempat perindukan yang berwarna gelap, terlindung dari sinar matahari, permukaan
terbuka lebar, tidak tertutup dan berisi air tawar dan jernih. Selain itu, permukaan bagian
dalam ban yang kasar menyebabkan nyamuk dengan mudah meletakkan telur mereka. Hal ini
sejalan dengan penelitian Focks et al (2006) yang menyatakan bahwa perindukan non TPA
lebih banyak mengandung jentik positif dibandingkan perindukan TPA.
Secara statistik ada perbedaan yang signifikan antara nilai container index (CI)
sebelum diberikan pelatihan PSN dan setelah diberikan pelatihan (p = 0,000). Nilai rata – rata
container index (CI) mengalami perubahan sebelum mendapatkan pelatihan rata – rata nilai
container index (CI) adalah 33,01 dan setelah pelatihan pada observasi pertama menjadi 19,62
kemudian pada observasi kedua menjadi 19,1 setelah observasi ketiga menjadi 15,79. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanna et al (2019) tentang Siswa Pemantau
Jentik Sekolah Dasar dalam Upaya Penurunan Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)
diperoleh hasil pemeriksaan jentik yang dilakukan oleh Sismantik yang telah diberi pelatihan,
selama empat kali setiap minggu diperoleh hasil Angka Bebas Jentik (ABJ) paling besar pada
pemantauan jentik keempat.
Penurunan nilai CI dikarenakan adanya pelaksanaan PSN yang dilakukan oleh
responden setelah diberikan pelatihan. Hal ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan
pengetahuan, sikap dan tindakan dari pengelola terminal. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nani (2017) tentang Hubungan Perilaku PSN Dengan Keberadaan Jentik
Aedes aegypti Di Pelabuhan Pulang Pisau menunjukkan bahwa ada hubungan antara
pengetahuan, sikap dan praktek PSN dengan keberadaan larva Aedes aegypti di Pelabuhan
Pulang Pisau. Penelitian Purnianto (2019) juga menyatakan bahwa ada hubungan antara
pengetahuan dan kehadiran Aedes aegypti di Buffer area di Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap
dengan nilai p 0,005. Ada hubungan antara sikap dengan kehadiran larva Aedes aegypti di
daerah Buffer di Tanjung Pelabuhan Intan Cilacap dengan nilai p 0,010. Ada juga hubungan
antara aksi dengan kehadiran larva Aedes aegypti di daerah Buffer di Tanjung Pelabuhan
Intan Cilacap dengan nilai p 0,039.
Keberadaan kontainer, kebersihan lingkungan dan kepadatan jentik sangat bergantung
pada tindakan PSN yang merupakan salah satu cara yang paling efektif dilakukan untuk
membasmi jentik nyamuk Aedes aegypti melalui gerakan 3M Plus. Apabila praktik PSN baik,
maka densitas larva dapat diturunkan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ishak et al (2018) yang menunjukkan adanya hubungan antara keberadaan larva Aedes
aegypti dengan tindakan PSN DBD dan ada hubungan antar kepadatan larva Aedes aegypti
dengan tindakan PSN DBD. Oleh karena itu, kegiatan PSN yang dilakukan secara rutin oleh
semua kalangan masyarakat sudah semestinya dapat mengurangi timbulnya penyakit yang
disebabkan oleh nyamuk di suatu wilayah tertentu karena terputusnya siklus hidup nyamuk
untuk berkembang biak. Dan disarankan agar kegiatan PSN dilakukan secara rutin oleh semua
kalangan masyarakat untuk memutus siklus mata rantai perkembangbiakan hidup nyamuk
yang dapat menimbulkan penyakit DBD.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa Ada pengaruh pelatihan
PSN terhadap pengetahuan, Sikap dan Tindakan pengelola terminal serta densitas larva Aedes
aegypti di Terminal Regional Daya Kota Makassar. Metode pelatihan merupakan upaya
pendidikan kesehatan yang terbukti mampu meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan
pengelola terminal dalam pelaksanaan PSN dan menurunkan densitas larva dalam
pengendalian nyamuk Aedes aegypti di Terminal Regional Daya dilihat dari peningkatan skor
rata – rata yang diperoleh oleh responden sebelum dan setelah mendapatkan intervensi serta
penurunan nilai CI setelah diberikan pelatihan PSN.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Zurfi, B. M. N., Fuad, M. D. F., Abdelqader, M. A., Baobaid, M. F., Elnajeh, M., Ghazi,
H. F., et al. (2015). Knowledge, attitude and practice of dengue fever and heath
education programme among students of Alam Shah science school, Cheras, Malaysia.
