Anda di halaman 1dari 10

Persepsi Wisatawan Terhadap Destination Attributes dan Revisit

Intention di Waduk Jatibarang Semarang


Ahmad Abdurrahman (12020118120066)
Iwan Dwi Pradoni (12020118130172)
Muhamad Raihananda (12020119130135)
Muhammad Ruhul A.A.W. (12020119130108)
Yahya Prahayanta (12020118140174)

PENDAHULUAN
Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan dunia pariwisata dapat dijadikan
sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan
pariwisata dilakukan bukan hanya untuk kepentingan wisatawan mancanegara saja, namun
juga untuk menggalakkan kepentingan wisatawan dalam negeri. Pembangunan kepariwisataan
pada hakikatnya untuk mengembangkan dan memanfaatkan obyek dan daya tarik wisata yang
berupa kekayaan alam yang indah, keragaman flora fauna, seni budaya, peninggalan sejarah,
benda-benda purbakala serta kemajemukan budaya (Isnaeni. 2005:1).
Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, di Kota Semarang terdapat berbagai macam
jenis tempat wisata. Salah satu tempat wisata baru yang diminati warga adalah wisata Waduk
Jatibarang, yaitu wisata air dan alam yang terletak di Kota Semarang. Wisata Waduk Jatibarang
adalah pengembangan dari objek wisata Goa Kreo yang mampu menghidupkan kembali
keinginan masyarakat untuk berwisata.
Pembangunan Kawasan Waduk Jatibarang telah menjadi komitmen bersama dari
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kota Semarang. Bahkan
Pemerintah Kota Semarang telah merencanakan pembangunan Waduk Jatibarang,
sebagaimana tertuang di dalam Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011
tentang RTRW Kota Semarang 2011-2031. Kawasan Waduk Jatibarang ditetapkan sebagai
kawasan strategis daya dukung lingkungan hidup, dengan fungsi utama sebagai pengendali
limpasan air ke kawasan di bawahnya dan pengembangan wisata.
TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
Teori
a. Perilaku Wisatawan
Menurut Solomon, 1996 (dalam Cohen, dkk., 2014), konsep perilaku konsumen melibatkan
keputusan, kegiatan, ide atau pengalaman tertentu yang memuaskan suatu kebutuhan dan
keinginan konsumen. Menurut Cohen, dkk. , (2014), adapun konsep dari perilaku wisatawan
yaitu: pengambilan keputusan, nilai, motivasi, konsep pribadi dan kepribadian, ekspektasi,
sikap, persepsi, kepuasan, kepercayaan dan loyalitas.
b. Atribut Destinasi Pariwisata
Menurut Cooper dkk., 1993 (dalam Diarta, 2018) dalam pengembangan suatu destinasi
pariwisata haruslah memenuhi unsur 4A yaitu, attraction , accessibility, amenities, ancillary
service). Menurut Jani dkk., (2009) destinasi pariwisata terdiri dari atribut yang multidimensi
dari suatu perjalanan di mana di dalamnya termasuk atmosfer, lingkungan dan pelayanan yang
membuat wisatawan untuk datang dan tinggal lebih lama pada suatu destinasi.

