Anda di halaman 1dari 74

Studio tata ruang wilayah

RUSFINA WIDAYATI, ST, M.Sc

EVALUASI TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)


KOTA SAMARINDA
TAHUN 2020 - 2024

MUHAMMAD TAUHID
NIM 2112018015

HERRY SUSANTO
NIM 2112018021

RINI PUDJIASTUTI
NIM 2112018027

PROGRAM STUDI PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH


MAGISTER ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Rencana Tata Ruang disusun berdasarkan wilayah administratif dengan mengikuti hierarki
perencanaan. Hierarki tersebut meliputi rencana tata ruang wilayah tingkat nasional, wilayah
provinsi dan tingkat kabupaten/kota. Sehingga antar dokumen Rencana Tata Ruang pada tingkatan
terendah harus mampu mengakomodir dokumen Rencana Tata Ruang diatasnya. Mengacu
kepada hal tersebut maka pada tahun 2014, pemerintah Kota Samarinda menerbitkan Peraturan
Daerah No. 2 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Samarinda Tahun 2014-
2034.
Menurut Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang bahwa Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota memiliki masa berlaku 20 (dua puluh) tahun sejak diundangkan dan
dilakukan peninjauan kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. Sejak diundangkan hingga
saat ini, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Samarinda Tahun 2014- 2034 telah berjalan selama
4 tahun. Setelah dilakukan peninjauan kembali pada tahun 2018. Peninjauan tersebut dilakukan
dengan berdasarkan pertimbangan terhadap penyesuaian perundang-undangan yang berlaku
ataupun terbitnya peraturan perundang- undangan baru yang berkaitan dengan rencana tata
ruang wilayah yang mempengaruhi beberapa muatan dari Rencana Tata Ruang Kota Samarinda.

Hasil peninjauan yang dilakukan menjelaskan terdapat beberapa dinamika pembangunan yang
berpengaruh terhadap perubahan rencana struktur dan pola ruang Kota Samarinda, indikasi
program 5 (lima) tahunan banyak yang belum teralisasi dan kualitas data yang belum lengkap
serta belum diperbaharui. Berdasarkan pertimbangan dan hasil peninjauan kembali tersebut maka
dilakukan revisi terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Samarinda tahun 2014-2034.
Melalui revisi RTRW Kota Samarinda diharapkan dapat menghasilkan RTRW Kota Samarinda
yang dapat mewujudkan ketertiban penataan ruang, memberikan kepastian hukum dan
mewujudkan keadilan bagi seluruh lapisan masyarakat.

1.2 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN


1.2.1 MAKSUD
Adapun maksud dari Penyusunan Revisi RTRW Kota Samarinda Tahun 2014- 2034,
dirincikan sebagai berikut:
a. Melakukan revisi terhadap RTRW Kota Samarinda Tahun 2014-2034 guna menjaga
konsistensi pembangunan dan keserasian perkembangan wilayah kota dengan RTRW
Nasional dan RTRW Provinsi.
b. Melakukan revisi terhadap RTRW Kota Samarinda Tahun 2014-2034 untuk
mewujudkan keterpaduan dan keserasian pembangunan dalam wilayah Kota Samarinda
serta wilayah sekitarnya melalui perbaikan ataupun penyempurnaan, baik dalam bentuk
penyusunan muatan pada bagian yang berubah dan penyesuaian terhadap
kecenderungan perkembangan serta penyelerasan terhadap dinamika pembangunan.
c. Menjamin terwujudnya rencana tata ruang wilayah kota yang berkualitas serta kepastian
terhadap arah pelaksanaan pembangunan.

1.2.2 Tujuan
Tujuan dari Penyusunan Revisi RTRW Kota Samarinda Tahun 2014-2034, dirincikan
sebagai berikut:
a. Menyusun dokumen revisi rencana tata ruang wilayah Kota Samarinda melalui perbaikan
ataupun penyempurnaan, baik dalam bentuk penyusunan muatan pada bagian yang
berubah dan penyesuian terhadap kecenderungan perkembangan serta penyelerasan
terhadap dinamika pembangunan.
b. Menyiapkan dokumen rencana tata ruang wilayah Kota Samarinda sebagai bahan acuan
dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
c. Menyiapkan dokumen rencana tata ruang wilayah Kota Samarinda sebagai acuan dalam
pemanfaatan ruang wilayah kota dan perwujudan keseimbangan pembangunan dalam
wilayah kota.

d. Menyiapkan dokumen rencana tata ruang wilayah Kota Samarinda sebagai acuan lokasi
investasi dalam wilayah kota yang dilakukan pemerintah, masyarakat dan swasta.

1.2.3 Sasaran
Adapun sasaran dalam penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Samarinda Tahun 2014 - 2034, dirincikan sebagai berikut:
a. Melakukan revisi dan penyempurnaan materi muatan tujuan, kebijakan dan strategi
penataan ruang dalam RTRW Kota Samarinda Tahun 2014 - 2034.
b. Melakukan revisi dan penyempurnaan materi muatan rencana struktur ruang dan rencana
pola ruang dalam RTRW Kota Samarinda Tahun 2014 - 2034.
c. Melakukan revisi dan penyempurnaan materi muatan rencana dan penetapan kawasan
strategis dalam RTRW Kota Samarinda Tahun 2014 - 2034.
d. Melakukan revisi dan penyempurnaan materi muatan arahan pemanfaatan ruang dan
pengendalian ruang wilayah kota dalam RTRW Kota Samarinda Tahun 2014 - 2034.
e. Melakukan revisi terhadap muatan batang tubuh peraturan daerah tentang RTRW Kota
Samarinda Tahun 2014 - 2034.

1.3 Dasar Hukum

Adapun Peraturan Perundang-Undangan yang menjadi dasar dari kegiatan Revisi Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Samarinda, meliputi:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air.
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan.
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025.
13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian.
14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana.
15. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi.
17. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan.
18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara.
19. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
20. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Berkelanjutan.
21. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
22. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
23. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman.
24. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial.
25. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah.
26. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
27. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.
28. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
29. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah
dan Air.
30. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 Tentang
31. Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintah Daerah.
32. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka
Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
33. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom.
34. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan
Tanah
35. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2004 Tentang Perencanaan
Kehutanan.
36. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum.
37. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.
38. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
39. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi.
40. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan.
41. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 tentang TataHutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan.
42. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota.
43. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang.
44. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2010 tentang
45. Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang.
46. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Ketelitian Peta
Rencana Tata Ruang.
47. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2014 tentang Pembinaan
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman.
48. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2017 tentang
49. Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1989 tentang Kriteria Kawasan Budidaya.
50. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung.
51. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Pulau
Kalimantan

52. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019.
53. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 40/PRT/M/2007 Tentang
Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai.
54. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 5/PRT/M/2008 Tentang
Ruang Terbuka Hijau.
55. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2009 tentang Pedoman penentuan daya dukung lingkungan hidup dalam penataan ruang
wilayah.
56. Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2009 tentang
Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah.
57. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2012
Tentang Program Menuju Indonesia Hijau.
58. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 15/PRT/M/ 2012 Tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional.
59. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 50/Pertanian/OT.140/8/2012
Tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian.
60. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah.
61. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 01 /PRT/M/2014
Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.
62. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 01 /PRT/M/2016
Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum.
63. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah.
64. Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Peninjauan Kembali Rencana Tata
Ruang Wilayah.

65. Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pemberian Persetujuan Substansi
Dalam Rangka Penetapan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Provinsi Dan
Rencana Tata Ruang Kabupaten/Kota.
66. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia No.1 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi, Kabupaten dan Kota.
67. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kalimantan Timur .
68. Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Rencana
69. Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Samarinda Tahun 2005 – 2025.
70. Peraturan Daerah Kalimantan Timur Nomor 1 Tahun 2016 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Kalimatan Timur Tahun 2016 – 2036.
71. Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 5 Tahun 2016 Tentang Rencana Panjang Jangka
Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2016 – 2021.
72. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 2 Tahun 2019 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2019-
2023.
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Samarinda Tahun 2014 – 2034 yakni
seluruh wilayah Kota Samarinda yang secara administratif terdapat 10 (sepuluh) kecamatan
yakni Kecamatan Palaran, Samarinda Ilir, Samarinda Kota, Sambutan, Samarinda Seberang,
Loa Janan Ilir, Sungai Kunjang, Samarinda Ulu, Samarinda Utara dan Sungai Pinang.
Sementara itu, untuk jumlah kelurahan di Kota Samarinda ialah sebanyak 59 kelurahan. Adapun
batasan wilayah administratif Kota Samarinda, dirincikan sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Kecamatan Muara Badak, Kutai Kartanegara
b. Sebelah Timur : Kecamatan Muara Badak, Anggana, dan Sanga-Sanga
di Kabupaten Kutai Kartanegara
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Loa Janan, Kutai Kartanegara
d. Sebelah Barat : Kecamatan Tenggarong Seberang dan Muara Badak di
Kabupaten Kutai Kartanegara

1.4.2 Ruang Lingkup Materi


Adapun ruang lingkup materi revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Samarinda tahun
2013- 2034 adalah sebagai berikut:
A. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kota.
B. Rencana struktur ruang wilayah kota.
C. Rencana pola ruang wilayah kota.
D. Penetapan kawasan strategis wilayah kota.
E. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota;.
F. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.

1.5 Isu-isu Strategis


Isu-isu strategis Kota Samarinda yang tervalidasi dan terkonfirmasi melalui kegiatan PK
RTRW Kota Samarinda dan proses jaring pendapat melalui FGD dengan pemerintah daerah
di tingkat kelurahan, kecamatan dan OPD di seluruh Kota Samarinda, meliputi:
1. Alih fungsi lahan tanpa melihat aturan Tata Ruang.
2. Perubahan Pemanfaatan Kawasan Eks. Bandara Temindung.

