Anda di halaman 1dari 12

EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN DI KOTA KEDIRI

TAHUN 2003 2013


Oleh:
*Anggita S. E. P
Universitas Negeri Malang
E-mail: hinata_hirohyuuga@ymail.com
Pembimbing: (1) Drs. Sudarno Herlambang, M.Si
(2) Satti Wagistina, S.P, M.Si

ABSTRAK: Kota Kediri merupakan kota yang ditetapkan menjadi daerah otonomi yang mengatur
daerah pemerintahannya sendiri dan terpisah dengan daerah Kabupaten Kediri sejak tahun 1999
berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
Dalam merespon berbagai isu dan tantangan pembangunan yang aktual dalam era otonomi daerah,
maka keberadaan visi penyelenggaraan penataan ruang (pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan
pengawasan penataan ruang) menjadi sangat penting. Hal tersebut diperlukan guna menekan
adanya ketidaksesuaian dalam penggunaan lahan agar tetap konsisten sesuai dengan rencana
penggunaan lahan dalam RDTRK (Rencana Detail Tata Ruang Kota) yang telah disusun.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan kondisi penggunaan lahan di Kota Kediri
berdasarkan RDTRK Kediri Tahun 2003-2013 dan kondisi penggunaan lahan di lapangan
(eksisting), (2) mengevaluasi konsistensi (tingkat kesesuaian) penggunaan lahan di Kota Kediri
berdasarkan RDTRK tahun 2003-2013 dan peta eksisting tahun 2009, dan (3) mengetahui faktor-
faktor penyebab terjadinya ketidaksesuaian penggunaan lahan di Kota Kediri. Penelitian ini
menggunakan metode survei dengan analisis SIG (Sistem Informasi Geografi) yang dilakukan
dengan tumpang susun (overlay) peta. Tumpang susun (overlay) dilakukan terhadap peta rencana
penggunaan lahan dalam RDTRK Kediri Tahun 2003-2013 dengan peta eksisting tahun 2009
sehingga dapat diketahui konsistensi penggunaan lahan yang terjadi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat penyimpangan atau ketidaksesuaian penggunaan lahan dengan persentase 56,3 %
dari luas keseluruhan Kota Kediri. Tingkat penyimpangan yang tinggi ini menunjukkan bahwa
belum terdapat kesesuaian atau konsistensi (tingkat kesesuaian) penggunaan lahan kawasan
perkotaan di Kota Kediri apabila didasarkan pada RDTRK tahun 2003-2013 dan eksisting tahun
2009.

Kata kunci: Penataan Ruang, RDTRK, Penggunaan Lahan, Kota
















*Anggita S. E. P: Mahasiswa Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang.
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan wilayah kota tidak hanya disebabkan karena pertumbuhan
penduduk. Faktor utama yang menyebabkan pembangunan wilayah kota adalah
adanya kebijakan pemerintah pusat tentang berlakunya otonomi daerah yang
tentunya menuntut adanya pertumbuhan dan pembangunan wilayah kota di daerah
otonom baru. Seperti halnya Kota Kediri, sesuai dengan ketentuan Undang-
Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, wilayah Kota Kediri
menjadi daerah otonomi dan terpisah dari wilayah kabupaten yang lebih dulu ada.
Seiring dengan adanya perkembangan, Undang-Undang Nomor 22 tahun
1999 dinilai sudah tidak efektif lagi, sehingga diganti dan disempurnakan dengan
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah, yang kemudian menjadi dasar hukum pelaksanaannya dimana otonomi
memberikan kebebasan pada pemerintahan kabupaten atau pemerintahan kota
untuk mengatur wilayahnya sendiri.
Otonomi mendorong daerah untuk memberdayakan sumber daya baik fisik
ataupun non fisik yang ada di wilayahnya. Pemberdayaan sumberdaya fisik
bertujuan untuk kelangsungan dan kemajuan daerahnya sendiri, sehingga
Pemerintah Daerah melakukan pembangunan ruang kota karena seiring dengan
perkembangannya, Kota Kediri sebagai daerah otonom dituntut untuk
meningkatkan kelengkapan fasilitas dan utilitas kota dengan tujuan peningkatan
kesejahteraan masyarakat Kota Kediri. Pembangunan inilah yang kemudian
menyebabkan adanya ketidaksesuaian antara penggunaan lahan sesuai rencana
dengan keadaan di lapangan (eksisting).
Berdasarkan data pada RDTRK, dapat diketahui bahwa penggunaan atau
pemanfaatan lahan di Kota Kediri yang diperuntukkan bagi sawah/ tegalan adalah
seluas 2.244,64 Ha (35,40%). Penggunaan lahan untuk perumahan 922,50 Ha
(14,55%), perdagangan dan jasa 63,69 Ha (2,35%), dan industri dan pergudangan
341,00 Ha (5,38%) dengan jumlah keseluruhan 1327,19 Ha (22,28%), padahal
pada data penggunaan lahan eksisting tahun 2009, lahan yang digunakan untuk
sawah/tegalan menjadi 3724,61 Ha (58,74%), perumahan 1642,06 Ha (25,89%),
perdagangan dan jasa 148,95 Ha (148,95%), dan industri dan pergudangan seluas
176,59 Ha (2,79%). Hal ini menunjukkan terjadinya perubahan penggunaan lahan
di Kota Kediri, sehingga perlu dilakukan tindakan evaluasi penggunaan lahan di
Kota Kediri terutama pada tahun 2003-2013.

B. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan kondisi penggunaan
lahan di Kota Kediri berdasarkan RDTRK Kediri Tahun 2003-2013 dan kondisi
penggunaan lahan di lapangan (eksisting), (2) mengevaluasi konsistensi (tingkat
kesesuaian) penggunaan lahan di Kota Kediri berdasarkan RDTRK tahun 2003-
2013 dan peta eksisting tahun 2009, dan (3) mengetahui faktor-faktor penyebab
terjadinya ketidaksesuaian penggunaan lahan di Kota Kediri.

C. KEGUNAAN PENELITIAN
1. Bagi peneliti
2. Bagi masyarakat
3. Bagi pemerintah daerah

D. KAJIAN PUSTAKA
1. Penataan Ruang
2. Rencana Detail Tata Ruang Kota
3. Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Kediri
4. Evaluasi Rencana Detail Tata Ruang Kota
5. Kondisi Kualitas Tata Ruang Kota
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi RDTRK
7. Kawasan Kota
8. Penggunaan Lahan
9. Analisis Spasial

E. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan analisis SIG (Sistem
Informasi Geografi) yang dilakukan dengan tumpang susun (overlay) peta.
Tumpang susun (overlay) dilakukan terhadap peta rencana penggunaan lahan
dalam RDTRK Kediri Tahun 2003-2013 dengan peta eksisting tahun 2009
sehingga dapat diketahui konsistensi penggunaan lahan yang terjadi.

F. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan lahan pada RDTRK dan
eksisting berbeda. Perbedaan penggunaan lahan di Kota Kediri terletak pada
keberadaan RTH non hijau pada penggunaan lahan eksisting 2009 dan tidak ada
pada rencana penggunaan lahan dalam RDTRK/ RTRW tahun 2003-2013.
Terdapat penyimpangan atau ketidaksesuaian penggunaan lahan dengan
luasan 3569,9 Ha atau persentase 56,3% dari luas keseluruhan Kota Kediri.
Tingkat penyimpangan yang tinggi ini menunjukkan bahwa belum terdapat
kesesuaian atau konsistensi (tingkat kesesuaian) penggunaan lahan kawasan
perkotaan di Kota Kediri apabila didasarkan pada RDTRK tahun 2003-2013 dan
eksisting tahun 2009. Oleh sebab itu, diperlukan adanya revisi rencana tata ruang
karena adanya ketidaksesuaian yang membentuk struktur dan pemanfaatan ruang
yang berbeda dengan yang sebelumnya direncanakan dalam RDTRK.
Khususnya di Kota Kediri, perubahan penggunaan lahan yang terjadi
adalah bertambahnya lahan permukiman dan sawah atau tegalan serta
berkurangnya kawasan konservasi. Peningkatan luas daerah pertanian terutama
penggunaan untuk sawah/ tegalan merupakan hal yang jarang terjadi pada
kawasan kota, tetapi hal ini justru terjadi pada Kota Kediri. Undang-undang
otonomi baru yang memisahkan daerah pemerintahan Kota Kediri dengan
Kabupaten Kediri menyebabkan Kota Kediri harus dapat mengembangkan
daerahnya sendiri. Kabupaten Kediri merupakan daerah yang menempatkan sektor
pertanian sebagai sektor unggulan karena wilayahnya yang dominan dengan
kawasan pertanian. Berlatar belakang riwayat tersebut, Kota Kediri bermaksud
mengembangkan sendiri kawasan pertaniannya yang semula mengandalkan
Kabupaten Kediri.
Berdasarkan survei lapangan dan digitasi peta serta hasil penelitian yang
dilakukan, diperoleh hasil bahwa terjadinya ketidaksesuaian penggunaan lahan di
Kota Kediri khususnya pada BWK B memiliki pola persebaran teratur. Hal ini
dapat dibuktikan dengan adanya alih fungsi lahan permukiman menjadi daerah
perdagangan dan jasa yang memiliki pola linier di sepanjang jalan Dhoho pada
Kecamatan Kota, Kota Kediri. Pengelompokan atau aglomerasi kawasan
perdagangan dan jasa tersebut dapat terjadi salah satunya karena faktor lokasi
strategis. Lokasi strategis yang merupakan daerah aglomerasi perdagangan dan
jasa berada di pusat kota tepatnya terdapat di Jalan Dhoho, Kecamatan Kota, Kota
Kediri pada BWK (Bagian Wilayah Kota) B.
Terjadinya aglomerasi (pengelompokan atau pemusatan fasilitas pada
daerah tengah) perdagangan dan jasa dapat menyebabkan persebaran kawasan
perdagangan dan jasa tidak merata. Ketika kawasan perdagangan dan jasa tidak
merata, maka perkembangan tiap BWK akan berbeda satu dengan yang lain
sehingga kemudian menimbulkan disparitas pembangunan. Disparitas
pembangunan yang dimaksud adalah kesenjangan antara daerah yang telah
dilakukan pembangunan (kawasan perdagangan dan jasa) dengan daerah yang
belum. Kesenjangan dapat terjadi pada BWK A dan C yang bukan merupakan
daerah pusat perdagangan dan jasa seperti pada BWK B. Hal itu menyebabkan
kesulitan pemenuhan kebutuhan masyarakat di BWK A dan C karena faktor
keterjangkauan. Secara umum, perkembangan daerah dan ekonomi masing-
masing BWK akan berbeda. Upaya mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan
cara pembangunan kawasan perdagangan dan jasa pada BWK yang belum
mengembangkannya. Pada BWK A sudah mulai dikembangkan pada daerah
sepanjang Kelurahan Bandar Kidul, Bandar Lor, Sukorame, Ngampel, dan
Mrican, yang berpola linier, sedangkan pada BWK C hanya terdapat sebagian
kecil di Kelurahan Pesantren.
Adanya ketidaksesuaian disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya
adalah sebagai berikut:
a. Menurut Pemerintah Daerah
1) Kurang optimalnya koordinasi antar dinas terkait penataan ruang maupun
antara pemerintah dengan masyarakat terkait penggunaan lahan di Kota
Kediri.
2) Kepentingan pihak ketiga/ swasta (investor/developer) atau pengguna
lahan yang bertentangan dengan peruntukan lahan.
3) Penegakan hukum yang kurang tegas dan konsisten serta lemahnya
pengawasan terhadap penyelenggaraan RDTRK Kediri.
4) Kurangnya sosialisasi, informasi, dan pengetahuan terkait penggunaan
lahan dari pemerintah kepada masyarakat.
5) Tidak adanya konsistensi dalam pelaksanaan RTRW dan RDTRK.
b. Menurut tokoh masyarakat
1) Tidak adanya sosialisasi dari pemerintah baik mengenai rencana tata ruang
maupun IMB (Ijin Mendirikan Bangunan) dan pentingnya pemahaman dan
pengetahuan tentang hal tersebut. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya
masyarakat yang belum mempunyai IMB terutama di daerah pedesaan
seperti Kelurahan Ngronggo, Rejomulyo, Blabak, Manisrenggo, dan lain-
lain. Adapun masyarakat yang mengetahui mengenai IMB tetapi tidak
memilikinya karena biaya pemrosesannya yang mahal dari pemerintah.
2) Kurang adanya inisiatif dan tindakan tegas dari pemerintah mengenai
ketidaksesuaian penggunaan lahan. Adanya pembangunan mall besar
seperti Ramayana Mall (Sudirman Square) yang belum memiliki IMB
sebelum dan saat melakukan pembangunan. Hal itu yang kemudian
menimbulkan konflik sosial (protes) oleh mahasiswa peduli lingkungan
terhadap pihak developer.
3) Tidak ada koordinasi antara pemerintah dan masyarakat mengenai rencana
tata ruang sehingga masyarakat tidak dapat berpartisipasi di dalamnya,
bahkan masyarakat merasa asing dengan adanya rencana tata ruang.
Banyak masyarakat yang tidak mengetahui tentang tata ruang di kotanya
sendiri (terutama masyarakat pedesaan) apalagi mengenai perencanaan,
pemanfaatan, dan pengendaliannya. Kurangnya pengetahuan tersebut
menyebabkan masyarakat berlaku seenaknya.

G. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Perbedaan penggunaan lahan di Kota Kediri terletak pada keberadaan
RTH non hijau pada penggunaan lahan eksisting 2009 dan tidak ada pada
rencana penggunaan lahan dalam RDTRK/ RTRW tahun 2003-2013.
Pergeseran penggunaan lahan untuk sawah/tegalan terjadi pada tahun 2010
dengan peningkatan luas dari tahun 2009.
2. Penggunaan lahan kawasan perkotaan di Kota Kediri berdasarkan RDTRK
tahun 2003-2013 dan 2009 belum konsisten. Terdapat penyimpangan atau
ketidaksesuaian penggunaan lahan dengan luasan 3569,9 Ha atau
persentase 56,3% dari luas keseluruhan Kota Kediri.
3. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian penggunaan
lahan di Kota Kediri di antaranya adalah (a) kurang optimalnya koordinasi
antar dinas terkait penataan ruang maupun antara pemerintah dengan
masyarakat terkait penggunaan lahan di Kota Kediri; (b) kepentingan
pihak ketiga/ swasta (investor/developer) atau pengguna lahan yang
bertentangan dengan peruntukan lahan; (c) penegakan hukum yang kurang
tegas dan konsisten serta lemahnya pengawasan terhadap penyelenggaraan
RDTRK Kediri, (d) kurangnya sosialisasi, informasi, dan pengetahuan
terkait penggunaan lahan dari pemerintah kepada masyarakat; (e) tidak
adanya konsistensi dalam pelaksanaan RDTRK Kediri.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan analisis yang telah diuraikan di atas dapat
diberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Adanya koordinasi terutama antara Bappeda dengan Dinas Tata Ruang dan
BPN untuk membahas lebih intensif mengenai analisis dan pertimbangan
dalam penggunaan lahan serta mempertahankan konsistensi penggunaan
lahan agar tidak menimbulkan dampak sosial dan lingkungan.
2. Dilakukan revisi secepatnya terhadap ketidaksesuaian yang terjadi pada
rencana penggunaan lahan dengan melibatkan seluruh bagian BKPRD
(Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah) yang dapat menjadi filter dan
pertimbangan dalam menyusun perencanaan tata ruang sebelum
disosialisasikan kepada masyarakat.
3. Perlu penanganan lebih intensif terhadap faktor-faktor yang berperan
dalam menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian penggunaan lahan di Kota
Kediri di antaranya (a) diberlakukan sanksi/ denda bagi penggunaan yang
tidak sesuai dengan rencana penggunaan lahan yang telah disusun, (b)
penegakan sistem hukum dengan tegas dan konsisten serta pengawasan
terhadap penyelenggaraan RDTRK Kediri (perombakan sistem menjadi
lebih ketat oleh pemerintah), (c) meningkatkan sosialisasi mengenai
rencana tata ruang atau penggunaan lahan (penyuluhan/ publikasi) dan
IMB (penertiban jalur IMB sesuai prosedur) kepada masyarakat disertai
analisis mengenai dampak lingkungan akibat ketidaksesuaian penggunaan
lahan, (d) adanya konsistensi terhadap pelaksanaan RTRW/ RDTRK
didasari dari kesadaran dari pemerintah, masyarakat dan pihak swasta.

