Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENYULUHAN PERTANIAN

PENYULUHAN HIDROPONIK WICK SYSTEM DENGAN


MEMANFAATKAN BOTOL BEKAS

Oleh:
EKA DAMAYANTI
NIM.361741311123

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV AGRIBISNIS


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pertanian saat ini merupakan sumber penting bagi masyarakat Indonesia. Dalam
dunia pertanian terdapat beberapa cara penanan salah satunya dengan cara melakukan
penanaman hidroponik. Hidroponik merupakan budidaya pertanian tanpa
menggunakan media tanah. Pertanian dengan mnggunakan sistem hidroponik tidak
memerlukan lahan yang luas dalam pelaksanaannya. Hidroponik dibagi menjadi dua
metode yaitu metode substrat dan NFT. Hidroponik substrat tidak menggunakan air
sebagai media, tetapi menggunakan media padat yang dapat menyerap atau
menyediakan nutrisi, air, dan oksigen serta mendukung akar tanaman tumbuh.
Penyuluhan pertanian di Indonesia ada sejak jaman kolonial Belanda hingga
saat ini. Penyuluhan diadakan berdasarkan asas demokrasi, manfaat kesetaraan,
keterpaduan, keseimbangan, keterbukaan, kerjasama, partisipatif, kemitraan,
berkelanjutan, berkeadilan, pemerataan, dan bertanggung jawab (Jufitra V et.al,
2019). Sistem penyuluhan adalah suatu kegiatan penelitian untuk menghasilkan ilmu
dan teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh petani. Peran penyuluhan merupakan
rangkaian kegiatan sebagai fasilitasi proses belajar, sumber informasi, pendampingan,
pemecahan masalah, pembinaan, pemantauan dan evaluasi terhadap kegiatan petani.
Penyuluh pertanian merupakan seseorang yang bekerja dalam kegiatan penyuluhan
pertanian dengan melakukan komunikasi pada sasaran penyuluhan.
Penyuluh pertanian selain berperan sebagai penasehat, penyuluh juga memiliki
peran sebagai teknisi, penghubung, organisator, serta agen pembaharu (Sundari,
2015). Tujuan dilakukan penyuluhan yaitu pengembangan sumber daya manusia dan
peningkatan modal sosial seperti memperkuat perkembangan pertanian,
memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan kemampuan,
memberikan kepastian hukum bagi terselenggaranya penyuluhan yang produktif,
efektif, serta efisiensi yang dapat menjamin terlaksanaannya pembangunan pertanian.
Sasaran utama penyuluhan yaitu pemangku kepentingan lainnya yang meliputi
kelompok atau lembaga pemerhati pertanian serta generasi muda dan tokoh
masyarakat.
Dusun Cantuk Lor, Desa Cantuk, terletak di Kecamatan Singojuruh. Dengan
keadaan yang masih minim dalam pemanfaatan limbah rumah tangga. Permasalahan
yang terjadi di Dusun Cantuk Lor, Desa Cantuk bahwa masyarakat belum mengetahui
pengembangan teknologi hidroponik dan manfaatnya sehingga pekarangan rumah
yang sempit belum bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat serta limbah
sampah yang masih belum termanfaatkan. Dengan perkembangan yang semakin
modern, penulis selaku Penyuluh mengadakan kegiatan penyuluhan pertanian yaitu
“Hidroponik Sistem Wick Dengan Memanfaatkan Botol Bekas” di kalangan
masyarakat terutama petani di Dusun Cantuk Lor, Desa Cantuk. Metode penyuluhan
yang digunakan adalah dengan memberikan materi kepada petani dan praktek
pembuatan hidroponi wick system secara langsung, dengan begitu petani di Dusun
Cantuk, Desa Cantuk dapat langsung mengaplikasikan di rumahnya.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan dalam penyuluhan
sebagai berikut:
1. Bagaimana cara memanfaatkan limbah botol plastik?
2. Bagaimana budidaya hidroponik dengan menggunakan botol pastik?

