KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat dan tuntunanNya
maka laporan pendahuluan ini dapat tersusun. Penyusunan database perumahan di
kecamatan Kotamobagu Barat ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dasar
terkait kondisi dan permasalahan pada tiap unit bangunan (tempat) tinggal dalam suatu
hamparan kawasan perumahan atau permukiman secara umum. Datadasar atau database
tersebut dikumpulkan dari satuan unit terkecil yaitu bangunan rumah tingga, yang dapat
dikompilasikan membentuk data dan informasi yang lebih makro, misalnya kawasan
permukiman kumuh atau kawasan perumahan yang rawan bencana dan sebagainya.
Database yang terkumpul akan disusun dalam sebuah platform aplikasi berbasis GIS
(Geographic Information System) dan back up data tabularnya dalam format Microsoft
Excel agar mudah dan familier untuk di lihat dan diolah.
Dalam pelaporan awal ini disampaikan beberapa hal yakni; tanggapan terhadap KAK,
uraian metodologi, standart teknis serta desain survey dan peta dasar yang akan
digunakan dalam pengumpulan data dan informasi.
Demikian laoran ini disampaikan sebagai bentuk dokumentasi output kegiatan sekaligus
penyajian progres pekerjaan. Atas dukungan dan masukan berbagai pihak hingga laoran ini
dapat tersusun , disampaikan terima kasih.
Konsultan Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ………………………………………………………………. 1
1.2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran Kegiatan …………………………………. 2
1.3. Ruang Lingkup Kegiatan …………………………………………………… 3
1.4. Metodologi Pelaksanaan …………………………………………………… 3
1.5. Keluaran / Output Pekerjaan ………………………………………………. 5
1.6. Sistematika Pelaporan ……………………………………………………… 8
DAFTAR TABEL
BAB 1
PENDAHULUAN
Kondisi yang demikian juga terjadi di Kota Kotamobagu, dimana terjadi pertumbuhan
penduduk yang cukup tinggi. Pertumbuhan tersebut didorong oleh beberapa potensi
sumber daya alam yang cukup besar seperti sumber daya mineral, sumber daya hutan,
sumber daya laut dan perikanan dan lain-lain. Agar potensi sumber daya alam tersebut
dapat dimanfaatkan dan dikelola dengan baik dan dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat di Kota Kotamobagu, maka perlu didukung oleh beberapa faktor seperti
tersedianya dan berfungsinya infrastruktur prasarana dan sarana dengan baik sebagai
pendukung utama sistem perumahan.
Tabel 1.1
BAB 2
PEMAHAMAN TERHADAP KAK
7. Produk yang Terkumpulnya data perumahan yang relevan dan signifikan yang
dihasilkan dapat dijadikan dasar penentuan kebijakan, perencanaan,
pemrograman, penganggaran, pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan pembangunan perumahan dan permukiman di
Kecamatan Kotamobagu Barat Kota Kotamobagu
Hasil penyusunan database mencakup :
D. TAHAPAN KESIMPULAN
Perumusan kesimpulan terhadap hasil survey yang telah
dilakukan untuk menggambarkan secara rinci aspek-aspek terkait
output kegiatan
Pemahaman khusus terhadap kegiatan ini adalah penyiapkan data dasar dari satuan unit
terkecil yakni bangunan yang berfungsi sebagai hunian atau bertipologi rumah tinggal.
Pengumpulan data dan informasi mencakup kondisi dasar rumah tinggal, material
bangunan, akses air bersih, listrik, pemenuhan syarat koefisien dasar bangunan (KDB),
sempadan bangunan, serta akses terhadap utilitas dasar lingkungan (jalan dan saluran),
maupun yang masuk dalam kategori rumah tidak layak huni (RTLH).
Dalam skala kawasan kondisi bangunan di pengaruhi oleh keberadaannya baik pada
kawasan yang terindikasi rawan bencana maupun kawasan kumuh. Selain itu database
yang dibutuhkan adalah mengidentifikasi perumahan yang dibangun oleh pihak berbadan
hukum atau koorporatif seperti real estate, ruko maupun rusun serta mengidentifikasi lahan
potensial untuk KASIBA/LISIBA termasuk lahan cadangan lain untuk kawasan perumahan
di masa yang akan datang di Kecamatan Kotamobagu Barat.
