Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia, baik

yang dapat diamati langsung maupun tidak langsung yang dapat


diamati oleh pihak luar. Perilaku kesehatan adalah suatu respon
seseorang terhadap stimulus yang berhubungan dengan sakit,
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman,
serta lingkungan. Perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor
eksternal yaitu faktor yang terletak diluar individu yang meliputi
faktor lingkungan (fisik dan non fisik) dengan faktor sosial dan
budaya sebagai faktor paling besar perannya dalam membentuk
manusia. Selain faktor eksternal, faktor internal yaitu faktor
yang terletak didalam diri individu juga mempengaruhi perilaku
seperti perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi dan sugesti
(Notoatmodjo, 2010).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya
untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu
kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat
(Dinkes,2006). Menurut Negara, dkk (2011) menjelaskan bahwa
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sekumpulan perilaku
yang

dipraktekkan

atas

dasar

kesadaran

sebagai

hasil

pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat

menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif


dalam mewujudkan kesehatannya. Program PHBS agar lebih
mengenai sasaran perlu dikenali secara lebih khusus, rinci dan
jelas, maka sasaran PHBS dapat dibagi berdasarkan tatanannya
yaitu di tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, institusi
kesehatan, tempat-tempat umum dan tempat kerja (Dinkes RI,
2001).

Lingkungan

kerja

petugas

sampah

adalah

ketika

menjamah sampah di tempat sampah yang banyak benda-benda


runcing dan berbahaya, membawa berbagai jenis penyakit,
menimbulkan polusi, menyumbat saluran air dan berbagai
akibat negatif lainnya. Biasanya sampah dikelompokkan menjadi
dua yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Adapun
kotoran manusia (human waste) dan air limbah atau air bekas
(sewage) tidak tergolong sampah. Petugas pengumpul sampah
padat dari rumah tangga seringkali membawa gerobak sampah
sebagai alat penunjang kerjanya. Gerobak sampah adalah alat
pemindahan sampah dari penghasil sampah menuju ke TPS di
lingkungan pemukiman. Kapasitas gerobak ini adalah 1m 3
dengan frekuensi pengangkutan 1-3 hari sekali tergantung
jumlah gerobak yang tersedia dan luas daerah layanan. TPS
berfungsi menampung sampah dari beberapa sumber penghasil
limbah dan menunggu diangkut ke TPA. Fasilitas yang ada
2

dalam TPS antara lain gerobak sampah,tempat penampungan


sampah atau dipo (bak truk sampah) (Adnani, 2009).
Petugas pengumpul sampah seringkali mengalami cidera
akibat sampah yang ditanganinya pada saat melaksanakan
tugasnya, bahkan banyak para petugas sampah yang tidak
terlindungi dari bahaya yang berpotensi menimbulkan penyakit
bawaan akibat sampah seperti (Disentri basiler, Disentri amuba,
Thypus

abdominalis,

Kholera,

Askriasis).

Pengetahuan

pekerjapengumpul sampah mengenai jenis APD yang harus


dikenakan saat bekerja sebagian masih kurang, pengetahuan
pekerja pengumpul sampah tentang penyakit-penyakit bawaan
sampah

masih

kurang

memahami,

dan

perilaku

pekerja

pengumpul sampah untuk melindungi dirinya terhadap penyakit


bawaan sampah masih kurang. Apabila sampah tidak dikelola
dengan baik, maka akan memberikan pengaruh negatif yang
besar terhadap kesehatan. Pengaruh negatif tersebut bisa
secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung
disebabkan karena adanya

kontak langsung antara manusia

dengan sampah tersebut, sedangkan pengaruh tidak langsung


umumnya disebabkan oleh adanya vektor yang membawa
kuman penyakit yang berkembangbiak di dalam sampah kepada
manusia. Vektor-vektor yang dimaksud tersebut seperti lalat dan
tikus