2.1. Tujuan Masalah


Tujuan dari penyuluhan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui cara memanfaatkan limbah botol plastic
2. Untuk mengetahui budidaya hidroponik dengan menggunakan botol plastik

2.3. Manfaat
Berdasarkan tujuan penyuluhan diatas, maka hasil penyuluhan diharapkan dapat
bermanfaat bagi berbagai pihak, diantaranya:
1. Bagi masyarakat
Penyuluhan diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu dan pengetahuan
tentang potensi dan prospek pekarangan rumah untuk mendukung ketahanan pangan
dangan bercocok tanam hidroponik dengan wick system dari botol bekas.

2. Bagi penyuluh
Hasil dari kegiatan penyuluhan ini dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu
pengetahuan dan pengalaman dalam hal penyuluhan kepada masyarakat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hidroponik
Hidroponik merupakan suatu istilah yang digunakan untuk bercocok tanam
tanpa menggunakan tanah sebagai media tumbuhnnya. Tanaman dapat ditanam dalam
pot atau wadah lainnya dengan menggunakan air dan bahan-bahan porus lainnya.
Seperti kerikil pecahan genting, pasir, pecahan batu ambang. Untuk memperoleh zat
makanan atau unsur-unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, ke
dalam air yang digunakan dilarutkan campuran pupuk organik.

2.2. Hidroponik Sistem Wick


Hidroponik sumbu (wicks) adalah salah satu metode hidroponik yang sederhana
dengan menggunakan sumbu sebagai penghubung antara nutrisi dan bagian perakaran
pada media tanam. Salah satu kelemahan hidroponik sistem sumbu yaitu larutan
nutrisi tidak tersirkulasi sehingga rawan ditumbuhi lumut, pertumbuhan tanaman
sedikit lebih lambat. Hal ini dapat diatasi dengan mengkombinasikannya dengan
hidroponik sistem sumbu dengan NFT. Pemanfaatan hidroponik sistem sumbu
tersirkulasi memiliki kelebihan secara khusus yaitu kombinasi kedua sistem
hidroponik ini yaitu larutan nutrisi dapat tersirkulasi serta volume larutan hara yang
dibutuhkan lebih rendah. Kelebihan lain dari sistem ini yaitu larutan nutrisi dalam
keadaan tersedia, sirkulasi mencegah lumut, bersih dan mudah dikontrol, tanaman
tumbuh dengan optimal, umur panen menjadi lebih singkat dan penggunaan nutrisi
yang efisien. Namun kekurangan sistem tersebut yaitu biaya investasi cukup mahal.

2.3. Aram Sekam


Arang sekam umumnya banyak dipakai sebagai media hidroponik. Media ini
bersifat mudah menyerap air karena bersifat porousdengan rongga udara yang tinggi
dan memiliki drainase yang baik yaitu mampu menyimpan air, dan tidak mudah
lapuk. Arang sekam mengandung N 0,32 % , P 15 % , K 31 % , Ca 0,95% , dan Fe
180 ppm, Mn 80 ppm , Zn 14,1 ppm. Media arang sekam mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Kelebihannya antara lain harganya relatif murah, ringan, sudah steril dan
mempunyai porositas yang baik. Kekurangannya jarang tersedia di pasaran, yang
umum tersedia hanya sekamnya saja dan hanya dapat digunakan 2 kali saja.

2.4. Arang Kayu


Arang biasanya berasal dari kayu. Media tanam ini sangat cocok digunakan
untuk tanaman anggrek di daerah dengan kelembaban tinggi. Hal itu dikarenakan
arang kurang mampu mengikat air dalam jumlah banyak. Keunikan dari media jenis
arang adalah sifatnya yang buffer (penyangga). Dengan demikian, jika terjadi
kekeliruan dalam pemberian unsur hara yang terkandungi dalam pupuk bisa segera
dinetralisir dan diadaptasikan. Bahan media ini juga tidak mudah lapuk sehingga sulit
ditumbuhi jamur atau cendawan yang dapat merugikan tanaman. Namun, media
arang cenderung miskin akan unsur hara. Oleh karenanya, ke dalam media tanam ini
perlu disuplai unsur hara berupa aplikasi pemupukan. Selain itu, media ini
mempunyai partikel yang besar, drainase tinggi sehingga mudah kering dan air
langsung lolos menguap, kurang menyimpan air dan unsur hara.