BAB 3
JADWAL KEGIATAN
JANGKA WAKTU
BULAN BULAN BULAN BULAN
NO TAHAPAN
KE - I KE - II KE - III KE - IV
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Pendataan Kondisi
I.
Eksisting
a. Pengumpulan
Data Perumahan
b. Kompilasi Data
c. Klasifikasi Data
Penyusunan Hasil
II.
Pendataan
Penilaian dan
III. Evaluasi Hasil
Pendataan
Penyajian Hasil dan
IV. Perumusan Usulan
Rekomendasi
Tabel 3.2
Tahapan, Metodologi, dan Target Keluarannya
TARGET LUARAN
- Petunjuk teknis pelaksaan survey
- Jadwal pelaksanaan
- Form survey
- Peta kerja/peta survey
BAB 4
KETENTUAN TEKNIS
Pengertian kawasan rawan bencana diambil dari definisi “rawan bencana” pada UU
tersebut yakni wilayah yang untuk jangka waktu tertentu tidak mampu mengurangi
dampak buruk dari suatu bahaya (geologis, hidrologis, biologis, klimatologis, geografis,
sosial, budaya, politik, ekonomi dan teknologi). Definisi ini sangat luas sehingga dapat
disimpulkan bahwa kawasan rawan bencana adalah wilayah yang rentan terhadap
perubahan yang merusak (Undang-undang nomor 24 tahun 2007).
Kawasan rawan bencana juga dapat disebabkan oleh pemukiman yang tidak
memenuhi syarat-syarat keselamatan seperti pada daerah bantaran sungai, di tepi
tebing, lereng bukit atau pada wilayah sesar aktif. Pengetahuan penduduk yang
terbatas atas ancaman bahaya menyebabkan kawasan pemukiman sering tidak
dilengkapi dengan persyaratan keselamatan, seperti bentuk dan struktur bangunan,
kondisi jalan pemukiman, kondisi drainase, ruang terbuka hijau maupun ruang atau
jalur evakuasi. Oleh karena itu Pemerintah Daerah berkewajiban membuat peraturan
kawasan (zoning regulation) untuk menata kembali pemukiman yang terletak pada
kawasan rawan bencana. “Zoning regulation” ternyata dapat melindungi masyarakat
dari bencana dan telah dipraktekan pada banyak negara. Jepang merupakan negara
yang sangat ketat terhadap peraturan kawasan (zonasi), sehingga daerah yang sering
dilanda gempa bumi maupun tsunami ini sangat jarang memakan korban jiwa.
Perumahan dan permukiman adalah dua hal yang tidak dapat kita pisahkan dan berkaitan
erat dengan aktifitas ekonomi, industrialisasi dan pembangunan daerah.
Dalam penentuan lokasi suatu permukiman, perlu adanya suatu kriteria atau persyaratan
untuk menjadikan suatu lokasi! sebagai! lokasi! permukiman. Kriteria tersebut antara lain:
1. Tersedianya lahan yang cukup bagi pembangunan lingkungan dan dilengkapi dengan
prasarana lingkungan, utilitas umum dan fasilitas sosial.
2. Bebas dari pencemaran air, pencemaran udara dan kebisingan, baik yang berasal
dari sumber daya buatan atau dari sumber daya alam (gas beracun, sumber air
beracun, dsb).
3. Terjamin tercapainya tingkat kualitas lingkungan hidup yang sehat bagi pembinaan
individu dan masyarakat penghuni.
4. Kondisi tanahnya bebas banjir dan memiliki kemiringan tanah 0-15 %, sehingga
dapat dibuat sistem saluran air hujan (drainase) yang baik serta memiliki daya
dukung yang memungkinkan untuk dibangun perumahan.
5. Adanya kepastian hukum bagi masyarakat penghuni terhadap tanah dan bangunan
diatasnya yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu:
a. Lokasinya harus strategis dan tidak terganggu oleh kegiatan lainnya.
b. Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan, seperti pelayanan
kesehatan, perdagangan, dan pendidikan.
c. Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan cepat
dan tidak sampai menimbulkan genangan air.
d. Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi yang siap
untuk disalurkan ke masing-masing rumah.
e. Dilengkapi dengan fasilitas pembuangan air kotor, yang dapat dibuat dengan
sistem individual yaitu tanki septik dan lapangan rembesan, ataupun tanki
septik komunal.
f. Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah secara teratur
agar lingkungan permukiman tetap nyaman.
g. Dilengkapi dengan fasilitas umum, seperti taman bermain untuk anak, lapangan
atau taman, tempat beribadah, pendidikan dan kesehatan sesuai dengan skala
besarnya permukiman tersebut.
h. Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon.