yang bisa

menyebabkan

membawa

kuman penyakit

(Gakungu dkk, 2012).Pekerja TPS beresiko terkena berbagai macam

penyakit sehingga perlu perilaku hidup bersih dan sehat untuk


menjaga dan mempertahankan kesehatannya. Oleh karena itu
upaya pencegahan dari kedua pengaruh negatif tersebut perlu
dilakukan dengan menghindarinya atau mempergunakan Alat
Pelindung Diri (APD) (Adnani, 2009).
Menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
merupakan langkah ampuh untuk menangkal penyakit. Perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diterapkan oleh semua
orang termasuk pekerja pengumpul sampah karena pekerja
pengangkut sampah selalu kontak dengan sampah. Kontak
langsung dengan sampah dapat mengakibatkan kerentanan
terhadap beberapa penyakit bawaan dari sampah seperti
penyakit kulit, diare dan cacingan. Penerapan PHBS perorangan
pada pekerja sampah dapat memperkecil
terkena

berbagai

penyakit

(Mulasari

kemungkinan untuk
dan

Maani,2013).

Berdasarkan pendapat diatas maka perilaku hidup bersih dan


sehat (PHBS) adalah upaya untuk menjaga kesehatan yang
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar terhindar dari
penyakit.
Menurut

Mulasari

dan

Maani

(2013)

bahwa

perkembangan suatu penyakit yang disebabkan cacing usus


masih

merupakan

masalah

kesehatan

masyarakat

yang

berkembang di negara-negara seperti indonesia, dimana faktor

kebersihan dan sanitasi lingkungan merupakan faktor penting


dari resiko penyakit ini. Meskipun penyakit cacingan ini
tersebar luas di daerah pedesaan maupun perkotaan dengan
peningkatan yang tinggi dan memberikan dampak yang besar
terhadap sumber daya manusia.
Menurut Sankar, dkk (2013) Risiko kesehatan yang terjadi
terutama mereka yang bekerja di lapangan tanpa menggunakan
sarung tangan yang tepat, seragam, dan sebagainya. Persentase
yang tinggi dari para pekerja sampah dan individu yang tinggal
di

dekat

atau

di

tempat

pembuangan

terinfeksi

parasit

gastrointestinal, cacing dan organisme. Kurangnya perhatian


para pekerja TPS dengan rendahnya upaya pencegahan infeksi
dan pengobatan cacingan, (Marleta, 2005). Oleh karena itu
upaya pencegahan infeksi cacingan pada pekerja pengangkut
sampah dapat dikurangi dengan menghindarinya dan pemakaian
Alat Pelindung Diri (APD).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh
peneliti pada tanggal 2 september sampai tanggal 4 september
2015 yaitu dengan melakukan wawancara dan observasi pada
pekerja tempat pembuangan sampah di Kecamatan Lowokwaru,
didapatkan hasil bahwa terdapat 15 TPS dengan masing-masing
TPS terdapat 3 pekerja sehingga total seluruh pekerja di 15 TPS
ada 57 pekerja. Para pekerja TPS telah diberikan perlengkapan

APD

dari

Kantor

Dinas

Kebersihan

dan

Pertamanan

(DKP).Setelah melakukan wawancara dengan 20 pekerja TPS


didapatkan hasil 13 pekerja mengaku sering mengalami sakit
diare dan gatal-gatal, serta gangguan pernapasan karena tidak
menggunakan masker saat bekerja. Terdapat 12 pekerja yang
tidak mengetahui pentingnya penerapan perilaku hidup bersih
dan sehat selama bekerja di TPS, terdapat 15 pekerja TPS
setelah mengangkut sampah hanya mencuci tangan tanpa
menggunakan sabun, dari hasil observasi didapatkan 26 pekerja
tidak memakai APD saat mengangkat sampah.