H. DAFTAR RUJUKAN
Alemina, Eva, et. al. 2011. Penyimpangan Penggunaan Lahan di DAS Krueng
Aceh Berdasarkan Zona Agroekologi. Jurnal diakses tanggal 15
Februari 2012. Banda Aceh: Tsunami and Disaster Mitigation Research
Center (TDMRC) Universitas Syiah Kuala.
Badan Pusat Statistik Kota Kediri. 2003. Kota Kediri Dalam Angka Tahun
2003. Kediri: Badan Pusat Statistik Kota Kediri.
Badan Pusat Statistik Kota Kediri. 2008. Kota Kediri Dalam Angka Tahun
2008. Kediri: Badan Pusat Statistik Kota Kediri.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kediri. 2008. Kota Kediri Dalam Angka
Tahun 2008. Kediri: Badan Pusat Statistik Kota Kediri.
Badan Pusat Statistik Kota Kediri. 2009. Kota Kediri Dalam Angka Tahun
2009. Kediri: Badan Pusat Statistik Kota Kediri.
Badan Pusat Statistik Kota Kediri. 2010. Kota Kediri Dalam Angka Tahun
2010. Kediri: Badan Pusat Statistik Kota Kediri.
Bappeda Kota Kediri. 2002. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Kediri 2003-
2013. Kediri: Pemkot Kediri.
Bappeda Kota Kediri. 2002. Rencana Detail Tata Ruang Kota Kediri 2003-
2013. Kediri: Pemkot Kediri.
Bappeda Kota Kediri. 2010. Album Peta Kota Kediri 2010 (Penyusunan dan
Pengumpulan Data/ Informasi Kebutuhan Penyusunan Dokumen
Perencanaan). Kediri: Pemkot Kediri.
Badruddin, Syamsiah. Teori dan Indikator Pembangunan. (Online),
(http://profsyamsiah.wordpress.com/2009/03/19/pengertian-
pembangunan/, diakses tanggal 13 Desember 2012).
Branch C. Melville. 1995. Perencanaan Kota Komprehensif: Pengantar dan
Penjelasan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Budiharjo, Eko. 1996. Tata Ruang Perkotaan. Bandung: PT. Alumni.
Dakhlan. Letak Geologis I Letak Geomorfologis I Letak Geografis I Letak
Maritim. (Online), (http://iptekdakhlan.blogspot.com/2009/07/letak-
geologis-i-letak-geomorfologis-i.html, diakses tanggal 25 Februari
2012).
Daldjoeni, N. 1999. Geografi Kota dan Desa. Bandung: PT. Alumni.
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kediri. 2010. Data
Kependudukan Kota Kediri Tahun 2010. Kediri: Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kota Kediri.
Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Kota Kediri. 2010. Data Curah Hujan Kota
Kediri Tahun 2001-2010. Kediri: Dinas Pekerjaan Umum Pengairan
Kota Kediri.
Dinas Penataan Ruang (website). Pengertian Tata Ruang Kota. (Online),
(http://www.penataanruang-sumut.net/referensi/pengertian-tata-ruang-
kota, diakses tanggal 13 Desember 2011).
Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum. 2008.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/2008 Tentang
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan.
Kediri: Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Kediri.
Direktorat Jendral PHKA Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999.
Undang-Undang Republik Indonesia No.41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan. (Online), (http://www.ditjenphka.go.id/kawasan/kk.php,
diakses tanggal 29 Juli 2012).
DPR RI (website). Masalah Perkotaan Disebabkan Inkonsistensi Pemerintah
Dalam Rencana Tata Ruang. (Online),
(http://dpd.go.id/2010/07/masalah-perkotaan-disebabkan-inkonsistensi-
pemerintah-dalam-rencana-tata-ruang, diakses tanggal 13 Desember
2011).
DPR RI (website). Undang-Undang Republik Indonesia No.4 Tahun 1992
Tentang Perumahan dan Permukiman. (Online).
(www.penataanruang.net/taru/hukum/UU_4_1992.pdf, diakses tanggal
29 Juli 2012).
DPR RI (website). Undang-Undang Republik Indonesia No.10 Tahun 2009
Tentang Kepariwisataan. (Online). (www.budpar.go.id/.../4636_1364-
UUTentangKepariwisataannet1.pdf, diakses tanggal 29 Juli 2012).
Hidayati. 2000. Penataan Ruang dan Perkembangan Paradigma
Pembangunan. Jakarta.
Ibrahim, S. 1998. Pengendalian Pemanfaatan Ruang yang Terpadu. Jakarta:
Dir. Bipram, Dirjen Bangde, Depdagri.
Kantor Kecamatan Kota, Kota Kediri. 2010. Monografi Kecamatan Kota,
Kota Kediri. Kediri: Kantor Kecamatan Kota, Kota Kediri