3. Identifikasi Kawasan Resapan Air.


4. Perubahan pada batas-batas wilayah administrasi (dari 53 menjadi 59 kelurahan).
5. Pengaruh Pembangunan infrastruktur transportasi seperti Bandara Samarinda Baru dan jalan
tol Balikpapan-Samarinda.
6. Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi yang difokuskan pada
pengembangan kegiatan industri, perdagangan dan jasa.
7. Rencana penutupan (penghentian operasi kegiatan) pada TPA Bukit Pinang.
8. Upaya Rehabilitasi pada lahan-lahan kritis (Pit dan lahan disposal).
9. Kawasan rawan bencana.
1.6 Profil Wilayah
1.6.1 Administrasi Wilayah
Kota Samarinda secara administratif terdapat 10 (sepuluh) kecamatan yakni Kecamatan
Palaran, Samarinda Ilir, Samarinda Kota, Sambutan, Samarinda Seberang, Loa Janan Ilir, Sungai
Kunjang, Samarinda Ulu, Samarinda Utara dan Sungai Pinang. Sementara itu, untuk jumlah
kelurahan di Kota Samarinda ialah sebanyak 59 kelurahan.
Adapun batasan wilayah administratif Kota Samarinda, dirincikan sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Kecamatan Muara Badak, Kutai Kartanegara


b. Sebelah Timur : Kecamatan Muara Badak, Anggana, dan Sanga-Sanga
di Kabupaten Kutai Kartanegara
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Loa Janan, Kutai Kartanegara
d. Sebelah Barat : Kecamatan Tenggarong Seberang dan Muara Badak di
Kabupaten Kutai Kartanegara
Peta Administrasi Kota Samarinda
1.6.2 Kondisi Fisik Dasar
A. Kondisi Topografi dan Kemiringan Lereng
Secara umum topografi Kota Samarinda terbagi dalam dua wilayah yakni tanah datar dan berbukit, sebagai
berikut:
a. Dataran rendah dengan ketinggian 18 m diatas permukaan laut yang tersebar di seluruh Kecamatan pada
Kota Samarinda dengan luas wilayah berkisar 36846,45 hektar atau dengan presentase sebesar 51,5%
dari seluruh wilayah Kota Samarinda.
b. Dataran dengan ketinggian 35 m diatas permukaan laut pesebaran yang mendominasi terdapat pada
Kecamatan Samarinda Ulu, Kecamatan Sungai Kunjang serta Kecamatan Sungai Pinang, dengan luas
total keseluruhan 17241,80 hektar atau dengan presentase sebesar 24,1% dari seluruh Kota Samarinda.
c. Dataran dengan ketinggian 54 m diatas permukaan laut tersebar pada wilayah Kecamatan Palaran,
Kecamatan Samarinda Ulu, Kecamatan Samarinda Utara, Kecamatan Sambutan, Kecamatan Sungai
Kunjang serta Kecamatan Sungai Pinang, dengan luasan berkisar 8404,33 Ha atau dengan presentase
sebesar 11,7% dari luas wilayah Kota Samarinda.
d. Dataran dengan ketinggian 78 m diatas permukaan laut yang tersebar diantaranya Kecamatan Loa
Janan Ilir, Palaran, Samarinda Seberang, Samarinda Ulu, Samarinda Utara, Sungai Kunjang serta
Sungai Pinang, dengan luasan keseluruhan 5523,34 hektar atau 7,7% dari wilayah Kota Samarinda.
e. Dataran dengan ketinggian 122 m diatas permukaan laut berada pada beberapa Kecamatan pada
wilayah Kota Samarinda, diantaranya Kecamatan Loa Janan Ilir, Palaran, Samarinda Seberang,
Samarinda Ulu serta Samarinda Utara dengan luasan 2565,13 hektar dengan persentase 3,6% dari luas
wilayah Kota Samarinda.
f. Dataran dengan ketinggian 247 m diatas permukaan laut merupakan ketinggian yang hanya terdapat
pada Kecamatan Samarinda Utara dengan luasan 1007,32 hektar dengan persentase 1,4% dari total luas
wilayah Kota Samarinda.
Berdasarkan hal tersebut, menunjukan bahwa kondisi topografi Kota Samarinda terdiri dari 6 (enam)
klasifikasi. Keberagamaan kondisi topografi tersebut didominasi oleh ketinggian 18 mdpl (tersebar hampir
seluruh kecamatan di Kota Samarinda) dan 247 mdpl menjadi ketinggian tertinggi (yang hanya tersebar
di wilayah utara Kota Samarinda)
Tabel Topografi Kota Samarinda

Luas Topografi (Ha)


122 247 Jumlah
Kecamatan 18 mdpl 35 mdpl 54 mdpl 78 mdpl
mdpl mdpl Luas (Ha)
Kec. Palaran 13.304,58 4.304,11 882,89 517,86 69,50 19.078,94
Kec. Samarinda Ilir 337,74 225,76 563,50
Kec. Samarinda Kota 362,35 0,08 362,42
Kec. Samarinda Seberang 893,23 257,45 12,12 5,92 1.168,73
Kec. Samarinda Ulu 1.191,60 1.843,47 1.390,91 619,47 116,37 5.161,82
Kec. Samarinda Utara 6.072,40 6.031,25 4.758,35 3.968,66 2.231,18 1.007,33 24.069,18
Kec. Sambutan 7.067,72 845,03 132,26 8.045,01
Kec. Sungai Kunjang 4.028,27 1.806,35 725,95 147,91 6.708,48
Kec. Sungai Pinang 1.331,08 1.277,92 513,96 49,95 3.172,91
Kec. Loa Janan Ilir 2.257,49 650,37 207,36 142,15 3.257,37
Total (Ha) 71.588,37
Sumber: Hasil Analisis Digital Elevation Model (DEM) dan Batimetri Nasional Resolusi 5 Meter

Kemiringan lereng pada Kota Samarinda terbagi menjadi 5 (lima) kemiringan lereng,
diantarannya 0–8%, 8-15%, 15-25%, 25-45% serta >45% yang tersebar di seluruh Kota
Samarinda. Untuk kemiringan lereng yang palin mendominasi pada Kota Samarinda yaitu
kemiringan lereng 0-8% (datar) dengan luasa 32985,13 hektar sedangkan untuk luasan terkecil yaitu
kemiringan lereng >45% (Sangat Curam), yang banyak terdapat pada Kecamatan Samarinda Utara.
Adapun luas wilayah dan presentase berdasarkan klasifikasi kelas kelerengan, sebagai berikut:
Tabel Pembagian Luas Wilayah Menurut Kelas Kemiringan Lereng

Kecamatan Kemiringan Lereng Jumlah


0 - 8% 8 - 15% 15 - 25 - >45% (ha)

Palaran 11.459,79 4.107,83 25%


2.717,59 45%
682,24 111,49 19.078,94
Samarinda Seberang 734,08 222,98 154,59 38,24 18,84 1.168,73
Samarinda Ulu 1.392,85 1.796,04 1.320,18 544,59 108,12 5.161,78
Samarinda Ilir 205,86 58,08 117,58 100,23 81,75 563,50
Samarinda Utara 7.412,24 6.238,22 5.829,68 3.428,26 1.160,95 24.069,35
Sungai Kunjang 2.920,38 1.197,01 1.353,67 1.202,77 34,66 6.708,35
Sungai Pinang 1.177,58 1.052,24 824,74 118,35 3.172,91
Sambutan 5.961,14 1.234,88 720,05 128,64 0,30 8.045,01
Samarinda Kota 329,20 33,23 362,42
Loa Janan Ilir 1.392,01 532,32 455,96 630,64 246,44 3.257,37
Total 71.588,37
Sumber: Hasil Analisis Digital Elevation Model (DEM) dan Batimetri Nasional Resolusi 5 Meter

B. Kondisi Jenis Tanah


Secara eksploratif Kota Samarinda terdiri dari beberapa jenis tanah, diantaranya:
a. Jenis tanah Aluvial yang hanya terdapat pada Kecamatan Palaran 14,89 hektar
b. Jenis tanah Organosol Glei Humus terdapat pada tiga Kecamatan yaitu Kecamatan Samarinda Ulu,
Samarinda Utara dan Sungai Kunjang dengan luasan total 6608,96 hektar
c. Jenis tanah Komplek Padsolik Merah Kuning terdapat di Kecamatan Palaran dan Samarinda Utara
dengan luasan total 3661,80 hektar.
d. Jenis tanah Padsolik Merah Kuning merupakan jenis tanah yang tersebar di seluruh Kota Samarinda
dan memeiliki luasan 58760,68 hektar.
Tabel Kondisi Jenis Tanah Kota Samarinda

Kecamatan Luas Geologi Kota Samarinda (Ha) Jumlah


Qa Tmb Tmbp Tmpb Tmpk Luas (Ha)
Endapan Formasi Formasi Formasi Formasi 19078,94
aluvium Bebuluh Balikpapan Palaubalang Kampungbaru
Palaran 2224,62 5485,03 3699,50 7669,79 19078,94
Samarinda 586,99 581,73 1168,73
Seberang
Samarinda Ulu 2582,12 2579,70 5161,82
Samarinda Ilir 219,42 344,08 563,50
Samarinda Utara 897,31 12508,02 9701,96 961,90 24069,18
Sungai Kunjang 4127,79 2580,69 6708,48
Sungai Pinang 1285,34 1887,57 3172,91
Sambutan 2355,09 1191,18 1294,06 3204,68 8045,01
Samarinda Kota 362,42 362,42
Loa Janan Ilir 1667,78 1589,59 3257,37
Total 71588,37
Sumber : Pusat Penelitian Tanah dan Agloklimat, 2000 (Skala 1:1.000.000)
C. Kondisi Geologis
Secara struktur geologi di Kota Samarinda terdiri dari 4 (empat) jenis yakni aluvium, formasi
balikpapan, formasi pulau balang dan formasi kampung baru. Adapun penjabaran secara rinci, dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel Kondisi Geologi di Kota Samarinda

Kecamatan Endapan Formasi Formasi Formasi Formasi Jumlah


aluvium Balikpapan Bebuluh Kampung Pulau (ha)
Baru Balang
Qa Tmbp Tmb Tmpk Tmpb
Palaran 2224,62 5485,03 7669,79 3699,50 19078,94
Samarinda Seberang 586,99 581,73 1168,73
Samarinda Ulu 2582,12 2579,70 5161,82
Samarinda Ilir 219,42 344,08 563,50
Samarinda Utara 12508,01 897,31 961,90 9701,96 24069,18
Sungai Kunjang 4127,79 2580,69 6708,48
Sungai Pinang 1285,35 1887,57 3172,91
Sambutan 2355,09 1191,18 3204,68 1294,06 8045,01
Samarinda Kota 362,42 362,42
Loa Janan Ilir 1667,78 1589,59 3257,37
Total 4579,71 30016,1 897,31 11836,36 24258,89 71588,37
Sumber : Pusat Penelitan dan Pengembangan Geologi: 2005, Peta Geologi Bersistem, Indonesia, Lembar

(Quadrangle) Samarinda 1815, 1915 Skala 1:250.000 Tahun 2011

D. Kondisi Hidrologis
Berdasarkan kondisi hidrologinya, Kota Samarinda dipengaruhi oleh sekitar 20 daerah aliran sungai
(DAS). Sungai Mahakam adalah sungai utama yang membelah Kota Samarinda dengan lebar antara
300 - 500 meter, sungai-sungai lainnya adalah anak-anak sungai yang bermuara di Sungai Mahakam,
sebagai berikut:
a. Sungai Karang Mumus dengan luas DAS sekitar 218,60 km2.
b. Sungai Palaran dengan luas DAS 67,68 km2.
c. Anak sungai lainnya antara lain Sungai Loa Bakung, Loa Bahu, Bayur, Betepung, Muang,
Pampang, Kerbau, Sambutan, Lais, Tas, Anggana, Loa Janan, Handil Bhakti, Loa Hui, Rapak
Dalam, Mangkupalas, Bukuan, Ginggang, Pulung, Payau, Balik Buaya, Banyiur, Sakatiga, dan
Sungai Bantuas.

