Anda di halaman 1dari 9

BAB II

STUDI LITERATUR

2.1 Pengertian Lahan


Lahan oleh memiliki beberapa pengertian yang diberikan baik itu oleh
FAO maupun pendapat para ahli. Menurut Purwowidodo (1983) lahan
mempunyai pengertian: “Suatu lingkungan fisik yang mencakup iklim, relief
tanah, hidrologi, dan tumbuhan yang sampai pada batas tertentu akan
mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan”. Lahan juga diartikan sebagai
“Permukaan daratan dengan benda-benda padat, cair bahkan gas” (Rafi‟I, 1985).
Definisi lain juga dikemukakan oleh Arsyad yaitu : Lahan diartikan sebagai
lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda
yang diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan, termasuk
didalamnya hasil kegiatan manusia dimasa lalu dan sekarang seperti hasil
reklamasi laut, pembersihan vegetasi dan juga hasil yang merugikan seperti yang
tersalinasi (FAO dalam Arsyad, 1989).

Selain itu lahan memiliki pengertian yang hampir serupa dengan


sebelumnya bahwa pengertian lahan adalah Suatu daerah dipermukaan bumi
dengan sifat-sifat tertentu yang meliputi biosfer, atmosfer, tanah, lapisan geologi,
hidrologi, populasi tanaman dan hewan serta hasil kegiatan manusia masa lalu dan
sekarang, sampai pada tingkat tertentu dengan sifat-sifat tersebut mempunyai
pengaruh yang berarti terhadap fungsi lahan oleh manusia pada masa sekarang
dan masa yang akan datang. (FAO dalam Sitorus, 2004)

Menurut FAO (1995) dalam Luthfi Rayes (2007:2), lahan memiliki


banyak fungsi yaitu a. Fungsi produksi

Sebagai basis bagi berbagai sistem penunjang kehidupan , melalui


produksi biomassa yang menyediakan makanan, pakan ternak, serat, bahan bakar
kayu dan bahan-bahan biotik lainnya bagi manusia, baik secara langsung maupun
melalui binatang ternak termasuk budidaya

kolam dan tambak ikan.

b. Fungsi lingkungan biotic


Lahan merupakan basis bagi keragaman daratan (terrertrial) yang
menyediakan habitat biologi dan plasma nutfah bagi tumbuhan, hewan dan jasad-
mikro diatas dan dibawah permukaan tanah.

c. Fungsi pengatur iklim

Lahan dan penggunaannya merupakan sumber (source) dan rosot (sink)


gas rumah kaca dan menentukan neraca energi global berupa pantulan, serapan
dan transformasi dari energy radiasi matahari dan daur hidrologi global.

d. Fungsi hidrologi

Lahan mengatur simpanan dan aliran sumberdaya air tanah dan air
permukaan serta mempengaruhi kualitasnya.

e. Fungsi penyimpanan

Lahan merupakan gudang (sumber) berbagai bahan mentah dan mineral


untuk dimanfaatkan oleh manusia.

f. Fungsi pengendali sampah dan polusi

Lahan berfungsi sebagai penerima, penyaring, penyangga dan pengubah


senyawa-senyawa berbahaya.

g. Fungsi ruang kehidupan


Lahan menyediakan sarana fisik untuk tempat tinggal manusia, industri,
dan aktivitas social seperti olahraga dan rekreasi.

h. Fungsi peninggalan dan penyimpanan

Lahan merupakan media untuk menyimpan dan melindungi benda-benda


bersejarah dan sebagai suatu sumber informasi tentang kondisi iklim dan
penggunaan lahan masa lalu.

i. Fungsi penghubung spasial

Lahan menyediakan ruang untuk transportasi manusia, masukan dan


produksi serta untuk pemindahan tumbuhan dan binatang antra daerah terpencil
dari suatu ekosisitem alami. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa lahan merupakan tanah dengan segala ciri, kemampuan maupun sifatnya
beserta segala sesuatu yang terdapat diatasnya termasuk didalamnya kegiatan
manusia dalam memanfaatkan lahan. Lahan memiliki banyak fungsi yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia dalam usaha meningkatkan kualitas hidupnya.

2.2. Sifat-sifat Lahan

Sebagai mana yang diungkapkan oleh Arsyad (1989), “Pengertian sifat


lahan yaitu : atribut atau keadaan unsur-unsur lahan yang dapat diukur atau
diperkirakan, seperti tekstur tanah,struktur tanah, jumlah curah hujan, distribusi
hujan, temperatur, darinase tanah, jenis vegetasi dan sebagainya”. Sifat lahan
merupakan suatu penciri dari segala sesuatu yang terdapat di lahan tersebut yang
merupakan pembeda dari suatu lahan yang lainnya. Sifat lahan menunjukkan
bagaimana kemungkinan penampilan lahan jika digunakan untuk suatu
penggunaan lahan. Sifat lahan menentukan atau mempengaruhi keadaan yaitu
bagaimana ketersediaan air, peredaran udara, perkembangan akan kepekaan erosi,
ketersediaan unsur hara, dan sebagainya. Prilaku lahan yang menentukan
pertumbuhan tersebut disebut kualitas lahan.

