Anda di halaman 1dari 82

EXECUTIVE SUMMARY

PENYUSUNAN MASTER PLAN


DRAINASE PERKOTAAN KOTA KEDIRI
TAHUN 2023

DIREKTORAT KERJASAMA DAN PENGELOLAAN USAHA (DKPU)


INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER (ITS)
GEDUNG RESEARCH CENTER
Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111
Telp. (031) 5944792; Email: dkpu@its.ac.id
Website: www.its.ac.id/dkpu
KATA PENGANTAR

Sistem drainase kawasan merupakan salah satu infrastruktur yang memiliki


peranan penting dalam mendukung suatu tatanan perkotaan. Fungsi sistem drainase adalah
mematuskan limpasan air hujan atau limbah dari suatu kawasan agar tidak mengganggu
lingkungan. Dalam perkembangan suatu kota, permasalahan drainase akan muncul seiring
dengan laju pertumbuhan jumlah penduduk dan tingkat urbanisasi. Pada umumnya suatu
kawasan memiliki masterplan drainase sesuai dengan rencana tata ruang dan
pengambangan wilayah. Masterplan drainase perlu ditinjau dan disesuaikan dengan
perkembangan wilayah setiap periode tertentu. Hal ini untuk memastikan bahwa sistem
drainase dapat terintegrasi dan bersinergi dengan pengembangan fisik wilayah.

Executive Summary ini berisi rangkuman dari hasil rangkaian identifikasi, evaluasi
dan perencanaan drainase perkotaan Kota Kediri. Dengan tersusunnya masterplan drainase
ini, diharapkan perencanaan dan pelaksanaan sistem drainase di Kota Kediri dapat berjalan
dengan baik dan target Kota Kediri bebas dari banjir dapat tercapai. Saran dan masukan
sangat diharapkan untuk perbaikan laporan akhir Masterplan Drainase Kota Kediri 2023.

Surabaya, 2023

DKPU ITS
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kota Kediri mempunyai ketinggian rata-rata 67 meter di atas permukaan laut serta
terletak pada 111o05’ hingga 112o03’ Bujur Timur dan 7o45’ hingga 7o55’ Lintang
Selatan, terbelah oleh Sungai Brantas yang mengalir dari selatan ke utara menjadi
dua wilayah, yaitu wilayah barat sungai dan timur sungai.

Luas Wilayah Kota Kediri yang mencapai 63,40 km2 terbagi menjadi tiga
Kecamatan, yaitu Kecamatan Mojoroto, Kecamatan Kota dan Kecamatan Pesantren
seperti pada Gambar 1.1. Wilayah barat sungai secara keseluruhan termasuk dalam
wilayah Kecamatan Mojoroto dengan luas wilayah 24,6 km2, dan timur sungai
sebagian termasuk dalam wilayah Kecamatan Kota dan Kecamatan Pesantren
masing-masing dengan luas wilayah 14,9 km2 dan 23,9 km2

Seiring dengan pertumbuhan perkotaan, permasalahan drainase perkotaan semakin


meningkat. Penanganan drainase selama ini masih bersifat parsial, sehingga tidak
menyelesaikan permasalahan banjir dan genangan secara tuntas.

Persoalan banjir dan genangan cukup mengganggu di Kota Kediri, terutama


memasuki musim hujan dengan potensi hujan ringan hingga lebat disertai angin
kencang. Penyebab banjir dan genangan air di Kota Kediri diidentifikasikan sebagai
berikut:

1. Curah hujan total tahunan mencapai 2.300-3.100 mm dengan curah hujan


bulanan tertinggi berkisar antara 350-400 mm.
2. Saluran yang ada kurang berfungsi optimal dan fungsi saluran yang sudah tidak
sesuai lagi dengan kondisi tata guna lahan serta beban limpasan air yang harus
ditampung.
3. Debit air yang mengalir ke saluran tidak optimal dikarenakan koneksi yang tidak
bagus dan belum banyaknya saluran yang berfungsi sebagai pengendali banjir.
4. Terdapat saluran yang berfungsi ganda sebagai saluran irigasi sekaligus
berfungsi sebagai saluran drainase.
5. Diperlukan kajian lebih lanjut terkait pembangunan jalan tol yang akan melewati
Kediri dan adanya Bandara Kediri.

Gambar 1.1. Peta administrasi Kota Kediri

1.2. Tujuan Studi


Tujuan dilakukannya penyusunan masterplan drainase Kota Kediri ini
adalah sebagai berikut:
a. Terinventarisasinya sistem drainase dan bangunan pendukung sistem
drainase di Perkotaan Kota Kediri.
b. Teridentifikasinya kondisi dan permasalahan drainase Perkotaan Kota
Kediri.
c. Terevaluasinya sistem drainase eksisting Perkotaan Kota Kediri.
d. Terencananya sistem drainase Perkotaan Kota Kediri.
e. Tersusunnya skala prioritas untuk studi selanjutnya, rencana rinci dan
pelaksanaan, rencana implementasi, dan SOP.
f. Tersusunnya masterplan Drainase dan Tipe Desain (design typical)
Penampang Saluran berdasarkan analisa dan perhitungan, Rencana
Anggaran Biaya (RAB) secara umum untuk mengatasi permasalahan banjir
dan genangan di Kota Kediri sebagai pedoman untuk
pembangunan/rehabilitasi/pemeliharaan sistem drainase Kota Kediri.

1.3. Jangka waktu Pelaksanaan


Berdasarkan dokumen kontrak dan kerangka acuan kerja (KAK), jangka
waktu pelaksanaan kegiatan adalah selama 180 (seratus delapan puluh) hari
kalender atau 6 (enam) bulan kalender.
BAB II
DESKRIPSI WILAYAH STUDI

2.1. Lokasi Studi

Kota Kediri merupakan salah satu wilayah administratif di Provinsi Jawa Timur
dengan posisi 7º45’ - 7º55’ Lintang Selatan dan 111º15’ 112º03´ Bujur Timur.
Wilayah Kota Kediri berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Kediri. Kota
Kediri dipisahkan oleh Sungai Brantas yang mengalir dari selatan ke utara
sepanjang 7 km. Batas wilayah Kota Kediri adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Gampengrejo

Sebelah Selatan : Kecamatan Kandat dan Ngadiluwih

Sebelah Barat : Kecamatan Banyakan dan Semen

Sebelah Timur : Kecamatan Wates dan Gurah

2.2. Kondisi Fisik Daerah Studi

2.2.1.Luas Daerah Studi

Wilayah Kota Kediri, secara administratif terbagi menjadi 3 kecamatan,


luas masing- masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Luas Area Kota Kediri

Kecamatan Luas (km2)

Mojoroto 24,6

Kota 14,9

Pesantren 23,9

Jumlah 63,4

Sumber: Kediri Dalam Angka, 2021


Kota Kediri terbagi menjadi 46 kelurahan yang berbatasan langsung dengan
wilayah Kabupaten Kediri. Pembagian kelurahan di setiap kecamatan yaitu
Kecamatan Mojoroto terdapat 14 kelurahan, Kecamatan Kota terdapat 17 kelurahan
dan Kecamatan Pesantren 15 kelurahan.

2.2.2. Topografi dan Geologi


Ketinggian tempat di wilayah Kota Kediri pada umumnya berada + 67 m di
atas permukaan laut dengan tingkat kemiringan 0-40%. Kemiringan lahan adalah
sudut yang dibentuk oleh permukaan tanah dengan bidang horizontal. Struktur
wilayah Kota Kediri terbelah menjadi 2 bagian, yaitu sebelah timur dan barat
Sungai Brantas. Wilayah dataran rendah terletak di bagian Timur sungai, meliputi
Kecamatan Kota dan Kecamatan Pesantren, sedangkan dataran tinggi terletak pada
bagian barat sungai yaitu Kecamatan Mojoroto. Bagian barat sungai ini merupakan
lahan kurang subur yang sebagian masuk kawasan lereng Gunung Klotok (+472 m)
dan Gunung Maskumambang (+300 m). Berdasarkan topografinya, Kota Kediri
dibagi menjadi 4 (empat) golongan, yaitu:
● Ketinggian 0 meter – 100 meter dpl membentang seluas 32,42 % dari luas
wilayah;
● Ketinggian di atas 100 meter - 500 meter dpl membentang seluas 53,83 %
dari luas wilayah
● Ketinggian di atas 500 meter - 1.000 meter dpl membentang seluas 9,98 %
dari luas wilayah
● Ketinggian di atas 1000 meter dpl membentang seluas 3,73 % dari luas
wilayah
Kemiringan tanah sangat berpengaruh terhadap jenis penggunaan tanah yang
mungkin ada. Tanah datar dapat digunakan untuk penggunaan lahan jenis apapun,
sedangkan tanah dengan kemiringan yang sangat curam hanya digunakan untuk
kawasan lindung saja. Kemiringan tanah rata-rata di wilayah Kota Kediri dapat
dibagi 4 kelas, yaitu:
● Tanah datar dengan kemiringan antara 0 % - 2 % seluas 58,66 % dari luas
wilayah keseluruhan
● Tanah agak curam dengan kemiringan diatas 2 % - 15 % seluas 21,13 % dari
luas wilayah keseluruhan
● Tanah kemiringan diatas 15 % - 40 % seluas 6,33 % dari luas wilayah
keseluruhan
● Tanah curam dengan kemiringan diatas 40 % seluas 13, 88 % dari luas
wilayah keseluruhan
Peta kelerengan Kota Kediri ditampilkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Peta Kelerengan Kota Kediri

2.2.3. Kondisi Tanah dan Tata Guna Lahan


Berdasarkan data Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur
Jangka Menengah (RPI2JM) Kota Kediri tahun 2015, didapatkan bahwa
penyebaran jenis tanah yang ada di wilayah Kediri dapat dikelompokkan
berdasarkan pada jenis tanah masing-masing dengan proporsi dan sifat sebagai
berikut:
● Regosol coklat kekelabuan seluas 77.397 ha atau 55,84 % merupakan jenis
tanah yang sebagian besar ada di wilayah Kediri tersebar di kecamatan
Kepung, Puncu, Ngancar, Plosoklaten, Wates, Gurah, Mojoroto,
Kandangan, Kandat, Kras Papar, Purwoasri, Pagu, Plemahan, Kunjang dan
Gampengrejo.
● Aluvial kelabu coklat seluas 28.178 ha atau 20,33 % merupakan jenis tanah
yang dijumpai di Kecamatan Ngadiluwih, Kras, Semen, Mojo, Grogol,
Papar, Tarokan dan Kandangan.
● Andosol coklat kuning, regosol coklat kuning, litosol seluas 4.408 Ha atau
3 %, dijumpai di daerah ketinggian diatas 1000 dpl seperti Kecamatan
Kandangan, Grogol, Semen dan Mojo.
● Mediterania coklat merah, grumosol kelabu seluas 13.556 Ha atau 9,78 %
terdapat di Kecamatan Mojo, Semen, Grogol, Tarokan, Plemahan, Mojoroto
dan Kunjang.
Perkembangan untuk lahan terbangun di Kota Kediri belum tersebar secara
merata. Kepadatan tinggi yang paling mendominasi adalah Kecamatan Kota dengan
sebaran perkantoran, perdagangan jasa, industri, permukiman kepadatan tinggi
wisata kota, dan ruang terbuka hijau. Penggunaan lahan untuk Kecamatan Mojoroto
didominasi oleh pendidikan,
home industry, industri, pariwisata, pertanian, permukiman kepadatan sedang dan
rendah dan area ruang terbuka hijau. Untuk Kecamatan Pesantren, dominasi
penggunaan lahannya adalah perkantoran, industri, home industry, permukiman
kepadatan sedang dan rendah, pertanian, dan ruang terbuka hijau. Secara lengkap
kondisi eksisting penggunaan lahan di Kota Kediri ditampilkan pada Gambar 2.3
sedangkan untuk prosentase pemerataan pembangunan Kota Kediri tahun 2009 ada
pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Tutupan Lahan Kota Kediri 2009 (Sumber: RTRW Kota Kediri,
2011-2030)
Gambar 2.3. Peta tutupan lahan Kota Kediri
Sumber: RTRW Kota Kediri, 2011-2030

2.2.4. Kondisi Hidrologi dan Drainase


Kondisi hidrologi di Kota Kediri selain sangat dipengaruhi oleh curah hujan
dan hari hujan yang merupakan aspek klimatologis, juga sangat ditentukan oleh
keberadaan sumber air dan sungai yang melintasi wilayah Kota Kediri. Kota Kediri
terdapat saluran utama berupa Sungai Brantas yang mengalir dari arah selatan ke
arah utara, sehingga seolah-olah membelah Kota Kediri menjadi wilayah barat
(Kecamatan Mojoroto) dan wilayah timur
(Kecamatan Kota dan Kecamatan Pesantren). Secara keseluruhan terdapat 7 (tujuh)
sungai yang mengalir di Kota Kediri sesuai Gambar 2.4. Berikut daftar sungai di
Kota Kediri yang dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5. Sungai-sungai di Kota Kediri

