Latar Belakang
Menurut Prof. Hunzieker dan Prof K. Kraf (1990;115) Kepariwisataan adalah keseluruhan
dari gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang-orang asing serta
penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan pendiaman itu tidak tinggal menetap dan tidak
memperoleh penghasialan dari aktivitas yang bersifat sementara itu. Beberapa ahli juga
mengemukakan pengertian Pariwisata, menurut James J. Spillane (1982) Pariwisata adalah
kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan,
mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan
tugas, berziarah dan lain-lain, sedangkan menurut Heriawan (2004) wisata adalah suatu
kegiatan yang bersifat bersenang-senang yang ditandai dengan mengeluarkan uang atau
dengan melakukan kegiatan yang bersifat konsumtif.
Atraksi wisata merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan daya tarik bagi
wisatawan dan merupakan alasan utama untuk mengunjungi objek dan daya tarik wisata.
Objek dan Daya Tarik Wisata berupa alam, budaya, tata hidup, dan lainnya yang memiliki
nilai jual untuk dikunjungi ataupun dinikmati oleh wisatawan, sekaligus juga merupakan
sasaran utama wisatawan dalam mengunjungi suatu daerah atau Negara. Dalam pengertian
luas bahwa apa saja yang mempunyai daya tarik wisata atau menarik minat bagi wisatawan
dapat disebut sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata. Wisata adalah suatu perjalanan yang
dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat
lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan
untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata mata untuk
menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang
beranekaragam (Richard, 2000), pengembangan pariwisata berdampak positif terhadap
peningkatan pertumbuhan ekonomi, terciptanya lapangan pekerjaan, maupun peningkatan
kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Matur, Kabupaten Agam.
Objek wisata puncak lawang adalah salah satu objek wisata di Sumatra Barat yang banyak
di kunjungi wisatawan baik dari dalam maupun dari luar Kabupaten Agam dengan keindahan
alam Puncak Lawang banyak spot-spot untuk berfoto yang bagus berlatar Danau Maninjau
selain itu untuk atraksi hanya ada flaying fox dan paralayang yang dapat menjadi pilihan bagi
wisatawan saat berkunjung ke Puncak Lawang namun atraksi wisata tersebut tidak selalu ada
karena terkendala factor cuaca seperti saat berkabut . Selama ini atraksi wisata yang ada di
objek wisata Puncak Lawang hanya mengandalkan atraksi yang dapat dilihat seperti
pemandangan indah dari Puncak Lawang dan kurangnya atraksi aktif yang dapat
meningkatkan jumlah wisatawan dan atrksi yang dapat membuat wisatawan berlama-lama di
objek wisata Puncak Lawang.
Berdasarkan dari latar belakang diatas, permasalah yang ada di objek wisata Puncak
Lawang yaitu kurangya atraksi wisata yang menjadi daya tarik wisata agar wisatawan dapat
berlama-lama dan kurangnya atraksi aktif bagi wisatawan yang kunjung. Hal ini yang
menjadi dasar dilakukannya penelitian ini.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan atraksi wisata apa saja yang
dapat di kembangkan dalam pengembangan atraksi wisata di Puncak Lawang Kecamatan
Matur Kabupaten Agam.
4. Ruang Lingkup
1. Ruang Lingkup Wilayah
Berdasarkan geografis Nagari Lawang dengan luas lebih kurang 1.669 hektar Puncak
Lawang dengan ketinggian 1.210 m dari permukaan laut. Untuk menempuh Lawang lebih
kurang 25 Kilo meter dari Kota Bukittinggi. Dengan perbatasan wilayahnya adalah :
Dalam mengkasi pengembangan atraksi wisata, substansi yang akan dibahas adalah
mengidentifikasi atraksi wisata yang dapat dikembangkan di objek wisata Puncak Lawang.
Dalam melakukan identifikasi diperlukan untuk melihat kondisi eksisting kawasan dan
persepsi wisatawan terhadap objek wisata. Identifikasi yang dilakukan dapat membantu dalam
menentukan jenis atraksi wisata yang dapat dikembangkan.