Sifat-sifat lahan terdiri dari beberapa bagian yaitu karakteristik lahan,

kualitas lahan, pembatas lahan, persyaratan penggunaan lahan, perbaikan lahan


(Jamulya,1991:2).

a. Karakteristik Lahan

Karakteristik lahan adalah suatu parameter lahan yang dapat diukur atau
diestimasi, misalnya kemiringan lereng, curah hujan, tekstur tanah dan struktur
tanah. Satuan parameter lahan dalam survey sumbardaya lahan pada umumnya
disertai deskripsi karakteristik lahan.

b. Kualitas Lahan

Kualitas lahan mempengaruhi tingkat kesesuaian lahan untuk penggunaan


tertentu. Kualitas lahan dinilai atas dasar karakteristik lahan yang berpengaruh.
Suatu karakteristik lahan yang dapat berpengaruh pada suatu kualitas lahan
tertentu, tetapi tidak dapat berpengaruh pada kualitas lahan lainnya.

c. Pembatas Lahan

Pembatas lahan merupakan faktor pembatas jika tidak atau hampirtidak


dapat memenuhi persyaratan untuk memperoleh produksi yang optimal dan
pengelolaan dari suatu penggunaan lahan tertentu. Pembatas lahan dapat
dibedakan menjadi dua yaitu : (1) Pembatas lahan permanen, pembatas lahan yang
tidak dapat diperbaiki dengan usaha-usaha perbaikanlahan (landimprovement). (2)
pembatas lahan semetara, pembatas lahan yang dapat diperbaiaki dengan cara
pengelolaaan lahan.

d. Persyaratan Penggunaan Lahan

Persyaratan penggunaan lahan dapat dikelompokkan menjadi beberapa


bagian yaitu:

(1) Persyaratan ekologikal, contohnya ketersediaan air, ketersediaan unsur hara,


ketersediaan oksigen, resiko banjir, lingkup temperatur, kelembapan udara, dan
periode kering.

(2) Persyaratan pengelolaan, contonya persiapan pembibitan dan mekanisasi


selama panen.

(3) Persyaratan konservasi, contohnya control erosi, resiko komplen tanah, resiko
pembentukan kulit tanah.

(4) Persyaratan perbaikan, contohnya pengeringan lahan, tanggap terhadap


pemupukan.

e. Perbaikan Lahan

Perbaikan lahan adalah aktivitas yang dilakukan untuk memperbaiki


kualitas lahan pada sebidang lahan untuk mendapatkan keuntungandalam
meningkatkan produksi pertanian. Perbaikan lahan mutlak dilakukan agar kulaitas
lahan dapat terus terjaga dan bermanfaat bagi generasi yang akan datang.

2.3 Teori Pola Guna Lahan

1) Teori Konsentris (Concentric Theory)


Teori konsentris dari Ernest W. Burgess, seorang sosiolog beraliran human
ecology, merupakan hasil penelitian Kota Chicago pada tahun 1923. Menurut
pengamatan Burgess, Kota Chicago ternyata telah berkembang sedemikian rupa
dan menunjukkan pola penggunaan lahan yang konsentris yang mencerminkan
penggunaan lahan yang berbeda-beda.Burgess berpendapat bahwa kota-kota
mengalami perkembangan atau pemekaran dimulai dari pusatnya, kemudian
seiring pertambahan penduduk kota meluas ke daerah pinggiran atau menjauhi
pusat. Zona-zona baru yang timbul berbentuk konsentris dengan struktur
bergelang atau melingkar.Berdasarkan teori konsentris, wilayah kota dibagi
menjadi lima zona sebagai berikut.Teori Burgess sesuai dengan keadaan negara-
negara Barat (Eropa) yang telah maju penduduknya. Teori ini mensyaratkan
kondisi topografi lokal yang memudahkan rute transportasi dan komunikasi. Teori
ini dapat digambarkan sebagai berikut.

2) Teori Sektoral (Sector Theory)


