BAB V Struktur Organisasi Dan Jadwal Pelaksanaan Kegiatan meliputi profil perusahaan
dan jadwal pelaksanaan kegiatan penyusunan masterplan pemakaman di Kota Banjarbaru.
12 Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan
dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
13 Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Dalam kegiatan penataan ruang terdapat beberapa aspek yang penting untuk diperhatikan.
Pada Pasal 6 ayat 1 disebutkan bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
memperhatikan: (a) kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang rentan
terhadap bencana; (b) potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya
buatan, kondisi ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pertahanan keamanan, lingkungan
hidup, serta ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai satu kesatuan; dan (c) geostrategi,
geopolitik, dan geoekonomi.
Selanjutnya pada Pasal 14 dijelaskan bahwa perencanaan tata ruang dilakukan untuk
menghasilkan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang.
Rencana umum tata ruang berhierarki terdiri atas:
1 Rencana tata ruang wilayah nasional;
2 Rencana tata ruang wilayah propinsi; dan
3 Rencana tata ruang wilayah kabupaten dan rencana tata ruang wilayah kota.
Dari sisi muatan rencana tata ruang haruslah mencakup rencana struktur ruang dan rencana
pola ruang. Pada pasal 17 ayat 2 disebutkan rencana struktur ruang yang dimaksud meliputi
rencana sistem pusat permukiman dan rencana sistem jaringan prasarana. Sedangkan pada
ayat 3 disebutkan rencana pola ruang meliputi peruntukan kawasan lindung dan kawasan
budidaya yang mana peruntukan kawasan lindung dan budidaya ini meliputi peruntukan
ruang untuk kegiatan pelestarian lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, pertahanan dan
keamanan.
Lebih jauh lagi dalam Pasal 41 dijelaskan bahwa penataan ruang di Kawasan Perkotaan
diselenggarkan pada Kawasan Perkotaan kawasan perkotaan yang merupakan bagian
wilayah kabupaten dan kawasan yang secara fungsional berciri perkotaan yang mencakup 2
(dua) atau lebih wilayah kabupaten/kota pada satu atau lebih wilayah provinsi. Terkait
dengan penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Kelila ini, maka penyusunan RDTR tersebut
merupakan bagian dari penataan ruang Kawasan Perkotaan yang merupakan bagian
wilayah kabupaten.
UU No.26 Tahun 2007 tentang Pentaan Ruang juga tidak melupakan arti pentingnya peran
serta masyarakat dalam penataan ruang. UU yang disusun dalam masa reformasi dengan
semangat Good Governance ini mengisyaraktan bahwa penyelenggaraan penataan ruang
dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan masyarakat. Peran serta masyarakat tersebut
dapat dilakukan melalui:
1 Partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;
2 Partisipasi dalam pemanfaatan ruang;
3 Partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
Untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini:
Gambar 2.1 Gambar Skematik Rencana Tata Ruang dalam UU No.26 Tahun 2007
Sumber: UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
1. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel;
2. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum;
3. Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan,
atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri;
4. Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai
jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol;
5. Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan dan
mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh
pelayanannya dalam satu hubungan hierarkis.
Dilihat dari pengelompokan jalan pada pasal 6 disebutkan jalan sesuai dengan
peruntukannya terdiri atas jalan umum dan jalan khusus. Dimana jalan umum
dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status, dan kelas. Sedangkan jalan khusus
diperuntukkan bagi lalu lintas umum dalam rangka distribusi barang dan jasa yang
dibutuhkan.
Selanjutnya pada pasal 7 dijelaskan sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan
primer dan sistem jaringan jalan sekunder, di mana:
1. Sistem jaringan jalam primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-
pusat kegiatan.
2. Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
Jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan
lokal, dan jalan lingkungan. Pada pasal 8 undang-undang ini disebutkan sebagai berikut:
1. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan
ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk secara
berdaya guna.
2. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan engumpul atau
pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah
jalan masuk dibatasi.
3. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan
ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak
dibatasi.
4. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan
dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
5. Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan Provinsi,
jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. Pada pasal 9 disebutkan bahwa:
a. Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghunbungkan antar ibukota Provinsi, dan jalan strategis nasional
serta jalan tol,
b. Jalan Provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota peropinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau anatar
ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis Provinsi,
c. Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak
termasuk jalan nasional dan jalan Provinsi, yang menghubungkan ibukota kabupaten
dengan ibukota kecamatan, anatar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan
pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem
jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten,
d. Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubugkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil, serta menghubungkan antar
pusat permukiman yang berada di dalam kota.
e. Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar
permukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.
f. Selanjutnya ditinjau dari bagian-bagian jalan, pada pasal 11 disebutkan bagian-
bagian jalan meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik jalan dan ruang pengawasan
jalan. Adapun defenisi dari bagian-bagian jalan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang
pengamannya, dimana yang dimaksud badan jalan meliputi jalur lalu lintas,
dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan, termasuk jalur pejalan kaki.