Sumber: RISPAM Kota Kediri

Gambar 2.4. Peta sungai dan saluran utama Kota Kediri


Sumber: RTRW Kota Kediri, 2011-2030
BAB III
PENGUMPULAN DATA SEKUNDER
DAN PRIMER

3.1. Data Sekunder


Data sekunder yang akan digunakan dalam penyusunan master plan
drainase Kota Kediri meliputi data hidrologi, data tata guna lahan, data kelerengan,
data wilayah administrasi, dan data-data pendukung lainnya.
a. Data Hujan
Data hujan yang digunakan untuk menentukan karakteristik hidrologi kawasan
dengan menggunakan analisis statistik. Adapun lokasi stasiun hujan yang diambil
datanya seperti ditampilkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Lokasi Stasiun Pencatatan Hujan di Sekitar Kota Kediri

Koordinat
No Stasiun Hujan
Latitude Longitude

1 Grogol -7.741197222 111.9579556

2 Kanyoran -7.825794444 112.9475333

3 Kediri -7.805638889 112.004

4 Kemantren Mojo -7.881638889 111.9636667

5 PG. Ngadirejo -7.928683333 112.9734111

6 Mojopanggung -8.010055556 111.9285833

7 Kras -7.935741667 112.9602972

8 Bolorejo -8.060194444 111.8591944

9 Tulungagung PU -8.05875 111.9075278

10 Ngantru -8.060194444 111.9453056

11 Besuki -7.862733333 111.8573389


Sumber: PT. Aksara Konsultan, 2022
b. Peta Genangan

Informasi genangan yang terjadi di beberapa area Kota Kediri diperoleh dari
Laporan Rencana Induk Sistem Drainase Kota Kediri Tahun 2016. Beberapa area
yang pada kondisi eksisting sebelum studi ini dilakukan antara lain: Jl. Bandar
Kidul, Jl. Semeru gg.9, Jl. Raung, Jl. Merbabu, Jl. Hasnuddin, Jl. KKO Harun, Jl.
Sam Ratulangi, Jl. Trunojoyo, Jl. Sersan Suharmaji, Jl. Balowerti Gg.1, Jl. HOS
Cokroaminoto, Jl. Betet Bawang, dsb. Peta genangan berdasarkan studi Tahun 2016
ditampilkan pada Gambar 3.1 sampai dengan 3.3.

Gambar 3.1. Peta genangan wilayah Kecamatan Mojoroto


Gambar 3.2. Peta genangan wilayah Kecamatan Kota
Gambar 3.3. Peta genangan wilayah Kecamatan Pesantren

3.2. Data Primer


Data primer yang didapatkan dalam pekerjaan ini adalah data pengukuran
penampang memanjang dan melintang sungai atau saluran utama Kota Kediri.
Berdasarkan data dari RISPAM Kota Kediri, terdapat 7 sungai/saluran utama yaitu:
● Kali Kresek
● Kali Parang
● Kali Kedak
● Kali Brantas
● Kali Ngampel
● Kali Tawang
● Kali Putih

Pada pekerjaan survey pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui data-


data situasi, potongan memanjang dan potongan melintang sungai/saluran serta
situasi yang diikatkan dengan titik referensi tetap melalui pengamatan GPS dengan
menggunakan proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM), yang merujuk pada
Ellipsoid Referensi pada Datum World Geodetic System 1984 (WGS’84).

a. Referensi (Titik Ikat)


Titik koordinat (x, y dan z) yang kemudian digunakan untuk pedoman
sebagai dasar awal dalam penghitungan pengukuran poligon dilakukan dengan
pengamatan GPS terhadap dua titik. Adapun titik ikat (referensi) yang digunakan
dalam pekerjaan survey topografi di lokasi ini adalah titik awal poligon di sisi
ujung akhir/muara Sungai Kedak yaitu di titik P0 dan P1, sebagai arah utara
(Azimuth) - UTM.

P0 X= 610 571.290 Y = 9 138 764.020 Z= + 63.000

P1 X= 610 539,732 Y = 9 138 735.151 Z= + 62.815

b. Pengukuran dan penggambaran


Pengukuran dimulai setelah ditetapkan titik awal dari poligon. Adapun jenis
pengukuran yang akan dilakukan adalah meliputi:

● Orientasi lapangan dan pemasangan patok-patok bantu


● Penentuan titik ikat awal
● Pengukuran poligon
● Pengukuran azimuth dari patok Poligon awal.
● Pengukuran situasi
● Penggambaran
Adapun tahapan pelaksanaan pekerjaan pengukuran dan metodenya
adalah sebagai berikut:

o Orientasi lapangan
Orientasi lapangan dilakukan oleh tim survey, dengan maksud untuk
mengadakan pengenalan daerah yang akan diukur, memperoleh informasi
tentang posisi lokasi sungai, batas awal dan akhir sungai, serta melakukan
sinkronisasi rencana kerja dengan kondisi lapangan.

o Melakukan pembuatan patok-patok bantu dan alat bantu lainnya.


Team surveyor akan menyediakan patok-patok bantu dari kayu dan Paku
payung panjang 3 inch untuk dipasang pada jalur poligon pengukuran
dengan jarak disesuaikan dengan kondisi lapangan. Pada ujung kepala
Paku di Cat warna putih serta ditandai dengan bulatan agak besar supaya
lebih jelas penampakan nya.

o Pembuatan dan pemasangan patok beton (BM)


Dalam pengukuran di masing-masing sungai ini team ukur mempunyai
simpanan patok beton (BM) lama yang berfungsi sebagai titik ikat aset
pengukuran, baik jangka pendek maupun jangka panjang, misalnya di BM
Batas wilayah Kelurahan, BM di tiap-tiap Dam atau BM – LJ.

o Pengukuran kerangka horisontal (Poligon)


Pengukuran kerangka horisontal dilakukan dengan menggunakan metode
poligon terbuka. Titik Poligon masing-masing sungai saling terikat satu
sama lainnya, dan koordinat yang dipakai hanya 1 referensi saja.
Unsur-unsur yang diukur pada pengukuran ini utamanya ketinggian tanah
dengan sasaran untuk mengetahui situasi sungai, potongan memanjang dan
potongan melintang sungai.

Untuk poligon pertama dan kedua selalu terikat dengan sudut, jarak
maupun hasil koordinatnya, dengan menggunakan alat Theodolit Total
Station.

Gambar 3.4. Pengukuran dengan Theodolit Total Station di Kali Kedak

Gambar 3.5. Pengukuran dengan TS di Sungai Brantas


c. Penggambaran
Pelaksanaan penggambaran ini dilakukan setelah semua pekerjaan pengolahan
data selesai. Seluruh hasil pengolahan data sebelum digambar diperiksakan
lebih dulu. Penggambaran ini menggunakan software (program) AUTOCAD
dengan softdesk yang dikombinasikan dengan microsoft excel untuk input
datanya, kemudian dicetak dalam kertas ukuran A3. Penggambaran situasi dan
peta skalanya mengacu pada ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

● Penggambaran peta situasi tersebut memuat semua titik-titik koordinat yang


ada.
● Tiap titik detail memisahkan grid lokasi di sebelahnya per 15 meter, begitu
juga detail situasi batas dan perubahan ketinggian tanah yang besar.
● Grid (garis silang koordinat) per 500 meter
● Keterangan/legenda di peta situasi memakai simbol yang lazim dipakai atau
memakai standar peta Bakosurtanal
● Petunjuk arah/arah utara geografis, selalu menunjuk arah keatas gambar

Gambar 3.6. Peta situasi K.Brantas, K.Kedak, K.Bruno, K.Ngampel, K.Kresek,


K.Parung dan K.Tawang
Tabel 3.2. Daftar Koordinat BM

Nomor urut Notasi BM Absis ( X ) Ordinat ( Y ) Elevasi ( Z )

Kali Kedak

1 BM-EJIP 609 598.109 9 137 228.829 + 70.993

2 BM-batas 480 983.224 9 182 096.277 + 69,336

Kali Bromo BM- PKSA 610.326,197 9.138.511,678 + 68,027

1 BM-LJ 423 607.450,072 9.135.732,498 + 86,172

Kali NgampeL

1 BM 3 610.275,072 9.139.035,394 + 68,134

Kali Brantas

1 BM-GEO 611.022,408 9.136.117,665 + 69,102

2 BM-KKDP 611.025,167 9.136.195,501 + 70,073

Kali Kresek

1 BM-PKSA 617.647,156 9.132.635,316 +108,559

2 BM-KRS 617.298,545 9.132.915,877 + 107,582

3 BM-BTS 617.420,571 9.133.208,772 + 98,294

4 BM-BTS 616.467,804 9.133.861,045 + 98,294

5 BM-BR 615.072,338 9.134.813,241 + 89,284

6 BM-LJ 613.481,261 9.135.555,810 + 77,790

Kali Parung

1 BM-BTS 615.917,670 9.133.289,253 + 92,981

Kali Tawang

1 BM-PKSA 612.589,182 9.134.452,363 + 75,095


BAB IV

IDENTIFIKASI KONDISI EKSISTING

SISTEM DRAINASE

4.1. Identifikasi Sistem Drainase Eksisting


Tinjauan terhadap kondisi eksisting sistem drainase yang ada di Kota Kediri
dikelompokkan sesuai permasalahan yang sedang terjadi saat ini dan yang
kemungkinan timbulnya resiko banjir/genangan di masa mendatang. Survey kondisi
saluran dan daerah rawan genangan dilakukan untuk pendataan awal terkait kondisi
banjir di Kota Kediri. Beberapa daerah dengan rawan genangan dimaksudkan untuk
menjadi prioritas penanganan untuk Kota Kediri sehingga aman dari
banjir/genangan. Adanya beberapa titik genangan akan mengakibatkan kerugian
dalam beberapa aspek diantaranya aspek ekonomi dan sosial.
Berdasarkan hasil survey lapangan dan data yang didapatkan dari instansi
terkait, diketahui terdapat permasalahan genangan pada sistem drainase eksisting di
beberapa wilayah di Kota Kediri. Hal ini memperlihatkan bahwa permasalahan
sistem saluran eksisting tersebut harus dianalisis lebih lanjut apakah disebabkan dari
kapasitas saluran yang tidak mencukupi atau kurang berfungsinya fasilitas drainase
pendukung sehingga air kurang lancar mengalir ke saluran drainase. Berikut
merupakan lokasi yang menjadi permasalahan pada sistem drainase Kota Kediri.

4.1.1 Kondisi Fisik Area Genangan (Hasil Survey)


4.1.1.1. Kecamatan Mojoroto
Beberapa titik lokasi genangan di Kecamatan Mojoroto diantaranya
disebabkan terganggunya dan kurangnya fasilitas street inlet yang tersebar pada
lokasi-lokasi berikut.
a) Perempatan Jl. Bandar Kidul dan Jl. K. H Wachid Hasyim
Genangan pada perempatan Jl. Bandar Kidul dan Jl. K. H Wachid Hasyim
disebabkan air tidak lancar mengalir ke saluran drainase tepi jalan dikarenakan
beberapa posisi street inlet yang lebih tinggi dari elevasi badan jalan. Selain itu
banyak street inlet yang tersumbat. Tinggi genangan pada area ini relatif kecil
berkisar 10-15 cm dengan lama genangan mencapai 30 menit. Kondisi saluran
drainase di sepanjang jalan Bandar Kidul merupakan saluran tertutup (box culvert).
Selain itu terdapat saluran yang terlihat memiliki dimensi saluran yang sangat kecil
sehingga dimungkinkan saluran tidak dapat menampung debit air hujan. Selain itu,
di Jalan Bandar Kidul, merupakan wilayah cekungan, sehingga dimungkinkan
limpasan air hujan kesulitan untuk masuk pada saluran utama. Pada saluran ini
terdapat sumur resapan air sebagai alternatif untuk mengurangi volume genangan
pada lokasi tersebut. Eksisting drainase Jalan Bandar Kidul yang dapat dilihat pada
Gambar 6.29.

Gambar 4.1. Eksisting Drainase Jalan Bandar Kidul

b) Jl. Agus Salim


Genangan pada Jl. Agus Salim diakibatkan aliran air yang kurang lancar
mengalir ke saluran akibat street inlet yang tersumbat ataupun letak street inlet yang
lebih tinggi dari badan jalan. Eksisting drainase Jl. Agus Salim dapat dilihat pada
Gambar 4.2
Gambar 4.2. Eksisting Drainase Jalan Agus Salim

c) Jl. Semeru
Genangan pada Jl. Semeru diakibatkan aliran air yang kurang lancar mengalir
ke saluran akibat street inlet yang tersumbat ataupun letak street inlet yang lebih
tinggi dari badan jalan. Eksisting drainase Jalan Semeru dapat dilihat pada Gambar
4.3.

