Disusun oleh :
Feni Andriani
030.14.068
Pembimbing :
dr.Budowin Sp.PD
Judul : Laporan Kasus Pasien Usia 78 Tahun Dengan Keluhan Nyeri Perut
Penyusun : Feni Andriani
Menyetujui
pembimbing
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
kasus ini yang berjudul “Pasien usia 78 tahun datang dengan keluhan nyeri perut
sejak 15 hari smrs ” dengan baik dan tepat waktu. Laporan kasus ini dibuat untuk
memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Penyakit Dalam di RSUD
Karawang Periode 27 maret -28 Mei 2018. Dalam menyelesaikan laporan kasus,
penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan, untuk itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Budowin, Sp.PD, , selaku pembimbing yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu dan menjalani
Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Penyakit Dalam di RSUD Karawang.
2. Staf dan paramedis yang bertugas di RSUD Karawang.
3. Serta rekan-rekan Kepaniteraan Klinik selama di RSUD Karawang.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih memiliki kekurangan,
maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak agar laporan kasus ini dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga
pembuatan laporan kasus ini dapat memberikan manfaat, yaitu menambah ilmu
pengetahuan bagi seluruh pembaca, khususnya untuk rekan-rekan kedokteran
maupun paramedis lainnya dan masyarakat pada umumnya.
Penulis
BAB I
RINGKASAN PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. Ooh
Usia : 78 tahun
Tempat Tinggal : Lamaran, palumbosari
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status Pernikahan : Janda
2. Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan Nyeri perut 15 hari smrs.
Keluhan Tambahan
Pasien mengeluh sakit kepala dan tidak mau makan karena
mual muntah sejak 1 hari disertai demam smrs dan tidak bisa tidur
sejak 10 hari smrs.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut sejak 15 hari
smrs, keluhan tersebut disertai sakit kepala, mual muntah dan
demam sejak 1 hari smrs. Pasien mengeluh tidak bisa tidur sejak
10 hari. BAK dan BAB lancar, keluhan muncul saat pasien telat
makan dan juga saat mendengar keributan akan cucu-cucunya yang
bermain di halaman rumah.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami penyakit yang serupa satu tahun
yang lalu , pasien diberikan obat-obat rutin sesuai gejala.
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak memiliki keluhan atau penyakit
serupa. Keluarga dan orang tua pasien tidak memiliki penyakit
keturunan.
Riwayat Kebiasaan
Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok pemakaian
NAPZA atau konsumsi alkohol. Pasien mengaku lebih sering
dirumah dan jarang bersosialisasi dengan tetangga.
Riwayat Pemakaian Obat
Pasien mengkonsumsi obat rutin untuk meringankan
keluhan
3. Pemeriksaan Fisik
Berikut adalah pemeriksaan fisik yang didapat pada saat masuk ke
instalasi gawat darurat pada tanggal 12 April 2018
Status Generalis
i. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
ii. Kesadaran : GCS 15/Compos Mentis
iii. Tekanan Darah : 150/80 mmHg
iv. Heart Rate : 108x/menit
v. Respiratory Rate : 20x/menit
vi. Suhu : 38,5oC
vii. Saturasi O2 : 98%
Status Lokalis
i. Kepala : Normocephaly, distribusi rambut
normal. Tida tidak ada deformitas wajah, tidak ada
sikatriks, tidak ada deviasi septum, oral hygiene baik, tonsil
tidak membesar, faring tidak hiperemis, uvula ditengah,
telinga tidak keluar cairan, sekret minimal, konjungtiva
anemis +/+, sklera ikterik -/-. Reflex cahaya langsung dan
tidak langsung positif, isokor
ii. Leher : Kelenjar getah bening tidak
membesar pada auricular, preauricular, submandibular,
colli, thyroid tidak membesar, dan jugular venous pressure
dalam batas normal(5+2 mmhg ) , trakea ditengah
iii. Toraks : Pulmo: dada fusiformis, gerak
dinding dada simetris, tidak ada sikatriks, Suara napas
vesikuler +/+, Rhonchi -/-, Wheezing -/-, batas paru hepar
dan batas paru lambung dalam batas normal, vocal fremitus
tidak melemah atau mengeras di kedua lapang paru depan
dan belakang, Cor: batas jantung kanan, atas, dan kiri
dalam batas normal , iktus kordis tidak teraba, Bunyi
jantung I&II reguler, murmur dan gallop tidak ada
iv. Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan positif
pada regio epigastrik, bising usus terdengar, tidak terdapat
organomegali, tidak terdapat shifting dullness, Murphy sign
negatif, tidak terdapat caput medusa atau vena kolateral
v. Ekstremitas : akral hangat di semua esktremitas,
tidak ada edema, di keempat ekstermitas, clubbing finger
negative, nicotine stain positif di jari-jari tangan kanan,
CRT < 2 detik di keempat ekstremitas, ROM dalam batas
normal di keempat ekstremitas, derajat kekuatan otot 5555
di keempat ekstremitas
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan Nilai Nilai Rujukan
MCV 89 fL 80-100 fL
MCH 30 ug 26-34 ug
5. Terapi
Pasien mendapatkan penanganan di instalasi gawat darurat Rumah
Sakit Umum Daerah Karawang yang terdiri dari,
Tirah baring
Infus RL
Cefriaxon 2x1 ampul
Ketorolac 2x1 ampul
Ranitidine 2x1 ampul
Paracetamol 1x1 ampul
6. Follow-up
Pada hari pertama, pasien mengeluh nyeri perut disertai sakit
kepala seperti ditusuk kadang menjalar kepunggung, merasa demam,
mual, batuk berdahak warna putih,nafsu makan menurun dan sulit tidur.
