Anda di halaman 1dari 189

Dokumen Action Plan

Pengembangan Kawasan Pertanian


Tanaman Pangan Dan Hortikultura
Kabupaten Pidie - Provinsi Aceh

Disusun
Oleh :

Tim Penyusun
Dinas Pertanian dan Pangan
Kabupaten Pidie

PEMERINTAH KABUPATEN PIDIE


Dinas Pertanian Dan Pangan
Kabupaten Pidie
Tahun - 2017
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemrintahan Kabupaten Pidie

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT dimana


penyusunan “Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Pidie” berhasil
diselesaikan dari kerjasama Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten
Pidie dan SKPD terkait dalam lingkup Pemerintah Kabupaten Pidie.

Master plan disusun berdasarkan kebijakan Permentan Nomor:


46/Kpts/PD.300/1/2015 tentang Penetapan Kawasan Pangan dan
Hortikultura Nasional. Adapun metode pengembangan master plan
disusun berdasarkan arahan dari Permentan Nomor
50/Permentan/OT.140/8/2012. Master plan diharapkan dapat
menjadi acuan bagi pembangunan pertanian berbasis kawasan di
Kabupaten Pidie.

Kepada semua pihak yang telah memberikan saran dan masukan


bagi kesempurnaan master plan ini, kami mengucapkan banyak terima
kasih.

Sigli, 14 Februari 2017

ttd

TIM PENYUSUN

i
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemrintahan Kabupaten Pidie

SAMBUTAN
KEPALA DINAS

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Rahmat dan
karuniaNya sehingga tersusunnya dokumen action plan pengembangan
kawasan pertanian tanamanan pangan dan hortikultura Pemerintah
Kabupaten Pidie. Sebagai Organisasi Publik (Pemerintah), visi yang
diemban adalah “terwujudnya masyarakat tani yang tangguh dan
mandiri untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di Kabupaten
Pidie”, kesejahteraan masyarakat melalui pemberian pelayanan yang
prima kepada masyarakat sebagi pemilik/pemangku kepentingan, baik
pelayanan yang bersifat langsung diberikan maupun pelayanan yang
dinikmati masyarakat secara tidak langsung.

Salah satu penunjang meningkatnya pelayanan kepada masyarakat


adalah melalui kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Untuk
membuat kebijakan yang baik harus ditopang dengan perencanaan
atau action plan yang didukung oleh data dan informasi berkualitas.
Tanpa adanyan perencanaan, data dan informasi, manusia tidak bisa
berperan banyak dalam lingkungannya.

Akhirnya kami sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang


setulus-tulusnya kepada semua pihak yang berpartisipasi aktif yang
tidak mampu kami sebutkan satu persatu sehingga tersesusunnya
dokumen Aktion Plan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Pidie
dengan sukses dan dalam kesempatan ini pula kami sangat menyadari
tentunya dokumen Aktion Plan yang telah tersusun ini belumlah
sempurna sepenuhnya, namun kami bertekad untuk tersu
mengembangkan dan menyempurnakan seiring waktu berjalan sesuai
dengan kebutuhan akan informasi dari publik yang tentunya
berkepentingan terhadap informasi yang berkaitan dengan tugas dan
fungsi kami. Semoga apa yang telah kami perbuat ini ada manfaatnya.

Sigli, 14 Februari 2017


Kepala Dinas Pertanian dan Pangan
Kabupaten Pidie

Ir. Syarkawi, M.Si


Pembina Utama Muda
NIP. 19601231 198603 1 080

ii
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemrintahan Kabupaten Pidie

SAMBUTAN
SEKRETARIS DINAS

Bismillahirrahmanirrahim...

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat-
Nya kita dapat menyelesaikan dokumen action plan pengembangan
kawasan pertanian tanamanan pangan dan hortikultura Pemerintah
Kabupaten Pidie. Dokumen action plan merupakan salah satu sarana
atau acuan yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong percepatan
pembangunan terutama di sektor pertanian tanaman pangan dan
hortikultura.

Dokumen action plan, sebagai salah satu produk perencaan, action


plan juga merupakan salah satu pedoman pemerintah daerah, dalam
hal ini Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Pidie, dalam
menjalankan program pembangunan pertanian.

Dokumen action plan Dinas Pertanian dan Pangan ini diharapkan


dapat dimanfaatkan dengan baik oleh semua stakeholders sehingga
mampu mendukung program pembangunan pertanian dan kehutanan
di Kabupaten Pidie. Tentu saja, dokumen action plan ini masih
memiliki banyak kekurangan dan belum memenuhi harapan semua
pihak, sehingga kritik dan saran sangat kami harapkan untuk
kesempurnaan dokumen action plan ini. Semoga dokumen action plan
ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Sigli, 14 Februari 2017


Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan
Kabupaten Pidie

Ir. Sofyan
Pembina
NIP. 19641231 199803 1 025

iii
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemrintahan Kabupaten Pidie

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
SAMBUTAN KEPALA DINAS ii
SAMBUTAN SEKRETARIS DINAS iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Konsep Dasar Rencana Aksi 1
1.2 Kerangka Dasar 2
1.3 Dasar Hukum 4
1.4 Pengertian 4
1.5 Ruang Lingkup 8

BAB 2 ARAH DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN


PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA 10
2.1 Isu Strategis Dalam Pengembangan Kawasan Pertanian 10
2.2 Arah dan Kebijakan 11

BAB 3 KERANGKA PIKIR 14

BAB 4 METODOLOGI PENGEMBANGAN KAWAN PERTANIAN 16


4.1 Jenis Data dan Sumbernya 16
4.2 Metode Pengolahan dan Analisis Data 16
4.3 Strategi Penyusunan Masterplan dan Roadmap
Pengembangan Kawasan Pertanian 19
4.4 Peta Kawasan 21

BAB 5 POTENSI KOMODITAS UNGGULAN DAN KAWASAN


PERTANIAN 22
5.1 Kondisi Umum Wilayah 22
5.2 Aspek Agroekologis dan Lingkungan 25
5.3 Aspek Gangguan Produksi 37
5.4 Aspek Kependudukan dan Sosial Budaya 44
5.5 Aspek Kelembagaan 51
5.6 Aspek Saranadan Prasarana Penunjang 52
5.7 Aspek Ekonomi dan Perekonomian 54
5.8 Aspek Konsumsi dan Perdagangan Hasil Pertanian 56
5.9 Aspek Teknis 67
5.10 Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) 100
5.11 Aspek Kebijakan 101

iv
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemrintahan Kabupaten Pidie

BAB 6 ANALISIS PERENCANAAN PENGEMBANGAN KOMODITAS


UNGGULAN DAN KAWASAN PERTANIAN 105
6.1 Analisis Biofisik Sumberdaya Lahan Untuk Pengembangan
Tanaman. 105
6.2 Analisis Kependudukan 115
6.3 Analisis Kelembagaan 116
6.4 Analisis Sarana dan Prasarana Penunjang 118
6.5 Analisis Ekonomi dan Perekonomian 118
6.6 Analisis Konsumsi dan perdagangan 123
6.7 Analisis Teknis 125
6.8 Analisis Aspek Sumber Daya Manusia 130
6.9 Analisis Kebijakan 132
6.10 Analisis Pemangku Kepentingan 135

BAB 7 STRATEGI PENGEMBANGAN 142


7.1 Strategi Pengembangan Kawasan Padi 142
7.2 Strategi Pengembangan KawasanJagung 146
7.3 Strategi Pengembangan KawasanKedelai 158
7.4 Strategi Pengembangan Kawasan Bawang 162
7.5 Strategi Pengembangan Kawasan Cabai 167

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN 176


8.1 Kesimpulan 176
8. 2 Saran
176

v
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemrintahan Kabupaten Pidie

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Kecamatan dan Gampong/Desa


di Kabupaten Pidie Tahun 2015 23
Tabel 2. Rata-rata curah hujan tahunan, bulan basah, bulan
kering dan hari hujan masing-masing stasiun
pengamatan data iklim di Kabupaten
(Tahun 2006 – 2015). 26
Tabel 3. Tipe iklim pada masing-masing lokasi studidi
Kabupaten Pidie (Sumber: Interpretasi Analisis,
2015). 27
Tabel 4. Data Luas Lahan Berdasarkan Penggunaannya 30
Tabel 5. Kawasan Strategis di Kabupaten Pidie
Menurut Sudut Kepentingan 34
Tabel 6. Tipologi kawasan dan persyaratan agroklimat
tanaman pangan dan hortikultura. 35
Tabel 7. Penduduk Kabupaten Pidie per Kecamatan
Tahun 2015 48
Tabel 8. Struktur Penduduk Kabupaten Pidie
(Per 31 Desember 2015) 49
Tabel 9. Perkembangan Kredit Perbankan menurut Sektor
Ekonomi tahun 2015. 51
Tabel 10. Jumlah Dana Valas Berdasarkan Kabupaten/Kota
pada Daerah Pengembangan Kawasan Pertanian
di Aceh. 51
Tabel 11. Jumlah Koperasi Menurut Kabupaten/Kota
Pengembangan Kawasan Pertanian, 2015. 51
Tabel 12. Jumlah Penyuluh Pertanian pada Wilayah
Pengembangan Pertanian di Aceh, 2015. 52
Tabel 13. Kondisi jalan Kabupaten Pada Wilayah
Pengembangan Pertanian di Aceh, 2015. 53
Tabel 14. Luas Panen Padi Sawah Berdasarkan Irigasi
Menurut Kabupaten/Kota, 2015 54
Tabel 15. Konsumsi Padi dan Beras di Aceh Tahun 2012-2015
(Sumber: Neraca Bahan Makanan Kabupaten Pidie). 57
Tabel 16. Konsumsi Jagung di Aceh Tahun 2012-2015
(Sumber: Neraca Bahan Makanan Kabupaten Pidie). 58
Tabel 17. Konsumsi Kedelai di Aceh Tahun 2012-2015
(Sumber:Neraca Bahan Makanan Kabupaten Pidie) 60
Tabel 18. Konsumsi Bawang Merah di Aceh Tahun 2012-2015
(Sumber: Neraca Bahan Makanan Kabupaten Pidie). 61
Tabel 19. Konsumsi Cabe Merah di Aceh Tahun 2012-2015
(Sumber: Neraca Bahan Makanan Kabupaten Pidie) 62
Tabel 20. Konsumsi Jeruk di Aceh Tahun 2012-2015
(Sumber: Neraca Bahan Makanan Kabupaten Pidie) 63

vi
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemrintahan Kabupaten Pidie

Tabel 21. Tabel Rata-rata Harga Pasar Tingkat Konsumen


Beberapa Komoditi Unggulan di Kabupaten Pidie
pada Tahun 2015 66
Tabel 22. Rata-rata Harga Pasar Tingkat Produsen Beberapa
Komoditi Unggulan di Kabupaten Pidie pada
Tahun 2015 66
Tabel 23. Realisasi Ketersediaan Benih Unggul Bersertifikat
Sampai Agustus 2015 (Sumber : Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten
Pidie, 2015). 69
Tabel 24. Dosis Pemupukan tanaman jagung 79
Tabel 25. Umur panen, hasil, dan sifat lain dari beberapa
varietas unggul kedelai. 82
Tabel 26. Jarak Tanam Kedelai pada berbagai keadaan
lingkungan 85
Tabel 27. Jenis, Dosis dan Jumlah (kali) Pemberian Pupuk
pada Tanaman Cabai Merah. 89
Tabel 28. Beberapa Varietas Hibrida, Negara Asal dan
Produksi/Batang Cabai Merah. 91
Tabel 29. Morfologi dan Sifat Fisika Tanah Pada Tiap SPL
pada Wilayah Studi di Kabupaten Pidie (Sumber:
Bappeda Kab. Pidie). 106
Tabel 30. Pengharkatan Hasil Analisis Sifat Kimia pada
Wilayah Studi di Kabupaten Pidie (Sumber: Bappeda
Aceh, 2014 dan hasil analisis 2015). 108
Tabel 31. Rencana Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan
dan Hortikultura di Kabupaten Pidie (2016 – 2020)
(Sumber: hasil interpretasi data, 2015). 111
Tabel 32. Hasil Klasifikasi Kesesuaian Lahan Aktual dan
Potensial Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa) di
Kabupaten Pidie (Sumber: Hasil analisis kesesuaian
lahan, 2015). 112
Tabel 33. Hasil Klasifikasi Kesesuaian Lahan Aktual dan
Potensial Tanaman Bawang di Kabupaten Pidie
(Sumber: Hasil analisis kesesuaian lahan, 2015). 113
Tabel 34. Hasil Klasifikasi Kesesuaian Lahan Aktual Dan
Potensial Tanaman Cabe (Capsicum annuum) di
Kabupaten Pidie (Sumber: Hasil analisis kesesuaian
lahan, 2015). 114
Tabel 35. Jenis Lembaga, Masalah dan Solusi 117
Tabel 36. Peningkatan Infrastruktur 118
Tabel 37. Ringkasan Matrik SWOT Aspek Ekonomi dan
Perekonomian (Sumber : Hasil Analisis) 120

vii
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemrintahan Kabupaten Pidie

Tabel 38. Ringkasan Matrik SWOT Aspek Konsumsi dan


Perdagangan (Sumber : Hasil Analisis) 123
Tabel 39. Potensi Pengembangan Mekanisasi dan Penanganan
Pasca Panen untuk Komoditas Tanaman Pangan
dan Holtikultura Kabupaten Pidie. 129
Tabel 40. Reorientasi Manajemen Pengembangan
Kawasan Pertanian 134
Tabel 41. Analisis pemangku kepentingan berdasarkan
perannya dalam pengembangan kawasan pertanian
dan hortikultura. 138
Tabel 42. Pemangku kepentingan dibagi menurut lokasi
keberadaannya. 139
Tabel 43. Analisis permasalahan dan kebutuhan dukungan
bagi pemangku kepentingan penerima manfaat. 140
Tabel 44. Luas tanam dan luas panen pada komoditas padi
(sawah dan non-sawah; sawah;non-sawah),serta
sawah irigasi menurut sentra pengembangan di
Kabupaten Pidie (Badan Pusat Statistik Kabupaten
Pidie dan Dinas pertanian Tanaman Pangan
Aceh 2014). 144
Tabel 45. Roadmap Program Pengembangan Kawasan Padi 145
Tabel 46. Roadmap Program Pengembangan Kawasan Jagung 154
Tabel 47. Luas tanam, Luas Panen, Produksi dan
Produktivitas Kedelai di kabupaten Pidie, 2015. 158
Tabel 48. Perbandingan Produktivitas Kedelai Aceh dan Nasional 158
Tabel 49. Roadmap Program Pengembangan Kawasan Kedelai 160
Tabel 50. Komoditas bawang merah berdasarkan produksi di
Provensi Aceh (Badan Pusat Statistik Kabupaten
Pidie dan Dinas Pertanian TanamanPangan
Aceh 2014). 164
Tabel 51. Roadmap Program Pengembangan Kawasan
Bawang Merah 165
Tabel 52. Komoditas cabai berdasarkan produksinya di
Kabupaten Pidie (Sumber: Badan Pusat Statistik
Kabupaten Pidie dan Dinas pertanian 172
Tanaman Pangan).
Tabel 53. Roadmap Program Pengembangan Kawasan Cabai 173

viii
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemrintahan Kabupaten Pidie

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka pikir masterplan pengembangan


kawasan Pertanian tanaman pangan dan
hortikultura Kabupaten Pidie 2016–2020 15

Gambar 2. Faktor Pendukung pengembangan kawasan


tanaman pangan dan hortikultura Kabupaten Pidie
2016 – 2020 15

Gambar 3. Skema alur penyusunan masterplan


pengembangan kawasan pertanian Kabupaten
Pidie 20

Gambar 4. Peta Administrasi Kabupaten Pidie 24

Gambar 5. Peta Kemiringan Lereng di Kabupaten Pidie 29

Gambar 6. Peta Penggunaan Lahan di Kabupaten Pidie 31

Gambar 7. Pengembangan komoditi unggulan dan aspek yang


mempengaruhinya 44

Gambar 8. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di


Kabupaten Pidie,Tahun 2010 – 2014 (Sumber: BPS
Kabupaten Pidie, 2015) 45

Gambar 9. PersentaseJumlah Penduduk Bekerja Berdasarkan


Lapangan Pekerjaan di Kabupaten Pidie, Tahun
2010 – 2014 (Sumber: BPS Kabupaten Pidie, 2015) 46

Gambar 10.Persentase Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten


Pidie, Tahun 2010 – 2014(Sumber: BPS Kabupaten
Pidie, 2015) 47

Gambar 11. Grafik Struktur Penduduk Kabupaten Pidie


Tahun 2015 50

Gambar 12. Peta Kepadatan Penduduk di Kabupaten Pidie,


Tahun 2015 50

Gambar 13. Proyeksi Indikator Kependudukan Kabupaten Pidie


Tahun 2016-2020 (Sumber: BPS Kabupaten Pidie
(data diolah), 2015) 116

ix
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemrintahan Kabupaten Pidie

Gambar 14. Wilayah pengembangan komoditas bawang merah


di Kabupaten Pidie (Sumber: Hasil Analisis GIS
Fakultas Pertanian 2015)
164
Gambar 15. Wilayah pengembangan komoditas cabai di
Propinsi Aceh (Sumber: Hasil Anilisis GIS Fakultas
Pertanian 2015) 173

x
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Konsep Dasar Rencana Aksi

Salah satu tantangan pembangunan pertanian adalah


pemenuhan kebutuhan pangan, penyediaan bahan baku industri dan
peningkatan ekspor komoditas pertanian strategis dan komoditas
unggulan nasional lainnya.Dalam rangka peningkatan produksi
pertanian komoditas strategis dan unggulan nasional tersebut,
pembangunan pertanian yang berskala ekonomi harus dilakukan
melalui perencanaan wilayah di bidang pertanian secara komprehensif
dan terpadu sejalan dengan tata kelola pemerintahan di era otonomi
daerah, sehingga diperlukan kebijakan pembangunan pertanian yang
sejalan dengan prinsip-prinsip pengembangan wilayah yang oleh
Kementerian Pertanian dilakukan melalui kebijakan dan pendekatan
pengembangan kawasan pertanian.

Pendekatan kawasan pertanian ini dimaksudkan untuk


mengutuhkan kegiatan usahatani mulai subsistem hulu, on farm dan
hilir. Pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan pertanian yang
berbasis kawasan dalam implementasinya harus fokus pada komoditas
unggulan nasional dan fokus pada lokasi pengembangan (tidak
terpencar) agar memenuhi skala ekonomi dalam penyediaan
infrastruktur dan distribusi input serta efisiensi pelayanan informasi
pasar dan teknologi. Disamping itu, dalam rangka penganekaragaman
produk pertanian, dimasing-masing daerah tetap dimungkinkan untuk
dikembangkan komoditas andalan provinsi maupun kabupaten.

Hal ini sejalan dengan salah satu misi RPJM Kabupaten Pidie
Tabun 2012-2017 yang menekankan pada mewujudkan percepatan

1
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur, dengan tujuan


meningkatkan kemandirian ekonomi kerakyatan dengan
memanfaatkan potensi wilayah secara optimal yang sasaran akhirnya
adalah meningkatnya ketahanan pangan dan optimalisasi sektor
unggulan daerah.

Melalui pendekatan ini diharapkan berbagai program dan


kegiatan pertanian dapat dipadukan menjadi suatu kesatuan yang
utuh, baik dari perspektif sistem maupun kewilayahan, sehingga dapat
mendorong tercapainya peningkatan daya saing komoditas, wilayah
serta kesejahteraan petani sebagai pelaku usahatani.

Konsep dan pendekatan pengembangan kawasan pertanian,


strategis dan kebijakan pendukungnya serta langkah-langkah
implementasinya sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pengembangan
Kawasan Pertanian. Garis-garis besar arahan manajemen dan teknis
dari Peraturan Menteri Pertanian tersebut untuk mendukung
penguatan perencanaan pengembangan kawasan pertanian nasional
ini, maka kabupaten diwajibkan untuk menyusun action plan (rencana
aksi) dengan berpegang pada masterplan yang disusun provinsi.

1.2 Kerangka Dasar

Penyusunan action plan ini adalah sebagai bahan kajian dan


mengungkapkan tentang potensi wilayah berdasarkan subsektor
tanaman pangan dan hortikultura. Penyusunan ini juga dimaksudkan
untuk memahami subsektor mana yang berkembang pesat dan
komoditas andalan yang potensinya perlu didorong untuk
dikembangkan lebih baik lagi. Sehingga perlu adanya suatu
pengakajian lebih lanjut mengenai strategi dalam pengembangan yang
tidak menyebabkan ketimpangan pendapatan masyarakat.

2
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Tujuan dari penyusunan action plan kawasan pertanian tanaman


pangan dan hortikultura adalah untuk mendukung kebijakan
Kementerian Pertanian dalam mengimplementasikan kebijakan
pengembangan kawasan berbasis komoditas strategis; mengarahkan
perencanaan kawasan selaras dengan kebijakan nasional;
menyediakan pedoman bagi para perencana dan pengambil keputusan
di provinsi, kabupaten dan pemangku kepentingan lainnya; serta
meningkatkan kinerja pengembangan kawasan komoditi strategis
pangan dan hortikultura secara terukur.

Sasaran yang hendak dicapai dari Penyusunan Action plan


Kawasan Pertanian Pangan dan Hortikultura adalah:
1. Menyediakan panduan bagi para perencana di pusat dan daerah
dalam merencanakan dan menetapkan sasaran dan lokasi kegiatan
untuk mendukung pencapaian target produksi/populasi dan
produktivitas pangan dan hortikultura,
2. Menyediakan acuan bagi para pengambil keputusan di pusat dan
daerah dalam menetapkan kebijakan yang terkait dengan
pengembangan komoditas pertanian strategis dan unggulan
nasional secara komprehensif dan terpadu mulai dari aspek hulu,
hilir maupun aspek penunjangnya dalam rangka mewujudkan
sinergitas dan pembangunan pertanian yang berbasis kawasan, dan
3. Mendorong sinergitas perumusan dan implementasi kebijakan
nasional dan daerah dalam pengembangan padi, jagung, kedelai,
cabai, bawang sesuai dengan kondisi agroekosistem setiap wilayah
guna mendukung tercapainya 4 target sukses Kementerian
Pertanian.

3
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

1.3 Dasar Hukum

Dasar hukum dari penyusunan action plan pengembangan


kawasan pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten
Pidie adalah sebagai berikut:
 Undang-Undang Nomor41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan,
 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah,
 Permentan RI Nomor : 19/permentan/HK.140/4/2015 tentang
Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019,
 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun
2005 – 2025,
 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2015 – 2019,
 Qanun Nomor 12 Tahun 2013 tentang RPJM Aceh 2012-2017,
 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39 Tahun 2010 Tentang
Pedoman Perizinan Usaha Budidaya Tanaman Pangan,
 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50/Permentan/OT.140/8/2012
 Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian,
 Renstra Pertanian Tanaman Pangan Aceh 2012-2017.

1.4 Pengertian

Dalam penyusunan masterplan kawasan pertanian tanaman


pangan dan hortikultura ini digunakan beberapa pengertian, yang
sebelumnya perlu didefinisikan untuk memperjelas pemahaman,
definisi-definisi pengertian dasar dalam penyusunan master plan ini
disajikan di bawah ini:
 Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) adalah peralatan yang
dioperasikan tanpa atau dengan motor penggerak untuk kegiatan

4
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

budidaya, pemeliharaan, panen, pasca panen,pengolahan hasil


tanaman pangan dan hortikultura.
 Bantuan Sosial adalah transfer uang atau barang yang memberikan
kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya
resiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada
anggota masyarakat dan/atau lembaga masyarakat melalui
Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK).
 Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk
memperbanyak dan atau memproduksi tanaman pangan dan
hortikultura.
 FATIH (Fasilitasi Terpadu Investasi Hortikultura) adalah suatu
jejaring kerja yang diwadahi dalam suatu wadah koordinasi melalui
faktor penentu keberhasilan investasi (kebijakan, prasarana, sarana,
modal dan teknologi, kelembagaan, SDM, sistem informasi dan lain-
lain) serta merupakan konsep yang digunakan untuk menciptakan
iklim usaha dibidang hortikultura yang kondusif sekaligus dapat
meningkatkan daya saing produk.
 GAP (Good Agriculture Practices) atau cara budidaya yang baik
dan benar adalah panduan umum dalam melaksanakan budidaya
tanaman buah secara benar dan tepat, sehingga diperoleh
produktivitas tinggi, mutu produk yang baik, keuntungan optimum,
ramah lingkungan dan memperhatikan aspek keamanan, kesehatan
dan kesejahteraan petani, serta usaha produksi yang berkelanjutan.
 Kawasan Agribisnis Hortikultura adalah suatu ruang geografis
yang didelinasi oleh batas imaginer ekosistem dan disatukan oleh
fasilitasi infrastruktur ekonomi yang sama sehingga membentuk
kawasan yang berisi berbagai kegiatan usaha berbasis hortikultura
mulai dari penyediaan sarana produksi, budidaya, penanganan dan
pengolahan pasca panen dan pemasaran serta berbagai kegiatan
pendukungnya.

5
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

 Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi


utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber
daya alam, sumber dayamanusia, dan sumber daya buatan.
 Kelembagaan Usaha adalah kelembagaan petani merupakan unsur
yang sangat penting untuk mendukung pengembangan usaha bisnis
guna merespon pasar dan persaingan, meningkatkan efisiensi
produksi, serta mengefektifkan pelayanan yang menunjang
pengembangan. Pengembangan kelembagaan di tingkat petani
diarahkan untuk membentuk kelompok tani, asosiasi produsen atau
koperasi usaha sehingga dapat meningkatkan posisi tawar.
 Kelompok Tani adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasar
kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial,
ekonomi dan sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan
mengembangkan usahanya.
 Konversi Lahan Konversi lahan dapat diartikan sebagai berubahnya
fungsi sebagian atau seluruh kawasan dari fungsinya semula seperti
direncanakan menjadi fungsi lain yang berdampak negatif terhadap
lingkungan dan potensi lahan itu sendiri atau Konversi lahan dapat
juga diartikan sbagai alih fungsi atau mutasi lahan secara umum
menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumberdaya lahan
dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya.
 Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah organisme yang
dapat merusak, mengganggu dan menyebabkan kehilangan dan
kerusakan pada tanaman yang dibudidayakan.
 Peningkatan Konsumsi dan Akselerasi Ekspor adalah
pengembangan hortikultura dengan berbagai upaya peningkatan
produksi dan mutu diikuti oleh upaya peningkatan konsumsi yang
merupakan satu kesatuan dengan aspek produksi dan distribusi
(produksi tidak dapat menaikan tanpa peningkatan konsumsi).
 Penyuluh Pertanian adalah perorangan yang melakukan kegiatan
penyuluhan pertanian. Penyuluh Pertanian PNS adalah pegawai
negri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak

6
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi


lingkup pertanian untuk melakukan kegiatan penyuluhan
pertanian.
 Pestisida adalah zat atau senyawa kimia, zat pengatur tumbuh dan
perangsang tumbuh, serta organisme renik atau virus yang
digunakan untuk melakukan perlindungan tanaman.
 Pestisida Nabati adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya
berasal dari tumbuhan.
 PHT (Pengendalian Hama Terpadu) adalah sistem pengendalian
organisme pengganggu tumbuhan dengan menerapkan berbagai
macam cara pengendalian yang kompatibel (termasuk biologi,
genetik, mekanis, fisik, kimia dan peraturan) dengan cara
seharmonis mungkin, guna mempertahankan populasi hama berada
dalam suatu tingkat dibawah tingkat yang merugikan secara
ekonomi.
 PIP (Petugas Informasi Pasar) adalah petugas yang melaksanakan
kegiatan pelayanan di bidang informasi, baik pada tingkat sentra
produksi maupun pada tingkat sentra pasar, khususnya harga
komoditas tanaman pangan dan hortikultura setiap hari.
 PUAP (Program Usaha Agribisnis Pedesaan) merupakan terobosan
Departemen Pertanian dan bagian dari PNPM-N, melalui lembaga
ekonomi petani di perdesaan berupa fasilitas permodalan serta
pendayagunaan kepada Gapoktan, dengan aktivitas ekonomi yang
akan dilakukan direncanakan sendiri oleh Gapoktan sesuai dengan
potensi ekonomi dan kondisi wilayah setempat.
 Sentra Produksi atau Sentra Komoditas adalah suatu kawasan
yang mencapai skala usaha ekonomi tertentu sehingga layak
dikembangkan sebagai satuan pengembangan agribisnis.
 Sertifikasi Buah adalah penilaian atau apresiasi yang diberikan
kepada petani atau pemilik kebun atas penilaian terhadap usaha
tani yang dilakukan. Hasil apresiasi atau penilaian terhadap objek

7
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

tanaman dikelompokkan menjadi produk Prima Satu (P-1), Prima


Dua (P-2), dan Prima Tiga (P-3).
 Tanaman Biofarmaka adalah tanaman yang dibudidayakan secara
intensif dan dapat dimanfaatkan atau digunakan sebagai tanaman
obat, baik manusia maupun untuk pengendalian hama dan
penyakit pada tanaman.
 Tanaman Buah adalah tanaman budidaya yang terdiri dari tanaman
buah pohon, tanamanbuah merambat dan semusim, tanaman buah
terna dan tanaman buah perdu.
 Tanaman sayuran adalah tanaman budidaya yang terdiri dari
tanaman sayuran daun,tanaman sayuran buah, dan tanaman
sayuran umbi.
 UPJA (Unit Pelayanan Jasa Alsintan) adalah suatu lembaga
ekonomi pedesaan yang bergerak dibidang pelayanan jasa dalam
rangka optimalisasi penggunaan alat dan mesin pertanian untuk
mendapatkan keuntungan usaha baik di dalam maupun diluar
kelompok tani atau gapoktan.
 Varietas adalah bagian dari satu jenis tanaman yang ditandai oleh
bentuk tanaman, pertumbuhan, daun, bunga, biji, dan sifat-sifat
lain yang dapat dibedakan dalam jenis yang sama.
 Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya
ditentukan berdasarkan aspek administratif atau aspek fungsional.

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup kajian adalah komoditi strategis tanaman pangan


dan hortikultura yang terdiri dari: padi, jagung, kedelai, cabai, bawang
merah, Kacang tanah, Kacang Hijau, Pisang Barangan, Duku, Durian
dan manggis di Kabupaten Pidie. Kajian dilakukan mengikuti Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 50/Permentan/OT.140/8/2012 tentang
Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian. Ruang lingkup komponen

8
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

isi dari master plan pengembangan kawasan pertanian pangan dan


hortikultura adalah: 1) isu-isu strategis, 2) skenario arah kebijakan, 3)
strategi pengembangan, dan 4) tujuan dan sasaran pengembangan
jangka menengah (5 tahun).

9
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

BAB 2
ARAH DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN
PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

2.1 Isu Strategis Dalam Pengembangan Kawasan Pertanian

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten


Pidie tahun 2012 –2017 menempatkan sektor pertanian sebagai
prioritas dalam meningkatkan ketahanan pangan dan nilai tambah
hasil produksi pertanian. Untuk itu, sektor pertanian merupakan
penggerak bagi pengembangan sektor lainnya seperti perdagangan dan
industri pengolahan. Kontribusi Kabupaten Pidie untuk penyediaan
pangan nasional ditarget menjadi 5%–10% pada tahun 2017.
Kecukupan produksi komoditas strategis seperti padi, jagung, kedelai,
Pisang, cabai dan bawang merah, Kacang tanah, Kacang Hijau, Duku,
Durian dan manggis merupakan agenda utama bagi peningkatan
ketahanan pangan nasional yang selama ini masih tergantung pada
impor.

Pasar tunggal ASEAN yang tergabung dalam Asean Economic


Community (AEC) akan berlaku efektif pada 31 Desember 2015.
Dengan berlakunya AEC maka pergerakan barang, jasa, investasi,
tenaga terampil, modal termasuk di dalamnya produk pertanian akan
bebas diperdagangkan di dalam kawasan Asean. Untuk itu pertanian
harus diperkuat agar tetap menjadi basis penghidupan rakyat dan
tidak tergilas oleh produk negara Asean yang lebih murah. Oleh karena
itu, kualitas dan kuantitas produk pertanian harus ditingkatkan secara
efisien dan berdaya saing tinggi.

Sektor pertanian masih merupakan penyumbang terbesar bagi


ketersediaan lapangan kerja nasional. Sementara tingkat kemiskinan di

10
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Aceh khususnya Kabupaten Pidie masih diatas rata-rata nasional dan


ironisnya merupakan fenomena pedesaan yang merupakan basis
pertanian. Pemerintah Kabupaten Pidie memiliki target untuk
menurunkan angka kemiskinan pada tahun 2017 menjadi 19,50%.
Oleh karena itu, sektor pertanian diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan petani. Produktivitas padi (5,6 ton/ha)
sudah lebih tinggi dari rata-rata nasional yaitu padi (4,90 ton/ha) dan
jagung (4,0 ton/ha) rmasih di bawah ata-rata nasional dan jagung (4,20
ton/ha) kemudian untuk kedelai Aceh (1,7 ton/ha) sudah lebih tinggi
dari nasional (1,30 ton/ha), begitu juga dengan beberapa komoditi
tanaman hurtikultura yang sudah mulai meningkat hasil produksinya.

2.2 Arah dan Kebijakan

Arah dan kebijakan pengembangan kawasan tanaman pangan


hortikultura Aceh sesuai dengan Renstra Kementrian Pertanian 2015–
2019 serta dinamika perubahannya yang difokuskan pada
kesejahteraan rakyat dalam aspek ekonomi dan pangan. Strategi
pembangunan pertanian nasional 2015 – 2019 menjadikan basis
produksi komoditas pangan, komoditas ekspor, penyedia bahan baku
bio-industri dan bio-energi dengan pedekatan kawasan. Strategi
pembangunan pertanian mengarah kepada: 1) revitalisasi lahan; 2)
revitalisasi perbenihan dan perbibitan; 3) revitalisasi infrastruktur dan
sarana; 4) revitalisasi sumber daya manusia; 5) revitalisasi pembiayaan
petani; 6) revitalisasi kelembagaan petani; dan 7) revitalisasi teknologi
dan industri hilir.

Adapun visi pembangunan Kabupaten Pidie tahun 2012 – 2017


adalah “Terwujudnya Masyarakat Pidie Yang Islami, Sehat, Cerdas,
Makmur, Damai dan Bermartabat”. Pidie Sejahtera mengandung
pengertian diantaranya terwujudnya kesejahteraan masyarakat Pidie
melalui pembangunan ekonomi berazaskan pada potensi unggulan

11
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

lokal dan berdaya saing. Diantara misi pembangunan Pidie adalah


memperkuat struktur ekonomi dan meningkatkan kualitas sumber
daya manusia (SDM) dengan mengembangkan kerangka ekonomi
kerakyatan melalui peningkatan potensi sektor unggulan daerah dalam
upaya membangun kualitas hidup masyarakat secara optimal,
menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran dengan
pembangunan ekonomi yang difokuskan kepada sektor pertanian yang
berbasis potensi lokal masing-masing wilayah.
Demikian juga, misi mewujudkan peningkatan nilai tambah
produksi masyarakat dan optimalisasi pemanfaatan SDA yang mampu
memanfaatkan potensi SDA yang berdaya guna dan berhasil guna
secara optimal dengan mendorong masyarakat yang lebih produktif,
kreatif dan inovatif.

Sasaran pembangunan Kabupaten Pidie diantaranya:


 meningkatkan pertumbuhan ekonomi non migas dari 5,89 %
menjadi 7,38 %,
 meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat non migas dari
6,7 juta menjadi 8,5 juta rupiah,
 meningkatkan sentra-sentra agribisnis dalam penyediaan produk-
produk pertanian yang cukup, bermutu dan aman konsumsi,
 meningkatkan pengembangan sektor pertanian berbasis komoditi
unggulan sesuai dengan sumberdaya alam dan agro-ekosistem
wilayah,
 meningkatkan ketahanan dan kemandirian pangan Aceh,
 meningkatkan produktivitas dan nilai tambah pertanian,
perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan,
 menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi (growth pole and growth
center) sebagai daya saing wilayah,
 meningkatkan produk unggulan lokal yang kreatif, inovatif, serta
memiliki kekhasan.

12
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Adapun visi Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pidie


adalah “Terwujudnya Masyarakat Tani Yang Tangguh Dan Mandiri
Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat Di Kabupaten Pidie”
dengan misi:
 meningkatkan produksi, produktivitas dan nilai tambah,
 meningkatkan kapasitas SDM petani dan Aparatur Petugas
Pendamping,
 meningkatkan kemitraan usahatani antara swasta dan petani,
 meningkatkan aksebilitas modal dan pasar,
 melakukan reformasi birokrasi bidang pembangunan pertanian
tanaman pangan.

13
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

BAB 3
KERANGKA PIKIR

Kerangka dasar penyusunan masterplan pengembangan kawasan


pertanian tanaman pangan dan hortikultura dimulai dari analisis
kondisi saat ini. Analisis kondisi saat ini diantaranya meliputi
ketersediaan sumberdaya lahan dan kesesuaiannya dengan
karakteristik lahan dan RTRW, ketersediaan SDM, infrastruktur,
sarana dan prasarana pertanian, capaian pembangunan dan kendala
serta analisis kebijakan baik pemerintah daerah maupun pusat.

Berangkat dari kondisi saat ini, arah kebijakan pemerintah


daerah dan pusat serta isu-isu strategis daerah, nasional maupun
global akan menjadi acuan dalam penetapan target pengembangan
kawasan pada lima tahun kedepan. Analisis dilengkapi dengan analisis
risiko dan potensi hambatan dan ancaman dalam pelaksanaan rencana
pengembangan kawasan pertanian. Secara singkat, kerangka pikir
pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan dan hortikultura
Kabupaten Pidie dapat dilihat pada Gambar 1.

Pola pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan dan


hortikultura Aceh dilakukan untuk pengembangan kawasan yang
sudah ada. Pola ini bertujuan untuk memperluas skala produksi, serta
melengkapi/memperkuat simpul-simpul agribisnis yang belum
berfungsi optimal yang didukung oleh beberapa faktor sebagaimana
terlihat pada Gambar 2.

14
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Gambar 1. Kerangka pikir masterplan pengembangan kawasan Pertanian


tanaman pangan dan hortikultura Kabupaten Pidie 2016–
2020

Gambar 2. Faktor Pendukung pengembangan kawasan tanaman


pangan dan hortikultura Kabupaten Pidie 2016 – 2020

15
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

BAB 4
METODOLOGI PENGEMBANGAN KAWAN PERTANIAN

4.1 Jenis Data dan Sumbernya

Data sekunder diperoleh dari data BPS, Dinas Pertanian dan


Peternakan kabupaten Pidie, Bappeda Kabupaten Pidie dan Badan
Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan dan instansi terkait
lainnya.

Data primer diperoleh dari survey lapangan, adapun tujuan survey


lapangan adalah untuk memahami kondisi riil kawasan serta
meramalkan kecenderungan perkembangannya pada masa mendatang.
Lokasi survey lapangan dilakukan pada daerah sentra produksi padi,
jagung, kedelai, bawang merah dan pisang dengan metode sampling
dalam wilayah Kabupaten Pidie.

