Referat Terapi Insulin
Referat Terapi Insulin
TERAPI INSULIN
Pembimbing
Disusun Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2023
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
TERAPI INSULIN
Referat dengan judul Terapi Insulin telah diperiksa dan disetujui sebagai salah satu tugas
dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda di bagian Ilmu Penyakit
Dalam.
Pembimbing
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan referat dengan judul "Terapi Insulin".
Referat ini dibuat sebagai salah satu tugas dari program pendidikan profesi dokter di
Surabaya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Muhammad Agus Toha, Sp.PD
selaku dokter pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran, petunjuk dan waktu
serta semua pihak yang terkait yang telah membantu dalam penyusunan referat ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan referat ini masih jauh dari kesempurnaan.
Dengan Kerendahan hati, penulis mohon maaf jika ada kesalahan dan mengharapkan kritik
dan saran yang membangun. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Terapi insulin adalah suatu metode pengobatan untuk mengontrol kadar gula darah
pada penderita diabetes. Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh pankreas dan berfungsi
untuk membantu mengatur kadar gula darah dalam tubuh. Penderita diabetes tidak dapat
memproduksi insulin secara cukup atau memproduksi insulin yang tidak efektif, sehingga
memerlukan bantuan insulin sintetis untuk mengontrol kadar gula darah mereka.
Terapi insulin telah menjadi standar pengobatan untuk diabetes tipe 1 dan juga sering
digunakan untuk diabetes tipe 2 yang sulit dikontrol dengan pengobatan lain seperti diet dan
olahraga. Meskipun terapi insulin dapat membantu mengontrol gula darah dan mencegah
komplikasi jangka panjang yang serius, namun penggunaannya juga memiliki risiko dan
memerlukan pemahaman yang baik tentang cara penggunaannya. Oleh karena itu, penting
untuk memahami bagaimana terapi insulin bekerja, jenis insulin yang tersedia, dan cara
penggunaannya agar dapat mengoptimalkan manfaat dan menghindari efek samping yang
tidak diinginkan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Insulin berasal bahasa Latin “insula” yang berarti pulau, karena diproduksi di Pulau-
pulau Langerhans di pankreas (Lewis dan Brubaker, 2021). Insulin adalah hormon yang
bertanggung jawab untuk menjaga homeostasis glukosa dalam tubuh. Selain itu, insulin juga
Fungsi-fungsi ini berperan utamanya pada sel target organ klasik yang bertanggung jawab
untuk pengaturan energi umum: hati, otot rangka, dan jaringan adiposa. Namun, fungsi ini
tidak terbatas pada jaringan yang telah disebutkan sebelumnya saja karena insulin telah
terbukti mempengaruhi sebagian besar sel dalam tubuh (Cruz-Pineda WD et al., 2021).
seluruh tubuh.
darah dan laju sekresi sel dan sel tetapi dalam arah berlawanan. Peningkatan
kadar glukosa darah merangsang sekresi insulin, tetapi menghambat sekresi glukagon,
meningkatkan glukosa darah, perubahan sekresi kedua hormon pankreas ini sebagai
respons terhadap perubahan glukosa darah bekerja sama secara homeostatis untuk
Sel-sel dari jaringan otot, endotelium pembuluh darah, jantung, dan hati
efek insulin dalam sel-sel ini adalah spesifik sesuai jaringan. Dalam jaringan adiposa,
otot rangka, dan jantung, hasilnya adalah metabolisme glukosa melalui penyerapan
glukosa ke dalam sel. Vasodilatasi melalui produksi nitrat oksida (NO) adalah hasil
yang terlihat pada endotelium dan jantung pembuluh darah. Hati menunjukkan
adanya insulin. Efek insulin membentang ke metabolisme lipid dan protein juga. Ini