Kantor Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. 2010. Monografi Kecamatan
Mojoroto, Kota Kediri. Kediri: Kantor Kecamatan Mojoroto, Kota
Kediri
Kantor Kecamatan Pesantren, Kota Kediri. 2010. Monografi Kecamatan
Pesantren, Kota Kediri. Kediri: Kantor Kecamatan Pesantren, Kota
Kediri
Karmisa, I, et Al. 1990. Administrasi Lingkungan (Tata Ruang). Jakarta:
Kantor Menteri Negara.
Masyhari, Nanang. Berita Jatim: Unibraw Kediri Pilih di Barat Sungai.
(Online),
(http://www.beritajatim.com/detailnews.php/11/Pendidikan_&_Kesehat
an/2011-11-
12/117565/Unibraw_Kediri_Pilih_di_Barat_Sungai_Brantas, diakses
tanggal 10 Januari 2012).
Menteri Pekerjaan Umum. Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang
Kawasan Perkotaan. (Online).
(www.penataanruang.net/taru/nspm/11/bab5.pdf, diakses tanggal 2
Maret 2012).
Pemerintah Kota Kediri. 2010. Sosialisasi Undang-Undang RI No.26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang. Kediri: Dinas Tata Ruang, Kebersihan,
dan Pertamanan Kota Kediri.
Pamudji, S. 1985. Pembinaan Perkotaan di Indonesia. Jakarta: PT. Bina
Aksara.
Pannekoek, A.J. 1949. Garis-garis Besar Geomorfologi Pulau Jawa.
Terjemahan oleh Budio Basri. 1989. Jakarta: FMIPA-UI.
Rico, Handiman. Kebijakan Nasional dalam Perencanaan tata Ruang.
(Online), (http://www.bakosurtanal.go.id/bakosurtanal/kebijakan-
nasional-dalam-perencanaan-tata-ruang, diakses tanggal 1 Januari 2012).
Ryadi, Slamet. 1984. Tata Kota. Surabaya: PT. Bina Indra Karya.
Salim, Emil. 1999. Kota Berkelanjutan. Bandung: PT. Alumni.
Salim, Emil. 1990. Kualitas Lingkungan di Indonesia. Jakarta: Kantor Menteri
Negara.
Santoso, Djoko. Metode Penentuan Kemampuan Lahan untuk Alokasi
Pemanfaatan Ruang. (Online),
(http://www.scribd.com/doc/54585932/11/Evaluasi-Kesesuaian-
Penggunaan-Lahan, diakses tanggal 15 Februari 2012).
Sumarmi. 2007. Geografi Pengembangan Wilayah. Malang: UM Press.
Taufik, M, et. Al. 2009. Evaluasi Perencanaan Tata Guna Lahan Wilayah
Perkotaan (Studi Kasus Kec.Lowokwaru, Kota Malang). Jurnal diakses
tanggal 15 Februari 2012. Surabaya: Program Studi Teknik Geomatika
FTSP ITS.






















































Gambar 1 Peta Rencana Penggunaan Lahan di Kota Kediri Tahun 2003-2013















































Gambar 2 Peta Penggunaan Lahan (Eksisting) Kota Kediri Tahun 2009














































Gambar 3 Peta Analisis Kesesuaian Penggunaan Lahan di Kota Kediri

Anda mungkin juga menyukai