6. Sifat Khas Fisik Tapak yang Penting
a. Kondisi tanah dan bawah tanah.
Kondisi bawah tanah dan harus sesuai dengan untuk pekerjaan galian dan
persiapan, peletakan jaringan utilitas serta pelandaian dan penanaman,
Apabila pelayanan sampah kota dapat diadakan, maka pemilihan tapak yang
menyangkut hal ini tidak akan menemui masalah. Tetapi kebutuhan fasilitas
pengolahan sampah pada tapak atau di sekitar tapak untuk penguburan, pembakaran
dan proses kimiawi memerlukan upaya penelaahan untuk pengalaman. Masalah
yang utama adalah pemisahan lahan untuk pembuangan, penghindaran bau-bauan
yang disebar oleh angin serta penggunaan metode pembuangan untuk mencegah
bersarangnya tikus dan pembiakan serangga.
3. Listrik, bahan bakar dan komunikasi
Listrik sangat penting untuk setiap rumah,tetapi karena pelayana !listrik biasanya
dapat diperluas untuk suatu pembangunan dan dapat dibangkitkan apabila diperlukan
maka listrik jarang menimbulkanmaslah dalam pemilihan tapak. Gas tidak dianggap
sebagai utilitas yang penting. Apabila keperluan gas berada di luar jangkauan
jaringan pelayanan, maka tabung gas bertekanan tinggi yang mudah diangkut dapat
digunakan. Pelayanan telepon, seperti! listrik dapat diperluas untuk tapak yang
memerlukannya.
4. Pengamanan oleh polisi dan penyelamat kebakaran
Kelayakan perlindungan oleh polisi tidak begitu terpengaruh oleh lokasi, tetapi seperti
halnya perlindungan terhadap kebakaran, apabila letak tempatnya terisolir maka segi
pembiayaan harus diperhitungkan.
5. Keterbatasan Dari Bahaya dan Gangguan Setempat
6. Bahaya kecelakaan Bahaya utama kecelakaan utama adalah tabarakan dengan
kendaraan bermotor lainnya, bahaya api dan ledakan, jatuh, dan tenggelam.
Penyebab tabrakan adalah lalu lintas jalan dan jalan kereta api serta musibah
pendaratan pesawat terbang di dekat jalur pendaratan.
7. Kebisingan dan getaran
Kebisingan yang berlebihan, kadang-kadang disertai getaran biasanya dihasilkan
oleh jalan kereta api, bandar udara, lalu lintas, industri berat, peluit kapal, dan
sebagainya. Perumahan tidak boleh terletak pada tapak yang terus menerus dilanda
kebisingan yang tidak terkendali, terutama di malam hari.
8. Bau-bauan, asap dan debu
Sumber bau-bauan yang tidak sedap biasanya adalah:
a. Pabrik, industri, terutama rumah potong hewan, penyamakan kulit dan pabrik
yang menghasilkan produk dari binatang; industri karet, kimia dan pupuk,
pewarnaan atau pencucian tekstil; pabrik kertas, sabun dan cat; dan pabrik gas.
b. Tempat pembuangan sampah, terutama apabila proses pemusnahan
melibatkan pembakaran.
c. Sungai yang dikotori air selokan, atau instalasi pengolahan tinja yang tidak
berjalan dengan sempurna.
d. Peternakan, terutama babi dan kambing, terutama apabila dipelihara secara
berdesak-desakan dan dalam keadaan kotor.
e. Asap lalu lintas kendaraan bermotor dan kereta api dengan bahan bakar
batubara.
f. Sumber asap dan debu yang sering dijumpai adalah industri, jalur kereta api,
tempat pembuangan dan kebakaran sampah. Debu juga berasal dari lahan
terbuka seperti lahan kosong, perkebunan yang tidak ditanami, tempat rekreasi
yang tak terurus dan daerah berdebu yang luas.