5. Metode Penelitian
5.1 Metode Pendekatan
Penelitian ini adalah berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah serta tujuan yang
akan dicapai yaitu sifatnya deskriptif kualitatif dimana peneliti akan mendiskripsikan tentang
kegiatan pengembangan atraksi wisata, pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Dengan kata lain, penelitian ini disebut penelitian kualitatif
karena merupakan penelitian yang tidak mengadakan perhitungan.
7 Sistematika Penulisan
Dalam proposal penelitian ini berisikan :
1. Latar belakang
Berisikan tentang latar belakang pengambilan topik permasalahan yang akan dikaji
dan lokasi serta data – data terkait atraksi wisata
2. Rumusan masalah
Berisikan tentang rumusan masalah yang akan dikaji di objek wisata Puncak
Lawang Kecamatan Matur Kabupaten Agam
3. Tujuan penelitian
Berisikan tujuan – tujuan yang akan dicapai oleh penulis yaitu berupa hasil akhir
dari tujuan pemecahan masalah di lokasi studi.
4. Ruang lingkup
Berisikan tentang ruang lingkup studi dan ruang lingkup subtansi.
5. Metode penelitian
Berisikan tentang metode – metode yang akan digunakan oleh penulis dalam
penelitian dengan tujuan memecahkan permasalahan dalam penelitian.
6. Kerangka Berfikir
Berisikan kerangka pemikiran dari penulis berupa tahapan – tahapan dalam
melakukan kajian dalam penelitian.
7. Sistematika penulisan
Berisikan penjelasan tentang outline penulisan penelitian.
8. Keluaran hasil penelitian
Berisikan tentang hasil akhir yang dicapai oleh penulis.
9. Review teori
Berisikan literature berupa teori – teori yang terkait pengembangan atraksi wisata,
serta komponen yang digunakan dalam penelitian terkait pariwisata
10. Daftar pustaka
Berisikan tentang daftar buku – buku artikel dari hasil penelitian dari orang lain
yang digunakan sebagai bahan rujukan.
8 Hasil Keluaran
Adapun keluaran dari penelitian ini yang berjudul Pengembangan Atraksi Wisata Puncak
Lawan Kecamatan Matur Kabupaten Agam yaitu :
Menurut Gamal (2002), pariwisata merupakan sebagai bentuk suatu proses kepergian
sementara dari seorang, lebih menuju ketempat lain diluar tempat tinggalnya, Charles R.
Goeldner, J. R. Brent Ritchie (2009) dalam Tourism: Principles, Practices, Philosophies
menyatakan bahwa setiap usaha untuk mendefinisikan pariwisata dan untuk menggambarkan
ruang lingkungan sepenuhnya harus mempertimbangkan berbagai kelompok yang dipengaruhi
dan berpartisipasi dalam industri ini. Perspektif mereka sangat penting bagi perkembangan
suatu definisi yang komprehensif.
1. Wisatawan yaitu orang-orang yang bertujuan mendapatkan pengalaman psikis dan fisik
serta kepuasan. Sifat ini akan sangat menentukan tujuan yang dipilih untuk menikmati
kegiatan.
2. Para pelaku usaha yang menyediakan barang dan hestanto.web.id jasa wisata. Orang
melihat bisnis pariwisata sebagai kesempatan untuk membuat profit dengan menyediakan
barang dan jasa yang sesuai permintaan pasar pariwisata.
3. Pemerintah daerah. Politisi melihat pariwisata sebagai faktor kekayaan dalam
perekonomian yurisdiksi mereka. Perspektif mereka terkait dengan pendapatan warga
mereka yang dapat diperoleh dari bisnis ini. Politisi juga mempertimbangkan penerimaan
devisa dari pariiwsta internasional serta penerimaan pajak yang dikumpulkan dari
pengeluaran wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemerintah dapat
memainkan peran penting dalam kebijakan pariwisata, pengembangan, promosi, dan
implementasi.
4. Masyarakat lokal yaitu masyarakat lokal yang biasanya melihat pariwisata sebagai faktor
budaya dan ketenagakerjaan. Yang penting bagi kelompok ini, misalnya adalah efek dari
interaksi antara sejumlah besar pengunjung internasional dan warga.