1
c. Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan menurut Parasuraman, dkk. (1985), bagaimana antara ekspektasi
penikmat layanan dan persepsi dibandingkan dengan pengalaman berupa layanan yang
diterima. Definisi kualitas termasuk: memuaskan pelanggan atau melampaui ekspektasi,
layanan yang memenuhi kebutuhan wisatawan baik yang dinyatakan atau tersirat, kesesuaian
yang jelas dengan spesifikasi persyaratan yang ditawarkan, kesesuaian untuk digunakan di
mana produk memenuhi kebutuhan wisatawan dan tidak kurang.
d. Kepuasan Wisatawan
Solomon (1992), mendefinisikan bahwa kepuasan wisatawan merupakan keseluruhan rasa
atau attitude dari seseorang pada suatu produk setelah membelinya. Kepuasan wisatawan
sering kali disebut sebagai jantungnya aktivitas pemasaran (Machleit & Mantel, 2001). Hal ini
dikarenakan dapat membantu untuk mencapai strategi dan target dalam dunia pemasaran.
Penting untuk digaris bawahi bahwa kepuasan pelanggan adalah evaluasi pasca konsumsi baik
tidak puas, memenuhi harapan atau melebihi harapan dan didasarkan pada pengalaman
keseluruhan (Wang & Yang, 2004).
e. Niat Wisatawan Berkunjung Kembali
Konsep kunjungan kembali wisatawan dapat diartikan keinginan untuk merekomendasikan
destinasi pariwisata, dalam hal ini wisatawan mempunyai niatan untuk berkunjung kembali
dan merekomendasikan destinasi tersebut ke teman dekat, keluarga dan sekitar karena telah
dan sudah melakukan perjalanan wisata dengan puas dan kepuasan ini yang akan diceritakan
kepada teman dan sekitarnya sebagai pemasaran dari mulut ke mulut dan wisatawan yang loyal
terhadap destinasi wisata (Robertson & Regula, 1994). Menurut Zeithaml, dkk. (2009), niat
perilaku masa depan didefinisikan sebagai kesediaan untuk memberikan informasi positif
berdasarkan pengalaman yang dirasakan untuk diceritakan kepada orang lain dan niat untuk
melakukan pembelian kembali dimasa mendatang.
Tinjauan Pustaka
Sayangbatti dan Baiquni (2013) menemukan bahwa wisatawan yang telah berkunjung
ke Kota Wisata batu ingin melakukan kunjungan kembali, hal ini mengharuskan bagi
pemerintah Kota maupun pengelola ODTW untuk meningkatkan sarana dan prasarana yang
ada dan menjaga keaslian obyek wisata alamnya.
Selain itu Makalew, dkk. (2019) menemukan bahwa secara simultan promosi, harga,
citra wisata dan bukti fisik berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap minat kunjung
ulang, sedangkan secara parsial hanya promosi yang berpengaruh positif dan signifikan
terhadap minat kunjung ulang wisatawan pada objek Wisata Alam Batu Angus Di Bitung.
Penelitian lainnya oleh Brontowiyono, dkk. (2010) merekomendasikan agar Hasil
penelitian ini merekomendasikan agar pelibatan partisipasi masyarakat dilakukan melalui
pemberdayaan komunitas lokal. Seluruh komunitas yang ada dapat dikoordinasikan dalam satu
lembaga formal yang didukung penuh oleh pemerintah daerah.
Sementara itu penelitian Kusyanda, dkk. (2020) menemukan bahwa variabel kepuasan
wisatawan bukan variabel penghubung yang baik antara pengaruh atribut destinasi pariwisata
Pantai Melasti terhadap niat wisatawan berkunjung kembali.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Waduk Jatibarang, Kecamatan Gunung Pati, Kota
Semarang. Sedangkan obyek penelitian ini adalah wisatawan Waduk Jatibarang. Populasi
dalam penelitian ini adalah Seluruh wilayah wisata Waduk Jatibarang. Sedangkan untuk