Gambar 4.3. Eksisting Drainase Jalan Semeru

d) Jl. Raung
Pada musim penghujan Tahun 2023 di Jalan Raung terjadi genangan dengan
kedalaman 30 cm dan lama genangan mencapai 60 menit. Kondisi saluran drainase
di sepanjang Jalan Raung berupa saluran tertutup dan dilengkapi dengan adanya bak
kontrol sebagai kontrol aliran. Pada saluran drainase tersebut dimungkinkan banjir
dikarenakan terdapat sedimentasi yang mengakibatkan kapasitas saluran menurun.
Eksisting drainase Jalan Raung dapat dilihat pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4. Eksisting Drainase Jalan Raung

e) Jl. Sersan Bahrun


Sistem drainase pada Jalan Sersan Bahrun Mrican perlu menjadi prioritas
penanganan untuk Kota Kediri dikarenakan terdapat pengembangan Universitas
Brawijaya dan adanya jalan tol Kertosono-Kediri yang melintasi wilayah tersebut.
Eksisting drainase Jl. Sersan Bahrun dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5. Eksisting Drainase Jalan Sersan Bahrun

f) Jl. Merbabu
Kondisi genangan dengan pada Jl. Merbabu disebabkan tidak ada saluran
pada depan Pabrik Gula Mrican sehingga limpasan air tertahan pada cekungan area
bekas rel kereta api yang melintasi Jl. Merbabu. Genangan pada area ini berkisar
antara kedalaman 15-20 cm dan lama genangan mencapai 30 menit. Eksisting
drainase Jalan Merbabu dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6. Eksisting Drainase Jalan Merbabu

g) Bundaran Sekartaji- Jl. Veteran (Sebelah Timur)


Jalan Bundaran Taman Sekartaji terjadi genangan hingga dengan kedalaman
30 cm dengan lama genangan 1 jam. Kondisi eksisting sepanjang Jl. Bundaran
Sekartaji berupa saluran tertutup berbentuk persegi. Pada saluran ini terdapat
endapan yang memungkinkan terhambatnya sistem aliran air di dalamnya. Beberapa
street inlet terjadi penyumbatan sehingga aliran kurang lancar mengalir ke saluran.
Eksisting drainase Jalan Bundaran Sekartaji dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7. Eksisting Drainase Jalan Bundaran Sekartaji

h) Perempatan Sukorame
Kondisi topografi pada perempatan Sukorame merupakan cekungan sehingga
rawan terhadap genangan. Kondisi street inlet pada daerah ini perlu mendapatkan
prioritas penanganan genangan dikarenakan rawan terhadap penyumbatan. Eksisting
drainase pada perempatan Sukorame dapat dilihat pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8. Eksisting Drainase Perempatan Sukorame

i) Jl. Gatot Subroto


Lokasi genangan yang menjadi prioritas penanganan juga berada di
sepanjang Jl. Gatot Subroto. Kedalaman genangan antara 10-20 cm dengan lama
genangan antara 30-60 menit. Fasilitas street inlet pada sepanjang jalan ini masih
perlu ditingkatkan terkait pemeliharaan saluran drainase agar street inlet tidak
tersumbat sehingga air dapat mengalir lancar ke saluran. Eksisting drainase Jalan
Gatot Subroto dapat dilihat pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9. Eksisting Drainase Jalan Gatot Subroto

j) Jl. Supit Urang Selatan – Mojoroto Gg. VII


Beberapa wilayah padat penduduk di Kawasan Jl. Supit Urang Selatan,
Mojoroto Gg. 7 masih belum terdapat saluran sehingga menimbulkan genangan pada
daerah tersebut. Ketinggian genangan cukup tinggi antara 10-30 cm dengan lama
genangan 1-2 jam.

Gambar 4.10. Eksisting Drainase Jalan Supit Urang Selatan – Mojoroto Gg. VII

6.2.1.2. Kecamatan Kota


Beberapa titik lokasi genangan di Kecamatan Kota diantaranya disebabkan
terganggunya aliran air ke saluran, kurangnya fasilitas drainase, serta kapasitas
saluran yang kurang memadai yang tersebar pada lokasi-lokasi berikut.

a) Perempatan Semampir - Jalan Mayor Bismo


Genangan sepanjang Jl. Mayor Bismo disebabkan kurangnya street inlet pada
sepanjang daerah tersebut, atau posisi street inlet yang berada di atas badan jalan
sehingga air tidak bisa mengalir ke saluran secara gravitasi. Faktor penyebab
genangan lainnya adalah kondisi street inlet yang tersumbat. Ketinggian genangan
berkisar antara 10-30 cm terutama di depan SPBU Jl. Mayor Bismo, dengan lama
genangan 30-60 menit. Kapasitas saluran tepi di Jl. Mayor Bismo sebenarnya sudah
sangat mencukupi dalam menerima debit limpasan. Eksisting drainase Jalan Mayor
Bismo dapat dilihat pada Gambar 4.11.
Gambar 4.11. Eksisting Drainase Jalan Mayor Bismo

b) Perempatan Retjo Pentung - Jl. Pattimura (Depan Pasar Setono Betek)


Salah satu wilayah dengan genangan yang cukup tinggi terjadi pada Jl.
Pattimura, depan Pasar Setono Betek hingga Perempatan Retjo Pentung dengan
ketinggian genangan 30-50 cm. Lama genangan berkisar antara 30 menit- 2 jam.
Genangan paling tinggi terjadi berulang pada awal Februari 2022 dan 2023 sehingga
diperlukan prioritas penanganan genangan pada daerah ini. Eksisting drainase Jalan
Pattimura dapat dilihat pada Gambar 4.12.

Gambar 4.12. Eksisting Drainase Jalan Pattimura

c) Jl. Sam Ratulangi - Kampung Dalem


Pada musim penghujan bulan Februari 2023 di Jalan Sam Ratulangi ini terjadi
genangan dengan kedalaman 30-50 cm dan lama genangan mencapai 60 menit. Dari
hasil survey kepada warga, ketinggian banjir maksimum pernah terjadi hingga
kedalaman 80 cm. Aliran sistem drainase di Jl. Sam Ratulangi seringkali terkendala
muka air banjir pada kondisi hilir yaitu Kali Parung di Kaliombo, karena kemiringan
Kali Parung hilir yang sangat landai, dan terdapat permasalahan sedimen
menyebabkan air dari kawasan setono betek dan Jl. Sam Ratulangi tertahan sehingga
menimbulkan genangan yang cukup tinggi. Kondisi saluran drainase yang ada berupa
saluran tertutup dan dilengkapi dengan bak kontrol. Saluran drainase yang terdapat
di Jalan Sam Ratulangi ini cenderung kecil untuk ukuran dimensi salurannya.
Eksisting drainase Jalan Sam Ratulangi dapat dilihat pada Gambar 4.13.

Gambar 4.13. Eksisting Drainase Jalan Sam Ratulangi

d) Jl. Kilisuci
Pada musim penghujan bulan Februari 2023 di Jalan Kilisuci ini terjadi
genangan dengan kedalaman 30-50 cm dan lama genangan mencapai 60 menit.
Kondisi saluran drainase yang ada berupa saluran tertutup dan dilengkapi dengan bak
kontrol. Perlu dilakukan inspeksi terhadap street inlet pada kawasan Jl. Kilisuci
dikarenakan rawan penyumbatan. Eksisting drainase Jalan Kilisuci dapat dilihat pada
Gambar 4.14.

Gambar 4.14. Eksisting Drainase Jalan Kilisuci

e) Jl. Tembus Kaliombo


Genangan pada Jl. Tembus Kaliombo terjadi pada daerah cekungan, terutama
di depan Sekolah Al-Irsyad dikarenakan faktor Sungai Parung yang meluber akibat
penyempitan penampang. Genangan juga terjadi di pintu masuk perumahan Bumi
Asri dimana minim saluran tepi pada daerah tersebut. Eksisting drainase Jalan
Tembus Kaliombo dapat dilihat pada Gambar 4.15.

Gambar 4.15. Eksisting Drainase Jalan Tembus Kaliombo


f) Jl. Hasanuddin
Pada musim penghujan Tahun 2022 di Jalan Hasanudin ini terjadi genangan dengan
kedalaman 30 cm dan lama genangan mencapai 30-60 menit padahal kondisi saluran
di Kawasan ini cukup baik dengan kapasitas yang memadai.Kondisi saluran drainase
di sepanjang Jalan Hasanudin berupa saluran tertutup dengan dilengkapi bangunan
bak kontrol aliran dan street inlet. Genangan terjadi akibat street inlet yang
mengalami penyumbatan ataupun posisi street inlet yang lebih tinggi dari badan
jalan. Eksisting drainase Jalan Hasanuddin dapat dilihat pada Gambar 4.16.

Gambar 4.16. Eksisting Drainase Jalan Hasanuddin

g) Jl. Dandangan 1
Genangan pada Jl. Dandangan 1 berada pada cekungan di sebelah timur dan
barat rel kereta api dikarenakan minimnya street inlet pada Kawasan tersebut.
Kapasitas saluran pada Kawasan ini cenderung kecil dengan kondisi saluran adalah
tertutup. Eksisting drainase Jalan Dandangan 1 dapat dilihat pada Gambar 4.17.

Gambar 4.17. Eksisting Drainase Jalan Dandangan 1


h) Jl. Ir. Sutami
Genangan pada Kawasan Jl. Ir Sutami diakibatkan adanya sedimen pada
beberapa ruas saluran di kawasan ini. Faktor lain penyebab genangan adalah
minimnya street inlet sehingga air kurang lancar mengalir ke saluran. Eksisting
drainase Jalan Ir. Sutami dapat dilihat pada Gambar 4.18.

Gambar 4.18. Eksisting Drainase Jalan Ir. Sutami

6.2.1.3. Kecamatan Pesantren


Dari wilayah-wilayah di Kota Kediri, Kecamatan memiliki lokasi genangan
yang lebih sedikit dibandingkan Kecamatan Kota dan Mojoroto. Daerah genangan
pada Kecamatan Pesantren berada pada titik-titik lokasi berikut.
a) Jl. HOS Cokroaminoto
Lokasi genangan yang cukup tinggi berada di kawasan depan Pasar Pahing
hingga Perempatan Retjo Pentung. Ketinggian genangan berkisar antara 20-40 cm
dengan lama genangan antara 30-60 menit. Genangan paling tinggi terjadi pada awal
Februari 2022 sehingga diperlukan prioritas penanganan genangan pada daerah ini
terutama terkait kondisi street inputnya. Eksisting drainase Jalan HOS Cokroaminoto
dapat dilihat pada Gambar 4.19.
Gambar 4.19. Eksisting Drainase Jalan HOS Cokroaminoto

b) Perempatan Bence – Jl. Betet/Bawang


Genangan pada Jl Betet-Bawang disebabkan karena kapasitas saluran di
kawasan ini kurang memadai dengan dimensi yang kecil. Selain itu pada daerah
lampu merah Bence, sangan minim sekali street inlet sehingga rawan terjadi
genangan di kawasan ini. Eksisting drainase Jalan Betet-Bawang dapat dilihat pada
Gambar 4.20.

Gambar 4.20. Eksisting Drainase Jalan Betet-Bawang

c) Jl. Brigjen Pol. Imam Bachri


Genangan pada Jl. Pol Imam Bachri terjadi di Kawasan ruko Pesantren
dimana posisi street inlet beberapa berada lebih tinggi dari badan Jalan sehingga air
kurang lancar mengalir ke saluran. Diperlukan penambahan street inlet pada kawasan
ini agar genangan tidak menimbulkan banyak kerugian. Eksisting drainase Jalan
Brigjen Pol. Imam Bachri dapat dilihat pada Gambar 4.21.

Gambar 4.21. Eksisting Drainase Jalan Brigjen Pol. Imam Bachri

4.2. Evaluasi Sistem Drainase Eksisting


Penyusunan skala prioritas dalam rangka penanganan permasalahan
drainase di perkotaan tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
12/PRT/M/2014tentang penyelenggaraan sistem drainase perkotaan.