Pekerja hanya

memakai topi biasa dan sepatu boot tanpa menggunakan sarung


tangan serta masker saat mengangkut sampah. Kondisi seperti
ini tidak dapat menjamin petugas sampah terlindungi dari
bahaya yang berpotensi menimbulkan penyakit seperti diare,
gatal-gatal

dan

gangguan

pernapasan,

sedangkan

padaperilakunya para pekerja di TPS sehari-hari mengkonsumsi


kopi, dan merokok saat melakukan pekerjaan.
Menyadari pentingnya penerapan PHBS ditempat kerja
dalam rangka meningkatkan status kesehatan masyarakat,
khususnya pada seluruh pekerja TPS di Kecamatan Lowokwaru
maka

perlu

diadakan

penelitian

tentang

faktor

yang

berhubungan dengan PHBS para pekerja. Berdasarkan data


yang telah dijelaskan dalam latar belakang ini, maka peneliti
bermaksud

untuk

melakukan

sebuah

penelitian

tentang

hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan


status kesehatan para pekerja tempat pembuangan sampah
(TPS).
1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah


dari penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan antara
perilaku hidup bersih dan sehat dengan status kesehatan para
pekerja tempat pembuangan sampah?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menganalisis hubungan perilaku hidup bersih dan
sehat dengan status kesehatan para pekerja tempat pembungan
sampah

(TPS)

di

wilayah

kerja

dinas

kebersihan

dan

pertamanan kota malang.


1.3.2
Tujuan khusus
1. Mengetahui PHBS para pekerja tempat pembuangan
sampah (TPS).
2. Mengetahui status kesehatan para pekeja tempat
pembuangan sampah (TPS).
3. Mengetahui hubungan perilaku hidup bersih dan sehat
dengan status kesehatan pekerja tempat pembuangan
sampah (TPS).
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti

Dapat mengaplikasikan riset untuk mengetahui hubungan


perilaku hidup bersih dan sehat dengan tingkat kesehatan para
pekerja tempat pembuangan sampah (TPS).
2. Bagi pekerja tempat pembuangan sampah (TPS).
Informasi dan data dari penelitian ini dapat menjadi
tambahan pengetahuan dalam perilaku hidup bersih dan sehat
untuk menjaga dan mempertahankan kesehatan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi mengenai

pembahasan

hubungan

perilaku hidup bersih dan sehat dengan status kesehatan para


pekerja

tempat

menambah

pembuangan

kepustakaan

keperawatan

fakultas

sampah

jurusan
ilmu

(TPS)

serta

untuk

program

studi

ilmu

kesehatan

universitas

muhammadiyah malang.
1.5 Keaslian Penelitian
1.5.1 Penelitian 1
Menurut

penelitian

yang

dilakukan

oleh

Khumayra,

Sulisno, (2012) dengan judul Pengetahuan Dan Sikap Perilaku


Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Antara Santri Putra dan Santri
Putri di Pondok Pesantren Darussalam Kabupaten Purworejo
Tahun 2012. Jenis penelitian yang digunakan peneliti tersebut
yaitu kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Hasil
penelitian tersebut didapatkan tidak ada perbedaan yang
signifikan pengetahuan tentang PHBS antara santri putra dan

santri

putri

Purworejo.

di
Ada

Pondok

Pesantren

perbedaan

sikap

Darussalam
yang

Kabupaten

signifikan

tentang

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat antara santri putra dan santri
putri di Pondok Pesantren Darussalam Kabupaten Purworejo.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang
akan dilakukan oleh peneliti adalah Variabel independent.
Variabel independent dalam penelitian tersebut Pengetahuan
dan Sikap, sedangkan variabel independent yang digunakan
oleh peneliti yaitu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Persamaan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang
akan dilakukan oleh peneliti adalah antara variabel dependent
dengan variabel independent yaitu Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS).
1.5.2 Penelitian 2
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Negara, dkk,
Tahun (2014) dengan judul Pengaruh Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat Terhadap Kejadian Penyakit Diare Di SDN 003 Kabupaten
Polewali Mandar.Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti
tersebut yaitu Deskriptive Analitikdengan pendekatan Cross
Sectional. Hasil yang didapatkan ada Pengaruh Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat Terhadap Kejadian Penyakit Diare Di SDN 003
Kabupaten Polewali Mandar. Perbedaan penelitian tersebut
dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah
variabel