E. Kondisi Klimatologi
Kota Samarinda memiliki Iklim Tropika Humida yakni memiliki musim penghujan dan musim
kemarau. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Stasiun Meteorologi Kota Samarinda pada
tahun 2017, Samarinda mengalami iklim panas dengan suhu udara rata-rata 27,7°C. Suhu udara
terendah 24,3°C terjadi pada bulan Januari dan tertinggi 32,8°C pada bulan November. Kota
Samarinda mempunyai kelembaban udara dan curah hujan yang relatif tinggi. Pada tahun 2017,
kelembaban udara berkisar antara 59,7% sampai dengan 94,1%, dengan kelembaban udara rata-rata
81,3 %. Sedangkan rata-rata curah hujan mencapai 213,9 mm3 per tahun, dengan curah hujan tertinggi
421,8 mm3 pada Bulan Juni 2017 dan terendah 88,1 mm3 pada Bulan Maret. Sedangkan curah hujan
terbanyak terjadi di Bulan Juni 2017. Persentase penyinaran matahari di Kota Samarinda rata-rata
39,3%, dan jumlah hari hujan rata-rata tahun 2017 adalah 20,6 HH.
Tabel 1 Curah Hujan Kota Samarinda

Kecamatan Sebaran Curah Hujan Jumlah Luas


<2200 mm/thn 2200-2540 mm/thn (Ha)
Kec. Palaran 7.048,98 12.029,96 19.078,94
Kec. Samarinda Seberang 1.168,73 1.168,73
Kec. Samarinda Ulu 5.161,82 5.161,82
Kec. Samarinda Ilir 563,50 563,50
Kec. Samarinda Utara 18.408,87 5.660,31 24.069,18
Kec. Sungai Kunjang 6.708,48 6.708,48
Kec. Sungai Pinang 3.172,91 3.172,91
Kec. Sambutan 7.993,03 51,98 8.045,01
Kec. Samarinda Kota 362,42 362,42
Kec. Loa Janan Ilir 3.110,50 146,87 3.257,37
Total (Ha) 68.330,99
Sumber : Pusat Penelitan dan Pengembangan Geologi: 2005, Peta Geologi Bersistem, Indonesia,

Lembar (Quadrangle) Samarinda 1815, 1915 Skala 1:250.000 Tahun 2011

1.6.3 Kondisi Penggunaan Lahan (Tutupan Lahan)


Hutan di Kota Samarinda memiliki luas sebesar 332,78 Ha atau secara persentase luas hutan sebesar
0,5% terhadap luas wilayah Kota Samarinda. Sementara itu, untuk semak belukar memiliki luas
sebesar 8.704,23 Ha atau 12,16%, dari total luas wilayah Kota Samarinda. Dominasi kegiatan
pertanian di Kota Samarinda salah satunya ditunjukkan melalui luas pemanfaatan kawasan pertanian
di Kota Samarinda yang terdiri dari sawah.
Sawah memiliki luas 1.751,12 Ha atau secara presentase terhadap luas wilayah yakni 2,45%.
Sementara itu, untuk pertanian lahan kering berupa kebun tamnaman campuran pada Kota Samarinda
memiliki lusan total 20.152,32 Ha atau 28,15% dari luas Kota Samarinda.

Untuk ketersedian RTH eksisting di Kota Samarinda, terbagi atas beberapa jenis yaitu
meliputifasilitas olahraga, hutan kota, makam,median jalan dan taman. Jenis RTH dengan luas
terbesar adalah RTH taman dengan luas 371,36 Ha dan RTH dengan luas paling kecil adalah hutan
kota yaitu sebesar 3,54.
Sedangkan untuk penggunaan lahan berupa tambang di Kota Samarinda sebasar 34, 71% dengan luas
24.850,63 Ha. Luas lahan tambang beserta akhir tahun konsesi IUP di masing-masing kecamatan di
Kota Samarinda. Adapun lebih rincinya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel Tutupan Lahan Kota Samarinda Tahun 2019

Tutupan Lahan

Kebun
Kecamatan Hutan Padang Penggalian
Tanaman Ladang Pekarangan Pelabuhan Perairan
Kepadatan Industri Jalur Hijau Golf Sirtu
Rendah Campuran

8001,53
Kec. Palaran 281,24
63,03 8,15
Kec. Samarinda Seberang 27,65
1582,76 226,34 5,68 7,91
Kec. Samarinda Ulu 7,88 28,53 0,13
82,27 2,49
Kec. Samarinda Ilir 15,91
10334,28 2496,39 40,92
Kec. Samarinda Utara 322,61
6,02
Kec. Sungai Kunjang 2,28
88,45 341,98 1,17 6,06
Kec. Sungai Pinang 122,44
839,26 0,30 25,38 15,18
Kec. Sambutan
497,08
Kec. Samarinda Kota 177,89
305,21 73,74 80,31 0,99
Kec. Loa Janan Ilir 123,72
Pertambangan Stadion
Pertahanan Semak
Perairan Perdagangan dan Jasa Terbuka non Rawa Sawah &Sarana Sungai
Permukiman Keamanan Belukar
Lainnya Sirtu Olahraga

3883,21 678,76 572,53 2891,61 87,11 1010,54


Kec. Palaran 276,15 1396,26
8,03 16,43 12,55 143,44 307,11
Kec. Samarinda Seberang 2,84 578,48
Tutupan Lahan

Kebun
Kecamatan Hutan Padang Penggalian
Tanaman Ladang Pekarangan Pelabuhan Perairan
Kepadatan Industri Jalur Hijau Golf Sirtu
Rendah Campuran

253,28 303,39 2,17 1028,17 40,08


Kec. Samarinda Ulu 131,41 1529,88
68,37 66,58
Kec. Samarinda Ilir 326,61
2704,78 1642,05 1119,83 2574,45 4,44
Kec. Samarinda Utara 328,84 2330,82
7,44 10,91 68,47
Kec. Sungai Kunjang 37,05 223,76
2,54 388,47 1266,64 44,04 1990,74 423,60
Kec. Sungai Pinang 226,71 6,95 1797,02
306,00 62,77 31,20 650,79 6,61
Kec. Sambutan 21,69 1201,46
339,15 1485,86 737,74 2959,73 504,73
Kec. Samarinda Kota 70,42 1262,00
81,64 67,62 521,37 990,74 206,55
Kec. Loa Janan Ilir 4,69 786,93
Jumlah
Taman Kota Terminal Bus TPA Waduk Luas (Ha)
Terminal Bandara

19078,94
Kec. Palaran
1168,73
Kec. Samarinda Seberang 1,02
13,56 5161,82
Kec. Samarinda Ulu 0,64
563,50
Kec. Samarinda Ilir 1,27
Tutupan Lahan

Kebun
Kecamatan Hutan Padang Penggalian
Tanaman Ladang Pekarangan Pelabuhan Perairan
Kepadatan Industri Jalur Hijau Golf Sirtu
Rendah Campuran

24,65 24069,17
Kec. Samarinda Utara 145,25
362,44
Kec. Sungai Kunjang 6,50
6708,48
Kec. Sungai Pinang 1,68
3172,91
Kec. Sambutan 12,26
6,91 8045,01
Kec. Samarinda Kota 3,50
9,04 3257,37
Kec. Loa Janan Ilir 1,72 3,10
Total (Ha) 71588,37

Sumber: Hasil survei lapangan serta interpretasi satelite SPOT 7, 2019


Untuk ketersedian RTH eksisting di Kota Samarinda, terbagi atas beberapa jenis yaitu
meliputifasilitas olahraga, hutan kota, makam,median jalan dan taman. Jenis RTH dengan
luas terbesar adalah RTH taman dengan luas 371,36 Ha dan RTH dengan luas paling
kecil adalah hutan kota yaitu sebesar 3,54. Luasan RTH eksisting pada setiap
kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel RTH EKsisting Kota Samarinda Tahun 2018

RTH Eksisting (2018) Luas (Ha)


RTH-Fasilitas Olahraga 88,03
Loa Janan Ilir 55,30
Samarinda Utara 32,05
Sungai Kunjang 0,68
RTH-Hutan Kota 3,54
Samarinda Kota 3,03
Samarinda Ulu 0,51
RTH-Makam 40,19
Loa Janan Ilir 2,30
Palaran 2,12
Samarinda Ilir 1,62
Samarinda Kota 2,17
Samarinda Seberang 2,09
Samarinda Ulu 5,57
Samarinda Utara 7,97
Sambutan 0,07
Sungai Kunjang 4,21
Sungai Pinang 12,06
RTH-Median Jalan 0,39
Palaran 0,39
RTH-Median Jalan 15,70
Loa Janan Ilir 1,49
Palaran 0,86
Samarinda Ilir 0,01
Samarinda Kota 2,77
Samarinda Ulu 5,12
Samarinda Utara 1,15
Sambutan 0,33
Sungai Kunjang 2,43
Sungai Pinang 1,54
RTH-Taman 371,36
Loa Janan Ilir 1,76
Samarinda Ilir 2,78
Samarinda Kota 6,66
RTH Eksisting (2018) Luas (Ha)
Samarinda Seberang 0,00
Samarinda Ulu 18,43
Samarinda Utara 322,86
Sambutan 10,72
Sungai Kunjang 8,00
Sungai Pinang 0,14
Luas Total 519,21
Sumber: Hasil survei lapangan serta interpretasi satelite SPOT 7, 2019