4.2 Metode Pengolahan dan Analisis Data

4.2.1 Analisis Kesesuaian Lahan

Data morfologi lahan dan tanah maupun data sifat fisika dan
kimia tanah, ditabulasi sesuai kebutuhan dan format kriteria
kesesuaian lahan masing-masing komoditas yang telah disusun oleh
Departemen Pertanian (2005). Data tersebut disesuaikan (matching)
dengan kriteria kesesuaian lahan untuk masing-masing komoditas
unggulan terpilih. Selanjutnya kelas kesesuaian lahan aktual tersebut
direkomendasikan/diperbaiki dengan memberikan berupa input atau
masukan yang diperlukan sehingga menghasilkan kelas kesesuaian
lahan potensial. Analisis data dilakukan dengan tujuan untuk menilai
tingkat kesesuaian lahan komoditas pertanian tanaman pangan dan

16
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

hortikultura. Untuk mencapai data yang maksimal dalam


menyesuaikan kelas lahan dengan tanaman di lokasi penelitian maka
data tersebut harus dianalisis terlebih dahulu dengan menggunakan
sistem klasifikasi kesesuaian lahan berpedoman pada klasifikasi yang
dikeluarkan oleh Deptan (2005), dari hasil ini akan diketahui tingkat
kesesuaian lahan untuk penataan kawasan pertanian tanaman pangan
dan hortikultura di Kabupaten Pidie.

Analisis kesesuaian lahan dilakukan dalam keadaan aktual


berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang sudah dilakukan oleh
instansi terkait seperti Bappeda. Penilaian dengan komoditi unggulan
kawasan dilakukan dengan cara mencocokkan antara karakteristik
lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman. Karakteristik lahan yang
dinilai adalah temperatur, ketersediaan air, media perakaran, retensi
hara, bahaya sulfidik, bahaya erosi dan bahaya banjir. Hasil evaluasi
menghasilkan 4 kelas kesesuaian lahan yaitu sangat sesuai (S1), cukup
sesuai (S2), sesuai marginal (S3), dan tidak sesuai (N).

Penilaian kesesuaian lahan mengacu kepada kriteria kesesuaian


lahan untuk Komoditas Pertanian yang disusun oleh Djaenudin et al.
tahun 1994 dan 2003. Hasil penilaian kesesuaian lahan disajikan
dalam bentuk peta kesesuaian lahan yang menyajikan distribusi, luas
dan kendala pengembangan suatu komoditas pertanian di kawasan
pertanian tanaman pangan dan hortikultura Aceh.

4.2.2 Analisis Tata Ruang

Tata ruang dilakukan melalui membandingkan peta kawasan


pertanian yang sudah ada dengan RTRW Kabupaten Pidie dengan cara
melakukan tumpang tindih (overlay) antara peta kawasan pertanian,
peta kawasan hutan dan konservasi, peta penggunaan lahan, peta
lereng dan peta jenis tanah. Hasil analisis tata ruang digunakan untuk

17
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

menganalisa ketersediaan ruang untuk pengembangan komoditas


andalan yang sesuai dengan ketentuan peruntukan ruang dalam
RTRW. Analisis tata ruang juga melibatkan kegiatan telaah dokumen
yang mencakup beberapa aspek kebijakan tata ruang wilayah, antara
lain, sebagai berikut:
1. Rencana struktur tata ruang wilayah, yang memuat informasi
sistem pusat-pusat pemukiman dan sistem prasarana wilayah,
2. Rencana pemanfaatan ruang terkait dengan keberadaan kawasan
lindung dan budidaya,
3. Rencana pengembangan kawasan strategis.

4.2.3 Analisis Budidaya Pertanian

Analisis budidaya pertanian dilakukan dengan mengkaji pola


tanam, agroklimatologi, sistem dan metode budidaya pertanian,
ketersediaan benih dan bibit, ketersediaan air dan hal-hal yang
mengganggu produksi pada kondisi saat ini dengan tujuan untuk
melihat kemungkinan untuk meningkatkan produktivitas komoditi
unggulan.

4.2.4 Analisis Kelembagaan dan Sosial Ekonomi

Analisis kelembagaan dan sosial ekonomi dilakukan untuk


melihat perkembangan ekonomi Aceh dan dibandingkan dengan
perkembangan ekonomi regional, pendapatan per kapita dan ekonomi
kerakyatan. Dilihat pula peran lembaga-lembaga yang terkait dalam
perkembangan usaha tani komoditi unggulan, misalnya lembaga
keuangan, koperasi, organisasi petani dan pedagang serta kelompok
tani.Analisis Infrastruktur, Sarana dan Prasarana Penunjang

Analisis ini mengkaji bagaimana kondisi infrastruktur, sarana


dan prasarana penunjang saat ini dan daya dukungnya untuk

18
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

mencapai visi dan misi kawasan pertanian tanaman pangan dan


hortikultura Aceh.

4.2.5 Analisis Rantai Pasok dan Rantai Nilai

Analisis rantai pasok mengkaji efisensi dan efektivitas pasokan


agroinput untuk dapat diakses oleh petani di kawasan serta bagaimana
aliran produk agar dapat mencapai konsumen akhir. Bagaimana peran
stakeholder dalam menjaga aliran rantai pasok. Sementara analisis
rantai nilai mengkaji proses pertambahan nilai dari petani produsen
hingga industri pengolahan yang ada di sekitar kawasan. Hal ini
penting dikaji untuk menjamin aliran pasokan dari produsen ke
konsumen dan memaksimum nilai tambah yang dapat diperoleh
daerah melalui industri pengolahan.

4.3 Strategi Penyusunan Masterplan dan Roadmap Pengembangan


Kawasan Pertanian

Penyusunan masterplan dan roadmap pengembangan kawasan


pertanian mengikuti alur proses seperti disajikan pada
Gambar3Penyusunan masterplan dan roadmap pengembangan
kawasan pertanian tanaman pangan dan hortikultura Aceh dilakukan
secara partisipatif melalui Forum Group Discussion (FGD). FGD
melibatkan Pihak terkait di tingkat Kecamatan dan SKPD Rumpun Tani
tingkat Kabupaten, perguruan tinggi, unsur pengusaha dan petani.
Pada saat FGD dilakukan identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman berdasarkan data hasil analisis dan pengalaman empiris
dari setiap unsur yang terlibat dalam FGD.

Hasil identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman


dipetakan ke dalam analisis SWOT. Roadmap dan strategi

19
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan dan hortikultura


Kabupaten Pidie diturunkan dari analisis SWOT dalam upaya
memanfaatkan kekuatan dan kesempatan guna mengatasi kelemahan
dan ancaman.

Gambar3. Skema alur penyusunan masterplan pengembangan


kawasan pertanian Kabupaten Pidie

20
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

4.4 Peta Kawasan

Pembuatan peta penyusunan master plan pengembangan


kawasan tanaman pangan dan holtikultura Kabupaten Pidie
mengunakan sumber data sebagai berikut:
1. Peta Rupa Bumi Indonesia, Indeks Peta Sumatera, 2013.
2. Analisis kesesuaian lahan mengunakan data analisis Bappeda
Kabupaten Pidie berupa satuan peta lahan, 2015.
3. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 50/Permentan/ CT.140/
8/2012/ tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian.
4. Pedonam Teknis Penyusunan Action Plan Kawasan Pertanian
Tahun 2016.
5. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pidie 2014-2034.
6. Atlas Peta Potensi Pengembangan Kawasan Pertanian Padi,
Jagung, Kedelai, dan Ubi kayu Kabupaten Pidie,
KementerianPertanian 2015.
7. Hasil Focus Group Discussion (FGD) bersama Dinas Pertanian dan
Peternakan, Pihak terkait di tingkat kecamatan dan SKPD
rumpun Tani Tahun 2016.

21
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

BAB 5
POTENSI KOMODITAS UNGGULAN DAN
KAWASAN PERTANIAN

5.1 Kondisi Umum Wilayah

Kabupaten Pidie terletak pada 4,30 - 4,6 LU dan 95,75 - 96,20 BT.
Kabupaten ini merupakan salah satu kabupaten dalam daerah
Kabupaten Pidie yang mempunyai luas wilayah 3.086,90 km2, yang
terbagi dalam 23 kecamatan, 715 gampong, 20 kelurahan dan 94
mukim, dengan ibukota kabupaten adalah Sigli yang terletak lebih
kurang 112 km sebelah timur ibukota Kabupaten Pidie.

Kabupaten Pidie memiliki batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Timur dengan Kabupaten Pidie Jaya;


- Sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Besar;
- Sebelah Utara dengan Selat Malaka;
- Sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Barat dan Aceh Jaya.

Jumlah kecamatan di Kabupaten Pidie sebanyak 23 kecamatan,


sedangkan jumlah gampong/desa secara keseluruhan terdiri atas 735
gampong/desa. Kecamatan yang memiliki gampong/desa terbanyak
adalah Kecamatan Pidie dan Padang Tiji, sedangkan Kecamatan yang
memiliki gampong/desa paling sedikit adalah Kecamatan Gempang.
Hal ini tercamtum pada tabel 5.1 di bawah ini.

22
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Tabel 1. Jumlah Kecamatan dan Gampong/Desa


di Kabupaten Pidie Tahun 2015

Jumlah
No Nama Kecamatan
Gampong/Desa
1 2 3
1 Geumpang 6
2 Mane 8
3 Glumpang Tiga 34
4 Glumpang Baro 21
5 Mutiara 29
6 Mutiara Timur 48
7 Tiro/Truseb 19
8 Tangse 28
9 Keumala 18
10 Titeue 13
11 Sakti 49
12 Mila 20
13 Padang Tiji 64
14 Delima 44
15 Grong-grong 15
16 Indrajaya 49
17 Peukan Baro 48
18 Kembang Tanjung 45
19 Simpang Tiga 52
20 Kota Sigli 15
21 Pidie 64
22 Batee 28
23 Muara Tiga 18
Jumlah 735

23
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemrintahan Kabupaten Pidie

Gambar 4. Peta Administrasi Kabupaten Pidie

24
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

5.2 Aspek Agroekologis dan Lingkungan

5.2.1 Iklim

Iklim merupakan gambaran kondisi cuaca yang berlangsung di


suatu daerah dalam periode yang cukup panjang. Sehingga unsur-
unsur iklim merupakan faktor yang menentukan dalam kaitannya
dengan potensi sumber daya air terutama menyangkut ketersediaan air
baik untuk kepentingan air bersih maupun untuk pengembangan
pertanian. Dalam studi ini data iklim yang digunakan untuk
kepentingan di atas berasal dari stasiun meteorologi klimatologi yang
merupakan stasiun terdekat dengan daerah kabupaten Pidie. Untuk
menunjang maksud tersebut dalam kaitannya dengan pengembangan
sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura telah dilakukan
analisa iklim pada daerah studi, analisa iklim digunakan dengan
menggunakan data klimatologi dengan periode pencatatan selama 10
tahun (2006 – 2015).

Data iklim lokasi penelitian yang diolah berasal dari stasiun


pengamatan data iklim yang terdekat dan refresentatif pada masing-
masing kabupaten di Kabupaten Pidie. Rata-rata tipe curah hujan
menurut Schmidt and Fergusson (1951), adalah tipe A (sangat basah)
sampai D (sedang), untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 1.

Iklim Kabupaten Pidie dapat dibagi atas iklim basah dan kering,
masing-masing antara ± 9 bulan dan ± 3 bulan. Dengan curah hujan
rata-rata antara 1000 – 2000 mm/th dengan hari hujan 114 hari/th

25
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Tabel 2. Rata-rata curah hujan tahunan, bulan basah, bulan kering


dan hari hujan masing-masing stasiun pengamatan data
iklim di Kabupaten (Tahun 2006 – 2015).
Curah Hujan Bulan Basah Bulan Kering Hari Hujan
Tahun
(mm) (bln) (bln) (hari)
2006 2504 9 1 134
2007 2957 9 0 119
2008 2785 8 2 115
2009 2473 10 1 105
2010 2786 12 0 114
2011 3183 11 1 119
2012 1761 5 4 101
2013 1482 7 2 110
2014 1368 6 2 115
2015 735 0 3 87
Jumlah 22034 77 16 1119
Rata-rata 2203.4 7,7 1,6 111,9
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Pidie

Menurut Oldeman klasifikasi type iklim berdasarkan komposisi


perbandingan antara bulan basah dan bulan kering yang dihitung
dalam rata-rata curah hujan setahun. Dengan perhitungan curah
hujan tersebut, maka Oldeman mengelompokan iklim di dunia ini
menjadi lima type yaitu: A, B, C, D, E. Berdasarkan perhitungan dapat
diketahui bahwa curah hujan lebih dari 100 mm per bulan mutlak
terpenuhi pada bulan-bulan September-Mei. Sedangkan untuk
mendapatkan peluang curah hujan bulanan jangka panjang lebih dari
200 mm/bulan dengan peluang kejadian 80 % terjadi bulan Oktober-
April.

Berdasarka di atas dapat disimpulkan bahwa tipe curah hujan


pada masing-masing lokasi studi dengan tipe iklim yang berkisar
antara A – D, untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 2.

26
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Tabel 3. Tipe iklim pada masing-masing lokasi studidi Kabupaten Pidie


(Sumber: Interpretasi Analisis, 2015).
Nilai Q Tipe
Kabupaten Keterangan
(%) Iklim

Pidie 20,7 B Basah

5.2.2 Jenis Tanah

Deksripsi dan klasifikasi tanah adalah untuk mengetahui jenis


dan macam tanah berdasarkan sifat-sifat dan ciri tanah dari hasil
pengamatan di lokasi studi. Penelitian/survei tanah dilakukan untuk
mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan
mengelompokkantanah yang sama atau hampir sama sifatnya kedalam
satuan peta lahan (SPL) yang sama serta melakukan interpretasi
kesesuaian tanah dari masing-masing SPL tersebut sebagai landasan
dalam menentukan pengunaan-penggunaan tanah tertentu untuk
pengembangan sebagai kawasan budidaya tanaman pangan dan
hortikultura. Adapun sebaran jenis tanah di Kabupaten Pidie, sesuai
dengan penyebaran geologinya, antara lain: 1) Organosol dan gle
humus, 2) Aluvial, 3) Hidromorf kelabu, 4) Regosol, 5) Podsolik merah
kuning, 6) Rensina, 7) Andosol, 8)Latosol, 9) Komplek podsolik merah
kuning dan litosol, 10) Komplek podsolik merah kuning, litosol dan
latosol, 11) Komplek podsolik coklat, podsol dan litosol, 12) Jenis
komplek rensina dan litosol.

5.2.3 Lereng

Kabupaten Pidie memiliki topografi datar hingga bergunung.


Wilayah dengan topografi daerah datar dan landai sekitar 68 % dari

27
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

luas wilayah, sedangkan berbukit hingga bergunung mencapai sekitar


32 % dari luas wilayah.

Topografi Daerah Kabupaten Pidie, terdiri dari:

- Dataran rendah
- Dataran tinggi
- Daerah lembah
- Daerah pegunungan

Dengan perincian sebagai berikut :

- Ketinggian 0 – 100 m Dpl : (20,35 %)

- Ketinggian 100 – 500 m Dpl : (18,23 %)


- Ketinggian 500 – 1000 m Dpl : (23,84 %)

- Ketinggian > 1000 m Dpl : (37,58 %)

- Kemiringan 0 – 8 % : (33,28 %)

- Kemiringan 8 – 15 % : (14,08 %)
- Kemiringan 15 – 25 % : (23,83 %)

- Kemiringan > 25 % : (31,88 %)

Menurut tingkat kemiringan lahan, yang terdapat di Kabupaten


Pidie, cocok untuk pengembangan kawasan usaha tanaman pangan
dan hortikultura. Kemiringan lahan bukan menjadi faktor pembatas
dan kendala untuk pengembangan kawasan tanaman pangan dan
hortikultura. Dari hasil pengamatan dan analisa data peta di
Kabupaten Pidie didominasi oleh lahan datar sampai berbukit.
Sebagaimana terlihat dalam gambar 5. Peta Kemiringan Lereng di
Kabupaten Pidie

28
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Gambar 5. Peta Kemiringan Lereng di Kabupaten Pidie

29
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

5.2.4 Penggunaan Lahan

Tabel 4. Data Luas Lahan Berdasarkan Penggunaannya


Nama Luas Luas Tegal / Ladang / Ditanami Pohon / Pengembalaan/ sementara Lahan
Hutan
No. Kecamatan Kecamatan Sawah Kebun Huma Perkebunan Hutan Rakyat Padang Negara tidak Lain-lain Bukan
Diusahakan Rumput Diusahakan Pertanian
1 Kota Sigli 975 - 29 - - - - 20 79 847
2 Pidie 3.500 1.054 48 - - 700 - 250 517 931
3 Indrajaya 3.402 1.164 826 - - - 2 300 95 103 912
4 Peukan Baro 3.000 1.180 545 - - - - - 445 830
5 Simpang Tiga 5.600 813 1.225 - - - - 25 892 2.645
6 Kb. Tanjong 4.650 1.100 261 - - 227 - - 806 2.256
7 Batee 10.474 526 927 921 978 1.118 366 1.089 815 590 3.144
8 Delima 3.287 1.358 250 33 - 72 - 37 87 1.450
9 Grong-Grong 3.117 436 801 6 - - 21 43 235 1.575
10 Padang Tiji 25.871 5.280 1.175 2.180 1.100 3.500 3.597 5.320 589 17 3.113
11 Muara Tiga 16.200 1.460 2.150 2.000 1.660 3.200 970 1.535 200 750 2.275
12 Mila 2.317 2.041 73 - - - - 26 21 1 155
13 Sakti 7.053 2.300 1.708 70 - 316 - 156 273 2.230
14 Titeu 2.093 891 79 249 - 5 13 78 150 628
15 Tiro / Truseb 8.868 1.595 337 800 - 825 1.411 1.639 96 145 2.020
16 Tangse 75.000 1.753 8.130 7.360 10.180 11.147 7.580 8.772 7.630 3.922 8.526
17 Gumpang 80.765 611 2.114 - 4.835 90 220 63.731 5.172 3.992
18 Mane 76.835 756 3.580 4.080 2.253 820 1.385 58.017 586 1.585 3.773
19 Glp. Tiga 9.289 1.105 1.500 1.572 - 1.725 407 1.150 583 1.247
20 Mutiara 3.404 815 426 - - - - - 153 2.010
21 Mutiara Timur 6.547 1.635 266 246 215 120 1 23 270 3.771
22 Glumpang Baro 1.211 681 33 - - - - - 138 359
23 Keumala 2.757 1.204 490 53 - 60 121 200 60 56 513
Jumlah 29.758 26.973 19.570 21.221 23.925 16.094 76.898 75.605 16.969 49.202

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Pidie

30
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Gambar 6. Peta Penggunaan Lahan di Kabupaten Pidie

31
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

5.2.5 Lingkungan

Pertanian tanaman pangan dan hortikultura adalah komoditas


yang sangat penting dan strategis karena jenis komoditas ini
merupakan kebutuhan pokok manusia yang hakiki, yang setiap saat
selalu harus tersedia dalam jumlah yang cukup dengan mutu yang
layak, aman dikonsumsi dan dengan harga yang terjangkau oleh
masyarakat. Kondisi ini ternyata belum bisa dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya untuk memperkuat pembangunan pertanian di
Kabupaten Pidie. Hal ini masih terlihat dari banyaknya lahan
terbengkalai dan serta pemanfaatan lahan – lahan berlereng untuk
lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, sehingga adanya
upaya dalam penataan kawasan pertanian tanaman pangan dan
hortikultura yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman.

Pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan dan


hortikultura yang sesuai secara karakteristik wilayah akan dapat
menguntungkan secara ekonomi, sehingga hal ini menjadi penting
dalam sebuah perencanaan pengkajian untuk pengembangan kawasan
pertanian tanaman pangan dan hortikultura dengan
mempertimbangkan kemampuan sumberdaya lahan, sumberdaya
manusia dan kelembagaan sehingga pengembangan suatu komoditas
unggulan dapat dilakukan secara berkelanjutan.

Kenyataan betapa pentingnya pembangunan tanaman pangan


dan hortikultura tersebut telah disadari sepenuhnya oleh Pemerintah
Kabupaten Pidie dengan melihat bahwa pemanfaatan sumberdaya
dalam pembangunan sektor pertanian dimasa mendatang mutlak
memerlukan reorientasi pemikiran dalam pelaksanaannya.
Pembangunan pertanian, khususnya subsektor tanaman pangan dan
hortikultura, diarahkan pada pembangunan yang berkelanjutan yang
tidak hanya bertumpu pada persoalan produksi semata-mata, tapi

32
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

lebih berwawasan kepada peningkatan kesejahteraan dan mutu


kehidupan masyarakat. Upaya ini dilakukan dengan prioritas utama
kepada produksi, pelestarian sumberdaya dan swasembada pangan,
serta agribisnis yang berwawasan lingkungan.

Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi dalam berbagai cara


oleh lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan
akan merangsang tanaman untuk berbunga dan menghasilkan benih.
Kebanyakan speises tidak akan memasuki masa reproduktif jika
pertumbuhan vegetatifnya belum selesai dan belum mencapai tahapan
yang matang untuk berbunga. Pertumbuhan suatu tanaman yang
diproduksi akan selalu dipengaruhi oleh faktor dalam maupun faktor
luar dari tanaman itu sendiri.

Faktor dalam dari taman itu adalah genetika dari tanaman


tersebut yang terekspresikan melalui pertumbuhan sehingga diperoleh
hasil, sedangkan faktor luarnya adalah faktor biotik maupun abiotik
yang meliputi unsur–unsur yang menjadi pengaruh pada kualitas dan
kuantitas produksi alam, antara lain iklim, curah hujan, kelembaban,
intensitas cahaya, kesuburan tanah, serta ada tidaknya hama dan
penyakit. Oleh sebab itu, mengetahui faktor yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman tentunya menjadi sangat bermanfaat.
Untuk dapat memanfaatkan unsur–unsur tersebut secara optimal
maka perlu adanya perlakuan khusus pada tanaman tersebut, antara
lain pengolahan tanah, pemilihan bibit atau varietas unggul,
pengaturan kebutuhan benih pada petak, pengaturan jarak tanam,
pengaturan pemupukan, pengaturan air irigasi, pengendalian hama
dan penyakit, hingga akhirnya diperoleh hasil panen atau produksi
pertanian.

33
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

5.2.6 Agroklimat

Pengembangan komoditas unggulan tanaman pangan (padi,


jagung, kedelai) dan hortikultura (bawang merah, cabai) di Kabupaten
Pidie mempunyai potensi yang besar, hal ini dapat dilihat dari: a)
kondisi agroklimat mendukung produksi dan produktifitas; b) potensi
wilayah mendukung penetapan komoditas, varitas dan klon; c)
kelengkapan infrastruktur mendukung pewilayahan agropolitan dengan
mempertimbangkan kawasan strategis, sebagaimana terlihat pada
Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Kawasan Strategis di Kabupaten Pidie


Menurut Sudut Kepentingan

Sudut Kepentingan
No. Kawasan Strategis
Kawasan Strategis
A. Kawasan Strategis Nasional
1. Pertumbuhan Ekonomi Kapet Bandar Aceh Darussalam
B. Kawasan Strategis Aceh
Koridor Banda Aceh – Lhokseumawe
1. Pertumbuhan Ekonomi
– Langsa – Kuala Simpang
C. Kawasan Strategis Kabupaten
a. Kawasan Cepat Tumbuh
Beureunuen
b. Kawasan Agropolitan Kota Bakti
c. Kawasan Agropolitan Tangse
d. Kawasan Agropolitan Padang Tiji
e. Kawasan Agropolitan Mila
1. Pertumbuhan Ekonomi
f. Kawasan Minapolitan Batee-
Muara Tiga
g. Kawasan Minapolitan Simpang
Tiga-Kembang Tanjong
h. Kawasan Industri dan Tambang
Batee dan Muara Tiga

- Kawasan Cagar Budaya Guha


Sosial dan budaya serta
Tujoh
2. fungsi dan daya dukung
- Kawasan Wisata Bahari Mantak
lingkungan
Tari

Sumber: Rancangan RTRW Kabupaten Pidie

34
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Kawasan sentra produksi pangan dan hortikultura memiliki


tipologi kawasan sesuai klasifikasi sektor usaha pertanian dan
agribisnisnya masing-masing, adapun tipologi kawasan tersebut tersaji
dalam Tabel 6.

Tabel 6. Tipologi kawasan dan persyaratan agroklimat tanaman


pangan dan hortikultura.
Sektor Usaha
No Tipologi Kawasan Persyaratan Agroklimat
Pertanian
1. Tanaman Dataran rendah dan Harus sesuai dengan jenis
Pangan dataran tinggi, komoditi yang
dengan tekstur lahan dikembangkan seperti
yang datar, memiliki ketinggian lahan, jenis
sarana pengairan tanah, testur lahan, iklim,
(irigasi) yang dan tingkat keasaman
memadai. tanah.
2. Hortikultura Dataran rendah dan Harus sesuai dengan jenis
dataran tinggi, komoditi yang
dengan tekstur lahan dikembangkan seperti
datar dan berbukit, ketinggian lahan, jenis
dan tersedia sumber tanah, testur lahan, iklim,
air yang memadai. dan tingkat keasaman
tanah.
3. Perkebunan Dataran tinggi, Harus sesuai dengan jenis
dengan tekstur lahan komoditi yang
berbukit, dekat dikembangkan seperti
dengan kawasan ketinggian lahan, jenis
konservasi alam. tanah, testur lahan, iklim,
dan tingkat keasaman
tanah.
4. Agrowisata pengembangan Harus sesuai dengan jenis
usaha pertanian dan komoditi yang
perkebunan yang dikembangkan seperti
disamping tetap ketinggian lahan, jenis
berproduksi tanah, testur lahan, iklim,
dikembangkan dan tingkat keasaman
menjadi kawasan tanah.
wisata alam tanpa
meninggalkan fungsi
utamanya sebagai

35
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

lahan pertanian
produktif.
5. Hutan wisata kawasan hutan Sesuai dengan karakteristik
konservasi lindung dikawasan lingkungan alam wilayah
alam tanah milik negara, konservasi hutan setempat.
kawasan ini biasanya
berbatasan langsung
dengan kawasan
lahan pertanian dan
perkebunan dengan
tanda batas wilayah
yang jelas.

Penetapan komoditas unggulan suatu wilayah diharapkan dapat


meningkatkan efisiensi usaha tani dan memacu perdagangan antar
daerah dan antar negara. Hal ini sejalan dengan program pemerintah
yang menetapkan program pembangunan Sentra Pengembangan
Agribisnis Komoditas Unggulan (SPAKU).

Untuk membangun sektor pertanian yang kuat, berproduktivitas


tinggi, efisien, berdaya saing tinggi, dan berkelanjutan perlu dilakukan
penataan sistem pertanian dan penetapan komoditas unggulan disetiap
wilayah pengembangan. Pengembangan sentra-sentra produksi
komoditas unggulan dilakukan berdasarkan data sumber daya lahan,
iklim, sosial ekonomi, serta dengan menerapkan teknologi spesifik
lokasi disertai kebijakan pemerintah dearah yang tepat. Komoditas
unggulan yang dapat di kembangkan adalah padi, jagung, kedelai,
bawang merah, cabai dan jeruk.

Untuk meningkatkan produktivitas dan nilai jual, pengembangan


komoditas unggulan perlu dilakukan dengan memperhatikan
kesesuaiannya dengan kondisi agroekosistem, berkelanjutan, serta
didukung kebijakan pemerintah, dukungan juga diperlukan untuk
peningkatan kualitas hasil melalui perbaikan pascapanen.

36
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

5.3 Aspek Gangguan Produksi

Pertanian merupakan salah satu bentuk pengolahan sumber


daya alam. Perubahan cuaca dan iklim secara langsung berdampak
pada produk-produk pertanian, karena pada prinsipnya kehidupan
tanaman tidak terlepas dari kondisi cuaca, musim, maupun iklim yang
ada. Perubahan cuaca dan iklim mempengaruhi beberapa aspek,
misalnya mengganggu produksi atau kuantitas hasil produk pertanian.
Untuk mentolerir kondisi lingkungan yang ekstrim, disiapkanlah
varietas yang memiliki daya tahan, baik itu daya tahan terhadap
kekeringan maupun daya tahan terhadap kondisi kelebihan air. Namun
hal ini harus ditunjang dengan adanya pengawalan teknologi yang
baik.

Salah satu kendala menurunnya produksi tanaman pangan dan


hortikultura adalah adanya gangguan penyakit yang dapat menyerang
sejak tanaman disemaikan sampai tanaman dipanen, pada musim
hujan maupun musim kemarau, yang dapat menyebabkan kerugian
yang cukup besar. Peran penyuluh pertanian yang bersentuhan
langsung dengan petani harus lebih ditingkatkan, terutama dalam
mensosialisasikan konsep pertanian yang selaras dengan
perkembangan iklim. Petani harus diajari bagaimana mengembangkan
komoditas selain tanaman pangan yang bernilai jual lebih tinggi. Untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari petani tetap menanam komoditas
pangan, tapi untuk mendapatkan penghasilan lebih, petani harus
mengusahakan komoditas yang memiliki nilai jual tinggi dan mampu
bersaing bebas di pasar global.

Pengembangan daerah sentra produksi baru hendaknya diikuti


oleh kesiapan lembaga pemasaran dan infrastrukturnya dalam
membantu menyerap produksi petani. Kesiapan ini sangat diperlukan

37
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

agar produksi yang dihasilkan petani dapat disalurkan ke daerah


konsumsi. Jika hal ini tidak diperhatikan maka petani akan kesulitan
memasarkan produksinya. Sistem pemasaran komoditas pertanian
yang tidak efisien, terjadi pada hampir semua daerah produksi
pertanian, menyebabkan posisi petani yang kurang menguntungkan.

Faktor-faktor penyebab lemahnya posisi petani dalam


sistem pemasaran adalah lemahnya permodalan, sifat komoditas
yang mudah rusak, skala usaha yang kecil, sistem transportasi yang
kurang memadai, lembaga-lembaga pemasaran yang belum berfungsi
baik, resiko kegagalan panen dan struktur pasar yang cenderung
oligopsonis. Biaya transportasi dan pungutan-pungutan merupakan
komponen yang cukup besar dalam biaya pemasaran. Biaya yang
besar tersebut menyebabkan petani merasa berat untuk memasarkan
sendiri produknya.

Memperpendek rantai tata niaga adalah suatu alternatif untuk


mengurangi biaya pemasaran sehingga memberi peluang peningkatan
harga di tingkat petani. Alternatif yang lain adalah mengusahakan
pemasaran yang lebih terarah oleh petani, dimana penjualan dapat
dilakukan pada saat harga menguntungkan, dan bukan pada saat
panen. Untuk dapat melakukannya, petani harus mempunyai sarana
penyimpanan produk dan keuangan yang kuat untuk membiayai
keperluan hidupnya selama produknya belum terjual.

Kurangnya informasi mengenai kebutuhan dan produksi pada


daerah konsumsi juga merupakan kelemahan struktur kelembagaan
perdagangan pada pusat produksi dengan pusat konsumsi serta
infrastruktur yang tersedia. Oleh karena nya perlu diciptakan
koordinasi yang baik dalam sistem perdagangan dari daerah produksi
ke daerah konsumsi serta penyempurnaannya melalui pengembangan
jaringan usaha koperasi.

38
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Pembentukan jaringan usaha koperasi ini didasarkan pada


tidak adanya arus informasi tentang situasi daerah produksi pada
pedagang di daerah konsumsi dan terbatasnya informasi daerah
konsumsi pada pedagang di daerah produksi. Informasi yang tidak
diketahui pedagang umumnya mengenai musim panen, jumlah
produksi dan harga di daerah produksi, sedangkan pedagang di daerah
produksi tidak mengetahui informasi tentang waktu yang tepat untuk
mengirim barang sesuai dengan permintaan setiap bulan pada berbagai
wilayah konsumsi.

Beberapa permasalahan mendasar dalam pembangunan


pertanian adalah perubahan iklim global, meningkatnya kerusakan
lingkungan, terbatasnya ketersediaan infrastruktur, belum optimalnya
sistem pembenihan dan pembibitan nasional, terbatasnya akses petani
terhadap permodalan, masih tingginya suku bunga usaha tani,
lemahnya kapasitas kelembagaan petani dan penyuluh, meningkatnya
alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan non-pertanian, kurang
harmonisnya koordinasi kerja antar sektor terkait pembangunan
pertanian.

Kawasan pertanian yang mengembangkan komoditas pangan


utama dari sub-sektor tanaman pangan (terutama padi, jagung,
kedelai) merupakan kawasan yang diarahkan untuk menjadi pemasok
utama kebutuhan pangan masyrakat. Keterpaduan kegiatan yang
dibangun dalam kawasan pertanian tersebut lebih diarahkan untuk
menjadi pemasok utama kebutuhan pangan masyarakat. Keterpaduan
kegiatan yang dibangun dalam kawasan pertanian tersebut lebih
diarahkan untuk dapat menghasilkan produk berdaya saing melalui
peningkatan kuantitas produksi dan produktivitas melalui berbagai
instrument mencakup perluasan areal, penggunaan benih/bibit
unggul, aplikasi teknologi budidaya, pengairan dan kegiatan-kegiatan

39
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

lainnya dengan penekanan pada aspek hulu (benih/bibit unggul) dan


aspek budidaya (kuantitas produksi), serta mengedepankan aspek
kualitas dan efisiensi.

Kawasan pertanian yang mengembangkan komoditas bernilai


tinggi dan diminati pasar (mencakup produk-produk unggulan
hortikultura) yang bersifat sebagai produk kebutuhan sekunder atau
bukan kebutuhan pangan utama, merupakan kawasan yang diarahkan
untuk menjadi pemasok terhadap permintaan pasar di tingkat lokal
maupun internasional. Kegiatan yang dibangun dalam kawasan
berorientasi permintaan pasar diarahkan untuk dapat meningkatkan
daya saing produk melalui peningkatan produksi dan kualitas produk,
kontinuitas ketersediaan produk, pengolahan pasca panen, aspek
budidaya (praktik Good Agriculture Practise-GAP), aspek pasca panen
(pengolahan, penyimpanan dan peningkatan kualitas).

Hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi aspek gangguan produksi


adalah:
1) Memiliki sumberdaya lahan dengan agroklimat yang sesuai untuk
mengembangkan komoditi pertanian khususnya pangan dan
hortikultura, yang dapat dipasarkan atau telah mempunyai pasar
(disebut komoditi unggulan).
2) Memiliki prasarana dan infrastruktur yang memadai untuk
mendukung pengembangan sistem dan usaha agribisnis pangan
dan hortikultura, seperti: jalan, sarana irigasi/pengairan, sumber
air baku, pasar, terminal, jaringan telekomunikasi, fasilitas
perbankan, pusat informasi pengembangan agribisnis, sarana
produksi pengolahan hasil pertanian, dan fasilitas umum serta
fasilitas sosial lainnya.
3) Memiliki sumberdaya manusia yang mau dan berpotensi untuk
mengembangkan kawasan sentra produksi secara mandiri.

40
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

4) Konservasi alam dan kelestarian lingkungan hidup bagi kelestarian


sumberdaya alam, kelestarian sosial budaya maupun ekosistem
secara keseluruhan.
5) Mempunyai sistem distribusi/tataniaga/pemasaran yang efisien.
Faktor-faktor pembatas dalam sistem pemasaran yang dapat
ditanggulangi antara lain adalah: melakukan penjualan produk
secara bersama-sama/massal, pengembangan sarana dan
prasarana transportasi terutama yang menghubungkan sentra
produksi dengan lokasi pemasaran, penyediaan informasi pasar
mengenai harga, volume dan lokasi yang membutuhkan.
6) Mempunyai jaringan distribusi yang efektif dan efisien. Penciptaan
harga yang stabil perlu diupayakan dengan menjamin cukupnya
suplai diseluruh wilayah Indonesia, sehingga kebijaksanaan
stabilisasi harga pangan sebagai pencipta harga yang terjangkau
oleh daya beli masyarakat dan masih mampu menjamin gairah
berproduksi petani dilaksanakan melalui fungsi-fungsi pengadaan
dan penyaluran. Jaringan distribusi pangan selama ini dilakukan
oleh pedagang besar, menengah, kecil dan koperasi dalam saluran
distribusi sesuai dengan kemampuan dan lingkungannya. Sebagai
bagian dari sistem pangan, jaringan distribusi mempunyai
peranan yang penting dilihat dari aspek upaya mendorong dalam
meningkatkan produksi, menjamin stabilitas harga, memberi
kesempatan kerja dan usaha serta menyediakan pangan kepada
konsumen.
7) Mempunyai managemen transaksi. Mengingat sifat-sifat produk
agroindustri yang telah disebutkan sebelumnya, maka
mengharuskan distribusi dilakukan dengan sistem transaksi yang
memperkecil resiko dan memperbesar nilai tambah. Hal ini dapat
dilakukan misalnya dengan sistem hedging dan future trading.
8) Mempunyai manajemen Sarana dan Prasarana. Harus diupayakan
agar sesuai dengan sifat-sifat produknya. Bagi produk yang bulky
dan volumineous dapat diupayakan kedekatan konsumen dalam

41
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

pengembangan produknya. Sedangkan bagi produk yang risky


dan perishable dapat dilakukan pengembangan sarana dan
prasarana transportasi spesifik seperti pendingin dan sebagainya.
9) Mempunyai manajemen kelembagaan. Mengingat produk pangan
dan hortikultura seringkali heterogen karena produsen yang kecil
dan jumlahnya banyak, maka diperlukan institutional building dalam
kelembagaan distribusinya.

Infrastruktur penunjang sangat diperlukan untuk mengatasi


gangguan produksi dan diarahkan untuk mendukung pengembangan
sistem yang utuh dan menyeluruh pada kawasan sentra produksi
pangan dan hortikultura, yang meliputi:
1) Dukungan sarana dan prasarana untuk menunjang subsistem
agribisnis hulu (up stream agribusiness) untuk menunjang
kelancaran aliran barang masuk dari kota ke kawasan sentra
produksi pangan dan sebaliknya, seperti: bibit, benih, mesin dan
peralatan pertanian, pupuk, pestisida, obat/vaksin ternak dll. Jenis
dukungan sarana dan prasarana dapat berupa:
a. Jalan penghubung antar desa-kota
b. Gudang penyimpanan Saprotan (sarana produksi pertanian)
c. Tempat bongkar muat Saprotan

2) Dukungan sarana dan prasarana untuk menunjang subsistem


usaha tani/pertanian primer (on-farm agribusiness) untuk
peningkatan produksi usaha budi-daya pertanian: tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan.
Jenis dukungan sarana dan prasarana dapat berupa:
a. Jalan usaha tani (farm road) dari desa pusat ke desa hinterland
maupun antar desa hinterland yang menjadi pemasok hasil
pertanian.
b. Penyediaan sarana air baku melalui pembuatan sarana irigasi
untuk mengairi dan menyirami lahan pertanian.