merangsang lipogenesis dan sintesis protein dan sebaliknya menghambat lipolisis dan
Pada tahun 1869 Paul Langerhans menemukan sekelompok sel di pankreas (sekarang
dikenal sebagai pulau Langerhans) yang tampaknya mengambang di acini pancreatici yang
lebih banyak, dan yang tidak terhubung ke ductus pancreaticus, yang mengalirkan sekresi
eksokrin pankreas ke duodenum. Selama tiga dekade berikutnya, para peneliti menyadari
sebuah faktor penting pada pankreas yang mengontrol penggunaan bahan bakar tubuh, yang
apabila faktor itu tidak ada atau kurang akan menyebabkan diabetes melitus. Misalnya, Oscar
Minkowski dan Joseph von Mering pada tahun 1889, dan Hédon pada tahun 1893,
bahwa diabetes disebabkan oleh hilangnya "sekresi internal" pankreas daripada sekresi
eksokrin pankreas. Eugene Opie pada tahun 1901 menunjukkan hubungan patologis antara
diabetes dan kerusakan pulau Langerhans, serta banyak peneliti lainnya meletakkan dasar
untuk penemuan insulin selama dua dekade pertama abad ke-20 dengan kemajuan penting
yang mengungkap cara kerja insulin. Pada dekade pertama abad ke-20, banyak penelitian
berlangsung untuk mengisolasi faktor pankreas penurun glukosa. Antara 1915 dan 1919,
Kleiner dan Meltzer di Universitas Rockefeller menerbitkan hasil penurun glukosa yang
menjanjikan dari ekstrak pankreas mereka pada anjing yang depankreatisasi. Selain itu,
seorang ilmuwan Rumania, Nicolas Paulesco, menerbitkan serangkaian paper penting pada
tahun 1921 yang menghasilkan keberhasila percobaan dengan ekstrak pankreas, yang
disebutnya "pancréine". Pada akhir Agustus 1921, para peneliti Toronto (Banting, Best, dan
Macleod) membuat ekstrak dari pankreas anjing sehat. Dengan menggunakan ekstrak ini,
mereka berhasil menurunkan gula darah dari anjing yang sebelumnya dibuat diabetes.
Pemberian insulin manusia pertama yang berhasil dilakukan pada tanggal 23 Januari 1922, di
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik, terkait peningkatan kadar glukosa
darah yang tidak seharusnya. DM memiliki beberapa kategori, antara lain tipe 1, tipe 2,
maturity-onset diabetes of the young (MODY), diabetes gestasional, diabetes neonatal, dan
penyebab sekunder akibat endokrinopati, penggunaan steroid, dll. Subtipe utama DM adalah
sel beta, dan konsekuensinya, insulin tidak ada atau sangat rendah (Sapra dan
Bhandari, 2022).
antara kadar insulin dan sensitivitas insulin menyebabkan defisit fungsional insulin.
2.4.3 MODY
monogenik yang pertama kali digambarkan sebagai bentuk diabetes ringan dan
asimtomatik yang diamati pada anak-anak, remaja, dan dewasa muda yang tidak
obesitas. Apabila DM1 dan DM2 bersifat poligenik, MODY disebabkan oleh mutasi
gen tunggal yang menyebabkan defek pada sekresi insulin sel beta sebagai respons
terhadap stimulasi glukosa. Sebagian besar versi genetik MODY memiliki transmisi
dominan autosomal, meskipun, lebih jarang, versi resesif autosomal juga ada dan
cacat genetiknya. Sekarang setidaknya ada 14 mutasi MODY berbeda yang diketahui:
GCK, HNF1A, HNF4A, HNF1B, INS, NEURO1, PDX1, PAX4, ABCC8, KCNJ11,
glukosa dengan onset atau pengakuan pertama selama kehamilan. GDM dapat
tanpa pengobatan dan responsif terhadap terapi nutrisi adalah diabetes gestasional
yang dikontrol diet (GDM) atau A1GDM. Di sisi lain, diabetes gestasional yang
dikelola dengan pengobatan untuk mencapai kontrol glikemik yang memadai adalah
Neonatal Diabetes (ND) mellitus adalah penyakit genetik yang langka (1 dari
90.000 kelahiran hidup). Hal ini didefinisikan dengan adanya hiperglikemia berat
terkait dengan insulin yang tidak mencukupi atau tidak ada sirkulasi, terjadi terutama
sebelum usia 6 bulan dan jarang terjadi antara 6 bulan dan 1 tahun.