Parameter penentuan prioritas penanganan meliputi hal sebagai berikut:

1) Parameter genangan, meliputi tinggi genangan, luas genangan, frekuensi


genangan dalam satu tahun dan lama genangan terjadi. Kriteria parameter
genangan seperti dalam Tabel 4.1.
2) Parameter ekonomi, dihitung perkiraan kerugian atas fasilitas ekonomi yang
ada, seperti: kawasan industri, fasum, fasos, perkantoran, perumahan, daerah
pertanian dan pertamanan. Kriteria kerugian/kerusakan ekonomi seperti dalam
Tabel 4.2.
3) Parameter gangguan sosial dan fasilitas pemerintah, seperti: Kesehatan
masyarakat, keresahan sosial dan kerusakan lingkungan dan kerusakan fasilitas
pemerintah. Kriteria gangguan sosial dan fasilitas pemerintah seperti dalam
Tabel 4.3.
4) Parameter kerugian dan gangguan transportasi. Kriteria kerugian dan gangguan
transportasi seperti dalam Tabel 4.4.
5) Parameter kerugian pada daerah perumahan, kriterianya seperti dalam Tabel
4.5.
6) Parameter kerugian hak milik pribadi/rumah tangga, kriterianya seperti dalam
Tabel 4.6.

Tabel 4.1. Kriteria Parameter Genangan


Tabel 4.2. Kriteria Kerugian Ekonomi

Tabel 4.3. Kriteria Gangguan Sosial dan Fasilitas Pemerintah

Tabel 4.4. Kriteria Kerugian dan Gangguan Transportasi


Tabel 4.5. Kriteria Kerugian Pada Daerah Perumahan

Tabel 4.6. Kriteria Kerugian Hak Milik Pribadi

Selanjutnya dengan menggunakan kriteria-kriteria tersebut di atas, maka dilakukan


penilaian prioritas penanganan sebagaimana uraian berikut.

Gambar 4.23. Penilaian prioritas penanganan


Berdasarkan hasil analisis penilaian tersebut, Sistem Ngampel mendapatkan
skor tertinggi (360) dan menjadi prioritas utama dalam penanganan. Faktor yang
menjadi pertimbangan utama pada Sisitem Ngampel adalah:
○ Kejadian banjir dan genangan pada sistem Ngampel
○ Rencana trase jalan tol mengubah drainase pada sistem Ngampel
Pada sistem lain, permasalahan yang umum terjadi adalah belum adanya
jaringan drainase, sedimentasi, terhambatnya aliran dari permukaan jalan akibat
street inlet yang tertutup sampah/sedimen maupun belum adanya fasilitas street inlet
pada beberapa ruas jalan.
BAB V

ANALISIS, EVALUASI DAN PERENCANAAN

5.1 Analisis Hidrologi


Analisis hidrologi pada master plan drainase ini mencakup beberapa hal,
diantaranya adalah perhitungan hujan wilayah, perhitungan hujan rencana dan
perhitungan debit banjir rencana. Perhitungan debit banjir rencana dilakukan untuk
mengevaluasi kapasitas sungai dan kapasitas saluran drainase kota. Pada evaluasi
kapasitas sungai, debit banjir dianalisis menggunakan hidrograf SCS, sedangkan
analisis saluran drainase kota menggunakan metode Rasional. Sistem drainase sungai
yang dievaluasi pada master plan ini terdiri dari 4 sistem utama sesuai Tabel 5.1
berikut.
Tabel 5.1. Sistem Sungai Utama di Kota Kediri

No Nama Sungai
1 Kali Ngampel
2 Kali Kedak
3 Kali Kresek
4 Kali Tawang

Sedangkan sistem saluran drainase kota mencakup 17 sub sistem, yang terbagi
sesuai Tabel 5.2 berikut.
Tabel 5.2. Sub Sistem Saluran Drainase Kota Kediri

No Nama Sub Sistem


1 Sub sistem Ex Mrican
2 Sub sistem Ngampel
3 Sub sistem Kedak
4 Sub sistem Inspeksi 1
5 Sub sistem Inspeksi 2
6 Sub sistem Inspeksi 3
7 Sub sistem Inspeksi 4
8 Sub sistem Mayor Bismo
9 Sub Sistem Hasyim Ashari
10 Sub sistem Panglima Sudirman 1
11 Sub sistem Panglima Sudirman 2
12 Sub Sistem Mayjend 1 dan 2
13 Sub Sistem Mayjend 3 dn 4
14 Sub Sistem Parung
15 Sub sistem Tawang
16 Sub sistem Kresek
17 Sub sistem Glodok

Berdasarkan tabel di atas, terdapat sub sistem Ngampel, Kedak, Kresek dan
Tawang yang masuk dalam evaluasi saluran kota. Secara hidrologis sub sistem
saluran drainase tersebut menjadi bagian sungai utama. Sehingga dalam analisisnya
bagian hilir (downstream) sub sistem Ngampel, sub sistem Kedak, sub sistem
Kresek, dan sub sistem Tawang memiliki batas yang sama dengan boundary pada
analisis sungai. Namun, dalam analisis hujan baik hujan wilayah maupun hujan
daerah dilakukan terpisah. Hal tersebut disebabkan oleh batas DAS hulu untuk
sistem sungai dan saluran kota memiliki perbedaan, sebagaimana dapat ditunjukkan
dalam Gambar 5.1. Saluran kota mencakup jaringan drainase yang berada dalam
kawasan kota Kediri dengan batas sistem mengikuti Master Plan Drainase 2016,
sedangkan analisis sungai akan mempertimbangkan batas DAS berdasarkan kondisi
topografi. Dalam hal ini, data topografi yang digunakan adalah data DEMNAS.
Hasil analisis spasial Poligon Thiessen untuk keduanya ditunjukkan dalam Gambar
5.1. dan Gambar 5.2.

Gambar 5.1. Hasil Analisis Spasial Poligon Thiessen Untuk Sistem Sungai

Gambar 5.2. Hasil Analisis Spasial Poligon Thiessen Untuk Sistem Drainase Kota
5.1.1. Analisis Tinggi Hujan Rencana

● Kali Kedak

Hujan rata-rata wilayah Kali Kedak ditentukan berdasarkan beberapa pos


stasiun hujan telemetri, diantaranya adalah stasiun hujan Kediri, Kanyoran,
Gading Parang, dan Besuki. Hujan rata-rata wilayah ditampilkan pada Tabel 5.3.

Tabel 5. 3 Hujan Rencana Periode Ulang DAS Kedak

No Periode Ulang R

mm

1 2 77.54

2 5 94.12

3 10 105.10

4 25 118.97

● Kali Ngampel

Hujan rata-rata wilayah Kali Ngampel ditentukan berdasarkan beberapa pos


stasiun hujan yaitu stasiun hujan Kediri, Kanyoran, dan Grogol.

Tabel 5. 4 Hujan Rencana Periode Ulang DAS Kali Ngampel

No Periode Ulang R

mm

1 2 84.00

2 5 115.07

3 10 131.32

4 25 148.64

5 50 159.83
● Sub Sistem STA Kediri
Hasil analisis Poligon Thiessen menunjukkan bahwa beberapa sub sistem
saluran drainase pada Kota Kediri berada pada area pengaruh stasiun hujan Kediri.
Sub sistem tersebut diantaranya adalah Inspeksi 1, Inspeksi 2, Inspeksi 3, Inspeksi 4,
Hasyim Ashari, Mayjend 1&2, Mayjend 3&4, Panglima Sudirman 1.

Tabel 5. 5 Hujan Rencana Periode Ulang DAS Saluran Drainase Kota

No Periode Ulang R

mm

1 2 85.64

2 5 117.89

3 10 134.75

4 25 152.72

5 50 164.34

● Sub Sistem Panglima Sudirman 2


Pada penyusunan master plan drainase ini, sub-sistem Panglima Sudirman 2
masuk dalam analisis kawasan kota dengan tinggi hujan rencana sebagai berikut.

Tabel 5. 6 Hujan Rencana Periode Ulang Subsistem Panglima Sudirman

No Periode Ulang R (mm)

1 2 84.36

2 5 116.92

3 10 133.94

4 25 152.09

5 50 163.81
● Sub Sistem Mayor Bismo
Stasiun hujan yang berpengaruh pada sub-sistem Mayor Bismo terdiri dari dua pos
stasiun hujan yaitu Gamping Rejo dan Kediri.

Tabel 5. 7 Hujan Rencana Periode Ulang Sub Sistem Mayor Bismo

No Periode Ulang R (mm)

1 2 79.79

2 5 109.99

3 10 125.78

4 25 142.62

5 50 153.50

● Sub Sistem Parung


Tinggi hujan rencana untuk Sub Sistem Parung adalah sebagai berikut.

Tabel 5. 8 Hujan Rencana Periode Ulang Sistem Parung

No Periode Ulang R (mm)

1 2 72.36

2 5 87.01

3 10 94.67

4 25 102.83

5 50 108.11
● Sub Sistem Kedak Kota
Tinggi hujan rencana untuk Sub Sistem Kedak Kota adalah sebagai berikut.

Tabel 5. 9 Hujan Rencana Periode Ulang Sub Sistem Kedak Kota

No Periode Ulang R (mm)

1 2 70.45

2 5 89.71

3 10 99.77

4 25 110.51

5 50 117.44

5.1.2. Analisis Debit Rencana


Perhitungan debit banjir rencana badan air penerima dilakukan untuk
mengevaluasi kapasitas sungai, dimana debit banjir dianalisis menggunakan
hidrograf SCS dengan bantuan program HEC-HMS. Sungai yang dievaluasi meliputi
Kali Kedak, Kali Kresek, Kali Ngampel, dan Kali Tawang.

Gambar 5.3. Skema Pemodelan Kali Kresek


Gambar 5.4. Skema Pemodelan Kali Kedak

Gambar 5.5. Pemodelan Kali Ngampel

Gambar 5.6. Pemodelan Kali Tawang


Setelah dilakukan pemodelan menggunakan program HEC-HMS, diperoleh
hasil sebagai berikut.

Ngampel Bayak Kedak Hulu

40.00

35.00

30.00

25.00
Q (m3/s)

20.00

15.00

10.00

5.00

0.00
0 6 12 18 24
time (hour)

Gambar 5.7. Debit Sistem Kali Ngampel

Kedak Putih Kedak Hulu

120.00

100.00

80.00
Q (m3/s)

60.00

40.00

20.00

0.00
0 6 12 18 24
time (hour)

Gambar 5.8. Debit Sistem Kali Kedak


35.00

30.00

25.00
Q (m3/s)

20.00

15.00

10.00

5.00

0.00
0 6 12 18 24
time (hour)

Gambar 5.9. Debit Sistem Kali Kresek

Parung

10.00
9.00
8.00
7.00
Q (m3/s)

6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
0 6 12 18 24
time (hour)

Gambar 5.10. Debit Sistem Kali Parung


Tawang Tengah Tawang Hulu

40.00

35.00

30.00

25.00
Q (m3/s)

20.00

15.00

10.00

5.00

0.00
0 6 12 18 24
time (hour)

Gambar 5.11. Debit Sistem Kali Tawang

5.2 Analisis Hidrolika


5.2.1. Sistem Drainase Primer
Kapasitas sistem drainase primer Kota Kediri selanjutnya dievaluasi dengan
menggunakan dasar data penampang/geometri saluran serta data debit debit rencana
sesuai hasil analisis sebelumnya.
• Kali Ngampel

KEDIRI Plan: 1) RT100 08-Mar-23


NGAMPEL NGAMPEL NGAMPEL NGAMPEL HULU
70 Legend

EG Max WS
Crit Max WS
68
WS Max WS
Elevation (m)

Ground
LOB
66
ROB

64

62
0 1000 2000 3000 4000
Main Channel Distance (m)

Gambar 5.12. Profil aliran Kali Ngampel


• Kali Kedak
KEDIRI Plan: 1) RT100 08-Mar-23
KEDAK KEDAK KEDAK PUTIH
90 Legend

Crit Max WS
85
EG Max WS
WS Max WS
80
Elevation (m)

Ground
LOB
75
ROB

70

65

60
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
Main Channel Distance (m)

Gambar 5.13. Profil aliran Kali Kedak

• Kali Kresek
KEDIRI Plan: 1) RT100 08-Mar-23
KRESEK KRESEK
110 Legend

EG Max WS
WS Max WS
Crit Max WS

100 Ground
LOB
ROB

90
Elevation (m)

80

70

60
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
Main Channel Distance (m)

Gambar 5.14. Profil aliran Kali Kresek


• Kali Parung

KEDIRI Plan: 1) RT100 08-Mar-23


PARUNG PARUNG
110 Legend

Crit Max WS
EG Max WS
WS Max WS

100 Ground
LOB
ROB

90
Elevation (m)

80

70

60
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
Main Channel Distance (m)

Gambar 5.15. Profil aliran Kali Parung

• Kali Tawang

KEDIRI Plan: 1) RT100 08-Mar-23


T TAWANG TAWANG
90 A Legend
W
A
N EG Max WS
G
WS Max WS
T
A Ground
85 W
A LOB
N ROB
G

H
I
80 L
I
R
Elevation (m)

75

70

65

60
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
Main Channel Distance (m)

Gambar 5.16. Profil aliran Kali Tawang


Berdasarkan hasil analisis kondisi eksisting, dapat disimpulkan bahwa pada
Kali Ngampel mengalami luapan pada area hilir. Namun di bagian hulu juga terdapat
potensi luapan sehingga perlu direncanakan normalisasi pada ruas yang mengalami
luapan.