42
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

c. Sub terminal pengumpul pada desa-desa yang menjadi hinterland

3) Dukungan sarana dan prasarana untuk mendukung subsistem


agribisnis hilir (down stream agribusiness) berupa industri-industri
pengolahan hasil pertanian sebelum dipasarkan sehingga mendapat
nilai tambah. Jenis dukungan sarana dan prasarana dapat berupa:
a. Gudang penyimpanan hasil pertanian, termasuk didalamnya sarana
pengawetan/pendinginan (cold storage).
b. Sarana pengolahan hasil pertanian seperti: tempat penggilingan,
tempat pengemasan, tempat pencucian dan sortir hasil pertanian,
sarana industri-industri rumah tangga termasuk food service,
seperti: pembuatan kripik, dodol, jus, bubuk/tepung, produk segar
supermarket, aero catering, dan lain-lain.
c. Sarana pemasaran dan perdagangan hasil pertanian seperti: pasar
tradisional, kios cendramata, dan terminal agribisnis.
d. Terminal, pelataran, tempat parkir serta bongkar muat barang,
termasuk sub terminal agribisnis (STA).
e. Sarana promosi dan pusat informasi pengembangan agribisnis
f. Sarana kelembagaan dan perekonomian seperti bangunan koperasi
usaha bersama (KUB), perbankan, balai pendidikan dan pelatihan
agribisnis.
g. Jalan antar desa-kota, jalan antar desa, jalan poros desa dan jalan
lingkar desa yang menghubungkan beberapa desa hinterland.
h. Sarana penunjang seperti: pembangkit listrik/generator listrik,
telepon, sarana air bersih untuk pembersihan dan pengolahan hasil
pertanian, sarana pembuangan limbah industri dan sampah hasil
olahan.

43
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Gambar 7. Pengembangan komoditi unggulan dan aspek yang


mempengaruhinya.

5.4 Aspek Kependudukan dan Sosial Budaya

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) manunjukkan


persentase penduduk dalam angkatan kerja terhadap penduduk pada
kelompok bukan angkatan kerja. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir,
TPAK Kabupaten Pidie menunjukkan kecenderungan angka menurun
sampai tahun 2013, dan kemudian meningkat menjadi 63,06 % pada
tahun 2014. Nilai ini memberikan gambaran besarnya jumlah angkatan
kerja terhadap penduduk dalam usia bekerja. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa sebesar 63,06% penduduk Kabupaten Pidie ikut
berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan ekonomi baik telah bekerja
maupun sedang dalam mencari pekerjaan.

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa jumlah


penduduk Kabupaten Pidie semakin meningkat setiap tahun. Gambar
menunjukkan peningkatan jumlah penduduk berdasarkan kelompok

44
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

umur di Kabupaten Pidie. Gambar 8 menunjukkan bahwa kelompok


umur produktif menunjukkan kecenderungan meningkat setiap
tahunnya. Penambahan jumlah penduduk produktif akan
meningkatkan penawaran tenaga kerja, sehingga perlu dilakukan
perluasan lapangan pekerjaan untuk menekan laju tingkat
pengangguran di Kabupaten Pidie.

3500

3000

2500

2000
0 - 14 Tahun
1500 15 - 54 Tahun
> 54 Tahun
1000

500

0
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014
Jumlah Penduduk (Ribu Jiwa)
Gambar 8. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di
Kabupaten Pidie,Tahun 2010 – 2014 (Sumber: BPS
Kabupaten Pidie, 2015)

Dari jumlah penduduk yang telah bekerja berdasarkan lapangan


pekerjaan, sektor pertanian merupakan sektor yang menyerap tenaga
kerja terbesar dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Pada tahun 2014,
sektor pertanian menyerap 44,09% tenaga kerja, diikuti dengan sektor
jasa sebesar 21,19%, perdagangan 17,30%, industri pengolahan
sebesar 4,71 dan lainnya sebesar 12,70%.

45
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

60,00

50,00

40,00
Pertanian
30,00
Industri Pengolahan
20,00
Jasa
10,00 Perdagangan

- Lainnya
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
Persentase Jumlah Penduduk Berdasarkan lapangan
Pekerjaan (%)

Gambar 9. PersentaseJumlah Penduduk Bekerja Berdasarkan


Lapangan Pekerjaan di Kabupaten Pidie, Tahun 2010 –
2014 (Sumber: BPS Kabupaten Pidie, 2015).

Gambar 9 menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan


sektor dominan dalam menyerap tenaga kerja di Kabupaten Pidie,
namun kecenderungan penyerapan tenaga kerja ini terus menurun
setiap tahunnya. Beberapa penyebab menurunnya penduduk yang
bekerja di sektor pertanian adalah: 1) Perubahan iklim yang
meningkatkan ketergantungan hasil produksi pertanian kepada
keadaan alam, seperti kekeringan, banjir, dll, 2) Semakin
meningkatnya konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian.
Sementara itu, penyerapan tenaga kerja di sektor industri pengolahan
dan lainnya menunjukkan angka yang relatif konstan. Di sisi lain,
jumlah penduduk yang bekerja di sektor jasa dan perdagangan mulai
meningkat setiap tahun.

Jenis lapangan pekerjaan penduduk akan berhubungan dengan


pendapatan dan tingkat kesejahteraan penduduk. Sektor pertanian
umumnya merupakan sektor andalan pada daerah pedesaan, dimana
mata pencaharian utama masyarakat pedesaan umumnya adalah
petani, peternak dan nelayan. Dari sisi kesejahteraan penduduk,

46
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan lebih tinggi jika


dibandingkan dengan penduduk di wilayah perkotaan.

25

20

15 Persentase Penduduk Miskin


(%) Kota
Persentase Penduduk Miskin
10 (%) Desa
Persentase Penduduk Miskin
(%) Total
5

0
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2010 2011 2012 2013 2014

Gambar 10. Persentase Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Pidie,


Tahun 2010 – 2014(Sumber: BPS Kabupaten Pidie, 2015).

Rata-rata persentase jumlah penduduk miskin di Kabupaten


Pidie pada tahun 2014 adalah 18,05%. Dari jumlah tersebut 20,52%
jumlah penduduk miskin tinggal di wilayah pedesaan dan 11,76%
penduduk miskin berada pada wilayah perkotaan. Perkembangan
jumlah penduduk miskin tahun 2010 – 2014 menunjukkan angka yang
relatif menurun. Namun distribusi penduduk miskin mayoritas
tersebar di wilayah pedesaan. Jika dihubungkan dengan mata
pencaharian utama masyarakat pedesaan, dapat disimpulkan bahwa
sektor pertanian belum mampu memutuskan lingkaran kemiskinan
masyarakat pedesaan. Oleh karena itu, program pemberdayaan
masyarakat desa harus diupayakan kepada peningkatan nilai tambah
produk pertanian dan aspek kelembagaan masyarakat untuk dapat
memacu perekonomian desa. Dari persentase penduduk miskin di
Kabupaten Pidie. Berikut merupakan perkembangan kependudukan

47
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

kabupaten yang menjadi target kawasan pengembangan kawasan


pertanian di Kabupaten Pidie.

Tabel 7. Penduduk Kabupaten Pidie per Kecamatan Tahun 2015


Jenis Kelamin
No. Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah
(jiwa) (jiwa)
1. Batee 9.970 9.834 19.804

2. Delima 11.158 11.260 22.418

3. Geumpang 3.239 3.218 6.457

4. Glumpang Tiga 9.364 9.613 18.977

5. Indrajaya 12.338 12.459 24.797

6. Kembang Tanjong 11.020 11.049 22.069

7. Kota Sigli 10.834 10.920 21.754

8. Mila 4.974 4.945 9.919

9. Muara Tiga 9.500 9.322 18.822

10. Mutiara 10.408 10.454 20.953

11. Padang Tiji 11.495 11.477 22.972

12. Peukan Baro 10.025 10.295 20.320

13. Pidie 22.165 22.501 44.664

14. Sakti 10.526 10.656 21.182

15. Simpang Tiga 11.658 11.905 23.563

16. Tangse 13.491 13.496 26.987

17. Tiro/Truseb 3.980 4.055 8.035

18. Keumala 5.114 5.128 10.242

19. Mutiara Timur 17.624 17.823 35.447

20. Grong-Grong 3.461 3.499 6.960

21. Mane 4.488 4.644 9.132

22. Glumpang Baro 5.359 5.798 11.157

23. Titeue 3.603 3.441 7.044

Jumlah 215.792 217.883 433.675

48
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Tabel 8. Struktur Penduduk Kabupaten Pidie (Per 31 Desember 2015)

Jenis kelaminan Jumlah


No. Struktur Usia
Laki-laki Perempuan Penduduk

1 > 74 thn 4.111 6.293 10.404

2 70-74 thn 3.236 5.037 8.273

3 65-69 thn 3.722 5.155 8.877

4 60-64 thn 5.787 6.952 12.739

5 55-59 thn 7.173 7.820 14.993

6 50-54 thn 9.307 9.950 19.257

7 45-49 thn 9.924 11.024 20.948

8 40-44 thn 14.065 15.607 27.672

9 35-39 thn 16.181 16.131 32.312

10 30-34 thn 19.825 19.063 38.888

11 25-29 thn 22.402 22.105 44.507

12 20-24 thn 21.826 21.469 43.295

13 15-19 thn 20.925 19.736 40.661

14 11-14 thn 17.489 16.118 33.607

15 6-10 thn 21.359 20.393 41.752

16 0-5 thn 18.460 17.030 35.490

TOTAL 215.792 217.883 433.675

49
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Struktur Penduduk Kabupaten Pidie


50000
45000
40000
Jumlah Penduduk

35000
30000
25000
20000
15000
10000
5000
0

Struktur Usia

Laki-Laki Perempuan Jumlah Penduduk

Gambar 11. Grafik Struktur Penduduk Kabupaten Pidie Tahun 2015

Gambar 12. Peta Kepadatan Penduduk di Kabupaten Pidie, 2015

50
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

5.5 Aspek Kelembagaan

5.5.1 Lembaga Permodalan


Tabel 9. Perkembangan Kredit Perbankan menurut Sektor Ekonomi
tahun 2015.

Jumlah Kredit
No Sektor Ekonomi Persentase
(Juta Rupiah)
1. Pertanian 2.217.243 17,5
2. Pertambangan 49.456 0,4
3. Perindustrian 1.877.351 14,8
4. Listrik. Gas, Air 187.958 1,4
5. Konstruksi 918.011 7,2
6. Perdagangan/Hotel/Restoran 6.255.137 49,3
Pengangkutan, Pergudangan Dan
7. 106.423 0,9
Komunikasi
8. Jasa Jasa Sosial 141.073 1,1
9. Lain Lain 924.333 7,3
Jumlah 12.676.984 100

Tabel 10. Jumlah Dana Valas Berdasarkan Kabupaten/Kota pada


Daerah Pengembangan Kawasan Pertanian di Aceh.
Jumlah Dana Rupiah Valas (Juta
No Kabupaten/Kota rupiah)
2014 2015
2. Pidie 1.263.895 1.447.710

5.5.2 Lembaga Koperasi

Tabel 11. Jumlah Koperasi Menurut Kabupaten/Kota Pengembangan


Kawasan Pertanian, 2015.
Jumlah Koperasi
No Kabupaten/Kota Tidak Jumlah Anggota
Aktif
Aktif
1. Pidie 227 279 38.872

51
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

5.5.3 Penyuluh Pertanian dan Kelompok Tani

Tabel 12. Jumlah Penyuluh Pertanian pada Wilayah Pengembangan


Pertanian di Aceh, 2015.

Jlh. Jumlah Penyuluh Pertanian Jumlah


No Kecamatan
Desa PNS THL-TB Swadaya Total Klp. Tani
1 Batee 6 2 3 5 10 141
2 Delima 8 1 8 10 19 158
3 Geumpang 34 1 4 7 12 57
4 Glumpang Tiga 21 2 8 12 22 104
5 Indrajaya 29 4 6 12 22 162
6 Kembang Tanjong 48 2 9 12 23 168
7 Kota Sigli 19 1 - - 1 30
8 Mila 28 1 9 10 20 92
9 Muara Tiga 18 2 8 10 20 41
10 Mutiara 13 3 5 10 18 101
11 Padang Tiji 49 4 9 14 27 223
12 Peukan Baro 20 3 7 10 20 196
13 Pidie 64 5 7 12 24 170
14 Sakti 44 2 16 12 30 169
15 Simpang Tiga 15 2 6 12 20 149
16 Tangse 49 1 12 9 22 202
17 Tiro/Truseb 48 1 11 10 22 87
18 Keumala 45 3 8 10 21 107
19 Mutiara Timur 52 2 12 12 26 176
20 Grong-Grong 15 2 2 6 10 42
21 Mane 64 1 2 6 9 68
22 Glumpang Baro 28 1 5 8 14 115
23 Titeue 18 2 5 8 15 59
- BPPKP - 12 - - - -
JUMLAH 735 60 162 217 20 2.817

5.6 Aspek Saranadan Prasarana Penunjang

Peran infrastruktur wilayah sangat penting bagi pertumbuhan


ekonomi daerah karena memfasilitasi pemusatan maupun penyebaran
aktivitas ekonomi secara alami. Defisiensi infrastruktur baik secara
kuantitas maupun kualitas akan menghambat distribusi barang secara
efisien, yang merupakan salah satu pilar utama daya saing wilayah.

52
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Berikut ini akan dijelaskan kondisi sarana dan prasarana penunjang


dalam pengembangan kawasan pertanian di Kabupaten Pidie.

5.6.1. Infrastruktur Jalan pada Wilayah Pengembangan Pertanian di


Kabupaten Pidie.

Tabel 13. Kondisi jalan Kabupaten Pada Wilayah Pengembangan


Pertanian di Aceh, 2015.
Kondisi Jalan (km) Yang belum Total
No Kabupaten
Baik Sedang Rusak tembus (km) (km)
1. Pidie 463,9 95,0 17,4 269,2 845,2

5.6.2 Fasilitas Listrik di Aceh

Ketersediaan listrik di Aceh berada dibawah ketersediaan


nasional. Listrik dibutuhkan untuk pengembangan industrialisasi di
Aceh. Untuk mengukur defisiensi terhadap infrastruktur kelistrikan
digunakan cara yang sama, yaitu dengan melihat korelasi antara
pendapatan perkapita dan konsumsi listrik perkapita. Dengan
membandingkan data 33 provinsi di Indonesia, terlihat hubungan yang
positif antara PDRB per kapita dengan tingkat konsumsi listrik.
Provinsi yang memiliki posisi di bawah kurva linier mengalami
defisiensi infrastruktur listrik.

5.6.3 Ketersediaan Jaringan Irigasi

Irigasi adalah usaha penyediaan, pemberian, penggunaan dan


pembuangan air untuk menunjang pertanian, yang jenisnya meliputi
irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi bawah tanah, irigasi pompa dan
irigasi tambak. Air irigasi berperan penting dalam peningkatan
produksi pangan terutama padi. Namun dengan ketersedian air yang
semakin terbatas, maka penting untuk melaksanakan tata cara
pemberian air irigasi yang lebih efisien. Pemberian air dapat dinyatakan
efisien bila debit air yang disalurkan melalui sarana irigasi seoptimal

53
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

mungkin sesuai dengan kebutuhan tanaman padi pada lahan


pertanian yang potensial. Efisiensi irigasi didefinisikan sebagai
perbandingan antara jumlah air yang diberikan dikurangi dengan
jumlah kehilangan air yang diberikan. Permasalahan pengelolaan air
irigasi akan timbul jika terjadi kekurangan air di petak tersier sawah.

Tabel 14. Luas Panen Padi Sawah Berdasarkan Irigasi Menurut


Kabupaten/Kota, 2015
Non Irigasi
No Kabupaten Irigasi (ha) Jumlah (ha)
(ha)
1. Pidie 40.221 41.978 82.199

5.7 Aspek Ekonomi dan Perekonomian.

Kondisi perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari beberapa


indikator diantaranya laju pertumbuhan ekonomi, pendapatan
perkapita dan inflasi. Tingkat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah
diukur dengan nilai PDRB. PDRB Kabupaten Pidie dibandingkan
dengan PDRB wilayah lainnya di Privinsi Aceh pada tahun 2015 lebih
rendah dibandingkan PDRB wilayah lainnya di Provinsi Aceh yang
berada di atas PDRB Kabupaten Pidie.

Berdasarakan indeks Willianson tingkat kesenjangan ekonomi


antar kota dan kabupaten di Aceh relative tinggi hal ini disebabkan
terbatasnya jangkauan sarana dan prasarana. Untuk itu perlu
pemerataan fasilitas ekonomi wilayah dan ketersediaan infrastruktur
antar wilayah.

Berdasarkan uji Tipologi Klassen, terdapat beberapa kabupaten


masuk ke dalam: (i) daerah maju dan cepat tumbuh (7 daerah) yaitu
Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Besar, Biruen, Kota
Banda Aceh, Sabang dan Lhokseumawe. (ii) daerah berkembang cepat,
yaitu Kabupaten Simeulu, Aceh Tenggara, Pidie Jaya, Gayo Lues dan

54
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Kota Subulussalam (iii) daerah maju tapi tertekan, yaitu Kabupaten


Aceh Selatan, Aceh Barat dan Nagan Raya. dan (iv) daerah relatif
tertinggal (8 daerah), yaitu Kabupaten Aceh Singkil, Aceh Timur, Pidie,
Aceh Utara, Aceh Barat Daya, Aceh Tamiang, Aceh Jaya, dan Kota
Langsa. Pertumbuhan ekonomi yang rendah dan pendapatan perkapita
yang rendah menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk miskin di
beberapa kabupaten/kota di Aceh.

Untuk itu perlu dilakukan pemetaan sektor keunggulan daerah,


fokus pengembangan melalui kebijakan dan pengeluaran daerah untuk
sektor unggulan yang telah ditetapkan melalui pembiayaan dan efisien
dan efektif, menetapkan kerjasama untuk mengintegrasikan program-
program pembangunan ekonomi antar daerah dengan fungsi kawasan
yang sama, menjalin kemitraan dengan dunia usaha menarik dan
meningkatkan investasi di sektor pertanian, dan menciptakan
pemerataan lapangan kerja di daerah-daerah kabupaten dan kota yang
kurang berkembang.

Ada hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan IPM,


dimana semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik nilai
IPM, hal ini terlihat pada daerah: Aceh Barat, Pidie jaya, Bener Meriah,
Nagan Raya, Aceh Tangah, Kota Banda Aceh dan Sabang. Daerah
dengan pertumbuhan ekonomi dan IPM rendah adalah Daerah Aceh
Utara dan Aceh Timur, sedangkan daerah dengan pertumbuhan tinggi
tapi IPM rendah adalah Kabupaten Aceh Jaya, Piddie, Simelue, Aceh
Selatan, Aceh Besar, Aceh Singkil, Gayo Lues, Aceh Tenggara, Bireun
dan Kota Subussalam.

Perekonomian Kabupaten Pidie diperkirakan akan tumbuh positif


di tahun 2015 Konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap menjadi
sumber pertumbuhan, namun peran investasi diperkirakan akan
meningkat. Manfaat dari peningkatan kualitas infrastruktur wilayah ini

55
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

diperkirakan juga akan dinikmati oleh daerah-daerah di luar wilayah


ekonomi Sumatera melalui proses keterkaitan antarindustri.
Percepatan pembangunan ini perlu dilakukan untuk meningkatkan
pendapatan per kapital yang lebih tinggi dengan mengatasi berbagai
permasalahan dan mengoptimalkan potensi daerah. Tingkat
kemiskinan di Kabupaten Pidie pada tahun 2015 sebesar 17,6 persen,
dan diperkirakan menurun pada tahun 2019 menjadi 6,03 persen.
Penurunan angka kemiskinan bisa dilakukan melalui peningkatan
produktivitas sektor pertanian dan industri padat karya, kenaikan
subsidi pemerintah dan jaringan pengaman agar tidak menjadi
masalah sosial.

5.8 Aspek Konsumsi dan Perdagangan Hasil Pertanian

5.8.1 Aspek Konsumsi

5.8.1.1 Padi/Beras

Pangan pokok adalah pangan yang diperuntukkan sebagai


makanan utama sehari-hari sesuai dengan potensi sumber daya.
Pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia adalah beras,
demikian juga untuk masyarakat Kabupaten Pidie yang umumnya
menjadikan beras sebagai pangan pokok utama. Dari pohon industri
tanaman padi, diketahui bahwa dari tanaman padi dapat menghasilkan
gabah dan jerami. Selanjutnya dari gabah menghasilkan beras dan
sekam. Konsumsi padi sebagian besar adalah sebagai bahan makanan
pokok dalam bentuk beras, disamping itu juga diperuntukkan untuk
industri lain seperti penganan (kue basah/kue kering), bahan baku
industri pangan yang terdiri dari tepung (tepung instan, olahan bihun),
bahan baku industri tekstil serta pati (modified starch, gum/perekat).
Sementara dedak dapat dipergunakan untuk pembuatan pakan ternak,
pangan serat dan minyak. Dari sekam dapat dihasilkan arang sekam,
abu gosok dan arang aktif. Dari jerami padi dapat dihasilkan kompos,

56
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

bahan bakar, pakan ternak dan kertas. Sehingga dapat dikatakan


bahawa beras yang dihasilkan dari tanaman padi tidak hanya
dikonsumsi sebagai makanan pokok tetapi juga diolah menjadi produk
penganan kue, bahan baku industri pangan dan bahan baku industri
tekstil.

Perkembangan konsumsi padi dan beras di Aceh dalam kurun


waktu 2012-2015 dapat di lihat pada (Tabel).

Tabel 15 Konsumsi Padi dan Beras di Aceh Tahun 2012-2015


(Sumber: Neraca Bahan Makanan Kabupaten Pidie).
Diolah untuk
Bahan
Tahun Komoditi Pakan Bibit Tercecer Total
Makanan Non
Makanan makanan
Padi
- 6.791 14.242 1.430.441 8.643 83.347 1.543.464
2012 gagang/Gabah
Gabah/Beras 892.100 1.569 - - 6.091 23.071 922.831
Padi
- 7.801 15.957 1.653.464 - 95.740 1.772.962
2013 gagang/Gabah
Gabah/Beras 1.042.481 1.821 - - - 26.777 1.071.080
Padi
- 7.826 16.009 1.658.851 - 96.052 1.778.738
2014 gagang/Gabah
Gabah/Beras 988.630 1.744 - - 9.961 25.650 1.025.985
Padi
- 8.804 17.612 1.759.375 - 101.909 1.887.700
2015 gagang/Gabah
Gabah/Beras 958.136 1.693 - - 10.959 24.892 995.680

Konsumsi terhadap padi dan beras meliputi konsumsi langsung


oleh rumah tangga, penggunaan untuk pakan, bibit dan pengolahan
(makanan dan non makanan), dan tercecer. Konsumsi beras sebagai
pangan pokok dari tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 16,7%
ditahun 2013, namun kemudian menurun ditahun 2014 sebesar 5,2%
dan menurun lagi pada tahun 2015. Penurunan konsumsi beras ini
berhubungan dengan perubahan gaya hidup masyarakat yang
cenderung mengurangi konsumsi nasi khususnya pada masyarakat
kelas menengah, namun juga bisa disebabkan karena semakin
beragamnya pangan alternatif non-beras khususnya yang berbahan
baku gandum.

57
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Konsumsi padi dan beras sebagai pakan relatif stabil, namun


sebagai bibit konsumsi padi cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Dari tahun 2012 sampai ke tahun 2015 terjadi peningkatan konsumsi
padi sebagai bibit sebesar 23,7%. Demikian juga disektor pengolahan
non makanan terjadi fluktuasi terhadap konsumsi padi dan beras.

5.8.1.2 Jagung

Dari pohon industri tanaman jagung diketahui bahwa tanaman


jagung menghasilkan buah/tongkol jagung, daun jagung dan batang
jagung. Dari buah/tongkol jagung dapat dihasilkan tepung jagung yang
selanjutnya dapat dibuat pati jagung untuk industri makanan, dextrin
untuk industri farmasi, berbagai produk makanan (bihun jagung dan
sirup jagung), pakan ternak, kompos dan bahan bakar. Batang jagung
dapat digunakan untuk membuat pulp kertas dan daun jagung dapat
digunakan sebagai hijauan pakan ternak dan kompos. Sehingga dapat
dikatakan bahwa hasil jagung digunakan sebagaibahan baku industi
makanan dan kimia, bahan baku industri pakan ternak dan
dikonsumsi langsung dalam bentuk bahan primer.

Perkembangan konsumsi total jagung di Kabupaten Pidie dalam


kurun waktu 2012 sampai 2015 dapat dilihat pada (Tabel ).

Tabel 16. Konsumsi Jagung di Aceh Tahun 2012-2015 (Sumber:


Neraca Bahan Makanan Kabupaten Pidie).

Diolah untuk
Bahan
Tahun Pakan Bibit Makana Non Tercecer Total
Makanan
n makanan
2012 110.433 9.724 1.357 - 32445 8.103 162.062
2013 145.576 10.129 4.677 - - 8.441 168.824
2014 144.251 10.037 4.634 - - 8.364 167.286
2015 135.864 9.491 4.926 - - 7.910 158.191

Sumber: Neraca Bahan Makanan Kabupaten Pidie

58
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Konsumsi total jagung meliputi konsumsi langsung oleh rumah


tangga, penggunaan untuk pakan, bibit dan pengolahan (makanan dan
non makanan) dan tercecer. Konsumsi total jagung di Kabupaten Pidie
mengalami peningkatan dari tahun 2012 ke tahun 2013 yaitu sebesar
4,2 %. Namun konsumsi jagung di Aceh mengalami sedikit penurunan
pada tahun 2014 sebesar 0,9% dan semakin menurun pada tahun
2015 sebesar 5%. Penurunan konsumsi jagung ini terkait dengan
penggunaan jagung di Kabupaten Pidie yang masih terbatas pada
penggunaan rumah tangga dan sebagian lagi digunakan sebagai pakan
dan bibit. Konsumsi jagung dalam bentuk pakan dan bibit dari tahun
2012 sampai 2015 relatif stabil, kecuali pada tahun 2013 yang
mengalami peningkatan tajam konsumsi jagung sebagai bibit yaitu
lebih dari 100%. Sementara itu jumlah jagung yang tercecer dari tahun
2012 sampai tahun 2015 mengalami penurunan. Dari(Tabel ) juga
dapat dilihat bahwa diKabupaten Pidie belum ada pengolahan yang
dilakukan terhadap komoditi jagung baik pengolahan bahan makanan
maupun pengolahan non makanan kecuali pada tahun 2012 ada
dilakukan pengolahan jagung dalam bentuk non makanan.

5.8.1.3 Kedelai

Kedelai merupakan jenis kacang-kacangan yang digolongkan ke


dalam buah biji berminyak. Menurut pohon industri kedelai diketahui
bahwa tanaman kedelai bisa menghasilkan buah kedelai dan
batang/daun kedelai. Dari biji kedelai dapat diolah diantaranya
menjadi tahu, tempe, kecap, minyak kedelai dan tepung kedelai untuk
pembuatan susu kedelai. Dari pengolahan tahu dihasilkan ampas yang
dapat digunakan untuk pakan ternak dan juga diolah lebih lanjut
menjadi tempe gembos. Dari pengolahan minyak kedelai juga diperoleh
hasil samping berupa bungkil kedelai yang dapat digunakan sebagai
konsentrat pakan ternak, sementara itu daun kedelai juga dapat

59
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

digunakan sebagai pakan ternak dan batang kedelai yang sudah kering
dapat digunakan sebagai bahan bakar.

Tabel 17. Konsumsi Kedelai di Aceh Tahun 2012-2015


(Sumber:Neraca Bahan Makanan Kabupaten Pidie)

Diolah untuk
Bahan
Tahu Pakan Bibit Tercecer Total
Makanan Non
n Makanan
makanan

2012 47.863 181 665 - 1.747 2.656 53.111

2013 45.463 170 1.873 - - 2.500 50.007

2014 46.765 175 1.927 - - 2.572 51.439

2015 40.936 153 1.687 - - 2.251 45.027

Konsumsi total kedelai di Kabupaten Pidie mengalami penurunan


dari tahun 2012 sampai tahun 2013 yaitu sebesar 5,8% dan
mengalami sedikit peningkatan di tahun 2014 sebesar 2,9%. Konsumsi
total kedelai kembali mengalami penurunan di tahun 2015 mencapai
12,5%. Konsumsi total kedelai yang dimaksud disini terdiri dari
konsumsi langsung oleh rumah tangga (tahu, tempe), untuk pakan
ternak, bibit dan industri pengolahan (makanan dan non makanan)
serta tercecer.

Konsumsi kedelai di Kabupaten Pidie dalam bentuk pakan juga


mengalami penurunan dari tahun 2012 sampai tahun 2015 namun
konsumsi sebagai bibit mengalami peningkatan di tahun yang sama.
Dari Tabel juga terlihat belum adanya pengolahan yang dilakukan
dalam bentuk makanan terhadap kedelai di Kabupaten Pidie. Hal ini
menjadi salah satu pendorong berkurangnya konsumsi total kedelai di
Kabupaten Pidie.

60
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

5.8.1.4 Bawang Merah

Bawang merah sebagai salah satu komoditi unggulan di


Kabupaten Pidie merupakan kelompok sayur-sayuran rempah yang
dikonsumsi oleh masyarakat sebagai bumbu pelngkap masakan sehari-
hari. Permintaan terhadap bawang merah cenderung stabil setiap saat
sementara itu produksi bawang merah bersifat musiman. Jumlah
konsumsi bawang merah di Kabupaten Pidie dari tahun 2012 sampai
tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel .

Tabel 18. Konsumsi Bawang Merah di Aceh Tahun 2012-2015 (Sumber:


Neraca Bahan Makanan Kabupaten Pidie).
Diolah untuk
Bahan
Tahun Pakan Bibit Non Tercecer Total
Makanan Makanan
makanan

2012 29.387 - 77 - - 2.688 32.152

2013 1.534 - 4 - - 140 1.679

2014 2.587 - 7 - - 237 2.831

2015 2.068 - 5 - - 189 2.263

Dari (Tabel ) dapat dilihat bahwa konsumsi total bawang merah


di Aceh terkait sebagai bahan pangan konsumsi langsung tidak
dilakukan pengolahan. Konsumsi bawang merah tertinggi terjadi pada
tahun 2012 dan kemudian mengalami penurunan yang tajam pada
tahun 2013. Dari tahun 2013 perlahan-lahan jumlah konsumsi
bawang merah perlahan-lahan kembali meningkat. Menurunnya
jumlah konsumsi bawang merah diduga terkait dengan fluktuasi harga
yang sangat tajam terutama pada saat bukan musim panen bawang,
sehingga kecenderungan konsumen untuk mulai mengkonsumsi
bawang dari jenis lain seperti bawang bombai.

61
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

5.8.1.5 Cabe Merah

Ada tiga jenis cabe yang umum dikonsumsi oleh masyarakat


Indonesia, khususnya masyarakat Aceh. Dari ketiga jenis cabe
tersebut, cabe merah merupakan yang paling banyak dikonsumsi
diikuti oleh cabe rawit dan terakhir adalah cabe hijau. Dalam ulasan
ini membahas tentang konsumsi cabe merah di Kabupaten Pidie.
Jumlah konsumsi cabe merah di Kabupaten Pidie dapat dilihat pada
(Tabel ).

Tabel 19. Konsumsi Cabe Merah di Aceh Tahun 2012-2015 (Sumber:


Neraca Bahan Makanan Kabupaten Pidie)
Diolah untuk
Bahan
Tahun Pakan Bibit Non Tercecer Total
Makanan Makanan
makanan
2012 33.064 - 250 - 18 1.854 35.186
2013 28.222 - 213 - - 1.582 30.017
2014 84.643 - 639 - - 4.744 90.027
2015 73.749 - 557 - - 4.134 78.440

Dari (Tabel ) dapat dilihat jumlah konsumsi total cabe merah di


Aceh. Konsumsi cabe merah di Aceh sebagian besar merupakan
konsumsi langsung dalam bentuk primer, dan sebagian kecil
digunakan sebagai bibit. Dari tahun 2012, konsumsi total cabe merah
mengalami penurunan di tahun 2013 sebesar 14,7%. Namun di tahun
2014 konsumsi cabe merah meningkat tajam hingga lebih dari 100%
dan kembali mengalami penurunan di tahun 2015 yaitu sebesar 12,9
%. Profil kenaikan dan penurunan konsumsi terhadap cabe merah
terlihat sama untuk konsumsi dalam bentuk pangan primer maupun
dikonsumsi sebagai bibit. Konsumsi total cabe merah ini sangat
dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat mengingat bahwa sebagian
besar cabe merah di Aceh dikonsumsi dalam bentuk konsumsi
langsung oleh rumah tangga.

62
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

5.8.1.6 Jeruk

Jeruk merupakan komoditi pangan yang merupakan sumber


vitamin dan mineral. Kabupaten Pidie menetapkan jeruk sebagai salah
satu komoditi unggulan juga sebagai upaya untuk meningkatkan
asupan vitamin khususnya vitamin C bagi masyarakat. Konsumsi jeruk
di kabupaten Pidie terbilang tinggi dibandingkan manggis, nangka dan
pepaya, namun konsumsi jeruk masih di bawah durian, mangga,
pisang dan rambutan. Jumlah konsumsi jeruk di Kabupaten Pidie
dapat dilihat pada Tabel .

Tabel 20. Konsumsi Jeruk di Aceh Tahun 2012-2015 (Sumber: Neraca


Bahan Makanan Kabupaten Pidie)
Diolah untuk
Bahan
Tahun Pakan Bibit Non Tercecer Total
Makanan Makanan
makanan
2012 9.620 - - - - 391 10.011
2013 20.068 - - - - 817 20.885
2014 17.777 - - - - 723 18.500
2015 18.163 - - - - 739 18.902

Data neraca bahan makanan Aceh dari tahun 2012 sampai


tahun 2015 menunjukkan konsumsi jeruk di Kabupaten Pidie hanya
dalam bentuk konsumsi langsung oleh rumah tangga, dan sebagian
kecil berdasarkan hitungan jeruk yang tercecer. Konsumsi total jeruk
meningkat dua kali lipat dari tahun 2012 sampai tahun 2013. Namun
pada tahun 2014 menurun sebesar 11,4% dan sedikit meningkat di
tahun 2015. Konsumsi jeruk di Kabupaten Pidie sangat dipengaruhi
oleh musim buah-buahan yang lain. Apabila buah-buah lain seperti
durian, mangga dan rambutan sedang panen raya biasanya
masyarakat cenderung lebih memilih untuk tidak membelu jeruk, hal
ini yang menyebabkan konsumsi jeruk masih terbatas di Kabupaten
Pidie. Selain itu jeruk juga bersifat musiman sehingga apabila terjadi

63
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

panen serentak dengan buah-buah yang lain maka tingkat konsumsi


terhadap jeruk akan lebih rendah.

5.8.2 Aspek Perdagangan

Pembangunan pertanian tidak berhenti hanya sampai pada


proses produksi saja, tetpai pemasaran produk
pertanian menjadi pekerjaan dan tugas berikutnya yang tidak mudah.
Produk pangan utama seperti beras misalnya untuk menemukan pasar
mungkin relatif lebih mudah karena memang merupakan kebutuhan
utama yang pasti memang diperlukan setidak-tidaknya di dalam negeri.
Tetapi ketika kita harus memasarkan produk-produk bukan pangan
utama seperti hortikultura akan muncul persoalan.

Karena itu pemerintah perlu menjaga kestabilan harga dan pasar


hasil tanaman pangan sepanjang tahun melalui penetapan harga
pembelian oleh pemerintah, khususnya komoditas strategis seperti
padi, jagung dan kedelai. Pengawasan pemerintah sangat diperlukan
untuk menghindari ulah spekulan pedagang yang dapat memainkan
harga. Selain itu perlu mengupayakan tumbuh dan berkembangnya
kemitraan antara petani dengan pedagang/industri olahan/pengusaha
lainnya. Dalam pengendalian harga tersebut diperlukan koordinasi
dengan instansi dan stakeholder terkait, baik di tingkat Provinsi dan
Kabupaten/Kota maupun tingkat pusat. Harga yang ditetapkan dapat
berupa harga konsumen maupun harga produsen. Menurut BPS
Kabupaten Pidie (2015), harga konsumen adalah harga transaksi yang
terjadi antara penjual (pedagang eceran) dan pembeli (konsumen)
secara eceran dengan pembayaran tunai. Yang dimaksud dengan
eceran adalah membeli suatu barang dengan menggunakan satuan
terkecil untuk dikonsumsi. Harga produsen adalah harga yang diterima
petani atas hasil produksi petani.

64
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Sebagai contoh, untuk komoditi unggulan padi, jagung dan


kedelai, harga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, dimana bila
harga ditingkat produsen terlalu tinggi maka akan dilakukan impor
terhadap komoditi tersebut sehingga harga ditingkat konsumen tidak
menjadi terlalu tinggi sehingga tidak mempengaruhi produksi tahu dan
tempe. Namun kebijakan impor ini juga harus tetap memperhatikan
harga ditingkat produsen sehingga tidak merugikan petani.

Secara umum harga komoditi cabe ditentukan oleh jumlah suplai


dan jumlah permintaan. Pada saat suplai berkurang dan permintaan
tinggi maka harga akan naik dengan cepat, sebaliknya pada saat
jumlah suplai lebih besar dari permintaan maka harga akan menurun
tajam. Demikian juga untuk komoditi bawang merah.
Kebutuhan/permintaan untuk ke dua komoditi ini yaitu bawang merah
dan cabe merah cenderung konstan setiap saat, hanya pada saat-saat
tertentu, yaitu pada hari raya atau hari besar keagamaan permintaan
untuk kedua komoditi ini khususnya cabe merah meningkat sekitar
10-20%, sementara suplai bersifat musiman. Oleh karena itu untuk
menghindari fluktuasi harga diperlukan adanya kebijakan perencanaan
produksi dan manajemen pola produksi cabe dan bawang.

Pada (Tabel danTabel )diitunjukkan rata-rata harga pasar untuk


tingkat konsumen dan produsen terhadap beberapa komoditi unggulan
di Kabupaten Pidie pada Tahun 2015.

65
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Tabel 21. Tabel Rata-rata Harga Pasar Tingkat Konsumen Beberapa


Komoditi Unggulan di Kabupaten Pidie pada Tahun 2015

Rata-rata Harga (Rp/Kg)

Kab. / Cabai Cabe


No Bawang Bawang
Kota Beras Jagung Kedelai merah merah Jeruk Siam Ket
merah Putih
besar keriting

1. Pidie 7.448 7.145 8.841 35.000 35.625 31.725 21.194 16.181

Tabel 22. Rata-rata Harga Pasar Tingkat Produsen Beberapa


Komoditi Unggulan di Kabupaten Pidie pada Tahun 2015

Rata-rata Harga (Rp/Kg)

Kab. /
No Cabai Cabe
Kota Bawang Bawang Jeruk
Beras Jagung Kedelai merah merah ket
merah Putih Siam
besar keriting

1. Pidie 6.495 4.598 6.111 - 30.344 26.725 - 12.194 -

Dari ke dua Tabel di atas terlihat adanya selisih antara harga


produsen dan konsumen, namun biasanya selisih harga yang
berfluktuasi hanya akan merugikan pihak konsumen dan produsen.
Dari Tabel juga dapat dilihat bahwa, harga konsumen tidak
dipengaruhi oleh wilayah produksi, namun harga lebih dipengaruhi
oleh sarana transportasi dan jarak tempuh. Hal ini dapat dilihat pada
harga pasar salah satu komoditi yaitu beras baik di tingkat konsumen
maupun di tingkat produsen di wilayah Simeulu dan Aceh Tenggara
harga beras jauh lebih tinggi di bandingkan wilayah lainnya. Contoh
lain adalah kota Banda Aceh, walaupun tidak memproduksi beras,
namun harga pasar untuk beras di tingkat konsumen masih di bawah
rata-rata yaitu sebesar Rp. 8.940, dimana harga rata-rata sebesar Rp.
9.497 Oleh karena itu, perbaikan sarana dan prasarana transportasi
diharapkan akan sangat mempengaruhi harga komoditi bahan pangan
di daerah.