berkembang setelah penghancuran sel beta di pulau pankreas dan / atau induksi
resistensi insulin oleh penyakit yang didapat (misalnya endokrinopati) atau lainnya
(Suzuki, 1999).
berdasarkan 3 hal yaitu fungsi insulin terhadap kontrol glukosa darah, jenis bahan pembuatan
a. Insulin Prandial
Insulin yang berfungsi untuk mengontrol kenaikan kadar glukosa darah setelah
Jenis insulin yang tergolong dalam kategori ini adalah insulin yang memiliki
Insulin basal dapat diberikan sebanyak satu atau dua kali sehari, diantara
termasuk ke dalam golongan ini adalah insulin kerja menengah atau lama.
a. Human Insulin
b. Insulin analog
c. Insulin biosimilar
makan.
b. Insulin kerja menengah: lama kerja 8-12 jam, diabsorpsi lebih lambat, dan
c. Insulin kerja panjang: lama kerja 12-24 jam, diabsorpsi lebih lambat,
(premixed), yang merupakan campuran antara insulin kerja pendek dan kerja
menengah (Human Insulin) atau insulin kerja cepat dan kerja menengah
dose ratio) antara insulin kerja pendek atau cepat dan menengah.
Tabel 1. Karakteristik Insulin (Sony W et al. 2021).
2.6 Terapi Insulin Rawat Jalan
a. DMT1
glukosa darah puasa (GDP) > 250 mg/dL atau glukosa darah sewaktu (GDS)>
300 mg/dL atau HbAlc > 9%, dan/atau sudah mendapatkan terapi OHO.
c. Terapi steroid dosis tinggi yang menyebabkan glukosa darah tidak terkendali.
Pada pasien DMT1, terapi insulin mulai diberikan pada saat diagnosis ditegakkan.
Jumlah insulin yang diberikan disesuaikan dengan aktivitas fisis, pola makan, dan berat
badan yang sesuai dengan proses tumbuh kembang. Prinsip terapi insulin pada DMT1 sesuai
dengan Konsensus Nasional Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 1 yang dikeluarkan oleh
UKK Endokrinologi Anak & Remaja Ikatan Dokter Anak Indonesia (2015) adalah sebagai
berikut:
DMT1, gaya hidup (pola makan, kegiatan fisis, sekolah, dll.), sasaran kendali
fisiologis.
f. Sangat dianjurkan paling tidak menggunakan 2 kali injeksi insulin per hari
g. Pada fase remisi seringkali hanya memerlukan 1 kali suntikan insulin kerja
menengah, panjang atau basal untuk mencapai kendali metabolik yang baik.
dosis biasanya dibutuhkan pada honeymoon period (saat fase awal DMT1 sel beta pankreas
masih memiliki kemampuan untuk memproduksi insulin), masa remaja, masa sakit, dan
beberapa regimen insulin yang dapat digunakan (Tabel 2). Regimen apa pun yang digunakan,
sangat dianjurkan untuk memantau glukosa darah secara mandiri di rumah untuk
metabolisme glukosa darah yang dapat dipercaya saat ini adalah pemeriksaan serum HbAlc,
Tabel 2. Regimen Terapi Insulin pada Anak - Anak Pasien DMT1 (Sony W et al. 2021).
Regimen Keterangan
Regimen Campuran
Injeksi 1 Insulin kerja menengah atau kombinasi kerja cepat/pendek
kali/hari dengan kerja kali/hari menegah.
Seringkali tidak sesuai untuk diterapkan pada pasien anak/remaja
dengan DMT1.
Dapat diberikan untuk sementara pada fase remisi.
Pompa Insulin Hanya boleh menggunakan insulin kerja cepat yang diprogram
sebagai insulin basal sesuai kebutuhan pasien (biasanya 40% -
60% dari dosis total insulin harian).