2
melengkapi data di lapangan tentang faktor-faktor geografi dan daya tarik obyek wisata Waduk
Jatibarang, peneliti menggunakan responden yang terdiri dari pengunjung obyek wisata waduk
jatibarang Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang. Sampel dalam penelitian ini adalah
kawasan obyek wisata waduk Jatibarang, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang. Teknik
pengambilan sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling (sampel
secara langsung berdasarkan kondisi di lapangan), yaitu teknik sampling yang ditunjukkan
langsung kepada wisatawan pada saat dilakukan penelitian di objek wisata waduk Jatibarang.
Sedangkan untuk mendapatkan informasi tambahan yang dapat menunjang penelitian, peneliti
menggunakan responden yang terkait dengan penelitian yang di lakukan, responden yaitu
pengunjung Waduk Jatibarang, yaitu wisatawan yang sedang berkunjung ke objek wisata
Waduk Jatibarang pada saat pengambilan sampel.
Populasi dalam penelitian ini berjumlah kurang lebih 150 orang pengunjung di objek
wisata waduk Jatibarang, maka sampel yang diambil adalah 35% dari jumlah populasi yaitu
sebanyak 50 responden yang digunakan dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan dokumentasi, observasi, dan wawancara. Teknik analisis data
dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian photovoice dan statistik deskriptif.
Sumber-sumber data dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer. Data
primer adalah data yang didapatkan secara langsung melalui hasil langsung berdasarkan
keadaan empiris di lapangan yang berupa wawancara serta observasi. Data primer penunujang
studi ini diperoleh melalui kuisioner, observasi lapangan.
a. Observasi
Observasi merupakan aktivitas penelitian dalam rangka mengumpulkan data yang
berkaitan dengan masalah penelitian melalui proses pengamatan langsung di lapangan. Peneliti
berada di tempat yang dituju untuk mendapatkan bukti-bukti yang valid dalam laporan yang
akan diajukan. Observasi adalah metode pengumpulan data di mana peneliti mencatat
informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian (W. Gulo, 2002: 116). Dalam
observasi ini peneliti menggunakan jenis observasi non partisipan, yaitu peneliti hanya
mengamati secara langsung keadaan objek, tetapi peneliti tidak aktif dan ikut serta secara
langsung (Husain Usman, 1995: 56).
b. Wawancara dan Kuesioner
Wawancara merupakan percakapan dengan tujuan untuk menggali informasi tertentu.
Percakapan dalam wawancara dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu (Lexy J. Meleong, 2010: 186). Ciri utama wawancaranya adalah kontak
langsung dengan tatap muka antara pencari informasi dan sumber informasi. Dalam wawancara
telah disiapkan berbagai macam pertanyaan-pertanyaan tetapi akan datang pula berbagai
pertanyaan lain ketika peneliti melakukan penelitian.
c. Photovoice
Photovoice Wang & Burris (1997) adalah sebuah teknik yang dapat membantu individu
untuk membantu mengidentifikasi, mewakili, dan memperkuat komunikasi melalui gambar/
image/ foto dan cerita mengenai foto tersebut atau cerita yang bersifat partisipatif, dimana
partisipan mengambil foto untuk membuat orang lain melihat dunia melalui kameranya. Hal
ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mewakili masalah penting bagi komunitas tersebut,
yang memungkinkan para peneliti untuk memiliki pemahaman yang lebih besar tentang
masalah yang diteliti (Wang, 2006). Foto-foto ini ditafsirkan secara kolaboratif melalui diskusi

3
dalam kelompok kecil dan besar, dan narasi dapat dikembangkan yang menjelaskan bagaimana
foto-foto tersebut menyoroti tema penelitian tertentu.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian metode kualitatif deskriftif
tujuannya untuk menerangkan deskripsi dalam menganalisis data yang telah didapat dan
selanjutnya dijabarkan dalam bentuk penjelasan yang sebenarnya serta dilakukan secara
mendalam. Terkait langkah-langkah dalam melakukan analisis adalah sebagai berikut:
a. Analisis data mentah
Data mentah adalah data yang belum diolah atau masih asli yang diperoleh dari hasil
wawancara dan hasil observasi. Data ini didasari pertanyaan bersifat umum, transkrip
wawancara, dan dokumentasi
b. Reduksi data
Dengan jumlah data lapangan yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi sangat
banyak, maka peneliti perlu mencatat secara rinci agar dapat dianalisis segera dengan cara
merangkum dan memilah hal-hal pokok yang terkait dengan pokok tema penelitian melalui
reduksi data dengan mencari pola- polanya.
c. Membaca data
Dalam hal ini, peneliti sudah mendapat gagasan umum dan inti pokok dari hasil yang didapat
dari lapangan bersama partisipan dari proses reduksi data. Mulai dengan mencatat hasil
kredibilitas dan penuturan informasinya secara jelas.
d. Coding data
Memberi kode pada data-data yang sudah dirangkum dan disatukan berdasarkan kolom-
kolom khusus yang berkaitan dengan tema. Mengategorisasikan data dalam kategori-kategori
tertentu.
e. Membuat deskripsi
Menyajikan kembali tema-tema dalam bentuk narasi atau laporan penelitian.
f. Triangulasi
Mengecek dan membandingkan data yang sudah dikategorikan dan dideskripsikan satu sama
lain berdasarkan narasumber yang berbeda. Dan mencapai penemuan yang diharapkan. Teknik
yang digunakan untuk menguji sahnya data dengan teknik triangulasi data. Triangulasi data
merupakan teknik pengecekan data untuk tujuan sebagai pengecekan apakah proses dan hasil
yang dapat diperoleh sudah dipahami secara baik oleh peneliti berdasarkan apa yang
dimaksudkan oleh narasumber/informan. Cara yang dilakukan yaitu antara lain sebagai
berikut:
a. Melakukan wawancara dengan narasumber/informan secara mendalam.
b. Melakukan uji silang antar informasi yang didapat oleh informan/narasumber dengan
hasil informasi dari fakta empiris lapangan.
c. Melakukan pemastian atas hasil yang akan diperoleh kepada informan lain atau dari
sumber-sumber lain.
PEMBAHASAN
Lokasi penelitian ini dilakukan di Waduk Jatibarang Semarang dengan total responden
sebanyak 50 yaitu seluruh responden merupakan wisatawan di Waduk Jatibarang yang bersedia
mengikuti penelitian. Berdasarkan dari usia wisatawan Waduk Jatibarang yaitu sebagian besar
berusia direntang 20-23 tahun dengan jumlah 20 orang atau sebesar (40%). Jika dilihat
berdasarkan jenis kelamin wisatawan laki-laki lebih banyak yaitu 27 orang atau sebesar (54%).
Asal daerah wisatawan kebanyakan berasal dari Semarang yaitu 35 orang atau sebesar 70%.