Ambang pengaman jalan terletak di bagian paling luar dari ruang manfaat jalan,
dan dimaksudkan untuk mengamankan bangunan jalan.
2. Ruang milik jalan meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar
ruang manfaat jalan.
3. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang
ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan.
10. Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung
atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya yang mengakibatkan
lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan;
11. Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam tak terbaharui
untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang
terbaharui untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara
dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya;
12. Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan;
13. Dampak lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang
diakibatkan oleh suatu usaha atau kegiatan;
14. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup adalah kajian mengenai dampak besar dan
penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan.
Adapun sasaran pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan yang tertera pada pasal 4
undang-undang ini adalah:
1. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan
lingkungan hidup;
2. Terwujudnya manusia Indonesi sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan
tindak melindungi dan membina lingkungan hidup;
3. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;
4. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup;
5. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana;
6. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan/atau
kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup.
Lebih jauh lagi dalam Pasal 42 dijelaskan ayat 1 bahwa pelaksanaan dan penegakan
rencana tata ruang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana yang mencakup
pemberlakuan peraturan tentang penataan ruang, standar keselamatan, dan penerapan
sanksi terhadap pelanggar, dan Pasal 42 ayat 2 Pemerintah secara berkala melaksanakan
pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan tata ruang dan pemenuhan standar
keselamatan.
2.1.6 UU No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulan Bencana Terkaiut Dengan Risiko
Bencana
Tanggung jawab pemerintah daerah sesuai dengan pasal 8 dan pasal 9 UU No. 24 tahun
2007 yaitu penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana,
pelindungan masyarakat dari dampak bencana, pengurangan risiko bencana dan pemaduan
pengurangan risiko bencana dengan program pembangunan, pengalokasian dana
penanggulangan bencana dalam anggaran pendapatan belanja daerah yang memadai.
wewenang pemerintah dapat digambarkan seara umum meliputi :
2.1.7 PP No. 8 Tahun 2013 Tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang
Peta merupakan bagian yang tidak dapat terlepaskan dari penataan ruang, termasuk dalam
penyusunan Rencana Tata Ruang. Seluruh elemen sektoral yang direncanakan dalam
Penyusunan RDTR nantinya harus dituangkan dalam peta, baik dalam tahapan analisis
maupun tahapan rencana. Di dalam Pasal 1. Ketentuan Umum dijelaskan beberapa definis
penting yang sering digunakan dalam penataan ruang, yaitu:
1. Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan atau buatan manusia, yang
berada di atas maupun di bawah per-mukaan bumi yang digambarkan pada suatu
bidang datar dengan skala tertentu.
2. Skala peta adalah angka perbandingan antara jarak dua titik di atas peta dengan jarak
tersebut di muka bumi.
3. Ketelitian peta adalah ketepatan, kerincian dan kelengkapan data dan atau informasi
georeferensi dan tematik.
4. Peta dasar adalah peta yang menyajikan unsur-unsur alam dan atau buatan manusia,
yang berada di permukaan bumi, digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala,
penomoran, proyeksi dan georeferensi tertentu.
5. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait padanya, yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan pada aspek
administratif dan atau aspek fungsional.
6. Peta wilayah adalah peta yang berdasarkan pada aspek administratif yang diturunkan
dari peta dasar.
7. Peta tematik wilayah adalah peta wilayah yang menyajikan data dan informasi tematik.
8. Peta rencana tata ruang wilayah adalah peta wilayah yang menyajikan hasil
perencanaan tata ruang wilayah.
9. Instansi yang bertanggung jawab adalah instansi yang bertanggung jawab di bidang
pemetaan.
10. Instansi yang mengadakan peta tematik wilayah adalah instansi baik di tingkat pusat
maupun daerah, yang tugas dan fungsinya mengadakan peta tematik wilayah.
Terkait dengan penataan ruang, dijelaskan bahwa tingkat ketelitian peta untuk tiap hirarki
penataan ruang berbeda-beda (pasal 10). Dijelaskan dalam pasal tersebut (pasal 10 ayat 1),
Peta rencana umum tata ruang termasuk rencana tata ruang kawasan perkotaan, kawasan
perdesaan, dan kawasan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 disusun dalam
tingkat ketelitian tertentu.
Tingkat ketelitian tertentu meliputi:
- Ketelitian geometris,
Ketelitian geometris meliputi: sistem referensi geospasial, skala, unit pemetaan. Dalam
pembuatan Peta harus menggunakan sistem referensi Geospasial yang ditetapkan oleh
Kepala Badan yang berpedoman pada sistem referensi Geospasial yang bersifat global.
- Ketelitian muatan ruang.