Status Generalis
1. Tekanan Darah : 110/60
2. Nadi : 83x/m
3. Nafas : 22x/m
4. Suhu : 36,3oC
5. Saturasi O2 : 98%
6. Kesadaran : Compos mentis/GCS 15
7. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
• Status Lokalis
Kepala: Normocephaly, distribusi rambut normal. Tida tidak
ada deformitas wajah, tidak ada sikatriks, tidak ada deviasi
septum, oral hygiene baik, tonsil tidak membesar, faring tidak
hiperemis, uvula ditengah, telinga tidak keluar cairan, sekret
minimal, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-. Reflex
cahaya langsung dan tidak langsung positif, isokor
Leher: Kelenjar getah bening tidak membesar pada auricular,
preauricular, submandibular, colli, thyroid tidak membesar, dan
jugular venous pressure normal (5+2 mmH2O), trakea
ditengah
Toraks: Pulmo: dada fusiformis, gerak dinding dada simetris,
tidak ada sikatriks, Suara napas vesikuler +/+, Rhonchi -/-,
Wheezing -/-, batas paru hepar dan batas paru lambung dalam
batas normal, vocal fremitus tidak melemah atau mengeras di
kedua lapang paru depan dan belakang, Cor: batas jantung
kanan, atas, dan kiri dalam batas normal , iktus kordis tidak
teraba, Bunyi jantung I&II reguler, murmur dan gallop tidak
ada
Abdomen: Datar, supel, nyeri tekan negatif, bising usus
terdengar, tidak terdapat organomegali, tidak terdapat shifting
dullness, Murphy sign negatif, tidak terdapat caput medusa
atau vena kolateral
Ekstremitas: akral hangat di semua esktremitas, tidak ada
edema, di keempat ekstermitas, clubbing finger negative,
nicotine stain positif di jari-jari tangan kanan, CRT < 2 detik di
keempat ekstremitas, ROM dalam batas normal di keempat
ekstremitas, derajat kekuatan otot 5555 di keempat ekstremita
Diagnosis
Dispepsia
Cephalgia
Prolong fever
Infus RL 20 tpm
Cefriaxon 2x1 ampul
Ketorolac 2x1 ampul
Ranitidine 2x1 ampul
Pamol 3x1 tablet
Status Generalis
8. Tekanan Darah : 110/60 mmHg
9. Nadi :70x/m
10. Nafas :20x/m
11. Suhu :36,8oC
12. Saturasi O2 :98%
13. Kesadaran :Compos mentis/GCS 15
14. Keadaan Umum :Tampak sakit sedang
• Status Lokalis
Kepala: Normocephaly, distribusi rambut normal. Tida tidak
ada deformitas wajah, tidak ada sikatriks, tidak ada deviasi
septum, oral hygiene baik, tonsil tidak membesar, faring tidak
hiperemis, uvula ditengah, telinga tidak keluar cairan, sekret
minimal, konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-. Reflex
cahaya langsung dan tidak langsung positif, isokor
Leher: Kelenjar getah bening tidak membesar pada auricular,
preauricular, submandibular, colli, thyroid tidak membesar, dan
jugular venous pressure normal (5+2mmH2O), trakea ditengah
Toraks: Pulmo: dada fusiformis, gerak dinding dada simetris,
tidak ada sikatriks, Suara napas vesikuler +/+, Rhonchi -/-,
Wheezing -/-, batas paru hepar dan batas paru lambung dalam
batas normal, vocal fremitus tidak melemah atau mengeras di
kedua lapang paru depan dan belakang, Cor: batas jantung
kanan, atas, dan kiri dalam batas normal , iktus kordis tidak
teraba, Bunyi jantung I&II reguler, murmur dan gallop tidak
ada
Abdomen: Datar, supel, nyeri tekan positif pada region
epigastik, bising usus terdengar, tidak terdapat organomegali,
tidak terdapat shifting dullness, Murphy sign negatif, tidak
terdapat caput medusa atau vena kolateral
Ekstremitas: akral hangat di semua esktremitas, tidak ada
edema, di keempat ekstermitas, clubbing finger negative,
nicotine stain positif di jari-jari tangan kanan, CRT < 2 detik di