4
Sedangkan untuk pendapatan wisatawan 54% memiliki pendapatan sebesar Rp. 3.000.000 ke
atas.
Kondisi Sosial Demografi
Gambar 1: Waduk Jatibarang

Seperti waduk lainnya, waduk


Jatibarang yang berlokasi di Kelurahan
Kandri, Kecamatan Gunungpati, Kota
Semarang yang memiliki fungsi utama
sebagai pengendali banjir di Kota
Semarang. Waduk Jatibarang,
merupakan sarana proyek Kementerian
Pekerjaaan Umum yang menjadi tugas
pokok PU. Ide pembentukan bendungan
Jatibarang sendiri adalah karena adanya
banjir di Kota Semarang pada 1973,
1988, 1990, dan 1993 yang sempat
menimbukan korban jiwa. Barulah, pada
1992-1993 master plan pembuatan
waduk serba guna yang dialiri air dari Kali Kreo itu terbentuk. Selain untuk pengendali banjir,
pembangunan waduk juga berfungsi menyediakan air baku di wilayah Kota Semarang Barat,
yakni sebesar 1.050 liter/detik. Fungsi lain adalah meningkatkan kelestarian fungsi konservasi
di Daerah Aliran Sungai (DAS). Waduk yang dibangun dengan biaya Rp 655 miliar oleh Japan
International Cooperation Agency (JICA) itu juga difungsikan sebagai Pembangkit Listrik
Mikro Hidro (PLTMH) berkapasitas 1,5 juta KW.
Gambar 2: Auditorium Terbuka Waduk Jatibarang Desa Suko Makmur
Selain memiliki fungsi utama
sebagai pengendali banjir di Kota
Semarang, Waduk Jatibarang juga
memilki fungsi sebagai tempat wisata,
contohnya di desa Suko Makmur area
Waduk Jatibarang Dimanfaatkan
Sebagai tempat Berwisata, tak jarang
juga area Auditorium Terbuka yang
ada di Pinggir Waduk Jatibarang Desa
Suko Makmur digunakan sebagai
tempat pengadaan acara masyarakat
desa ataupun paguyuban yang ada di
luar desa. Selain itu terdapat banyak monyet dari Goa Kreo yang berada di Lokasi pinggir
Waduk Jatibarang, monyet-monyet menunggu pengunjung untuk memberikan makanan.