Untuk koreksi hiperglikemia saat makan, diberikan dosis insulin
bolus yang diaktifkan oleh pasien.
perawatan DM yang disupervisi orang tua menjadi tata laksana rawat-diri. Saat ini
merupakan saat di mana perawatan menjadi lebih mandiri, tidak lagi di bawah pengawasan
orang tua sehingga dikhawatirkan akan terjadi kemunduran kendali glikemik, risiko
komplikasi akut maupun komplikasi kronis. Masa transisi menitikberatkan pada tata laksana
rawat-diri untuk mencegah komplikasi akut maupun kronis. Pada tatalaksana rawat-diri
pasien diharapkan mampu mengetahui masalah yang dihadapi serta membuat keputusan
sendiri mengenai terapi yang akan diberikan. Oleh karena itu diperlukan persiapan yang
menyeluruh dari pasien, anggota keluarga, serta penyedia layanan kesehatan (Sony W et al.
2021).
Catatan medik penderita diabetes remaja diharapkan bisa didapatkan dari dokter yang
dewasa dimulai. Pada masa transisi ini, remaja perlu dipersiapkan minimal 1 tahun
pemantauan mandiri glukosa darah, dan pengenalan tanda atau gejala komplikasi akut. Pada
remaja dan dewasa dengan DMT1 lazimnya digunakan regimen basal bolus. Sasaran
glikemik pada masa transisi dari remaja menjadi dewasa muda hendaknya disesuaikan secara
Tabel 3. Terapi Insulin Pasien Dewasa dengan DM Tipe 1 (Sony W et al. 2021).
1. Berikan edukasi pada individu dengan DMT1 untuk menyesuaikan dosis insulin
prandial dengan intake karbohidrat, kadar glukosa darah sebelum makan, dan
aktivitas fisik.
2. Pilihan terapi insulin pasien yaitu injeksi multipel harian insulin basal dan prandial
atau infus insulin subkutan secara kontinyu.
4. Gunakan Human Insulin kerja pendek dengan dosis insulin 10 unit/hari atau 0,1 —
0,2 unit/kgBB/ hari. Dosis tinggi dibutuhkan selama pubertas, kehamilan, dan
kondisi medis lain.
eksogen. Kebutuhan akan insulin eksogen pada DMT2 dipengaruhi oleh derajat kendali
pengelolaan DM (perbaikan pola hidup dan konsumsi obat). Memulai terapi insulin pada
DMT2 dilakukan sesuai algoritma yang telah disusun dalam Konsensus Penatalaksanaan
Tabel 4. Terapi Insulin Pasien Dewasa dengan DM Tipe 2 (Sony W et al. 2021).
2. Terapi insulin pada DMT2 dengan beberapa regimen dan tipe insulin:
o Gunakan NPH satu atau dua kali sehari tergantung kebutuhan.
o Pertimbangkan pemberian kombinasi NPH dan insulin kerja pendek
(terutama jika HbAlc >7%) secara kombinasi terpisah atau sebagai sediaan
Human Insulin premixed.
2.9.1 Kehamilan
dokter karena harus mempertimbangkan keamanan ibu dan bayi yang dikandungnya.
Penggunaan Human Insulin pada wanita hamil sudah teruji keamanannya. Beberapa
jenis insulin analog juga dinyatakan aman pada beberapa penelitian (Sony W et al.
2021).
sasaran kendali glikemik pada pasien gagal ginjal. Terapi insulin intensif merupakan
pilihan adekuat untuk memperbaiki kendali glikemik pada Gagal Ginjal Kronik
Insulin merupakan terapi lini pertama pada pasien dengan penyakit hati
menahun seperti sirosis atau hepatitis kronik. Sebaiknya digunakan insulin kerja
pendek karena durasi aksinya pada penyakit hati kemungkinan bervariasi. Hanya
dapat diberikan Human Insulin karena antibod insulin terperangkap oleh sel-sel
Kuffer dan hal ini dapat menginduksi reaksi inflamasi lebih lanjut. Jadi pada penyakit
al. 2021).
Pada pasien lanjut usia, penting untuk melakukan pendekatan terapi insulin
secara individu karena populasi ini memiliki keragaman faktor Klinis dan praktis.