Teori sektoral dikemukakan oleh Hommer Hoyt. Teori ini muncul
berdasarkan penelitiannya pada tahun 1930-an. Hoyt berkesimpulan bahwa proses
pertumbuhan kota lebih berdasarkan sektorsektor daripada sistem gelang atau
melingkar sebagaimana yang dikemukakan dalam teori Burgess. Hoyt juga
meneliti Kota Chicago untuk mendalami Daerah Pusat Kegiatan (Central Business
District) yang terletak di pusat kota. Ia berpendapat bahwa pengelompokan
penggunaan lahan kota menjulur seperti irisan kue tar. Mengapa struktur kota
menurut teori sektoral dapat terbentuk? Para geograf menghubungkannya dengan
kondisi geografis kota dan rute transportasinya. Pada daerah datar memungkinkan
pembuatan jalan, rel kereta api, dan kanal yang murah, sehingga penggunaan
lahan tertentu, misalnya perindustrian meluas secara memanjang. Kota yang
berlereng menyebabkan pembangunan perumahan cenderung meluas sesuai
bujuran lereng. Teori ini dapat digambarkan sebagai berikut.
3) Teori Inti Ganda (Multiple Nucleus Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Harris dan Ullman pada tahun 1945. Kedua
geograf ini berpendapat, meskipun pola konsentris dan sektoral terdapat dalam
wilayah kota, kenyataannya lebih kompleks dari apa yang dikemukakan dalam
teori Burgess dan Hoyt. Pertumbuhan kota yang berawal dari suatu pusat menjadi
bentuk yang kompleks. Bentuk yang kompleks ini disebabkan oleh munculnya
nukleus-nukleus baru yang berfungsi sebagai kutub pertumbuhan. Nukleus-
nukleus baru akan berkembang sesuai dengan penggunaan lahannya yang
fungsional dan membentuk struktur kota yang memiliki sel-sel pertumbuhan.
Nukleus kota dapat berupa kampus perguruan tinggi, Bandar udara, kompleks
industri, pelabuhan laut, dan terminal bus. Keuntungan ekonomi menjadi dasar
pertimbangan dalam penggunaan lahan secara mengelompok sehingga berbentuk
nukleus. Misalnya, kompleks industri mencari lokasi yang berdekatan dengan
sarana transportasi. Perumahan baru mencari lokasi yang berdekatan dengan pusat
p34432erbelanjaan dan tempat pendidikan. Harris dan Ullman berpendapat bahwa
karakteristik persebaran penggunaan lahan ditentukan oleh faktor-faktor yang
unik seperti situs kota dan sejarahnya yang khas, sehingga tidak ada urut-urutan
yang teratur dari zona-zona kota seperti pada teori konsentris dan sektoral. Teori
dari Burgess dan Hoyt dianggap hanya menunjukkan contoh-contoh dari
kenampakan nyata suatu kota. Teori ini dapat digambarkan sebagai berikut.
4) Teori Konsektoral (Tipe Eropa)
Teori konsektoral tipe Eropa dikemukakan oleh Peter Mann pada tahun
1965 dengan mengambil lokasi penelitian di Inggris. Teori ini mencoba
menggabungkan teori konsentris dan sektoral, namun penekanan konsentris lebih
ditonjolkan. Teori ini dapat digambarkan.

5) Teori Konsektoral (Tipe Amerika Latin


Teori konsektoral tipe Amerika Latin dikemukakan oleh Ernest Griffin
dan Larry Ford pada tahun 1980 berdasarkan penelitian di Amerika Latin. Teori
ini dapat digambarkan sebagai berikut.
2.4 Klasifikasi Penggunaan Lahan
1. USGS (United State Geological Survey)
Menurut USGS ( United State Geological Survey ), Anderson 1972,
klasifikasi ini digunakan dalam klasifikasi penginderaan jauh. Klasifikasi USGS
ini menggunakan kategori penggunaan lahan yang lebih rinci yaitu tingkat I dan II
yang dibakukan di seluruh dunia, terutama yang membuat peta penggunaan lahan
dan perubahannya dari citra penginderaan jauh yang dikembangkan oleh
Anderson et al (1978).
Berikut di bawah ini adalah klasifikasi penggunaan lahan menurut USGS (United
State Geological Survey)

Tingkat I Tingkat II
Kode Penggunaan lahan Kode Penggunaan lahan
Kota dan daerah 1.1 Pemukiman
bangunan 1.2 Perdagangan dan jasa
1. 1.3 Industri
1.4 Transportasi,
komunikasi, dan umum
1.5 Kompleks industri dan
perdagangan
1.6 Campuran kota dan daerah
bangunan
1.7 Kota dan daerah bangunan lain
Lahan pertanian 2.1 Tanaman semusim dan lahan
rumput
2. 2.2 Kebun buah-buahan dan
pembibitan
2.3 Pengusahaan pakan ternak
2.4 Lahan pertanian lain
Peternakan 3.1 Peternakan dengan tanaman
merambat
3. 3.2 Peternakan semak dan gerumbul
Peternakan campuran
3.3

Lahan hutan 4.1 Lahan hutan berdaun lebar


4.2 Lahan hutan selalu hijau
4. 4.3 Lahan hutan campuran

Air 5.1 Sungai


5.2 Danau
5. 5.3 Reservoir (waduk)
5.4 Teluk dan muara

Lahan basah 6.1 Lahan hutan basah


6.2 Lahan basah tak hutan
6.

Lahan gundul 7.1 Dataran garam kering


7.2 Pantai
7. 7.3 Daearah pasir selain pantai
7.4 Batuan singkapan gundul
7.5 Pertambangan
7.6 Daerah transisi
7.7 Lahan gundul campuaran

Tundra 8.1 Tundra dengan tanaman


merambat
8. 8.2 Tundra dengan semak dan
belukar
8.3 Tundra dengan lahan gundul
8.4 Tundra basah
8.5 Tundra campuran

Salju/es abadi 9.1 Padang salju


9.2 Gletser
9.

Sumber:www.gunturlane.com

Anda mungkin juga menyukai