Anda di halaman 1dari 52

DUKUNGAN MANAJEMEN

DAN DUKUNGAN TEKNIS LAINNYA

PEDOMAN TEKNIS
PENYUSUNAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN
KAWASAN BERBASIS KOMODITAS PERKEBUNAN
TAHUN 2016

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN


KEMENTERIAN PERTANIAN
MARET 2016
KATA PENGANTAR

Perkebunan merupakan sub sektor strategis dalam


pembangunan nasional dengan peran yang beragam mulai dari
penyedia pangan, bahan baku industri, bio energi, penyerapan
tenaga kerja, sumber devisa negara, sumber pendapatan,
pengembangan wilayah baru/pembangunan pedesaan,
branding/image sampai dengan pelestarian lingkungan.
Pendekatan pengembangan kawasan berbasis komoditas
perkebunan dilakukan agar pembangunan perkebunan berjalan
secara utuh, terpadu dan berkelanjutan, serta fokus pada
pencapaian sasaran yang ditetapkan. Dengan demikian sub
sektor perkebunan dapat berperan secara optimal dalam
pembangunan nasional. Untuk itu diperlukan dokumen
perencanaan tentang pengelolaan kawasan yang dirancang
dalam bentuk Masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis
Komoditas Perkebunan.
Masterplan merupakan dokumen perencanaan kawasan
yang disusun sebagai salah satu upaya untuk merespon
tantangan pembangunan perkebunan yang semakin berat.
Sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Pertanian Nomor
50/2012 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian,
masterplan yang disusun oleh pemerintah provinsi sebagai
acuan dalam mengembangkan kawasan perkebunan tahun
2015-2019 di tingkat provinsi harus ditindaklanjuti dengan
action plan/rencana aksi yang disusun oleh pemerintah
kabupaten/kota. Agar penyusunan masterplan pengembangan
kawasan berbasis komoditas perkebunan selaras dengan
kebijakan nasional dan dapat memandu perencanaan,

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan i


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan pembangunan
perkebunan yang berdimensi jangka menengah dan
kewilayahan, maka Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan
Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Perkebunan
diterbitkan.
Pedoman Teknis ini secara garis besar memuat arah dan
kebijakan pembangunan perkebunan, pengenalan konsep dasar
penyusunan masterplan pengembangan kawasan berbasis
komoditas perkebunan, implementasi, monitoring evaluasi dan
pelaporan.
Semoga Pedoman Teknis ini dapat dimanfaatkan sebaik-
baiknya untuk penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan
Berbasis Komoditas Perkebunan.

Jakarta, 31 Maret 2016


Direktur Jenderal Perkebunan

Ir. Gamal Nasir, MS.


Nip. 19560728 198603 1 001

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan ii


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................... v

I. PENDAHULUAN ...................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................... 1
B. Tujuan ...................................................... 2
C. Hasil Yang Diharapkan ...................................................... 3
D. Dasar Hukum ...................................................... 3
E. Pengertian ...................................................... 6

II. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERKEBUNAN ......... 9


A. Arah Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas
Perkebunan ..................................................... 10
B. Pendekatan Umum Kawasan Berbasis Komoditas
Perkebunan ..................................................... 12
C. Strategi Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas
Perkebunan ..................................................... 13
D. Desain Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas
Perkebunan ..................................................... 15
III. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN .............................. 16
A. Prinsip Pelaksanaan Kegiatan .................................... 16
B. Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan .................................... 16
C. Organisasi Pelaksana .................................... 17

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan iii


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
IV. RUANG LINGKUP PELAKSANAAN KEGIATAN ........................... 22
A. Pelaksana Kegiatan .................................... 22
B. Waktu Pelaksanaan .................................... 22
C. Tahapan Kegiatan .................................... 23
D. Lokasi, Jenis dan Volume .................................... 25
E. Simpul Kritis .................................... 26

V. PEMANFAATAN MASTERPLAN PENGEMBANGAN


KAWASAN BERBASIS KOMODITAS PERKEBUNAN .................. 27
A. Penyampaian Masterplan .................................... 27
B. Pemanfaatan Dokumen .................................... 27
C. Review dan Evaluasi Dokumen .................................... 28

VI. PEMBINAAN, PENGAWALAN, MONITORING, EVALUASI


DAN PELAPORAN .................................. 29
A. Pembinaan .................................... 29
B. Pengawalan .................................... 30
C. Monitoring dan Evaluasi .................................... 31
D. Pelaporan .................................... 31

VII. PEMBIAYAAN ................................... 32


VIII. PENUTUP .................................... 32
LAMPIRAN .................................... 33

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan iv


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Outline Penyusunan


Masterplan Pengembangan Kawasan
Berbasis Komoditas Perkebunan ........…..……33
Lampiran 2. Outline Rencana Aksi Pengembangan
Kawasan Berbasis Komoditas
Perkebunan ........…..……44
Lampiran 3. Daftar Provinsi Penyusun Masterplan
Pengembangan Kawasan Berbasis
Komoditas Perkebunan Tahun 2016 ........…..……45
Lampiran 4. Contoh Format Matrik Program
Rencana Aksi ........…..……46

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan v


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kebijakan pembangunan perkebunan ke depan perlu
disesuaikan dengan cakupan pembangunan pertanian yang lebih
luas dan skala yang lebih mengungkit peningkatan pendapatan
dan kesejahteraan petani. Mencermati hasil evaluasi
pembangunan pertanian selama 10 tahun terakhir dan
perubahan paradigma pembangunan pertanian sebagaimana
tertuang dalam Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP)
2013-2045, maka untuk lima tahun ke depan (2015-2019),
Kementerian Pertanian menetapkan sasaran pembangunan
pertanian yang meliputi (1) peningkatan ketahanan pangan; (2)
peningkatan nilai tambah, daya saing, ekspor dan substitusi
impor; (3) penyediaan dan peningkatan bahan baku bio-industri
dan bio-energi; dan (4) peningkatan kesejahteraan petani.
Peran strategis sub sektor perkebunan yang multi
dimensi sebagaimana dijabarkan dalam UU Nomor 39 Tahun
2014 tentang Perkebunan, apabila dikelola dengan optimal akan
dapat mendukung pencapaian sasaran-sasaran pembangunan
pertanian. Pendekatan kawasan melalui pengelolaan secara
terpadu, menyeluruh dan berkelanjutan dari sub sektor
perkebunan diharapkan mampu berkontribusi mewujudkan
sasaran pembangunan pertanian untuk kurun waktu lima tahun
ke depan.
Masterplan pengembangan kawasan berbasis
komoditas perkebunan disusun sebagai salah satu dokumen
perencanaan yang dipersyaratkan dalam Peraturan Menteri
Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 1
Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
Pertanian Nomor 50 tahun 2012 tentang Pedoman
Pengembangan Kawasan Pertanian, dan dijadikan sebagai
pedoman dalam mengimplementasikan pendekatan kawasan
berbasis komoditas perkebunan tahun 2015-2019.
Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan
Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Perkebunan ini
diterbitkan untuk dapat menjadi acuan bagi Pemerintah Daerah
Provinsi dalam menyusun masterplan pengembangan kawasan
berbasis komoditas perkebunan yang selaras dengan kebijakan
nasional, peraturan perundangan yang berlaku, potensi daerah,
kearifan lokal dan mengakomodir aspirasi para pemangku
kepentingan pembangunan perkebunan.

B. TUJUAN
Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan
Kawasan Berbasis Komoditas Perkebunan bertujuan untuk:
1. Mendukung kebijakan Kementerian Pertanian dalam
mengimplementasikan kebijakan pengembangan kawasan
berbasis komoditas perkebunan.
2. Mengarahkan perencanaan kawasan perkebunan selaras
dengan kebijakan nasional.
3. Menyediakan pedoman bagi para perencana dan pengambil
keputusan di provinsi, kabupaten dan pemangku
kepentingan dalam menyusun masterplan dan rencana aksi
pengembangan kawasan berbasis komoditas perkebunan.
4. Meningkatkan kinerja pengembangan kawasan perkebunan
secara terukur.
Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 2
Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
C. HASIL YANG DIHARAPKAN
1) Tersusunnya Masterplan dan Rencana Aksi Pengembangan
Kawasan Berbasis Komoditas Perkebunan tahun 2016 untuk
sembilan komoditas perkebunan unggulan nasional di
sembilan provinsi, yaitu : Bengkulu Jambi, Sumatera Barat
Lampung, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa
Tenggara Barat, Maluku Utara, Papua Barat.
2) Terbangunnya sentra-sentra produksi perkebunan di
Kawasan Berbasis Komoditas Perkebunan unggulan nasional
pada tingkat provinsi, kabupaten, dan kecamatan.

D. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor
46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah juncto Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4438);
3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan
(Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 92, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4660);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
(Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4700);

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 3


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725);
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008
Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4844)
7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
(Lembaran Negara Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5360);
8. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang
Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (Lembaran Negara
Tahun 2013 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 5433);
9. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang
Perkebunan;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang
Ketahanan Pangan (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor
142, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4254);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara
Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4833);

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 4


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
13. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2010 tentang
Usaha Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 2010
Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5106);
14. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;
15. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara;
16. Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011
tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025;
17. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41/Permentan/
OT.140/ 9/2009 tentang Kriteria Teknis Kawasan
Peruntukan Pertanian;
18. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/
OT.140/ 10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pertanian;
19. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50/Permentan/
OT.140/ 8/2012 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan
Pertanian;

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 5


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
E. PENGERTIAN
1. Masterplan merupakan dokumen perencanaan yang
menyeluruh (komprehensif) dan terpadu (integratif), yang
memuat rencana pendayagunaan atau pengembangan
sebuah wilayah/kawasan atau rancangan pemanfaatan
sebuah lahan yang relatif luas.
2. Kawasan Perkebunan adalah wilayah pembangunan
perkebunan sebagai pusat pertumbuhan serta
pengembangan sistem dan usaha agribisnis perkebunan
berkelanjutan, yang merupakan gabungan dari sentra-
sentra perkebunan yang memenuhi batas minimal skala
ekonomi dan manajemen pembangunan di wilayah serta
terkait secara fungsional dalam hal potensi sumber daya
alam, kondisi sosial budaya dan keberadaan infrastruktur
penunjang.
3. Masterplan pengembangan kawasan berbasis komoditas
perkebunan adalah dokumen rancang bangun dan
instrumen perencanaan untuk menjabarkan arah kebijakan,
strategi, tujuan program dan sasaran kegiatan
pengembangan komoditas unggulan perkebunan nasional
ditingkat provinsi.
4. Produksi Perkebunan adalah produk yang dihasilkan dari
Kawasan Perkebunan Nasional diprasyaratkan memiliki
kontribusi yang memadai dan atau berpotensi untuk dapat
berkontribusi dalam pembentukan pertumbuhan Produk
Nasional Bruto (PDB) dan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB).

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 6


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
5. Komoditas adalah komoditas perkebunan unggulan
nasional yang dikembangkan di kawasan perkebunan yang
berkontribusi terhadap perekonomian nasional dan
pendapatan petani.
6. Komoditas Unggulan adalah komoditas yang sesuai dengan
agroekologi setempat dan disamping itu juga mempunyai
daya saing baik di pasar daerah itu sendiri, di daerah lain
lingkup nasional, maupun di pasar internasional.
7. Kawasan Pengembangan Komoditas Unggulan merupakan
suatu area yang dikembangkan untuk satu atau gabungan
beberapa komoditas unggulan yang memenuhi ciri
penggunaan lahan yang memberikan pendapatan tertinggi
(kepuasan tertinggi secara ekonomi dan sosial) bagi rumah
tangga petani, masyarakat dan wilayah yang bersangkutan
tanpa mengorbankan fungsi sistem sumberdaya alam dan
lingkungan sebagai pendukung.
8. Rencana tata ruang wilayah nasional adalah arahan
kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara
untuk masa berlaku 20 tahun dengan tingkat ketelitian peta
1:1.000.000.
9. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) provinsi adalah tata
ruang yang bersifat umum dari wilayah provinsi, yang
merupakan panjabaran dari RTRW Nasional, mencakup:
tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah provinsi.
Masa berlaku 20 tahun dengan tingkat ketelitian peta
1:250.000.

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 7


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
10. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten adalah
tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kabupaten.
Masa berlaku 20 tahun dengan tingkat ketelitian peta
1:50.000.
11. Rencana Aksi adalah tindak lanjut atau penjabaran
operasional dari masterplan yang telah disusun, merupakan
rencana detail yang berorientasi pada tujuan dan sasaran,
sehingga sudah mempertimbangkan aspek jadwal waktu,
calon lokasi (kecamatan dan desa), unit organisasi
penanggungjawab pelaksanaannya. Pedoman Rencana aksi
disusun oleh pemerintah daerah setempat.

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 8


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
II. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERKEBUNAN

Direktorat Jenderal Perkebunan mendukung


pengembangan kawasan melalui kebijakan-kebijakan yang
diarahkan menuju tercapainya peningkatan produksi dan
produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan. Kebijakan
pengembangan kawasan menawarkan upaya pembangunan
perkebunan yang lebih efektif dan komprehensif. Kebijakan
tersebut memerlukan kepeloporan dan kerjasama yang erat
antara Pemerintah Pusat dan Daerah, swasta serta masyarakat
pekebun khususnya. Kebijakan pengembangan kawasan ini
memungkinkan bagi pemangku kebijakan Pusat dan Daerah
untuk membangun kekuatan, baik aspek kepakaran stakeholder
maupun aspek infrastruktur yang sesuai serta aspek yang terkait
dengan potensi sumber daya alam, manusia, teknologi, modal
dan ekonomi, yang akan membawa kemajuan nyata bagi
pembangunan perkebunan di wilayah tersebut.
Pertumbuhan dan perkembangan kawasan perkebunan
dilatarbelakangi oleh berbagai aspek kehidupan seperti
perkembangan penduduk, kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dinamika kegiatan ekonomi, perkembangan dan
perluasan jaringan komunikasi-transportasi dan sebagainya.
Pengembangan kawasan berbasis komoditas
perkebunan adalah salah satu pendekatan yang dilaksanakan
dalam rangka menjaga kualitas pemanfaatan ruang untuk sub
sektor perkebunan dengan cara mengoptimalkan sinergitas intra
dan/atau antar wilayah yang memiliki kemiripan agro-ekosistem
sehingga utuh secara ekonomis dan teknis.

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 9


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
Pengembangan kawasan berbasis komoditas
perkebunan menjadi tanggung jawab sepenuhnya pemerintah
daerah, dengan demikian daerah sebagai ujung tombak
pembangunan nasional dituntut untuk dapat bersaing dalam
meningkatkan daya saing wilayahnya agar dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakatnya, dengan mengacu pada tolok ukur
kemajuan pembangunan wilayah yaitu pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, pendapatan per kapita yang merata dan tingkat
pengangguran yang rendah. Pemerintah pusat berfungsi sebagai
fasilitator, pemangku kebijakan dan regulasi dalam mendukung
pengembangan kawasan berbasis komoditas perkebunan, serta
memiliki kewenangan dalam pengawasan dan evaluasi kegiatan
pembangunan perkebunan berbasis kawasan yang dilaksanakan
di daerah.

A. Arah Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas


Perkebunan
Pengembangan Kawasan Perkebunan merupakan suatu
kebutuhan untuk dijadikan acuan dalam menyempurnakan
berbagai gerakan/model/pilot project yang pernah dirintis oleh
Kementerian Pertanian sebelumnya. Kondisi obyektif yang
mendasari keharusan terhadap penyempurnaan berbagai
gerakan/model/pilot project pengembangan kawasan pertanian
tersebut adalah: (1) tertib tata pemerintahan sesuai otonomi
daerah; (2) reformasi perencanaan dan penganggaran yang
berbasis kinerja dan berkerangka jangka menengah; dan (3)
pembangunan yang berdimensi kewilayahan.