2.5. Serbuk Gergaji


Serbuk gergaji sebagai media tanam memiliki keunggulan yaitu: ringan,
banyak tersedia dan dapat menyimpan unsur hara. Serbuk gergaji mempunyai
kemampuan mengikat air sehingga tidak cepat kering. Pengaturan kelembaban perlu
dilakukan untuk menghindari timbulnya sifat dari serbuk gergaji yang menggumpal
satu sama lain. Sebagai media serbuk gergaji mempunyai sifat suka menempel pada
akar dan biasanya digunakan untuk media tanam anggrek atau jamur tiram namun,
tidak tertutup kemungkinan untuk media tanaman lain dengan teknik hidroponik.

2.6. Cocopeat
Penggunaan sabut kelapa sebagai media tanam sebaiknya dilakukan di daerah
yang bercurah hujan rendah. Air hujan yang berlebihan dapat menyebabkan media
tanam ini mudah lapuk. Selain itu, tanaman pun menjadi cepat membusuk sehingga
bisa menjadi sumber penyakit. Untuk mengatasi pembusukan, sabut kelapa perlu
direndam terlebih dahulu di dalam larutan fungisida. Jika dibandingkan dengan media
lain, pemberian fungisida pada media sabut kelapa harus lebih sering dilakukan
karena sifatnya yang cepat lapuk sehingga mudah ditumbuhi jamur. Kelebihan sabut
kelapa sebagai media tanam lebih dikarenakan karakteristiknya yang mampu
mengikat dan menyimpan air dengan kuat, sesuai untuk daerah panas, dan
mengandung unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg),
kalium (K), natrium (N), dan fosfor (P)
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1. Sasaran Kegiatan Penyuluhan


Kegiatan penyuluhan tentang hidroponik wick system dengan memanfaatkan
botol bekas, dilakukan di Dusun Cantuk Lor, Desa Cantuk, Kecamatan Singojuruh.
Dengan sasaran kegiatan penyuluhan yaitu petani di Dusun Cantuk Lor, Desa Cantuk,
Kecamatan Singojuruh, ada yang berpenghasilan atau memiliki pekerjaan sabilan.
dan hanya menjadi petani tanpa bekerja ditempat lain. Dengan latar belakang
pendidikan yang beragam, ada yang hanya lulusan SD sampai kuliah.

3.2. Tempat Kegiatan Penyuluhan


Kegiatan penyuluhan tentang hidroponik wick system dengan memanfaatkan
botol bekas, dilakukan di Dusun Krajan, Desa Cantuk, Kecamatan Singojuruh.
Kondisi lingkungan disana rata-rata petani akan tetapi kesadaran akan pelestarian
lingkungan masih kurang , sehingga banyak limbah sampah yang berserakan di desa
tersebut.

3.3. Alat Dan Bahan


3.3.1. Alat
Alat yang dibutuhkan dalam pembuatan hidroponik wick sistem adalah sebagai
berikut:
1. Gunting
2. Cutter
3. Paku
4. TDS Meter
5. pH Meter
3.3.2. Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan hidroponik wick sistem adalah sebagai
berikut:
1. Botol bekas
2. Kain flanel
3. Sekam bakar
4. Cocopeat
5. Air
6. Benih tomat
7. Nutrisi AB Mix

3.4. Cara Pembuatan


Proses pembuatan hidroponik wick system adalah sebagai berikut:
1. Gunting botol plastik bekas ukuran 1,5 liter menjadi dua bagian
2. Lubangi bagian atas botol, tepat dibawah tutup botol secukupnya yang
berfungsi untuk perambatan akar tanaman
3. Lubangi tutup botol dengan lebar sesuai dengan ukuran kain flanel
4. Setelah siap, isi nutrisi pada bagian bawah botol dengan perbandingan 5 ml
nutrisi A dan 5 ml nutrisi B untuk 1 liter air.
5. Isi sebanyak 250 ml, atau sesuai kebutuhan setiap jenis tanaman
6. Setelah itu masukkan bagian atas botol sampai kain flanel mengenai nutrisi
7. Masukkan benih tomat, usahakan akar menyentuh kain flanel kemudian beri
campuran sekam bakar dan cocopeat dengan berbandingan 1:1
8. Tanaman siap dirawat
9. Pemberian nutrisi setiap minggunya akan bertambah kepekatan tergantung
kebutuhan tanaman. Dan ganti jika kotor atau berlumut, isi jika habis.
3.5. Proses Kegiatan Penyuluhan