- Pada rumah panggung antara tiang kayu harus diberi ikatan diagonal
3) Struktur Atas
Ketentuan struktur atas:
- Rangka kuda-kuda harus kuat menahan beban atap
- Rangka kuda-kuda harus diangker pada kedudukannya (pada kolom
atau ring balok)
- Pada arah memanjang atap harus diperkuat dengan menambah ikatan
angin diantara rangka kuda-kuda
b. Menjamin Kesehatan
1) Kecukupan pencahayaan rumah layak huni minimal 50% dari dinding yang
berhadapan dengan ruang terbuka untuk ruang tamu dan minimal 10% dari
dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka untuk ruang tidur;
2) Kecukupan penghawaan rumah layak huni minimal 10% dari luas lantai.
3) Penyediaan sanitasi minimal 1 kamar mandi dan jamban di dalam atau luar
bangunan rumah dan dilengkapi bangunan bawah septiktank atau dengan
sanitasi komunal.
c. Memenuhi kecukupan luas minimum yaitu luas minimal rumah layak huni antara
7,2 m2/orang sampai dengan 12 m2/orang.
- Longsor adalah suatu proses perpindahan massa tanah atau batuan dengan
arah miring dari kedudukan semula, sehingga terpisah dari massa yang
mantap, karena pengaruh gravitasi; dengan jenis gerakan berbentuk rotasi dan
translasi.
- Bencana longsor adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam berupa tanah longsor.
b. Penetapan kawasan rawan bencana longsor
Pada prisipnya longsor terjadi apabila gaya pendorong pada lereng lebih besar dari
pada gaya penahan. Gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air,
beban, dan berat jenis tanah dan batuan, sedangkan gaya penahan umumnya
dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Penetapan kawasan
rawan bencana longsor dilakukan melalui identifikasi dan inventarisasi karakteristik
(ciri-ciri) fisik alami yang merupakan faktor-faktor pendorong yang menyebabkan
terjadinya longsor. Secara umum terdapat 14 (empat belas) faktor pendorong yang
dapat menyebabkan terjadinya longsor sebagai berikut:
i. curah hujan yang tinggi;
ii. lereng yang terjal;
iii. lapisan tanah yang kurang padat dan tebal;
iv. jenis batuan (litologi) yang kurang kuat;
v. jenis tanaman dan pola tanam yang tidak mendukung penguatan lereng;
vi. getaran yang kuat (peralatan berat, mesin pabrik, kendaraan bermotor);
vii. susutnya muka air danau/bendungan;
viii. beban tambahan seperti konstruksi bangunan dan kendaraan angkutan;
ix. terjadinya pengikisan tanah atau erosi;
x. adanya material timbunan pada tebing;
xi. bekas longsoran lama yang tidak segera ditangani;
xii. adanya bidang diskontinuitas;
xiii. penggundulan hutan; dan/atau
xiv. daerah pembuangan sampah.
Keempat belas faktor tersebut lebih lanjut dijadikan dasar perumusan kriteria
(makro) dalam penetapan kawasan rawan bencana longsor sebagai berikut:
i. kondisi kemiringan lereng dari 15% hingga 70%;
ii. tingkat curah hujan rata-rata tinggi (di atas 2500 mm per tahun);
iii. kondisi tanah, lereng tersusun oleh tanah penutup tebal (lebih dari 2
meter);
3. BAB 5
DESAIN SURVEY DAN PETA DASAR
2. Kelurahan Mongkonai
3. Kelurahan Mogolaing
4. Kelurahan Malinow
5. Kelurahan Gogagoman
6. Kelurahan Kotamobagu
4. BAB 6
KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT
6.1. Kesimpulan
Sampai dengan tersusun laporan pendahuluan ini berikut ini beberapah lyang dapat
disimpulkan :
- Kegiatan persiapan mencakup penyiapan perangkat survey (kuisioner, form dan peta
kerja) telah tersusun
- Telah dilaksanakan survey pengumpulan data sesuai desain survey untuk satu
kelurahan (tahap awal), yakni kelurahan mongkonai
- Telah disusun dan dimasukannya data hasil survey dalam format isian database
perumahan
- Sudah di inputnya/pengolahan database perumahan dalam format data berbasis
geographic information system (GIS)
- Perlunya evaluasi terhadap hasil pekerjaan yang telah dilakukan hingga tahapan
pelaporan awal ini, dengan adanya masukan dan saran dari stakeholder terkait