Ketelitian muatan ruang meliputi:
1. Kerincian kelas unsur
2. simbolisasi
Dalam hal diperlukan perubahan penggambaran kerincian kelas unsur dan simbolisasi,
penentuan kerincian kelas unsur dan simbolisasi dilakukan oleh Kepala Badan dengan
berkoordinasi bersama kementerian/lembaga pemerintah non kementerian terkait.
Ketelitian peta Rencana Detil Tata Ruang atau Rencana Rinci Tata Ruang digambarkan
dengan menggunakan
a. Sistem referensi Geospasial;
b. Peta Dasar Skala Minimal 1:5.000;
c. Unit Pemetaan yang dapat digunakan untuk Rencana Tata Ruang Wilayah kota; dan
d. Ketelitian muatan ruang.
±28,92 (dua puluh delapan koma sembilan puluh dua) hektar (0,087% (nol koma nol
delapan tujuh) persen), yang terletak di Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Banjarbaru
Utara, Kecamatan Banjarbaru Selatan, Kecamatan Liang Anggang, dan Kecamatan
Cempaka.
2.2.2 Peraturan Metri Pekerjaan Umum No. 05 / PRT / M / Tahun 2008 Tentang
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Perkotaan
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
dimaksudkan untuk:
a. Menyediakan acuan yang memudahkan pemangku kepentingan baik pemerintah kota,
perencana maupun pihak-pihak terkait, dalam perencanaan, perancangan,
pembangunan, dan pengelolaan ruang terbuka hijau.
b. Memberikan panduan praktis bagi pemangku kepentingan ruang terbuka hijau dalam
penyusunan rencana dan rancangan pembangunan dan pengelolaan ruang terbuka
hijau.
c. Memberikan bahan kampanye publik mengenai arti pentingnya ruang terbuka hijau bagi
kehidupan masyarakat perkotaan.
d. Memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait
tentang perlunya ruang terbuka hijau sebagai pembentuk ruang yang nyaman untuk
beraktivitas dan bertempat tinggal.
Maksuddari Peraturan daerah ini adalah sebagai acuan untuk mengatur dan mengendalikan
penyelenggaraan bangunan gedung sejak dari perencanaan, Pelaksanaan Konstruksi,
pemanfaatan, kelayakan bangunan gedung agar sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Peraturan bangunan bertujuan untuk;
a. Mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan
gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya.
b. Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjamin keandalan teknis
bangunan gedung yang menjamin kendala teknis bangunan gedung dari segi
keslamatan, kelaikan fungsi, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan.
c. Mewujudkan kepastian hukum dan penyelenggaraan bangunan gedung
Tujuan dari peraturan walikota ini adalah terpenuhinya penyelenggaraan dan pelayanan
pemakaman kepada masyarakat sesuai dengan agama dan kayakinannya, dan terwujudnya
taman pemakaman yang seuai dengan tuntutan agama, pelestarian tata budaya, kerapihan
dan keindahan.
Setiap orang yang meninggal dunia di wilayah Kota Banjarbaru dapat dimakamkan di
tempat pemakaman umum sesuai dengan agama dan bisa memberi ruang bagi
jenazah non muslim
Peruntukan Taman Pemakaman Umum dikhususkan bagi yang beragama islam,
untuk jenazah orang-orang yang pada saat meninggal diketahui dan diyakini
beragama islam
Tempat pemakaman umum yang pengelolaannya dilaksanakan oleh pemerintah
daerah melalui instansi penyelenggara pemakaman berdasarkan tugas dan
fungsinya sesuai ketentuan perundangundangan
2. Pelayanan Pemakaman
Setiap orang berhak mendapatkan pelayanan pemakaman meliputi:
- Penggalian
- Penguburan Jenazah
- Pemeliharaan
Pelayanan pemakaman berupa penggalian dan penguburan jenazah berlaku mulai
pukul 07.00 Wita s/d 17.00 Wita, kecuali dalam keadaan mendesak /darurat
berdasarkan persetujuan pengelola tempat pemakaman umum.
Pelayanan pemakaman jenazah dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh pihak
tempat pemakaman umum
Dalam keadaan mendesak/darurat dapat dikecualikan setelah mendapat
rekomendasi dari SKPD dan pejabat Teknis
3. Jenis – jenis Pelayanan Pemakaman
a. Pelayanan penyediaan tanah makam
b. Pelayanan pengangkutan jenazah
c. Pelayanan penggalian dan pengukuran tanah makam
d. Pelayanan pemindahan/pembokaran makam
e. Pelayanan pemeliharaan kebersihan lingkungan makam
2.2.5 Peraturan Daerah Kota Banjarbaru No. 10 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan
Pemakaman
Tempat Pemakaman meliputi :
a. TPU
b. TPBU
c. TPK, dan
d. KrematoriumPengelolaan Pemakaman Pemerintah Daerah bertanggung jawab dalam
perencanaan dan penyediaan TPU dengan berpedoman pada rencana pembangunan
dan rencana tata ruang wilayah, Perencanaan dan penyediaan TPU sebagaimana
dirnaksud secara teknis dilakukan oleh SKPD yang membidangi pemakaman.