5.2.2. Sistem Drainase Sekunder


• Sistem Drainase Sub-Sistem Drainase Ngampel

Tabel 5.10. Evaluasi dan Rencana Dimensi Saluran Sub Sistem Ngampel

Dimensi Dimensi
Nama Node Debit Eksisting Rencana
No L A (m2)
Saluran Saluran (m3/dt)
B H B H

1 Bujel N3.2 - N3 4213 3937500 20.4 - - 6.5 2.5

2 Bayak N3.1 - N3 4731 3912300 19.3 5 5.12 6.0 2.5

3 Ngampel Hilir 827 8024700 47.2 8.3 5.53 9.0 5.5

4 Ngampel Hilir 2063 630500 4.3 8.3 5.53 9.0 5.5

5 Ngampel Hilir 383 8691500 50.6 8.3 5.53 9.0 5.5

6 Bunga N1.1 - N1 2169 995200 6.7 - - 2.5 2.2

7 Ngampel Hilir 167 9723500 56.6 8.3 5.53 9.0 5.5


• Sistem Drainase Sub-Sistem Drainase Kedak

Tabel 5.11. Evaluasi dan Rencana Dimensi Saluran Sub Sistem Kedak

Dimensi Dimensi
Node Debit Eksisting Rencana
No Nama Saluran L A (m2)
Saluran (m3/dt)
B H B H

1 Dam K7 - K6 1292.58 1188600 7.9 - - 2.5 2.0


Campurejo

2 Kali Putih K6.1 - K6 2247.05 1744400 10.1 7 5 7 5

3 Kedak K6 - K5 677.33 3065100 18.4 28 5 28.0 5.0

4 Selomangleng K5.1 - K5 2346.59 4282500 24.4 8 5 7.7 4.8

5 Kedak K5 - K4 1052.34 7629800 41.7 28 5 28.0 5.0

6 DR Suharjo K4.1 - K4 2421.3 2091600 11.8 - - 3.0 2.4

7 Kedak K4 - K3 1437.08 9937600 48.9 28 5 28.0 5.0

8 Boto Lengket K3.1 - K3 669.37 277500 2.0 1 1 2.0 0.9

9 Kedak K3 - K2 523.27 10330300 51.3 28 5 28.0 5.0

10 Veteran Sisi K2.2 - K2 1756.11 702900 4.3 2 2 3.0 1.1


Barat -
Suparjan MW
Timur

11 Kedak K2.1 - K2 1712.65 428300 2.7 26 5 28 5.0

12 Kedak K2 - K1 1217.24 11785500 53.3 28 5 28.0 5.0

13 Supit Urang K1.1 - K1 949.1 316000 2.2 1 1 3.0 0.8

14 Kedak K1 - K 295.27 12250000 56.6 28 5 28.0 5.0


• Sistem Drainase Sub-Sistem Drainase Glodok

Tabel 5.12. Evaluasi dan Rencana Dimensi Saluran di Sub-Sistem Drainase


Glodok

No Nama Saluran Node L A (m2) Debit Dimensi Dimensi Rencana


Saluran (m3/ Eksisting
dt)
B H B H

1 Kali Sumber G4.1 - G4 780.3 193000 0.961 10.05 5.43 10.05 5.43
Jiput 1

2 Kali Glodok G4.2 - G4 409.2 27900 0.137 12.13 5.62 12.13 5.62
8

3 Kali Glodok G4-G3 686.3 460700 1.932 12.13 5.62 12.13 5.62
2

4 Kali Sumber G3.1 - G3 1940. 663000 2.360 9.89 5.37 9.89 5.37
Ngasinan 17

5 Kali Glodok G3 - G2 141.4 1131300 4.773 12.13 5.62 12.13 5.62


1

6 Urip G2.1 - G2 729.5 86300 0.465 1.1 0.9 1.10 0.90


Sumoharjo(ka) 3
Selatan

7 Sersan G2.2 - G2 452.0 116700 0.447 1.15 1.24 1.15 1.24


Suharmaji 5

8 Kali Glodok G2 - G1 20.08 1334300 5.329 12.13 5.62 12.13 5.62

9 Urip G1.1 - G1 721.4 33700 0.116 1.12 1 1.12 1.00


Sumoharji (ki) 2
Selatan

10 Kali Glodok G1 - G 83.12 1368000 4.902 12.13 5.62 12.13 5.62


• Sistem Drainase Sub Sistem Drainase Hasyim Ashari

Tabel 5.13. Perhitungan Dimensi Saluran di Sub-Sistem Drainase Hasyim Ashari

No Nama Node L A (m2) Debit Dimensi Dimensi


Saluran Saluran (m3/dt) Eksisting Rencana

B H B H

1 Raung A1.1 - A.1 454.42 629300 4.27 1.6 1.2 2.5 2.5

2 Kali A2- A1 845.51 259200 1.23 1.8 2.3 2.0 1.6


Tamanan

3 Kali A1 - A 1464.13 1359300 5.39 1.8 2.3 3.5 2.3


Tamanan

4 Raung B5.2 - B5.1 172.39 26550 0.19 1.6 1.2 1.5 0.7

5 Gor B5_1_1 - 822.16 274400 1.40 1.4 1.6 2.0 1.8


Jayabaya B5_1

6 Raung B5_1 - B5 582.81 539900 2.53 1.6 1.2 2.5 2.4

7 Semeru B6 -B5 865.82 480800 2.41 1.5 1.3 2.5 2.3

8 KH Agus B5 - B4 994.88 1186600 4.41 1.5 0.6 3.0 3.3


Salim Sisi
Selatan

9 Bandar B4 - B1 368.31 1346900 5.09 1.5 1.5 3.5 3.3


Kidul

10 Hasyim B2_1 - B2 241.55 105000 0.73 2.2 2.6 1.5 1.4


Ashari

11 Hasyim B3 - B2 629.23 303500 1.69 2.2 2.6 2.0 2.1


Ashari

12 Hasyim B2 - B1 46.99 408500 2.58 2.2 2.6 2.5 2.5


Ashari

13 Hasyim B1 - B 195.66 1755400 10.50 2.2 2.6 4.0 3.5


Ashari
• Sistem Drainase Sub Sistem Drainase Inspeksi 1
Tabel 5.14. Perhitungan Dimensi Saluran di Sub-Sistem Drainase Inspeksi 1

No Nama Node L A Debit Dimensi Dimensi


Saluran Salur (m2) (m3/dt) Eksisting Rencana
an
B H B H

1 Mojoroto B6.1 716. 96700 0.59 - - 1.0 1.1


- B6 07

2 Inspeksi 1 B6 - 220. 96700 0.61 2.1 1.9 2.1 1.9


B5 46

3 Mojoroto 3 B5.1 773. 23730 1.43 - - 1.5 1.6


- B5 71 0

4 Inspeksi 1 B5 - 403. 33400 1.91 2.1 1.9 2.1 1.9


B4 92 0

5 Mojoroto 4 B4.1 685. 11840 0.74 - - 1.0 1.3


- B4 89 0

6 Inspeksi 1 B4 - 393. 45240 2.43 2.1 1.9 2.1 1.9


B3 08 0

7 Mojoroto 5 B3.1 585. 15140 0.98 - - 1.5 1.2


- B3 09 0

8 Inspeksi 1 B3 - 296. 60380 3.13 2.1 1.9 2.5 2.0


B2 34 0

9 Mojoroto 6 B2.1 496. 12600 0.84 - - 1.5 1.1


- B2 17 0

10 Inspeksi 1 B2 - 290. 74640 3.70 2.1 1.9 2.5 2.3


B1 51 0

11 Mojoroto 7 B1.1 312. 13470 0.97 - - 1.5 1.2


- B1 66 0

12 Inspeksi 1 B1 - 153. 88110 4.34 2.1 1.9 2.5 2.6


B 1 0
• Sistem Drainase Sub Sistem Drainase Inspeksi 2

Tabel 5.15. Perhitungan Dimensi Saluran di Sub-Sistem Drainase Inspeksi 2

No Nama Node L A (m2) Debit Dimensi Dimensi


Saluran Saluran (m3/dt) Eksisting Rencana

B H B H

1 Perum C2.1 - C2 453.43 253600 1.72 - - 2.0 1.5


Mojoroto
Indah

2 Kawi C2.2 - C2 314.72 185500 1.34 - - 2.0 1.2

3 Inspeksi 2 C2 - C1 657.95 535100 3.08 1.92 1.8 2.5 1.9

4 Suparjan C1.1 - C1 964.8 253600 1.43 - - 1.5 1.6


MW Selatan

5 Jaksa Agung C1.2 - C1 636.14 192000 1.21 - - 1.5 1.4


Suprapto

6 Inspeksi 2 C1 - C 258.78 1015300 5.90 1.92 1.8 3.0 2.9


• Sistem Drainase Sub Sistem Drainase Inspeksi 3

Tabel 5.16. Perhitungan Dimensi Saluran di Sub-Sistem Drainase Inspeksi 3

No Nama Saluran Node Saluran L (m) A (m2) Deb Dimensi Dimensi


it Eksisting Rencana
(m3/
dt) B H B H

1 Veteran sisi timur D2.1 - D2 352.51 49300 0.33 1.8 1.9 1.00 0.95
2

2 Penanggungan D2.2 - D2 949.83 225200 1.17 - - 1.50 1.69


utara

3 Veteran sisi timur D2 - D1 265.82 307100 1.69 - - 2.00 1.80

4 Perum Candra D1.2 - D1 891.27 246400 1.30 - 0.7 1.70 1.68


Kirana

5 Wakhid Hasyim D1.1 - D1 1057.5 267100 1.33 - - 1.70 1.70


sisi Utara - KDP 6
Slamet

6 Veteran sisi timur D1 - D 473.14 877800 4.24 - - 3.00 2.76


• Sistem Drainase Sub Sistem Drainase Mayor Bismo

Tabel 5.17. Perhitungan Dimensi Saluran di Sub-Sistem Drainase Mayor Bismo

No Nama Node L A (m2) Debit Dimensi Dimensi


Saluran Saluran (m3/dt) Eksisting Rencana

B H B H

1 Banjaran MB6.1a 718.85 36100 0.21 - - 1.0 0.7


1 -
MB.6.1

2 Panglima MB6.1 - 423.53 102200 0.56 - - 1.0 1.1


Polim MB6

3 Joyoboyo MB12.2 122.87 41700 0.31 1.18 0.84 1.1 0.8


- Pemuda - MB12

4 Banjaran MB12.1 324.41 42200 0.28 - - 1.0 0.8


2 - MB12

5 Joyoboyo MB12 - 128.85 83900 0.56 - - 1.0 1.1


- Pemuda MB11

6 Joyoboyo MB11.1 319.34 27300 0.18 1.2 0.6 1.2 0.6


(ki) - MB11

7 Joyoboyo MB11 - 67.47 111200 0.74 - - 1.5 1.0


- Pemuda MB10

8 - MB10.1 332.34 19700 0.13 - - 1.0 0.6


- MB10

9 Joyoboyo MB10 - 91.95 130900 0.85 - - 1.5 1.1


- Pemuda MB9

10 Hayam MB9.1 - 312.21 19300 0.13 - - 1.0 0.6


Wuruk MB9
(ki)

11 Hayam MB9 - 139.99 150200 0.94 - - 1.5 1.2


Wuruk MB8
(ki)
12 Patiunus MB8.1 - 413.7 34600 0.22 - - 1.0 0.7
(ka) MB8
Utara

13 Hayam MB8 - 18.48 184800 1.17 - - 1.5 1.4


Wuruk MB7
(ki)

14 Patiunus MB7.1 - 417.08 50100 0.32 - - 1.0 0.8


(ki) Utara MB7

15 Hayam MB7 - 234.5 240200 1.40 - - 1.5 1.6


Wuruk MB6
(ki)

16 Hayam MB6 - 33.36 240200 1.43 - - 1.5 1.6


Wuruk Mb5
(ki)

17 Mayor MB5 - 9.97 240200 1.44 2.32 1.88 2.3 1.9


Bismo Mb4

18 - MB4.1 - 738.91 61400 0.35 - - 1.0 0.8


MB4

19 - MB4 - 312.94 301600 1.62 - - 1.7 1.6


MB3

20 - MB3.3. 118.37 2400 0.02 - - 0.5 0.4


3b -
MB.3.3.
3

21 - MB3.3. 302.75 43300 0.29 - - 1.0 0.8


3.a -
MB3.3.
3.