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 10


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
Arah pengembangan kawasan berbasis komoditas
perkebunan kedepan dapat dilihat dari tahapan pengembangan
kawasan yaitu : (1) tahap inisiasi pada kawasan yang belum
berkembang; (2) tahap penumbuhan pada kawasan yang belum
berkembang; (3) tahap pengembangan kawasan; (4) tahap
pemantapan kawasan; dan (5) tahap integrasi antar kawasan.
Jenis kegiatan pada masing-masing tahap berbeda-beda
tergantung pada tingkat keterkaitan antar perkebunan,
kekuatan subsistem agribisnis yang ada (hulu, produksi, hilir dan
penunjang), maupun kualitas SDM dan aplikasi teknologi yang
telah dilakukan. Arah pengembangan tersebut dapat dijelaskan
secara lebih singkat kedalam bentuk masterplan pengembangan
kawasan berbasis komoditas perkebunan.
Masterplan pengembangan kawasan mengandung arti
bahwa konsep pengembangan kawasan dapat dijabarkan secara
terstruktur, terpadu, terintegrasi dan berkelanjutan dalam
bentuk implementasi kegiatan pengembangan kawasan berbasis
komoditas unggulan disuatu kawasan. Dari masterplan
pengembangan kawasan tersebut dapat diukur sasarannya
berdasarkan tahapan pengembangan kawasan artinya dari tiap
tahapan pengembangan kawasan tersebut memiliki sasaran
yang akan dicapai dari pengembangan kawasan berbasis
komoditas perkebunan. Sasaran tersebut bersifat umum yang
menjelaskan apakah yang ingin dicapai dari suatu kawasan ke
depan.

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 11


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
B. Pendekatan Umum Kawasan Berbasis Komoditas
Perkebunan
Kondisi topografi di Indonesia mempunyai strata
topografi yang paling lengkap mulai dari dataran rendah,
menengah dan dataran tinggi. Di setiap daerah pada umumnya
mempunyai komoditas unggulan yang mempunyai cita rasa
khusus dibandingkan dengan komoditas serupa di daerah
lainnya sehingga jika komoditas tersebut dikembangkan secara
optimal akan mempunyai tingkat produksi dan nilai jual yang
cukup tinggi bagi kesejahteraan petani. Dengan begitu strategi
pengembangan kawasan berbasis komoditas perkebunan ke
depan diintensifkan dan difokuskan kepada kualitas komoditas
unggulan tersebut baik pada penerapan teknologi produksi,
teknologi pascapanen, efisiensi biaya produksi sampai dengan
pemasaran. Pemberdayaan pekebun di pedesaan dengan fokus
optimalisasi komoditas unggulan daerah bertujuan terwujudnya
sektor perkebunan nasional yang tangguh dan mampu bersaing
dalam era pasar bebas.
Perencanaan pembangunan perkebunan dengan
pendekatan komoditas unggulan menekankan motor penggerak
pembangunan suatu daerah pada komoditas-komoditas yang
dinilai bisa menjadi unggulan baik di tingkat domestik maupun
internasional. Penentuan komoditas unggulan perkebunan
merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang
berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan
komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi
perdagangan.
Komoditas unggulan dapat ditinjau dari sisi penawaran
dan permintaan. Dari sisi penawaran komoditas unggulan
Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 12
Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhannya pada kondisi
biofisik, teknologi dan kondisi sosial ekonomi petani di suatu
wilayah. Sementara dari sisi permintaan, komoditas unggulan
dicirikan oleh kuatnya permintaan di pasar, baik pasar domestik
maupun internasional. Komoditas unggulan merupakan
komoditas yang memiliki nilai strategis berdasarkan
pertimbangan fisik (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial
ekonomi dan kelembagaan (penguasaan teknologi, kemampuan
sumber daya manusia, infrastruktur dan kondisi sosial budaya)
untuk dikembangkan di suatu wilayah.

C. Strategi Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas


Perkebunan
Pengembangan kawasan perkebunan merupakan upaya
mendorong perkembangan wilayah melalui pendekatan
komprehensif mencakup aspek fisik, ekonomi dan sosial. Dalam
perkembangannya di Indonesia, berbagai pendekatan telah
diterapkan. Pada dasarnya, pengembangan wilayah atau
kawasan ditujukan untuk mengefisienkan pembangunan
berdasarkan evaluasi pelaksanaan kegiatan pembangunan
sebelumnya serta disesuaikan dengan tuntutan dalam kurun
waktu tertentu. Pengembangan wilayah adalah harmonisasi
perkembangan kawasan. Banyak cara dapat diterapkan dalam
pengembangan wilayah, mulai dari konsep pengembangan
sektoral, basic needs approach sampai penataan ruang
(pengaturan ruang secara terpadu melalui proses pemanfaatan
sumber daya alam secara sinergi dengan pengembangan
sumber daya manusia dan lingkungan hidup untuk mencapai
pembangunan berkelanjutan). Jadi, penataan ruang suatu
Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 13
Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
kawasan merupakan alat untuk mengembangkan wilayah. Oleh
karenanya, pemaparan konsepsi penataan ruang berada dalam
konteks pengembangan wilayah.
Strategi penguatan kawasan perkebunan tergantung
pada karakteristik kawasan tersebut, apakah termasuk kawasan
yang sudah berkembang/maju, kawasan cukup berkembang
atau kawasan belum berkembang. Parameter umum dapat
dilihat dari ketersediaan sub-sistem agribisnis di dalam kawasan,
kemandirian para pelakunya serta kuantitas dan kualitas produk
yang dihasilkan. Apabila sub sistem agribisnis yang ada sudah
berjalan dengan efektif, para pelakunya mandiri dan produk
yang dihasilkan sudah berkualitas dan berkelanjutan maka
kawasan tersebut dapat dikatagorikan sebagai kawasan sudah
berkembang/ maju atau sebaliknya.
Strategi mendasar dalam mengembangkan kawasan
diawali dari optimalisasi potensi komoditas unggulan yang telah
berkembang di wilayah tertentu, kemudian secara terfokus dan
terarah dikembangkan dengan basis pendekatan agribisnis yang
memperhatikan keterkaitan hulu-hilir secara
berkesinambungan. Pengembangan kawasan perkebunan ini
tidak berdiri sendiri, namun lebih merupakan keterpaduan dari
berbagai program dan kegiatan pengembangan antar sektor/sub
sektor, antar institusi dan antar pelaku yang telah ada di daerah
yang terfokus di kawasan.

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 14


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
D. Desain Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas
Perkebunan
Pengembangan sub sektor perkebunan sebagai bagian
dari sektor pertanian harus dijalankan berdasarkan sistem yang
terintegrasi dan terkoordinasi baik secara vertikal maupun
secara horizontal. Untuk menjalankan sistem tersebut,
pengembangan kawasan berbasis komoditas perkebunan
kedepan membutuhkan desain yang tepat sehingga usaha
agribisnis perkebunan mampu membawa kesejahteraan yang
optimal bagi petani/pekebun. Desain pengembangan kawasan
berbasis komoditas perkebunan membutuhkan keseimbangan
antara beberapa aspek pengembangan diantaranya
ketersediaan SDM, potensi SDA, akses permodalan, kebutuhan
terhadap sarana fisik dan teknologi, dukungan infrastruktur dan
komitmen dari pemangku kebijakan baik di Pusat maupun di
Daerah.

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 15


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
III. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Prinsip Pelaksanaan Kegiatan


Penyusunan masterplan dilakukan secara swakelola oleh
Pemerintah Daerah Provinsi dan dilaksanakan oleh tim dengan
melibatkan unsur-unsur keahlian yang antara lain terdiri dari ahli
budidaya perkebunan, ahli kelembagaan dan sosial ekonomi,
ahli pemetaan dan kesesuaian lahan, ahli iklim dan hidrologi,
ahli GIS dan penginderaan jauh, ahli tata ruang pembangunan
wilayah dan pedesaan, ahli bidang perencanaan dan manajemen
strategis. Prinsip Pelaksanaan Kegiatan yaitu :
1. berbasis pada kinerja (orientasi outcome);
2. berkerangka jangka menengah;
3. keterpaduan top down policy dan bottom up planning;
4. didukung dengan masterplan yang didasari dengan analisis
teknokratik tentang situasi wilayah dan permasalahan;
5. keselarasan dengan tata ruang dan wilayah (RTRW);
6. berbasis pada data statistik dan spasial.

B. Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan


Masterplan pengembangan Kawasan Berbasis
Komoditas Perkebunan merupakan rancang bangun dan
instrumen perencanaan untuk menjabarkan arah kebijakan,
strategi, tujuan program dan sasaran kegiatan pengembangan
komoditas unggulan perkebunan nasional di tingkat provinsi.
Pendekatan pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan :
1. Keterpaduan sistem dan usaha yang bersifat holistik;
2. Keterpaduan vertikal hulu-hilir;
3. Keterpaduan horizontal secara lebih kuat (integrasi
komoditas ternak-tanaman-energi);
Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 16
Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
4. Memperhatikan segi skala luasan, agregat ekonomi wilayah,
lintas kawasan, serta skala regional (lintas kabupaten/kota,
provinsi).
5. Masterplan pengembangan kawasan berbasis komoditas
perkebunan harus memperhatikan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) baik tingkat nasional, provinsi maupun
kabupaten.

C. Organisasi Pelaksana
Organisasi pelaksana terdiri atas Tim Pembina/
Fasilitator Pusat dan Daerah. Di tingkat Pusat difasilitasi oleh
Direktorat Jenderal Perkebunan dan didukung Eselon I terkait.
Organisasi di tingkat Provinsi dan Kabupaten terdiri dari
Tim Pembina dan Tim Teknis yang keanggotaannya terdiri dari
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang bertanggung jawab
sebagai pembina dan pelaksana teknis penyusunan masterplan
pengembangan kawasan berbasis komoditas perkebunan yang
ada di lingkup wilayah masing-masing. Secara rinci organisasi
pelaksana dan tugasnya adalah sebagai berikut :
1. Tim Pembina / Fasilitator Pusat
Di tingkat Pusat difasilitasi oleh Direktorat Jenderal
Perkebunan dan didukung oleh Direktorat Jenderal Prasarana
dan Sarana Pertanian, Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Pertaian, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian serta Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal
Kementerian Pertanian.
Tugas Tim Pembina / Fasilitator Pusat
a) Menyusun Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan
Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Perkebunan

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 17


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
Tahun 2016, yang didalamnya memuat acuan outline
masterplan dan outline rencana aksi.
b) Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi.

2. Tim Pembina Provinsi


Tim Pembina Provinsi dipimpin oleh Sekretaris Daerah
Provinsi yang dapat menugaskan Kepala SKPD Provinsi yang
menangani fungsi perencanaan. Susunan perangkat
organisasi terdiri dari Pejabat Eselon II yang membidangi
perkebunan serta Pejabat Eselon II dari SKPD pendukung
yang ada di lingkup Pemerintah Daerah Provinsi yang
tupoksinya terkait erat dengan progam Pemerintah Daerah
dalam pengembangan kawasan perkebunan tersebut.
Tugas Tim Pembina Provinsi adalah :
a) Mengarahkan Tim Teknis Provinsi dalam merumuskan
kebijakan dan strategi operasional masterplan
pengembangan kawasan berbasis komoditas
perkebunan. Dalam hal ini melibatkan antara lain ahli
budidaya perkebunan, ahli kelembagaan dan sosial
ekonomi, ahli pemetaan dan kesesuaian lahan, ahli iklim
dan hidrologi, ahli GIS dan penginderaan jauh, ahli tata
ruang pembangunan wilayah dan pedesaan, ahli bidang
perencanaan dan manajemen strategis.
b) Melaporkan kinerja dan permasalahan yang dihadapi
dalam penyusunan masterplan pengembangan kawasan
berbasis komoditas perkebunan yang menjadi tanggung
jawab provinsinya kepada : (1) Menteri Pertanian
melalui Direktur Jenderal Perkebunan dan (2) Gubernur
sebagai Kepala Daerah dan Wakil Pemerintah Pusat di
Daerah.
Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 18
Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
3. Tim Teknis Provinsi
Tim Teknis Provinsi dipimpin oleh Kepala Dinas Provinsi yang
membidangi perkebunan. Susunan perangkat organisasi Tim
Teknis Provinsi terdiri dari Pejabat Eselon III yang
membidangi perkebunan serta Pejabat Eselon III dari SKPD
pendukung lingkup provinsi yang tupoksinya terkait erat
dengan program Pemerintah Daerah dalam pengembangan
kawasan perkebunan tingkat provinsi.
Tugas Tim Teknis Provinsi adalah sebagai berikut :
a) Mensosialisasikan Pedoman Penyusunan masterplan
pengembangan kawasan berbasis komoditas
perkebunan ke SKPD Kabupaten/Kota dan pemangku
kepentingan di tingkat provinsi.
b) Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi program
lintas sektoral dan lintas Kabupaten/Kota di tingkat
provinsi dalam penyusunan masterplan dan dalam
rangka mendukung penyusunan rencana aksi yang
disusun oleh Tim Teknis Kabupaten.
c) Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi program
lintas sektoral dan lintas Kabupaten/Kota di tingkat
provinsi dalam rangka memantau dan mengendalikan
pelaksanaan pengembangan kawasan yang telah
ditetapkan.
d) Melaporkan kinerja dan permasalahan yang dihadapi
dalam koordinasi penyusunan dan sosialisasi Pedoman
Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan
Berbasis Komoditas Perkebunan kepada Tim Pembina
Provinsi.

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 19


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
4. Tim Pembina Kabupaten/Kota
Tim Pembina Kabupaten/Kota dipimpin oleh Sekretaris
Daerah Kabupaten/Kota yang dapat menugaskan Kepala
SKPD Kabupaten/Kota yang menangani fungsi perencanaan.
Susunan perangkat organisasi terdiri dari Pejabat Eselon II
yang membidangi perkebunan serta Pejabat Eselon II dari
SKPD pendukung yang ada di lingkup Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota yang tupoksinya terkait erat dengan progam
Pemerintah Daerah dalam pengembangan kawasan
perkebunan tersebut.
Tugas Tim Pembina Kabupaten/Kota adalah :
a) Mengarahkan Tim Teknis Kabupaten/Kota dalam
merumuskan kebijakan dan strategi operasional
masterplan pengembangan kawasan berbasis komoditas
perkebunan yang ada di lingkup kabupaten/kota.
b) Melaporkan kinerja dan permasalahan yang dihadapi
dalam pengembangan kawasan perkebunan yang
menjadi tanggung jawab kabupaten/kota kepada: (1)
Gubernur sebagai Kepala Daerah dan Wakil Pemerintah
Pusat di daerah melalui Ketua Tim Pembina Provinsi dan
(2) Bupati/Walikota selaku Kepala Daerah.
5. Tim Teknis Kabupaten/Kota
dipimpin oleh Pejabat Eselon III dari unit kerja di SKPD
lingkup Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan.
Susunan perangkat organisasi Tim Teknis Provinsi terdiri dari
Pejabat Eselon III yang membidangi perkebunan serta
Pejabat Eselon III dari SKPD pendukung lingkup
Kabupaten/Kota yang tupoksinya terkait erat dengan
program Pemerintah Daerah dalam pengembangan kawasan
perkebunan tingkat Kabupaten/Kota.
Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 20
Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
Tugas Tim Teknis Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :
a) Mensosialisasikan Pedoman Penyusunan masterplan
pengembangan kawasan berbasis komoditas
perkebunan ke aparat teknis dan pemangku
kepentingan di tingkat kabupaten/kota.
b) Mengkoordinasikan penyusunan rencana aksi
pengembangan kawasan perkebunan dengan mengacu
pada masterplan yang diterbitkan oleh SKPD Provinsi.
c) Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi program
lintas sektoral dan lintas kecamatan dalam penyusunan
rencana aksi.
d) Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi program
lintas sektoral dan lintas kecamatan dalam rangka
memantau dan mengendalikan pelaksanaan
pengembangan kawasan yang telah ditetapkan.
e) Melaporkan kinerja dan permasalahan yang dihadapi
dalam sosialisasi Pedoman Teknis Penyusunan
Masterplan Pengembangan Kawasan berbasis
Komoditas Perkebunan dan koordinasi penyusunan
rencana aksi pengembangan kawasan perkebunan
kepada Tim Pembina Kabupaten/Kota dan kepada Tim
Teknis Provinsi.