1. Tempat Pemakaman Umum (TPU)
Perencanaan TPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 meliputi:
a. penetapan capaian pemenuhan ketersediaan lahan TPU dalam jangka pendek,
menengah dan panjang;
b. inventarisasi lahan sesuai kriteria yang akan digunakan sebagai TPU; dan
c. Perencanaan kebutuhan anggaran, personel dan sarana prasarana pendukung.
Adapun luas wilayah di lima kecamatan di Kota Banjarbaru yang meliputi Kecamatan
Banjarbaru Utara, Kecamatan Banjarbaru Selatan, Kecamatan Cempaka, Kecamatan
Landasan Ulin, dan Kecamatan Liang Anggang. Kecamatan terluas di Kota Banjarbaru yakni
Kecamatan Cempaka dan yang tersempit adalah Kecamatan Banjarbaru Selatan. Untuk
lebih Jelasanya dapat dilihat pada Tabel Berikut ini
Tabel 4.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan Di Kota Banjarbaru, 2017
N Kecamatan Luas Persentase (%)
o (Km2)
1 Landasan Ulin 92,42 24,89
2 Liang Anggang 85,86 23,12
3 Cempaka 146,70 39,50
4 Banjarbaru Utara 24,44 6,58
5 Banjarbaru Selatan 21,96 5,91
Sumber: KecamatanDalam Angka 2018
Tabel 4.2 Luas Wilayah, Jumlah Rumah Tangga, Jumlah Penduduk dan Menurut
Kecamatan, 2017
Jumlah
Jumlah
No Kecamatan Luas (Km2) Rumah
Penduduk
tangga
1 Landasan Ulin 92,42 18.603 64.006
2 Liang Anggang 85,86 11.559 43.695
3 Cempaka 146,70 9.576 34.859
4 Banjarbaru Utara 24,44 16.700 53.056
5 Banjarbaru Selatan 21,96 16.845 52.807
Kota Banjarbaru 371,38 73.283 248.423
Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2018
3.1.4. Pendidikan
Jumlah sekolah negeri di Kota Banjarbaru sebanyak 97 buah yaitu 6 TK, 66 SD/MI, 14
SMP/MTs, 4 SMA/MA dan 5 SMK. Sementara sekolah swasta ada 255 buah termasuk
Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah. Secara keseluruhan jumlah murid 58.952
orang dengan jumlah guru sebanyak 4.321 orang.
3.1.5. Kesehatan
Fasilitas kesehatan di Kota Banjarbaru berupa 6 buah rumah sakit dan 9 puskesmas yang
didukung oleh 130 dokter yaitu 64 dokter umum, 19 dokter gigi, dan 47 dokter spesialis.
Tercatat sebanyak 27.531 akseptor KB aktif di tahun 2017, sedangkan akseptor KB baru
sebanyak 4.982. Alat kontrasepsi terbanyak yang dipilih adalah suntikan yaitu sebanyak
2.898 akseptor kemudian pil sebanyak 1.227 akseptor. Klinik KB yang tersedia ada 16 buah
dengan jumlah tenaga PLKB 20 orang.
3.1.6. Agama
Kementerian Agama Kota Banjarbaru mencatat untuk peribadatan telah tersedia 95 mesjid,
243 musholla, 2 gereja Khatolik dan 8 gereja Protestan serta 1 Pura/lainnya. Kementerian
Agama Kota Banjarbaru juga mencatat 1.435 pernikahan selama tahun 2017. Di Kota
Banjarbaru, jemaah haji yang berangkat pada tahun 2017 tercatat berjumlah 940 orang
dimana terbanyak berasal dari Banjarbaru Utara (328 orang).
1. Pendekatan Kebijakan
Setiap negara mempunyai kebijakan sendiri untuk mengelola tempat pemakaman, tetapi
jarang yang memberi perhatian khusus pada perencanaan yang berkaitan dengan tempat
pemakaman. Ketidakjelasan norma-norma dalam perundang-undangan yang berkaitan
dengan pemakaman, akan menyulitkan perencana perkotaan untuk mengembangkan lokasi
pemakaman di perkotaan. ada beberapa kebijakan dalam perencanaan lokasi pemakaman
di perkotaan, yaitu :
a. Metode yang digunakan untuk penempatan jenazah. Jenazah yang sudah rusak dapat
mencemari lingkungan tanah disekitarnya, untuk itu perlu ditentukan jarak minimum
yang aman antara tempat pemakaman dengan area permukiman.