Sedangkan untuk penggunaan lahan berupa tambang di Kota Samarinda sebasar 34, 71%
dengan luas 24.850,63 Ha. Luas lahan tambang beserta akhir tahun konsesi IUP di masing-
masing kecamatan di Kota Samarinda dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel Penggunaan Lahan Tambang Eksisting di Kota Samarinda Tahun 2018

No Kecamatan Akhir Tahun Luas (Ha) Persentase Terhadap


Konsesi Iup Luas Kota Samarinda
(%)
1 Loa Janan Ilir 2018 96,41 0,1347
2021 0,04 0,0001
2 Palaran 2017 1992,86 2,7838
2018 3500,52 4,8898
2020 984,44 1,3751
2021 567,07 0,7921
2022 1179,55 1,6477
2023 9,22 0,0129
2026 3118,36 4,3560
2027 603,16 0,8425
3 Samarinda Ilir 2026 43,26 0,0604
4 Samarinda Seberang 2018 72,85 0,1018
5 Samarinda Ulu 2013 0,01 0,0000
2018 107,96 0,1508
2020 198,54 0,2773
2025 1085,64 1,5165
2028 81,70 0,1141
6 Samarinda Utara 2013 13,24 0,0185
2014 11,74 0,0164
2018 2421,88 3,3831
2019 136,66 0,1909
2020 563,57 0,7872
2021 104,08 0,1454
2025 123,28 0,1722
2026 1298,01 1,8132
2028 98,63 0,1378
No Kecamatan Akhir Tahun Luas (Ha) Persentase Terhadap
Konsesi Iup Luas Kota Samarinda
(%)
7 Sambutan 2018 170,16 0,2377
2021 1502,30 2,0985
2026 246,68 0,3446
8 Sungai Kunjang 2017 122,89 0,1717
2018 282,50 0,3946
2019 49,57 0,0692
2020 732,81 1,0236
2021 943,51 1,3180
2025 512,53 0,7159
9 Sungai Pinang 2018 763,35 1,0663
2020 198,72 0,2776
2026 912,93 1,2753
Total 24850,63 34,7131
Sumber: Dinas ESDM Provinsi Kalimantan Timur, 2019
Peta Jenis Kota Samarinda
Peta 3. 2 Geologi Kota Samarinda

Peta HGeologi Kota Samarinda


Peta 3. 3 Hidrologi Kota Samarinda

Peta Hidrorlogi Kota Samarinda


Peta Curah Hujan Kota Samarinda
Peta Lahan Pertanian Kota Samarinda
Peta sebaran RTH Eksisting di Kota Samarinda Tahun 2019
Peta Kawasan Tambang Kota Samarinda
Peta Penggunaan Lahan (Tutupan Lahan) Kota Samarinda
BAB II
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH

Sesuai dengan potensi, masalah, dan prospek pengembangan Kota Samarinda dalam konteks regional
dan nasional, maka diperlukan tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang dalam jangka waktu 20
tahun. Adapun strategi ini meliputi: struktur dan pemanfaatan ruang wilayah, strategi penataan sistem
prasarana wilayah, strategi penataan kawasan yang diprioritaskan, strategi penataan kawasan pesisir
dan kepulauan, dan strategi penataan tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara, dan tata guna
sumber daya alam lainnya.

2.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Samarinda

Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan dengan kriteria:


1. mendukung tujuan penataan ruang yang tercantum pada RTR (Rencana Tata Ruang) di atasnya
(RTRW nasional dan rencana rincinya, serta RTRW provinsi dan rencana rincinya) melalui
keterpaduan antar sektor, wilayah, dan masyarakat;
2. mewujudkan aspek keruangan yang harmonis dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) kota;
3. mengakomodasi fungsi dan peran kota yang telah ditetapkan dalam RTRW nasional, serta
RTRW provinsi;
4. memperhatikan isu strategis, potensi unggulan dan karakteristik wilayah kota;
5. jelas, spesifik,terukur dan dapat dicapai dalam jangka waktu perencanaan 20 (dua puluh)
tahun; dan
6. tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan berdasarkan RPJPD Kota Samarinda 2005-2025, dinyatakan bahwasanya Visi Pembangunan
Kota Samarinda Tahun 2005-2025 adalah ” Terwujudnya Masyarakat Yang Adil Dan Sejahtera
Dalam Pembangunan Berkelanjutan”. Dalam upaya mewujudkan visi pembangunan Kota
Samarinda tersebut, misi pembangunan Kota Samarinda adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan kualitas Sumber Daya Manusia Kota Samarinda yang berdaya saing berbasis
penegakan hukum.
2. Mewujudkan pembangunan perekonomian Kota Samarinda yang tangguh berbasis sektor unggulan
daerah.
3. Mewujudkan lingkungan yang sehat dan asri.
Selain tujuan pembangunan dan pengembangan wilayah Provinsi Kalimantan Timur tersebut, seluruh
kriteria dalam perumusan tujuan penataan ruang wilayah kota telah dilakukan review kebijakan dan
kajian yang terangkum dalam identifikasi dan dampak faktor eksternal wilayah, urgensi
penanganan, dan isu strategis pengembangan wilayah. Sehingga dapat dirumuskan Tujuan Penataan
Ruang Wilayah Kota Samarinda adalah “Mewujudkan Kota Samarinda Sebagai Kota Tepian
dengan Fokus Pengembangan Perdagangan dan Jasa dan Industri Berskala Nasional dengan
Peningkatan Kualitas Lingkungan yang Nyaman dan Berkelanjutan”.

2.2 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah

Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kota dirumuskan dengan kriteria:


1. mampu menjabarkan tujuan penataan ruang wilayah kota;
2. mampu menjawab isu strategis di wilayah kota;
3. mempertimbangkan kapasitas sumber daya yang dimiliki; dan
4. tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
Strategi Penataan Ruang Wilayah Kota, yang dirumuskan dengan kriteria:
1. menjabarkan kebijakan penataan ruang wilayah kota ke dalam langkah-langkah yang dirinci
dengan target pencapaian 5 (lima tahunan);
2. harus dapat dijabarkan secara spasial dalam rencana struktur ruang dan rencana pola ruang
wilayah kota;
3. berfungsi sebagai arahan bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW Kota;

4. berfungsi sebagai dasar penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah


kota;
5. jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan; dan
6. tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

2.2.1 Kebijakan dan Strategi Struktur Ruang Kota Samarinda


Kebijakan dan Strategi Struktur Ruang Wilayah merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang
Kota Samarinda, meliputi:
1. Kebijakan pengembangan kota tepian dengan acuan konsep waterfront city development
(konsep pengembangan daerah tepian air baik itu tepi pantai, sungai ataupun danau).
a) Melakukan penataan dan pengendalian lingkungan pada wilayah atau kawasan waterfront
(tepian air) yang telah beralihfungsi dan atau tidak berfungsi sesuai peruntukan fungsi dan
pemanfaatan wilayah atau kawasan sebagai kawasan lindung.
b) Meningkatkan dan mengendalikan konservasi lingkungan berupa penataan wilayah atau
kawasan waterfront, terutama kawasan waterfront yang memiliki nilai sejarah/historis
terhadap Kota Samarinda dengan tetap memperhatikan dampak lingkungan hidup yang
ditimbulkan.
c) Melakukan pembangunan kembali (revedelopment), yaitu memanfaatkan kembali fungsi-
fungsi wilayah atau kawasan waterfront lama dan atau belum berfungsi optimal yang
masih ada sampai saat ini dan tetap digunakan untuk kepentingan masyarakat dengan
merevitalisasi ataupun merekonstruksi fasilitas-fasilitas yang ada.
d) Mengembangkan wilayah atau kawasan waterfront yang dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat dengan mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta fungsi
kawasan yang ditetapkan.
2. Kebijakan Pengembangan Kota Samarinda sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), dengan
strategi:
a) Meningkatkan aksesibilitas Kota Samarinda dengan wilayah sekitarnya yaitu Kabupaten
Kutai Kartanegara, Kota Balikpapan, dan Kabupaten Penajam Paser Utara.

b) Mengembangkan fungsi utama Kota Samarinda sebagai pusat perdagangan dan jasa, serta
industri berskala nasional.
3. Kebijakan peningkatan akses pelayanan perkotaan dalam skala nasional dan sistem pusat pelayanan
kota yang merata dan berhirarki, dengan strategi :
a) Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Penetapan Pusat Pelayanan Kota (PPK), Sub Pusat
Pelayanan Kota (Sub PPK) dan Pelayanan Lingkungan Kota (PL) secara merata dan
berhierarki.
b) Pengembangan pusat pelayanan kota dengan fungsi utama sebagai pusat perdagangan dan jasa
dan industri berskala nasional serta pusat pelayanan umum dan kegiatan lainnya pada simpul-
simpul pusat pelayanan.
c) Peningkaan aksesbilitas dan jangkauan pelayanan untuk menjaga keterkaitan antar pusat
pelayanan maupun sub pusat pelayanan dengan wilayah pelayanannya, serta antara Kota
Samarinda dengan wilayah di sekitarnya agar lebih efektif dalam memberikan pelayanan
wilayah di sekitarnya.
d) Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan wilayah sekitar secara sinergis dalam
pengembangan infrastruktur dan ekonomi daerah.
e) Pengembangan pusat pemerintahan baru.
f) Penambahan sarana dan prasarana kota di kawasan yang belum terlayani oleh pusat atau sub
pusat pelayanan kota maupun lingkungan.
4. Kebijakan peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana kota yang terpadu dan
merata di seluruh wilayah kota, dengan strategi :
a) meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi
darat, laut, dan udara yang dilakukan melalui:
1) Pembangunan stasiun dan rel KA secara terpadu.
2) Pengembangan Bandar Udara APT Pranoto.
3) pengembangan Pelabuhan
4) Pengembangan dan peningkatan kualitas jaringan jalan.
b) mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan listrik dan telekomunikasi yang dilakukan
melalui:
1) pengembangan dan peningkatan kualitas jaringan listrik,
2) mengembangkan daerah pelayanan energi ke seluruh wilayah Kota Samarinda,
3) pengembangan dan peningkatan kualitas jaringan telekomunikasi.
4) meningkatkan kapasitas pelayanan telekomunikasi secara terestrial atau sistem kabel ke
seluruh kawasan permukiman dan kawasan fungsional kota lainya; dan