dependent.variabel

dependent

dalam

penelitian

tersebut

yaitu

Kejadian

Penyakit

Diare,

sedangkan

dependentyang digunakan oleh peneliti yaitu Tingkat Kesehatan


Para Pekerja Tempat Pembuangan Sampah. Persamaan variabel
penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti yaitu variabel independent Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS).

1.5.3 Penelitian 3
Indra Chahaya S, (2006) dengan judul Perilaku Tentang
Pemakaian Alat Pelindung Diri Serta Keluhan Kesehatan Petugas
Penyapu Jalan Di Kecamatan Medan Amplas, Kota Medan .
Penelitian ini termasuk jeni penelitian survei yang bersifat
deskriptif,

yaitu

untuk

melihat

pengaruh

antara

variable

independen dan variable dependen, dalam hal ini perilaku


tentang pemakaian alat pelindung diri serta keluhan kesehatan.
Populasi penelitian adalah seluruh petugas penyapu jalan di
jalan kota Medan. Populasi pekerja penyapu jalan sebayak 35
orang. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah
wawancara dengan menggunakan kuesioner. Pengolahan data
menggunakan program computer ,disajikan secara distribusi
frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 9,42% pekerja
penyapu jalan raya tidak menggunakan APD cukup baik
diakibatkan tidak ada ketersediaan APD yang lengkap dan

10

memadai dari dinas


dengan

penulis

kebersihan. Perbedaan penelitian ini

adalah

teknik

pengambilan

sample

dan

penyajian kata.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

2.1.1 Definisi (PHBS)


Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya
untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu
kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat,
dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan

11

melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap


dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina
suasana

(sosial

support)

dan

pemberdayaan

masyarakat

(empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup


sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan
kesehatannya (Dinkes, 2006).
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan
atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat
menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif
dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyaraka. PHBS ini
merupakan program dari pemerintah dalam pembangunan
kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi setiap penduduk
agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggitingginya (Permenkes, 2011).
PHBS

di

tempat-tempat

kerja

merupakan

upaya

membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat di


tempat-tempat kerja untuk mengenali masalah dan tingkat
kesehatannya,

serta

mampu

mengatasi,

memelihara,

meningkatkan dan melindungi kesehatannya sendiri baik di


tempat formal maupun di tempat informal
seperti tempat pembuangan sampah, pabrik, industri
rumah tangga dan lain-lain (Dinkes, 2001).

12

2.1.2 Tujuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Tujuan umum PHBS yaitu meningkatnya pengetahuan,
perubahan sikap dan perilaku serta kemandirian perorangan,
keluarga dan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan
agar dapat hidup bersih dan sehat. Tujuan khusus PHBS yaitu
meningkatnya pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku
karyawan/pekerja dan pemimpinnya di tatanan tempat-tempat
kerja khususnya terhadap program kesehatan lingkungan dan
gaya hidup (Dinkes, 2001).
2.1.3 Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya
untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu
kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat,
dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan
melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap
dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina
suasana

(sosial

support)

dan

pemberdayaan

masyarakat

(empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup


sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan
kesehatannya (Dinkes, 2006).
2.1.4 Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Adapun manfaat PHBS menurut Kemkes (2011) yaitu:

13

(1).