b. Jumlah makam. Hal ini dikaitkan dengan kontrukasi makam di tempat pemakaman dan
menghindari kesalahan penggunaan makam yang sudah terpakai.
c. Lokasi tata guna lahan untuk makam. Pemerintah sering memberi batasan mengenai
tempat yang tidak diperbolehkan untuk makam, sebab makam menyebabkan polusi
tanah, udara, dan air disekitarnya, mengurangi keindahan, dan membuat kesan seram.
d. Perturan pengolaan makam. Peraturan pengelolaan makam tentang ukuran makam
yang diijinkan, batas waktu pemakaian makam, sistem penggalian kubur, dan kapasitas
makam yang dikaitkan dengan faktor ekonomi.
2. Pendekatan Ekonomi
Makam diperkotaan mempunyai nilai ekonomi tinggi apabila dikelola dengan baik.
Pengelolaan yang dimaksud meliputi penentuan lokasi makam, pemberian pajak makam,
biaya pemeliharaan tempat pemakaman, sampai pada penyediaan jasa.
3. Pendekatan Fisik
Secara fisik, tempat pemkaman dipengaruhi oleh luas area pemakaman, ukuran makam,
lokasi tempat pemakaman, jenis tanah, sarana dan prasarana ketempat pemakaman, luas
area tempat dan ukuran pemakman dapat menentukan jumlah makam, jenis tanah dapat
mempengaruhi konstruksi suatu makam.
4. Pendekatan Ekologi
Mayat yang sudah rusak dan membusuk didalam tanah, dapat menyebabkan polusi. Polusi
yang diakibatkan oleh pembusukan mayat tersebut dapat berupa cairan, gas, dan padat,
tergantung dari beberapa faktor yang melingkupi mayat dilingkungan tersebut.
5. Pendekatan Sosial
Urbanisasi dan pertambahan penduduk di perkotaan membawa dampak kebutuhan akan
lahan untuk tempat tinggal semakin meningkat pula. Pada awalnya makam terletak
dipinggiran kota dan jauh dari area permukiman penduduk. Tetapi dengan pertambahan
penduduk dan perkembangan kota yang tidak terkontrol, makam menjadi terletak di tengah-
tengah kota dan dekat dengan permukiman penduduk.
6. Pendekatan Budaya
Kematian menciptakan perubahan bentuk, hubungan sosial dan keseimbangan di
masyarakat. Untuk mengungkapkan keterikatan emosional antara ahli waris (keluarga) dan
yang sudah meninggal, mereka menginginkan jenazah dikuburkan di suatu tempat yang
dekat dengan mereka dan menghiasi makam tersebut dengan batu nisan (Salisbury, 2002).
Selain sebagai hiasan, batu nisan tersebut digunakan sebagai penanda atau identitas dari
jenazah yang dimakamkan. Bentuk batu nisan kadang-kadang menggambarkan
kepercayaan, agama dan budaya setempat. Keluarga biasanya akan mengunjungi makam
tersebut pada periode waktu tertentu. Dinegara barat, tempat pemakaman dirancang
sedemikian rupa sehingga bentuknya menyerupai taman yang luas, sejuk, rumput hijau,
tanaman bunga dan indah (Teather, 2001). Tetapi ada beberapa Negara dengan budaya
yang berbeda, menginginkan tempat pemakaman merupakan suatu tempat yang angker,
penuh tanaman, sepi tetapi ada unsur religiusnya (Zhang, 2004).
2. Lokasi pemakaman sebaiknya memiliki jarak minimal 50 meter dari jaringan jalan,
supaya arus lalu lintas tidak mengganggu dan terganggu oleh pengguna jalan lainnya.
Juga dikaitkan dengan estetika keruangan dan kondisi jaringan jalan.
3. Lokasi pemakaman minimal terletak 500 meter dari area pemukiman. Untuk
menciptakan kondisi lingkungan yang sehat dan seimbang, baik untuk alam maupun
manusianya.
4. Daerah serapan sangat terpengaruh pada manajemen air bersih di kota, sebaiknya area
pemakaman terletak 300 meter dari area serapan termaksuk didalam persawahan,
perkebuanan, dan area vegetasi lainnya serta menghindari perembesan cairan racun ke
area tersebut atau akan mencemari air tanah.
5. Lokasi tempat pemakaman minimal terletak 150 meter dari sumber air mengalir atau
sungai. Hal tersebut untuk menghindari tercemarnya air sungai dan juga menciptakan
kondisi lingkungan yang sehat dan seimbang, baik untuk alam maupun manusianya.
6. Luas minimal tempat pemakaman adalah 1 ha. Kriteria ini jauh dari beberapa referensi
yang ada, yaitu 10 ha.