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 21


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
IV. RUANG LINGKUP PELAKSANAAN KEGIATAN

Ruang lingkup kegiatan penyusunan masterplan


pengembangan kawasan berbasis komoditas perkebunan 2016
dimulai dari perencanaan, persiapan, pengadaan bahan,
rekruitmen tenaga ahli, koordinasi dan konsultasi, pengumpulan
data, Metode Penyusunan masterplan dan ekspose hasil
penyusunan masterplan pengembangan kawasan berbasis
komoditas perkebunan tahun 2016, evaluasi dan pelaporan
dalam kegiatan yang terkoordinasi, terintegrasi dan sinergis.

A. Pelaksana Kegiatan
1. Pusat
a. Tim Pembina/Fasilitator Pusat
2. Provinsi
b. Tim Pembina Provinsi
c. Tim Teknis Provinsi
3. Kabupaten
1. Tim Pembina Kabupaten
2. Tim Teknis Kabupaten

B. Waktu Pelaksanaan
Penyusunan masterplan pengembangan kawasan
berbasis komoditas perkebunan dilaksanakan pada Tahun
Anggaran 2016.

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 22


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
C. Tahapan Kegiatan
1. Perencanaan
Penetapan komoditas dan lokasi kawasan, ditetapkan oleh
Gubernur dengan mengacu kepada Keputusan Menteri
Pertanian yang mengatur tentang Penetapan Pengembangan
Kawasan Pertanian Nasional 2015-2019.
Perencanaan operasional dilaksanakan secara koordinatif
lintas sub sektor dan lintas sektor oleh Gubernur dengan
memperhatikan kesinambungan kegiatan Provinsi dan
Kabupaten/Kota serta mengupayakan sinergitas antar
kegiatan pembangunan dan didasarkan pada kondisi riil
wilayah dalam rangka menjamin keterkaitan dan
keharmonisan antar kegiatan sehingga dapat secara efektif
dan efisien mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan.
2. Persiapan
Persiapan meliputi penyusunan dan penetapan masing-
masing tim pelaksana kegiatan melalui Surat Keputusan.
Tim Pembina Provinsi dan Tim Teknis Provinsi merupakan
satu paket dan penetapannya oleh Gubernur.
Tim Pembina Kabupaten/Kota dan Tim Teknis
Kabupaten/Kota merupakan satu paket dan penetapannya
oleh Bupati/Walikota.
3. Pengadaan bahan
Pengadaan bahan dilaksanakan secara swakelola dan
setidaknya mencakup pengadaan peta dasar skala 1 : 25.000
atau skala 1 : 50.000 dan citra satelit, pencetakan peta

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 23


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
ukuran A2, dan pencetakan buku masterplan pengembangan
kawasan berbasis komoditas perkebunan.
4. Rekrutmen tenaga ahli
Tenaga ahli yang direkrut antara lain terdiri dari ahli
budidaya perkebunan, ahli kelembagaan dan sosial ekonomi,
ahli pemetaan dan kesesuaian lahan, ahli iklim dan hidrologi,
ahli GIS dan penginderaan jauh, ahli tata ruang
pembangunan wilayah dan pedesaan, ahli bidang
perencanaan dan manajemen strategis.
5. Koordinasi dan konsultasi
Koordinasi dan konsultasi dimaksudkan untuk
mensinergikan/mensinkronkan rencana makro
pembangunan perkebunan nasional dengan rencana
pembangunan di daerah serta menjaring berbagai isu
strategis spesifik lokasi masing-masing kawasan pada tingkat
kabupaten/kota sampai dengan tingkat kecamatan/desa.
6. Pengumpulan dan penyusunan data
Aktivitas ini dilaksanakan oleh tenaga ahli dikoordinir oleh
Tim Teknis Provinsi. Metode pengumpulan dan penyusunan
data dilakukan melalui survey lapangan atau metode ilmiah
lainnya. Pada tahapan ini dilakukan kegiatan mengumpulkan
dan mengolah berbagai data serta informasi menyangkut
kondisi lahan, letak geografis, situasi alam dan lingkungan
sosial serta sarana dan infrastruktur penunjang yang telah
ada. Data juga bisa digunakan untuk memprediksi berbagai
kemungkinan perubahan di masa datang.

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 24


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
7. Metode Penyusunan masterplan
Metode yang dapat digunakan sebagai instrumen dan alat
analisis dalam penyusunan masterplan antara lain : (1) expert
meeting untuk melakukan tinjauan kebijakan dan peraturan,
analisis berita media terkait isu strategis tentang komoditas,
(2) analisis SWOT untuk menganalisis potensi, peluang,
kendala dan masalah pengembangan komoditas di tiap
kawasan, (3) rencana aksi pengembangan kawasan berbasis
komoditas perkebunan, serta berbagai alat analisis lainnya.
Untuk keseragaman cakupan subtansi Masterplan dan
Rencana Aksi maka dokumen tersebut disusun sesuai outline
yang ditetapkan.
Outline penyusunan masterplan pengembangan kawasan
berbasis komoditas perkebunan sebagaimana pada
lampiran 1.
Outline Rencana Aksi pengembangan kawasan berbasis
komoditas perkebunan sebagaimana pada lampiran 2.
8. Ekspose hasil penyusunan masterplan
Merupakan kegiatan pertemuan sebagai forum untuk
finalisasi masterplan setelah dikoordinasikan, disosialisasikan
dan disempurnakan dengan berbagai masukan dari tim ahli
serta berbagai pemangku kepentingan pembangunan
perkebunan. Dilaksanakan secara swakelola oleh Tim
Pembina Provinsi melalui pertemuan/forum lainnya.

D. Lokasi, Jenis dan Volume


Lokasi, jenis, dan volume kegiatan pada Tahun 2016
disajikan pada Lampiran 3.

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 25


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
E. Simpul Kritis
Simpul kritis yang harus diantisipasi dalam penyusunan
masterplan pengembangan kawasan berbasis komoditas
perkebunan 2016, meliputi:
 Sumberdaya manusia di wilayah pengembangan kawasan
berbasis komoditas perkebunan sebagai pendukung
pelaksanaan kegiatan;
 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di wilayah
pengembangan kawasan berbasis komoditas perkebunan
sebagai pendukung pelaksanaan kegiatan;
 Kesesuaian sarana dan prasarana yang akan digunakan
dengan program/teknologi GIS/penginderaan jauh;
 Dukungan aksi dari pemerintah daerah dan instansi
terkait;

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 26


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
V. PEMANFAATAN

A. Penyampaian Masterplan
Masterplan pengembangan kawasan berbasis
komoditas perkebunan disusun oleh masing-masing Provinsi dan
Rencana Aksi disusun oleh masing-masing Kabupaten/Kota yang
terpilih hendaknya menjadi bahan/dokumen dalam penyusunan
dokumen perencanaan kawasan lintas sektor seperti dokumen
RTRW di provinsi dan Kabupaten/Kota melalui koordinasi
dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Dinas terkait,
dokumen RPJM malalui koordinasi dengan Bappenas, dokumen
Rencana Strategis Kementerian/Lembaga melalui koordinasi
dengan Bappenas dan Kementerian PAN-RB serta Rencana
Strategis Daerah melalui koordinasi dengan Bappeda ataupun
pihak swasta yang akan mengadopsi dokumen ini sebagai
business plan perusahaan.
Agar terlihat adanya sinergitas dukungan daerah dalam
pengembangan kawasan perkebunan ini diharapkan adanya
komitmen kepala daerah provinsi untuk mengesahkan dokumen
masterplan ini dalam bentuk Surat Keputusan ataupun
Peraturan Daerah Provinsi.