Manfaat PHBS bagi rumah tangga: Setiap rumah tangga

meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit, anak


tumbuh sehat dan cerdas, produktivitas kerja anggota keluarga
meningkat dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah
tangga maka biayayang dialokasikan untuk kesehatan dapat
dialihkan untuk

biaya

investasi

seperti

biaya

pendidikan,

pemenuhan gizi keluarga dan modal usaha untuk peningkatan


pendapatan keluarga. (2) Manfaat PHBS bagi masyarakat:
Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan yang sehat.,
masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalahmasalah

kesehatan,

masyarakat

memanfaatkan

pelayanan

kesehatan yang ada, masyarakat mampu mengembangkan


Upaya

Kesehatan

Bersumber

Masyarakat

(UKBM)

seperti

posyandu, jaminan pemeliharaan kesehatan, tabungan bersalin


(tabulin), arisan jamban, kelompok pemakai air, ambulans desa
dan lain-lain.
2.1.5 Tatanan PHBS
Tatanan Adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup,
bekerja,

bermain,

berinteraksi,

dan

lain-lain.

Penerapan

program PHBS ini terdapat 5 tatanan PHBS yaitu tatanan


Rumah Tangga, Tempat-Tempat Kerja, Tempat-Tempat Umum,
Sekolah dan Sarana Kesehatan. (1) Indikator tatanan rumah
tangga terdiri dari:

Menggunakan air bersih, pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan, pemberian imunisasi pada


14

bayi, penimbangan berat badan balita, penggunaan jamban


bersih,

kebersihan perorangan (Badan, pakaian & kuku),

pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan, bak penampungan


air bebas jentik, tidak merokok, rumah dan lingkungan bersih,
pemeriksaan kehamilan dan tenaga kesehatan, makanan bergizi
seimbang, menjadi peserta KB, peserta JPKM atau asuransi
kesehatan lainnya, gaya hidup sadar AIDS, penggunaan garam
Beryodium (Dinkes, 2001). (2) Indikator tatanan tempat kerja
terdiri dari: Penggunaan air bersih, penggunaan jamban,
kebersihan perorangan (badan, pakaian & kuku), Penyediaan
tempat pembuangan sampah, penyediaan saluran pembuangan
air

lembah

(SPAL),

Kebersihan

lingkungan

tempat

kerja,

Pencahayaan dan penghawaan tempat kerja, bak penampungan


air bebas jentik, penggunaan alat pelindung diri, pemasangan
poster/media penyuluhan, gaya hidup sadar AIDS, gaya hidup
tidak merokok, pesertas JPKM atau asuransi kesehatan lainnya.
(3) Indikator tatanan tempat umum terdiri dari, kebersihan
lingkungan, penggunaan jamban bersih, tempat pembuangan
sampah, penyediaan saluran pembuangan limbah (SPAL), ada
K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja) Penggunaan air bersih. (4)
Indikator tatanan sekolah terdiri dari kebersihan perorangan
(badan, pakaian & kuku), Penggunaan air bersih, penggunaan
jamban bersih, bak penampungan air bebas jentik, kebersihan
lingkungan sekolah, kegiatan kader UKS, gaya hidup tidak

15

merokok, peserta JPKM atau asuransi kesehatan lainnya. (5)


Indikator

tatanan

kesehatan

terdiri

dari

ada

air

bersih,

penggunaan air bersih, tersedia tempat pembuangan sampah,


Kebersihan ruangan dan halaman, penggunaan radio kaset
untuk penyuluhan kesehatan,

kebersihan perorangan (badan,

pakaian & kuku), gaya hidup tidak merokok.


2.1.6 Manajemen PHBS
Manajemen Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang
dilaksanakan 4
Perencanaan,

tahap kegiatan yaitu:


3).

Penggerakkan

dan

1). Pengkajian,

2).

pelaksanaan,

4).

Pemantauan dan penilaian (Dinkes, 2006).


2.2

Perilaku Status Kesehatan


Perilaku

kesehatan

adalah

suatu

respons

seseorang

(organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan


dengan

sakit

dan

penyakit,

sistem

pelayanan

kesehatan,

makanan dan minuman, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2007).