66
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

5.9 Aspek Teknis

Pembangunan pertanian masa kini dan masa mendatang akan


dihadapkan pada berbagai permasalahan yang semakin kompleks. Isu
ketahanan pangan, proses produksi yang efisien dalam rangka
menghadapi pasar global, peningkatan kesejahteraan petani,
penyediaan lapangan kerja, kemerosotan kualitas sumberdaya lahan,
produk pertanian yang ramah lingkungan (organic farming), perlu
dipertimbangkan dalam membangun pertanian kedepan. Untuk itu
diperlukan adanya suatu perubahan dari pertanian tradisional menjadi
pertanian yang modern. Ciri utama pertanian modern adalah
produktivitas, efisiensi, mutu dan kontinuitaspasokan yang terus
menerus harus selalu meningkat dan terpelihara.Untuk mencapai hal
tersebut maka sangat dibutuhkan adanya inovasi teknologi dalam
bidang pertanian.

Dewasa ini telah banyak inovasi pertanian yang dikembangkan


guna mendukung pengembangan pertanian modern. Ciri teknologi
tersebut adalah mampu: (1) meningkatkan efisiensi dan cost
effectiveness produksi melalui teknologi inovatif, (2) menekan biaya
produksi dan meningkatkan kualitas produk, (3) menghasilkan produk
primer berkualitas tinggi dengan standar harga pasar yang baik, (4)
mengurangi kehilangan hasil pada saat pra panen dan pasca panen, (5)
mengolah by-product menjadi produk bernilai tambah, (6)
mempertahankan produktivitas dan kualitas produksi, serta suplai
produk ke pasar secara berkesinambungan, dan (7) mampu
memperbaiki kualitas kemasan untuk transportasi (Budianto, 2002).

Sementara itu, pada sisi lainnya isu adanya kesenjangan hasil


penelitian dengan hasil petani dalam penerapan teknologi hingga saat
ini masih sering terdengar. Penyebabnya antara lain adalah petani
umumnya belum menerapkan teknologi dalam bidang pertanian

67
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

tersebut. Hal itu sebagai akibat dari penggunaan teknologi tidak sesuai
kebutuhan, teknologi terlalu sukar diterapkan, tidak menghasilkan
nilai tambah yang ekonomis yang nyata serta keterbatasan petani
dalam mendapatkan informasi tentang teknologi itu sendiri sehingga
tidak sampai kepada petani. Hal itu dapat dipahami karena adanya
beberapa kenyataan yaitu antara lain (a) lemahnya akses petani kepada
lembaga penelitian (sumber teknologi), (b) beragamnya kondisi
agroekologi wilayah (c) berubahnya sistem penyuluhan pertanian
sebagai konsekuensi penerapan otonomi daerah.

Handaka memberikan suatu ilustrasi bahwa di Indonesia terjadi


proses inovasi dalalam bentuk evolusi mekanisasi pertanian. Prosesnya
berjalan lambat, bahkan sangat lambat dibandingkan dengan negara
Asia Pasifik yang lebih maju seperti di Thailand, India, Philipina,
Malaysia dan Vietnam. Kenyataan tersebut tentunya dialami juga oleh
pertanian di Kabupaten Pidie. Akibatnya industri alsintan dalam negeri
memiliki keterbatasan dalam kemampuan mendesain alsintan yang
sesuai dengan kondisi lahan setempat. Kelemahan tersebut diperparah
oleh rendahnya daya beli petani sebagai konsumen alsintan sementara
pemberian kredit pertanian oleh pemerintah masih sangatrendah.
Masuknya alsintan impor dari China dengan harga yang sangat murah
(cenderung dumping) juga menjadi tantangan nyata terhadap industri
alsintan Indonesia. Namun alsintan China tersebut sudah mulai
dirasakan merugikan oleh petani karena mutunya yang sangat rendah
(PSP-IPB dan Deptan, 2003).

Namun demikian Propinsi Aceh juga telah mengaplikasikan


beberapa inovasi dalam bidang pertanian dalam upaya untuk
meningkatkan produktivitas dan mutu hasil-hasil pertanian mulai dari
penggunaan varietas-varietas unggul bibit pertanian, alat-alat
pertanian hingga budidaya pertanian dengan cara modern.

68
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

5.9.1 Bibit/benih unggul

Ketersediaan benih unggul yang bermutu merupakan salah satu


syarat dalam upaya pengembangan komoditas prioritas dalam rangka
peningkatan produktivitas persatuan lahan. Pemerintah Aceh
menyadari akan pentingnya bibit unggul dalam upaya peningkatan
produktivitas lahan sehingga telah melaksanakan sertifikasi benih
untuk tanaman pangan dan holtikultura. Realisasi ketersediaan benih
unggul bersertifikat sampai dengan Agustus 2015 disajikan pada tabel
berikut.

Tabel 23. Realisasi Ketersediaan Benih Unggul Bersertifikat Sampai


Agustus 2015 (Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan
dan Hortikultura Kabupaten Pidie, 2015).

Jumlah berdasarkan kualitas (Ton)


Tanaman Varietas
BD BP BR Total (Ton)
Padi Bestari 240 7,000 7,240
Cibogo 350 20,000 20,350
Cigeulis 11,000 255,000 266,000
Ciherang 6,635 209,185 1,773,170 1,988,990
Gilirang 5250 5,250
Inpari 16 Pasundan 2,500 37,100 61,000 100,600
Inpari 30 Ciherang
Sub I 4,250 33,450 132,095 169,795
Inpari 31 1500 1,500
Inpari Mugibat 1,150 12,120 5,000 18,270
Inpari Sidenuk 1,500 69,205 118,000 188,705
IPB 3 s 1,000 1,000
IR 64 1,370 2,000 3,500 6,870
Mekongga 2,600 82,625 173,800 259,025
Mira-1 300 300
PB 42 3,000 3,000
Situ Bagendit 5,000 5,000
Suluttan Unsrat 300 7,600 7,900
Kedelai Anjasmoro 4.75 57 997 1,058.75
Kacang Tanah Tuban 5,000 5,000
Jagung Bima 3,000 3,000

69
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Namun pemakaian bibit unggul ini masih menjadi kendala yang


dirasakan oleh petani. Adapun kendala tersebut adalah:
1. Tidak tersedianya benih unggul pada tingkat petani, kondisi ini
menyebabkan petani menggunakan bibit yang mudah diperoleh
sehingga produktivitasnya juga cenderung lebih rendah.
2. Tingginya harga bibit unggul yang tidak sesuai dengan daya beli
petani.
3. Kurangnya sosialisasi, pelatihan dan pendampingan dalam
aplikasi bibit unggul sehingga petani enggan menggunakan bibit
tersebut.

5.9.2 Aplikasi Mekanisasi Pertanian

Mekanisasi pertanian pada dasarnya bertujuan untuk


meningkatkan efisiensi lahan dan tenaga kerja, meningkatkan luas
lahan yang dapat ditanami, menghemat energi dan sumber daya
(benih, pupuk, dan air), meningkatkan efektivitas, produktivitas dan
kualitas hasil pertanian, mengurangi beban kerja petani, menjaga
kelestarian lingkungan dan produksi pertanian yang berkelanjutan,
serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani (Salokhe dan
Ramalingam, 1998). Dengan demikian guna menjadikan pertanian
sebagai sector penggerak utama pembangunan dimana diperlukan
kesiapan teknologi guna memacu peningkatan produktivitas, kualitas
produk, efisiensi serta teknologi pengolahan produk primer menjadi
produk olahan sekunder, mekanisasi pertanian merupakan salah satu
langkah yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Pidie.

Beberapa teknologi dalam pertanian yang telah terealisasi dalam


masyarakat petani di Kabupaten Pidie adalah:
a) Traktor roda dua
Traktor roda-2 merupakan alat pengolah tanah utama saat ini. Hal
ini mengingat ternak pekerja sudah sangat berkurang dimana saat

70
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

ini sebagian besar ternak kerbau/sapi dipelihara untuk


digemukkan ataupun diperah susunya. Traktor roda-2 ini
digunakan untuk mengolah tanah sehingga siap untuk ditanami.

b) Mesin Penggiling padi


Mesin ini berfungsi untuk mengupas kulit gabah, sesuai varietas
padi yang di tanam di Indonesia. Mesin ini menggantikan lesung
sebagai alat penggiling gabah.

c) Mesin pemanen padi


Mesin panen padi ini berfungsi untuk memanen padi di sawah,
otomatis memotong, mengikat menjadi rumpun padi dan
melepaskan ke samping sehingga tidak mengganggu kerja
operator. Akan tetapi, mesin ini tidak terealisasi dengan baik
karena para petani di Aceh dan Indonesia pada umumnya tidak
memiliki lahan yang cukup luas untuk menggunakannya. Dan jika
dilihat dari segi finansial, belum tentu petani mendapatkan
keuntungan yang sepadan dengan biaya pembelian alat tersebut.
Selain itu dengan adanya mesin tersebut otomatis mengurangi
jumlah pekerja untuk memanen padi, sehingga tingkat
pengangguran semakin banyak. Terkadang hal ini juga bertolak
belakang dengan kearifan budaya lokal setempat yang lebih
menjunjung tinggi rasa persaudaraan dan solidaritas.

d) Mesin Perontok Padi


Mesin perontok padi ini berfungsi untuk merontokkan butir-butir
padi dari tangkainya. Alat ini sebenarnya sangat efisien karena
rontokan bitur-butir padi terkumpul pada suatu wadah sehingga
butir-butir padi yang terbawa angin lebih sedikit. Selain itu tenaga
untuk merontokkan padi relatif lebih sedikit hal ini bertolak
belakang dengan budaya lokal yang masih memikirkan nasib

71
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

orang-orang dilingkungan sekitarnya yang masih membutuhkan


penghidupan dari hasil menjadi buruh perontok padi.

e) Mesin Perontok Biji Jagung


Mesin perontok/pemipil biji jagung adalah alat mesin pertanian
yang digunakan sebagai mesin pemipil jagung. Alat mesin ini bisa
memisahkan biji jagung dari tongkolnya menjadi jagung
pipilandalam jumlah banyak dalam waktu yang cepat.

f) Mesin Pengering
Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air hasil
pertanian sampai mencapai nilai tertentu sehingga siap untuk
diolah/digiling atau aman untuk disimpan dalam waktu yang
lama. Pada saat ini metode pengeringan telah berkembang dari
cara penjemuran secara tradisional menjadi pengering
buatan.Secara umum pengering buatan memiliki keunggulan
dimana proses pengeringan dapat dilakukan lebih cepat dan tanpa
tergantung dengan ketersediaan sinar matahari. Meskipun
demikian masih banyak petani-petani di Kabupaten Pidie yang
masih melaksanakan metode tradisional dalam proses
pengeringan.

g) Alat Pengolah Pupuk Organik (APPO)


APPO merupakan mesin/ alat pencacah pupuk organik, fungsinya
memotong, menghancurkan dan menghaluskan jerami, daun dan
bahan organik lain sebagai bahan pupuk organik ataupun pakan
ternak.

5.9.3 Teknik Budidaya

Pengembangan sector pertanian sangat tergantung pada teknik


budidaya yang diimplementasikan oleh para petani. Teknik budidaya
juga sangat kuat dipengaruhi oleh budaya masyarakat setempat.

72
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Karakteristik masyarakat Aceh dengan budaya yang sangat beragam


menyebabkan teknik budidaya yang diterapkan tidak seragam yang
pada akhirnya, baik secara langsung ataupun tidak langsung,
berpengaruh terhadap produktifitas lahan.

5.9.3.1 Budidaya Padi

1. Syarata Tumbuh
Pada lahan basah (sawah irigasi), curah hujan bukan merupakan
factor pembatas tanaman padi, tetapi pada lahan kering tanaman padi
membutuhkan curahhujan yang optimum >1.600 mm/tahun. Bulan
basah adalah bulan yang mempunyai curah hujan>200 mm dan
tersebar secara normal atau setiap minggu ada turun hujansehingga
tidak menyebabkan tanaman stress karena kekeringan. Suhu
yangoptimum untuk pertumbuhan tanaman padi berkisar antara 24 -
290C.Padi gogo biasa ditanam pada lahan kering dataran rendah.
Tanaman padi dapattumbuh pada berbagai tipe tanah. Reaksi tanah
(pH) optimum berkisar antara5,5-7,5. Permeabilitas pada sub horison
kurang dari 0,5 cm/jam.

2. Teknik Budidaya Padi Sawah


a. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah
Komponen teknologi dasar dalam PTT yaitu, penggunaan varietas
padi unggul atau varietas padi berdaya hasil tinggi dan atau bernilai
ekonomi tinggi, benih bermutu dan berlabel, pemupukan berimbang
berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah (spesifik
lokasi), pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT).
Komponen Teknologi Pilihan dalam PTT yaitu, penanaman bibit umur
muda dengan jumlah bibit terbatas yaitu antara 1-3 bibit per lubang,
peningkatan populasi tanaman, penggunaan kompos bahan organik
dan atau pupuk kandang sebagai pupuk dan pembenah tanah,
pengaturan pengairan dan pengeringan berselang, pengendalian gulma,
panen tepat waktu dan perontokan gabah sesegera mungkin.

73
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

b. Persemaian
Untuk keperluan penanaman seluas 1 ha, benih yang
dibutuhkan sebanyak ±20 kg. Benih bernas (yang tenggelam) dibilas
dengan air bersih dan kemudiandirendam dalam air selama 24 jam.
Selanjutnya diperam dalam karung selama 48jam dan dijaga
kelembabannya dengan cara membasahi karung dengan air. Untuk
benih hibrida langsung direndam dalam air dan selanjutnya
diperam.Luas persemaian sebaiknya 400 m2/ha (4% dari luas tanam).
Lebar bedengan pembibitan 1,0-1,2 m dan diberi campuran pupuk
kandang, serbuk kayu dan abusebanyak 2 kg/m2. Penambahan ini
memudahkan pencabutan bibit padi sehinggakerusakan akar bisa
dikurangi. Antar bedengan dibuat parit sedalam 25-30 cm.

c. Persiapan Lahan
Pengolahan tanah dapat dilakukan secara sempurna (2 kali bajak
dan 1kali garu) atau minimal atau tanpa olah tanah sesuai keperluan
dan kondisi. Faktoryang menentukan adalah kemarau panjang, pola
tanam, jenis/tekstur tanah.Dua minggu sebelum pengolahan tanah
taburkan bahan organik secaramerata di atas hamparan sawah. Bahan
organik yang digunakan dapatberupa pupuk kandang sebanyak 2
ton/ha atau kompos jerami sebanyak 5 ton/ha.

d. Penanaman
Tanam bibit muda <21 HSS (hari setelah sebar), sebanyak 1-
3bibit/rumpun. Bibit lebih muda (14 HSS) dengan 1 bibit/rumpun
akanmenghasilkan anakan lebih banyak, hanya pada daerah endemis
keong masgunakan benih 18 HSS dengan 3 bibit/rumpun. Penyulaman
dilakukan sebelumtanaman berumur 14 HST (hari setelah tanam).
Pada saat bibit ditanam, tanahdalam kondisi jenuh air.

Pengaturan jarak tanam dilakukan dengan caplak, dengan lebar


antartitik 20-25 cm. Setelah dilakukan caplak silang dan membentuk

74
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

tegel (20 X 20 cmatau 25 X 25 cm), pada setiap baris ke tiga


dikosongkan dan calon bibitnyaditanam pada barisan ganda yang akan
membentuk jarak tanam dalam barisanhanya 10 cm. Kekurangan bibit
untuk baris berikutnya diambilkan bibit daripersemaian.

e. Pengairan Berselang
Pemberian air berselang (intermittent) adalah pengaturan
kondisisawah dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian.
Cara pemberian air yaitu saat tanaman berumur 3 hari, petakan sawah
diairi dengan tinggi genangan 3 cm dan selama 2 hari berikutnya
tidak ada penambahanair. Pada hari ke-4 lahan sawah diari kembali
dengan tinggi genangan 3 cm.Cara ini dilakukan terus sampai fase
anakan maksimal. Mulai fase pembentukanmalai sampai pengisian biji,
petakan sawah digenangi terus. Sejak 10 -15 harisebelum panen
sampai saat panen tanah dikeringkan. Pada tanah berpasir dancepat
menyerap air, waktu pergiliran pengairan harus diperpendek.
Apabilaketersediaan air selama satu musim tanam kurang mencukupi,
pengairan bergilirdapat dilakukan dengan selang 5 hari. Pada sawah-
sawah yang sulit dikeringkan(drainasejelek), pengairan berselang tidak
perlu dipraktekkan.

f. Pemupukan
Untuk setiap ton gabah yang dihasilkan, tanaman padi
membutuhkan hara Nsekitar 17,5 kg, P sebanyak 3 kg clan K sebanyak
17 kg. Dengan demikian jika kitaingin memperoleh hasil gabah tinggi,
sudah barang tentu diperlukan pupukyang lebih banyak. Namun
demikian tingkat hasil yang ditetapkan jugamemperhatikan daya
dukung lingkungan setempat dengan melihat produktivitaspadi pada
tahun-tahun sebelumnya.

Pupuk awal N diberikan pada umur padi sebelum 14 hst


ditentukanberdasarkan tingkat kesuburan tanah. Takaran pupuk

75
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

dasar N untuk padi varietasunggul baru sebanyak 5075 kg urea/ha,


sedangkan untuk padi tipe barudengan takaran 100 kg urea/ha.Cara
pemberian pupuk N dilakukan dengan cara disebar merata
dipermukaan tanah. Pupuk Urea merupakan pupuk yang mudah larut
dalam air,sehingga pada saat pemupukan sebaiknya saluran
pemasukan dan pengeluaran airditutup.

g. Pengendalian Gulma Secara Terpadu


Gulma dikendalikan dengan cara pengolahan tanah sempurna,
mengatur airdipetakan sawah, menggunakan benih padi bersertifikat,
hanya menggunakankompos sisa tanaman dan kompos pupuk
kandang, dan menggunakan herbisidaapabila infestasi gulma sudah
tinggi.Pengendalian gulma secara manual dengan menggunakan
kosrok(landak) sangat dianjurkan, karena cara ini sinergis dengan
pengelolaan lainnya.Pengendalian gulma secara manual hanya efektif
dilakukan apabila kondisi air dipetakan sawah macak-macak atau
tanah jenuh air.

h. Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu


Pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) merupakan
pendekatanpengendalian yang memperhitungkan faktor ekologi
sehingga pengendaliandilakukan agar tidak terlalu mengganggu
keseimbangan alami dan tidakmenimbulkan kerugian besar. PHT
merupakan paduan berbagai carapengendalian hama dan penyakit,
diantaranya melakukan monitoring populasi hamadan kerusakan
tanaman sehingga penggunaan teknologi pengendalian dapatlebih
tepat.

i. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Gogo


Secara umum komponen utama pendekatan model PTT padi
gogoadalah: (1) penggunaan Varietas unggul (disarankan lebih dari
satu varietas),(2) penambahan bahan organik tanah dan tindakan

76
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

konservasi tanah, (3) pemupukanberimbang sesuai rekomendasi


setempat dan waktu pemupukan yangtepat, dan (4) sistem tanam
seperti jajar legowo dan memupuk dalam larikanuntuk efisiensi pupuk.

5.9.3.2 Panen dan Pascapanen Padi


1. Panen
Lakukan panen saat gabah telah menguning, tetapi malai masih
segar.Potong padi dengan sabit gerigi, 30-40 cm di atas permukaan
tanah. Gunakan plastik atau terpal sebagai alas tanaman padi yang
baru dipotong dan ditumpuksebelum dirontok. Sebaiknya panen padi
dilakukan oleh kelompok pemanendan gabah dirontokan dengan power
tresher atau pedal tresher. Apabilapanen dilakukan pada waktu pagi
hari sebaiknya pada sore harinyalangsung dirontokan. Perontokan
lebih dari 2 hari menyebabkan kerusakanberas.

2. Pasca Panen
Jemur gabah di atas lantai jemur dengan ketebalan 5-7 cm.
Lakukanpembalikan setiap 2 jam sekali. Pada musim hujan, gunakan
pengering buatandan pertahankan suhu pengering 50oC untuk gabah
konsumsi atau 42oC untukmengeringkan benih. Pengeringan dilakukan
sampai kadar air gabah mencapai 12-14% untuk gabah konsumsi dan
10-12% untuk benih. Gabah yang sudah keringdapat digiling dan
disimpan. Hal penting yang perlu diperhatikan dalampenggilingan dan
penyimpanan adalah:
1. Untuk mendapatkan beras kualitas tinggi, perlu diperhatikan
waktupanen, sanitasi (kebersihan), dan kadar air gabah (12-
14%).
2. Simpan gabah/beras dalam wadah yang bersih dalam
lumbung/gudang, bebashama, dan memiliki sirkulasi udara yang
baik.
3. Simpan gabah pada kadar air kurang 14% untuk konsumsi, dan
kurangdari 13% untuk benih.

77
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

4. Gabah yang sudah disimpan dalam penyimpanan, jika akan


digiling,dikeringkan terlebih dahulu sampai kadar air 12-14%.
5. Sebelum digiling, gabah yang dikeringkan tersebut diangin-
anginkan terlebihdahulu untuk menghindari butir pecah.

5.9.3.3 Budidaya Jagung


1. Syarat Tumbuh
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata.
Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup
air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim
kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi,
pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak
optimal. Suhu optimum antara 23oC–30oC. Jagung tidak memerlukan
persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan
kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5.
Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %.
Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan
pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl
dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl.

2. Teknik Budidaya Tanaman Jagung


a. Syarat Benih
Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi
(benih hibryda). Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih
+ 20-30 kg/ha.

b. Pengolahan Tanah
Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnyadan dicangkul
sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat saluran
drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm,
kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang
drainasenya jelek.Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur

78
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

(dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan


tanaman, +1 bulan sebelum tanam.

c. Pemupukan
Dosis untuk pemupukan tanaman jagung dapat dilihat pada 24 di
bawah ini:

Tabel 24. Dosis Pemupukan tanaman jagung

Dosis Pupuk
Makro(per ha)
Waktu Urea TSP KCL Dosis POC NASA
(kg) (kg) (kg)
Perendaman benih - - - 2 – 4 cc/lt air
Pupuk dasar 120 80 25 20 – 40
tutup/tangki
(siram merata)
2 minggu - - - 4 – 8 tutup/tangki
(semprot/siram)
Susulan I (3 minggu) 115 - 55 -
4 minggu - - - 4 – 8 tutup/tangki
(semprot/siram)
Susulan II (6 minggu) 115 - -
4 – 8 tutup/tangki
(semprot/siram)
Catatan : akan lebih baik pupuk dasar menggunakan SUPER NASA
dosis ± 1botol/1000 m2 dengan cara :
 alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 lt air (jadi
larutan induk).Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan
induk tadi untuk menyiram bedengan.
 alternatif 2 : 1 gembor (10-15 lt) beri 1 sendok peres makan
SUPER NASA untukmenyiram +10 m bedengan.

d. Penentuan Pola Tanam


Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan :
 Tumpang sari ( intercropping ),

79
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau


berbeda). Contoh:tumpang sari sama umur seperti jagung dan
kedelai; tumpang sari beda umur sepertijagung, ketela pohon, padi
gogo.

 Tumpang gilir ( Multiple Cropping ),


Dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan
mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat
keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai,
kacang tanah, dll.
 Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ):
pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis
tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang
bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan
kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang
panjang.
 Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ) :
penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur
jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu.
Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan
penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi
kayu.

e. Lubang Tanam dan Cara Tanam


Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya
diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur
panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam semakin lebar.
Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak
tanamnya 40x100 cm (2 tanaman/lubang). Jagung berumur panen 80-
100 hari, jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang).
 Penjarangan dan Penyulaman

80
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong


dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah.
Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan,
karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan
tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang
tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst).
Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama
dengan sewaktu penanaman.
 Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada
tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau
cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu
perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup
kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman
berumur 15 hari.
 Pembubunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan
untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah
rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan
tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6
minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah
kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul,
kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan
terbentuk guludan yang memanjang.
 Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya,
kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman
tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang
diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit
di antara bumbunan tanaman jagung.

81
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

5.9.3.4 Panen dan Pascapanen Jagung


1. Panen
Umur panen jagung tergantung dari masing-masing varitas yang
ditanam, tetapi biasanya 2 bulan setelah 50% keluar rambut. Jagung
untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi
penuh (diameter tongkol 1-2 cm), jagung rebus/bakar, dipanen ketika
matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih,
tepung dll dipanen jika sudah matang fisiologis.Dikupas saat masih
menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai, agar kadarair
dalam tongkol dapat diturunkan sehingga cendawan tidak tumbuh.

2. Pascapanen
Pengeringan diperlukan sebelum pemipilan untuk menghindari
terjadinya biji pecah. Untuk itu, kadar air biji harus diturunkan
menjadi < 20%. Pengeringan dimaksudkan untuk mencapai kadar air
biji 12-14% agar tahan disimpan lama, tidak mudah terserang hama
dan terkontaminasicendawan yang menghasilkan mikotoksin,
mempertahankan volume dan bobot bahan sehingga memudahkan
penyimpanan. Penjemuran dapat dilakukan langsung di lapangan
dengan membiarkan tongkol tetap pada tanaman selama 7-14 hari.
Pengeringan dengan cara ini dapat menurunkan kadar air biji sampai
18%. Pengeringan bisa juga dilakukan dengan menggunakan
mesinpengering dengan panas pengeringan 38-430 C dan bangunan
pengering yang dapat dengan suhu pengeringan 40-45ºC untuk
konsumsi benih. Setelah kering biji jagung dipipil dengan tangan atau
alat pemipil jagung.

5.9.3.5 Budidaya Kedelai

1. Syarat Tumbuh
Tanaman kedelai sebenarnya dapat tumbuh di semua jenis tanah,
namun demikian, untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan

82
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

produktivitas yang optimal, kedelai harus ditanam pada jenis tanah


berstruktur lempung berpasir atau liat berpasir.Tanaman kedelai dapat
tumbuh pada kondisi suhu yangberagam, namun sangat peka dengan
perubahan panjang hari atau lama penyinaran sinar matahari.

2. Teknik Budidaya Kedelai


a. Pemilihan Benih

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan varietas


yaitu umur panen, ukuran dan warna biji, serta tingkat adaptasi
terhadap lingkungan tumbuh yang tinggi. Umur panen, hasil, dan sifat
lain dari beberapa varietas unggul kedelai dapat dilihat pada Tabel .

Tabel 25. Umur panen, hasil, dan sifat lain dari beberapa varietas
unggul kedelai.
Varietas Umur panen Hasil (ton/ha) Tahan terhadap
(hari) hama/penyakit
Galunggung 80-90 1,50 Karat daun
Lokon 76 1,75 Karat daun
Wilis 88 1,60 Karat daun
Guntur 73-79 1,85 -
Dempo 90-95 1,50 Karat daun
Kerinci 87 1,65 Karat daun dan lalat
kacang

b. Persiapan Lahan
Persiapan lahan penanaman kedelai di areal persawahan dapat
dilakukan secara sederhana. Mula-mula jerami padi yang tersisa
dibersihkan, kemudian dikumpulkan, dan dibiarkan mengering.
Selanjutnya, dibuat petak-petak penanaman dengan lebar 3m-10m,
yang panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan. Diantara petak
penanaman dibuat saluran drainase selebar 25cm-30cm, dengan

83
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

kedalaman 30cm. Setelah didiamkan selama 7-10hari, tanah siap


ditanami.

Jika areal penanaman kedelai yang digunakan berupa lahan


keringatau tegalan, sebaiknya dilakukan pengolahan tanah terlebih
dahulu.Tanah dicangkul atau dibajak sedalam 15c –20cm. Di sekeliling
lahandibuat parit selebar 40 cm dengan kedalaman 30 cm.
Selanjutnya, dibuatpetakan-petakan dengan panjang antara 10 cm–15
cm, lebar antara 3cm–10 cm, dan tinggi 20 cm–30 cm. Antara petakan
yang satu denganyang lain (kanan dan kiri) dibuat parit selebar dan
sedalam 25 cm. Antarapetakan satu dengan petakan di belakangnya
dibuat parit selebar 30 cmdengan kedalaman 25 cm. Selanjutnya,
lahan siap ditanami benih.Apabila lahan yang digunakan termasuk
tanah asam (memiliki pH<5,0), bersamaan dengan pengolahan tanah
dilakukan pengapuran.

Sebelum dilakukan kegiatan penanaman, terlebih dulu diberi


pupukdasar. Pupuk yang digunakan berupa TSP sebanyak 75 kg – 200
kg/ha,KCl 50 kg – 100 kg/ha, dan Urea 50 kg/ha. Dosis pupuk dapat
puladisesuaikan dengan anjuran petugas Wilayah Kerja Penyuluh
Pertanian(WKPP) setempat. Pupuk disebar secara merata di lahan,
ataudimasukkan ke dalam lubang di sisi kanan dan kiri lubang tanam
sedalam5 cm.

c. Penanaman
Cara tanam yang terbaik untuk memperoleh produktivitas tinggi
yaitu dengan membuat lubang tanam memakai tugal dengan
kedalaman antara 1,5 – 2 cm. Setiap lubang tanam diisi sebanyak 3 – 4
biji dan diupayakan 2 biji yang bisa tumbuh. Penanaman ini dilakukan
dengan jarak tanam 40 cm x 10 – 15 cm. Pada lahan subur, jarak
dalam barisan dapat diperjarang menjadi 15 – 20 cm. Populasi
tanaman yang optimal berkisar 400.000 – 500.000 tanaman per

84
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

hektar.Jarak Tanam Kedelai pada berbagai keadaan lingkungan dapat


dilihat pada Tabel 26 di bawah ini.
Tabel 26. Jarak Tanam Kedelai pada berbagai keadaan lingkungan

Jarak tanam Populasi


Lingkungan
(cm x cm) Tanaman/Ha
10 x 35 571.428
10 x 40 500.000
a. Tanah Kurus atau air kurang
20 x 20 500.000
15 x 25 533.333
10 x 50 400.000
5 x 50 400.000
10 x 45 444.444
b. Kesuburan tanah sedang,
15 x 35 380.952
pengairan cukup
15 x 40 333.332
20 x 25 400.000
20 x 30 333.333
15 x 45 296.296
7,5 x 45 296.296
15 x 50 266.666
c. Tanah subur, pengairan cukup 20 x 35 285.714
20 x 40 250.000
25 x 25 320.000
25 x 30 266.666
Keterangan: Ditanam satu benih per lubang tanam.

d. Pemeliharaan

Untuk mengurangi penguapan tanah pada lahan, dapat digunakan


mulsa berupa jerami kering. Mulsa ditebarkan di antara barisan tempat
penanaman benih dengan ketebalan antara 3 cm–5 cm.Satu minggu
setelah penanaman, dilakukan kegiatan penyulaman.Tanaman kedelai
sangat memerlukan air saat perkecambahan (0–5hari setelah tanam),
stadium awal vegetatif (15–20 hari), masapembungaan dan
pembentukan biji (35–65 hari). Pengairan sebaiknyadilakukan pada
pagi atau sore hari. Pengairan dilakukan denganmenggenangi saluran
drainase selama 15 – 30 menit.

Pada saat tanaman berumur 20 – 30 hari setelah tanam,


dilakukankegiatan penyiangan. Pemberian pupuk susulan dilakukan

85
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

saat tanaman berumur 20–30hari setelah tanam. Pemberian pupuk


susulan hanya dilakukan padatanah yang kurang subur saja. Pupuk
yang digunakan berupa Ureasebanyak 50 kg/ha. Pupuk diberikan
dalam larikan di antara barisantanaman kedelai, selanjutnya ditutup
dengan tanah. Bagi kedelai Jepang,pupuk susulan yang digunakan
adalah Urea, TSP, dan KCl masing-masing sebanyak 200 kg/ha.

5.9.3.5 Panen dan Pascapanen Kedelai


a. Panen
Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah
menguning, tetapibukan karena serangan hama atau penyakit, lalu
gugur, buah mulai berubah warna darihijau menjadi kuning
kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah mulai kelihatan
tua,batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. Pemanenan
kedelai sebaiknya dilakukan pada kadar air rendah (17%-20%).

b. Pasca Panen
1. Pengeringan Brangkasan
Pengeringan brangkasan dapat dilakukan secara alami dan
buatan, secara alami ialah dengan cara brangkasan dijemur.
Penjemuran dilakukan dengan cara sebagai berikut :
 Brangkasan kedelai dihamparkan di atas alas setebal 25 cm, atau
sedapat mungkin didirikan. Dengan didirikan pengeringan dapat
lebih merata.

 Lakukan pembalikan brangkasan, terutama jika brangkasan


dihamparkan.

 Lakukan penjemuran sampai kadar air biji ± 17% yang ditandai


dengan polong sangat mudah pecah bila ditekan dengan jari.
Penjemuran pada cuaca baik memerlukan waktu sekitar 1-2 jam
Pengeringan buatan dilakukan pada saat panenan bertepatan
dengan musim hujan. Hal ini perlu dilakukan karena brangkasan yang

86
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

dipanen harus segera dilakukan agar tidak mengalami penurunan


kualitas. Pengeringan buatan dilakukan dengan mesin pengering
dengan suhu maksimun 60ºC.
2. Perontokan Biji
Ada beberapa cara memisahkan biji dari kulit polongan yaitu
dengan cara:
 Memukul-mukul tumpukan brangkasan kedelai secara langsung
dengankayu/karet ban dalam sepeda/ kain untuk
menghindarkan terjadinya biji pecah, Kadar air biji kedelai untuk
dirontokkan secara tradisional adalah 12-13 %.
 Brangkasan kedelai sebelum dipukul-pukul dimasukkan ke
dalam karungatau dihamparkan dengan tebal 20 cm;
 Menggunakan alat mekanis (power thresher) yang biasa
digunakan untuk merontokkan padi. Pada waktu perontokan
dikurangi hingga mencapai kurang lebih 400 rpm. Perontokan
kedelai dengan Power Threser dilakukan pada kadar air biji 14-
15%.
3. Pembersihan biji
Biji yang terpisah kemudian ditampi agar terpisah dari kotoran-
kotoran lainnya. Biji yang luka dan keriput dipisahkan. Pembersihan
juga bisa dilakukan dengan menggunakan mesin pembersih (winower),
mesin ini merupakan kombinasi antara ayakan dengan blower.
4. Pengeringan Biji
Biji yang bersih selanjutnya dijemur kembali sampai kadar airnya
9% – 11%.
5. Pengemasan dan penyimpanan.
Biji yang kering lalu disimpan dalam wadah yang bebas hama
danpenyakit. Caranya kedelai disimpan di tempat kering dalam
karunggoni/plastik. Karung yang digunakan harus diberi label berupa
tulisan yang dapatmenjelaskan tentang produk yang dikemas. Karung-
karung ini ditumpuk padatempat yang diberi alas kayu agar tidak
langsung menyentuh tanah atau lantai.Apabila kedelai disimpan dalam

87
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

waktu lama, maka setiap 2 – 3 bulan sekaliharus dijemur sampai kadar


airnya sekitar 9% – 11%. Apabila diangkut padajarak jauh, hendaknya
dipilih jenis wadah/kemasan yang kuat. Tempat penyimpanan
haruslah teduh, kering dan bebas hama atau penyakit. Suhu ruangan
yang baik untuk penyimpanan biji kedelai adalah suhu 18-20 ºC dan
kelembaban sekitar 55 %. Kondisi suhu dan kelembaban ini dapat
mempertahankan daya simpan biji kedelai dapat mencapai satu tahun
lebih dengan daya kecambah di atas 85 %. Biji kedelai yang akan
disimpan sebaiknya mempunyai kadar air 9 – 14 %.

5.9.3.6 Budidaya Cabe

1. Syarat Tumbuh
Suhu yang ideal untuk budidaya cabai adalah 24-280C. Tanaman
cabai dapat tumbuh pada musim kemarau apabila dengan pengairan
yang cukup dan teratur. Penyinaran yang dibutuhkan adalah
penyinaran secara penuh, bila penyinaran tidak penuh pertumbuhan
tanaman tidak akan normal. Curah hujan yang dikehendaki untuk
pengairan yang cukup yaitu 800-2000 mm/tahun.Ketinggian tempat
untuk penanaman cabai adalah adalah dibawah 1400 m dpl. Di daerah
dataran tinggi tanaman cabai dapat tumbuh, tetapi tidak mampu
berproduksi secara maksimal. Cabai sangat sesuai ditanam pada tanah
yang datar. Dapat juga ditanam pada lereng-lereng gunung atau bukit.
Tetapi kelerengan lahan tanah untuk cabai adalah antara 0-100C.
Pertumbuhan tanaman cabai akan optimum jika ditanam pada tanah
dengan pH 6-7.

2. Teknik Budidaya Tanaman Cabai


a. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah bertujuan mengubah struktur tanah menjadi
gembur sesuai untuk perkembangan akar tanaman, menstabilkan
peredaran air, peredaran udara dan suhu di dalam tanah. Setelah

88
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

dibajak lahan dikeringkan dan digaru, kemudian diangin-anginkan


selama 5-7 hari. Plot dibuat dengan ukuran panjang 10- 12 m. lebar
110-20 cm, tinggi 30-40 cm (untuk musim kemarau) 50-70 cm (untuk
musim hujan), lebar parit 50-55 cm (musim kemarau), dan 60-70 cm
(musim hujan).

b. Pengapuran
Pengapuran bertujuan untuk menaikkan pH tanah, selain itu juga
untuk menambahkanunsur hara Calsium (Ca) maupun unsur
Magnesium (Mg). Kebutuhan Kapur sangat tergantung tinggi
rendahnya pH. Pada pH < 5 dibutuhkan kapur 5-10 ton/ha, sedangkan
pada pH > 6 diperlukan kapur 1- 4 ton.

c. Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang di
butuhkan tanaman, unsur tersebut terdiri dari unsur makro yaitu N, P,
K, Ca, S, C, H dan Mg dan unsur mikro yaitu Fe, B, Zn, Cu dan Mo.
Jenis dan dosis pupuk makro dan mikro, yang diberikan melalui akar
maupun melalui daun.

Tabel 27. Jenis, Dosis dan Jumlah (kali) Pemberian Pupuk pada
Tanaman Cabai Merah.