7. Lokasi tempat pemakaman sebaiknya tidak pada area yang mempunyai nilai tinggi
(potensial) mengingat efek yang akan timbul dari perencanaan tempat makam, adalah
penurunan nilai tanah tersebut dan sekitarnya.
8. Sebaiknya tempat pemakaman tidak pada dareah yang yang berpenduduk padat untuk
menghindari ketidakstabilan lingkungan karena dari tempat yang padat dapat dipastikan
tingkat produksi polusi juga tinggi.
C. Analisis Kebijakan
Analisis kebijakan, dilakukan untuk memahami kedudukan dan keterkaitan kawasan
pemakaman dalam sistem regional dan kota yang lebih luas dalam aspek sosial, ekonomi,
lingkungan, sumber daya buatan atau sistem prasarana, budaya, pertahanan, dan
keamanan. Sistem regional tersebut dapat berupa sistem kota, wilayah lainnya, kabupaten
atau kota yang berbatasan, pulau, dimana kawasan tersebut dapat berperan dalam
perkembangan regional. Oleh karena itu, dalam analisis regional ini dilakukan analisis pada
aspek berikut:
1. Analisis kedudukan dan keterkaitan sosial-budaya dan demografi kawasan pada wilayah
yang lebih luas;
2. Analisis kedudukan dan keterkaitan ekonomi kawasan pada wilayah yang lebih luas;
1,903+log KLB
IPL=
0,301
IPL : Intensitas Penggunaan Lahan
KLB : Koefisien Lantai Bangunan
Adapun sasaran yang hendak dicapai dalam pelaksanaan analisis aspek sosial
budaya antara lain:
1) Teridentifikasinya struktur sosial dan budaya yang terbentuk di wilayah dan/atau
kawasan.
t−1
∑ bn
1
b=
(t−1 )
dimana:
2. Model Regresi
Untuk memperhalus perkiran, teknik yang berdasarkan data masa lampau dengan
penggambaran kurva polinomial akan dapat digambarkan sebagai suatu garis regresi.
Cara ini disebut metode selisih kuadrat terkecil (least square). Cara ini dianggap
penghalusan cara ekstrapolasi garis lurus diatas, karena garis regresi memberikan
penyimpangan minimum atas data penduduk masa lampau (dengan menganggap ciri
perkembangan penduduk masa lampau berlaku untuk masa depan).
Teknik ini menggunakan persamaan matematis:
Pt + x=a+b ( X )
a=
∑ P ∑ X 2−∑ X ∑ PX b=
N ∑ PX−∑ X ∑ P
2 2
N ∑ X 2 −( ∑ X ) N ∑ X 2 −( ∑ X )
4. Kurva Gompertz
Kurva Gompertz mengikuti pola hiperbolik yang memiliki batas (asimtot) pada kedua
belah sisinya (atas dan bawah). Dasar pertimbangan model ini adalah prinsip
Gompertz, yaitu bahwa pertumbuhan penduduk di daerah yang sudah maju adalah
rendah yang diikuti oleh pertumbuhan yang cepat pada periode berikutnya, namun lebih
lanjut pada periode berikutnya lagi pertumbuhan tersebut menurun apabila jumlah dan
kepadatan penduduk mendekati maksimal. Kurva Gompertz ini mempunyai persamaan
umum:
x x
Pt+ x=k⋅a b atau log Pt + x =log k +b ( loga )
2
∑1 log Y ( ∑3 log Y )−( ∑2 log Y )
log k =
1
n ( ∑1 log Y + ∑3 log Y −2 ∑2 log Y )
di mana: n adalah sepertiga banyaknya data
Secara umum, kebutuhan jaringan jalan untuk suatu wilayah menurut standar
berkisar anatara 15 -20 % dari luas wilayah perencanaan.
V
--- x R = tSST
100
Keterangan :
V = Target Pelayanan
R = Jumlah Penduduk
T = Kebutuhan sambungan secara total
Kebutuhan telepon umum kartu 1 % X kebutuhan sambungan total
kebutuhan telepon umum koin 2% x kebutuhan sambungan total
c. Jaringan Listrik
Standar kebutuhan adalah 1,90 KVA/orang.
d. Jaringan Persampahan
Standar yang digunakan
Sampah rumah tangga 1,25 liter/orang/hari
Sampah lainnya 5% sampah rumah tangga
Sampah lainnya.
Sistem Konvensional
Dalam sistem konvensional pengangkutan sampah dilakukan dari
perumahan (Rumah Tangga) TPS TPA
Sistem Komposting + Incenerator
Perumahan TPA Lokal, pengelolaan dengan sistem komposting
+ incenerator yng ditempatkan ditiap-tiap kelurahan dengan luas lahan
yang dibutuhkan sekitar 1000 – 2000 M². keuntungan sistem ini
pengangkutan sampah dapat dilakukan dengan menggunakan gerobak
sampah atau mobil pick up kecil dan sampah dapat diselesaikan
dengan tuntas (Zerro Waste).
e. Jaringan Drainase
Merupakan jaringan yang dibuat terintegrasi dengan jaringan jalan. Jaringan
ini dibuat untuk menampung limpahan air hujan sehingga mencegah
terjadinya genangan dan banjir yang mengakibatkan kerusakan badan jalan.