22 - MB3.3. 156.52 51300 0.34 - - 1.0 0.8


3. -
MB3.3.
2

23 - MB3.3. 309.41 44600 0.30 - - 1.0 0.8


2a -
MB3.3.
2

24 - MB3.3. 55.44 95900 0.64 - - 1.2 1.1


2-
MB3.3.

25 - MB3.3. 468.16 8500 0.05 - - 1.0 0.5


1-
MB3.3.

26 - MB3.3. 13 104400 0.70 - - 1.2 1.1


- MB3.2

27 - MB3.2. 332.11 29900 0.20 - - 1.0 0.6


1-
MB3.2

28 - MB3.2 - 224.56 137700 0.85 - - 1.2 1.3


MB3.1

29 - MB3.1. 313.67 63200 0.42 - - 1.0 0.9


1. -
MB3.1

30 - MB3.1 - 201.44 200900 1.19 - - 1.5 1.4


MB3

31 - MB3 - 985.95 570300 2.44 - - 2.0 1.9


MB2

32 - MB2.1 - 534.69 91300 0.56 - - 1.0 1.1


MB.2

33 - MB2 - 414.31 695500 2.99 - - 2.2 2.1


Mb1

34 - MB1 - 1361.1 992900 3.41 - - 2.5 2.1


MB 9

35 Teuku MB17.1 464.32 56500 0.36 - - 1.0 0.8


Umar .1 -
(ka) MB17.1
36 - MB17.1 231.26 13900 0.10 - - 0.5 0.6
.2 -
MB.17.
1

37 - MB17.1 444.15 91000 0.52 - - 1.0 1.1


- MB17

38 Dandang MB17 - 111.49 103000 0.61 2.32 1.47 2.3 1.5


an Timur MB16
Rel

39 Dandang MB16.1 428.02 40100 0.26 1.38 0.81 1.4 0.8


an Gg 2 - MB16

40 Dandang MB16 - 99.25 153500 0.89 2.32 1.47 2.3 1.5


an Timur MB15
Rel

41 Dandang MB15.1 445.42 40500 0.26 1.32 0.72 1.0 0.7


an Gg 1 - MB15

42 Mayor MB15 - 324.65 492400 2.61 2.32 1.88 2.5 2.0


Bismo MB14

43 Mayor MB14 - 770.06 732900 3.27 2.32 1.88 2.5 2.0


Bismo MB13

44 Mayor MB13 - 1474.1 732900 2.60 2.32 1.88 2.5 2.0


Bismo MB 8
• Sistem Drainase Sub Sistem Drainase Mayjend 1&2
Tabel 5.18. Perhitungan Dimensi Saluran di Sub-Sistem Drainase Mayjend 1&2

No Nama Node L A (m2) Deb Dimensi Dimensi


Saluran Saluran it Eksisting Rencana
(m3/
dt) B H B H

1 - MJ2.2b - 412. 79700 0.55 - - 1.2 1.2


MJ.2.2a 52

2 - MJ2.2a - 72.0 79700 0.58 - - 1.2 1.2


MJ2.2 2

3 Diponegoro MJ2.2c - 516. 90600 0.60 1.04 0.9 1.2 1.2


(ka) MJ.2.2 64 8

4 Diponegoro MJ2.2 - 223. 202300 1.34 1.04 0.9 1.5 1.5


(ka) MJ.2.1 92 8

5 - 7.0 - 4.0 667. 112700 0.70 - - 1.5 1.5


97

6 - 4- 252. 137500 0.87 - - 1.2 1.2


MJ.2.1 64

7 - MJ2.1 - 30.1 339800 2.22 - - 1.5 1.5


MJ2 9

8 Mayjend MJ1.1a - 517. 71400 0.47 2.13 2.0 2.2 2.2


Sungkono MJ1.1 27 5
Sisi Utara

9 Semampir MJ1.1b - 539. 57800 0.38 0.9 - 1.0 1.0


Gg Tengah MJ1.1 89

10 Mayjend MJ1.1 - 119. 129200 0.89 2.13 2.0 2.2 2.2


Sungkono MJ1 71 5
Sisi Utara
• Sistem Drainase Sub Sistem Drainase Mayjend 3&4
Tabel 5.19. Perhitungan Dimensi Saluran di Sub-Sistem Drainase Mayjend 3&4

No Nama Node L A (m2) Debi Dimensi Dimensi


Saluran Saluran t Eksisting Rencana
(m3/
dt) B H B H

1 - MJ3.5.3 338.14 49200 0.35 - 1.0 1.0


-
MJ3.5.2

2 Stasiun MJ3.5.2 228.07 26200 0.20 1.14 0.6 1.0 1.0


.a -
MJ3.5.2

3 - MJ3.5.2 107.71 90400 0.65 1.2 1.2


-
MJ.3.5.
1

4 Untung MJ3.5.1 212.12 31000 0.23 1.2 0.74 1.2 1.2


Suropati .a -
MJ.3.5.
1

5 Basuki MJ3.5.1 480.62 146960 0.90 - 1.5 1.5


Rahmat - MJ3.5
(ka)

6 Basuki MJ3.5.4 317.23 58900 0.42 - 1.0 1.0


Rahmat - MJ3.5
(ki)

7 Diponegoro MJ3.5 - 685.09 283460 1.49 1.02 0.88 1.2 1.2


(ki) MJ3.1

8 - MJ3.3.2 146.51 14500 0.11 - 0.8 0.8


.a -
MJ3.3.2

9 Brawijaya MJ3.3.2 182.3 2840 0.02 1.25 1.6 1.5 1.5


(ki) b-
MJ3.3.2
10 Brawijaya MJ3.3.2 171.13 28540 0.21 1.25 1.6 1.5 1.5
(ki) -
MJ3.3.1

11 Mongonsid MJ3.3.1 578.83 80000 0.52 1.23/1 0.75/ 1.2 1.2


i- .1b - .36 1.16
Trunojoyo MJ3.3.1
.1

12 - MJ3.3.1 148.77 23100 0.18 - 1.0 1.0


.1a -
MJ3.3.1
.1

13 Trunojoyo MJ3.3.1 141.04 120400 0.81 1.36 1.16 1.5 1.5


.1 -
MJ3.3.1

14 Brawijaya MJ3.3.1 232.71 158140 1.00 1.25 1.6 1.5 1.5


(ki) - MJ3.3

15 Yos MJ3.4 - 655.13 119300 0.75 - 1.2 1.2


Sudarso MJ3.3

16 Mayjend MJ3.3 - 12.29 277440 1.94 2 1.85 2.0 2.0


Sungkono MJ3.2
Sisi Selatan

17 Brawijaya MJ3.2.1 586.05 87700 0.56 1.25 1.6 1.5 1.5


(ki) - MJ.3.2

18 Mayjend MJ3.2 - 272.78 398040 2.50 2 1.85 2.0 2.0


Sungkono MJ3.1
Sisi Selatan

19 Mayjend MJ3.1 - 66.27 681500 3.84 2 1.85 2.5 2.3


Sungkono MJ3
Sisi Selatan
• Sistem Drainase Sub Sistem Drainase Panglima Sudirman 1

Tabel 5.20. Perhitungan Dimensi Saluran di Sub-Sistem Drainase Panglima Sudirman 1

No Nama Saluran Node L A (m2) Debit Dimensi Eksisting Dimensi


Saluran (m3/ Rencana
dt)
B H B H

1 Khairil Anwar A5.1 - 5 252.32 14900 0.1 1.3 1.15 1.3 1.3

2 Khairil Anwar A5 - A4 100.48 14900 0.1 1.3 1.15 1.3 1.3

3 Raden Patah A4.1 - 227.86 22800 0.2 - - 0.7 0.7


A4

4 Khairil Anwar A4 - A3 110.54 37700 0.3 1.3 1.15 1.3 1.3

5 Sriwijaya Barat A3.1 - 249.98 25600 0.2 - - 1.0 1.0


Rel A3

6 Khairil Anwar A3 - A1 138.15 73500 0.5 1.3 1.15 1.3 1.3

7 Patimura (ka) A2.1 - 184.15 10700 0.1 2 1.34 2.0 1.5


Barat Rel A2

8 Gunung Sari A2.2. - 133.02 8100 0.1 1.12 1.22 1.2 1.2
A2

9 Patimura (ka) A2 - A1 95.51 18800 0.1 1.85 1.15 2.0 1.5


Barat Rel

10 Patimura (ka) A1 - A 359.82 110000 0.7 1.85 1.15 2.0 1.5


Barat Rel

11 Dhoho (ka) C4.1 - C4 218.99 49100 0.4 - - 1.0 1.0


Selatan

12 Dhoho (ka) C4.2 - C4 168.97 10000 0.1 - - 0.8 0.8


Selatan

13 Setono Pande- C5 - C4 420.61 32500 0.2 2.23 1.54 2.2 1.5


Ringin Anom

14 Setono Pande- C4 - C3 99.15 5600 0.0 2.23 1.54 2.2 1.5


Ringin Anom
15 Panglima C3.1 - C3 200.54 10900 0.1 1.55 0.82 1.5 1.5
Sudirman (ka)
Utara

16 Setono Pande- C3 - C2 4.79 16500 0.1 2.23 1.54 2.2 1.5


Ringin Anom

17 Panglima C2.1 - C2 171.14 13200 0.1 1.4 0.78 1.4 1.0


Sudirman (ki)
Utara

18 Setono Pande- C2 - C1 6.93 29700 0.2 2.23 1.54 2.2 1.5


Ringin Anom

19 - C1.1 - C1 199.26 28900 0.2 - - 1.0 0.7

20 Setono Pande- C1 - C 190.56 86100 0.6 2.23 1.54 2.2 1.5


Ringin Anom

22 Patimura (ki) B1 - B 679.32 45100 0.3 2 1.34 2.0 1.3


Barat Rel

• Sistem Drainase Sub Sistem Drainase Kresek


Tabel 5.21. Perhitungan Dimensi Saluran di Sub-Sistem Kresek

No Nama Node L A Debit Dimensi Dimensi


Saluran Saluran (m2) (m3/dt) Eksisting Rencana

B H B H

1 Kali K5.2 - K5 4303.96 35778 8.15 9 3 9 3


Kresek 00

2 Bangsal K5.1 - K5 460.1 30960 1.59 6 3 6 3


0

3 Kali K5 - K4 1456.92 47283 11.48 9 3 9 3


Kresek 00

4 Letjen K4.1 - K4 595.89 28830 1.41 1 1 2 1


Sutoyo 3 0

5 Kali K4 - K3 373.24 51508 12.96 9 3 9 3


Kresek 00
6 Ahmad K3.2 - K3 782.54 29350 1.34 1 1 2 1
Yani Sisi 0
Selatan

7 - K3.1 - K.3 549.51 15520 0.77 - - 2 1


0

8 Kali K3 - K2 644.45 58386 13.79 9 3 9 3


Kresek 00

9 Adi K2.1 - K2 895.25 11170 0.49 1 1 1 1


Sucipto 0
(ka)

10 Kali K2 - K1 55.59 59503 14.45 9 3 9 3


Kresek 00

11 Adi K1.1 - K1 884.89 21980 0.97 1 1 2 1


Sucipto 0
(ki)