Persiapan kegiatan penyuluhan, sebagai berikut :

1. Mengajukan permohonan izin ke pemerintah desa untuk melaksanakan


kegiatan penyuluhan.
2. Mengajukan permohonan izin kepada pihak RW dan RT setempat untuk
melaksanakan kegiatan penyuluhan dan meminta tolong untuk memberikan
informasi kepada warga bahwa akan dilaksanakan kegiatan penyuluhan.
3. Melaksanakan kegiatan penyuluhuan, dengan memberikan pemaparan
mengenai program yang dibawakan, mempraktikan secara langsung tentang
program yang dilaksanakan agar petani atau peserta dapat menerapkannya
secara langsung di rumahnya masing-masing.
4. Melakukan evaluasi tentang kegiatan penyuluhan yang telah dilaksanakan.

3.6. Evaluasi Kegiatan Penyuluhan


Setelah kegiatan penyuluhan selesai, kemudian dilakukan evaluasi mengenai
kegiatan yang telah dilaksanakn. Evaluasi bertujuan untuk pengukuran dan perbaikan
mengenai kegiatan penyuluhan yang telah dilaksanakan, kemudian membandingkan
hasil kegiatan dan menganalisisnya. Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan
penyuluh dapat mengetahui tentang tingkat pemahaman dan penguasaan,
memecahkan masalah yang dihadapi dalam kegiatan penyuluhan dan untuk
melakukan perbaikan mengenai kegiatan penyuluhan sebagai acuan dalam kegiatan
penyuluhan selanjutnya.
BAB 3
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dari kegiatan penyuluhan tentang hidroponik wick system dengan
memanfaatkan botol bekas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan tersebut dilaksanakan
di Dusun Cantuk Lor, Desa Cantuk, Kecamatan Singojuruh. Dengan sasaran petani di
lingkungan sekitar, baik yang memiliki kerja sambilan maupun hanya bekerja sebagai
petani saja. Kegiatan dimulai dengan pemberian materi tentang program yang akan
dilaksanakan, kemudian demonstrasi langsung mengenai program yang dilaksanakan
agar peserta memahami dan dapat menerapkannya di rumah masing-masing.

4.2. Saran
Melakukan pemantauan secara berkala terkait kegiatan penyuluhan yang telah
dilaksanakan dan memastikan apakan program tersebut terlaksana dengan baik atau
terdapat kendala sehingga berhenti begitu saja. Dengan melihat hasil evaluasi yang
telah dilaksanakan menjadikan hasil evaluasi sebagai acuan untuk kegiatan
penyuluhan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Vintarno, J.,Yogi Suprayogi D., dan Josy A. 2019. Perkembangan Penyuluhan


Petanian Dalam Mendukung Pertumbuhan Pertanian di Indonesia.
Responsive. 1(3): 90-96.
Sundari, Abdul Hamid A.Y., dan Nurliza. 2015. Peran Penyuluh Pertanian Terhadap
Peningkatan Produksi Usahatani di Kabupaten Pontianak. Jurnal Social
Economic of Agriculture. 4(1):26-31.
Roidah, Ida S. 2014. Pemanfaatan Lahan Dengan Menggunakan Sistem Hidroponik.
Jurnal Universitas Tulungagung Bonorowo. 1(2):43-48.
Rochintaniawati, Diana. Hidroponik Sederhana. Jurnal Pertanian.
Susila, A. D. (2013). Panduan budidaya hidroponik. Pengetahuan Hortikultura.

Anda mungkin juga menyukai