5) mengembangkan jaringan telepon seluler dengan penggunaan menara bersama antar


operator dalam satu sistem pengelolaan;
c) meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan air
bersih, drainase, dan air limbah yang dilakukan melalui:
1) Pengembangan dan peningkatan kualitas jaringan air bersih.
2) Melindungi sumber – sumber mata air dan daerah resapan air.
3) Meningkatkan penggunaan sumur resapan perkotaan.
4) Memperluas jaringan air minum.
5) Mengembangkan sistem pengolahan limbah secara terpusat.
6) Meningkatkan pengelolaan sistem persampahan dengan prinsip 3R (Reuse, Reduce,
Recycle);
7) Melakukan inventarisasi, pengaturan, serta normalisasi sistem drainase kota.
d) menyediakan prasarana dan sarana jalan pejalan kaki pada kawasan fungsional dan sepanjang
jalan utama kota; dan
e) menyediakan jalur dan ruang evakuasi bencana pada lokasi-lokasi yang berisiko terhadap
bencana alam maupun bencana lainnya.
f) Peningkatan fungsi dan penguatan infrastruktur pada kawasan untuk pertahanan dan
keamanan negara.
2.2.1 Kebijakan dan Strategi Pola Ruang Kota Samarinda
Kebijakan dan Strategi Pola Ruang Wilayah merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang
Kota Samarinda, meliputi:
1. Kebijakan pelestarian kawasan lindung, dengan strategi :
a) Mewujudkan kawasan berfungsi lindung sesuai dengan kondisi ekosistemnya;
b) Mengembalikan (memulihkan) dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah
menurun akibat berkembangnya kegiatan budidaya, dalam rangka mewujudkan dan
memelihara keseimbangan ekosistem wilayah.
c) Menjaga luasan dan fungsi dari kawasan hutan lindung.
d) Membatasi perkembangan kawasan terbangun dan permukiman dengan mengembangkan RTH
pada kawasan sempadan sungai.
e) Mempertahankan dan memelihara keaslian benda dan kawasan cagar budaya dan melakukan
konservasi dan preservasi benda dan kawasan cagar budaya yang kondisinya menurun.

f) Mempertahankan ruang terbuka hijau yang sudah ada.


g) Menyediakan serta meningkatkan kualitas RTH publik dan privat.
h) Menambah penyediaan RTH publik dalam bentuk taman kota, taman lingkungan, lapangan
olahraga, jalur hijau, makam, dan hutan kota.
i) Meningkatkan intensitas penghijauan pada kawasan lindung.
j) Menyediakan sarana dan prasarana penanggulangan bencana.
k) Menyediakan jalur evakuasi bencana pada kawasan rawan bencana.
2. Kebijakan pengembangan kawasan budidaya dengan strategi :
a) Menetapkan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis kota untuk pemanfaatan sumber
daya alam secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah.
b) Mengembangkan kegiatan budi daya unggulan di dalam kawasan beserta prasarana secara
sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian kawasan dan
wilayah sekitarnya;
c) Mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya perairaan dan perikanan yang potensial
untuk dikembangkan dan meningkatkan perekonomian;
d) Mengembangkan pusat perdagangan produk unggulan kota;
e) Mengembangkan sentra pariwisata belanja dan budaya;
f) Mengembangkan industri di bidang pertanian;
g) Meningkatkan kualitas perumahan pada kawasan kumuh melalui perbaikan kondisi lingkungan
perumahan;
h) Mengembangkan pasar induk dan pasar tradisional;
i) Mengembangkan kawasan pusat perbelanjaan secara berhierarki sesuai skala pelayanan;
j) Mengembangkan kawasan khusus perdagangan dan jasa di pusat pelayanan kota yang
sekaligus berfungsi sebagai kawasan wisata;
k) Menyediakan lokasi khusus sebagai sentral toko cinderamata dan wisata kuliner khas Kota
Samarinda;
l) Mengelola dan menata ruang untuk sektor informal di kawasan perdagangan jasa;
m) Melengkapi setiap kawasan budidaya dengan prasarana pejalan kaki dan RTH;
n) Mengembangkan kawasan perkantoran baru dan perkantoran swasta;
o) Menetapkan kawasan peruntukan industri kecil atau industri rumah tangga sebagai kawasan
sentra industri;
p) Melengkapi sistem pengolahan limbah pada sentra industri;

q) Menyediakan sentra pemasaran atau gerai industri kecil sekaligus sebagai toko cindramata;
r) Mengembangkan kawasan peruntukan industri secara khusus pada wilayah barat, timur dan
utara kota;
s) Menyediakan akomodasi wisata, promosi wisata dan menggelar acara wisata bersakala
regional – nasional;
t) Menyediakan ruang bagi sektor informal yang berdekatan dengan kawasan fungsional kota;
u) Menyediakan lahan untuk sektor informal secara khusus pada setiap sub pusat pelayanan
kota; dan
v) Menyedikan sarana prasarana bagi sektor informal.
w) Memanfaatkan RTNH sebagai bagian ruang terbuka kota untuk kegiatan masyarakat;dan
x) Pengembangan ruang evakuasi bencana, dengan strategi menyediakan kawasan untuk ruang
evakuasi bencana melalui penggunaan RTH dan bangunan umum.
3. Kebijakan pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan karena
memiliki posisi yang strategis dan berbatasan dengan wilayah sekitarnya dengan strategi:
a) Menetapkan kawasan strategis dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan.
b) Mengembangkan budidaya secara selektif didalam dan disekitar kawasan khusus pertahanan
untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan.
c) Turut serta menjaga dan memelihara asset-aset pertahanan/TNI.
4. Kebijakan pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan perekonomian kota yang produktif,
efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian nasional dan internasional dengan strategi:
a) Mengembangkan pusat kota baru berbasis potensi lokasi dan kecenderungan
b) perkembangan yang ada dan kegiatan unggulan sebagai penggerak utama pengembangan
wilayah kota.
c) Mengendalikan perkembangan pusat kota agar tidak melampaui daya dukung dan daya
tampung kawasan.
d) Menciptakan iklim investasi yang kondusif dan meningkatkan minat investasi pada sector
industri dan pariwisata.
e) Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya
tampung kawasan

f) Mengelola dampak negatif kegiatan kota agar tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup dan
efisiensi kawasan.
g) Mengintensifkan promosi peluang investasi.
h) Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi.
i) Mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa, industri dan pariwisata sebagai penunjang
pertumbuhan ekonomi.
5. Kebijakan pengendalian kawasan yang berkepadatan rendah, sedang dan tinggi dengan strategi:
a) Menetapkan daya tampung dan daya dukung lingkungan.
b) Memberikan arahan pada daerah yang daya tampung dan daya dukung melebihi batas yang
telah ditetapkan melalui pengaturan zonasi.
c) Mengembangkan perumahan berkepadatan tinggi yang mengutamakan bangunan vertikal.
d) Mengembangkan perumahan berkepadatan sedang secara menyebar.
e) Mengembangkan perumahan berkepadatan rendah pada wilayah pinggiran kota
6. Kebijakan pemantapan kawasan untuk penyelamatan lingkungan hidup dengan strategi:
a) Melindungi dan melestarikan kawasan resapan air untuk mengimbangi perkembangan kegiatan
budidaya.
b) Melindungi dan melestarikan kawasan suaka alam.
c) Melindungi dan melestarikan warisan budaya berupa cagar budaya.
d) Meningkatkan kualitas perumahan pada kawasan kumuh melalui perbaikan kondisi lingkungan
perumahan
2.2.2 Kebijakan dan Stategi Penetapan Kawasan Strategis Wilayah Kota
Kebijakan dan strategi penetapan kawasan strategis wilayah Kota Samarinda, terdiri dari :
A. Kebijakan Pemantapan Kawasan untuk Kepentingan Ekonomi, dengan strategi :
1. Mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi.
2. Mengembangkan kawasan peruntukan industri sebagai pusat pertumbuhan ekonomi.
3. Mengembangkan kawasan pariwisata sebagai sektor penunjang pertumbuhan ekonomi.

4. Meningkatkan minat investasi pada sektor industri dan pariwisata

5. Mengembangkan sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekonomi.


B. Kebijakan Pemantapan Kawasan Kepentingan Sosial Budaya, dengan strategi:
1. Menetapkan kawasan yang memenuhi kriteria strategis sosial budaya.
2. Melindungi dan melestarikan warisan budaya berupa cagar budaya.
3. Penataan dan pemanfaatan kawasan cagar budaya yang telah ditetapkan untuk kegiatan yang
memberikan manfaat lainnya diantaranya manfaat ekonomis bagi perekonomian kota.
C. Kebijakan Pemantapan Kawasan untuk Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung
Lingkungan Hidup, dengan strategi:
1. Melindungi dan melestarikan kawasan resapan air untuk mengimbangi perkembangan kegiatan
budidaya.
2. Melindungi dan melestarikan kawasan perlindungan setempat.
3. Melindungi dan melestarikan kawasan lindung geologi.

4. Melindungi kawasan rawan bencana.


BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KOTA

Rencana struktur ruang wilayah kota adalah rencana susunan pusat-pusat pelayanan (rencana sistem
perkotaan wilayah kota dalam wilayah pelayanannya) dan sistem jaringan prasarana wilayah kota yang
dikembangkan untuk melayani kegiatan skala kota dan mengintegrasikan wilayah kota. Sistem pusat-
pusat pelayanan kegiatan kota tersebut di atas dapat berupa pusat perekonomian, rencana kota baru,
simpul ekonomi baru, dan/atau koridor ekonomi baru yang dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan
ruang, keberlanjutan pembangunan, dan ketahanan masyarakat.
Rencana struktur ruang wilayah kota dirumuskan dengan kriteria:
a. Berdasarkan strategi penataan ruang wilayah kota;
b. Mempertimbangkan kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah kota dalam rangka
mendukung kegiatan sosial ekonomi dan pelestarian lingkungan;
c. Mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kota;
d. Mengacu rencana struktur ruang wilayah nasional (RTRW nasional dan rencana rincinya),
rencana struktur ruang wilayah provinsi (RTRW Provinsi dan rencana rincinya), serta
memperhatikan rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;
e. Pusat kegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kota yang memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
1) Mempertimbangkan pusat-pusat kegiatan yang kewenangan penetapannya berada pada
pemerintah pusat dan pemerintah provinsi yang berada di wilayah kota bersangkutan.
2) Memuat penetapan pusat pelayanan kota, subpusat pelayanan kota, serta pelayanan
lingkungan.

