MINUM
Target 6.1
Pada tahun 2030, mencapai akses universal dan merata
kepada air minum aman dan terjangkau bagi semua
PERJALANAN AIR BERSIH – SANITASI SERTA PERANAN INSTANSI
TERKAIT
KemenPUPR
KemenKes
PDAM
KemenLHK
KemenKes
Instalasi Pengolahan Air
KemenESDM
KemenPUPR LIMBAH
Kemen Perindustrian Jaringan KemenKes
LIMBAH
Perpipaan
Rumah
Sumber Air Bukan Tangga LIMBAH
Jaringan
LIMBAH LIMBAH
Perpipaan 5 PILAR
STBM
KemenKes
BPOM
HIPPAMS/BPSPAMS
3
Tercapainya 100% pelayanan air minum,
yakni 85% terlayani akses sesuai prinsip 4K
(Kuantitas, Kualitas, Kontinuitas, dan Keterjangkauan) dan 15% sesuai
kebutuhan dasar
ARAH KEBIJAKAN
1 2 3 4
Penyediaan Effektifitas
Menjamin Sinergi Air Minum
Infrastruktur dan Effisiensi Pendanaan
Ketahanan Air dan Sanitasi
Produktif
Target Penyediaan Air Minum RPJMN 2020-2024 dan
SDGs 2030 (Goal 6.1)
Target :
Akses Air Minum Aman 45 %
Akses Air Minum Layak 100%
Target Penyediaan Air Minum RPJMN 2020-2024
Perluasan Akses Air Minum
Pencapaian akses aman air minum melalui SPAM Jaringan Perpipaan (JP) dan
1 SPAM Bukan Jaringan Perpipaan (BJP)
1. Pemenuhan
parameter
utama
2. Penerapan
RPAM
3. Auditor
Review
Surveilans
Kualitas
Air Minum
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau
tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan
dan dapat langsung diminum
Pengambilan dan uji sampel kualitas air minum oleh penyelenggara lebih bersifat kepada kontrol kualitas air
minum yang dihasilkan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan.
Setelah hasil pemeriksaan sampel air keluar, sanitarian menyampaikan kepada pihak penyelenggara serta
melakukan tindak lanjut dan pembinaan apabila sampel masuk pada kategori tidak layak.
Besaran biaya uji kualitas air ditentukan berdasarkan Peraturan Bupati Soppeng Nomor 65 Tahun 2020 tentang
perubahan kedua atas Perbup Nomor 25 Tahun 2020 Tentang tarif layanan laboratorium pada UPTD Labkesda
Kab. Soppeng
Pengambilan Sampel : Rp. 30.000,-
Pasca Konstruksi / Pe-
Fisika Air : Rp. 62.000,- meriksaan Berkala
Kimia Air
a. Besi (Fe) : Rp. 162.000,-
b. Fluorida (F) : Rp. 122.000,-
c. Kesadahan (CaCO3) : Rp. 86.000,-
d. Mangan (Mn) : Rp. 102.000,-
Pengambilan Sampel : Rp. 30.000,-
e. Nitrit : Rp. 72.000,-
Fisika Air : Rp. 62.000,-
f. pH : Rp. 37.000,-
Kimia Air
g. Chlorida : Rp. 122.000,-
a. Besi (Fe) : Rp. 162.000,-
h. Sulfat : Rp. 86.000,-
b. Mangan (Mn) : Rp. 102.000,-
Bakteriologi
Bakteriologi
E-Coli : Rp. 230.000,-
E-Coli : Rp. 230.000,-
Total : Rp. 1.111.000,-
Total : Rp. 586.000,-
Pra Konstruksi
DAMPAK AIR MINUM TIDAK AMAN
A. Absennya air minum aman :
• Menyebabkan gangguan kesehatan serta kerugian ekonomi dan pembangunan dalam bentuk
hilangnya waktu produktif (hari kerja dan hari sekolah) dan putus sekolah
• Meningkatkan angka absensi sekolah karena sakit, yang dalam jangka panjang terkait dengan
angka putus sekolah (Komarulzaman, 2017).
Sumber air minum yang
B. Masih tingginya Kasus Diare ‘layak’ tidak berarti secara
• Bersifat endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit KLB yang sering disertai dengan otomatis bahwa air itu
kematian.
• Diare termasuk dalam penyakit 10 teratas di Indonesia. ‘aman’, atau memiliki
• Total beban global penyakit diare yang dikaitkan dengan air minum, sanitasi dan hygiene kualitas yang memenuhi
adalah 800.000 kematian, dimana 50% adalah anak-anak (Prüss‐Ustün et al. 2014).
• Diare berulang dapat meningkatkan risiko kekerdilan (stunting) pada anak.Stunting tidak syarat kesehatan.
mungkin diberantas tanpa mengatasi derterminan kekurangan gizi, dimana salah satunya
adalah penyediaan air minum aman. Hal ini disebabkan
inefisiensi pengolahan
C. Masih belum ada air minum aman yang disediakan Pemerintah dan rekontaminasi pada
• Penggunaan AMDK, dengan biaya satuan yang lebih dari 10 kali lipat lebih mahal
dibandingkan air PDAM, akan terus mengalami
·
peningkatan. jaringan distribusi PDAM,
• Keberadaan air minum PDAM di rumah tangga mengurangi risiko diare pada anak sebesar risiko kontaminasi akibat
24%, namun kualitas air minum yang tidak aman dan tekanan yang rendah yang dapat
menyebabkan masuknya bakteri ke dalam sistem distribusi (Komarulzaman, 2017). sanitasi buruk pada
sumber-sumber tanah.
REKOMENDASI
1. Pemenuhan akses Sarana Air Minum layak dengan
mengutamakan jaringan air perpipaan yang secara sektoral
merupakan tugas pokok Kementerian PUPR
2. Peningkatan upaya surveilans kualitas air minum rumah tangga
dengan metode yang tepat dan berkelanjutan
3. Advokasi kepada para pemangku kepentingan di tingkat pusat
maupun daerah tentang pentingnya perbaikan kualitas air minum
secara fisik, bakteriologi dan kimia terbatas perlu terus dilakukan
4. Peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku rumah tangga
Upaya mencapai air minum Indonesia dalam pengelolaan air minum secara aman perlu secara
aman terus menerus dilakukan termasuk penggunaan teknologi tepat
guna
5. Semua penyelenggara air minum wajib melaksanakan
pengawasan kualitas air minum (parameter mikrobiologi, fisik,
dan kimia)
6. Peningkatan edukasi kepada masyarakat melalui pengelolaan air
minum rumah tangga (STBM pilar 3)
MENDUKUNG PENCAPAIAN 100% AKSES AIR MINUM DAN
SANITASI di KAWASAN PERDESAAN DENGAN PENDEKATAN
BERBASIS MASYARAKAT:
• Mengedepankan KOLABORASI antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan Masyarakat
• Bertumpu kepada KEBERLANJUTAN SPAMS PERDESAAN
• Membentuk KP-SPAMS dan Asosiasi SPAMS yang BERDAYA
Peran Pelaku Pamsimas Tingkat Desa