5
Gambar 3: Wahana Speed Boat

Wahana Speed Boat adalah salah satu wahana yang ada di Waduk Jatibarang, tepatnya
ada di Desa Suko Makmur. Wahana ini adalah salah satu wahana yang paling banyak diminati
banyak wisatawan. Wisatawan cukup mengeluarkan budget Rp.100.000 untuk dapat menaiki
Speed Boat. Rute Spead Boat sendiri adalah sepanjang sisir Waduk Jatibarang, serta
mengelilingi Goa Kreo.
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Pada Wisatawan di Waduk Jatibarang (N=50)

Karakteristik Frekuensi persentase (%)


Usia (Tahun)
16 - 19 9 18
20 - 23 20 40
24 - 27 12 24
28 - 31 4 8
32 - 35 3 6
36 - 39 1 2
40 - 43 1 2
Jenis Kelamin
Laki-laki 27 54
Perempuan 23 46
Asal Daerah
Bogor 2 4
Kendal 2 4
Pati 1 2
Purwodadi 2 4
Salatiga 2 4
Semarang 35 70
Ungaran 6 12
Pendapatan (Rp)
≤1000000 5 10
<2000000 4 8

6
<3000000 14 28
≥3000000 27 54

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa responden yang berwisata yaitu sebanyak 65
orang (90%) sebagian besar tidak menginap (34 orang) sedangkan 10 orang lainnya memilih
untuk menginap. Responden yang tujuan berkunjungnya adalah penelitian sebanyak 4 orang
(8%) sisanya 1 orang (2%) merupakan kegiatan karyawisata. Kemudian pengalaman wisata
yang dirasakan oleh pengunjung setelah berkunjung ke Waduk Jatibarang adalah sebagian
besar merasa sangat bermanfaat yaitu sebanyak 30 orang (60%), sedangkan sisanya 40%
merasa bisa.
Pada tabel 4.2 di dapatkan bahwa frekuensi berkunjung para wisatawan dalam setahun
sebagian besar berkunjung sebanyak 1 kali setahun yaitu 39 orang (78%), kemudian disusul 3
kali setahun sebanyak 10 orang (20%), sisanya 1% berkunjung sebanyak 4 kali setahun. Untuk
lama berkunjung kebanyakan wisatawan berkunjung selama 4-6 jam yaitu 20 orang (40%),
disusul 2-4 jam yaitu 16 orang (32%), sedangkan yang berkunjung selama 0-2 jam sebanyak 5
orang (10%), 6-8 jam sebanyak 7 orang (14%), sisanya 4% merupakan wisatawan yang lama
berkunjungnya lebih dari 8 jam.
Tabel 4.2 Kegiatan, Teman Berkunjung, Pengalaman Wisatawan, Frekuensi Berkunjung, dan
Lama Berkunjung

Menginap
Karakteristik Frekuensi %
Ya Tidak
Kegiatan
Berwisata 45 10 35 90
Karyawisata 1 0 1 2
Penelitian 4 0 4 8
Teman Berkunjung
Keluarga 12 9 3 24
Rombongan 9 0 9 18
Teman 29 1 28 58
Pengalaman Wisata
Sangat Bermanfaat 30 4 26 60
Biasa 20 6 14 40
Tidak Bermanfaat 0 0 0 0
Frekuensi Berkunjung
1x setahun 39 9 30 78
2x setahun 0 0 0 0
3x setahun 10 1 9 20
4x setahun 1 0 1 2
Lama Berkunjung (Jam)
0-2 5 1 4 10
2-4 16 0 16 32
4-6 20 1 19 40
6-8 7 6 1 14

7
>8 2 2 0 4

Gambaran Persepsi Wisatawan terhadap Destination attributes di Waduk Jatibarang

Berdasarkan hasil penelitian pada 50 wisatawan diketahui rata-rata skoring persepsi