89
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

d. Waktu dan Cara Pemupukan


Pemupukan pertama masing-masing pupuk kandang (pupuk
organik) sebanyak 100%, pupuk buatan (an-organik) sebanyak 40%
dan nematisida furadan diberikan 7-10 hari sebelum tanam menjelang
pemasangan mulsa. Pemupukan kedua dan ketiga masing- masing
30% pupuk buatan diberikan pada umur 30 dan 60 hari setelah tanam
melalui lubang yang dibuat antar tanaman. Aplikasi ZPT masing-
masing jenis diberikan tiap 10 hari sekali secara bersamaan.
Sedangkan pupuk daun Gandasil D diberikan pada awal pertumbuhan
vegetatif dan Gandasil B diberikan pada akhir masa vegetatif sampai
akhir masa generatif.

e. Pemasangan Mulsa
Selain mulsa plastik hitam-perak, mulsa jerami dapat juga
diberikan sebanyak 5 ton/ha. Pemasanganmulsa dikerjakan setelah
penyiraman secukupnya dan pemberian pupuk dasar.

f. Pembuatan Lubang Tanam


Bedengan yang telah ditutup mulsa dibiarkan selama 5-7 hari
agar unsur hara dengan pupuk bereaksi dan dalam bentuk tersedia
hingga segera dapat diserap tanaman muda. Satu atau dua hari
sebelum penanaman, lubang tanaman sudah dipersiapkan dengan
ukuran diameter 10cm.

g. Pemilihan Varietas
Berbagai varietas hibrida cabai merah introduksi yang telah
beredar di Indonesia, antara lain dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

90
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Tabel 28. Beberapa Varietas Hibrida, Negara Asal dan Produksi/Batang


Cabai Merah.

h. Persiapan Polybag

Sebaiknya persemaian cabai merah dilakukan dalam polybag


sebelum penanaman ke lapangan. Media tanam dalam polybag
merupakan campuran tanah yang telah diayak terlebih dahulu
kemudian dicampur dengan pupuk kandang atau kompos, dengan
dosis 1:1. Pemberian pupuk an-organik dan kapur pada media
persemaian masing-masing pupuk majemuk NPK sebanyak 2 kg dan
kapur 10 kg/ton media kompos dan tanah. Setelah media tanam diisi
dalam polybag, lalu dibiarkan antara 5-7 hari sebelum benih disemai.

i. Persemaian Benih
Sebelum disemai, benih yang terpilih terlebih dahulu direndam
dalam larutan fungisida sampai 12 jam dan dikering-anginkan hingga
airnya kering. Setelah itu, benih ditebarkan ke dalam media tanam
(polybag) sebanyak 1 biji benih per polybag. Perawatan persemaian
terdiri dari penyiraman, pengaturan cahaya, dan pemberantasan
hama/penyakit.

j. Penanaman dan Model Tanam


Setelah umur bibit di persemaian 18-25 hari, bibit sudah dapat
dipindahkan ke lapangan, pemindahan sebaiknya dilakukan pagi-pagi

91
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

sebelum terik matahari atau sore hari. Jarak tanam dianjurkan


bervariasi 60 x 50 cm, 60 x 70 cm atau 70 x 70 cm, hal ini tergantung
tingkat kesuburan tanah dan varietas yang digunakan. Bentuk
pertanaman sebaiknya dengan sistem tanam segitiga (zigzag).

k. Penyulaman
Bibit atau tanaman muda yang mati harus diganti atau disulam.
Bibit sulaman yang baik diambil dari tanaman yang sehat dan tepat
waktu (umur bibit) untuk penanaman. Penyulaman dilakukan pada
minggu pertama atau selambat-lambatnya minggu kedua. Sebaiknya
penyulaman dilakukan pagi atau sore hari.

l. Perempelan
Perempelan bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki
kualitas produksi. Bagian yang dirempel yaitu tunas samping, yang
keluar di ketiak daun pada saat tanaman berumur 10-20 hari.
Perempelan dilakukan 2-3 kali sampai terbentuk percabangan utama
yang ditandai dengan munculnya bunga pertama, sekitar umur 18-22
HST dataran rendah, dan 25-30 HST dataran tinggi.

Selain perempelan tunas, perempelan bunga pertama dan


bahkan sampai bunga kedua pada tanaman yang cukup sehat perlu
dilakukan. Perempelan bunga bertujuan untuk mengoptimalkan
pertumbuhan vegetatif dengan menunda pertumbuhan generatif.

m. Pemasangan Ajir

Sokongan harus dipasang sedini mungkin, yaitu dimulai pada


saat tanam atau maksimal 1 (satu) bulan setelah penanaman.
Sokongan dipasang sekitar 10 cm dari pangkal batang tanaman.
Ukuran sokongan 125 - 150 cm, lebar 4 cm, dan tebal 2,5 cm. Sisi ajir
perlu dihaluskan untuk mengurangi kerusakan mekanis pada tanaman
akibat gesekan.

92
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

n. Pengairan
Pengairan harus senantiasa diperhatikan, karena air merupakan
faktor vital bagi tanaman cabai. Penyiraman yang paling banyak (2 hari
sekali) yaitu, pada fase vegetatif < 40 HST. Sistem pengairan dapat
dengan menggunakan selang yang dimasukkan ke mulsa plastik
melalui lubang tanaman, hingga posisi selang air tepat di tengah-
tengah tempat tanaman cabai. Untuk pertanaman pada lahan sawah,
sistem pengairan dilakukan dengan cara penggenangan pada saluran
drainase antar bedengan dengan ketinggian air sekitar 3/4 tinggi
bedengan.

o. Pengendalian Hama dan Penyakit


Salah satu faktor penghambatpeningkatan produksi cabai adalah
adanya serangan hama dan penyakit yang fatal. Kehilangan hasil
produksi cabai karena serangan penyakit busuk buah (Colletotrichum
spp), bercak daun (Cerospora sp) dan cendawan tepung (Oidium sp)
berkisar 5-30%. Strategi pengendalian hama dan penyakit pada
tanaman cabai dianjurkan penerapan pengendalian secara terpadu.

5.9.3.7 Panen dan Pascapanen cabe


1. Panen
Pemanenan tanaman cabai adalah pada saat tanaman cabai
berumur 75 – 85 hst (dataran rendah) dan 90-100 hst (dataran
tinggi)tergantung varietas yang digunakanyang ditandai dengan
buahnya yang padat dan warna merah menyala.Buah cabai yang rusak
akibat hama atau penyakit harus tetap di panen agar tidak menjadi
sumber penyakit bagi tanaman cabai sehat. Pisahkan buah cabai yang
rusak dari buah cabai yang sehat. Waktu panen sebaiknya dilakukan
pada pagi hari karena bobot buah dalam keadaan optimal akibat
penimbunan zat pada malam hari dan belum terjadi penguapan.Buah
yang akan dijual segara dipanen matang, sedangkan buah yang dikirim

93
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

untuk jarak jauh dipanen pada saat buah matang hijau. Buah yang
akan dikeringkan dipanen setelah matang penuh.

2. Pasca Panen
a. Sortasi
Sortasi dilakukan untuk memisahkan antara cabai yang rusak
(busuk, patah, memar) dengan cabai yang baik. Sortasi bertujuan
untuk memperoleh hasil yang berkualitas baik dengan tingkat
kematangan yang seragam.

b. Curing
Curing dilakukan untuk memaksimalkan pembentukan dan
kestabilan warna cabai sebelum diolah. Tujuannya untuk membuang
panas lapang. Biasanya para petani melakukan curing dengan cara
menghamparkan cabai yang dipanen di tempat teduh.

c. Penyimpanan
Penyimpanan yang baik dapat memperpanjang umur dan
kesegaran cabai tanpa menimbulkan perubahan fisik atau kimia. Cara
yang biasa digunakan adalah menyimpan cabai segar pada suhu
dingin, sekitar 40C.

d. Pengemasan
Kemasan yang biasa digunakan untuk memudahkan
penyimpanan dan pengangkutan cabai di pasar domestik adalah
keranjang bambu, peti kayu, dan plastik. Kemasan yang ideal adalah
yang mudah diangkat, aman, ekonomis, dan dapat menjamin
kebersihan produk. Kemasan lain yang biasa digunakan pedagang
adalah jala dengan kapasitas 9-100 kg. Kemasan ini sangat praktis,
tetapi tidak dapat melindungi cabai dari kerusakan mekanis dan
fisiologis, terutama pada saat ditimbang dan di dalam alat angkut.
Volume kemasan sebaiknya tidak melebihi 25 kg karena kemasan yang

94
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

terlalu besar dapat menurunkan mutu cabai, terutama yang berada di


bagian bawah. Kemasan yang baik dapat menekan benturan,
mempermudahpertukaran udara, dan mengurangi penguapan. Prinsip
pembuatan kemasan adalah ekonomis, bahannya tersedia, mudah
dibuat, ringan, kuat, dapat melindungi komoditas, berventilasi, dan
tidak bau.

e. Pengangkutan
Pengangkutan cabai jarak jauh denganmenggunakan keranjang
bambu, dapat menekan susut bobot hingga 0%, tingkat kerusakan
1.30%, dan kesegaran cabai cukup baik. Kemasan karton/kardus
dengan kapasitas 20 kg dapat digunakan bila dipadukan dengan
karung jala yang dimasukkan ke dalam kardus berventilasi.
Pengemasan cabai yang kurang baik dapat menyebabkan kerusakan
dan kehilangan hasil selama pengangkutan. Pengangkutan cabai dalam
jarak lebih dari 200 kmdengan kemasan karung berkapasitas 90 kg
menyebabkan kerusakan hingga 20%.

f. Pengolahan Cabe Kering


Harga komoditas pertanian, termasuk cabai, umumnya akan
jatuh pada saat panen raya. Untuk mengatasi masalah tersebut, cabai
dapat dikeringkan lalu dibuat tepung (bubuk) sebagai bumbu siap
pakai.

5.9.3.8 Budidaya Bawang

1. Syarat Tumbuh
Bawang merah dapat tumbuh pada tanah sawah atau tegalan
dengan tekstur sedang sampai liat, namun paling bagus
pertumbuhannya pada tekstur lempung berpasir atau berdebu dengan
pH 5.6 – 6.5. Meskipun dapat tumbuh di dataran rendah hingga 1000
mdpl, produktivitas tertinggi diperoleh pada dataran rendah dengan

95
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

suhu udara berkisar 25-32oC dan kelembaban 50-70%. Jenis tanah


Alluvial, Glei Humus atau Latosol dengan drainase dan aerasi yang
baik.

2. Teknik Budidaya Tanaman


a. Pengolahan Tanah
Tanah dibuat bedengan dengan lebar 1-1.2 meter, tinggi 20-30
cm dan panjang sesusai dengan kondisi kebun. Jarak antar bedengan
50 cm, sekaligus dijadikan parit sedalam 50 cm. Cangkul bedengan
sedalam 20 cm untuk menggemburkan tanahnya. Bentuk permukaan
atau bagian atas bedengan rata, tidak melengkung.

b. Pengapuran
Tambahkan kapur atau dolomit sebanyak 1-1.5 ton per hektar
apabila keasaman tanah kurang dari pH 5.6. Penambahan kapur
setidaknya diberikan 2 minggu sebelum tanam.

c. Pemupukan
Gunakan 15-20 ton/hapupuk kompos atau pupuk kandang
sebagai pupuk dasar. Tebarkan pupuk di atas bedengan dan aduk
dengan tanah hingga merata. Bisa juga ditambahkan urea, ZA, SP-36
dan KCL sebanyak 47 kg, 100 kg, 311 kg dan 56 kg setiap hektarnya.
Campur pupuk buatan tersebut sebelum diaplikasikan. Biarkan selama
satu minggu sebelum bedengan ditanami.

d. Pemilihan Bibit
Sebelum ditanami bibit, sebaiknya tanah disiram terlebih
dahulu. Bahkan jika dibutuhkan dapat dibuat atap/penutup dari terik
matahari dan hujan. Bibit bawang merah yang baik adalah:
 Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3-4 gram/umbi.
 Umbi bibit yang baik yang telah disimpan 2-3 bulan dan umbi
masih dalam ikatan (umbi masih ada daunnya)

96
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

 Umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang


kompak (tidak keropos), kulit umbi tidak luka (tidak terkelupas
atau berkilau).

e. Penanaman dan Model Tanam


Jarak tanam untuk budidaya bawang merah pada saat musim
kemarau dipadatkan hingga 15×15 cm. Sedangkan pada musim hujan
setidaknya dibuat hingga 20×20 cm. Benih bawang merah ditanam
dengan cara membenamkan seluruh bagian umbi kedalam tanah.
Cukup satu bibit untuk setiap lubangnya.

f. Penyiangan dan pembumbunan


 Penyiangan pertama dilakukan umur 7-10 HST dan dilakukan
secara mekanik untuk membuang gulma atau tumbuhan liar
yang kemungkinan dijadikan inang hama ulat bawang. Pada saat
penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat bawang
 Lakukan pendangiran, yaitu tanah di sekitar tanaman didangir
dan dibumbun agar perakaran bawang merah selalu tertutup
tanah. Selain itu bedengan yang rusak atau longsor perlu
dirapikan kembali dengan cara memperkuat tepi-tepi selokan
dengan lumpur dari dasar saluran.
 Penyiangan kedua dilakukan pada umur30-35 HST dilanjutkan
pendagiran, pembumbunan dan perbaikan bedengan yang rusak.

g. Pemupukan
Dalam budidaya bawang merah kita menggunakan 2 bentuk
pupuk;
 Pupuk dasar yaitu pupuk kandang bisa sapi atau kambing 15-20
ton/ha atau kotoran ayam 5-6 ton/ha atau kompos 2,5
ton/ha. Pupuk buatan juga diperlukan TSP 150-200 kg/hektar.
Langkah-langkah memberikan pupuk dasar yaitu dengan

97
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

menyebar dan mengaduk rata dengan tanah 1-3 hari sebelum


tanam.
 Pupuk susulan yaitu berupa urea 150kg/ha, Za 300 kg/ha, dan
KCL 150/ha. Pemupukan susulan yang pertama dilakukan pada
umur 10-15 hari setelah tanam dan pemupukan susulan kedua
yaitu pada umur 1 bulan setelah tanam dengan 1/2 dosis

h. Pengairan
Pada awal pertumbuhan dilakukan penyiraman dua kali, yaitu
pagi dan sore hari. Penyiraman pagi hari usahakan sepagi mungkin di
saat daun bawang masih kelihatan basah untuk mengurangi serangan
penyakit. Penyiraman sore hari dihentikan jika persentase tanaman
tumbuh telah mencapai lebih 90 %. Air salinitas tinggi kurang baik
bagi pertumbuhan bawang merah. Tinggi permukaan air pada saluran (
canal ) dipertahankan setinggi 20 cm dari permukaan bedengan
pertanaman.

Cara penyiraman lainnya yakni cara ”leb” (memasukkan air ke


bedengan hingga merata) digunakan di lahan persawahan, untuk lahan
kering tetap dengan gembor atau selang. Apabila digunakan cara ini
(”leb”), sebaiknya dilakukan setelah tanaman berumur lebih dari 10
hari. Pengairan secara ”leb” dapat dilakukan setiap 3 -4 hari sekali.

i. Pengendalian Hama dan Penyakit


Budidaya bawang merah mempunyai banyak jenis hama dan
penyakit. Namun yang paling sering menyerang di sentra-sentra
produksi adalah hama ulat dan penyakit layu.
a) Hama ulat (Spodoptera sp.) menyerang daun, gejalanya terlihat
bercak putih pada daun. Bila daun diteropong terlihat seperti
gigitan ulat. Hama ini ditanggulangi dengan pemungutan manual,
ulat dan telur diambil untuk dimusnahkan. Bisa juga dengan
menggunakan feromon sex perangkap, gunakan sebanyak 40 buah

98
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

per hektar. Bila serangan menghebat, kerusakan lebih dari 5% per


rumpun daun, semprot dengan insektisida yang berbahan aktif
klorfirifos.
b) Penyakit layu fusarium, disebabkan oleh cendawan. Gejalanya daun
menguning dan seperti terpilin. Bagian pangkal batang membusuk.
Penanganannya dengan mencabut tanaman yang mati kemudian
membakarnya. Penyemprotan bisa menggunakan fungsidia.

5.9.3.9 Panen dan Pascapanen Bawang


1. Panen
Panen dilakukan apabila tanaman telah berumur 65-75 hari
setelah tanam. Tanaman yang telah siap dipanen memiliki ciri-ciri :
 Tanaman telah cukup tua, dengan hampir 60-90% batang
telah lemas dan daun menguning
 Umbi lapis terlihat padat berisi dan sebagian tersembul di
permukaan tanah
 Warna kulit umbi mengkilat atau memerah
 Panen dilakukan dengan cara mencabut tanaman bersama
daunnya dan diusahakan agar tanah yang menempel pada
umbi dibersihkan. Biarkan umbi beberapa jam pada
bedengan, kemudian diikat (1-1,5 kg/ikat).

2. Pasca Panen
Penjemuran dengan alas anyaman bambu . Penjemuran
pertama selama 5-7 hari dengan bagian daun menghadap ke atas,
tujuannya mengeringkan daun. Penjemuran kedua selama2-3 hari
dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk mengeringkan
bagian umbi dan sekaligus dilakukan pembersihan umbi dari sisa
kotoran atau kulit terkelupas dan tanah yang terbawa dari
lapangan. Kadar air 89 85 % baru disimpan di gudang.

99
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Penyimpanan, ikatan bawang merah digantungkan pada rak-


rak bambu. Aerasi diatur dengan baik, suhu gudang 26-29oC
kelembaban 70-80%, sanitasi gudang. Kadangkala untuk
mempertahankan kondisi umbi agar tidak mudah busuk dan tahan
lama dapat dilkaukan pengasapan.

5.9.4 Aktifitas Pasca Panen

Aktifitas pasca panen merupakan salah satu bagian dari suatu


rantai produksi pertanian yang menunjukkan tingkat aplikasi teknologi
dalam bidang pertanian. Semakin meningkatnya aktifitas pasca panen
menunjukkan tingkat keberhasilan pengembangan industry pertanian.
Propinsi Aceh secara umum masih belum menunjukkan adanya
peningkatan aktifitas pasca panen untuk pertanian tanaman pangan
dan hortikultura. Hal tersebut terlihat dari masih sangat minimnya
infrastruktur pengolahan hasil pertanian. Produk-produk yang
dihasilkan pada tingkat petani biasanya dikumpulkan oleh pengumpul
untuk kemudian dibawa ke Sumatera Utara.

5.10 Aspek Sumber Daya Manusia (SDM)

Pengembangan kawasan pertanian harus didukung oleh


keberadaan sumber daya manusia di kawasan tersebut. Sumber daya
manusia yang diperhitungkan dapat mendukung pengembangan
kawasan tidak hanya yang berasal dari Dinas Pertanian saja tetapi juga
berbagai instansi-instansi pendukung misalnya Badan Penyuluhan
Pertanian dan Ketahanan Pangandan, Badan Pengkajian Teknologi
Pertanian Aceh, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pertanian,
Perguruan Tinggi dan lainnya.

100
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Sumber daya manusia di Badan Penyuluhan Pertanian dan


Ketahanan Pangandan tersebar di kantor BPP yang berada di tiap-tiap
kecamatan dalam wilayah kerja Pemerintah Kabupaten Pidie.

5.11 Aspek Kebijakan

Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 saat ini
memasuki tahap ke-3 (2015-2019). Sebagai kelanjutan dari RPJMN
tahap ke-2 (2010-2014) yang telah berakhir. RPJMN tahap ke-3
(2015-2019) difokuskan untuk memantapkan pembangunan secara
menyeluruh dengan menekankan pembangunan kompetitif
perekonomian yang berbasis sumberdaya alam yang tersedia,
sumberdaya manusia yang berkualitas dan kemampuan penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sebagaibagian yang tidak
terpisahkan dari pentahapan RPJPN 2005-2025.

Pada RPJMN tahap-3 (2015-2019), sektor pertanian masih


menjadi sector penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran
strategis sektor pertanian tersebut digambarkan dalam kontribusi
sektor pertaniandalampenyediabahanpangandanbahan baku industri,
penyumbang PDB, penghasil devisa negara, penyerap tenaga kerja,
sumber utama pendapatan rumah tangga perdesaan, penyedia bahan
pakan dan bioenergi, serta berperan dalam upaya penurunan emisi gas
rumah kaca. Upaya mencapai target sukses pembangunan pertanian
pada RPJMN tahap-2 (2010-2014) yang meliputi (1) peningkatan
swasembada berkelanjutan padi dan jagung dan swasembada kedelai,
gula dan daging sapi, (2) peningkatandiversifikasi pangan, (3)
peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, dan (4) peningkatan
kesejahteraan petani melalui strategi yang dikemas dalam 7 Gema
Revitalisasi yang meliputi (1) revitalisasi lahan, (2) revitalisasi
perbenihan dan perbibitan, (3) revitalisasi infrastruktur pertanian, (4)

101
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

revitalisasi SDM petani, (5) revitalisasi permodalan petani, (6)


revitalisasikelembagaan petani,dan (7) revitalisasi teknologi dan
industri hilir. Sampai saat ini telah banyak capaian yang diwujudkan
meskipun masih perlu ditingkatkan.

Sejalan dengan Strategi Induk Pembangunan Pertanian


(SIPP)2015-2045, pembangunan sektor pertanian dalam lima tahun ke
depan (2015-2019) akan mengacu pada Paradigma Pertanian untuk
Pembangunan (Agriculture for Development) yang memposisikan sektor
pertanian sebagai penggerak transformasi pembangunan yang
berimbang dan menyeluruh mencakup transformasi demografi,
ekonomi, intersektoral, spasial, institusional, dan tatakelola
pembangunan.Paradigma tersebut memberikan arah bahwa sektor
pertanian mencakup berbagai kepentingan yang tidak saja untuk
memenuhi kepentingan penyediaan pangan bagi masyarakat tetapi juga
kepentingan yang luas dan multifungsi.Selain sebagai sektor utama
yang menjadi tumpuan ketahanan pangan, sektor pertanian memiliki
fungsi strategis lainnya termasuk untuk menyelesaikan persoalan-
persoalan lingkungan dansosial (kemiskinan, keadilan dan lain-lain)
serta fungsinya sebagai penyedia sarana wisata (agrowisata).
Memposisikan sektor pertanian dalam pembangunan nasional
merupakan kunci utama keberhasilan dalam mewujudkan Indonesia
yang Bermartabat, Mandiri, Maju, Adil dan Makmur.

Dalam konteks pembangunan daerah, RPJM Kabupaten Pidie


2012-2017 menegaskan salah satu misi Pemerintah Kabupaten Pidie
adalah memperkuat struktur ekonomi dan kualitas Sumber Daya
Manusia yang handal, dengan sasaran pada :
1. Meningkatnya struktur perekonomian yang mantap berlandaskan
keunggulan kompetitif wilayah pada sektor pertanian, industri,
perdagangan dan pariwisata.
2. Meningkatnya sentra-sentra agribisnis dalam penyediaan produk-

102
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

produk pertanian yang cukup, bermutu dan aman konsumsi.


3. Meningkatnya pengembangan sektor pertanian berbasis komoditi
unggulan sesuai dengan sumberdaya alam dan agro ekosistem
wilayah.
Selanjutnyauntuk mencapai sasaran tersebut diatas, RPJM
Kabupaten Pidie 2012-2017 menyatakan dilakukan melalui strategi
pengembangan agroindustri dan kepariwisataan berdasarkan potensi
wilayah, dengan kebijakan pada peningkatan produksi dan nilai
tambah produk pertanian, mengembangkan agro industri, perdagangan
dan pariwisata.

Sejalan dengan hal diatas, Rentra 2012-2017 Dinas Pertanian


menetapkan visi “Terwujudnya masyarakat tani yang tangguh dan
mandiri untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di Kabupaten
Pidie”. Untuk mencapai visi dilakukandengan strategi :
1. Peningkatan SDM dan Pengelolaan SDA sesuai dengan
dayadukungannya.
2. Peningkatan Penerapan Inovasi dan Teknologi Bidang Pertanian
Spesifik Lokasi.
3. Peningkatan Penguatan Kelembagaan Petani.
4. Peningkatan Penyediaan Sarana dan Prasarana Pendukung
Pertanian.
5. Meningkatkan Kerjasama antar sektor, antar Daerah dan
Stakeholderterkait.
6. Mengembang Tumbuhkan Agribisnis, Agroindustri dan Agrowisata
Berbasis pedesaan.
7. Menyusun Qanun yang berpihak kepada Pelaku Usaha Pertanian.
8. Peningkatan Dukungan Administrasi, Pengawasan untuk
Menciptakankepemerin tahan yang baik (Good Governance) dan
Pemerintah yangBersih (Clean Government), Akuntabilitas,
Transfaransi dan Partisipatif.
Adapun prioritas kebijakan pada :
1. Penyelesaian/penyediaan benih bermutu kepada petani.

103
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

2. Pengaturan dan Deminasi Musin Tanam (Kaleder Tanam / Katam).


3. Penanganan Ketersediaan air di lahan kering.
4. Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil.
5. Meningkatkan Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman

104
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

BAB 6
ANALISIS PERENCANAAN PENGEMBANGAN KOMODITAS
UNGGULAN DAN KAWASAN PERTANIAN

6.1 Analisis Biofisik Sumberdaya Lahan Untuk Pengembangan


Tanaman.

Dasar utama dalam perencanaan sebuah kawasan adalah


tersedianya informasi tentang sifat biofisik lahan. Di negara
berkembang seperti di Indonesia biasanya informasi mengenai lahan
sangat terbatas, sehingga sering terkendala dengan terbatasnya data.
Karena kurangnya informasi tentang lahan, diperlukan metode survei
yang dapat dengan mudah dilakukan secara cepat dengan tanpa
mengabaikan akurasi dan informasi tentang lahan itu sendiri. Penilaian
terhadap potensi lahan dapat dilakukan dengan cara evaluasi lahan.

Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan


untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau
cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan
informasi dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan
keperluan. Kesesuaian lahan adalah pendugaan tingkat kecocokan
sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut
dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau
setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial).

Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan


data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan
tersebut diberikan masukan-masukan yang diperlukan untuk
mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah
dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman
yang dievaluasi.

105
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan


yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan
yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau
tidak produktif, atau lahan dengan produktivitas kurang memuaskan
tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila
komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai. Sumberdaya
lahan yang paling penting untuk keperluan pertanian maupun
perkebunan dikelompokkan menjadi lima kelompok yaitu: (1) tanah, (2)
iklim, (3) topografi dan informasi geologi, (4) vegetasi dan (5) sosial
ekonomi.
Lahan sebagai sumberdaya alam mempunyai aspek yang sangat
luas. Istilah lahan dipergunakan berkenaan dengan permukaan tanah
termasuk semua sifat-sifat yang terdapat padanya. Lahan dalam
pengertiannya merupakan suatu konsep dinamis yang terdiri dari
lingkungan fisik (biofisik) seperti: iklim, relief, tanah, hidrologi dan
vegetasi yang kesemuanya berpengaruh besar terhadap
potensinya.Adapun sifat morfologi dan sifat fisika lahan di wilayah
studi dapat di lihat pada Tabel .
Tabel 29. Morfologi dan Sifat Fisika Tanah Pada Tiap SPL pada Wilayah
Studi di Kabupaten Pidie (Sumber: Bappeda Kab. Pidie).

Kedalaman
Kabupaten SPL Kelas Tekstur
Efektif
Pidie 1 60 – 90 Lempung
3 60 – 90 Lempung
5 60 – 90 Debu
6 60 – 90 Lempung Berdebu
7 60 – 90 Lempung Berdebu
8 60 – 90 Lempung Berdebu
9 60 – 90 Debu
10 60 – 90 Debu
11 60 – 90 Lempung Berpasir
12 60 – 90 Lempung Berdebu
18 60 – 90 Lempung
19 60 – 90 Liat
20 60 – 90 Lempung Liat Berdebu
25 60 – 90 Lempung Berdebu
27 60 – 90 Liat
28 60 – 90 Lempung Berdebu

106
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

6.1.1 Sifat Fisika Tanah

Sifat fisik tanah sangat mempengaruhi menentukan penetrasi


akar diantaranya tekstur tanah, kedalaman efektif tanah dan drainase.
Sifat fisika tanah (tekstur dan struktur tanah) secara langsung
mempengaruhi mudah tidaknya tanah dapat di tembusi akar tanaman.
Tekstur dan struktur tanah juga dapat menentukan daya cengkraman
akar tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh. Secara tidak langsung
tekstur dan struktur tanah menentukan penyediaan air dan aerasi
tanah yang cukup bagi perkembangan dan respirasi akar. Berdasarkan
hasil analisa tersebut diketahui bahwa kelas terstur berkisar antara
lempung berpasir sampai liat dan kedalaman efektif antara 60 sampai
> 100 cm. Sehingga sebagian besar kawasan sudah sangat sesuai
untuk pengembangan tanaman pangan dan hortikultura namun ada
pada tempat atau SPL yang masih memerlukan masukan berupa input
untuk memperbaiki kondisi sifat fisika tanah salah satunya tekstur.

6.1.2 Sifat Kimia Tanah

Sifat kimia tanah merupakan salah satu parameter untuk


menilai kesuburan tanah dan menilai kesesuaian lahan. kesuburan
tanah di wilayah pengamatan didasarkan pada hasil analisis sifat-sifat
kimia tanah, contoh tanah dari setiap titik sampel di dalam SPL yang
masing-masing sampel pada lapisan topsoil dan lapisan subsoil. Aspek-
aspek kimia tanah ini kemudian diuraikan dalam bentuk pengharkatan
dengan kriteria penilaian menurut Deptan (1997). Sifat kimia tanah
yang di analisis antara lain; pH (H2O dan KCL), C-organik, N-total, P-
tersedia, Ca-dd, Mg-dd, salinitas, kapasitas tukar kation (KTK) dan
kejenuhan basa (KB). Adapun pengharkatan sifat kimia tanah di
wilayah studi dapat di lihat padaTabel .

107
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Tabel 30. Pengharkatan Hasil Analisis Sifat Kimia pada Wilayah Studi
di Kabupaten Pidie (Sumber: Bappeda Aceh, 2014 dan hasil
analisis 2015).

(cmol kg-1)

(cmol kg-1)
P-tersedia
C-organik
pH H2O

N-total

Mg-dd
Ca-dd
(ppm)

KTK
(%)

(%)

KB
Kabupaten SPL

AM S S T T S T T
1
AM R R T S S S T
N S S ST S R T S
3
N R R ST S S T S
AM ST T ST S S T S
5
AM S S ST SR S S T
AM ST T T S S T S
6
AM R R T S S S T
AM S S T S R T T
7
AM R R T S R T S
AM S S T T R T S
8
AM R R T T R T R
AM S S T S R ST R
9
AM R R T T R T R
AM S S T T R T R
10
AM S S T S R ST R
Pidie

AM R R T T S S T
11
AM S S T S R T R
AM R S T S R T R
12
AM R R T SR R T R
AM S S ST R R S S
18
AM R R ST R R S R
AM T S ST R S T R
19
AM R R T SR R T R
AM S S T R R ST SR
20
AM R R ST R R ST SR
AM S S T R S S T
25
AM R R T S R S S
AM S S T S R T S
27
AM SR SR T S R T R
AM T S T R R S T
28
AM R R T R S S T

M = masam SR = sangat rendah


AM = agak masam R = rendah
SM = sangat masam S= sedang
N = netral T= tinggi
ST = sangat tinggi.

108
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

a. Kemasaman Tanah (pH)


Kemasaman tanah merupakan indikator terhadap reaksi tanah
yang menggambarkan ketersediaan hara di dalam tanah, aktivitas
mikroorganisme dan tingkat keracunan unsur hara tertentu bagi
tanaman. Secara umum hasil analisis pH tanah untuk setiap wilayah
pengamatan berdasarkan satuan peta lahan menunjukkan kemasaman
yang bervariasi. pH H2O berkisar antara sangat masam sampai netral.
Bervariasinya nilai pH untuk semua satuan peta lahan di wilayah
pengamatan menggambarkan tingkat kesuburan tanah yang bervariasi.
Untuk memperbaiki kondisi tanah di wilayah pengamatan dilakukan
melalui pemupukan dan pengapuran untuk meningkatkan kesuburan
tanah serta memperbaiki kemasaman tanah.

b. Kadar C-organik dan N-total


Kadar C dalam tanah secara alami mencerminkan jumlah bahan
organiknya. Kadar C-organik pada setiap satuan peta lahan dan wilayah
pengamatan dikatagorikan sangat rendah sampai tinggi. Kadar N-total
dikatagorikan sangat rendah sampai sedang. Nilai C-organik dan nilai N-
total tanah tidak terlalu tinggi, dimana bahan tanahnya merupakan
tanah-tanah mineral yang mengandung unsur hara tanah yang tidak
terlalu subur yaitu tanah Ultisol, Inceptisol, Entisol dan hanya sebagain
tanah Andisol.

c. Fosfor (P) Tersedia


Fosfat tersedia merupakan bentuk yang langsung dapat diserap
oleh tanaman, oleh karena itu senyawa fosfat sangat penting di dalam
tanah. Kadar P-tersedia dalam tanah di setiap SPL pada setiap wilayah
pengamatan menunjukkan kategori sangat rendah sampai sangat
tinggi. Dengan demikian untuk tanah-tanah pada wilayah penelitian
diperlukan masukan pengapuran dan pemupukan sehingga akan
meningkatkan ketersediaan hara bagi budidaya tanaman pertanian
tanaman pangan dan hortikultura.

109
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

d. Ca dan Mg dapat ditukar

Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) merupakan kation-kation


basa. Ketersediaan Ca dengan kategori sangat rendah sampai tinggi.
Mg dapat ditukar dengan kategori sangat rendah sampai tinggi. dan
pengolahan lahan pertanian diperlukan teknologi yang mungkin
dialokasikan untuk meningkatkan status kedua unsur hara Ca dan Mg
dengan penambahan, untuk dapat meningkatkan unsur hara Ca dan
Mg, dapat dilakukan dengan pemberian dolomit sekaligus untuk
meningkatkan pH tanah.

e. Kapasitas Tukar Kation dan Kejenuhan Basa

Hasil analisis tanah memperlihatkan bahwa KTK tanah bervariasi


dengan kisaran kategori rendah sampai tinggi. Rendahnya nilai KTK ini
merupakan suatu gambaran bahwa tingkat kesuburan tanah relatif
rendah, sehingga perlu dilakukan pemupukan hara makro N, P, K,
Ca, dan Mg. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa secara umum
kejenuhan basa dalam kategori rendah sampai tinggi. Hal ini
merupakan petunjuk bahwa aktifitas dari kation-kation Ca, Mg, K, dan
Na pada kompleks pertukaran relatif lebih rendah atau sama dengan
aktivitas ion H dan Al. Dengan demikian masih diperlukan upaya
untuk menetralisir keberadaan Al dan H dari komplek jerapan misalnya
dengan pemberian kapur, pengolahan yang memadai dan pemberian
bahan organik.

6.1.3 Analisis Kesesuaian lahan

Klasifikasi kesesuaian lahan didasarkan pada klasifikasi secara


kualitatif dengan faktor penghambat yang ekstrim merupakan penentu
tingkat kelas kesesuaian lahan akhir. Penilaian kelas kesesuaian lahan
secara aktual dan potensial untuk tanaman pangan dan hortikultura

110
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

menggunakan kriteria yang dikembangkan Departemen Pertanian


(Deptan, 2005). Kesesuaian lahan dinilai berdasarkan karakteristik
lahan, setelah semua karakteristik lahan dinilai selanjutnya
disesuaikan dengan kriteria atau persyaratan tumbuh masing-masing
komoditas unggulan tersebut berdasarkan kriteria yang disusun
Departemen Pertanian dengan faktor pembatas, sehingga diperoleh
kelas kesesuaian lahan aktual, faktor pembatas, perbaikan faktor
pembatas, dan kesesuaian lahan potensial. Adapun pengembangan
kawasan tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Pidie untuk
lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel .

Tabel 31. Rencana Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dan


Hortikultura di Kabupaten Pidie (2016 – 2020) (Sumber:
hasil interpretasi data, 2015).

Komoditi
No Kabupaten
Padi Jagung Kedelai Bawang Cabe Jeruk
1 Pidie

Klasifikasi kesesuaian lahan didasarkan pada klasifikasi secara


kualitatif dengan faktor penghambat yang ekstrim merupakan penentu
tingkat kelas kesesuaian lahan akhir. Penilaian klasifikasi kelas
kesesuaian lahan secara aktual dan potensial untuk tanaman pangan
dan hortikultura dinilai berdasarkan karakteristik lahan dan hasil
analisis Labroratorium. Adapun rencana pengembangan komoditi
unggulan tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Pidie, antara
lain: padi (Oriza sativa), jagung (Zea mays), kedelai (Glycine maximum),
bawang (Allium oscolonicum), (Capsicum annum) dan jeruk (Citrus sp.).
Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 32 berikut:

111
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Tabel 32. Hasil Klasifikasi Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial


Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa) di Kabupaten Pidie
(Sumber: Hasil analisis kesesuaian lahan, 2015).
Usaha Kesesuaia Tingkat Luas
Kesesuaia
Kabupaten SPL Perbaika n Input (ha)
n Aktual
n Potensial
Pidie 1 N e1 - N e1 HI 2.625.44
3 S3 n4 PM S1 LI 1.048.26
5 S2 r1,n4 PO,PM S1 MI 185.72
6 N e1 - N e1 HI 5.408.78
7 N e1 - N e1 HI 720.14
8 N e1 - N e1 HI 1.974.86
LI 20.780.4
9 S3 n4 PM S1
6
10 S3 n4 PM S1 LI 8.068.74
LI 41.127.0
11 S3 r1 PO S1
5
12 S3 n1 PM S1 LI 2.906.32
HI 10.544.9
18 N e1 - N e1
4
19 S3 n2 PM S1 LI 535.36
20 S3 n1 PM S1 LI 2.206.59
HI 11.815.2
25 N e1 - N e1
7
27 S2 n3 PE S1 LI 5.649.88
28 N e1 - N e1 HI 1.726.04

Keterangan:
 Kelas kesesuaian lahan: sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2),
sesuai marginal (S3), tidak sesuai (N)
 Tingkat input: LI = input rendah, MI = input sedang, dan HI = input
tinggi.
 Faktor pembatas; w1 = curah hujan tahunan, r1 = media perakaran,
n1,/2/3/4 = retensi hara: 1KTK liat/2kejenuhan basa/3pH H20, 4c-
organik, e1/2 = bahaya erosi: 1lereng/2,
 Perbaikan faktor pembatas: OT = olah tanah, PO = pemberian pupuk
organik, PM = pemupukan, PE = pengapuran, - = tidak dapat
dilakukan perbaikan, PT = pembuatan teras (konservasi).

Berdasarkan Tabel dapat di lihat bahwa kesesuaian lahan


aktual dan potensial untuk padi sawah irigasi di wilayah kajian dapat
di lihat, sebagai berikut:
1) Kelas kesesuaian lahan aktual padi di Kabupaten Pidie masuk
dalam kelas cukup sesuai (S2) pada SPL 5, dan 27 dengan faktor
pembatas retensi hara, untuk memperbaiki faktor pembatas
tersebut dapat dilakukan dengan memberikan input pada lahan

112
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

berupa pemupukan dan pengapuran dengan tingkat input rendah.