3) Harus berhirarki dan/atau berjejaring di dalam ruang wilayah kota serta saling terkait menjadi
satu kesatuan sistem pusat pelayanan.
4) Mempertimbangkan cakupan pelayanan bagi wilayah kecamatan yang berada dalam satu
wilayah kota, yang meliputi pusat layanan dan peletakan jaringan prasarana wilayah kota
yang menunjang keterkaitan antar pusat pelayanan.
f. Dapat ditransformasikan ke dalam penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima
tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun; dan
g. Mengacu pada peraturan perundang-undangan.
3.1 Rencana Pusat Kegiatan di Kota Samarinda
Sistem kota-kota adalah suatu sistem yang menggambarkan sebaran kota atau kawasan perkotaan,
fungsi kota-kota dan hierarki fungsional kota-kota yang terkait dengan pola transportasi dan prasarana
wilayah lainnya dalam ruang wilayah. Rencana struktur ruang merupakan kegiatan menyusun
rencana yang produknya menitikberatkan pada pengaturan hirarki pusat pemukiman dan pusat
pelayanan barang dan jasa, serta keterkaitan antara pusat tersebut melalui sistem prasarana utama.
Hirarki kota dimaksudkan untuk dapat menentukan suatu sistem jenjang pelayanan yang dikaitkan
dengan pusat-pusat pelayanan (kota) yang ada di Kota Samarinda.
Pembagian pola struktur ruang meggunakan pola Struktur Pusat Banyak Berjenjang (Multiple Nuklei)
dengan pertimbangan :
a. Konsep kepusatan yang lebih dari satu dan berjenjang (hierarki) diasumsikan lebih mampu
untuk mengendalikan terjadinya arus pergerakan tarikan dari pusat – pusat bangkitan secara
berlebihan ke pusat kota.
b. Konsep ini relatif lebih memberdayakan dan memaksimalkan fungsi pusat-pusat yang akan
dibentuk, terlebih pada pusat dengan hierarki paling bawah.
c. Pemerataan pembangunan akan dapat terdistribusikan secara merata sampai ke tingkat paling
bawah.
d. Pusat pelayanan hierarki bawah akan lebih dapat memaksimalkan potensinya dan meminimalisir
ketergantungan pada pusat hierarki di atasnya.
Sistem perwilayahan Kota Samarinda, terbagi berdasarkan hirarki berjenjang dari skala pelayanan
regional hingga skala pelayanan lokal. Kegiatan utama pada pusat – pusat pelayanan mendukung fungsi
utama Kota Samarinda. Untuk menetapkan fungsi utama
perwilayahan atau pusat pelayanan Kota Samarinda, perlu juga tinjauan fungsi Kota Samarinda
terhadap lingkup regional atau skala pelayanan di atasnya.Pusat kegiatan di wilayah kota, meliputi:
1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi.
2. Pusat Pelayanan Kota (PPK); melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional; Pusat
pelayanan kota merupakan pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan / atau administrasi yang
melayani seluruh wilayah kota dan / atau regional.
3. Subpusat Pelayanan Kota (sub PPK); melayani sub-wilayah kota; dan/atau Subpusat pelayanan kota
merupakan pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau administrasi yang melayani sub wilayah
kota.
4. Pusat Lingkungan (PL). Pusat lingkungan merupakan pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau
administrasi lingkungan permukiman kota.
Kota Samarinda merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dengan pengembangan/peningkatan
fungsi pengembangan kota sebagai pusat industri pengolahan hasil petambangan dan kota-kota pusat
pertumbuhan nasional. Dalam pengembangan Kota Samarinda, harus mampu melayani kebutuhan
skala regional. Kota Samarinda merupakan pintu gerbang internasional dengan lokasi pada wilayah
perbatasan. Infrastruktur skala nasional meliputi jarintan transportasi laut dan udara, dengan adanya
Bandar Udara APT Pranoto sebagai pengembangan bandar udara pengumpul skala sekunder.
Kegiatan PKN didukung dengan pusat distribusi barang dan jasa serta hasil pengolahan industri skala
nasional. Adapun fungsi pusat kegiatan nasional (PKN) di Kota Samarinda terdapat di Kecamatan
Samarinda Ulu, tepatnya di Kelurahan Jawa. PKN pada Kecamatan Samarinda Ulu memiliki fungsi
sebagai pusat pemerintahan provinsi.
3.1.1 Pusat Pelayanan Kota

Pusat pelayanan kota mempunyai skala pelayanan regional dalam wilayah Kota Samarinda, yang
harus mampu melayani kebutuhan masyarakat Kota Samarinda dan mendukung kegiatan skala regional
pada hirarki di atasnya. Deliniasi untuk penentuan pusat pelayanan kota yakni berdasarkan dominasi
kegiatan. Berdasarkan kondisi eksisting dan hasil analisa, perkembangan Kota Samarinda diarahkan
ke bagian Utara Kota Samarinda. Dengan demikian, Kota Samarinda perlu adanya pusat pelayanan
kota untuk pemerataan pelayanan dan perkembangan kota.
Pusat kota yang mempunyai skala pelayanan regional dalam wilayah Kota Samarinda, harus mampu
melayani kebutuhan masyarakat Kota Samarinda dan mendukung kegiatan skala regional pada hirarki
di atasnya. Deliniasi untuk penentuan pusat kota berdasarkan dominasi kegiatan. Untuk Kota
Samarinda, pusat pelayanan kota yang mempunyai skala pelayanan regional terdapat di:
a. Pusat Pelayanan Kota 1, adalah Kelurahan Bugis di Kecamatan Samarinda Kota.
b. Pusat Pelayanan Kota 2, adalah Kelurahan Handil Bakti di Kecamatan Palaran.
Dominasi kegiatan untuk pusat pelayanan kota sebagai arahan fungsi utama, meliputi:
a) Pusat Pelayanan Kota 1
Kecamatan Samarinda Kota dengan simpul pusat kegiatan di Kelurahan Bugis diarahkan dengan
fungsi kegiatan utama pemerintahan dan pelayanan umum kota;
b) Pusat Pelayanan Kota 2
Kecamatan Palaran dengan simpul kegiatan di Kelurahan Handil Bakti sebagai pusat pemerintahan
skala kota dengan simpul pusat kegiatan diarahkan sebagai pusat kegiatan perkantoran dan
pusat pemerintahan kota.
3.1.2 Sub Pusat Pelayanan Kota
Sub pusat pelayanan kota dilengkapi dengan sarana lingkungan perkotaan skala pelayanan kota,
yang meliputi :
a. sarana perdagangan dan jasa;
b. sarana pendidikan
c. sarana kesehatan;
d. sarana peribadatan; dan
e. sarana pelayanan umum
Untuk mendukung pusat pelayanan kota, penyebaran kegiatan yang merata, dan untuk mengurangi
beban kawasan pusat kota, maka Kota Samarinda dibagi lagi menjadi 7 Sub Pusat Pelayanan Kota
(Sub PPK) sebagai berikut:
1. Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub PPK) 1, yakni pada Kelurahan Rapak Dalam di Kecamatan
Loa Janan Ilir dengan simpul pusat kegiatan diarahkan dengan fungsi kegiatan utama yang
meliputi:
a) Perdagangan jasa skala kota;

b) Perkantoran; dan

c) Industri skala nasional.


2. Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub PPK) 2, yakni Kelurahan Bantuas dan Rawa Makmur di
Kecamatan Palaran dengan simpul pusat kegiatan pada diarahkan dengan fungsi kegiatan
utama yang meliputi:
a. Perdagangan jasa (pergudangan);
b. Industri skala nasional; dan
c. Transportasi regional (pelabuhan dan terminal barang/industri)
3. Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub PPK) 3, yakni di Kecamatan Samarinda Seberang dengan
simpul pusat kegiatan pada Kelurahan Baqa diarahkan dengan fungsi kegiatan utama
perdagangan jasa skala kota;
4. Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub PPK) 4, yakni Kelurahan Air Putih di Kecamatan Samarinda
Ulu dengan simpul pusat kegiatan pada diarahkan dengan fungsi kegiatan utama yang meliputi:
a. Pemerintahan provinsi;
b. Perdagangan jasa skala regional;
c. Pelayanan kesehatan skala regional;
d. Perkantoran; dan
e. Industri skala kota.
5. Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub PPK) 5, yakni Kelurahan Makroman di Kecamatan Sambutan
dengan simpul pusat kegiatan pada diarahkan dengan fungsi kegiatan utama yang meliputi:
a. Pusat pemerintahan kota
b. Perdagangan jasa skala kota; dan
c. Perkantoran.
6. Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub PPK) 6, yakni Kelurahan Loa Bakung di Kecamatan Sungai
Kunjang dengan simpul pusat kegiatan pada diarahkan dengan fungsi kegiatan utama yang
meliputi:
a. Perdagangan jasa skala kota;
b. Perkantoran; dan
c. Industri skala kota.
7. Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub PPK) 7, yakni Kelurahan Gunung Lingai di Kecamatan Sungai
Pinang dengan simpul pusat kegiatan diarahkan pada fungsi kegiatan utama yang meliputi:

a. Perdagangan jasa skala kota;

b. Perkantoran; dan
c. Pertanian perkebunan.
8. Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub PPK) 8, yakni Kelurahan Sungai Dama di Kecamatan Samarinda
Ilir dengan simpul pusat kegiatan pada diarahkan dengan fungsi kegiatan utama perdagangan
jasa skala kota.