12 Kali K1 - K 370.61 63657 14.80 9 3 9 3


Kresek 00

• Sistem Drainase Sub Sistem Drainase Parung


Tabel 5.22. Perhitungan Dimensi Saluran di Sub-Sistem Parung

Debit Dimensi Dimensi


Node (m3/ Eksisting Rencana
A
No Nama Saluran Salura L dt)
(m2)
n B H B H

1 Akasia P7.2 - 157.25 23700 0.14 - - 0.7 0.7


P7

2 Pesantren P7.1 - 386.41 78400 1.61 - - 2 1.4


P7
3 Brigjen Pol P7 - 1766.94 37560 4.82 1 0.63 4 1.9
Imam Bahri P6 0

4 Banaran P6.1 - 1411.79 18800 2.76 - - 3 1.5


P6 0

5 Mayjend P6 - 73.58 56360 8.57 - - 5 2.5


Panjaitan P5 0

6 Kali Parung P5.1 - 741.21 17780 3.19 8.2 2.9 8.2 2.9
P5 0

7 Kali Parung P5 - 1218.78 78230 9.16 8.2 2.9 8.2 2.9


P4 0

8 Letjen Haryono - P4.1 - 1106.16 81500 1.30 1.24 1.15 3 0.9


Suparman P4

9 Kali Parung P4 - 243.01 87920 10.88 8.2 2.9 8.2 2.9


P3 0

10 Tosaren P3.1a - 1149.8 25380 4.00 - - 4 1.7


P3.1 0

11 Grogol - Tembus P3.1b 683.96 14720 2.70 5.18 2.69 5.2 2.7
Kaliombo - P3.1 0

12 Grogol - Tembus P3.1 - 252.6 44440 7.57 5.18 2.69 5.2 2.7
Kaliombo P3 0

13 Kali Parung P3 - 334.97 13580 16.08 8.2 2.9 8.2 2.9


P2 00

14 Tirto Udan P2.1b 1130.19 36880 5.85 - - 4 2.2


- P2.1 0

15 Banaran - P2.1a - 189.01 11600 2.61 6.32 2.73 6.5 2.7


Kepanjen P2.1 0

16 Banaran - P2.1 - 214.88 52580 9.10 6.32 2.73 6.5 2.7


Kepanjen P2 0

17 Kali Parung P2 - 43.61 18838 22.73 8.2 2.9 8 4.0


P1 00

18 Pakunden 1-2 P1.4a - 506.59 20120 3.94 - - 4 1.6


P1.4 0

19 Pakunden 1-2 P1.4 - 478.14 22530 4.02 - - 4 1.7


P1.3 0
20 Tinalan 1 P1.3a - 561.05 13550 2.60 - - 3 1.5
P1.3 0

21 Pakunden - P1.2a - 564.66 10990 2.10 - - 3 1.3


Cendana 2 P1.2 0

22 Cendana 1 P1.1a - 689.25 17580 3.22 0.89 0.7 4 1.4


P1.1 0

23 Kali Parung P1 - P 864.25 29354 30.69 8.2 2.9 8.2 5.9


00

• Sistem Drainase Sub Sistem Drainase Tawang

Tabel 5.23. Perhitungan Dimensi Saluran di Sub-Sistem Tawang

No Nama Saluran Node L A Debit Dimensi Dimensi


Salur (m2) (m3/d Eksisting Rencana
an t)
B H B H

1 Kali Sumber T1_2 115 935 2.28 5.24 3.56 5.2 3.6
Soyo b- 5.03 400
T1_2

2 Kali Joko Rio T1_2 226 183 14.83 3.23 2.35 3.5 3.2
a- 1.83 930
T1_2 0

3 Kali Sumber T1_2 366 707 41.71 5.24 3.56 6.0 5.0
Soyo _T1_ 4.21 020
1 0

4 Kali Sumber T1_1 271 101 7.64 5.39 3.23 5.4 3.2
Rempi a- 4.12 150
T1_1 0

5 Kali Sumber T1_1 317 881 45.62 5.24 3.56 6.0 5.5
Soyo - T1 9.63 510
0

6 - T3_1 429 363 22.71 - - 4.0 4.2


b- 8.87 097
T3_1 0

7 Karang Anyar T3_1 966. 403 4.09 0.71 1.06 2.0 1.8
a- 44 200
T3_1
8 Supersemar - T3_1 140 433 28.68 1.32 2.11 5.0 4.2
Perintis - T3 2.77 267
Kemerdekaan 0

9 Kapten Tendean T5_2 860. 183 19.03 2.75 1.81 4.0 3.6
Sisi Selatan - T5 79 460
0

10 Kapten Tendean T5_1 405. 108 12.57 2.75 1.81 3.5 2.8
Sisi Selatan - T5 92 929
1

11 Kali Sumber T5 - 111 329 29.58 4.54 3.43 6.0 3.7


Ngasinan T4 9.99 409
1

12 Kali Sumber T4_1 907. 106 10.97 4.78 3.36 4.8 3.4
Nggronggo - T4 65 810
0

13 Kali Sumber T4 - 211 526 37.34 4.78 3.36 5.0 5.4


Nggronggo T3 5.2 879
1

14 Kali Sumber T3 - 388. 967 65.65 4.78 3.36 7.0 6.7


Nggronggo T2 47 406
1

15 Kaliombo Raya T2_1 955. 243 2.48 3.56 3.41 3.6 3.4
b- 07 800
T2_1

16 Padang Padi - T2_1 104 204 2.04 0.84 1.12 2.0 1.1
Grogol Bum Asri a- 3.2 200
T2_1

17 Kaliombo Raya T2_1 522. 583 5.75 3.56 3.41 3.6 3.4
- T2 64 600

18 Kali Sumber T2 - 443. 103 67.93 4.78 3.36 7.0 6.9


Nggronggo T1 07 209
61

19 Kali Sumber T1 - 488. 192 122.8 4.78 3.36 9.0 9.5


Nggronggo T 76 692 9
61
5.3. Penyusunan Rencana Strategis

Penyusunan rencana strategis pada master plan drainase ini perlu mengacu pada
kegiatan yang telah dilaksanakan terkait drainase pada sistem drainase di Kota Kediri.
Rencana strategis ini akan disajikan pada Tabel 6.36 berikut ini yang disesuaikan dengan
pembagian sub sistem drainase pada Kota Kediri.

Tabel 5.24. Rencana Strategis terhadap permasalahan yang ada pada masing-masing Sub
Sistem Drainase Kota Kediri

Strategi / usulan
No Sub-sistem Identifikasi Masalah pemecahan masalah
1 Sub sistem Ex Saluran pembuang akhir dari Membuat saluran baru untuk
Mrican sub sistem Ex-Mrican terutama mengalirkan pembuang akhir
dari kawasan Dermo dan tersebut
Mrican selama ini dibuang
pada saluran Ex-Mrican
Saluran eksisting di sekitar Perencanaan saluran
kawasan Kampus Universitas drainase kawasan Kampus
Brawijaya adalah saluran Universitas Brawijaya
irigasi tersier
2 Sub sistem Potensi genangan pada Direncanakan box balance di
Ngampel kawasan yang dilewati rencana beberapa titik untuk
Jalan Tol mengakomodasi limpasan di
sisi barat tol agar dapat
dialirkan menuju badan air
(Kali Ngampel), tetapi
diperlukan analisis kapasitas
Kali Ngampel
Pada kawasan di Jalan Gayam Monitoring lokasi, luas, dan
beberapa titik belum ada volume genangan, serta
saluran drainase, sehingga mengidentifikasi
menimbulkan genangan pada penyebabnya.
titik-titik tersebut
Genangan di sekitar aliran Kali Dilakukan normalisasi pada
Ngampel Kali Ngampel
Kondisi tanggul Kali Ngampel
di beberapa titik (sisi setelah Pengerukan sedimentasi
Jalan Gayam) itu cukup rendah pada saluran secara berkala
sehingga debit air sungai minimal setiap 6 bulan sekali
rawan meluber ke persawahan
sekitar ketika hujan dengan
intensitas tinggi
3 Sub sistem Crossing Kali Kedak dengan Pembuatan gorong-gorong
Kedak Jalan Tol sesuai dimensi yang
dibutuhkan
Terjadi genangan di Perencanaan saluran
Perempatan Sukorame (10-20 drainase jalan raya di
cm) diakibatkan tidak adanya kawasan Jalan Dr. Saharjo
saluran pada kawasan tersebut sisi utara
di ruas Jalan Dr. Saharjo sisi
utara
Potensi genangan pada Jl. Monitoring lokasi, luas, dan
Gatot Subroto pada pertigaan volume genangan, serta
Gayam mengidentifikasi
penyebabnya
Monitoring lokasi, luas, dan
Sub sistem Potensi genangan pada Jalan volume genangan, serta
4
Inspeksi 1 KH. Ahmad Dahlan mengidentifikasi
penyebabnya.
Adanya normalisasi saluran di Melakukan normalisasi tidak
Jalan Jaksa Agung Suprapto, dengan memperdalam
tetapi normalisasi tidak sampai saluran namun menambah
Sub sistem ke hilir saluran yang lebar saluran untuk
5 Inspeksi 2 berbatasan dengan Sungai meningkatkan kapasitas
Brantas dikarenakan faktor saluran
backwater dari S. Brantas
apabila saluran diperdalam
Monitoring dan pengerukan
Sub sistem sedimentasi pada saluran
6
Inspeksi 3 secara berkala minimal
setiap 6 bulan sekali
Monitoring dan pengerukan
Sub sistem sedimentasi pada
7
Inspeksi 4 saluran secara berkala
- minimal setiap 6 bulan sekali
Potensi genangan pada jalan
Sub sistem Mayor Bismo di sebelah Monitoring lokasi, luas, dan
8
Mayor Bismo selatan Pom Bensin Mayor volume genangan, serta
Bismo akibat kurangnya street menambahkan street inlet
inlet

Potensi genangan pada Jalan


Sub Sistem Bandar Kidul, Jl. Raung, dan
9 Hasyim Jl. Semeru dikarenakan Monitoring lokasi, luas, dan
Ashari beberapa posisi street inlet volume genangan, serta
yang lebih tinggi dari elevasi mengubah letak street inlet
badan jalan

Potensi genangan pada Jalan Monitoring lokasi, luas, dan


Sub sistem Panglima Sudirman sisi utara volume genangan, serta
10
Panglima dikarenakan air kurang lancar menambahkan street inlet
Sudirman 1 mengalir ke saluran

Genangan pada Jalan


Pattimura sisi timur sampai
Perempatan Retjo Pentung,
Jalan Kilisuci sisi utara, Jalan monitoring berkala terkait
11 Sub sistem Joyoboyo sisi selatan. Air kapasitas saluran pada
Panglima limpasan mengalir ke badan kawasan ini serta
Sudirman 2 Jalan di Jalan Kilisuci, mengidentifikasi
Pattimura sisi timur, dan Jl. penyebabnya
Sam Ratulangi. Tinggi
genangan cukup tinggi yaitu
30-50 cm
Sub Sistem Genangan pada Jalan Mataram Normalisasi saluran drainase
12 Mayjend (depan Mekar Swalayan) 30- pada Jalan Mataram secara
Sungkono 1 40 cm, serta pada kondisi berkala minimal 6 bulan
dan 2 hujan dengan intensitas tinggi sekali
elevasi muka air saluran lebih
tinggi dari elevasi badan jalan
(sudah ada tanggul pada
saluran dan rawan meluber ke
badan Jalan)
Genangan pada Jl. Monitoring lokasi, luas, dan
Hassanuddin (depan Gereja volume genangan, serta
Katolik Santo Yoseph) 10-20 mengidentifikasi
cm penyebabnya.
Monitoring lokasi, luas, dan
Genangan pada Jl. KKO volume genangan, serta
Usman (30-40 cm) mengidentifikasi
penyebabnya.
Sub Sistem Monitoring lokasi, luas, dan
Mayjend Potensi genangan pada Jalan volume genangan, serta
13
Sungkono 3 Trunojoyo mengidentifikasi
dan 4 penyebabnya.

Genangan pada Jl. HOS Monitoring lokasi, luas, dan


Sub Sistem Cokroaminoto (depan Pasar volume genangan, serta
14
Parung Setono Betek) dengan tinggi mengidentifikasi
genangan 20-30 cm penyebabnya.

Potensi genangan pada Jl. Pol. Monitoring lokasi, luas, dan


Imam Bachri sisi barat volume genangan, serta
Lapangan Gajah Mada akibat mengidentifikasi
kurangnya street inlet penyebabnya.

Potensi genangan di kawasan


perempatan Bence akibat
Sub sistem belum ada saluran di sisi timur Perencanaan saluran
15
Tawang perempatan Bence (Jl. Betet- drainase kawasan
Bawang) perempatan Bence
Sub sistem Pengerukan sedimentasi
16
Kresek pada saluran secara berkala
minimal setiap 6 bulan sekali
Pengerukan sedimentasi
17 Sub sistem pada saluran secara berkala
Glodok minimal setiap 6 bulan sekali
6.4. Rencana Implementasi Penanganan

Rencana implementasi pada Master Plan Drainase Kota Kediri


direncanakan memiliki tahapan program berupa jangka pendek, jangka menengah,
serta jangka panjang. untuk lebih detail tercantum pada Tabel 5.25 berikut ini:

Tabel 5.25. Rencana Implementasi Jangka Pendek, Jangka Menengah, Jangka


Panjang setiap Subsistem.