Menurut Yoeti (2008) daya tarik wisata merupakan obyek atau atraksi wisata apa saja
yang dapat ditawarkan kepada wisatawan mereka mau berkunjung ke hestanto.web.id suatu
negara atau DTW (Daerah Tujuan Wisata) tertentu. Secara garis besar ada tiga kelompok yang
merupakan daya tarik bagi wisatawan datang pada suatu negara DTW (Daya Tarik Wisata)
yaitu :
Menurut Clare A. Gunn; 1988 dalam Wasistha Nugraha (2008: 36) Atraksi wisata adalah
pengembangan obyek fisik yang pada gilirannya dapat menyediakan kebutuhan pasar, dimana
penempatan dan pengelolaannya harus dapat menumbuhkan kepuasan perjalanan wisatawan.
Dalam perencanaannya, sumber daya fisik dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori.
Pertama; sumber daya alami (natural resources), misalnya: iklim, sumber daya alami, flora
dan fauna adalah dasar kuat untuk banyak atraksi. Kedua; sumber daya buatan (man made);
situs peninggalan sejarah, tradisi/ budaya, adalah basis untuk pengembangan daya tarik lain
dalam segmen perjalanan.
Atraksi merupakan komponen terpenting dari sebuah destinasi karena permintaan akan
komponen lanjutan seperti akomodasi dan transportasi berasal dari adanya atraksi apa yang
tersedia dalam destinasi tersebut. Atraksi diklasifikasikan menjadi 2 jenis yang pertama
adalah Alam (Natural) merupakan atraksi yang terbentuk secara alami seperti taman nasional,
kehidupan alam liar, pemandangan, dan berbagai fenomena alam yang menakjubkan.
Atraksi tersebut dibagi menjadi dua, yaitu atraksi primer dan atraksi sekunder. Atraksi
primer adalah yang menjadikan alasan utama wisatawan berkunjung saat liburan
sedangkan atraksi sekunder adalah tempat yang dikunjungi oleh wisatawan saat
dalam perjalanan atau saat beristirahat ketika melakukan perjalanan panjang. Atraksi
wisata disediakan untuk pribadi ataupun untuk kepentingan umum.
Sesuatu yang dikembangkan menjadi atraksi wisata disebut modal atau sumber
kepariwisataan, adapun yang menjadi modal atraksi yang menarik kedatangan wisata yaitu:
1. Alam
2. Kebudayaan
3. Manusia
Atraksi wisata yang baik harus dapat mendatangkan wisatawan yang sebanyak-banyaknya
dan menahan mereka ditempat dalam waktu yang cukup lama, untuk mencapai hal tersebut
ada beberapa syarat yang harus terpenuhi. Adapun syarat-syarat dari atraksi wisata yang baik
antara lain :
Kegiatan (act) dan objek (artifact) yang merupakan atraksi itu sendiri harus dalam
keadaan yang baik karena atraksi wisata di presentasikan didepan wisatawan. Atraksi
wisata adalah terminal dari suatu mobilitas spasial, suatu perjalanan oleh karena itu
harus memenuhi semua determian mobilitas spasial yaitu akomodasi, transportasi, dan
promosi serta pemasaran.
Modal atraksi tidak hanya alam atau manusia atau budaya saja akan tetapi ketiganya
perlu diadakan bersama-sama
Wisatawan dapat betah dan memberikan kepuasan kepada wisatwan selama berada di
objek wisata.
Atraksi alam dan buatan manusia tidak bisa sepenuhnya dipisahkan. Contohnya, sumber
daya alam akan menjadi salah satu pertimbangan dalam pengembangan infrastruktur karena
akan berpengaruh terhadap kerusakan alam yang ditimbulkan.
1. Bentuk aspek fisik (bersifat permanen) dari sebuah destinasi seperti keindahan suatu
gunung, pantai dan arsitektur bangunan.
2. Berupa event yang bersifat sementara dengan tujuan untuk menarik wisatawan untuk
datang. Atraksi alam bersifat permanen yang terbentuk secara alami
10 Daftar Pustaka
Oka A. Yoeti, 1996 : 192 - 193, Pengantar Ilmu Pariwisata, Angkasa, Bandung
Cooper, Dkk (2000). Tourism Principles And Practice Second Edition. New York:
Addison Wesley Longman Publishng
https://kampungwisatasanjaibkt.wordpress.com/
https://www.slideshare.net/riskiidrussetiadi/kuliah-3-motif-danatraksiwisataatraksi