B. Pemanfaatan Dokumen
Dokumen masterplan Pengembangan Kawasan Berbasis
Komoditas Perkebunan digunakan oleh Pemerintah Pusat
maupun Pemerintah Daerah yaitu :
Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 27
Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
1. Pemerintah Pusat :
 Basis data spasial dalam penyusunan kegiatan;
 Sumber data informasi dalam menentukan kebijakan
pengembangan kawasan;
 Sebagai dokumen pengembangan kawasan dalam
menyusun kegiatan dan anggaran di daerah kawasan
secara multiyear.
2. Pemerintah Daerah :
 Sebagai dasar perencanaan daerah dalam mengusulkan
kegiatan dalam e-proposal;
 Sebagai rujukan daerah dalam menyusun dokumen
perencanaan daerah seperti Rencana Strategis Daerah;
 Mendukung data dan informasi terkait RTRW
Provinsi/Kabupaten/Kota.

C. Review dan Evaluasi Dokumen


Kinerja pengembangan kawasan sangat ditentukan oleh
keberhasilan manajemen pemerintahan dan pembangunan di
bidang perkebunan yang diukur dari tingkat produksi,
produktivitas dan pendapatan di skala unit pelaku usaha dan
skala kewilayahan.
Review dan Evaluasi untuk mengetahui sejauh mana
pelaksanaan masterplan dan rencana aksi sesuai dengan
perencanaan awal serta untuk merespon dinamika lingkungan
strategis sehingga dokumen masterplan senantiasa sesuai
dengan kondisi di lapangan. Review dilakukan secara terukur
dan periodik setiap enam bulan oleh Tim Pembina Kabupaten
dan Tim Pembina Provinsi untuk selanjutnya dilakukan evaluasi
dan hasilnya disampaikan kepada Direktur Jenderal Perkebunan.

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 28


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
VI. PEMBINAAN, PENGAWALAN, MONITORING,
EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Pembinaan
Pembinaan kegiatan dilaksanakan secara struktural
organisasi untuk kelancaran dan ketertiban pelaksanaan
program. Di tingkat Pusat dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Perkebunan yang didukung oleh Direktorat Jenderal Prasarana
dan Sarana Pertanian, Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Pertaian, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian serta Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal
Kementerian Pertanian. Di tingkat tingkat Provinsi dilakukan
oleh Tim Pembina dan Tim Teknis Provinsi, sedangkan di tingkat
Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Tim Pembina dan Tim teknis
Kabupaten/Kota.

B. Pengawalan dan Pendampingan


Pengawalan dan pendampingan di tingkat Provinsi
dilaksanakan secara koordinatif lintas sub sektor dan lintas
sektor oleh Gubernur dengan memperhatikan kesinambungan
kegiatan Provinsi dan Kabupaten/Kota serta mengupayakan
sinergitas antar kegiatan pembangunan.
Pengawalan dan pendampingan di tingkat
Kabupaten/Kota dilakukan secara koordinatif oleh
Bupati/Walikota dalam rangka menjamin keterkaitan dan
keharmonisan antar kegiatan sehingga dapat secara efektif dan
efisien mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 29


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
C. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengembangan
kawasan berbasis komoditas perkebunan dilakukan secara
reguler maupun insidentil dan berjenjang sesuai dengan
kewenangan lintas jenjang pemerintahan serta tugas pokok dan
fungsi instansi yang bertanggung jawab dalam pengendalian
program dan kegiatan.
Guna menjamin tercapainya kinerja pelaksanaan, maka
monitoring dilakukan mulai dari pra pelaksanaan, pelaksanaan
dan hasil pelaksanaan dengan berpatokan pada indikator kinerja
yang telah ditetapkan dalam Matrik Program Rencana Aksi. Di
sisi lain, guna menjamin obyektivitas hasil evaluasi, proses
evaluasi juga harus dilakukan secara partisipatif yang melibatkan
masyarakat sebagai pelaku penerima manfaat.
Prosedur dan mekanisme mengacu pada Pedoman
Pelaksanaan Monitoring Evaluasi Pembangunan Perkebunan
Tahun 2016. Diharapkan dari hasil monitoring dan evaluasi
dapat diperoleh umpan balik dalam penyusunan masterplan
untuk mendukung pengembangan kawasan berbasis komoditas
perkebunan tahun 2015-2019.

D. Pelaporan
Tim teknis bersama dengan Tim Pembina
Kabupaten/Kota membuat laporan fisik dan anggaran kegiatan
termasuk permasalahan/kendala yang dihadapi dan
menyampaikannya kepada tim teknis dan tim pembina provinsi
sebagai bahan pelaporan dan evaluasi. Selanjutnya laporan
tersebut disampaikan oleh tim pembina provinsi kepada
Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 30
Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
Direktur Jenderal Perkebunan dengan tembusan kepada
Direktur Jenderal terkait.
Pelaporan difokuskan pada aspek teknis kinerja
pengembangan sesuai masterplan dan rencana aksi di masing-
masing daerah. Adapun laporan administrasi keuangan dan aset
dilaksanakan masing-masing Satuan Kerja sesuai dengan azas
yang berlaku untuk masing-masing jenis pembiayaan
(APBN/APBD Provinsi/APBD Kabupaten/Kota) sebagaimana yang
diatur dalam SIMONEV, SAI (SIMAK-BMN) dan SAKIP.
Laporan teknis kinerja pengembangan kawasan
merupakan laporan yang bersifat substantif dan komprehensif
berbentuk laporan tinjauan hasil (tengah tahunan) dan laporan
tahunan.
Substansi pelaporan menyajikan hasil pemantauan dan
evaluasi pengembangan kawasan, mencakup : (1) jenis-jenis
kegiatan yang telah dilaksanakan; (2) hasil dari kegiatan berupa
output dan outcome sesuai indicator kinerja; (3) check list
kriteria keberhasilan baik aspek manajemen dan aspek teknis;
(4) capaian tahapan pengembangan kawasan (tahap inisiasi,
penumbuhan, pengembangan atau tahap pemantapan
kawasan); dan (5) permasalahan, solusi dan usulan tindak lanjut.

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 31


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
VII. PEMBIAYAAN

Kegiatan penyusunan masterplan pengembangan


kawasan berbasis komoditas perkebunan tahun 2016 dibiayai
dari dana APBN melalui DIPA Direktorat Jenderal Perkebunan
Tahun Anggaran 2016.

VI. PENUTUP

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan


Kawasan Berbasis Komoditas Perkebunan ini merupakan acuan
bagi pengelola kegiatan di daerah dan seluruh instansi terkait
dalam melakukan persiapan, pelaksanaan, pengendalian dan
pelaporan sehingga pengelolaan kegiatan dapat berjalan secara
lancar, efektif, efisien dan akuntabel.
Hal-hal lain yang belum ditentukan dalam pedoman teknis
ini sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku diatur lebih lanjut pada Juklak yang
disusun oleh Dinas Provinsi Yang membidangi Perkebunan dan
Juknis yang disusun oleh Dinas Kabupaten/Kota yang
membidangi Perkebunan, serta disampaikan kepada Direktorat
Jenderal Perkebunan.

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 32


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
Lampiran 1.
OUTLINE PENYUSUNAN

MASTERPLAN PENGEMBANGAN KAWASAN


BERBASIS KOMODITAS PERKEBUNAN TAHUN 2015

RINGKASAN EKSEKUTIF
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
(Berisi Pembahasan mengenai latar belakang, tujuan, output,
sasaran dan ruang lingkup pengkajian dan penyusunan
masterplan pengembangan kawasan berbasis komoditas
perkebunan unggulan yang akan dikembangkan)
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Hasil Yang Diharapkan
D. Sasaran
E. Ruang Lingkup
II. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PENGEMBANGAN
KAWASAN PERTANIAN
(pembahasan ini bertujuan untuk menyandingkan dan
menyamakan agenda program dan kegiatan pusat dan
daerah agar seiring dan sejalan. Bahwa pengembangan
kawasan merupakan pendekatan dalam penyampaian tujuan

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 33


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
dan sasaran pembangunan baik di tingkat pusat, provinsi
maupun kabupaten/kota sesuai komoditas dan calon lokasi
(ditetapkan oleh Menteri Pertanian), Rencana Stetegis
Kementan dan Rencana Stetegis Daerah).
Pokok Pembahasan diantaranya :
A. Komoditas dan Calon Lokasi
B. Visi Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten Kota
C. Misi Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten Kota
D. Tujuan Pengembangan Komoditas dan Kawasan
Perkebunan
E. Sasaran Pengembangan Komoditas dan Kawasan
Perkebunan
III. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
(Mengungkapkan pentingnya keberlanjutan pembangunan
perkebunan. Hasil-hasil pembangunan perkebunan pada
masa lalu di lokasi calon kawasan perlu digambarkan secara
detail sebagai garis kondisi awal sebagai modal dasar dan
untuk mengantarkan pembangunan periode berikutnya.
Selanjutnya diarahkan pada pembangunan periode
berikutnya adalah dengan pendekatan kawasan. Untuk itu
masterplan dibutuhkan dalam rangka perencanaan dan
implementasi pembangunan berkelanjutan. Landasan teori,
tinjauan pustaka dan kerangka pikir penyusunan masterplan
penting untuk mengantarkan perumusan metodologi).
A. Tinjauan Pustaka Pengembangan Komoditas Unggulan
Dan Kawasan Perkebunan
 Tinjauan pustaka mengenai kegiatan pengembangan
dan pembangunan komoditas unggulan perkebunan.