Terapi insulin campuran memberikan kenyamanan dan kendali glikemik yang lebih
mekanisme kompleks termasuk efek fungsi sel beta dan mengiduksi resistensi insulin
dengan mempengaruhi reseptor insulin pada hati, otot, dan jaringan adiposa sehingga
menyebabkan hiperglikemia pada individu dengan faktor risiko (Sony W et al. 2021).
Sebagai regimen awal dapat digunakan insulin basal dengan dosis 0,2 unit/kgbb,
dengan waktu pemberiannya disesuaikan dengan rutinitas pasien dan jenis insulin yang
digunakan. Implementasi terapi insulin memerlukan 3 tingkatan proses, yaitu (Sony W et al.
2021).:
I. Inisiasi
pemilihan regimen insulin, tipe insulin dan penyesuaian dosis awal terapi.
II. Optimisasi
Titrasi atau penyesuaian dosis. Dosis insulin perlu disesuaikan minimal dalam
III. Intensifikasi
Terapi inisiasi insulin pada pasien DM lama dengan terapi kombinasi 2 atau 3
OHO dengan HbA1C >7,5% - <9%, dapat dilakukan dengan beberapa regimen
1. Insulin basal dengan 10 unit/hari atau 0,2 unit per kgBB/hari (dapat disertai atau
2. Coformulation (IDegAsp) atau Premixed (30/70 atau 25/75) 1 kali sehari dengan
dosis 10 unit pada malam hari (dapat disertai atau tidak dengan pemberian OHO)
3. Fixed ratio combination (kombinasi insulin basal dan GLP-1 RA) seperti IdegLira
atau Iglarlixi dengan dosis 10 unit/hari, dapat disertai atau tidak dengan
pemberian OHO.
Terapi Intensifikasi
Pada kelompok dengan regimen inisiasi basal + OHO: jika HbAlc belum
mencapai target (>7%) dengan dosis insulin basal telah mencapai >0,5
optimal namun kontrol glikemik belum mencapai target, maka intensifikasi dosis
Pada kelompok dengan regimen premixed OD + OHO: jika GDP atau GD pre-
menjadi 2 kali sehari, dengan syarat fungsi ginjal baik. Jika belum mencapai target
kontrol glikemik yang diinginkan maka dapat ditingkatkan menjadi 3 kali dosis
pemberian insulin premixed. Jika pada evaluasi berikutnya target belum tercapai,
Pada kelompok dengan regimen fixed ratio combination: regimen FRC hanya
target kontrol glikemik belum tercapai dengan didapatkan GDP atau GD pre-
prandial pagi tinggi maka dilakukan intensifikasi 1 kali FRC + Prandial 1 kali
lanjut 2 kali/hari. Jika intensifikasi belum berhasil maka FRC dihentikan dan
2.10.2 Terapi Inisiasi dan Intensifikasi Pengobatan Injeksi pada Pasien DM Baru
dengan HbAlc >9% atau GDP >250 mg/dL atau GDS >300 mg/dL atau Gejala
Dekompensasi Metabolik
Terapi Intensifikasi
Pada kelompok Co-formulation atau FRC: penyesuaian intensifikasi sesuai
Pada kelompok basal plus: jika target kontrol glikemik belum tercapai maka
dapat ditingkatkan menjadi basal plus 1 > plus 2 > plus 3 (atau basal bolus)
terutama jika kondisi dekompensasi metabolik telah teratasi (Sony W et al. 2021).
Gambar 4. Algoritma Strategi Umum Terapi Insulin Rawat Jalan (Sony W et al. 2021).
Sasaran HbA1C < 7% juga merupakan sasaran yang memadai untuk pasien Indonesia.