Penempatan jaringan drainase pada umumnya disesuaikan dengan jaringan
jalan dan mempertimbangkan sempadan jalan.
f. Jaringan Air Limbah
Yang dimaksud dengan jaringan air limbah adalah jaringan yang
direncanakan untuk membuang limbah cair baik yang berasal dari rumah
H. Analisis Kelembagaan
Analisis kelembagaan dilakukan untuk memahami kapasitas pemerintah kota dalam
menyelenggarakan pembangunan yang mencakup struktur organisasi dan tata laksana
pemerintahan, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana kerja, produk-produk
pengaturan serta organisasi nonpemerintah, perguruan tinggi dan masyarakat.
Analisis diharapkan menghasilkan beberapa bentuk dan operasional kelembagaan di
kawasan sehingga semua pihak yang terlibat dapat berpartisipasi dalam perencanaan,
pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Analisis ini digunakan sebagai pertimbangan dalam penataan kawasan pemakaman.
I. Analisis Pembiayaan
Analisis pembiayaan pembangunan dilakukan untuk mengidentifikasi besar
pembelanjaan pembangunan, alokasi dana terpakai, dan sumber-sumber pembiayaan
pembangunan yang terdiri dari :
a. Pendapatan asli daerah;
b. Pendanaan oleh pemerintah;
c. Pendanaan dari pemerintah provinsi;
d. Investasi swasta dan masyarakat;
e. Bantuan dan pinjaman luar negeri; dan
f. Sumber-sumber pembiayaan lainnya.
Analisis pembiayaan juga menghasilkan perkiraan besaran kebutuhan pendanaan untuk
melaksanakan rencana pembangunan wilayah kota yang diterjemahkan dalam usulan
program utama jangka menengah dan jangka panjang.
Analisis ini digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan dokumen
pengembangan kawasan terkait rencana pemanfaatan ruang (program utama)
J. Analisis SIG
SIG adalah sistem yang dapat mendukung pengambilan keputusan spasial dan mampu
mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi dengan karakteristik-karakteristik fenomena
yang ditemukan di lokasi tersebut. SIG yang lengkap mencakup metodologi dan teknologi
yang diperlukan yaitu data spasial, perangkat keras, perangkat lunak dan struktur organisasi
(Gistut , 1994). Berikut adalah beberapa analisis spasial yang pada umumnya difungsikan
sebagai layanan didalam proses editing data spasial :
1. Buffering adalah teknik membuat area berupa lingkaran disekitar entitas dengan interval
tertentu.
2. Skoring, dilakukan untuk memberikan nilai pengaruh suatu sifat dari parameter
terhadap suatu perkiraan kejadian.
3. Overlay, menggabungkan dua atau lebih data grafis untuk memperoleh data grafis baru
yang memiliki satuan pemetaan (unit pemetaan).
K. Analisis SWOT
Analisis SWOT (Strengthness, Weakness, Opportunities, Threatness), yaitu suatu analisis
yang bertujuan mengetahui potensi dan kendala yang dimiliki kawasan, sehubungan dengan
kegiatan pengembangan kawasan yang akan dilakukan di masa datang.
SWOT merupakan sebuah metode yang didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).,
Langkah pertama yang dilakukan dalam menggunakan analisis SWOT adalah menelaah
lingkup studi yang akan dianalisis. Dengan kata lain harus diketahui tujuan dari studi
tersebut, apakah bertujuan untuk mendapatkan profit, untuk meningkatkan produksi dan
penjualan atau suatu organisasi didirikan dengan tujuan sebagai pelayanan publik. Dari
pengetahuan tujuan dapat ditentukan dua faktor yang harus dipertimbangkan dalam analisis
SWOT. Dua faktor tersebut adalah:
1. Faktor internal:
Faktor-faktor yang menentukan kinerja suatu organisasi/lembaga/perusahaan yang
sepenuhnya berada dalam kendali perusahaan. Faktor internal ini dapat mengidentifikasikan
kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses).
2. Faktor eksternal:
Faktor-faktor yang diluar kendali perusahaan tapi sangat mempengaruhi kinerja suatu
perusahaan. Faktor eksternal dapat mengidentifiaksi peluang (opportunities) dan ancaman
(threats). Dalam penyusunan perencanaan strategis dengan menggunakan analisis SWOT
dilakukan beberapa langkah:
A. Langkah I
Faktor internal:
a. Identifikasi faktor-faktor yang memberi pengaruh positif disebut sebagai kekuatan.