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 34


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
B. Tinjauan Pustaka Dan Hasil-Hasil KegiatanTerdahulu
 Tinjauan pustaka mengenai kegiatan pengembangan
dan pembangunan komoditas unggulan perkebunan
pada periode lalu dan hasil-hasil yang telah dicapai.
C. Tantangan Dan Permasalahan Pembangunan
Perkebunan (Spesifik Komoditas Dan Kawasan)
 Merupakan pembahasan untuk upaya menjawab
mengapa pengembangan komoditas harus dilakukan
pendekatan kawasan.
D. Landasan Teori Pengembangan Komoditas Unggulan dan
Kawasan Pertanian
 Pembahasan menjawab mengapa pengembangan
komoditas harus dilakukan pendekatan kawasan
secara teoritis dengan arahan pentingnya penyusunan
masterplan dan rencana aksi, pentahapan dalam
pencapaian tujuan dan sasaran; perencanaan
pembangunan komoditas unggulan dan kawasan
perkebunan dalam jangka menengah dan panjang.
E. Kerangka Pemikiran Pelaksanaan Studi
 Tinjauan pustaka mengenai masterplan dan rencana
aksi dalam pengembangan kawasan berbasis
komoditas unggulan perkebunan; dan metode-metode
analisis yang digunakan dan mengarahkan kerangka
pemikiran dari kajian penyusunan masterplan dan
rencana aksi.
F. Kerangka Pemikiran Penyusunan Masterplan, Dan
Rencana Aksi

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 35


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
IV. METODOLOGI
(Sesuai dengan tinjuan pustaka dan kerangka pikir serta
format kajian ilmiah terkait Pengembangan Kawasan
berbasis komoditas perkebunan yang sejalan dengan
kerangka pikir yang dibangun pada bagian sebelumnya).
A. Jenis data dan Sumbernya
B. Metode Pengumpulan, Pengolahan Dan Analisis Data
C. Metode Pendekatan Dan Pelaksanaan Studi
D. Metode Penyusunan Dan Rencana Aksi

V. POTENSI WILAYAH KOMODITAS UNGGULAN DAN


KAWASAN PERKEBUNAN
(Berisi pembahasan data dan informasi sedetail mungkin
mengenai potensi pengembangan komoditas unggulan dan
kawasan perkebunan pada provinsi yang dikaji dan kondisi
eksisting dan perkembangannya dari komoditas unggulan
yang terpilih rentang data deret waktu sekitar 10 tahun,
untuk yang dinamis, 5 tahun untuk yang kurang dinamis
dan 1 tahun terakhir atau satu titik yang statis. pada bagian
ini memiliki titik berat pembahasan dan penyampaian
informasi kondisi umum, potensi dan perkembangan, serta
kondisi eksisting wilayah provinsi, kabupaten kota dan
kondisi wilayah calon lokasi kawasan dan komoditas selama
10 tahun terakhir).
A. Aspek Kondisi Umum Wilayah
 Data dan informasi dari sisi letak geografis, batas
wilayah, cakupan administrasi pemerintahan, luas
wilayah menurut jenis tanah, dan lain-lain.

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 36


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
B. Aspek Agroekologis dan Lingkungan
 Data dan informasi potensi sumberdaya lahan (tata
guna lahan) dan agroklimat (suhu, iklim, angin, curah
hujan, penyinaran, dan lain-lain) dan wilayah-wilayah
yang telah ditetapkan sebagai kawasan peruntukkan
pertanian dalam RTRW (Buku RTRW Provinsi dan
Kabupaten /Kota).
C. Aspek Ekonomi dan Perekonomian
 Data dan informasi mengenai kontribusi sektor
pertanian, sub sektor perkebunan dan komoditas
unggulan dalam perekonomian wilayah,
perkembangan harga, perkembangan kredit, suku
bunga, pendapatan petani, analisis usaha tani, satuan
biaya dan kebutuhan investasi dan lain-lain.
D. Aspek Kependudukan dan Sosial Budaya
 Data dan informasi mengenai perkembangan jumlah
pendududuk, jumlah penduduk menurut lapangan
pekerjaan, jumlah penduduk miskin, dan rata-rata
penguasaan lahan perkebunan dan lain-lain.
E. Aspek Sarana dan Prasarana Penunjang
 Data dan informasi kondisi yang terdiri dari irigasi,
potensi pengairan, lahan, modal, benih, pupuk,
jaringan jalan, transportasi, ketersedian alsintan,
kapasitas terpasang dan riil pengolahan hasil, dan
sarana penunjang lainnya seperti diklat perguruan
tinggi, litbang, telekomunikasi dan informasi, pasar
komoditas.

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 37


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
F. Aspek Pengolahan, Perdagangan dan Konsumsi Hasil
Perkebunan
 Data dan informasi perkembangan produksi dan
penggunaanya untuk pemenuhan dalam wilayah,
pemasaran luar wilayah dan ekspor; bagaimana jalur
perdagangan, siapa pelakunya, besaran nilai tambah,
sebaran industri pengolahan dan industri pengolahan
potensial.
G. Aspek Kelembagaan
 Data dan informasi kelembagaan perkebunan dari sisi
lembaga pemerintahan (SKPD terkait perkebunan),
Kelompok Tani, Gapoktan, Perusahaan, Koperasi, dan
kemitraan usaha, jumlah penangkar, jumlah lembaga
distribusi dan pengadaan input, pemasar, asosiasi
komoditas dan lain-lain.
H. Aspek Sumber Daya Manusia
 Dalam rangka pengembangan kawasan Jumlah SDM
yang Menangani Pelayanan Perkebunan dan
kuantitas dan kualitasnya (Pegawai Perkebunan,
Penyuluh, Pendamping dan Lain-lain).
I. Aspek Teknis
 Data dan informasi mengenai mutu, standarisasi,
tingkat aplikasi teknologi saat ini, ketersediaan
lembaga penyedia teknologi, akses informasi dan
lain-lain.
J. Aspek Gangguan Produksi
 Data dan informasi mengenai hal-hal yang dapat
mengganggu produksi perkebunan selama ini seperti

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 38


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
bencana alam, resiko serangan OPT, banjir,
kekeringan dan lain-lain, termasuk kerawanan
konflik, gangguan kemanan, dan sengketa lahan.
K. Aspek Kebijakan
 Data dan informasi kebijakan dari pusat hingga
kabupaten/kota terkait agribisnis (Keputusan
Gubernur, Bupati, Peraturan Daerah Terkait
Pengembangan Kawasan) dan lain-lain.
L. Aspek Pertanian
 Data dan informasi Luas areal eksisting, TM, TBM,
TTR, Produksi dan Produkvitas dan Potensi
peningkatannya, serta posisi perkebunan diantara
sub sektor lainnya arahnya apakah kawasan
perkebunan saja atau harus dikembangkan dengan
agrowisata, dan lainnya.