wisatawan terhadap destination attributes adalah sebesar 56.75, maka total skoring di bawah
nilai rata-rata akan dikategorikan persepsi “Buruk”, sedangkan di atas rata-rata dikategorikan
sebagai persepsi “Baik”. Sehingga diketahui sebanyak 26 (52%) wisatawan menganggap
destination attributes masih buruk sedangkan 24 (48%) wisatawan lainnya menganggap
destination attributes sudah Baik. Usia paling banyak menganggap destination attributes
masih buruk adalah usia 20-23 Tahun yaitu 9 wisatawan (18%), sedangkan usia paling banyak
menganggap destination attributes sudah baik adalah usia 20-23 Tahun yaitu 9 wisatawan
(34.62%), begitu pun pada persepsi buruk paling banyak adalah usia 20-23 Tahun yaitu
sebanyak 11 wisatawan (45.83%).
Menurut jenis kelamin wisatawan laki-laki yang menganggap destination attributes
masih buruk adalah sebanyak 10 wisatawan (38.46%), sisanya 61% adalah perempuan.
Sedangkan wisatawan yang memiliki persepsi Baik terhadap destination attributes didominasi
oleh laki-laki yaitu 17 wisatawan (70.83%) sisanya 29.17% adalah perempuan yang memiliki
persepsi baik terhadap destination attributes.
Tabel 4.3 Hubungan Usia, Jenis Kelamin dan Persepsi Destination Attributes

Persepsi Destination Attributes


Karakteristik Buruk Baik
Frekuensi % Frekuensi %
Usia (Tahun)
16 - 19 7 26.92 2 8.33
20 - 23 9 34.62 11 45.83
24 - 27 5 19.23 7 29.17
28 - 31 2 7.69 2 8.33
32 - 35 3 11.54 0 0.00
36 - 39 0 0.00 1 4.17
40 - 43 0 0.00 1 4.17
Jenis Kelamin
Laki-laki 10 38.46 17 70.83
Perempuan 16 61.54 7 29.17

Gambaran Revisit Intention di Waduk Jatibarang Semarang

Berdasarkan hasil pada tabel 4.4 diketahui bahwa wisatawan sebagian besar memiliki
minat untuk berkunjung kembali ke Waduk Jatibarang yaitu 24 wisatawan (48%), sedangkan
sisanya 36% masih ragu dan 16% tidak memiliki minat untuk berkunjung kembali.
Berdasarkan kelompok usia diketahui usia paling banyak yang ingin berkunjung kembali
adalah usia 20-33 tahun sebanyak 8 wisatawan (33.33%) kemudian disusul kelompok usia 16-
19 tahun sebanyak 6 wisatawan (25%). Kemudian usia yang tidak memiliki minat berkunjung

8
kembali didominasi oleh usia 20-23 tahun dan disusul oleh usia 24-27 tahun, kemudian yang
masih ragu untuk berkunjung kembali juga didominasi oleh usia 20-23 tahun yaitu 8 wisatawan
(44.44%) kemudian disusul oleh kelompok usia 24-27 tahun sebanyak 4 wisatawan (22.22%).
Tabel 4.4 Hubungan Usia terhadap Persepsi Revisit Intention

Revisit intention
Karakteristik
Ya (%) Tidak (%) Mungkin (%)
Usia (Tahun)
16 - 19 6 (25) 1 (12.5) 2 (11.11)
20 - 23 8 (33.33) 4 (50) 8 (44.44)
24 - 27 2 (25) 2 (25) 4 (22.22)
28 - 31 2 (8.33) 1 (12.5) 1 (5.56)
32 - 35 1 (4.17) 0 (0) 2 (11.11)
36 - 39 0 (0) 0 (0) 1 (5.56)
40 - 43 1 (4.17) 0 (0) 0 (0)
Total 24 (48) 8 (16) 18 (36)

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
a. Dari total 50 responden diperoleh bahwa pariwisata Waduk Jatibarang 40% dikunjungi
oleh kelompok usia 20-23 tahun, dan didominasi oleh laki-laki yaitu sebanyak 54%.
Kemudian 70% pengunjung merupakan warga lokal Semarang, dengan sebagian besar
pendapatan wisatawan sebesar ≥ Rp. 3.000.000. Kegiatan wisatawan ke Waduk
Jatibarang 90% berwisata dengan 58% datang bersama teman. Sebagian besar
wisatawan mendapatkan pengalaman sangat bermanfaat setelah berkunjung ke waduk
Jatibarang, dengan frekuensi berkunjung paling banyak 1kali setahun dan lama
berkunjung selama 4-6 jam.
b. Wisatawan yang menganggap destination attributes masih buruk sebanyak 52%
wisatawan dan 48% menganggap destination attributes sudah Baik.
c. Wisatawan di Waduk Jatibarang 48% memiliki minat untuk berkunjung kembali,
sedangkan 36% wisatawan masih ragu dan 16% wisatawan tidak memiliki minat untuk
berkunjung kembali.
Keterbatasan