Kekuatan (Strengthness) yang dimiliki kawasan, yang dapat memacu dan
mendukung perkembangan kawasan, misalnya kebijaksanaan pengembangan
yang dimiliki, aspek lokasi yang strategis dan lain-lain;
b. Identifikasi faktor-faktor yang memberi pengaruh negatif disebut sebagai
kelemahan.
Kelemahan (Weakness) yang ada, yang dapat menghambat pengembangan
kawasan, baik hambatan fisik kawasan maupun non fisik, misalnya kemampuan
sumberdaya manusia, instansi dan pendanaan pembangunan. Dengan mengetahui
kelemahan ini dapat ditentukan upaya penanggulangan untuk mengatasi
kelemahan tersebut;
Faktor eksternal:
a. Identifiaksi faktor-faktor yang menjadi peluang, yakni faktor yang memberi
pengaruh positif.
b. Peluang (Opportunities) yang dimiliki untuk melakukan pengembangan
kawasan, misalnya ruang terbuka yang masih luas untuk pengembangan
kawasan, minat swasta yang besar untuk membangun karena lokasi dinilai
strategis;
c. Identifikasi faktor-faktor yang menjadi ancaman, yakni faktor yang memberi
pengaruh negatif.
d. Ancaman (Threatness) yang dihadapi, misalnya kompetisi tidak sehat dalam
penanaman investasi, pembangunan suatu kegiatan baru yang dapat
mematikan kelangsungan kegiatan strategis yang telah ada.
B. Langkah II
Setelah semua informasi terkumpul yang berpengaruh terhadap kelangsungan studi,
tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut ke dalam model
matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan
yang dimilikinya.
ditentukan tujuan dan sasaran yang akan dicapai serta membuat metode pemecahan
masalah dan pencapaian tujuan dan sasaran.
Sedangkan data sekunder yaitu pengumpulan data melalui instansi terkait, adapun Data
yang dihimpun dalam pengumpulan data meliputi:
1. Data Kebijakan terkait pemakaman
2. Data Jumlah Penduduk dan Kematian
3. Data Penggunaan Lahan
4. Data Fisik Lahan (Ketinggian, Kemiringan, Curah Hujan, Hidrologi, Geologi, Jenis
Tanah)
5. Data Sebaran Pemakaman Eksisting
6. Data Sosial Budaya
7. Data Kelembagaan Pemakaman
8. Data Jaringan Prasarana
9. Data Jaringan Jalan
10. Data peruntukan ruang;
Analisis Kebijakan
Data Kebijakan · Arahan kebijakan · Peran dan Fungsi Kawasan Perencanaan dalam
· RTR Pulau Kalimantan · Arahan Struktur Ruang konteks Kota Banjarbaru
· RTRW Provinsi Kalimantan Selatan · Arahan Struktur, pola, kawasan strategis,
· RTRW KOta Banjarbaru · Arahan Peruntukan Lahan
· RDTR dan PZ Terkait Kawasan Perencanaan · Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang pemanfaatan dan pengendalian ruang Kota
Banjarbaru Analisis Perumusan Tujuan Penataan Kawasan Pemakaman
· Tujuan, Kebijakan dan strategi Pengembangan
Kawasan Penataan
Data dari Dinas LH Analisis Daya dukung lahan dan Daya Tampung Lahan
· Lahan kritis · Daya dukung & daya tampung lingkungan untuk Pemakaman
Rencana Peruntukan Kawasan Pemakaman
Data dari BPBD · Jumlah, jenis dan sebaran kawasan rawan bencana
PEMERINTAH DAERAH
KOTA BANJARBARU
PERUSAHAAN
Tenaga Ahli:
TIM TEKNIS 1. Ketua Tim/Ahli Perencanaan Wilayah
/EVALUASI dan Kota
2. Ahli Sipil
3. Ahli Lingkungan
4. Ahli Hukum
Penunjang:
1. Sekretaris/Administrasi
Tenaga 2. Operator GIS
Pendamping 3. Surveyor
Keterangan :
Garis Kontraktual
Garis Komando
Garis Konsultasi
Untuk dapat melaksanakan rangkaian kegiatan dengan baik guna pencapaian sasaran yang
tepat serta untuk mendapatkan hasil pelaksanaan pekerjaan dengan mutu yang baik
dengan mengacu pada KAK yang telah ditetapkan di dalam pekerjaan Konsultan, maka
diperlukan jadwal pelaksanaan pekerjaan yang tepat. Dengan penyusunan jadwal rencana
kerja ini selain sebagai acuan dalam melaksanakan tahapan kegiatan juga sebagai fungsi
kontrol jika terjadi deviasi dalam pelaksanaan pekerjaan sehingga dengan cepat dapat dicari
penyebab dan solusi pemecahannya.