Seorang

ahli

kesehatan

Becker

(Notoatmodjo,

2007)

mengklasifikasikan perilaku kesehatan yaitu (1) perilaku hidup


sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya
atau

kegiatan

seseorang

untuk

mempertahankan

dan

meningkatkan kesehatannya; (2) perilaku sakit (illness behavior)


perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit
dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang:
16

penyebab

dan

gejala

penyakit,

pengobatan

penyakit

dan

sebagainya; (3) perilaku peran sakit (the sick role behavior) dari
segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran yang
mencakup semua hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban
sebagai orang sakit. Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh
orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama keluarga) yang
selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit (the sick role).
2.2.1

Model Status Kesehatan


Berdasarkan batasan perilaku dari Skinner maka perilaku

kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus


atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistim
pelayanan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Semua hal
ini terkait bersama-sama, jika perilaku pengelolaan sampah
meningkat akan memiliki efek pada kondisi antara lain: (1)
Lingkungan yang baik, karena mengurangi buang sampah
sembarangan.(2)

Air

minum,

seperti

terjadinyapencemaran

karena pengelolaan sampah yang buruk.(3) Pengendalian vektor,


karena mereka berkembang di sampah. (4) Makanan yang baik,
seperti makanan yang tidak terkontaminasi oleh lalat. Contoh
penyakit

dan

masalah

kesehatan

yang

disebabkan

oleh

pengelolaan sampah yang buruk adalah epidemi kolera, wabah


pes dan pneumonia wabah, diare, tipus, tifus dan disentri
(Bergqvist, dkk 2006).

17

Perilaku
kelompok:

kesehatan

(1)

Perilaku

dapat

diklasifikasikan

pemeliharaan

menjadi

kesehatan

(health

maintenance) yaitu usaha-usaha seseorang untuk memelihara


atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk
penyembuhan bilamana sakit; (2) Perilaku pencarian dan
penggunaan

fasilitas

menyangkut

upaya

pelayanan
atau

kesehatan.

tindakan

Perilaku

seseorang

pada

ini
saat

menderita penyakit atau kecelakaan; (3) Perilaku kesehatan


lingkungan, yaitu bagaimana seseorang merespon lingkungan
baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2007).
2.2.2

Status Kesehatan Pekerja


Tingkat kesehatan dari seseorang mempunyai pengaruh

yang besar terhadap penampilan dan kapasitas kerjanya. Dalam


kesehatan kerja pedomannya ialah: Penyakit dan kecelakaan
akibat kerja dapat dicegah, maka upaya pokok kesehatan kerja
ialah pencegahan kecelakaan akibat kerja. Dengan demikian
program

kesehatan

kerja

tidak

hanya

mengusahakan

peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan baik fisik,


mental dan kesejahtaraan sosial, tetapi juga pencapaian kerja
yang optimal. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang
sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalahmasalah lain di luar kesehatan sendiri. Banyak faktor yang

18

mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun


kesehatan masyarakat. Salah satu masalah kesehatan yang
timbul pada tempat kerja adalah kecelakaan kerja atau yang
berhubungan dengan keselamatan kerja. Keselamatan kerja
adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan akibat
dari kerja. Oleh sebab itu, kecelakaan akibat kerja ini mencakup
dua permasalahan pokok, yakni; a) kecelakaan adalah akibat
langsung pekerjaan, b) kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan
sedang dilakukan. Keselamatan yang berkaitan dengan perkakas
karja, bahaya dan proses pengolahannya, tempat kerja dan
lingkungannya

serta

cara-cara

melakukan

pekerjaan

keselamatan kerja yang memiliki sasaran segala tempat kerja


(Notoatmodja, 2011).
Salah

satu

faktor

yang

mempengaruhi

penyebab

terjadinya kecelakaan yaitu faktor manusia. Penerapan caracara kerja dan prosedur kerja yang baik dapat mengurangi
bahaya dan resiko terhadap tenaga kerja. Oleh karena itu dalam
usaha melindungi tenaga kerja hal-hal yang perlu di perhatikan
yaitu pengamanan setempat, peralatan, pengobatan penyakit,
pelayanan kesehatan, lingkungan kerja dan penggunaan alat
pelindung perorangan. Demikian juga kebersihan diri dan
pakaiannya merupakan hal penting untuk para pekerja. Untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan para pekerja yaitu
pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, penempatan kerja yang