Kelas sesuai marginal (S3) pada SPL 3, 9, 10, 11, 12, 19 dan 20
dengan faktor pembatas retensi hara dan media perakaran, untuk
memperbaiki faktor pembatas tersebut dapat dilakukan dengan
memberikan input berupa: pemberian bahan organik dan
pemupukan. Dan kelas yang tidak sesuai untuk tanaman padi
sawah di Kabupaten Pidie terdapat pada SPL 1, 6, 7, 8, 18, 25 dan
28 dengan faktor pembatas lereng. Setelah diberikan input pada
lahan aktual kelas kesesuaian lahan dapat ditingkatkan satu
tingkat lebih tinggi atau lebih, seperti yang terlihat pada kelas
kesesuaian lahan potensial padi pada SPL 3, 5, 9, 10, 11, 12, 19, 20,
dan 33.

Tabel 33. Hasil Klasifikasi Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial


Tanaman Bawang di Kabupaten Pidie (Sumber: Hasil analisis
kesesuaian lahan, 2015).
Usaha Kesesuaia Tingkat Luas
Kesesuaia
Kabupaten SPL Perbaika n Input (ha)
n Aktual
n Potensial
Pidie 1 S3 w1 - S3 w1 MI 2.625.44
3 S3 w1 - S3 w1 MI 1.048.26
5 S3 w1 - S3 w1 MI 185.72
6 S3 w1 - S3 w1 MI 5.408.78
7 S3 w1,e1 PT S3 w1 HI 720.14
8 S3 w1 S3 w1 MI 1.974.86
MI 20.780.4
9 S3 w1 - S3 w1
6
10 S3 w1 - S3 w1 MI 8.068.74
N HI 41.127.0
11 N -
5
12 S3 w1 - S3 w1 MI 2.906.32
MI 10.544.9
18 S3 w1 - S3 w1
4
19 S3 w1 - S3 w1 MI 535.36
20 S3 w1 - S3 w1 MI 2.206.59
MI 11.815.2
25 S3 w1 - S3 w1
7
27 S3 w1 - S3 w1 MI 5.649.88
28 S3 w1 - S3 w1 MI 1.726.04
Keterangan:
 Kelas kesesuaian lahan: sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal
(S3), tidak sesuai (N)
 Tingkat input: LI = input rendah, MI = input sedang, dan HI = input tinggi.

113
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

 Faktor pembatas; w1 = curah hujan tahunan, r1 = media perakaran, n1,/2/3/4 =


retensi hara: 1KTK liat/2kejenuhan basa/3pH H20, 4c-organik, e1/2 = bahaya erosi:
1lereng/2,

 Perbaikan faktor pembatas: OT = olah tanah, PO = pemberian pupuk organik, PM


= pemupukan, PE = pengapuran, - = tidak dapat dilakukan perbaikan, PT =
pembuatan teras (konservasi).

1. Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk pengembangan


tanaman bawang di Kabupaten Pidie masuk dalam kelas sesuai
marginal (S3) dengan faktor pembatas curah hujan, seperti terlihat
pada SPL 1, 3, 5, 6, 8, 9, 10, 12, 18, 19, 20, 25, 27, dan 28, dan SPL
11 dengan faktor pembatas kelerengan.

Tabel 34. Hasil Klasifikasi Kesesuaian Lahan Aktual Dan Potensial


Tanaman Cabe (Capsicum annuum) di Kabupaten Pidie
(Sumber: Hasil analisis kesesuaian lahan, 2015).

Usaha Kesesuaia Tingkat Luas


Kesesuaia
Kabupaten SPL Perbaika n Input (ha)
n Aktual
n Potensial
Pidie 1 S3 e1 PT S2 w1,e2 HI 2.625.44
3 S2 w1 - S2 w1 MI 1.048.26
5 S2 w1 - S2 w1 MI 185.72
6 S2 w1,e1 -,PT S2 w1 MI 5.408.78
7 S3 e1 PT S2 w1,e2 MI 720.14
8 S2 w1,e1 -,PT S2 w1 MI 1.974.86
MI 20.780.4
9 S2 w1,n2 -,PM S2 w1
6
10 S2 w1,n1,2 -,PM S2 w1 MI 8.068.74
HI 41.127.0
11 N r1 - N r1
5
12 S2 w1,n1,2 -,PM S2 w1 MI 2.906.32
S2 S2 w1 HI 10.544.9
18 -,PM,PT
w1,n1,2,e1 4
S2 S2 w1 HI
19 -,PO,PM 535.36
w1,r1,n1,2
20 S3 n2 PM S2 w1 MI 2.206.59
MI 11.815.2
25 S3 e1 PT S2 w1
7
27 S2 w1,r1 -,PO S2 w1 MI 5.649.88
28 S2 w1,e1 -,PT S2 w1 MI 1.726.04

Keterangan:
 Kelas kesesuaian lahan: sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai
marginal (S3), tidak sesuai (N)
 Tingkat input: LI = input rendah, MI = input sedang, dan HI = input tinggi.

114
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

 Faktor pembatas; w1 = curah hujan tahunan, r1 = media perakaran,


n1,/2/3/4 = retensi hara: 1KTK liat/2kejenuhan basa/3pH H20, 4c-organik,
e1/2 = bahaya erosi: 1lereng/2,
 Perbaikan faktor pembatas: OT = olah tanah, PO = pemberian pupuk
organik, PM = pemupukan, PE = pengapuran, - = tidak dapat dilakukan
perbaikan, PT = pembuatan teras (konservasi).

Kabupaten Pidie kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman


cabe masuk pada kelas cukup sesuai (S2) pada SPL 3, 5, 6, 8, 9, 10,
12, 18, 19, 27 dan 28, faktor pembatas curah hujan, lereng, media
perakaran, retensi hara dan lereng, untuk memperbaiki faktor
pembatas tersebut diperlukan input berupa, pemberian pupuk atau
bahan organik, pemupukan dan pembuatan teras, tingkat input
tergolong sedang (MI) sampai tinggi (HI). Kelas sesuai marginal (S3)
pada SPL 1, 7, 20, 25 dengan faktor pembatas lereng dan retensi hara,
untuk memperbaiki faktor pembatas tersebut diperlukan input berupa
pemupukan dan pembuatan teras dengan tingkat input sedang sampai
tinggi. Sedangkan kelas yang tidak sesuai untuk tanaman cabe di
Kabupaten Aceh Besar terdapat pada SPL 11 faktor pembatas media
perakaran berupa tekstur pasir, untuk memperbaiki diperlukan modal
besar atau input tinggi seperti pemberian bahan organik dalam jumlah
yang besar pada tanah.

6.2 Analisis Kependudukan

6.2.1 Aspek Kependudukan dan Sosial Budaya

Kabupaten Pidie memiliki laju pertumbuhan penduduk rata-rata


sebesar 1,61%/tahun. Oleh karena itu, pada tahun 2020, jumlah
penduduk Kabupaten Pidie didiproyeksikan akan terus bertambah
mencapai 451.814 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut,
persentase jumlah angkatan kerja terhadap jumlah penduduk terus
bertambah dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar
1,94%/tahun, diikuti dengan peningkatan tingkat partisipasi angkatan
kerja terhadap penduduk berusia produktif di Kabupaten Pidie sebesar

115
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

1,04%/tahun. Jumlah pengangguran meningkat sebesar


1,93%/tahun, sehingga pada tahun 2020 jumlah pencari kerja di
Kabupaten Pidie adalah 12.004 dari jumlah angkatan kerja sebesar
206.835 orang. Pertumbuhan persentase pengangguran Kabupaten
Pidie lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Aceh Besar.
Persentase jumlah penduduk miskin terus menurun dengan tingkat
pertumbuhan -2,36%/tahun. Dalam upaya mempercepat penurunan
jumlah penduduk miskin di Kabupaten Pidie, pendekatan utama yang
dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan potensi lahan yang
sesuai untuk tanaman pangan dan hortikultura di wilayah ini.
Berdasarkan data perkembangan jumlah produksi tanaman pangan
dan hortikultura di kabupaten ini yang menjadi komoditas utama
adalah padi, bawang dan cabai. Oleh karena itu, ketersediaan lahan
yang ada perlu didukung dengan peningkatan kapasitas masyarakat
untuk memanfaatkan potensi wilayah yang tersedia.

80
70
60 Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (%)
50
Persentase Penduduk
40 Miskin (%)
30 Persentase angkatan kerja
20 (%)
10 Persentase pencari kerja
(%)
0
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 13. Proyeksi Indikator Kependudukan Kabupaten Pidie


Tahun 2016-2020 (Sumber: BPS Kabupaten Pidie (data
diolah), 2015).

6.3 Analisis Kelembagaan

Berdasarkan aspek potensi kelembagaan maka ada beberapa


masalah yang timbul dalam upaya penguatan kelembagaan seperti
yang terlihat pada Tabel 5 berikut ini.

116
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Tabel 35. Jenis Lembaga, Masalah dan Solusi


No Nama Kondisi Saat ini Kondisi yang Strategi Pencapaianya
Lembaga ingin di capai
1. Lembaga Akses sektor Peningkatan 1. Kemudahan persyaratan
Perbankan pertanian akses perkreditan bagi masyarakat
terhadap kredit pertanian petani untuk mendapatkan kredit.
bank hanya 17 terhadap 2. Pengaktifan kembali koperasi
persen dari total kredit bank, sebagai sumber dana masyarakat.
kredit koperasi dan 3. Pengaktifan lembaga mitra
perbankan yang lembaga keuangan dan pemberdayaan
ada di Aceh. mitra peran Konsultan Keuangan Mitra
keuangan Bank (KKMB).
lainnya. 4. Edukasi tabungan dan pembiayaan
kepada masyarakat luas.
5. Penggembangan konsep
branchless banking
2. Lembaga 49,3 % koperasi Peningkatan 1. Peningkatan tata kelola koperasi
Koperasi yang ada di kualitas dan yang baik (Good Corporate
Aceh tidak aktif kuantitas Govermance).
koperasi 2. Blue print pengelolaan koperasi
yang ada di yang efektif pada semua koperasi
Aceh pertanian yang ada oleh
Kementerian Koperasi dan UKM
3. Pembenahan kondisi internal
koperasi
4. Pelatihan bagi karyawan
3. Lembaga Jumlah Desa di Peningkatan 1. Peningkatasn kemampuan
Penyuluha Aceh 5183 dan kapasitas berkomunikasi penyuluh
n Pertanian jumlah penyuluh pertanian, melalui sikap dan
Penyuluh 2394, dan percaya diri yang baik.
berarti terjadi peningkatan 2. Pendidikan lanjutan bagi
kekurangan jumlah Penyuluh Pertanian
tenaga penyuluh penyuluh 3. Peningkatan fasilitas untuk
sebesar 2789 pertanian di perbaikan kinerja penyuluh (e
orang Aceh. elektronik, sarana transportasi dan
komunikasi)
4. Penambahan tenaga penyuluhan di
daerah terpencil bagi melalui PNS,
THL dan swadaya.
4. Lembaga Ada 17.537 Perlu 1. Pelatihan manajemen dan
Kelompok kelompok tani, peningkatan teknologi bagi kelompok tani.
Tani dimana kemampuan 2. Pengembangan kelompok secara
sebagian kelompok partisipatif.
besarnya (60,9 tani dari 3. Peningkatan kreatifitaskelompok
%) merupakan kelompok dalampemanfaatan peluang
kelompok tani tani pemula usaha,informasi dan akses modal
pemula dengan dan lanjut yg ada.
kemampuan menjadi 4. Penyuluh membantu petani dalam
minimal, dan kelompok pemecahan masalah kelompok.
33,1 % nya tani madya 5. Penguasaan analisis dan peluang
merupakan dan utama pasar melalui pelatihan dan
kelompok tani bimbingan instansi terkait.
lanjut. 6. Peningkatan kemampuan anggota
terhadap teknologi, simpan pinjam
dan pengembangan modal
kelompok.

117
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

6.4 Analisis Sarana dan Prasarana Penunjang

Tabel 36. Peningkatan Infrastruktur


No Jenis Kondisi Saat ini Kondisi yang ingin di Strategi Pencapaianya
Infrastrukt capai
ur
1. Jalan jalan kabupaten Peningkatan kualitas 1. Perlu koordinasi antar instansi
pengembangan dan kuantitas jalan PU, perdagangan dan
pertanian di kabupaten pertanian dalam penyediaan
Kabupaten Pidie pengembangan sarana transportasi dan akses
masih belum dibuka pertanian di terhadap biaya distribusi yang
(tidak tembus) Kabupaten Pidie murah dan cepat.
2. Perawatan terhadap
keberadaan jalan agar jalan
yang ada tidak cepat rusak.

2. Listrik Kapasitas dan Pemenuhan 1. Penambahan daya listrik pada


stabilitas aliran kebutuhan listirk daerah pengembangan industri
listrik perlu untuk kegiatan dan peyimpanan produk
ditingkatkan industri pengolahan pertanian.
dan penyimpanan 2. Stabilisasi daya listrik
produk pertanian terpasang pada daerah
pengembangan kawasan
pertanian
3. Irigasi lahan sawah, belum Peningkatan kualitas 1. Perbaikan saluran irigasi yang
beririgasi. dan kuantitas rusak.
saluran irigasi 2. Perawatan saluran irigasi yang
Indeks tanam masih tersier. baik.
1,4 3. Pembuatan saluran irigasi
baru.
4. Peningkatan komitmen
Pemerintah Daerah untuk
menperbaiki keadaan irigasi di
daerahnya.
5. Partisipasi masyarakat dalam
perawatan saluran irigasi.
6. Teknologi penyediaan air pada
daerah dataran tinggi

6.5 Analisis Ekonomi dan Perekonomian

6.5.1 Analisis Ekonomi Sektoral

Tinjauan ekonomi sektoral berusaha melihat ekonomi wilayah


Aceh dilihat dari 3 kelompok sektor utama yaitu sektor primer,
sekunder, dan tersier. Pembagian ke dalam ketiga sektor tersebut
didasarkan pada asal terjadinya proses produksi. Kelompok sektor
primer terdiri dari sektor pertanian dan sektor pertambangan
penggalian. Sektor sekunder terdiri dari sektor industri pengolahan,
listrik dan air minum serta sektor bangunan.Sementara itu sektor-

118
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

sektor yang termasuk dalam kelompok sektor tersier adalah sektor


perdagangan, hotel, dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi,
sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-
jasa.

Sektor primer merupakan sektor yang selama ini dominan di


Kabupaten Pidie. Meski demikian sektor ini mengalami kecenderungan
memiliki kontribusi yang menurun. Pertumbuhan kedua sektor yang
termasuk dalam sektor primer yaitu pertanian dan pertambangan
penggalian termasuk yang paling lambat jika dibandingkan dengan
sektor lainnya.

Sektor tanaman pangan termasuk salah satu komponen di sub-


sektor pertanian. Jenis tanaman yang termasuk didalamnya adalah
padi, jagung, kedelai, kacang tanah, tanaman sayur-sayuran, dan
buah-buahan. Jenis tanaman yang dibahas di dalam uraian ini ada
enam jenis, yaitu: padi (padi sawah dan padi ladang), jagung, kedelai,
tanaman bawang, cabe, dan jeruk yang dianggap memiliki potensi
untuk dikembangkan. Indikator yang digunakan untuk pembahasan
aspek ekonomi dan potensi tidak terlepas dari wilayah atau kabupaten
yang memiliki potensi berdasarkan luasan area, produktivitas per
hektar, dan total produksi (ton atau kwintal).

6.5.2 Analisis SWOT Komoditas Unggulan

Analisis SWOT merupakan identifikasi yang bersifat sistematis


dan dapat menyelaraskan faktor-faktor dari lingkungan internal dan
eksternal serta dapat mengarahkan dan berperan sebagai kaatalisator
dalam proses perencanaan startegis. Analisis SWOT dilaksanakan
dengan memfokuskan pada dua hal, yaitu peluang dan ancaman serta
identifikasi kekuatan dan kelemahan intern. Analisis ini didasarkan

119
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan


kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman.

Unsur-unsur SWOT meliputi S (strenght) yang berarti mengacu


kepada keunggulan kompetitif dan kompetensi lainnya, W (weakness)
yaitu hambatan yang membatasi pilihan-pilihan pada pengembangan
strategi, O (opportunity) yakni menyediakan kondisi yang
menguntungkan atau peluang yang membatasi penghalang dan T
(threat) yang berhubungan dengan kondisi yang dapat menghalangi
atau ancaman dalam mencapai tujuan.

Tabel 37. Ringkasan Matrik SWOT Aspek Ekonomi dan Perekonomian


(Sumber : Hasil Analisis)
No Komodi Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman
tas

1 Padi  Mendukung  Harga tidak stabil  Produktivitas  Distribusi


perekonomian  Pengolahan gabah tinggi saprodi belum
daerah. modern belum  Harga relative tepat waktu
 Penyerapan tenaga tersedia. tinggi dan jumlah.
kerja tinggi  Angkatan kerja di  Permintaan terus  Minat investor
 Keterkaitan antar pedesaan kurang meningkat masih rendah
sektor tinggi. berminat bekerja di  Pemasok bahan
 Permintaan pasar sawah. baku agroindustri
besar  Skala usaha kecil  Biaya produksi
 Surplus produksi  Penjualan hasil relative lebih
 Kuantitas dan masih dalam rendah
kualitas SDM bentuk bahan  Perdagangan
cukup. mentah. lintas provinsi
 Dukungan
pemerintah
 Tersedia sarana
dan prasarana
memadai

2 Jagung  Permintaan pasar  Masih  Peningkatan  Tuntutan


tinggi. menggunakan permintaan mutu oleh
 Komoditas eksport lahan sawah industry pakan pembeli
 Lokasi dekat  Penyaluran input ternak di Medan. industri
Medan tidak tepat waktu  Permintaan pasar  Persaingan
 Kemitraan dengan  Pemasaran sulit eksport pasar jagung
pengusaha dari  Belum ada  Pengolahan biji kawasan
Medan mekanisasi jagung menjadi Asean.
 Belum ada alat produk turunan
pengolahan hasil akan
 Skala usaha kecil menciptakan nilai
 Penjualan hasil tambah tinggi
masih dalam  Pembatasan
bentuk bahan jumlah import

120
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

mentah. jagung.
 Terbatasnya akses
terhadap lembaga
keuangan,
sehingga mudah
terjerat rentenir

3 Kedelai  Keterkaitan  Mutu produk  Peningkatan  Masuknya


agroindustry tinggi rendah permintaan kedelai import
 Kelayakan  Daya saing rendah agroindustri  Perkembanga
investasi  Kurangnya sasaran pakan ternak. n produksi
 Menyerap tenaga dan prasarana  Pengolahan biji yang besar
kerja yang mendukung kedelai menjadi dinegara lain (
industri pengolah produk turunan Vietnam )
hasil. akan sangat tinggi
 Harga local tidak menciptakan nilai menyebabkan
stabil tambah tinggi persaingan
 Pembatasan pasar tinggi.
jumlah import  Turunnya
kedelai produktivitas
 lahan.

4 Cabe  Keterkaitan  Biaya produksi  Peningkatan  Minat investor


agroindustri mahal permintaan masih rendah
tinggi  Ketersediaan dalam negeri dan  Jangkau
 Kontribusi besar modal rendah eksport. pasar terbatas
dalam  Skala usaha kecil dalam negeri.
perekonomian  Informasi pasar
Aceh sangat terbatas
 Potensi lahan
cukup luas
5 Bawang  Kelayakan  Keterbatasan akses  Jangkauan pasar  Penyeludupan
investasi petani dan luas  Persaingan
 Keterkaitan pedagang terhadap  Perdagangan harga bawang
agroindustry tinggi informasi lintas provinsi dunia
kebutuhan
industry sehingga
terjadi
ketidaksesuaian
antara pasokan
dan kebutuhan.
Sumber : Hasil Analisis

Berdasarkan analisis SWOT maka dapat dirumuskan alternative


strategi yangdapat direkomendasikan berdasarkan pada aspek ekonomi
dan perekonomian pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan
dan hortikultura, yaitu:

1. Strategi S-O
 Pengembangan area selain didasarkan pada kesesuian lahan juga
dengan pertimbangan memiliki daya kompetitif dan komperatif

121
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

secara antar dan intra wilayah serta pertimbangan permintaan


pasar/ konsumen baik domestic maupun dunia.
 Mengisi dan meningkatkan peluang pasar yang tersedia baik
domestic maupun internasional serta mempertahankan pasar
yang telah ada melalui berbagai upaya promosi baik dalam dan
luar negri termasuk mendukung agrowisata.
 Pengembangan iklim usaha yang kondusif untuk investasi
dibidang pertanian, khususnya berupa kebijakan yang diterapkan
secra konsisten dan berkesinambungan.

2. Strategi W-O
 Optimalisasi ketersediaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana
yang diperlukan dalam mendukung peningkatan kualitas tanaman
dan produk yang dihasilkan.
Menumbuh kembangkan fungsi kelembagaan dan kemitraan yang
berazaskan kebersamaan ekonomi.
 Optimalisasi usaha tani dalam luasan skala usaha dan ekonomis
baik ditingkat petani maupun usaha menengah dan besar.
3. Strategi S-T
 Penajaman wilayah potensial yang berkelayakan teknis dan
tanaman dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman dan
lahan
 Mendukung pelestarian lingkungan yang berkelanjutan melalui
perwujudan usaha pertanian yang ramah lingkungan.

4. Strategi W-T
 Sosialisasi penerapan sistem manajemen mutu ( SNI, ISO, HACCP
) diikuti dengan perbaikan melalui penerapan “reward” dan
“punishment” terhadap pembelian produk.
 Meningkatkan jaminan keamanan berusaha terhadap segala
bentuk penjarahan, perambahan atau aktivitas serupa lainnya.

122
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

6.6. Analisis Konsumsi dan perdagangan

Tabel 38. Ringkasan Matrik SWOT Aspek Konsumsi dan Perdagangan


(Sumber : Hasil Analisis)

Strengths/ Weaknesses/ Opportunities/


Komoditi Threats/ Ancaman
kekuatan Kelemahan Peluang

- Potensi wilayah yang - Rendahnya - Konsumsi beras - Meningkatnya


mendukung. kapasitas SDM sebagai pangan konsumsi terigu
- Masih bisa petani pokok menurun, sebagai pangan
dilakukan perluasan - Terbatasnya memungkinkan alternatif pengganti
lahan untuk penggunaan untuk beras
meningkatkan teknologi dalam mengembangkan
produksi pengolahan produk olahan
- Minat petani yang - Keterbatasan atau industri
Padi
tinggi untuk modal usaha makanan dan
menanam padi ditingkat petani non-makanan
- Tersedianya sarana - Diversifikasi
irigasi yang pangan beras
memadai - Daya beli
konsumen
cukup baik

- Potensi wilayah yang - Harga jual yang - Banyak jenis - Meningkatnya


mendukung rendah ketika produk yang bisa impor komoditi
- Masih bisa panen tiba dikembangkan kedelai dapat
dilakukan perluasan - Produksi dari jagung di merugikan petani
lahan untuk menurun bidang makanan lokal
meningkatkan - Keterbatasan dan non - Perubahan
produksi penggunaan makanan preferensi
- Minat petani yang teknologi dalam - Meningkatkan masyarakat
Jagung
tinggi untuk pengolahan konsumsi jagung terhadap kualitas
menanam jagung - Terbatasnya SDM selain dalam produk
dibidang bentuk
pengolahan konsumsi
langsung oleh
rumah tangga
- Diversifikasi
produk pangan

- Potensi wilayah - Banyaknya - Diversifikasi - Meningkatnya


yang mendukung permainan harga produk impor komoditi
- Masih bisa oleh pedagang makanan dan kedelai dapat
dilakukan perluasan besar non makanan merugikan petani
lahan untuk - Harga jual - Meninngkatkan lokal
Kedelai
meningkatkan ditingkat petani jumlah - Perubahan
produksi rendah ketika konsumsi preferensi
- Minat petani yang panen tiba melalui masyarakat
tinggi untuk diversifikasi terhadap kualitas
menanam kedelai produk produk

- Potensi lahan yang - Adanya perayaan - Kebutuhan - Besarnya pengaruh


Bawang mendukung dan hari besar konsumen yang faktor alam: hujan,
- Harga yang relatif keagamaan meningkat kering, hama
Merah
stabil malah menyebabkan terkait dengan
cenderung permintaan lebih perayaan dan
meningkat tinggi dari suplai hari keagamaan

123
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

- Minat petani tinggi - Terbatasnya akan


untuk menanam ketersediaan bibit meningkatkan
bawang menyebabkan jumlah konsumsi
- Kebutuhan terhadap produksi kurang
bawang yang
bersifat stabil

- Ketersediaan bibit - Panen yang - Kebutuhan - Besarnya pengaruh


yang mencukupi bersifat musiman konsumen yang faktor alam: hujan,
- Minat petani yang menyebabkan meningkat kering, hama
tinggi untuk fluktuasi harga terkait dengan
menanam cabe Adanya perayaan perayaan dan
Cabe sehingga dan hari besar hari keagamaan
Merah memungkinkan keagamaan akan
peningkatan meningkatkan
menyebabkan
produksi jumlah konsumsi
- Kebutuhan akan permintaan lebih
cabe yang bersifat tinggi dari suplai
stabil

Rekomendasi:

- Menurunnya tingkat konsumsi beras dalam bentuk konsumsi


langsung oleh rumah tangga memungkinkan untuk meningkatkan
fungsi dari beras melalui diversifikasi produk seperti pembuatan
tepung beras sebagai bahan baku industri pangan atau menjadikan
beras sebagai bahan baku industri tekstil.
- Pemanfaatan jerami dan sekam sebagai bahan bahar, arang aktif,
kompos dan pembuatan pulp juga akan meningkatkan juumlah
konsumsi dari padi.
- Peningkatan jumlah konsumsi jagung melalui diversifikasi produk
jagung seperti pembuatan tepung jagung dan pati jagung, sebagai
bahan bahu industri pangan seperti bihun jagung serta pembuatan
gula jagung.
- Diversifikasi produk dari kedelai seperti tepung kedelai, minyak
kedelai serta peningkatan industri rumah tangga seperti pembuatan
tempe, tahu dan kecap akan meningkatkan jumlah konsumsi
kedelai di Aceh.
- Pemanfaatan batang, daun dan tongkol dari tanaman padi, kedelai
dan jagung sebagai hjauan sekaligus sebagai pakan ternak akan

124
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

meningkatkan nilai tambah dari tanaman tersebut, sekaligus terkait


dengan program pengembangan ternak lokal.
- Peningkatan jumlah konsumsi kedelai dan jagung akan
menghindari merosotnya harga pada saat panen jagung dan kedelai.
- Penanganan pasca panen yang tepat terhadap komoditi bawang
merah dan cabe merah akan memungkinkan ketersediaaan bawang
merah dan cabe merah lebih stabil setiap waktu sehingga
membantu menstabilkan harga jual komoditi.
- Pengolahan cabe merah menjadi bentuk bubuk akan menghindari
merosotnya harga dan terbuangnya produk ketika panen raya.

6.7 Analisis Teknis

Secara umum dapat dikatakan pertanian Aceh masih belum


sepenuhnya beranjak dari metode konvensional. Masih banyak
masyarakat Aceh yang masih mengandalkan cara-cara lama dalam
bertani. Pertanian modern terbukti telah mampu meningkatkan
produktifitas lahan yang pada akhirnya meningkatkan ketahanan serta
kemandirian pangan yang selama ini menjadi cita-cita bangsa
Indonesia. Akselerasi penerapan teknologi pertanian merupakan upaya
yang paling aplikatif dan paling logis apabila bangsa ini masih mau
untuk keluar dari zona keterpurukan di sektor pertaniannya.
Optimalisasi pengelolaan lahan pertanian dengan basis teknologi
modern, menjadi kunci sukses dalam pemenuhan kebutuhan pangan.
Untuk dapat mencapai hasil yang optimal, penggunaan berbagai
peralatan modern harus segera diterapkan. Modernisasi bukan berarti
menghilangkan konsep tradisional pengelolaan pertanian, tetapi
dengan menerapkan teknologi pertanian dapat memberikan hasil yang
lebih baik dan lebih banyak. Selain itu, petani juga mendapat nilai
tambah yang besar. Produktivitas menjadi tinggi, efisien, beban ongkos
petani rendah, dan nilai tukar petani akan meningkat.

125
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Melihat kondisi dan permasalahan pertanian di Kabupaten Pidie


sebagaimana yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, beberapa
hal yang dapat dijadikan acuan rencana pengembangan adalah sebagai
berikut.

6.7.1 Peningkatan Mutu Benih dan Varietas

Upaya memperbaiki mutu benih dan perbaikan varietas


merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk meningkatkan
produksi. Walupun secara umum petani-petani di Kabupaten Pidie
telah menggunkan varietas unggul baru, namun mutu dan kepastian
varietas perlu untuk diperbaiki. Sebagian besar petani belum
melakukan prinsip-prinsip penggunaan mutuh benih dan varietas
sesuai standar teknis yang ada. Kebiasaan petani setempat yakni,
mempercayai benih dan varietas yang ditanam hanya menurut
pengalaman sendiri dan pengalaman petani sekitarnya. Kondisi
tersebut menyebabkan kualitas benih dan varietas yang ditanam
mengalami bias atau bercampur dengan varietas lain. Fenomena
percampuran benih dengan varietas lain dapat dilihat pada saat fase
pertumbuhan tanaman sejak umur vegetatif sampai pada umur
generatif yang tidak seragam. Oleh karena itu, untuk pemutihan mutu
varietas yang sudah mengalami pembiasan ini maka telah dilakukan
upaya perbanyakan benih beberapa varietas unggul baru melalui
beberapa penangkar.

6.7.2 Perbaikan Metode Budidaya untuk meningkatkan


produktivitas

Peningkatan produktivitas dan efisiensi dalam budidaya ta


namanpangan dan hortikultura dapat
dicapai dengan penerapan teknologi yang bersifat spesifik lokasi
pada masing- masing agroekologi. Permasalahan yang bersifat

126
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

spesifik lokasi pada setiap agroekologi diatasi untuk mendapatkan


persyaratan tumbuh optimal.
- Pengelohan Lahan
Teknologi pengelolaan tanah untuk lahan kering sudah banyak
tersedianamun pengembangannya masih jauh
tertinggal. Teknologi tersebut masih perlu diintegrasikan,
dikemas, dan dikaji secara praktis di lapangan dengan
mempertimbangkan faktor penghambat yang bersifat spesifik
lokasi.
- Pengelolaan Tanaman Terpadu
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan suatu
pendekatan inovatif dalam usaha meningkatkan produktivitas
dan efisiensi dalam usaha usaha tani. Inovasi disini
dimaksudkan sebagai suatu pendekatan dalam budi daya
tanaman pangan dan hortikultura yang menekankan pada
pengelolaan tanaman, lahan, air dan organisme pengganggu
secara terpadu, dan didasarkan pada kekuatan sosial yang ada.
Pengelolaan yang diterapkan mempertimbangkan hubungan
sinergis dan komplementer antar- komponen. Pada prinsipnya
PTT lebih bersifat spesifik lokasi dan partisipatif sehingga semua
teknis yang telah diuraikan di atas tidak harus mutlak untuk
diterapkan di seluruh daerah. Petani di tiap-tiap dengan
didampingi tenaga teknis dari instansi terkait dapat memilih
sendiri komponen teknologi yang sesuai dengan kemampuan dan
kondisi lingkungan setempat. Penerapan PPT ini diharapkan
dapat meningkatkan produktivitas secara berkelanjutan dan
efisiensi produksi dapat dicapai dengan memperlihatkan sumber
daya, kemampuan dan kemauan petani.

127
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

6.7.3 Peningkatan Aplikasi Mekanisasi dan Penanganan Pasca


Panen

Kegiatan pascapanen/pengolahan hasil yang dilakukan untuk


komoditas pertanian di Kabupaten Pidie secara umum masih belum
sesuai dengan mutu yang diharapkan oleh pasar. Hal tersebut
disebabkan belum meratanya jumlah petani yang memiliki kemampuan
dan keahlian dalam pengolahan. Meskipun berbagai jenis peralatan
penanganan pasca panen telah didistribusikan, namun masih
dibutuhkan adanya pembinaan dan pendampingan kepada petani
mengenai teknis penggunaannya. Disamping itu masih dibutuhkan
alat/mesin lainnya untuk melengkapi kegiatan penanganan pasca
panen untuk berbagai komoditas pertanian tersebut disamping
kebutuhan untuk meningkatkan spesifikasi dan kinerja alat/mesin
yang sudah ada sehingga mampu menghasilkan produk yang sesuai
dengan standar mutu pasar.

Konsep mekanisasi pertanian selektif dapat menjadi suatu acuan


dalam upaya akselerasi mekanisasi pertanian. Dalam konsep
ini,mekanisasi pertanian harus dilakukan dengan selektif (tidak full
mechanized) dari mulaitanam sampai panen. Konsep ini juga
memperhatikan daerah kerja, tanah dan keadaansosial ekonomi petani
dalam menerapkan mekanisasi pertanian. Dengan demikiandiharapkan
mekanisasi pertanian tidak menyebabkan terjadinya pengangguran.
Dariberbagai studi dihasilkan formula pengembangan introduksi secara
bertahap mulai dari kegiatan survei, pilot proyek, evaluasi, dan
pengembangan.

Rencana pengembangan terkait dengan mekanisasi pertanian


dan penanganan pasca panen disajikan pada tabel berikut.

128
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Tabel 39. Potensi Pengembangan Mekanisasi dan Penanganan Pasca


Panen untuk Komoditas Tanaman Pangan dan Holtikultura
Kabupaten Pidie.
No. Komoditas Saat ini Potensi Pengembangan

Mekanisasi Pasca Panen Mekanisasi Pasca Panen

1 Padi - Traktor (roda - Tepung - Penanam - Pakan


2, roda 4) - Pupuk - Pemanen - Bahan Bakar
- Penggiling
- Perontok
- Pengering
2 Jagung - Perontok - Bulir utuh - Penaman - Pakan
- Pengering - Pemanen - Minyak
- Penghalus Jagung
3 Kedelai - Pengering - Susu - Perontok - Minyak
- Sortasi - Tahu Kedelai
- Tempe
4 Jeruk - Buah- - Sortasi - Juice
buahan
5 Cabe - Sayuran - Saos
- Sambal
- Cabe Kering
- Tepung Cabe
6 Bawang - Sayuran - Bawang
Goreng
- Sambal

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwasannya untuk


komoditas padi, aplikasi inovasi teknologi telah mencakupi semua alat
dan mesin. Namun untuk meningkatkan produktivitas dan optimasi
lahan, maka perlu adanya introduksi alat tanam dan pemanen
sehingga kehilangan-kehilangan yang terjadi pada pasca panen dapat
diminimalisasikan. Demikian juga penerapan alat tanam akan dapat
meningkatkan efektifitas kegiatan dan biaya yang dikeluarkan petani.
Sementara untuk pasca panen padi, perlu adanya diversifikasi produk
yang mana petani dapat dikenalkan dengan produk turunan padi
seperti tepung dan juga pemanfaatan ampas padi untuk pupuk.

Produksi jagung di Aceh dapat dikatakan semuanya dijual oleh


petani dalam bentuk bulir utuh ke pedagang pengumpul untuk
kemudian diolah menjadi pakan di Sumatera Utara. Upaya pengolahan
produk jagung menadi pakan atau minyak goring dapat menjadi
alternatif yang sangat tepat untuk meningkatkan nilai jual produk dan

129
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

pendapatan petani. Beberapa alat yang dapat diintroduksikan ke petani


jagung adalah alah tanam, alat panen dan juga alat penghalus bulir
jagung sehingga dapat dijadikan pakan ternak.

Secara umum kedelai sudah diolah menjadi produk-produk yang


sangat beragam. Namun di Kabupaten Pidie belum banyak produk
olahan kedelai yang diolah langsung oleh petani yang disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan dan keahlian petani. Pada masa panen
puncak petani kedelai menjual hasil panenya dalam bentuk bulir utuh
untuk dijadikan kedelai rebus. Program peningkatan pengetahuan dan
keahlian petani untuk mengolah kedelai menjadi produk-produk yang
bernilai ekonomis tinggi dapat menjadi solusi untuk meningkatkan
nilai jual dan menjaga produktifitas lahan.

Komoditas hortikultura seperti jeruk, cabe dan bawang secara


garis besar belum tersentuh oleh mekanisasi. Hal tersebut disebabkan
karena inovasi tekhnologi di dunia untuk komoditas tersebut masih
sangat kurang, jikapun ada maka biaya yang dibutuhkan untuk
menerapkan teknologi tersebut masih sangat mahal. Upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan menggalakkan penelitian-penelitian dan
inovasi teknologi tepat guna yang mampu meningkatkan kinerja petani
baik dalam proses budidaya maupun kegiatan pasca panennya.

6.8 Analisis Aspek Sumber Daya Manusia

Aspek sumber daya manusia di analisis menggunakan metode


SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threath) dimana
dilakukan analisis berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman. Dari analisis SWOT, kemudiandapat dikembangkan strategi
yang berhubungan dengan pengembangan kawasan pertanian di Aceh.

130
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

1. Faktor Internal Distan


A. Kekuatan (Strength)
 SDM di Distan Aceh sudah cukup baik dimana terdapat 49 orang
berlatar belakang pendidikan S2
 70% dari 550 orang pegawai Distan Aceh berlatar belakang
pendidikan S1 dan S2

B. Kelemahan (Weakness)
 Belum ada yang membidangi pengembangan kawasan setingkat
Kepala Bidang
 Belum ada yang membidangi pengembangan masing-masing
komoditi unggulan setingkat Kepala Seksi
 Belum ada perencanaan pengembangan pegawai
 Banyak pegawai yang tidak sesuai antara latar belakang
pendidikan dengan bidang kerjanya

2. Faktor Eksternal

C. Peluang (Opportunity)
 Ada MoU dengan Unsyiah dan PTN/PTS yang memiliki SDM
berkualifikasi tinggi
 Ada dukungan SDM dari badan penyuluhan Aceh dan SMK
pertanian di bawah Distan

D. Ancaman (Threath)
 Hambatan koordinasi dan anggaran dalam mobilisasi penyuluh
 Hambatan koordinasi dan anggaran dalam mobilisasi SDM dinas
terkait lainnya
 Mutasi pegawai berkualitas ke dinas lain atau pegawai tidak
berkualitas ke lingkungan distan

131
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Berdasarkan analisis SWOT maka dapat dirumuskan strategi


yang dapat direkomendasikan pada aspek sumberdaya manusia, yaitu:
1. Membentuk struktur baru di dalam struktur distan Aceh yang
membidangi kawasan yang terdiri atas kepala bidang kawasan
dan kepala seksi untuk masing-masing komoditi yaitu padi,
jagung, kedele, bawang, cabe dan jeruk. Memasukkan bidang
pengembangan kawasan ke dalam struktur organisasi distan
diharapkan dapat meningkatkan efektifitas, efisiensi dan
memudahkan melakukan monitoring dan evaluasi program dan
kegiatan. Disamping itu, hal ini akan meningkatkan
kemampuan koordinasi distan dengan distan lainnya di
kabupaten dan distan dengan dinas terkait lainnya.
2. Memperkuat kerjasama dengan Unsyiah, PTN dan PTS di tingkat
provinsi maupun kabupaten sehingga dapat mendukung program
pengembangan kawasan pertanian yang telah ditetapkan.
Kerjasama dapat berupa penempatan pegawai dalam struktur
organisasi distan, mobilisasi tim ahli ke lapangan dan penelitian
untuk membantu pengembangan kawasan.
3. Memperkuat koordinasi dengan badan ketahanan pangan dan
SMK di bawah pertanian melalui perencanaan bersama guna
mendukung pengembangan kawasan pertanian di Aceh.
4. Membuat rencana pengembangan kapasitas pegawai melalui
sekolah dan kursus singkat guna meningkatkan kemampuan
pegawai Distan dalam mendukung pengembangan kawasan
pertanian, melaksanakan program dan kegiatan secara efektif
dan efisien, serta

6.9 Analisis Kebijakan

Pengembangan komoditias dengan pendekatan yang berbasis


kawasan telah dimulai sejak sebelum era otonomi daerah, maupun di
masa transisi pelaksanaan otonomi daerah. Berbagai konsep kawasan

132
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

yang telah dilaksanakan Kementerian Pertanian yaitu Sentra Pengem


bangan Agribisnis Komoditas Unggulan (SPAKU), Kawasan Agribisnis
Hortikultura, KawasanIndustri Peternakan(KINAK), Kawasan Usaha
Peternakan (KUNAK), Perkebunan Inti Rakyat (PIR), Kawasan Industri
Masyarakat Perkebunan (KIMBUN), Agropolitan, PRIMA TANI
serta berbagai koordinasi perencanaan pengembangan kawasan
lainnya seperti kawasan produksi padi di pantai utara dan selatan
Jawa, kawasan jagung di Gorontalo, kawasan kakao di Sulawesi
dan kawasan lainnya.