Malaysian Journal of Public Health Medicine, 15(2), p. 69–74
Alvarado-Castro, V., Paredes-Solis, S., Nava-Aguilera, E., Morales-Perez, A., Alarcon-
Morales, L., Balderas-Vargas, N. A., et al. (2017). Assessing the effects of interventions
for Aedes aegypti control: Systematic review and meta-analysis of cluster randomised
controlled trials. BMC Public Health, 17(1), p. 21-38
Arneliwati, Agrina, & Dewi, A. P. (2019). The effectiveness of health education using
audiovisual media on increasing family behavior in preventing dengue hemorrhagic
fever ( DHF ). Enfermería Clínica, (xx), p.11–14.
Arsin, A. A. (2013). Epidemiologi Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Makassar:
Masagena Press
Arsin, A. A., Ibrahim, E., Ane, R., & Ishak, H. (2013). Analisis Faktor Lingkungan dan
Gerakan PSN DBD Terhadap Densitas Larva Nyamuk Aedes aegypti dan Kejadian DBD
di Daerah Endemis DBD Kota Makassar. [online].
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/11700 [diakses 27 Januari 2020]
Batara, A. S. (2018). Model Konsep Setting Terminal Sehat Di Sulawesi Selatan. Disertasi.
Makassar: Universitas Hasanuddin
Bloom, B., Becker, N., Doum, D., Keo, V., Moralez, A & Aguilera, E. (1956). Taxonomy of
Educational Objectives: The Classification of Educational Goals, Handbook I Cognitive
Domain. New York: Longmans, Green and Co
Damanik, W. (2018). Pengaruh Pelatihan Calon Pemantau Jentik Terhadap Pengetahuan
dan Sikap Siswa dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue di SDN 085115 Kota
Sibolga Tahun 2018. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Focks, D. A., Alexander, N., Villegas, E., Romerro-Vivas, C. M. E., Midega, J. T., Bisset, J.,
et al. (2006). Multicountry study of Aedes aegypti pupal productivity survey
methodology. Geneva: World Health Organization
Indahsari, N. U. (2018). Terminal Angkutan Umum Tipe B di Bengkayang. Jurnal Online
Mahasiswa Arsitektur Untar, 6(1), hal.161–172
Ishak, H., Toding, N., Natsir, M. F., & Amqam, H. (2018). Description of Aedes aegypti
Larva Density Based on Mosquito Breeding Eradication Action in the Dengue Endemic
Rappocini Sub-District Makassar. Proc. ICER-PH, Makassar, Indonesia. 26-27 Oktober
2018
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, (2016). Petunjuk Teknis Implementasi PSN 3M-
Plus Dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, (2017). Pedoman Pencegahan Demam
Berdarah Dengue Di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018
[Indonesia Health Profile 2018]. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kholid, A. (2012). Promosi Kesehatan Dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media, dan
Aplikasinya. Semarang: PT. Rajagrafindo Persada
Kumaran, E., Doom, D., Keo, V., Sokha, L., Sam, B. L., Chan, V., et al. (2018). Dengue
knowledge, attitudes and practices and their impact on community-based vector control
in rural Cambodia. PLoS Neglected Tropical Diseases, 12(2), p.1–16
Louis, V. R., Quiñonez, C. A. M., Kusumawathie, P., Palihawadana, P., Janaki, S., Tozan, Y.,
et al. (2016). Characteristics of and factors associated with dengue vector breeding sites
in the City of Colombo, Sri Lanka. Pathogens and Global Health, 110(2), p.79–86
Nani. (2017). Hubungan Perilaku PSN Dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti Di
Pelabuhan Pulang Pisau. Jurnal Berkala Epidemiologi, 5(1), hal.1–12.
Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 374/MENKES/PER/III/2010. Tentang Pengendalian
Vektor. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Purnianto, A., Hestiningsih, R., & Kusariana, N. (2019). Relationship of Behavioral Factors
with Existence of Aedes Aegypti in Buffer Area of Tanjung Intan Cilacap Port 2018.
Journal Of Public Health For Tropical And Coastal Region (JPHTCR), 2(1), hal.1–10
Selviana, S., & Suwarni, L. (2019). Efektivitas Model Promosi Kesehatan Melalui Media
Video Implementasi G1R1J Dalam Meningkatkan Angka Bebas Jentik. Jurnal Ilmiah
Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan, 5(2), hal.143–149
Stang. (2018). Cara Praktis Penentuan Uji Statistik Dalam Penelitian Kesehatan dan
Kedokteran (Edisi 2). Jakarta: Mitra Wacana Media.
Sudarmika, I. G. A. G., Maba, I. W., & Widnyana, I. K. (2019). Relationship of Knowledge,
Attitude and Infrastructure Means with Community Behavior in the Eradication Dengue
Hemorrhagic Fever in Port of Padangbai Karangasem. International Journal of
Contemporary Research and Review, 10(02), p.21376–21384
Susanna, D., Ernawati, K., Ahmadi, U. F., Hasan. H., & Ritawati. (2019). Sismantik : Siswa
Pemantau Jentik Sekolah Dasar dalam Upaya Penurunan Kasus Demam Berdarah
Dengue (DBD). Jurnal Pengabdian Masyarakat, 5(2), hal.188–199

Anda mungkin juga menyukai