keempat ekstremitas, ROM dalam batas normal di keempat
ekstremitas, derajat kekuatan otot 5555 di keempat ekstremitas
Diagnosis
o Cephalgia
o Abdominal pain
o Prolong fever
Terapi
Infus RL 20 tpm
Cefriaxon 2x1 ampul
Ketorolac 2x1 ampul
Ranitidine 2x1 ampul
Pamol 3x1 tablet
Status Generalis
15. Tekanan Darah : 130/70 mmHg
16. Nadi : 63 x /menit
17. Nafas :20 x /menit
18. Suhu :36.3oC
19. Saturasi O2 :99%
20. Kesadaran :Compos mentis/GCS 15
21. Keadaan Umum :Tampak sakit sedang
• Status Lokalis
Kepala: Normocephaly, distribusi rambut normal. Tida tidak
ada deformitas wajah, tidak ada sikatriks, tidak ada deviasi
septum, oral hygiene baik, tonsil tidak membesar, faring tidak
hiperemis, uvula ditengah, telinga tidak keluar cairan, sekret
minimal, konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-. Reflex
cahaya langsung dan tidak langsung positif, isokor
Leher: Kelenjar getah bening tidak membesar pada auricular,
preauricular, submandibular, colli, thyroid tidak membesar, dan
jugular venous pressure dalam batas normal (5+2mmH2O),
trakea ditengah
Toraks: Pulmo: dada fusiformis, gerak dinding dada simetris,
tidak ada sikatriks, Suara napas vesikuler +/+, Rhonchi -/-,
Wheezing -/-, batas paru hepar dan batas paru lambung dalam
batas normal, vocal fremitus tidak melemah atau mengeras di
kedua lapang paru depan dan belakang, Cor: batas jantung
kanan, atas, dan kiri dalam batas normal , iktus kordis tidak
teraba, Bunyi jantung I&II reguler, murmur dan gallop tidak
ada
Abdomen: Datar, supel, nyeri tekan negatif, bising usus
terdengar, tidak terdapat organomegali, tidak terdapat shifting
dullness, Murphy sign negatif, tidak terdapat caput medusa
atau vena kolateral
Ekstremitas: akral hangat di semua esktremitas, tidak ada
edema, di keempat ekstermitas, clubbing finger negative,
nicotine stain positif di jari-jari tangan kanan, CRT < 2 detik di
keempat ekstremitas, ROM dalam batas normal di keempat
ekstremitas, derajat kekuatan otot 5555 di keempat ekstremita
Diagnosis
Cephalgia
Abdominal pain
Prolong fever
Terapi
Infus RL 20 tpm
Cefriaxon 2x1 ampul
Ketorolac 2x1 ampul
Ranitidine 2x1 ampul
Pamol 3x1 tablet
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Nilai Nilai Rujukan
MCV 90 fL 80-100 fL
MCH 29 ug 26-34 ug
7. Rencana Penjajakan
▪ Rongen abdomen
▪ CT scan kepala
▪ Konsultasi ke spesialis kejiwaan
8. Kriteria Pemulangan
▪ Pemeriksaan fisik dan tanda vital normal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Dispepsia adalah suatu sindrom yang terdiri dari satu atau beberapa gejala
utama pada daerah gastroduodenal yaitu nyeri epigestrium, mual, rasa
penuh setelah makan atau rasa cepat kenyang.
2.4 DIAGNOSIS
Keluhan utama yang menjadi kunci untuk mendiagnosis dispepsia adalah
adanya nyeri dan atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas. Apabila kelainan
organik ditemukan, dipikirkan kemungkinan diagnosis banding dispepsia organik,
sedangkan bila tidak ditemukan kelainan organik apa pun, dipikirkan kecurigaan
ke arah dispepsia fungsional. Penting diingat bahwa dispepsia fungsional
merupakan diagnosis by exclusion, sehingga idealnya terlebih dahulu harus benar-
benar dipastikan tidak ada kelainan yang bersifat organik. Dalam salah satu sistem
penggolongan, dispepsia fungsional diklasifi kasikan ke dalam ulcer-like
dyspepsia dan dysmotility-like dyspepsia; apabila tidak dapat masuk ke dalam 2
subklasifikasi di atas, didiagnosis sebagai dispepsia nonspesifik.