VI. ANALISIS PERENCANAAN


(Bagian ini membahas mengenai format masterplan
pembangunan komoditas secara utuh. Format diarahkan
untuk dasar perhitungan rencana aksi dan perumusan RKA
K/L baik dalam bentuk jenis, volume, satuan, kebutuhan
angaran dari tahun ke tahun. Pada bagian ini perlu
dideliniasi pula indikator pencapaian target dan
kemungkinan pencapaian output, outcome dan impact yang
akan dicapai sesuai tujuan dan sasaran pembangunan yang
akan dicapai dan dilaksanakan).
A. Analisis Biofisik Sumberdaya Lahan
 Analisis Kesesuaian Lahan dan Agroklimat dan
Ketersediaan untuk pengembangan Kawasan dan
Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 39
Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
Perluasan Areal dari data aspek yang diungkapkan
pada bagian ke-lima harus dapat dirumuskan peta
hasil deliniasi kawasan secara lebih detail dalam skala
sesuai ketentuan. Analisis ini menghasilkan peta
detail kawasan dari kondisi eksisting dan rencana
pengembangan selanjutnya secara bertahap hingga
tahapan terakhir dilakukan.
B. Analisis Ekonomi dan Perekonomian
 Menganalisis potensi kawasan dalam meningkatan
produksi, nilai tambah, ekspor, pertumbuhan
ekonomi kawasan dan wilayah dalam periode
mendatang.
C. Analisis Sarana dan Prasarana Penunjang
 Ketersediaan dan Kebutuhan pengembangan serta
kebutuhan dukungan dari sektor non perkebunan.
Pada bagian ini disamping menganalisis antara
kebutuhan sarana dan prasarana penunjang untuk
mencapai standar dan kualitas yang dibutuhkan juga
mengungkapkan jenis dan volume yang dibutuhkan
di dalam dan diluar kawasan mendukung
pengembangan kawasan perkebunan
D. Analisis Kependudukan dan Sosial Budaya
 Analisis Kependudukan, Ketenaga Kerjaan dan Sosial
Budaya untuk meningkatkan Kualitas SDM dan
menghitung Kebutuhan Dukungan Tenaga Kerja dan
Kontribusi Kawasan Dalam Menyerap Tenaga Kerja
dan perencanaan pengembangan SDM pekebun,
kelompok tani, koperasi dan lain-lain. Analisis ini
akan menghasilkan jenis kegiatan pelatihan dan
Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 40
Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
satuan volume kegiatan dan indikator pencapaian
tujuan secara bertahap mengenai pengembangan
SDM petani.
E. Analisis Kelembagaan
 Menganalisis format pengembangan kelembagaan
usaha petani dan pelaku agribisnis dan kebutuhan
pengembangan dan pembinaannya dalam kerangka
pengembangan kawasan perkebunan. Analisis juga
mencakup Jenis kegiatan pelatihan dan satuan
volume kegiatan dan indikator pencapaian tujuan
secara bertahap mengenai peningkatan kapasitas
dan kapabilitas kelembagaan pekebunan dari sisi
kewirausahaan, manajemen, administrasi, keuangan
dan kemitraan dengan perusahaan, lembaga
keuangan dan lembaga ekonomi terkait lainnya.
Kelembagaan akan mencakup aspek agribisnis hulu
hingga hilir serta penunjangnya.
F. Analisis Sumber Daya Manusia
 menganalisis ketersediaan pendamping, penyuluh,
pengembang dan sebagainya dibanding
ketersediaannya saat ini. Disamping penting untuk
dibahas kebutuhan-kebutuhan keahlian dari
perekrutan penyiapan pendidikan dan keahlian dari
para petugas pengembang kawasan dan peningkatan
kapasitas yang dibutuhkan.
G. Analisis Teknis Perkebunan
 untuk implementasi sistem budidaya perkebunan
dengan cakupan wilayah pengembangan baru atau
lama. Analisis ini langsung dapat melahirkan
Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 41
Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
program-program rehabilitasi, peremajaan,
intensifikasi atau perluasan areal. Analisis juga
mencakup model kawasan yang diterapkan apakah
komoditas tunggal, integrasi dan atau keterkaitan
dan keterpaduan dengan pengembangan kawasan
lainnya.
H. Analisis Pengolahan, Perdagangan dan Konsumsi
Perdagangan Hail Perkebunan
 Menganalisis peningkatan kapasitas pengolahan hasil
dan peningkatan perdagangan antara wilayah dan
ekspor. Pada analisis ini penting untuk dianalisis
masuknya investasi perusahaan baik swasta maupun
BUMN atau BUMD untuk bermitra dengan
kelembagaan pekebun dalam hal penyediaan input,
penanganan panen dan pasca panen serta distribusi
dan pemasaran.
I. Analisis Kebijakan dan Pembiayaan
 Analisis kebutuhan dukungan peraturan dan
kebijakan baik pencabutan peraturan yang
menghambat, peraturan untuk mendukung dan
upaya untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif
bagi pengembangan kawasan perkebunan.
J. Analisis Pelaku dan Pemangku Kepentingan
(Keterkaitan antar Program dan Antar Sentra dan Antar
Kawasan atau Antar Klaster)
 Analisis apakah single atau terpadu dan terintegrasi
kawasan lain sehingga peran dari instansi lain harus
berpartisipasi. Serta yang lebih penting lagi
perumusan lembaga pengembang kawasan.
Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 42
Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
K. Analisis Model dan Desain Pengembangan Komoditas
Unggulan dan Kawasan Perkebunan
1. Pilihan dan Penetapan Model
2. Pilihan Komoditas dan Produk Akhir
3. Pengembangan Infrastruktur
4. Keterkaitan antar Program dan Antar Sentra dan
Antar Kawasan atau Antar Klaster
5. Penyediaan Sarana Produksi, Bahan Baku dan Bahan
Pedukung
6. Pengembangan Pasar dan Perdagangan
7. Pengembangan Kelembagaan dan SDM
8. Pengembangan Ilmu dan Teknologi
9. Pengembangan Pembiayaan
VII. RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KAWASAN
(Berisi ringkasan secara sistematis mengenai strategi
pengembangan kawasan, program-program pengembangan
dan rencana aksi pengembangan kawasan dari hasil
rumusan bagian ke-enam).
A. Strategi Pengembangan
B. Program Pengembangan
C. Rencana Aksi Pengembangan
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
(Berisi kesimpulan intisari dari masterplan dan saran serta
implikasinya sebagai tindak lanjut).
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Peta Kawasan
Dan lain-lain sesuai kebutuhan

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 43


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
Lampiran 2.

OUTLINE
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KAWASAN BERBASIS
KOMODITAS PERKEBUNAN

RINGKASAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar Rencana Aksi
B. Kerangka Dasar
C. Alur Penyusunan Rencana Aksi

II. MATRIKS PROGRAM RENCANA AKSI


A. Sasaran Program dan Kegiatan
B. Rencana Pelaksanaan Kegiatan
1. Lokasi (Kec/Desa)
2. Waktu
3. Satker Pelaksana
4. Rencana Pembiayaan
C. Indikator Ouput dan Outcome

III. MANAJEMEN PENGEMBANGAN KAWASAN


A. Implementasi/Operasionalisasi
B. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

LAMPIRAN
Matrik Program Rencana Aksi
Rekapitulasi Matrik Program Rencana Aksi

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 44


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
Lampiran 3.
DAFTAR PROVINSI PENYUSUN
MASTERPLAN PENGEMBANGAN KAWASAN
BERBASIS KOMODITAS PERKEBUNAN

NO PROVINSI
1. BENGKULU
2. JAMBI
3. SUMATERA BARAT
4. LAMPUNG
5. NUSA TENGGARA BARAT
6. KALIMANTAN TENGAH
7. SULAWESI SELATAN
8. MALUKU UTARA
9. PAPUA BARAT

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 45


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016
Lampiran 4.

CONTOH FORMAT MATRIK PROGRAM RENCANA AKSI

Tahun pelaksanaan :
Lokasi Kab/ Kota :
Komoditas :

Jenis Jadwal Satker Anggaran Indikator


Kec/
No Kegiatan Volume Pelaksanaan Pelaksana
Desa Kebutuhan Sumber Output Outcome

Hulu

Produksi

Hilir

Penunjang

Pedoman Teknis Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan 46


Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2016

Anda mungkin juga menyukai