Meskipun demikian, pada pasien dengan keadaan tertentu yang memiliki risiko hipoglikemia
lebih besar, dapat dipertimbangkan sasaran kendali glikemik yang kurang ketat (<7,5%)
Beberapa uji Klinis besar terkini melaporkan bahwa sasaran HbA1c yang terlalu ketat,
terutama pada usia lanjut dan penyakit kardiovaskular, menyebabkan angka kematian yang
lebih tinggi. Salah satu alasannya adalah kelompok ini lebih mudah jatuh ke dalam keadaan
hipoglikemia dan mudah terjadi fluktuasi kadar glukosa darah yang membahayakan jantung
glukosa masih diatas 250 mg/dl. Pasanglah infus Ringer Laktat atau NaCl
2. Berikan Insulin Reguler Intravena i 4 (empat) unit tap jam sampai kadar
glukosa darah 200 sekitar mg/d! atau reduksi urine positif lemah.
Contoh: Pada glukosa darsh 450 mg/dl, berikan insulin reguler intra vena 1
glukosa darah sekitar 200 mg/dl Angka 3 kali diperoleh dari: 4 dikurangi
4. Apabila kadar glukosa terscbut sudah tercapai, maka insulin reguler dapat
maintenance subkutanmya.
kondisi dan fasilitas setempat. tergantung kadar glukosa acak awal yang
diperoleh, maka berikan insulin subkutan dengan dosis awal ekstra, kemudian
Indikesi RCI dan RCS pada umumnya adalah untuk kasus-kasus yang
DM rawat-inap dengan glukosa darah > 250 mg/dl (agar NPE dapat dimulai),
Efek samping insulin diklasifikasikan menurut sebab oleh obat itu sendiri dan sebab
rute pemberian tertentu. Sejauh ini, hipoglikemia merupakan efek merugikan yang paling
umum dari terapi insulin. Efek samping lain dari terapi insulin adalah penambahan berat
badan dan gangguan elektrolit seperti hipokalemia walaupun jarang, tapi dapat terjadi
terutama bila digunakan bersamaan dengan obat lain yang menyebabkan hipokalemia (Thota
Rute administrasi subkutan juga memiliki efek samping. Nyeri di tempat suntikan,
lipodistrofi di tempat suntikan adalah efek samping yang paling umum dari suntikan subkutan
setiap hari. Efek samping lainnya seperti hiperinsulinemia perifer dan penurunan kepatuhan
juga terlihat pada populasi yang menggunakan rute subkutan untuk pemberian insulin (Thota
Efek Somogyi: Beberapa pasien yang menggunakan insulin sebelum tidur bangun
dengan kadar gula darah tinggi. Efek ini terjadi ketika insulin menyebabkan kondisi
hipoglikemik dalam tubuh, yang mengaktifkan hormon antihiperglikemik seperti kortisol dan
adrenalin, mengakibatkan hiperglikemia rebound; hal ini dapat diperbaiki dengan mengurangi
dosis insulin sebelum tidur atau mengubah waktu pemberian insulin (Thota dan Akbar,
2022).
Fenomena fajar: Adanya kadar glukosa darah yang tinggi dalam tubuh pada dini hari
karena insulin yang tidak mencukupi dalam tubuh. Untuk memperbaiki fenomena ini, dosis
insulin sebelum tidur perlu ditingkatkan agar kadar glukosa darah tetap terkendali sepanjang
2.14.1 Indikasi
1. Pola Hidup (Diet + Latihan Fisik) sudah adekuat, Dosis OHO Maksimal dan
2. DMT2 + Frakour
2.14.2 Protokol
1. Pelaksanaan diet harus benar (sesuai 3J, Jumlah, Jadwal dan Jenis makanan
3. Insulin
a. Dosis insulin harus dimulai dari bawah (biasanya 8 unit/hari dan dinaikkan
c. Insulin dan OHO bisa diberikan beramaan setengah jam sebelum makan
pagi, atau
d. Insulin bisa diberkan setengah jam sebelum makan pagi dan OHO
e. Insulin bisa diberikan stengah jam sebelum makan malam dan OHO
1. Pasien kritis/akut:
i. Hiperglikemia emergensi
ii. IMA
iii. Stroke
iv. Fraktur
v. Infeksi sistemik
2. Transplantasi organ
3. Edema anasarka
5. Persalinan
7. Priode perioperatif
8. Strategi untuk mencari dosis yang tepat sebelum konversi ke terapi subkutan
Protokol Van den Berghe, di ruang intensif. Sasaran glukosa darah, kadar
glukosa memulai terapi insulin dan cara pemberian insulin drip intravena tampak pada
Tabel 6; 7 dan 8.