Pada masa lalu kebijakan pengembangan kawasan pertanian,


masih dilaksanakan dengan pola “proyek” baik dalam pengertian
dual budgeting sistemmaupun dalam
pengertianmasihbersifatoutputoriented. Sejalan dengan pelaksanaan
otonomi daerah yang menganut prinsip-prinsip good governace, maka
penyelenggaraan pengembangan kawasan yang berbasis komoditas
selayaknya dalam kerangka pembiayaan jangka menengah, berorientasi
outcome, berbasis kinerja dan berdimensi kewilayahan. Prinsip good
governance yaitu yang sesuaidenganrambu-rambupenyelenggaraantata
pemerintahan yang baik (terutama disiplin kewenangan, urusan
danpembiayaan) sertatata keloladantatapenyelenggaraanyangbaik. Oleh
karena itu perlu reorientasi kebijakan dalam manajemen
pengembangan kawasan pertanian berbasis pada proses pembelajaran
(lesson learned) dari keberhasilan maupun kegagalan penyelenggaraan
program dan kegiatan pengembangan kawasan yang pernah
dilaksanakan sebelumnya. Tabel dibawah menyajikan reorientasi
kebijakan manajemen pengembangan kawasan pertanian di masa lalu
menuju ke masa depan.

133
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Tabel 40. Reorientasi Manajemen Pengembangan Kawasan Pertanian

ASPEK KAWASANDIMASALALU KAWASANKEDEPAN


1. Perencanaa  Bersifatkeproyekan(orient  Berbasiskinerja(orientasioutc
n asioutput) ome)
 Sifattahunan/kurangb  Berkerangkajangkamene
erkelanjutan ngah/berkelanjutan
 Lebihbersifat topdown  Keterpaduantopdownpolicyda
 Belumdidukungdenganro n
ad map bottomupplanning/partisipati
 Pendekatanlocalbelum f
selarasdengantataruang  DidukungdenganMasterPla
 Dukungandatadaninform n(rencanainduk&rencanaa
asi belumoptimal ksi) yangdidasari
dengananalisis teknokratik
 Analisissituasi
wilayah,tataruang(RTRW)d
an permasalahan
 Pendekatankewilayaha
h
 Selarasdengantataruan
g(RTRW)
 Berbasisdatadaninform
asi statisticdanspasial

2.Keterpadua  Parsialonfarmmasih  Holistikketerpaduanverti


nsistem& dominan kal hulu-hilir
usaha  Keterpaduanhorizontalan  Keterpaduanhorizontallebih
tar kuat
komoditasunggulanbelu (integrasikomoditasdengan
m berkembang ternak)

3.Skala/luasan  Hamparanperdesaan  Agregatekonomiwilayah


/kecamatan/kabupa  Lintaskawasan,skalaregiona
ten l(lintas
kabupaten/kota,provinsi)

134
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

4.Tatapemeri  Kerjasamaantarwila  Kerjasamaantarwilayah


ntahan yah administrati f administratif
sekurang berfungsi lebihintensif
 Kewenangan/urusani  Disiplinkewenangan/u
ntas rusan
sectordanmaupunpus sesuaipemetaankewen
at- angan pusatdan
daerahbelumterpetak daerah
an denganbaik
 Koordinasilintas  Diharapkankoordinasil
sectorbelumintens intas
if sectorlebihintensif
 PartisipasiPemdabel  KomitmenPemdadiuta
um optimal makan
(kesepakatan/dukung
anperwilayahankomod
itas)

5.Pembiayaan  Pendanaanlebih  Diarahkanmewujudkan


mengutamakanAPBN, keterpaduanAPBN/APB
sementaraAPBDdan DProvinsi/APBDKabupa
partisipasimasyarakat ten/Kota,
belum optimal Swasta,masyarakat

6.10 Analisis Pemangku Kepentingan

Terdapat 26 pemangku kepentingan yang berperan secara


langsung maupun tidak langsung dalam pengembangan kawasan
pertanian. Pemangku kepentingan tersebut adalah:
1. Gubernur
2. Bupati
3. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten
Pidie
4. Dinas Pertanian Kabupaten
5. Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
6. Universitas Syiah Kuala, PTN dan PTS di Aceh
7. Badan Pengkajian Teknologi Pertanian Banda Aceh
8. Dinas Perindustrian
9. Dinas Perdagangan
10. Dinas Pengairan

135
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

11. Swasta/investor
12. Badan Karantina
13. UPTD Balai Pengujian dan Sertifikasi Benih
14. UPTD Balai Benih Induk
15. UPTD Balai Benih Hortikultura
16. Perbankan
17. DPR/DPRA/DPRK
18. Perusahaan benih
19. BPTP
20. Babinsa
21. Kelompok tani
22. Kantor kecamatan
23. Pemerintahan desa
24. Kejruen Blang
25. Pedagang pengumpul
26. Penyuluh

Pemangku kepentingan dapat dikelompokkan berdasarkan


perannya di dalam kegiatan pengembangan kawasan. Terdapat 7 peran
pemangku kepentingan dalam pembangunan (Fasid, 2008) dalam hal
ini pengembangan kawasan yaitu:
1. Penerima manfaat
2. Pengambil keputusan
3. Donor
4. Institusi pelaksana
5. Pemimpin komunitas
6. Penghambat potensial
7. Pendukung potensial

Penerima manfaat adalah kelompok yang menjadi sasaran dalam


kegiatan pengembangan kawasan pertanian. Pengambil keputusan
adalah unsur pimpinan yang berperan sebagai penentu arah

136
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

perkembangan kawasan pertanian. Pengambil keputusan menentukan


besarnya anggaran dan memberikan kebijakan. Dukungan dari
pengambil keputusan sangat penting bagi pengembangan kawasan.
Donor adalah lembaga yang memberikan ketersediaan dana bagi
operasional kawasan. Dalam hal ini sumber dana berasal dari APBN,
APBA, APBK dan sumber dana lainnya misalnya dari swasta. Institusi
pelaksana pengembangan kawasan dalam hal ini adalah Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura dan Badan Penyuluh
Pertanian baik di tingkat provinsi maupun kabupaten. Pemimpin
komunitas adalah lembaga non-formal yang diakui oleh masyarakat
yang dapat menjadi factor penentu dalam keberhasilan program
pengembangan kawasan. Penghambat potensial adalah pemangku
kepentingan yang dapat menjadi factor penghambat keberhasilan
pengembangan kawasan. DPR atau DPRA sebagai penentu
pengalokasian anggaran pemerintah dapat menjadi penghambat karena
tidak mengalokasikan anggaran untuk mendukung pelaksanaan
pengembangan kawasan pertanian. Oleh karena itu, komunikasi
dengan penghambat potensial harus diintensifkan agar mereka
mendukung pengembangan kawasan pertanian. Sementara itu,
pendukung potensial adalah lembaga atau institusi yang dapat
membantu terciptanya kawasan pertanian.

Pengelompokan pemangku kepentingan berdasarkan perannya,


dapat dilihat pada (Tabel ).

137
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Tabel 41. Analisis pemangku kepentingan berdasarkan perannya


dalam pengembangan kawasan pertanian dan hortikultura.
Peran Pemangku Kepentingan

Penerima manfaat 1. Petani


2. Kelompok tani
3. Pedagang pengumpul
4. Toko pertanian
5. Pabrik pengolahan
6. Penyuluh
7. Eksportir
Pengambil 1. Kementerian Pertanian
keputusan 2. Gubernur
3. Bupati
4. Badan Ketahanan Pangan
Donor 1. Pemerintah Pusat (APBN)
2. Pemerintah Provinsi (APBD, OTSUS)
3. Pemerintah Kabupaten (APBK)
4. Investor swasta
Institusi pelaksana 1. Dinas Pertanian Provinsi
2. Dinas Pertanian Kabupaten
3. Badan Ketahanan Pangan & Penyuluh Pertanian
Pemimpin 1. Kejruen Blang
komunitas 2. Pemerintahan Desa

Penghambat 1. DPR
potensial 2. DPRA
3. DPRK
Pendukung 1. Universitas Syiah Kuala
potensial 2. PTN/PTS
3. Balai Besar Penelitian
4. BPTP
5. Dinas Perindustrian Provinsi/Kabupaten
6. Dinas Perdagangan Provinsi/Kabupaten
7. Dinas Pengairan Provinsi/Kabupaten
8. Dinas Koperasi Provinsi/Kabupaten
9. UPTD BPSB, BBI, BBH
10.Pusri
11.Perusahaan Benih
12.Badan Karantina

Keberadaan pemangku kepentingan dapat dibagi menurut lokasinya


seperti yang disajikan pada (Tabel 2). Lokasi pemangku kepentingan dalam
pengembangan kawasan pertanian dan hortikultura Aceh seluruhnya berada
di dalam negeri. Keberadaan pemangku kepentingan perlu dilakukan untuk
mengintensifkan koordinasi dan komunikasi.

138
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Tabel 42. Pemangku kepentingan dibagi menurut lokasi


keberadaannya.
Pusat Provinsi Kabupaten Kecamatan/Desa

Kementerian Dinas Pertanian Dinas Pertanian Petani


pertanian Kabupaten
Balai besar Badan Perbankan Kelompok Tani
penelitian Ketahanan
Pangan
Investor Universitas Toko Pertanian Kantor
Syiah Kuala Kecamatan
Perusahaan Dinas Pengairan Pedagang besar Pemerintahan
Benih Desa
Dinas Perguruan Babinsa
Perindustrian Tinggi Swasta
Dinas Dinas Pengairan Kejruen Blang
Perdagangan
Dinas Koperasi Badan Pedagang
Ketahanan pengumpul
Pangan
UPTD BPSB UPTD BBI Penyuluh
UPTD BBI Pabrik
Pengolahan
UPTD BBH Bupati
Perbankan
Pusri
BPTP
Investor
Gubernur
Eksportir
Badan
Karantina

Analisis pemangku kepentingan yang memainkan peranan besar


dalam pengembangan kawasan. Dalam hal ini, analisis pemangku
kepentingan dilakukan berdasarkan permasalahan dan kebutuhan
dukungan. Kebutuhan dukungan dikembangkan untuk memecahkan
permasalahan yang ada. Analisis pemangku kepentingan yang
terpenting ditujukan kepada kelompok yang paling rentan dari seluruh
pemangku kepentingan yaitu kelompok penerima manfaat. Analisis
terhadap penerima manfaat bisa dilihat pada Tabel .

139
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Tabel 43. Analisis permasalahan dan kebutuhan dukungan bagi


pemangku kepentingan penerima manfaat.
Informasi Umum Permasalahan Kebutuhan Dukungan

1. Petani

 Luas lahan rata-  Produktivitas tanaman  Luas lahan yang lebih besar
rata 0,5 ha/KK rendah  Intensifikasi dan diverssifikasi
 Besar keluarga 5  Level pendidikan rendah usaha
jiwa/KK  Tidak efisien  Jaringan irigasi
 Serangan HPT  Pendampingan teknis
 Kemampuan modal rendah  Dukungan modal dan akses
 Tidak bankable kredit
 Skala kecil sehingga kurang  Stabilitas harga
ekonomis  Prediksi cuaca
 Harga saat panen raya
sangat rendah
 Harga input pertanian
mahal
 Kemampuan modal rendah
 Nilai tukar petani rendah
 Perubahan cuaca
2. Kelompok Tani
 Sudah  Dibentuk untuk kebutuhan  Pelatihan manajemen kelompok
teregistrasi oleh penerimaan bantuan tani
dinas pemerintah  Pendampingan teknis khusus
 Pemanfaatan kelompok tani untuk memperkuat kelompok
belum maksimal tani
 Manajemen kelompok tani
terbatas
 Pengelolaan alsintan di
bawah kelompok tani belum
maksimal
3. Pedagang Pengumpul
 Kemampuan  Kemampuan modal kecil  Penguatan akses ke bank
beragam  Tidak memiliki akses ke  Pelatihan pembukuan dan
 Beroperasi bank sistem administrasi
dengan  Tidak memiliki pembukuan  Penguatan kapasitas
kendaraan dan administrasi perdagangan
angkut sepeda  Fluktuasi harga
motor atau pick-
up kecil
 Terkadang
menjemput
produk langsung
ke kebun petani
 Produk bersifat
musiman
4. Toko Pertanian

 Merupakan  Penyediaan benih pertanian  Perubahan mekanisme


usaha swasta terutama benih tanaman penyaluran bantuan benih tidak
 Sudah memiliki pangan terkendala oleh langsung pemerintah ke petani
sistemadministra bantuan distribusi benih tetapi melalui toko pertanian
si yang baik pemerintah  Toko pertanian dilibatkan dalam

140
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

 Memiliki akses  Komunikasi dengan dinas pembangunan pertanian


ke bank pertanian sangat kurang

5. Pabrik Pengolahan
 Pabrik  Kualitas kedelai/jagung local  Peningkatan kualitas
pengolahan padi kurang baik dan kalah dari pascapanen
terletak di impor  Fasilitasi hubungan antara
desa/kecamatan  Supply bahan baku sangat pedagang, kelompok tani
 Pabrik tergantung pada saat panen dengan pabrik pengolahan
pengolahan
kedelai terletak
di kabupaten
6. Penyuluh
 Berada di bawah  Tidak ada spesialisasi pada  Peningkatan pendidikan SDM
koordinasi komoditi tertentu penyuluh
Bapeluh  Biaya operasional rendah  Kerjasama dengan perguruan
 Kemampuan menyuluh tinggi
rendah  Spesialisasi penyuluh
 Kurang dipercaya oleh berdasarkan komoditi
petani  Peningkatan biaya operasional
penyuluh
7. Eksportir
 Belum ada  Supply bahan baku belum  Perlu dilakukan ekstensifikasi
komoditi yang cukup untuk ekspor guna memperbesar produksi
berhasil diekspor  Standar kualitas belum ada produk berpotensi ekspor
 Pasar local seperti jeruk
cukup besar  Penerapan standar kualitas
dalam perdagangan

141
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

BAB 7
STRATEGI PENGEMBANGAN

7.1 Strategi Pengembangan Kawasan Padi

7.1.1 Tahap Perkembangan Kawasan Padi

Guna menjamin ketahanan pangan yang merupakan salah satu


program utama pemerintah, maka upaya peningkatan produktivitas
padi menjadi salah satu fokus kegiatan pertanian. Upaya terus
dilakukan untuk meningkatkan produktifitas padi. Namun demikian
berbagai tantangan masih saja dijumpai dilapangan seperti kurangnya
tepatnya distribusi saprodi serta masih minimnya investor yang tertarik
untuk menanamkan modal dalam usaha tani padi. Beberapa
permasalahan tersebut disebabkan pada masih belum optimalnya
upaya pemerintah untuk mengembangkan usaha tani padi yang
sebenarnya merupakan kebutuhan pokok dari petani. Meskipun
perkembangan usaha tani di negara-negara lain sudah sangat pesat,
namun aplikasi teknologi di Indonesia, termasuk di Kabupaten Pidie,
masih belum optimal. Apalagi akhir-akhir ini semakin marak terjadi
alih fungsi lahan sawah menjadi non-sawah. Ditinjau dari luas areal,
usaha tani padi pada perlu dilakukan perluasan sawah baru, demikian
juga rata-rata produktifitas provinsi masih terus ditingkatkan untuk
mencapai rata-rata nasional. Dari segi pasar, jumlah penduduk
Indonesia yang tinggi juga merupakan suatu potensi yang sangat
menjanjikan.

Indonesia secara umum telah mengalami masa-masa keemasan


dimana produksi padi sangat tinggi sehingga dikenal dengan
swasembada padi. Namun karena semakin rendahnya minat petani
dan tingginya konversi lahan padi maka produksi menjadi turun.
Bahkan karena berbagai kendala dalam menjaga produksi padi,

142
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

pemerintah terpaksa harus mengimpor padi. Pengembangan kawasan


padi diharapkan dapat mengembalikan kondisi swasembada padi.

7.1.2 Arah Pengembangan Kawasan Padi

Pengembangan kawasan padi diupayakan untuk meningkatkan


produktifitas padi dengan intensifikasi usaha tani padi dan
peningkatan sinergi pemerintah, pengusaha dan petani dalam
menjamin ketersediaan saprodi secara tepat baik kuantitas, kualitas
dan waktu.

7.1.3 Strategi Pengembangan Kawasan Padi

Strategi pengembangan kawasan padi secara spesifik ditekankan


pada intensifikasi dan optimalisasi usaha tani padi. Strategi
intensifikasi pertanian mencakupi sapta usaha tani yaitu meliputi
pengolahan tanah yang baik, pengairan/ irigasi yang teratur, pemilihan
bibit unggul, pemupukan yang tepat, pengendalian hama dan penyakit
secara terpadu, penanganan pasca panen yang effisien dan pemasaran.
Beberapa program yang dapat dilakukan adalah pembuatan
bendungan, dam, embung yang dilengkapi dengan jaringan irigasi
sehingga mampu menjamin ketersediaan air pada musim tanam.
Peningkatan akselerasi aplikasi teknologi dalam bentuk bantuan
penambahan mesin perontok/penggiling padi (power thresher) dan
mesin pengolah tanah (tractor), disamping mesin-mesin penanam pada
daerah-daerah tertentu yang sudah lebih modern metode budidayanya.

Disamping itu pemerintah juga harus secara simultan mampu


memberikan perlindungan dan pemberdayaan petani melalui kepastian
usaha; stabilitas harga komoditas gabah dan beras; ganti rugi gagal
panen/puso akibat kejadian luar biasa; asuransi pertanian; pendidikan
dan pelatihan; penyuluhan dan pendampingan; jaminan luasan lahan

143
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

pertanian; kemudahan akses ilmu pengetahuan, teknologi, dan


informasi; dan penguatan kelembagaan petani. Dalam hal ini
pemerintah dituntut untuk mampu meningkatkan keterlibatan
pengusaha secara aktif sehingga kegiatan usaha tani padi dapat lebih
berkembang. Peran pengusaha adalah membantu pemerintah untuk
mengakselerasikan penerapan teknologi, pengembangan sistem dan
sarana pemasaran hasil pertanian dan juga penyediaan fasilitas
pembiayaan dan permodalan.

Semetara itu dengan semakin maraknya alih fungsi lahan sawah


menjadi non-sawah akan berdampak pada pengurangan produksi
secara terus menerus. Oleh karena itu dibutuhkan upaya-upaya
pencegahan alih fungsi lahan dan secara bersamaan dilakukan upaya
pencetakan sawah baru.

7.1.4 Keberadaan dan Pengembangan Kawasan Padi

Tabel 44. Luas tanam dan luas panen pada komoditas padi (sawah dan
non-sawah; sawah;non-sawah),serta sawah irigasi menurut
sentra pengembangan di Kabupaten Pidie (Badan Pusat
Statistik Kabupaten Pidie dan Dinas pertanian Tanaman
Pangan Aceh 2014).

Luas
Luas
Panen Luas Luas
Tanam Luas Luas
Padi Tanam Panen
Padi Tanam Panen Sawah
Kab./ Sawah Padi Padi
Sawah Padi Padi Irigasi
Kota dan non- non-
dan non- Sawah Sawah (ha)
non- sawah sawah
sawah (ha) (ha)
sawah (ha) (ha)
(ha)
(ha)
Pidie 50.076 42.623 49.180 41.978 896 645 27.642

144
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

7.1.5. Roadmap Program Pengembangan Kawasan Padi


Tabel 45. Roadmap Program Pengembangan Kawasan Padi
Institusi Penerima
No. Program/ Kegiatan 2016 2017 2018 2019 2020
Pelaksana Manfaat
1 Peningkatan layanan penyediaan
input sarana produksi yang
terjangkau bagi petani

1.1. Penyediaan benih unggul dan DP, BPL, Petani


benih local yang spesifik wilayah BPSB

1.2. Pelatihan penangkaran benih BPSB Petani


unggul

1.3. Menciptakan sistem kerjasama DP, PB, Petani dan


kelompok tani dengan pihak Ddag pengusaha
pengusaha untuk memenuhi
kebutuhan alsintan dan saprodi

1.4. Peningkatan fungsi dan peran DP Petani


kelompok tani dalam
pengembangan kios saprodi

1.5. Peningkatan pengetahuan dan DP, PT Petani


ketrampilan petani dalam
penggunaan input saprodi melalui
pelatihan dan demplot

1.6. Meningkatkan daya akses petani DP, BPL Petani


terhadap informasi

2 Peningkatan produksi dan


produktivitas usaha tani padi
melalui penerapan teknologi
modern

2.1 Pencetakan sawah baru DP Petani

2.1. Distribusi alat-alat pertanian DP Petani


modern pada pusat-pusat
produksi padi

2.2. Pelatihan dan pendampingan DP, BPL, Petani


aplikasi alat-alat pertanian PT
modern

2.3. Pengadaan alat-alat pertanian DP Petani


yang telah mendapatkan subsidi
pemerintah dengan harga yang
terjangkau

2.4. Mendukung dan memfasilitasi DP PT


berbagai penelitian dan penemuan
alat-alat teknologi baru

2.5 Menggalakkan pameran tahunan DP, BPL PT, Petani


sebagai ajang sosialisasi dan
introduksi penemuan teknologi-
teknologi baru

3 Peningkatan sarana dan


prasarana pendukung produksi

3.1. Revitalisasi jaringan irigasi primer DPU, DP Petani


dan sekunder

145
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Institusi Penerima
No. Program/ Kegiatan 2016 2017 2018 2019 2020
Pelaksana Manfaat
3.2. Pengembangan jaringan irigasi DP Petani
tersier untuk mengoptimalkan
pendistribusian air

3.3. Perbaikan jaringan transportasi DPU Petani


tingkat desa

4 Optimalisasi kegiatan pasca


panen untuk meningkatkan
mutu produksi

4.1. Memperkenalkan teknologi DP, PT Petani


pengolahan produk pertanian yang
sederhana dan harganya
terjangkau oleh petani

4.2. mengadakan unit-unit pengolahan DP Petani


di dearah-daerah sentra produksi
yang mampu menampung
produksi petani

4.3. Menjalin kerja sama dengan DP, Ddag Ddag,


perusahaan-perusahaan besar Petani
agar bersedia mengembangkan
unit-unit pengolahan di sentra-
sentra produksi

4.4. Menggalakkan kegiatan-kegiatan DP, BPL PT, Petani


pameran produk-produk hasil
olahan pertanian

Keterangan:
DP = Dinas Pertanian
BPL = Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
Pertanian
DPU = Dinas Pekerjaan Umum
PT = Perguruan Tinggi
PB = Perbankan
BPSB = Badan Penjamin dan Sertifikasi Benih
Ddag = Dinas Perdagangan

7.2 Strategi Pengembangan KawasanJagung

7.2.1 Tahap Pengembangan Kawasan Jagung

Selama ini, sebahagian besar produk jagung yang dijual oleh


petani di Kabupaten Pidie adalah dalam bentuk jagung kering pipilan
dengan kadar air rata-rata 17%. Penjualan dalam bentuk bahan
mentah ini karena belum ada industri pakan ternak di Kabupaten
Pidie. Padahal agroindustri jagung ini akan meningkatkan nilai tambah
dan keterkaitan antar sektor menjadi lebih besar yang akan mendorong
pengembangan perekonomian wilayah.

146
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

7.2.2 Arah Pengembangan Kawasan

Bedasarkan indikator yang ada tahap pengembangan komoditi


jagung di Kabupaten Pidie masih berada pada tahap kedua yaitu tahap
pengembangan. Arah Pengembangan komoditi jagung di Kabupaten
Pidie kedepan adalah menuju tahap pemantapan. Guna mencapai
tahap pemantapan masih akan dihadapkan pada beberapa tantangan
utama. Teridentifikasi beberapa tantangan tersebut diantaranya
adalah:

1. Meningkatkan produktivitas komoditi jagung


Dalam upaya peningkatan poduksi, pijakan utama yang
digunakan dalam program pengembangan jagung adalah tingkat
produktivitas yang telah dicapai saat ini. Pada daerah-daerah yang
telah memiliki produktivitas tinggi (>6,0 t/ha), programnya adalah
pemantapan produktivitas. Untuk meningkatkan produksi di daerah
yang tingkat produktivitasnya masih rendah (<5,0 t/ha), diprogramkan
pergeseran penggunaan jagung ke jenis hibrida dan komposit unggul
dengan menggunakan benih berkualitas.

Setiap tahun diharapkan adanya peningkatan penggunaan benih


hibrida 5%.Untuk jagung komposit lokal diharapkan adanya
penurunan luas tanam yang sebanding dengan peningkatan luas
tanam jagung hibrida. Dalam program pergeseran penggunaan jenis,
varietas, dan benih bermutu tersebut diperlukan kegiatan seperti: (a)
perbaikan sistem produksi dan distribusi benih berkualitas jagung
hibrida dan komposit unggul, (b) pembentukan penangkar benih
berbasis komunal di pedesaan, dan (c) penerapan PTT.

147
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

2. Perluasan Areal Tanam

Perluasan areal tanam diarahkan pada lahan sawah selama


musim kemarau yang tidak ditanami padi dan lahan kering.Karena itu,
penambahan luas areal tanam lebih difokuskan pada lahan sawah
setelah padi (peningkatan IP). Pilihan ini didasarkan pada
pertimbangan investasi yang lebih murah (tidak membuka lahan),
produk yang akan diperoleh lebih bermutu, dan harga akan lebih baik
karena pasokan jagung kurang pada musim kemarau. Pemanfaatan
lahan sawah setelah padi (musim kemarau) perlu diarahkan pada
lahan yang ketersediaan air irigasinya memadai, baik dari air
permukaan maupun air tanah.Untuk memanfaatkan air tanah,
pembuatan sumur, dan penyediaan pompa perlu direncanakan.
Pewilayahan komoditas pada lahan kering perlu dilakukan agar tidak
terjadi tumpang tindih rencana penggunaan lahan dengan komoditas
lain. Agar sistem produksi jagung pada lahan kering dapat
berkelanjutan, aspek konservasi lahan perlu mendapat
perhatian.Daerah-daerah yang baru dibuka memerlukan dukungan
pembangunan infrastruktur (jalan, transportasi), kelembagaan sarana
produksi, alsintan, dan permodalan.

3. Pengamanan Produksi

Pengamanan produksi diarahkan untuk mengatasi gangguan


OPT, dampak fenomena iklim, pengamanan kualitas produksi dan
kehilangan hasil akibat penanganan panen dan pascapanen yang
kurang benar. Gangguan OPT dapat diatasi dengan menerapkan sistem
pengendalian hama terpadu (PHT), yaitu dengan menerapkan berbagai
cara pengendalian menjadi satu kesatuan pengendalian yang
kompatibel, sehingga OPT tidak menimbulkan kerugian. Pengamanan
kualitas produksi dari residu pestisida dilaksanakan dengan
pemantauan residu pestisida, penggunaan pestisida secara bijaksana,

148
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

dan pengembangan penerapan agen hayati. Pengamanan hasil dari


dampak fenomena iklim dilakukan dengan memperkuat antisipasi agar
kerusakan tanaman dapat ditekan seminimal mungkin.Upaya untuk
mengurangi kehilangan hasil dilakukan dengan menerapkan teknologi
panen dan pascapanen yang baik.

4. Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Ekspor

Peningkatan nilai tambah akan diarahkan pada dua hal yakni


peningkatan kualitas dan jumlah olahan produk pertanian (segar dan
olahan) diukur dari peningkatan jumlah produk pertanian yang
mendapatkan sertifikasi jaminan mutu (SNI, Organik, Good Agricultural
Practices, Good Handling Practices, Good Manucfacturing Practices). Pada
akhir 2014 semua produk pertanian organik, kakao fermentasi, dan
bahan olahan karet (bokar) sudah harus sertifikasi dengan
pemberlakuan sertifikasi wajib. Peningkatan jumlah olahan diukur dari
rasio produk segar olahan. Saat ini,sekitar 80% produk pertanian
diperdagangkan dalam bentuksegar sedangkan 20% dalam bentuk
olahan sehingga nilai tambahnya sangat kecil. Pada akhir tahun 2015
ditargetkan bahwa 50% produk pertanian diperdagangkan dalam
bentuk olahan.

5. Kelembagaan dan Pembiayaan

Dalam rangka pengembangan agribisnis jagung ke depan


diarahkan pada penguatan kelembagaan, baik kelembagaan petani
maupun kelembagaan usaha dan pemerintah agar dapat berfungsi
sesuai dengan peranan masing-masing. Kelembagaan petani dibina dan
dikembangkan berdasarkan kepentingan masyarakat dan harus
tumbuh dan berkembang di masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini
pemerintah hanya berperan sebagai fasilitator dalam menggerakkan
dan mendorong untuk tumbuh dan berkembang melalui program yang

149
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

telah dirancang. Kelembagaan pertanian antara lain penyuluhan (BPP),


kelompok tani, Gapoktan, Koptan, penangkar benih, pengusaha benih,
kios pertanian, KUD, pasar desa, pedagang, asosiasi petani, asosiasi
industri olahan, asosiasi benih, P3A, UPJA, dan lain-lain diberdayakan
seoptimal mungkin untuk mendukung pengembangan agribisnis
jagung.

6. Dukungan Inovasi Teknologi

Penelitian juga diperlukan untuk mendukung program


pengembangan jagung, seperti (a) pembentukan varietas hibrida dan
komposit yang lebih unggul (termasuk penggunaan bioteknologi), di
antaranya varietas toleran kemasaman tanah dan kekeringan, (b)
produksi benih sumber dan sistem perbenihan, (c) teknologi budi daya
yang makin efisien (pendekatan PTT), dan (d) pascapanen untuk
meningkatkan mutu dan nilai tambah produk.

7. Keterkaitan Agroindusri

Dari pohon industri tanaman jagung diketahui bahwa tanaman


jagung menghasilkan buah/tongkol jagung, daun jagung dan batang
jagung.Dari buah/tongkol jagung dapat dihasilkan tepung jagung yang
selanjutnya dapat dibuat pati jagung untuk industri makanan, dextrin
untuk industri farmasi, berbagai produk makanan (bihun jagung dan
sirup jagung), pakan ternak, kompos dan bahan bakar.Batang jagung
dapat digunakan untuk membuat pulp kertas dan daun jagung dapat
digunakan sebagai hijauan pakan ternak dan kompos. Sehingga dapat
dikatakan bahwa hasil jagung digunakan sebagaibahan baku industi
makanan dan kimia, bahan baku industri pakan ternak dan
dikonsumsi langsung dalam bentuk bahan primer.

150
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

7.2.3 Strategi Pengembangan Komoditi Jagung


1. Peningkatan Produktivitas
Peningkatan produktivitas dicapai melalui perbaikan mutu benih
(penggantian varietas komposit ke hibrida dan komposit unggul),
pemupukan berimbang, pengendalian organisme penggangu tanaman
(OPT), pengairan, dan penggunan alsintan untuk menekan kehilangan
hasil pada saat panen.

2. Perluasan Areal Tanam


Perluasan areal tanam diutamakan melalui optimalisasi
pemanfaatan lahan di samping pembukaan lahan baru, pemanfaatan
lahan perkebunan dan kehutanan, lahan-lahan yang belum
dimanfaatkan atau lahan tidur.Perbaikan lahan irigasi, pembuatan
embung, sumur resapan, dan pompanisasi diperlukan pula dalam
kaitannya dengan perluasan areal tanam dan peningkatan indeks
tanam.

3. Peningkatan Pengamanan Produksi


Pengamanan produksi diupayakan melalui pengendalian HPT.
Gangguan HPT dapat diatasi dengan menerapkan sistem pengendalian
hama terpadu (PHT), yaitu dengan menerapkan berbagai cara
pengendalian menjadi satu kesatuan pengendalian yang kompatibel,
sehingga OPT tidak menimbulkan kerugian.

4. Penguatan Kelembagaan
a. Penguatan Lembaga Petani
Pengembangan jagung diupayakan pula melalui pemberdayaan
kelembagaan petani yang meliputi kelompok tani, gabungan kelompok
tani (Gapoktan), koperasi tani (Koptan), asosiasi petani, LSM, KTNA,
UPJA, kios saprodi, pelayanan, penyuluhan, perbenihan, dan
perlindungan tanaman. Pembiayaan pengembangan jagung antara lain
bersumber dari KKP, LM3, SP3, BLMKIP, LUEP, dan lain-lain.

151
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

b. Penguatan Lembaga Kemitraan


Mitra usaha dibutuhkanuntuk menampung hasil produksi
dengan harga yang kompetitif, dan menyediakan sarana produksi
dengan harga terjangkau dan tersedia saat dibutuhkan.Kemitraan juga
bisa dilakukan dalam hal pembiayaan dan pemodalan usahatani
jagung.

c. Pembentukan Asuransi Pertanian


Asuransi pertanian bertujuan melindungi petani agar tidak
bangkrut ketika mengalami gagal panen (Sesuai Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 40 Tahun 2015). Usaha sektor pertanian dipandang
usaha yang mempunyai risiko tinggi terhadap dinamika alam dan
rentan terhadap serangan hama dan penyakit yang mengakibatkan
penurunan produksi hasil bahkan gagal panen serta risiko fluktuasi
harga sehingga pendapatan petani menurun. Oleh karena itu petani
menderita kerugian yang cukup besar sehingga untuk usaha
berikutnya tidak mempunyai modal lagi, bahkan bagi petani meminjam
kredit tidak mampu mengembalikannya sehingga menimbulkan kredit
macet. Dengan demikian maka salah satu upaya yang perlu
dilakukan secara sungguh-sungguh untuk mengurangi atau
memperkecil risiko adalah dengan memberikan asuransi pertanian.

d. Penerapan Sistem Resi Gudang


Permasalahan umum pertanian di Indonesia adalah jatuhnya
harga pada saat musim panen raya.Para petani tidak dapat menyimpan
hasil panen lebih lama karena sudah kehabisan biaya dan tidak punya
gudang yang memadai.Kondisi ini dimanfaatkan para tengkulak dan
rentenir untuk mengambil untung besar.Permasalahan tersebut bisa
diatasi melalui pendirian Sistem Resi Gudang (SRG) dan Resi Gudang
dapat dijadikan jaminan kredit di perbankan.SRG dapat menjadi solusi
persoalan pangan nasional. SRG dapat mendorong stabilisasi harga
dengan memberikan kepastian kualitas dan kuantitas komoditas

152
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

barang yang disimpan, mendapatkan harga yang lebih baik (menunda


waktu penjualan), mendapatkan pembiayaan bunga rendah dengan
cara tepat yang lebih mudah, serta mendorong berusaha secara
kelompok sehingga meningkatkan posisi tawar

c. Pengolahan dan Pemasaran Produk


Pengolahan dan pemasaran jagung diarahkan untuk
mewujudkan tumbuhnya usaha yang dapat meningkatkan nilai
tambah dan harga yang wajar di tingkat petani, sehingga petani dapat
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya. Untuk mendukung
kebijakan tersebut, maka strategi yang perlu ditempuh antara lain: (a)
meningkatkan mutu produk dan mengolah produksi menjadi bahan
setengah jadi, (b) meningkatkan harga jagung dan pembagian
keuntungan (profit sharing) yang proporsional bagi petani, (c)
menumbuhkan unit-unit pengolahan dan pemasaran jagung yang
dikelola oleh kelompok tani/gabungan ketompok tani atau asosiasi
perjagungan, (d) meningkatkan efisiensi biaya pengolahan dan
pemasaran serta memperpendek mata rantai pemasaran, dan (e)
mengurangi impor dan meningkatkan ekspor jagung.

Upaya pengembangan pengolahan dan pemasaran jagung yang


akan dilaksanakan antara lain: (1) pengembangan dan penanganan
pascapanen dengan penerapan manajemen mutu sehingga produk
yang dihasilkan sesuai persyaratan mutu pasar, dalam kaitan tersebut
pelatihan dan penyuluhan yang intensif tentang manajemen mutu
diperlukan, (2) pembangunan unit-unit pengolahan di tingkat
petani/gapoktan/asosiasi, (3) pembangunan pusat pengeringan dan
penyimpanan di sentra produksi jagung, (4) penguatan peralatan mesin
yang terkait dengan kegiatan pengolahan dan penyimpanan jagung,
antara lain alat pengering (dryer), pemipil (corn sheller), penepung,
pemotong/pencacah bonggol, pencampur pakan (mixer), dan gudang,
(5) penguatan modal, (6) pembentukan dan fasilitasi sistem informasi

153
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

dan promosi, serta asosiasi jagung, dan (7) pengembangan industri


berbasis jagung.(8) Mengadakan pekan promosi jagung dan
olahannya.(9) Membangun Outlet dan kios hasil olahannya pada
tempat-tempat persinggahan dan tempat wisata.

7.2.5 Roadmap Program Pengembangan Kawasan Jagung


Tabel 46. Roadmap Program Pengembangan Kawasan Jagung
No. Program/Kegiatan Institusi Penerima 2016 2017 2018 2019 2020
Pelaksana Manfaat

1 Peningkatan Produktivitas

1.1. Perbaikan mutu benih DP Petani


dengan penyediaan
benih jagung hibrida

1.2. Pembentukan penangkar DP, BPL Petani,


benih berbasis komunal
di pedesaan penangkar

1.3. Perbaikan sistem DP, BPL Petani,


produksi dan distribusi penangkar
benih berkualitas jagung
hibrida

1.4 Penyediaan/pemberian DP Petani


pupuk berimbang dan
pestisida organik.

1.5. Peningkatan kualitas BPL Penyuluh


penyuluh spesialis
jagung

2 Perluasan Areal Tanam

2.1. Perluasan areal tanam DP, BPL, Petani


pada lahan sawah dan PT
lahan tidur.

2.2. Optimasi pemanfaatan DP, BPL, Petani


lahan perkebuhan dan PT
kehutanan melalui
sistem integrasi jagung
dengan tanaman
perkebunan muda
melalui pola tumpang
sari (corn estate)

2.3. Perbaikan lahan irigasi, DPU Petani


pembuatan embung,
sumur resapan, dan
pompanisasi diperlukan
dalam kaitannya dengan
peningkatan indeks
tanam.