19

baik dan pemeriksaan kesehatan secara rutin sehingga apabila


di

temukan

gangguan

kesehatan

dapat

segera

ditangani

(notoatmodjo, 2011).

2.3
2.3.1

Pekerja Pengangkut Sampah


Definisi Pengangkut sampah
Pekerja

pengangkut

sampah

adalah

pekerja

yang

kesehariannya kontak dengan sampah, dimana mereka menyotir


sampah yang terkumpul di TPS (Tempat Pembuangan Sampah)
hingga mengolahnya menjadi kompos (Mausulli, 2010).
Petugas pengempul sampah padat dari rumah tangga
seringkali membawa gerobak sampah sebagai alat penunjang
kerjannya. Gerobak sampah adalah alat pemindah sampah dari
penghasil menuju ke TPS dilingkungan pemukiman. Kapasitas
gini adalah 1 m3 dengan frekuensi pengangkutan 1-3 kali sehari
tergantung jumlah gerobak yang tersedia dan luas daerah
layanan, TPS atau transfer dipo berfungsi menampung sampah
dari beberapa sumber penghasil limbah dan menunggu di
angkut di TPA, Fasilitas yang ada dalam TPS antara lain gerobak
sampah, tempat penampung sampah atau dipo (bak truk
sampah) (Adnani, 2009).

20

2.3.2 Personal Hygiene Pengangkut Sampah


Kebersihan

perorangan

adalah

konsep

dasar

dari

kebersihan, kerapihan dan perawatan badan kita. Sangatlah


penting untuk pekerja menjadi sehat dan selamat ditempat
kerja,

kebersihan

perorangan

pekerja

dapat

mencegah

penyebaran kuman dan penyakit, mengurangi paparan pada


bahan kimia dan kontaminasi (Mausuli, 2010). Hygiene pada
petugas pengangkut sampah sangat diperlukan, hal tersebut
disebabkan

karena

petugas

pengangkut

sampah

kontak

langsung dengan sampah mengakibatkan kerentanan terhadap


beberapa penyakit bawaan dari sampah, kemungkinan untuk
terkena berbagai penyakit (Mulasari, 2013).

2.4

Hubungan PHBS dengan Tingkat Kebersihan Para

Pekerja Tempat Pembuangan Sampah


Kebersihan
memelihara

perorangan

kesehatan,

adalah

kebersihan

cara

manusia

untuk

sangat

penting

untuk

diperhatikan, pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan


untuk kenyamanan individu, keamanan dan kesehatan (Potter,
2005, dalam Faridawati, 2013). Kebersihan diri merupakan awal
mewujudkan
meminimalkan
terjangkitnya

kesehatan
resiko
suatu

diri,

dengan

seorang

penyakit

tubuh

terhadap

yang

yang

bersih

kemungkinan

berhubungan

dengan

21

kebersihan diri yang tidak baik. Personal hygiene yang tidak


baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit
seperti penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut, dan
saluran pencernaan (Saryono dan Widiawati, 2011 dalam,
Faridawati, 2013). Hasil pengamatan

terhadap beberapa

petugas pengumpul sampah tidak seluruhnya menerapkan hidup


bersih dan sehat (PHBS). Kondisi seperti ini tidak dapat
menjamin

petugas

sampah

terlindungi

dari

hazard,

yang

berpotensi menimbulkan penyakit akibat sampah dan dapat


mempengaruhi kesehatannya.

22

Anda mungkin juga menyukai