Tabel 7. Batas kadar glukosa darah puasa untuk memmulai terapi insulin drip intravena
Masa kerja waktu paruh pemberian insulin intravena secara bolus sangat cepat
sckitar 4 sampai 5 menit, meskipun efek pada jaringan lebih lambat, dan umumnya
pemberian bolus intravena berulang tidak bisa mempertahankan kadar insulin darah
dalam jumlah adekuat, umurnya penggunaan bolus intravena harus diikuti dengan
Protokol ini dimulai dengan tahap persiapan, yaitu dengan memberikan infus
D5% 100 cc/jam. Kemudian bila terdapat fasilitas syringe pump, siapkan 50 unit
insulin reguler (RI) dalam spuit ukuran 50 cc, kemudian encerkan dengan larutan
NaCl 0,9% hingga mencapai 50 cc (I cc NaCl = 1 unit RI). Bila diperlukan 1,5 unit
insulin per jam misalnya, petugas tinggal mengatur kecepatan tetesan 1,5 per jam.
Atau bisa juga diberikan 125 RI dalam 250 ml larutan NaCl 0,9% yang berarti dalam
Bila tidak tersedia syringe pump, dapat digunakan botol infus 500 cc larutan
NaCl 0,9%. Masukkan 12 unit (bisa juga 6 unit atau berapapun, karena nantinya akan
diperhitungkan dalam tetesan) RI ke dalam botol infus 500 cc larutan NaCl 0.9%. Bila
dibutuhkan 1 unit insulin per jam, maka dalam botol infus yang berisis 12 unit RI,
diatur kecepatan tetesan 12 jam. per botol, sehingga 12 unit RI akan habis selama 12
jam. Bila dibutuhkan 2 unit per jam, kecepatan tetesan infus diatur menjadi 6
jam/botol. Karena 12 unit RI akan habis dalam 6 jam, demikian seterusnya, tetesan
Terapi insulin adalah pengobatan yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah
pada penderita diabetes yang tidak dapat diatasi dengan perubahan gaya hidup dan obat-
obatan lain. Terapi insulin dapat dilakukan dengan suntikan atau menggunakan pompa
insulin, tergantung pada kondisi pasien.Terdapat beberapa jenis insulin yang tersedia, dengan
kecepatan dan durasi yang berbeda-beda. Jenis insulin yang dipilih akan bergantung pada
kebutuhan dan preferensi pasien. Pada umumnya, terapi insulin dianggap sebagai pengobatan
yang aman dan efektif untuk mengontrol kadar gula darah pada pasien diabetes. Namun,
terapi insulin juga dapat menyebabkan efek samping seperti hipoglikemia (kadar gula darah
rendah), reaksi alergi, dan gangguan penglihatan. Oleh karena itu, penting untuk
berkonsultasi dengan dokter dan mengikuti instruksi dengan cermat dalam menggunakan
terapi insulin.
Daftar Pustaka
1. Lewis GF, Brubaker PL. The discovery of insulin revisited: lessons for the modern
PMC9291603.
3. Sapra A, Bhandari P. Diabetes Mellitus. [Updated 2022 Jun 26]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551501/
4. Hoffman LS, Fox TJ, Anastasopoulou C, et al. Maturity Onset Diabetes in the Young.
[Updated 2022 Aug 20]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532900/
5. Quintanilla Rodriguez BS, Mahdy H. Gestational Diabetes. [Updated 2022 Sep 6]. In:
PMID: 10199147.
[Updated 2022 Sep 26]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK525983/
10. Sony W, Djoko WS, Agung P, et al. 2021. Pedoman: Petunjuk Praktis Terapi Insulin
11. Konsensus Nasional Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 1. (2015). Jakarta: Badan
12. Thota S, Akbar A. Insulin. [Updated 2022 Jul 12]. In: StatPearls [Internet]. Treasure
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560688/