Berdasarkan pada pengalaman langsung dalam proses penelitian, pengukuran pada


penelitian ini hanya dilakukan berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan oleh peneliti, di
mana hasil kuesioner ini tergantung pada kejujuran responden dalam menjawab pertanyaan
yang ada. Sehingga kecenderungan bias bisa terjadi karena jawaban responden yang
disampaikan secara tertulis melalui kuesioner belum tentu mencerminkan keadaan yang
sebenarnya.

9
Saran

Adapun saran yang dapat peneliti berikan:


a. Saran bagi Pemerintah Daerah
Sebaiknya pemerintah daerah lebih memperhatikan, meningkatkan maupun menjaga
kondisi alam, fasilitas, akomodasi infrastruktur dan lain-lain di area pariwisata Waduk
Jatinegara agar memberikan persepsi yang baik bagi wisatawan sehingga meningkatkan
minat berkunjung kembali.
b. Saran bagi Penelitian Selanjutnya
Sebaiknya penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut dengan
menambahkan faktor lain tentang yang berhubungan dengan destination attributes
maupun revisit intention.

REFERENSI

Kusyanda, Made Riki Ponga, Made Antara, dan I Gusti Ayu Oka Suryawardani. 2020.
“Atribut Destinasi Pariwisata dan Kualitas Pelayanan Mempengaruhi Niat Wisatawan
Berkunjung Kembali di Pantai Melasti, Desa Ungasan, Kabupaten Badung.” JUMPA
6 (2): 425-451. doi:10.24843/JUMPA.2020.v06.i02.p09.
Machleit, Karen A., dan Susan Powell Mantel. 2001. “Emotional Response and Shopping
Aatisfaction: Moderating Effects of Shopper Attributions.” Journal of Business
Research 54 (2): 97-106. doi:10.1016/S0148-2963(99)00093-4.
Makalew, Arlen J. L., Lisbeth Mananeke, dan Debry Ch. A. Lintong. 2019. “Analisis Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Revisit Intention (Minat Kunjung Ulang) Wisatawan
Pada Objek Wisata Alam Batu Angus Di Bitung.” Jurnal EMBA 7 (3): 2631-2640.
Parasuraman, A. Parsu, Valarie A. Zeithaml, dan Leonard L. Berry. 1985. “A Conceptual
Model of Service Quality and its Implication for Future Research (SERVQUAL).”
Journal of Marketing 49: 41-50. doi:/10.2307/1251430.
Robertson, Robert A., dan Jeffrey A. Regula. 1994. “Recreational Displacement and Overall
Satisfaction: A Study of Central Iowa's Licensed Boaters.” Journal of Leisure
Research 26 (2): 174-181. doi:10.1080/00222216.1994.11969952.
Sayangbatti, Dilla Prayudha, dan M. Baiquni. 2013. “Motivasi dan Persepsi Wisatawan
tentang Daya Tarik Destinasi terhadap Minat Kunjungan Kembali di Kota Wisata
Batu.” Jurnal Nasional Pariwisata 5 (2): 126-136. doi:10.22146/jnp.6372.
Susanti, Isnaeni Utrik. 2005. “Tinjauan Geografis terhadap Upaya Pengembangan Kawasan
Obyek Wisata Goa Lawa di Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga.” Skripsi,
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.
http://lib.unnes.ac.id/338/4/1068.pdf.
Wiradiputra, Faikar Adam, dan Erlangga Brahmanto. 2016. “Analisis Persepsi Wisatawan
Mengenai Penurunan Kualitas Daya Tarik Wisata Terhadap Minat Berkunjung.”
Pariwisata 3 (2).

10

Anda mungkin juga menyukai