3.1.3 Pelayanan Lingkungan

Berdasarkan hirarki yang berjenjang, untuk pengembangan 20 tahun mendatang dengan


pemerataan jangkauan pelayanan dan menumbuhkan pusat-pusat kegiatan baru, maka Kota
Samarinda memiliki 5 Pelayanan Lingkungan (PL). Mempunyai skala pelayanan yang lebih kecil dari
kedua pusat pelayanan kota. Pelayanan Lingkungan (PL) adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial
dan/atau administrasi lingkungan kota. Ciri utama pada kawasan Pelayanan Lingkungan (PL), adalah
skala pelayanan jenis kegiatan yang ada pada kawasan Pusat Lingkungan, diperuntukan untuk skala
pelayanan kegiatan lingkup pemukiman setingkat kecamatan, kelurahan, dan RT. Pusat lingkungan
dilengkapi dengan sarana lingkungan perkotaan pada skala pelayanan lingkungan.
3.2 Skenario Pengembangan Stuktur Ruang

Berdasarkan kondisi Kota Samarinda yang akan menjadi penyangga IKN (Ibu Kota Negara), maka
wilayah perencanaan Kota Samarinda dibagi menjadi 3, yaitu kawasan utara, tengah dan selatan.
Skenario kewilayahan yang akan diterapkan, yaitu:
1. Kawasan Selatan akan dilakukan pembatasan laju kawasan masif terbangun dengan prediksi
pertumbuhan penduduk bersifat linier
2. Kawasan Tengah dengan pengembangan pusat layanan skala regional dan nasional dengan
prediksi sistem target pada beberapa kawasan.
3. Kawasan Utara dengan prediksi pertumbuhan penduduk bersifat linier dilakukan
pengembangan dengan tetap mengutamakan dan menjaga fungsi lingkungan hidup.
Peta Pola Orientasi Struktur Ruang Kota Samarinda
3.3 Rencana Sistem Jaringan Prasarana
Rencana sistem jaringan prasarana dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kota, dan untuk
melayani kegiatan yang memiliki cakupan wilayah layanan prasarana skala kota. Sistem jaringan
prasarana wilayah yang terdiri dari:
1. sistem jaringan transportasi;
2. sistem jaringan energi;
3. sistem jaringan telekomunikasi;
4. sistem jaringan sumber daya air; dan
5. infrastruktur perkotaan;
Rencana sistem jaringan prasarana ini sangat erat kaitannya dengan pembentukan struktur ruang
wilayah Kota Samarinda yang utuh antara pusat kegiatan dan infrastruktur penunjang dan
dibutuhkan. Sistem jaringan prasarana berpengaruh terhadap pemanfaatan ruang di suatu wilayah atau
kota, serta merupakan suatu upaya pemenuhan kebutuhan dasar penduduk wilayah atau kota.
3.3.1 Sistem Jaringan Transportasi
Sistem jaringan transportasi adalah serangkaian simpul dan atau ruang kegiatan atau kawasan yang
dihubungkan oleh ruang lalu lintas sehingga membentuk suatu kesatuan untuk keperluan
penyelenggaraan transportasi. Terdapat keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan antara transportasi
dengan pola tata guna lahan pada setiap kawasan kota. Kegiatan transportasi merupakan kegiatan jasa yang
melayani pergerakan kegiatan sosial dan kegiatan ekonomi penduduk, maka pelayanan sistem
tranportasi kota harus mampu mendukung dan sesuai dengan struktur dan fungsi kota dan bagian
wilayah kota secara keseluruhan.
Pengembangan sistem transportasi Kota Samarinda tidak terlepas dari adanya faktor eksternal berupa
kebijakan nasional dan regional (Provinsi Kalimantan Timur) yang direncanakan melalui wilayah
Kota Samarinda. Adapun faktor eksternal yang dimaksud adalah:
➢ Rencana pengembangan Bandara APT Pranoto
➢ Rencana jalan tol Samarinda – Balikpapan
➢ Rencana pembangunan jalan lingkar dalam dan luar Kota Samarinda
➢ Rencana pengembangan sistem jaringan rel kereta api
➢ Rencana pengembangan kawasan industri di Kecamatan Palaran

3.3.1.1 Sistem Jaringan Transportasi Darat


Adapun sistem jaringan transportasi darat di Kota Samarinda, meliputi:
a. Sistem jaringan jalan;
b. Sistem jaringan kereta api; dan
c. Sistem jaringan sungai, danau dan penyebrangan.
A. Sistem Jaringan Jalan
Sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan distribusi
barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan
semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan sebagai berikut:
➢ Menghubungkan secara terus menerus pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah, pusat
kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan.
➢ Menghubungkan antarpusat kegiatan nasional.
Jaringan jalan primer dibedakan atas jalan arteri primer, jalan kolektor primer, jalan lokal primer, dan
jalan lingkungan primer, dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Jalan arteri primer menghubungkan secara berdaya guna antar pusat kegiatan nasional atau
antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah.
2. Jalan kolektor primer menghubungkan secara berdayaguna antara pusat kegiatan nasional dengan
pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan
pusat kegiatan lokal.
3. Jalan lokal primer menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan nasional dengan pusat
kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan
lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antar pusat kegiatan
lingkungan.
4. Jalan lingkungan primer menghubungkan antar pusat kegiatan di dalam Kawasan perdesaan dan
jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan.
B. Sistem Jaringan Kereta Api
Perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi tidak dapat dipisahkan dari moda-moda
transportasi lain. Transportasi perkeretaapian mempunyai karakteristik pengangkutan
secara massal dan memakai ruang secara lebih efisien. Provinsi Kalimantan Timur pada umumnya
dan Kota Samarinda pada khususnya tengah berencana membangun sistem perkeretaapian, untuk
memenuhi kebutuhan perjalanan selain dari menggunakan prasarana jalan raya.
➢ Jaringan Jalur Kereta Api
Angkutan yang menggunakan kereta api merupakan angkutan yang terpadu pada seluruh lintas.
Adapun rencana lintas kereta api yang melewati Kota Samarinda dengan jaringan dan layanan kereta
api lintas utama anta kota dengan prioritas tinggi sebagaimana arahan RTRW Provinsi Kalimantan
Timur adalah:
a. Bts. Prov. Kalimantan Selatan – Kuaro – Long Kali – Penajam – Balikpapan – Sanga-sanga –
Samarinda – Bontang – Sangatta – Muara Wahau – Muara Lesan – Tanjung Redeb – Tanjung
Batu – Bts. Prov. Kalimantan Utara.
b. Samarinda – Tenggarong – Kota Bangun – Muara Kedang – Damai – Bts. Prov. Kalimantan
Tengah (Kab. Muara Teweh).
Pembangunan jaringan dan layanan kereta api yang menghubungkan wilayah sumber daya alam atau
kawasan produksi dengan pelabuhan pada lintas Tenggarong – Samarinda – Sanga-Sanga – Samboja.
Pengembangan jaringan dan layanan kereta api perintis pada lintas di Kota Samarinda.
Dalam memenuhi kebutuhan akan angkutan kereta api, rencana pelayanan jaringan kereta di Wilayah
Kota Samarinda, dilayani dengan jalur kereta api rel ganda, dan stasiun kereta api. Rencana rute jalur
rel kereta meliputi: Kelurahan Sungai Siring – Kelurahan Tanah Merah – Kelurahan Mugirejo –
Kelurahan Sambutan – Kelurahan Pulau Atas – Jembatan Mahakam – Kelurahan Bukuan – Kelurahan
Bantuas.

Adapun rencana pembangunan sistem jaringan rel kereta api di Kota Samarinda hingga yang
direncanakan hingga tahun 2040 adalah sepanjang ± 33,85 Km.
➢ Stasiun Kereta Api
Untuk mendukung kegiatan pergerakan perpindahan orang atau barang melalui jalur KA umum di Kota
Samarinda, maka direncanakan Stasiun Kereta Api Kelas Besar di Kota Samarinda, yang harapannya
dapat terkoneksikan antar moda. Rencana pembangunan stasiun kereta api meliputi:
a. Kecamatan Samarinda Utara, Kelurahan Sungai Siring yang terintegrasi dengan Bandara APT
Pranoto dan Kelurahan Tanah Merah.
b. Kelurahan Pulau Atas di Kecamatan Sambutan.
c. Kelurahan Bukuan di Kecamatan Palaran.
Terkait dengan kebutuhan pengembangan sistem jaringan kereta api tersebut, diperlukan adanya
beberapa perlindungan kawasan sekitar jalur kereta api untuk pengamanan terhadap kecelakaan dan
kebisingan, yakni berupa RTH sempadan rel kereta api di sepanjang kiri dan kanan jalur kereta api
dengan lebar 11 meter masing-masing dari tepi terluar rel kereta api. Perlintasan kereta api adalah
perpotongan antara jalur kereta api dengan jalan raya. Setiap perlintasan KA harus ada
pengamanan, baik pintu perlintasan dan penjaga.
C. Sistem Jaringan Transportasi Sungai, Danau dan Penyeberangan
Pelayanan jaringan transportasi sungai, danau dan penyeberangan, terdiri dari: pelabuhan dan alur
pelayaran angkutan sungai dan danau; dan pelabuhan dan alur pelayaran lintas penyeberangan.
3.3.1.2 Sistem Jaringan Transportasi Udara
Bandar Udara
Bandar udara umum dan bandar udara khusus dapat meliputi:
1. bandar udara pengumpul skala pelayanan primer;
2. bandar udara pengumpul skala pelayanan sekunder;
3. bandar udara pengumpul skala pelayanan tersier;
4. bandar udara pengumpan (umum); dan/atau
5. bandar udara khusus yang berada di wilayah kota dikembangkan untuk menunjang pengembangan
kegiatan tertentu.
Adapun bandar udara yang terdapat di wilayah Kota Samarinda, yaitu Bandar Udara Pengumpul
(Hub) Skala Pelayanan Sekunder. Merupakan Bandar Udara AP sebagai salah satu prasarana
penunjang pelayanan Pusat Kegiatan Nasional yang melayani penumpang dengan jumlah paling
rendah 1.000.000 (satu juta) dan kurang dari 5.000.000 (lima juta). Bandar udara yang diarahkan
menjadi bandar udara pengumpul skala pelayanan primer adalah Bandar Udara APT Pranoto di
Kecamatan Samarinda Utara.
Peta Rencana Sistem Jaringan Tranportasi Darat
Peta Rencana Sistem Jaringan Kereta Api
Peta Rencana Sistem Jaringan Tranportasi Sungai
Peta Rencana Sistem Jaringan Tranportasi Udara
3.3.2 Sistem Jaringan Energi
I. Jaringan Infrastruktur Minyak dan Gas Bumi
Rencana pengembangan jaringan pipa gas nasional: jaringan pipa bawah laut
Lapangan Gas Kota Samarinda – Terminal Gas di Santan – Pipa Transmisi Bontang.
II. Jaringan Infrastruktur Ketenagalistrikan
Keseluruhan kebutuhan energi listrik di kawasan perencanaan berdasarkan standar
perencanaan lingkungan perkotaan kebutuhan listrik adalah:
1. Kebutuhan energi listrik perumahan dan permukiman diasumsikan minimum
450 VA/Watt dan maksimum 990 VA/Watt setiap unitnya.
2. Fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum dengan tipe kecil adalah
1.500 VA/Watt, tipe sedang adalah 2.500 VA/Watt dan tipe besar dengan
3.500 VA/Watt.
3. Fasilitas umum kebutuhan energi listriknya adalah 20 %.
4. Penerangan jalan kebutuhan listriknya adalah 10 % dari total kebutuhan
keseluruhan.
3.3.3 Sistem Jaringan Telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi di Wilayah Kota Samarinda, meliputi: Sistem Jaringan Kabel; dan
Sistem Nirkabel.
(1) Sistem Jaringan Telekomunikasi Kabel, berupa:
a. Peningkatan kapasitas terpasang Stasiun Telepon Otomat (STO) secara bertahap;
b. Penambahan rumah kabel di Kecamatan Palaran, Kecamatan Samarinda Utara,
Kecamatan Sungai Kunjang, Kecamatan Samarinda Ilir; dan
(2) Rencana Sistem Telekomunikasi nirkabel direncanakan pembangunan dan penggunaan
sebagai berikut:
a. Menara Base Tranceiver Station (BTS) terletak Kelurahan Mesjid Kecamatan
Samarinda Seberang, Kelurahan Rawa Makmur Kecamatan Palaran, Kelurahan
Lempake Kecamatan Samarinda Utara, Kelurahan Bugis Kecamatan Samarinda Kota,
Kelurahan Bukit Pinang Kecamatan Samarinda Ulu dan Kelurahan Sidodadi Kecamatan
Samarinda Ulu;
b. Pengembangan telepon nirkabel dan lokasi menara Base Tranceiver Station (BTS)
terpadu di wilayah Kota Samarinda untuk dimanfaatkan secara bersama-sama oleh
penyedia layanan telekomunikasi (operator);
c. Rencana sistem telekomunikasi nirkabel lanjut diatur dalam Peraturan Walikota;
Rencana sistem telekomunikasi nirkabel, direncanakan pembangunan dan penggunaan
menara bersama Base Transceiver Station (BTS) terpadu untuk dimanfaatkan secara
bersama-sama oleh penyedia layanan telekomunikasi (operator).