Rencana Implementasi
Jangka Jangka Jangka
No Sub-sistem Pendek Menengah Panjang
1 Sub sistem Ex Mrican Pengerukan Pengerukan Pengerukan
sedimen secara sedimen secara sedimen secara
berkala berkala berkala
Monitoring Monitoring Monitoring
lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan
volume volume volume
genangan, serta genangan, serta genangan, serta
mengidentifikasi mengidentifikasi mengidentifikas
penyebabnya. penyebabnya. i penyebabnya.
Perencanaan Pembangunan Monotoring
saluran saluran pembuang kinerja saluran
pembuang akhir akhir dari sub pembuang akhir
dari sub sistem sistem Ex-Mrican dari sub sistem
terutama dari Ex-Mrican
Ex-Mrican
kawasan Dermo terutama dari
terutama dari
dan Mrican kawasan Dermo
kawasan Dermo dan Mrican
dan Mrican
2 Sub sistem Ngampel Pengerukan Pengerukan Pengerukan
sedimen secara sedimen secara sedimen secara
berkala berkala berkala
(Potensi genangan pada Jl. Perencanaan Pembangunan Monitoring
Gayam ) saluran drainase saluran drainase kinerja saluran

(Kondisi tanggul Kali Perencanaan Pembangunan Monitoring


Ngampel di beberapa titik sisi dimensi perbaikan tanggul sungai di kinerja tanggul
setelah Jalan Gayam terlalu tanggul di beberapa titik
rendah) beberapa titik
Monitoring Monitoring Monitoring
lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan
volume volume volume
genangan, serta genangan, serta genangan, serta
mengidentifikasi mengidentifikasi mengidentifikas
penyebabnya. penyebabnya. i penyebabnya.
3 Sub sistem Kedak Pengerukan Pengerukan Pengerukan
sedimen secara sedimen secara sedimen secara
berkala berkala berkala
(Potensi genangan pada Jl. Dr. Monitoring Monitoring Monitoring
Saharjo sisi utara) lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan
volume volume volume
genangan, serta genangan, serta genangan, serta
mengidentifikasi mengidentifikasi mengidentifikas
penyebabnya. penyebabnya. i penyebabnya.
Perencanaan Pembangunan Monitoring
saluran Crossing saluran Crossing kinerja pada
Kali Kedak Kali Kedak saluran crossing
dengan Jalan Tol dengan Jalan Tol Kali Kedak
dengan jalan
toll.
Perencanaan Pembangunan Monitoring
saluran drainase saluran drainase lokasi, luas, dan
jalan raya di jalan raya di volume
kawasan Jalan kawasan Jalan Dr. genangan, serta
Saharjo sisi utara
Dr. Saharjo sisi mengidentifikas
utara i penyebabnya.
4 Sub sistem Inspeksi 1 Monitoring Monitoring Monitoring
lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan
volume volume volume
genangan, serta genangan, serta genangan,
mengidentifikasi mengidentifikasi serta
penyebabnya. penyebabnya. mengidentifikasi
penyebabnya.
(Potensi genangan pada Jl. Pengerukan Pengerukan Pengerukan
KH. Ahmad Dahlan) sedimen secara sedimen secara sedimen secara
berkala berkala berkala
5 Sub sistem Inspeksi 2 Monitoring Monitoring Monitoring
lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan
volume volume volume
genangan, serta genangan, serta genangan,
mengidentifikasi mengidentifikasi serta
penyebabnya. penyebabnya. mengidentifikasi
penyebabnya.
(Potensi genangan pada Jalan Pengerukan Pengerukan Pengerukan
Jaksa Agung Suprapto) sedimen secara sedimen secara sedimen secara
berkala berkala berkala
6 Sub sistem Inspeksi 3 Monitoring Monitoring Monitoring
lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan
volume volume volume
genangan, serta genangan, serta genangan,
mengidentifikasi mengidentifikasi serta
penyebabnya. penyebabnya. mengidentifikasi
penyebabnya.
Pengerukan Pengerukan Pengerukan
sedimen secara sedimen secara sedimen secara
berkala berkala berkala
7 Sub sistem Inspeksi 4 Monitoring Monitoring Monitoring
lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan
volume volume volume
genangan, serta genangan, serta genangan,
mengidentifikasi mengidentifikasi serta
penyebabnya. penyebabnya. mengidentifikasi
penyebabnya.
Pengerukan Pengerukan Pengerukan
sedimen secara sedimen secara sedimen secara
berkala berkala berkala
8 Sub sistem Mayor Bismo Monitoring Monitoring Monitoring
lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan
volume volume volume
genangan, serta genangan, serta genangan,
mengidentifikasi mengidentifikasi serta
penyebabnya. penyebabnya. mengidentifikasi
penyebabnya.
(Potensi genangan pada jalan Perencanaan street Pembangunan Monitoring
Mayor Bismo disebelah selatan inlet street inlet kinerja street
Pom Bensin Mayor Bismo) inlet
Pengerukan Pengerukan Pengerukan
sedimen secara sedimen secara sedimen secara
berkala berkala berkala
9 Sub Sistem Hasyim Ashari Monitoring Monitoring Monitoring
lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan
volume volume volume
genangan, serta genangan, serta genangan,
mengidentifikasi mengidentifikasi serta
penyebabnya. penyebabnya. mengidentifikasi
penyebabnya.
Pengerukan Pengerukan Pengerukan
sedimen secara sedimen secara sedimen secara
berkala berkala berkala
10 Sub sistem Panglima Monitoring Monitoring Monitoring
Sudirman 1 lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan
volume volume volume
genangan, serta genangan, serta genangan,
mengidentifikasi mengidentifikasi serta
penyebabnya. penyebabnya. mengidentifikasi
penyebabnya.
Potensi genangan pada Jalan Normalisasi Normalisasi Normalisasi
Panglima Sudirman sisi utara saluran beserta saluran beserta saluran beserta
dikarenakan air kurang lancar street inlet street inlet street inlet
mengalir ke saluran
Pengerukan Pengerukan Pengerukan
sedimen secara sedimen secara sedimen secara
berkala berkala berkala
11 Sub sistem Panglima Monitoring Monitoring Monitoring
Sudirman 2 lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan
volume volume volume
genangan, serta genangan, serta genangan,
mengidentifikasi mengidentifikasi serta
penyebabnya. penyebabnya. mengidentifikasi
penyebabnya.
(Potensi genangan pada Jalan Normalisasi Normalisasi Normalisasi
Pattimura sisi timur sampai saluran beserta saluran beserta saluran beserta
Perempatan Retjo Pentung, fasilitas saluran fasilitas saluran fasilitas saluran
Jalan Kilisuci sisi utara, Jalan
Joyoboyo sisi selatan)
Pengerukan Pengerukan Pengerukan
sedimen secara sedimen secara sedimen secara
berkala berkala berkala
12 Sub Sistem Mayjend Monitoring Monitoring Monitoring
Sungkono 1 dan 2 lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan
volume volume volume
genangan, serta genangan, serta genangan,
mengidentifikasi mengidentifikasi serta
penyebabnya. penyebabnya. mengidentifikasi
penyebabnya.
(Potensi genangan pada Jalan Normalisasi Normalisasi Normalisasi
Mataram depan Mekar saluran Jl. saluran Jl. saluran Jl.
Swalayan) Mataram Mataram Mataram
Pengerukan Pengerukan Pengerukan
sedimen secara sedimen secara sedimen secara
berkala berkala berkala

13 Sub Sistem Mayjend Monitoring Monitoring Monitoring


Sungkono 3 dan 4 lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan
volume volume volume
genangan, serta genangan, serta genangan,
mengidentifikasi mengidentifikasi serta
penyebabnya. penyebabnya. mengidentifikasi
penyebabnya.

(Potensi genangan pada Jalan Normalisasi Normalisasi Normalisasi


Trunojoyo) saluran saluran saluran
Pengerukan Pengerukan Pengerukan
sedimen secara sedimen secara sedimen secara
berkala berkala berkala
14 Sub Sistem Parung Monitoring Monitoring Monitoring
lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan
volume volume volume
genangan, serta genangan, serta genangan,
mengidentifikasi mengidentifikasi serta
penyebabnya. penyebabnya. mengidentifikasi
penyebabnya.
(Potensi genangan pada Jl. Normalisasi Normalisasi Normalisasi
HOS Cokro Aminoto (depan sungai beserta sungai beserta sungai beserta
Pasar Setono Betek) fasilitasnya fasilitasnya fasilitasnya
(Potensi genangan pada Jl. Perencanaan street Pembangunan Monitoring
Pol. Imam Bachri sisi barat inlet street inlet kinerja street
Lapangan Gajah Mada) inlet
Pengerukan Pengerukan Pengerukan
sedimen secara sedimen secara sedimen secara
berkala berkala berkala
15 Sub sistem Tawang Monitoring Monitoring Monitoring
lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan
volume volume volume
genangan, serta genangan, serta genangan,
mengidentifikasi mengidentifikasi serta
penyebabnya. penyebabnya. mengidentifikasi
penyebabnya.
(Potensi genangan di Normalisasi Normalisasi Normalisasi
kawasan perempatan Bence sungai beserta sungai beserta sungai beserta
akibat belum ada saluran fasilitasnya fasilitasnya fasilitasnya
disisi timur perempatan Bence
(Jl. Betet-Bawang))
Pengerukan Pengerukan Pengerukan
sedimen secara sedimen secara sedimen secara
berkala berkala berkala
16 Sub sistem Kresek Monitoring Monitoring Monitoring
lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan
volume volume volume
genangan, serta genangan, serta genangan,
mengidentifikasi mengidentifikasi serta
penyebabnya. penyebabnya. mengidentifikasi
penyebabnya.

Pengerukan Pengerukan Pengerukan


sedimen secara sedimen secara sedimen secara
berkala berkala berkala
17 Sub sistem Glodok Monitoring Monitoring Monitoring
lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan lokasi, luas, dan
volume volume volume
genangan, serta genangan, serta genangan,
mengidentifikasi mengidentifikasi serta
penyebabnya. penyebabnya. mengidentifikasi
penyebabnya.
Pengerukan Pengerukan Pengerukan
sedimen secara sedimen secara sedimen secara
berkala berkala berkala
BAB VI

REKOMENDASI

Berdasarkan hasil identifikasi, evaluasi dan perencanaan terhadap sistem drainase Kota
Kediri, maka dapat disusun rekomendasi sebagai berikut.

a. Sub Sistem Ex Mrican

● Penataan saluran Ex Mrican menjadi badan air penerima utama pada sistem drainse
Ex Mrican sebelum dialirkan ke Kali Brantas.

● Perencanaan yang mengintegrasikan sistem drainase jalan tol dengan sistem


drainase eksisting.

● Pembuatan saluran drainase utama di sekitar kawasan Kampus Brawijaya untuk


mengakomodasi pengembangan Kampus Brawijaya di Kediri.

b. Sub Sistem Ngampel


● Normalisasi sungai (hulu - hilir) sesuai debit banjir rencana.
● Pembangunan busem di area hulu untuk menurunkan debit puncak.
● Peninggian tanggul sungai.
● Pemasangan gorong-gorong (box penyeimbang) melintang badan jalan tol untuk
mengalirkan limpasan dari sisi barat ke sisi timur trase tol dengan dimensi lebar
2,50 m, ketinggian 2,0 m setiap jarak 50 m pada area-area yang pada kondisi
eksisting mengalami genangan (area cekungan).
● Pembangunan jembatan dengan bentang sesuai rekomendasi master plan
● Pembuatan saluran kolektor di sisi timur jalan tol untuk mengalirkan air dari box
penyeimbang menuju sistem drainase utama.
● Pembangunan busem pada kawasan Bayak hulu dengan kapasitas 70.000 m3.
● Pembangunan busem pada kawasan Ngampel hulu dengan kapasitas 60.000 m3.

c. Sub Sistem Kedak


● Normalisasi sungai untuk menambah kapasitas alir.
● Pembuatan tampungan (kolam retensi, kolam detensi, long storage, dsb) jika
memungkinkan pada kawasan yang tergenang.
● Pembuatan saluran pada rencana frontage Jalan Tol untuk membagi aliran
langsung menuju Kali Brantas.
● Penataan kawasan resapan terutama pada area padat pemukiman.

d. Sistem Inspeksi 2
• Penyesuaian elevasi dasar saluran di hilir untuk memperlancar aliran menuju Kali
Brantas
• Pembuatan sumur resapan (jika memungkinkan) di area genangan

e. Sistem Kali Glodok

● Pembuatan tampungan di sekitar area yang mengalami genangan.

● Penataan kawasan resapan.

● Pembuatan outlet baru menuju Kali Brantas.

f. Pembangunan saluran outlet 1.50 x 1.50 m di Jl. Yos Sudarso menuju Kali Brantas.
g. Pengalihan aliran dari Jl. Joyoboyo menuju Jl. Pattimura (setelah outlet Jl. Yos Sudarso
terbangun) untuk membagi aliran yang selama ini membebani SAluran Jl. Kilisuci
h. Penambahan atau pembuatan street inlet pada area-area yang mengalami genangan
terutama dengan tipe bukan horizontal atau kombinasi horizontal-vertikal untuk
mempercepat pengaliran air dari badan jalan menuju saluran.
i. Pengerukan sedimen pada saluran-saluran drainase kota secara berkala untuk
mengembalikan kapasitas alir saluran.
j. Pembuatan sumur resapan skala rumah tangga untuk memperbesar infiltrasi.
k. Penataan crossing saluran pada jalan masuk pada area pondok dengan dimensi 2 m x 2
m.
l. Penerapan kebijakan zero delta Q policy pada area/kawasan yang akan terbangun.
m. Penentuan jenis pohon yang ditanam pada trotoar yang akarnya tidak merusak struktur
saluran.

Anda mungkin juga menyukai