3 Pengamanan Produksi

154
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

3.1. Pengamanan produksi DP, BPL Petani


diupayakan melalui
pengendalian HPT.
Gangguan HPT dapat
diatasi dengan
menerapkan sistem
pengendalian hama
terpadu (PHT), yaitu
dengan menerapkan
berbagai cara
pengendalian menjadi
satu kesatuan
pengendalian yang
kompatibel.

3.2. Peningkatan pengawasan DP, BPL Penangkar


pemasukan benih jagung
asing
Pelatihan pembuatan DP, BPL Petani
pestisida alami dari
bahan yang tersedia
dilingkungan masyarakat
3.3. Peningkatan kemampuan DP, BPL Tenaga PHP
dan kapasitas tenaga
pengendalian organisme
Pengganggu Tumbuhan.
4 Pemberdayaan Kelembagaan

4.1. Pemberdayaan kelompok DP, BPL Kelompok


tani, gabungan kelompok tani,
tani (Gapoktan), koperasi
tani (Koptan), asosiasi assosiasi
petani dll. petani

4.2. Membuka akses DP, PB Petani,


pembiayaan
pengembangan jagung kelompok
antara lain bersumber tani
dari perbankan, dan lain-
lain.

4.3. Pembangunan resi DP, DPU, Mitra


gudang jagung Ddag

4.4. Penguatan DP, Ddag produksen


networking/kemitraan benih
dengan daerah lain

4.5. Penguatan jaringan pasar DP, Ddag Pedagang


antar provinsi

4.6. Peningkatan efisiensi DP, Ddag, Petani,


sistem distribusi PT Pedagang,
Transporter

4.7. Pembinaan asosiasi DP, Ddag Asosiasi


pedagang dan petani Petani,
jagung Pedagang

4.8. Peningkatan partisipasi DP, Ddag, Asosiasi


dalam pameran di dalam PT Petani,
dan luar daerah Pedagang

155
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

4.9. Pendirian asuransi KP, DP Lembaga


pertanian asuransi

5 Pengolahan dan Pemasaran

5.1. Pengembangan dan DP, BPL Petani


penanganan pascapanen
dengan penerapan
manajemen mutu
sehingga produk yang
dihasilkan sesuai
persyaratan mutu pasar,
dalam kaitan tersebut
pelatihan dan
penyuluhan yang intensif
tentang manajemen mutu
diperlukan

5.2. Meningkatkan mutu DP, PT Petani,


produk dan mengolah Pedagang
produksi menjadi bahan
setengah jadi,
meningkatkan efisiensi
biaya pengolahan dan
pemasaran serta
memperpendek mata
rantai pemasaran

5.3. Pembangunan pusat DP, DPU Petani,


pengeringan dan Pedagang
penyimpanan di sentra
produksi jagung (sistem
resi gudang),

5.4. Penguatan peralatan DP Petani,


mesin yang terkait Pelaku
dengan kegiatan industri
pengolahan dan
penyimpanan jagung,
antara lain alat pengering
(dryer), pemipil (corn
sheller), penepung,
pemotong/pencacah
bonggol, pencampur
pakan (mixer),

5.5. Menumbuhkan unit-unit DP, Ddag, Asosiasi


pemasaran jagung yang PT Petani,
dikelola oleh kelompok Pedagang
tani/gabungan ketompok
tani atau asosiasi petani.

5.6. Membangun Outlet dan DP, Ddag, Asosiasi


kios hasil olahannya PT Petani,
pada tempat-tempat Pedagang
persinggahan dan tempat
wisata.

156
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Keterangan :
DP = Dinas Pertanian
BPL = Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian
DPU = Dinas Pekerjaan Umum
PT = Perguruan Tinggi
PB = Perbankan
BPSB = Badan Penjamin dan Sertifikasi Benih
Ddag = Dinas Perdagangan

7.2.6 Kebijakan Pendukung

1. Mencegah / mengurangi terjadinya alih fungsi lahan pertanian


serta konservasi sumber daya lahan dan air.
2. Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan petani
3. Meningkatkan ketersediaan infrastruktur sarana/prasarana
pertanian
4. Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas tenaga fungsional di
UPTD dinas pertanian.
5. Meningkatkan Inovasi dan teknologi tepat guna pertanian
6. Meningkatkan Kapasitas sumberdaya SDM dan kelembagaan
pertanian.
7. Menciptakan lingkungan strategis sosial ekonomi yang kondusif
bagi pengembangan usahatani jagung.
8. Memberi dukungan fasilitas dan mendorong akselerasi
pelaksanaan adopsi teknologi maju.
9. Meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan berbagai pihak
yang terkait dalam pengembangan komoditas jagung.
10. Memantapkan sasaran dan keberlanjutan sistem dan usaha
agrobisnis.
11. Penetapan qanun kawasan pertanian jagung.

157
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

7.3 Strategi Pengembangan KawasanKedelai

7.3.1 Tahap Pengembangan Kawasan


a. Produksi dan Produktivitas Kedelai Kabupaten Pidie

Tabel 47. Luas tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kedelai
di kabupaten Pidie, 2015.
No Kabupaten Luas Luas Produksi Produktivitas
Tanam Panen (Ton) (Ton/Ha)
(Ha) (Ha)
1. Pidie 3.024 2.228 3.299 1,48

Berdasarkan Tabel diatas terlihat bahwa Kabupaten Pidie


merupakan Daerah potensil untuk pengembangan kedelai.

Tabel 48. Perbandingan Produktivitas Kedelai Aceh dan Nasional

No Uraian 2013 2014 2015

1. Kabupaten Pidie:
Tingkat Produksi (ton) 45.027 63.354 31.982(51.024)
Luas Lahan (ha) 30.630 42.784
Produktivitas (ton/ha): 1,47 1,48 22.365(39.947)
Peningkatan Produksi 22,4 1,43(1.46)
(%) : 70 (harapan)

Keterangan : angka ( ) merupakan angka prediksi.

158
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

b. Konsumsi Kedelai

Kebutuhan kedelai saat ini mencapai 2 juta ton pertahun,


sedangkan tingkat produksi baru 0,8 juta ton (40 %) pertahun. Jadi
masih terjadi kekurangan produksi kedelai sebesar 1,2 juta ton per
tahunnya. Kekurangan tersebut dipenuhi dengan produk impor kedelai
sebesar 1,2 juta ton (60 % dari kebutuhan total) dengan nilai impor
mencapai Rp 3 triliyun per tahun. Selain itu kebutuhan terhadap
bungkil kedelai sebesar 1,3 juta ton pertahun telah menghabiskan
devisa Negara sebesar Rp 2 triliyun per tahunnya. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa kehilangan devisa Negara sebesar Rp 5
triliyun pertahunnya untuk memenuhi permintaan kedelai di
Indonesia.

Berdasarkan table 29 terlihat bahwa rata rata jumlah konsumsi


kedelai di Aceh adalah 50.000 ton pertahun, sementara produksi
berada pada tingkat 42.000, berarti masih terjadi kekurangan produksi
kedelai untuk Aceh sendiri. Sehingga untuk menjadikan Aceh sebagai
lumbung nasional kedelai perlu dilakukan peningkatan produksi.

c. Pemasaran Kedelai

Harga jual kedelai ditingkat petani berada dikisaran Rp 4.000 –


Rp 6.000 per kg, sementara harga kedelai di tingkat pedagang berada
di atas Rp 8.000 per kgnya. Rendahnya harga jual menyebabkan petani
memiliki motivasi rendah untuk menanam kedelai, sehingga diperlukan
upaya peningkatan harga jual kedelai.

Harga jual kedelai Tahun 2015 adalah Rp 4.500/kg. Biaya


produksi petani melebihi harga jual yaitu Rp 7.000 per kg, dan petani
mengalami kerugian dimana nilai Break even pointnya (BEP) Rp 7000
per kg. Kerugian petani Rp 2500 per kg. Untuk meningkatkan harga

159
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

jual kedelai di tingkat petani maka diusulkan kepada Kementrian


Perdagangan agar menaikkan Harga beli Petani (HBP) kedelai yang
ditetapkan melalui Permendag menjadi Rp 8.000/kg.

Walaupun terjadi peningkatan harga jual kedelai diluar negeri,


namun harga jual kedelai lokal melah menjadi turun. Hal ini
disebabkan tingginya ketergantungan konsumen lokal terhadap kedelai
impor karena kualitas kedelai impor yang lebih baik. Harga jual
kedelai lokal di daerah Jawa lebih baik (Rp 6000 per kg) dibandingkan
di daerah Aceh yaitu hanya Rp 4500/kg. hal ini disebabkan tingginya
permintaan kedelai di daerah Jawa dibandingkan daerah di luar Jawa.
Pasar kedelai lokal Aceh selama ini selain untuk memenuhi kebutuhan
lokal juga untuk dijual ke luar Aceh, seperti Sumatera Utara dan Pulau
Jawa.

7.3.2 Arah Pengembangan Kawasan Kedelai.

Arah pengembangan kedelai diarahkan pada peningkatan


produksi kedelai di Aceh, melalui:
1. Perbaikan Harga Jual.
2. Pemanfaatan Potensi Lahan Yang tersedia.
3. Intensifikasi Pertanaman
4. Perbaikan Proses Produksi.
5. Konsistensi Program dan Kesungguhan Aparat.

7.3.3 Roadmap Program Pengembangan Kawasan Kedelai


Tabel 49. Roadmap Program Pengembangan Kawasan Kedelai
No. Program/Kegiatan Institusi Penerima 2016 2017 2018 2019 2020
Pelaksana Manfaat
1 Perbaikan Kualitas Kedelai
Lokal
1.1 Pelatihan Penanganan DP, BPL, PT Petani
Pascapanen

1.2 Pengadaan Alat Pascapanen DP, Swasta Petani


(pengering, pengukur kadar
air, sortir dan perontok)

160
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

1.3 Pembinaan Penangkar Benih DP, BPSB, Penangkar


Swasta

1.4 Penelitian Peningkatan BPTP, PT, DP BPLuh


Kualitas Kedelai Lokal Sesuia
Permintaan Konsumen

2. Peningkatan Harga Jual

2.1 Peningkatan Kemampuan Bulog, Ddag Petani


Bulog menampung kedelai
petani pada saat panen raya
(teknis, manajemen,
pergudangan dan keuangan)
2.2 Penerapan sistem resi DKop,Ddag Petani
gudang
2.3 Peningkatan informasi Pasar DP, DKop Petani dan
konsumen

3 Peningkatan Kemampuan BPLuh Penyuluh


Penyuluh Pertanian
4 Peningkatan Produksi
Kedelai
4.1 Pemanfaatan Lahan Potensial DP Petani

4.2 Peningkatan penyediaan air DP, DPU Petani


pada lahan kedelai potensial

4.3 Peningkatan indeks DP, DPU, BPL Petani


pertanaman dari 1,4 menjadi
2 melalui program subsidi
saprodi
4.4 Perluasan lahan untuk DP Petani
kedelai
4.5 Adaptasi terhadap DP, PT, Petani
perubahan iklim melalui BMKG,BPLuh,
penyesuaian jadwal tanam BPTP
dan tehnik budidaya
Keterangan:
DP = DinasPertanian
BPLuh = Badan Ketahanan Pangandan Penyuluhan Pertanian
DPU = Dinas Pekerjaan Umum
PT = PerguruanTinggi
DKop = Dinas Koperasi
BPSB = Badan Penjamin dan Sertifikasi Benih
BMKG : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Ddag = DinasPerdagangan
Bulog = Perum Badan Urusan Logistik

161
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

7.4 Strategi Pengembangan Kawasan Bawang

7.4.1 Tahap Perkembangan Kawasan Bawang Merah

Bawang sudah mulai dibudidayakan di beberapa daerah di


Kabupaten Pidie. Secara teknis, bawang merah mampu beradaptasi
baik jika ditanam di dataran rendah, baik di lahan irigasi maupun di
lahan kering bahkan lahan berpasir sekalipun bisa tumbuh dengan
baik.
Namun dalam upaya pengembangan komoditi bawang, persoalan
masih pada tahap perluasan areal tanam terutama pada on-farm.
Permasalahan yang dihadapi di daerah terutama yaitu masih
kurangnya ketersediaan benih berupa bawang buah sehingga petani
menggunakan benih bawang sayur yang rentan terhadap serangan
hama. Dari beberapa musim penanaman yang telah dilakukan di
daerah Kabupaten Pidie apabila menggunakan benih bawang
bersertifikat, produksi bawang merah bisa mencapai 15-20 ton/ha.
Keterbatasan dana yang menyebabkan sulitnya mendapatkan benih
bersertifikat, terbatasnya sarana produksi dan sarana pendukung serta
tidak adanya mitra bagi petani juga merupakan kendala yang dihadapi
dalam pengembangan komoditi bawang merah.

7.4.2 Arah Pengembangan Kawasan Bawang Merah

Pengembangan kawasan bawang merah diarahkan kepada


penumbuhan kawasan sehingga dapat menjadi sentra penghasil
bawang merah di Indonesia. Sistem budidaya bawang merah diarahkan
kepada pertanian yang ramah lingkungan dan efisien. Sedangkan
produk bawang merah diarahkan kepada produk yang aman konsumsi
dan berkualitas tinggi dan dipercaya oleh konsumen.

162
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

7.4.3 Strategi Pengembangan Kawasan Bawang Merah

Strategi pengembangan kawasan bawang merah di upayakan


pada ketersediaan benih yaitu produksi dan pengolahan benih sumber
sendiri untuk mengurangi ketergantungan dari luar, dimana pemilihan
lahan mendekati dengan kondisi dari daerah varietas asal. Adanya alih
teknologi produksi/budidaya yang tidak hanya terpaku pada satu jenis
lahan tertentu saja, serta adanya kesiapan terhadap serangan hama
spesifik atau hama baru yang mungkin muncul dan kemungkinan bisa
merubah tatanan/ komposisi serangan hama yang sudah diketahui
petani lokal serta berpengaruh terhadap komoditi sayuran lain. Selain
itu, pengembangan kawasan juga diarahkan kepada adanya penerapan
standar terhadap kualitas bawang merah dan perluasan wilayah
pemasaran sehingga bukan hanya bisa memenuhi kebutuhan didalam
Kabupaten Pidie tetapi juga bisa menjadi komoditi ekspor andalan dari
Aceh.

Untuk tercapainya pengembangan kawasan bawang merah perlu


adanya dukungan dari berbagai pihak, terutama dukungan dari pihak
pemangku kebijakan. Dukungan yang diperlukan yaitu:
 Penyediaan sarana produksi dan sarana pendukung
 Bantuan bibit bawang merah bersertifikasi
 Dukungan perbankan dalam upaya penguatan modal untuk
pengembangan bawang merah
 Adanya koperasi yang bergerak di bidang pengolahan hasil
 Adanya mitra bagi petani bawang merah.

163
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

7.4.4 Keberadaan dan Pengembangan Kawasan Bawang

Tabel 50. Komoditas bawang merah berdasarkan produksi di Provensi


Aceh (Badan Pusat Statistik Kabupaten Pidie dan Dinas
Pertanian TanamanPangan Aceh 2014).

No Kabupaten/Kota Produksi Bawang Merah (kwintal)


1 Pidie 29.490

Gambar 14. Wilayah pengembangan komoditas bawang merah di


Kabupaten Pidie (Sumber: Hasil Analisis GIS Fakultas
Pertanian 2015).

Tabel 50 dan Gambar 14 memperlihatkan produksi dan wilayah


pengembangan komoditas bawang merah di Kabupaten Pidie.
Kabupaten yang termasuk sentra produksi bawang merah ternyata
masih terbatas dan penyebarannya sporadik dan tidak ada
konektivitas.

Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan


tanaman, bibit saja tidak cukup untuk menghasilkan bawang yang
berkualitas. Faktor yang mendukung pertumbuhan bawang merah
antara lain tanah dan iklim. Tanaman bawang merah mempunyai
sistem perakaran yang dangkal, oleh karena itu tanaman ini paling

164
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

cocok tumbuh pada tanah jenis lempung berpasir atau lempung


berdebu, tanah ini mempunyai sistem aerasi dan drainase yang baik.
Selain itu tanaman bawang merah dapat tumbuh pada ketinggian 0-
900 meter dari permukaan laut, dengan curah hujan 300-2.500
mm/tahun, intensitas penyinaran 14 jam per hari. Tanaman bawang
merah dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang panas, kering dan
cerah.

Varietas bawang merah yang banyak dikembangkan oleh petani


adalah varietas lokal (Bima-Brebes, Medan, Sumenep, Maja-Cipanas,
Lampung, dan Kuning). Varietas ini lebih cocok dikembangkan
didaerah asalnya, ketika di budidayakan dan dikembangkan di daerah
lain memerlukan perawatan yang lebih dan pemupukan yang berbeda.
Varietas bawang impor yang dikembangkan oleh petani adalah
Bangkok, Filipina, dan Australia.

7.4.5 Roadmap Program Pengembangan Kawasan Bawang Merah


Tabel 50. Roadmap Program Pengembangan Kawasan Bawang Merah
No. Program/ Kegiatan Institusi Penerima 2016 2017 2018 2019 2020
Pelaksana Manfaat
1 Perluasan areal tanam
1.1 Sosialisasi keuntungan DP, BPL Petani
budidaya bawang merah
1.2 Penyediaan benih tahan DP Petani
hama penyakit dan tahan
hujan
1.3 Bantuan usaha lahan DP, BPL Petani
baru dan perawatan
tanaman
1.4 Bantuan sarana dan DP, BPL Petani
prasarana produksi mulai
dari pupuk hingga mulsa
plastik serta plastik UV
pelindung hujan
1.5 Pengembangan varietas DP, BPL, BPPT Petani
unggul mulai dari
produksi hingga
distribusi
1.6 Registrasi lahan usaha DP, Petani
1.7 Peningkatan kualitas BPL Penyuluh
penyuluh spesialis
bawang merah
1.8 Pendampingan didaerah- DP, BPL Petani
daerah yang menjadi
fokus pengembangan

165
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

No. Program/ Kegiatan Institusi Penerima 2016 2017 2018 2019 2020
Pelaksana Manfaat
1.9 Peningkatan pengetahuan BPL Petani
dan pengalaman petani
dalam budidaya
1.10 Dukungan modal bagi PB Petani
petani

1.11 Monitoring dan evaluasi DP, BPL, PT Petani


program perluasan areal
tanam bawang merah
2 Penguatan sistem DP
pembibitan
2.1 Peningkatan produksi DP, BPL Penangkar
dan pengolahan benih
sendiri
2.2 Dukungan modal bagi PB Penangkar
penangkar benih

2.3 Penerapan sistem DP, BPSB, PT Penangkar


sertifikasi bibit
2.4 Peningkatan kapasitas DP BBH
BBH
2.5 Peningkatan kapasitas Kemtan BPSB
BPSB provinsi dan
kabupaten
3 Penguatan Kelembagaan
3.1 Perluasan pemasaran DP, DPU, Ddag
bawang merah
3.2 Penguatan networking DP, Ddag Eksportir
dengan eksportir

3.3 Penguatan jaringan pasar DP, Ddag Pedagang


antar provinsi

3.4 Peningkatan efisiensi DP, Ddag, PT Petani,


sistem distribusi Pedagang,
Transporter
3.5 Peningkatan partisipasi DP, Ddag, PT Asosiasi Petani
dalam pameran Pedagang
hortikultura di dalam dan
luarnegeri

3.6 Penguatan lembaga DP, Ddag Lembaga


sertifikasi produk sertifikasi
4 Peningkatan Kualitas
Produk
4.1 Sosialisasi kualitas DP, BPL Petani,
bawang merah Pedagang

4.2 Adanya penanganan DP, PT,Ddag Petani,


pascapanen bawang Pedagang
merah segar dan olahan
di sentra produksi
4.3 Penerapan pelabelan Ddag Petani,
produk (branding) Pedagang

Keterangan:
DP = Dinas Pertanian
BPL = Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian
DPU = Dinas Pekerjaan Umum
PT = Perguruan Tinggi
PB = Perbankan
BPSB = Badan Penjamin dan Sertifikasi Benih
Ddag = Dinas Perdagangan

166
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

7.5 Strategi Pengembangan Kawasan Cabai


7.5.1 Tahap pengembangan kawasan cabai

Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya


hayati untuk menghasilkan berbagai produk pertanian. Komoditas
cabai merah termasuk di antara 10 komoditas hortikultura yang
mendapatkan prioritas pengembangan pemerintah (Ditjen Hortikultura,
2008). Komoditas cabai banyak dibudidayakan oleh petani di
Indonesia, karena memiliki harga jual yang tinggi dan memiliki
beberapa manfaat kesehatan. Cabai berfungsi dalam mengendalikan
kanker karena mengandung lasparaginase dan capcaicin. Selain itu
cabai berguna sebagai bumbu masak dan bahan campuran industri
makanan, serta mengandung vitamin C yang cukup tinggi. Terdapat
lebih dari 12 jenis cabai, dan yang paling banyak dibudidayakan adalah
cabai merah, cabai rawit, paprika, dan cabai hias.

Usaha bercocok tanam cabai sangat menguntungkan bagi


masyarakat Indonesia. Pada tahun 2008, kebutuhan cabai per kapita
per tahun diperkirakan 4.5-5 kg. Apabila jumlah penduduk Indonesia
sebanyak 250 juta, berarti per tahunnya dibutuhkan sebanyak
1.125.000 -1.250.000 ton per tahun. Pada tahun 2013 produksi cabai
di Indonesia mencapai 1.012.879 ton, dan tahun 2014 mencapai
1.074.602 ton/ha. Dengan tingkat produktivitas sebesar 8.18 ton/ha
pada tahun 2013 dan 8.35 ton/ha pada tahun 2014 (BPS, 2015).
Indonesia masih banyak membutuhkan cabai segar pertahunnya untuk
dikonsumsi.

Salah satu kendala menurunnya produksi cabai adalah adanya


gangguan penyakit yang dapat menyerang tanaman sejak disemaikan
sampai tanaman dipanen. Gangguan penyakit pada tanaman cabai
sangat kompleks, baik pada musim hujan maupun musim kemarau.
Bahkan dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar. Produksi

167
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

cabai mampu menghasilkan 10 ton per hektar tanpa terkena serangan


hama dan penyakit.

Di Kabupaten Pidie, hampir semua Kecamatan membudidayakan


dan memproduksi tanaman cabai dan cabai rawit. Peningkatan angka-
angka produksi tersebut menunjukkan bahwa komoditas cabai dapat menjadi
salah satu sumber pertumbuhan tinggi bagi sektor pertanian.

Cabai yang berasal dari Kabupaten yang menjadi sentra produksi


atau kabupaten lainnya di Kabupaten Pidie di pasarkan dalam bentuk
cabai segar untuk kebutuhan pasar lokal, di jual ke Kabupaten, ke ibu
kota Banda Aceh, atau ke Medan. Industri pengolahan cabai dalam
bentuk cabai kering, cabai giling kemasan, saus dan tepung cabai
belum ada.

7.5.2 Arah pengembangan kawasan cabai

Cabai dibudidayakan disemua Kabupaten yang terdapat di


Kabupaten Pidie. Pengembangan kawasan cabai diarahkan kepada
penumbuhan kawasan, sehingga Kabupaten Pidie dapat dikenal
sebagai salah satu daerah sentra produksi cabai di Indonesia, dan
mampu menjadi produk ekspor andalan dari Aceh. Penumbuhan
kawasan dapat dilaksanakan pada kawasan sentra produksi ataupun
pada kawasan existing/ yang mempunyai potensi tetapi belum
berkembang, dengan titik pengembangan pada kegiatan on farm,
penerapan teknologi budidaya, penyediaan sarana dan prasarana
pertanian, penguatan kegiatan, serta penyuluhan pertanian.

Pada Kabupaten-kabupaten ini, sistem budidaya cabai dapat di


arahkan secara intensif, dengan menggunakan benih hibrida, memakai
mulsa dan pupuk yang berimbang. Hal ini tentu berpengaruh terhadap
kualitas dan kuantitas produksi cabai, sehingga mempunyai harga jual

168
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

cabai yang tinggi, selain itu perlu membuat kerjasama dengan industri
makanan.

Kegiatan yang dibangun dalam kawasan ini berorientasi


permintaan pasar, yang diarahkan untuk dapat meningkatkan daya
saing produk melalui peningkatan produksi dan kualitas produk,
kontinuitas ketersediaan produk, pengolahan pasca panen, aspek
budidaya (praktik Good Agriculture Practise-GAP), aspek pasca panen
(pengolahan, penyimpanan dan peningkatan kualitas).

7.5.3 Strategi pengembangan komoditi cabai

Strategi pengembangan kawasan cabai dititik beratkan pada


peningkatan produksi dan pada saat yang sama mendorong. Agar
kawasan cabai dapat berkembang sesuai harapan maka diperlukan
penguatan benih, pupuk, pestisida, mulsa dan sebagainya untuk
budidaya tanaman, karena lebih dari 90% masih produk pabrikan dan
impor dari luar daerah. Penyediaan sarana produksi ini masih terpusat
di kios pertanian tingkat kecamatan, sehingga harganya menjadi
mahal.

Penyediaan teknologi budidaya mulai dapat disediakan secara


lokal oleh petani pelopor atau bagi petani yang mau bergabung dalam
asosiasi atau kelompok tani. Permasalahan yang dihadapi
sedikitnya produsen bibit bermutu, kekurangan alat produksi, pupuk
dan pestisida organik; jaringan dan modal pengecer pupuk/ saprodi
kurang; kurangnya penguatan kelembagaan yang mendukung
perkembangan kawasan cabai, peningkatan kualitas produk, serta
dukungan yang kuat dari pengambil kebijakan.

Selain itu strategi pengembangan cabai di Kabupaten Pidie dapat


dibuat seperti argopolitan, yaitu suatu kawasan terpilih dari kawasan

169
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

agribisnis. Kawasan agropolitan terdiri dari kota pertanian dan desa


sentra produksi pertanian yang didukung dengan berbagai
insfrastruktur dan industri pengolahnya.

Pengembangan kawasan agropolitan dirancang untuk


mendorong berkembangnya sistem dan usaha agrobisnis yang berdaya
saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi yang
digunakan dan difasilitasi oleh pemerintah. Pengembangan agropolitan
ditujukan untuk meningkatkan produksi pertanian dan penjualan
hasil-hasil pertanian, mendukung tumbuhnya industri agro-
processing skala kecil-menengah dan mendorong keberagaman
aktivitas ekonomi dari pusat pasar.

Segala aktivitas harus diorganisasikan terutama untuk


membangun keterkaitan antara perusahaan di kota dengan wilayah
suplai di perdesaan dan untuk menyediakan fasilitas, pelayanan,
input produksi pertanian dan aksesibilitas yang mampu memfasilitasi
lokasi-lokasi pemukiman di desa yang umumnya mempunyai tingkat
kepadatan yang rendah dan lokasinya lebih menyebar.

Penetapan batas pengembangan kawasan agropolitan harus


memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (1) Tingkat kemajuan wilayah;
(2) Luas wilayah; (3) Batas wilayah secara fungsional dalam arti melihat
ciri agroklimat dan lahan, serta pengusahaan tani yang sama; (4)
Kemajuan sumberdaya manusia/ petani.

Di kawasan agropolitan, hampir seluruh aktivitas ekonomi


masyarakat berkait dengan sektor pertanian. Hal tersebut disebabkan
oleh adanya potensi lahan, peluang dan budaya masyarakat yang
telah mendarah daging (internalized). Usaha lain di luar pertanian
kurang berkembang karena masyarakat tidak memiliki kemampuan
untuk melaksanakannya. Secara teknis petani telah cukup menguasai

170
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

teknologi produksi. Kelemahannya terletak pada pengaturan jadual


panen yang kontinyu. Hal ini disebabkan oleh lemahnya kelembagaan
petani yang belum mampu mengorganisir petani menjadi kelompok
tani/ unit usaha, masih lemahnya kemitraan dengan pelaku pasar dan
lemahnya regulasi pemerintah daerah. Permasalahan yang dihadapi
standarisasi mutu kurang, belum ada pegangan kawasan
pengembangan baku dengan pengaturan produksi kontinu.

Rantai pemasaran yang ada adalah: petani produsen individual–


pedagang pengumpul desa–pedagang pengepul kecamatan–
pedagangbesar di kota–pengecer–konsumen. Panjangnya rantai tata
niaga ini menyebabkan selisih harga di tingkat petani dengan
konsumen begitu besar. Posisi tawar petani sangat lemah karena
petani masih individual. Belum ada jaringan kemitraan antar lembaga
petani dan lembaga pemasaran. Kelompok tani dan asosiasi masih
belum mampu menjadi unit usaha yang terorganisasi dengan baik.

Regulasi dan fasilitasi sudah menjadi tugas pemerintah. Selama


ini regulasi pemerintah terhadap pengembangan agribisnis cabai
belum nampak nyata dirasakan oleh masyarakat kawasan khususnya
menyangkut operasional sistem agribisnis. Regulasi baru dilakukan
secara parsial terhadap pelaku usaha tani dari masih-masing
subsistem. Misalnya, peraturan pengusahaan benih, ijin perdagangan
pupuk. Pengendalian stok pupuk, pengaturan/ijin pengusahaan alat
pengolahan hasil. Regulasi yang mengatur kawasan/sentra komoditas,
luas panen dan produksi dilakukan.

Kawasan cabai di Kabupaten Pidie harus didukung oleh


kebijakan yang kuat dari seluruh elemen pemangku kepentingan
terutama Bupati (eksekutive) dan DPRK (legestative). Dukungan
kebijakanakan mempercepat tumbuh kembangnya kawasan, disamping
memberikan motivasi yang besar bagi seluruh pemangku kepentingan

171
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

guna mensukseskan pengembangan kawasan cabai di Kabupaten Pidie.


Dukungan kebijakan yang diperlukan yaitu:
 Kemudahan memperoleh sarana produksi pertanian dalam
budidaya tanaman cabai
 Dukungan perbankan untuk permodalan agribisnis cabai
 Penyediaan fasilitas sarana dan sarana produksi
 Efisiensi rantai pemasaran
 Regulasi dan fasilitas pendukung agribisnis cabai
 Dukungan tumbuhnya industri agro-processing skala kecil-
menengah.

7.5.4 Keberadaan dan Pengembangan Kawasan Cabai

Tanaman cabai telah dikembangkan di Kabupaten Pidie karena


semua jenis tanah di Kabupaten Pidie dapat dipakai untuk bertanam
cabai, selain itu tanaman ini dinilai sebagai produk yang mempunyai
harga paling tinggi, dan umurnya tergolong genjah sehingga modal
cepat kembali. Lahan untuk budidaya cabai menyebar luas dari tanah-
tanah di pinggir pantai, tanah bantaran kali, hingga di lereng gunung.
Umumnya lahan yang digunakan untuk budidaya cabai adalah lahan
sawah yang berpengairan teknis, lahan sawah tadah hujan, dan lahan
tegalan yang tidak mempunyai pengairan teknis. Cabai menyukai
tanah yang gembur dan banyak mengandung unsur hara.

Perkembangan teknologi pertanian ikut mendorong munculnya


berbagai varietas cabai, sehingga ketinggian tempat tidak lagi menjadi
masalah untuk menanam cabai. Saat ini sudah ada jenis cabai yang
baik ditanam untuk daerah dataran rendah, menengah, dan tinggi.

172
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

Tabel 52. Komoditas cabai berdasarkan produksinya di Kabupaten


Pidie (Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pidie dan
Dinas pertanian Tanaman Pangan).

No Kabupaten/Kota Produksi cabe (kwintal)


1 Pidie 29.490

Gambar 15. Wilayah pengembangan komoditas cabai di Propinsi Aceh


(Sumber: Hasil Anilisis GIS Fakultas Pertanian 2015).

7.5.5 Roadmap Program Pengembangan Kawasan Cabai


Tabel 53. Roadmap Program Pengembangan Kawasan Cabai
No. Program/Kegiatan Institusi Penerima 2016 2017 2018 2019 2020
Pelaksana Manfaat
1 Perluasan areal
tanam
1.1. Sosialisasi DP, BPL Petani
keuntungan
budidaya cabai
1.2. Bantuan pembukaan DP Petani
lahan dan
pengolahan tanah
untuk budidaya
cabai
1.3. Bantuan sarana DP, BPL Petani
produksi (benih,

173
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

No. Program/Kegiatan Institusi Penerima 2016 2017 2018 2019 2020


Pelaksana Manfaat
pupuk, pestisida,
alat-alat pertanian,
dan lainnya)
1.4 Pembuatan/peningka DB, DPU Petani
tan jalan usaha tani

1.5 Peningkatan kualitas BPL Penyuluh


penyuluh spesialis
cabai
1.6 Perbanyakan dan DP, BPL Petani
distribusi kepetani
material GAP cabai
(Poster, BukuSaku)
1.7 Penyediaan pupuk DP, BPL Petani
dan pestisida organik

1.8 Pengembangan DP, BPL, PT Petani,


sistem sertifikasi Pedagang
petani penerap GAP
1.10 Dukungan modal PB Pengusaham
bagi pengusaha uda
muda
1.11 Monitoring dan DP, BPL, PT Petani
evaluasi program
perluasan areal
tanam cabai
2 Penguatan sistem DP
pembenihan
2.1 Pendirian produsen DP, BPL Penangkar
benih cabai

2.2 Peningkatan BPL Penangkar


kemampuan dan
kapasitas penangkar
benih
2.3 Penerapan sistem DP, BPSB, PT Penangkar
sertifikasi benih
2.4 Peningkatan Kemtan BPSB
kemampuan uji
bebas virus dan
penyakit tanaman
cabai
2.5 Peningkatan DP BBH
kapasitas BBH
2.6 Peningkatan Kemtan BPSB
kapasitas BPSB
provinsi dan
kabupaten
2.7 Dukungan modal PB Penangkar
bagi penangkar cabai
3 Penguatan
Kelembagaan
3.1 Pembangunan pasar DP, DPU, Ddag
lelang cabai
3.2 Penguatan DP, Ddag Eksportir
networking dengan
eksportir
3.3 Penguatan jaringan DP, Ddag Pedagang
pasar antar provinsi

3.4 Peningkatan efisien DP, Ddag, PT Petani,


sisistem distribusi Pedagang,

174
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

No. Program/Kegiatan Institusi Penerima 2016 2017 2018 2019 2020


Pelaksana Manfaat
Transporter
3.5 Pembinaan asosiasi DP, Ddag Asosiasi
pedagang dan petani Petani
cabai Pedagang
3.6 Peningkatan DP, Ddag, PT Asosiasi
partisipasi dalam Petani
pameran hortikultura Pedagang
di dalam dan
luarnegeri
3.7 Penguatan lembaga DP, Ddag Lembaga
sertifikasi produk sertifikasi
4 Peningkatan
kualitas produk
4.1 Sosialisasi dan DP, BPL Petani,
penerapan standar Pedagang
kualitas cabai
4.2 Pengembangan model PT Petani,
kemasan cabai Pedagang
4.3 Pendirian bangsal DP, DPU
pascapanen di sentra
produksi
4.4 Penerapan pelabelan Ddag Petani,
produk (branding) Pedagang

Keterangan:
DP = DinasPertanian
BPL = Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian
DPU = Dinas Pekerjaan Umum
PT = Perguruan Tinggi
PB = Perbankan
BPSB = Badan Penjamin dan Sertifikasi Benih
Ddag = Dinas Perdagangan

175
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

BAB 8
KESIMPULAN DAN SARAN

8. 1 Kesimpulan

1. Pengembangan kawasan berdasarkan potensi spesifik lokasi dan


komoditi unggulan tanaman pangan dan hortikultura di
Kabupaten Pidie dapat dijelaskan sebagai beriku, antara lain ;
1.Padi ; 2.Jagung ; 3.Kedelai ; 4.Bawang Merah ; 5.Cabai Merah.
2. Faktor Kekuatan dalam pengembangan kawasan pertanian adala:
dukungan pemerintah tinggi dan baik, keterkaitan antar sektor
tinggi, kesuburan lahan, dan ketersediaan sarana.
3. Faktor Kelemahan dalam Pengembangan kawasan adalah: harga
produk tidak stabil, pengolahan belum berkembang, nilai tambah
rendah, ketrampilan tenaga kerja rendah, permintaan pasar
masih rendah.
4. Faktor Peluang dalam pengembangan pertanian adalah:
Peningkatan produktivitas komoditi unggulan, peningkatan harga
jual dan nilai tambah, penurunan biaya produksi, penurunan
biaya distribusi antar wilayah.
5. Faktor ancaman dalam pengembangan kawasan adalah: efisiensi
pemasaran rendah dan minat investor terhadap pengembangan
komoditi unggulan masih rendah.

8. 2 Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka saran yang dapat diberikan
adalah sebagaiberikut:
1. Peranan Kelembagaan dalam pengembangan kawasan pertanian
masih perlu ditingkatkan pada: peningkatan akses terhadap
kredit bagi petani, pengaktifan jumlah dan kapasitas koperasi,

176
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

peningkatan jumlah penyuluh, peningkatan kemampuan


kelompok tani.
2. Peningkatan sarana dan prasarana khususnya jalan dan irigasi.
3. Peningkatan Faktor kekuatan dan peluang dalam pengembangan
kawasan pertanian dan penurunan faktor kelemahan dan
ancaman.
4. Strategi yang dapat dilakukan adalah :
a. Strategi S – O, yaitu :
 Pengembangan area selain didasarkan pada kesesuian lahan
juga dengan pertimbangan memiliki daya kompetitif dan
komperatif secara antar dan intra wilayah serta pertimbangan
permintaan pasar/ konsumen baik domestic maupun dunia.
 Mengisi dan meningkatkan peluang pasar yang tersedia baik
domestic maupun internasional serta mempertahankan pasar
yang telah ada melalui berbagai upaya promosi baik dalam
dan luar negri termasuk mendukung agrowisata.
 Pengembangan iklim usaha yang kondusif untuk investasi
dibidang pertanian, khususnya berupa kebijakan yang
diterapkan secra konsisten dan berkesinambungan.

b. Strategi W-O
 Optimalisasi ketersediaan dan pemanfaatan sarana dan
prasarana yang diperlukan dalam mendukung peningkatan
kualitas tanaman dan produk yang dihasilkan.Menumbuh
kembangkan fungsi kelembagaan dan kemitraan yang
berazaskan kebersamaan ekonomi.
 Optimalisasi usaha tani dalam luasan skala usaha dan
ekonomis baik ditingkat petani maupun usaha menengah dan
besar.

177
Action Plan Pengembangan Kawasan Pertanian
Lingkup Pemerintahan Kabupaten Pidie

c. Strategi S-T
 Penajaman wilayah potensial yang berkelayakan teknis dan
tanaman dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman
dan lahan
 Mendukung pelestarian lingkungan yang berkelanjutan
melalui perwujudan usaha pertanian yang ramah lingkungan.

d. Strategi W-T
 Sosialisasi penerapan sistem manajemen mutu ( SNI, ISO,
HACCP ) diikuti dengan perbaikan melalui penerapan
“reward” dan “punishment” terhadap pembelian produk.
 Meningkatkan jaminan keamanan berusaha terhadap segala
bentuk penjarahan, perambahan atau aktivitas serupa
lainnya.

178

Anda mungkin juga menyukai