Esofagogastroduodenoskopi dapat dilakukan bila sulit membedakan antara
dispepsia fungsional dan organik, terutama bila gejala yang timbul tidak khas, dan
menjadi indikasi mutlak bila pasien berusia lebih dari 55 tahun dan didapatkan
tanda-tanda bahaya. Kriteria Roma III pada tahun 2010, dalam American Journal
of Gastroenterology, menegaskan kriteria diagnostik dispepsia fungsional seperti
tertera pada boks 1, yaitu :
Dispepsia fungsional Kriteria diagnostik terpenuhi, bila 2 poin di bawah ini
seluruhnya terpenuhi:
1. Salah satu atau lebih dari gejala-gejala di bawah ini:
a. Rasa penuh setelah makan yang mengganggu
b. Perasaan cepat kenyang
c. Nyeri ulu hati
d. Rasa terbakar di daerah ulu hati/epigastrium
2. Tidak ditemukan bukti adanya kelainan struktural yang menyebabkan
timbulnya gejala (termasuk yang terdeteksi saat endoskopi saluran cerna bagian
atas.
Kriteria terpenuhi bila gejala-gejala di atas terjadi sedikitnya dalam 3
bulan terakhir, dengan awal mula gejala timbul sedikitnya 6 bulan sebelum
diagnosis. 4 Diagnosis dispepsia dapat bertumpang tindih dengan IBS. Pasien
IBS, khususnya dengan predominan konstipasi, mengalami keterlambatan
pengosongan lambung sehingga akhirnya disertai pula dengan gejala-gejala
saluran pencernaan bagian atas yang menyerupai gejala dispepsia. Sebaliknya,
pada pasien dispepsia, sering kali juga disertai dengan gejala-gejala saluran
pencernaan bawah yang menyerupai IBS. Untuk membedakannya, beberapa ahli
mengemukakan sebuah cara, yakni dengan meminta pasien menunjuk lokasi di
perut yang terasa paling nyeri; dengan lokalisasi ini, kedua entitas tersebut dapat
didiferensiasi. Mengemukakan sebuah pendekatan baru, yaitu dengan menyatakan
IBS dan dispepsia fungsional sebagai bagian dari spektrum penyakit fungsional
saluran cerna.
2.5 TATALAKSANA
EGD: esofagogastroduodenoskopi
PPI: proton-pump inhibitor
Hp: Helicobacter pylory
2.6 KESIMPULAN
Dispepsia fungsional adalah sindrom yang mencakup salah satu atau lebih
gejala-gejala berikut ini: perasaan perut penuh setelah makan, cepat kenyang, atau
rasa terbakar di ulu hati, yang berlangsung sedikitnya dalam 3 bulan terakhir,
dengan awal mula gejala sedikitnya timbul 6 bulan sebelum diagnosis. Dispepsia
secara klasik terbagi atas dispepsia organik dan dispepsia fungsional. Dispepsia
fungsional diklasifi kasikan kembali menjadi postprandial distress syndrome dan
epigastric pain syndrome (Kriteria Roma III). Selain itu, juga dibagi menjadi
ulcer-like dyspepsia dan dysmotility-like dyspepsia. Hingga tahun 2012,
penelitian-penelitian mengenai patomekanisme dispepsia berfokus pada upaya
mengurai mekanisme patofi siologis yang disebabkan abnormalitas fungsi
motorik lambung, infeksi Helicobacter pylori, dan faktor-faktor psikososial,
khususnya terkait gangguan cemas dan depresi. Diagnosis dispepsia hendaknya
lebih ditekankan pada upaya mengeksklusi penyakit-penyakit serius atau
penyebab spesifi k organik yang mungkin, bukan menggali karakteristik detail
gejalagejala dispepsia yang dikemukakan pasien. Diagnosis dispepsia fungsional
dilakukan berdasarkan Kriteria Roma III. American College of Gastroenterology
Guidelines for the Management of Dyspepsia (2005) mengemukakan pentingnya
mendeteksi tanda-tanda bahaya (alarming features) pada pasien dengan keluhan
dispepsia, yang penting untuk menentukan pengelolaan selanjutnya. Segera rujuk
apabila didapatkan tanda-tanda bahaya tersebut atau terdapat tanda-tanda yang
mengarah pada gangguan jantung.
REFERENSI