3.3.4. Sistem Jaringan Sumber Daya Air


Potensi dan pengembangan sistem jaringan sumber daya air di Wilayah Kota
Samarinda, meliputi:
a. Wilayah sungai.
b. Jaringan air baku.
c. Sistem jaringan irigasi.
d. Sistem pengendalian banjir.
(1) Jaringan SDA Wilayah Sungai, meliputi:
a) Sungai Mahakam yang melintasi Kecamatan Palaran, Samarinda Seberang, Loa Janan Ilir,
Sungai Kunjang, Samarinda Ulu, Samarinda Kota, Samarinda Ilir dan Sambutan;
b) Sungai Karang Mumus yang melintasi Kecamatan Samarinda Ilir, Samarinda Kota,
Samarinda Ulu, Sungai Pinang, dan Samarinda Utara;
c) Sungai Karang Asam Besar yang melintasi Kecamatan Sungai Kunjang; dan
d) Sungai Karang Asam Kecil yang melintasi Kecamatan Sungai Kunjang.
(2) Jaringan dan prasarana air baku, terdiri atas:
a. Sungai-sungai yang melintasi kota yang melalui Kelurahan Karang Mumus,
Kelurahan Temindung Permai, Kelurahan Pelita, Kelurahan Bandara, dan Kelurahan
Gunung Lingai.
b. Waduk yaitu Waduk Benanga yang terletak di Kelurahan Lempake Kecamatan
Samarinda Utara.
c. Embung yang terletak di Kelurahan Lempake, Kelurahan Tanah Merah dan Kelurahan
Sungai Siring Kecamatan Samarinda Utara.
(3) Sistem jaringan irigasi dilayani oleh Daerah Irigasi (DI) meliputi:
a. Kecamatan Samarinda Utara
b. Kecamatan Sambutan
c. DI Loa Bahu Kecamatan Sungai Kunjang
d. DI Belimau Kecamatan Samarinda Ulu
e. Kecamatan Loa Janan Ilir
f. Kecamatan Palaran
(4) Sistem pengendalian banjir di Kota Samarinda diarahkan dengan cara pembuatan kolam
retensi dan kolam detensi untuk menampung luapan air yang terletak di Kecamatan
Samarinda Utara, Samarinda Ulu, dan Sungai Pinang.
3.3.5 Infrastruktur Perkotaan
1) Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
Sistem penyediaan air minum mencakup sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan
jaringan perpipaan, dengan rencana pengembangan meliputi:
a. Mengembangkan rencana sistem penyediaan air minum dengan perpipaan untuk
seluruh wilayah kota;
b. Meningkatkan cakupan wilayah pelayanan distribusi air minum untuk seluruh wilayah
kota;
c. Memperbaiki jaringan pipa air bersih secara bertahap, meningkatkan manajemen
operasi dan pemeliharaan pelayanan air minum;
d. Peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan
pengembangan sistem air bersih untuk air minum; dan
e. Peningkatan kapasitas dan kualitas pengelolaan air bersih.

2) Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)


Penanganan sistem pengelolaan air limbah di Wilayah Kota Samarinda, meliputi:
1. Sistem pembuangan air limbah industri dan kegiatan komersial
a) Pengelolaan IPAL terpadu .
b) Pengembangan sistem instalasi pengolahan air limbah (IPAL) kegiatan perdagangan
dan jasa di pusat pelayanan kota dan sub pusat pelayanan kota;
c) Peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan
pengembangan sistem air limbah;
d) Peningkatan kapasitas dan kualitas pengelolaan air limbah.
2. Sistem pembuangan air limbah rumah tangga baik individual maupun komunal.
a) Pemakaian sistem pengolahan sanitasi terpusat (off site sanitation) untuk daerah
kepadatan tinggi atau sangat tinggi.
b) Pemakaian sistem pembuangan air limbah rumah tangga individual diarahkan pada
kawasan perumahan kepadatan rendah di Kecamatan Palaran, Kecamatan Loa Janan
Ilir, Kecamatan Sambutan, dan Kecamatan Samarinda Utara.
3. Rencana sistem pembuangan air limbah rumah tangga baik individual maupun
komunal meliputi:
a) Pemakaian sistem pengolahan sanitasi terpusat (off site sanitation) untuk daerah
kepadatan tinggi atau sangat tinggi di Kecamatan Samarinda Ulu; dan
b) Pemakaian sistem pembuangan air limbah rumah tangga individual diarahkan
pada kawasan perumahan kepadatan rendah di Kecamatan Palaran, Kecamatan Loa
Janan Ilir, Kecamatan Sambutan, dan Kecamatan Samarinda Utara.
4. Peningkatan layanan pengelolaan limbah, meliputi instalasi pengolahan limbah
(IPAL).
5. Peningkatan layanan pengelolaan limbah tinja (IPLT).
Peningkatan layanan pengelolaan air limbah meliputi perencanaan dan pengelolaan air
limbah kawasan padat.

3) Sistem Jaringan Persampahan Kota


Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan mengubah
sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis (Pemanfaatan sampah), yaitu
menciptakan industri baru atau industri kreatif, dan mengolah sampah agar menjadi
material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup.
Eksisting pelayanan dan rencana jaringan pembuangan sampah di Wilayah Kota
Samarinda, terdiri dari:
a. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) terdiri dari:
1. TPA Palaran di Kelurahan Simpang Pasir dengan luas kurang lebih 10 hektar;
2. TPA Sambutan di Kelurahan Sambutan dengan luas kurang lebih 10 hektar;
3. TPA Utara di Kecamatan Samarinda Utara dengan luas kurang lebih 30 hektar;
4. TPA Regional di Kecamatan Loa Janan Ilir dengan luas kurang lebih 75 hektar.
5. Rencana pembangunan TPA Batu Cermin,
b. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) tersebar di Kecamatan Palaran,
Kecamatan Samarinda Seberang, Kecamatan Loa Janan Ilir, Kecamatan Samarinda Ulu,
Kecamatan Samarinda Kota, Kecamatan Samarinda Ilir, Kecamatan Sambutan,
Kecamatan Sungai Kunjang, Kecamatan Sungai Pinang dan Kecamatan Samarinda
Utara.
c. Peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan
pengembangan sistem persampahan.

Mengelola sampah dengan menerapkan konsep mengurangi, mendaur ulang dan


menggunakan kembali atau disebut konsep 3R (reduce, recycle, reuse). Rencana
pengembangan sistem pengelolaan persampahan yang terletak di Kecamatan
Sambutan, Samarinda Utara dan Loa Janan Ilir menggunakan system Sanitary Landfill.
4) Sistem Drainase
Pengertian tentang drainase kota pada dasarnya telah diatur dalamSK Menteri PU No. 233
tahun 1987. Menurut SK tersebut, yang dimaksud drainase kota adalah: jaringan
pembuangan air yang berfungsi mengeringkan bagian-bagian wilayah administrasi kota dan
daerah urban dari genangan air, baik dari hujan lokal maupun luapan sungai yang
melintas di dalam kota. Berdasarkan fisiknya, sistem drainase, terdiri atas : saluran primer,
saluran sekunder, dan saluran tersier.
Pengembangan dan peningkatan sistem jaringan drainase, dilakukan dengan cara:
a. Normalisasi aliran sungai-sungai utama yaitu Sungai Karang Mumus, Sungai Karang
b. Asam Besar, Sungai Karang Asam Kecil, dan Sungai Rapak Dalam dengan membuat
sodetan/saluran diversi dilengkapi bangunan pelimpah samping dan pintu-pintu di
bagian hilir,serta penyaringan/penangkapan sampah.
c. Perbaikan dimensi penampang bangunan-bangunan pelengkap seperti: jembatan dan
gorong-gorong
d. Kawasan permukiman baru yang dikelola secara pribadi maupun massal, wajib
menyiapkan sistem drainase dan sumur resapan.
e. Peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan
pengembangan sistem drainase.
f. Peningkatan kapasitas dan kualitas pengelolaan drainase.

5) Sistem Jaringan Pejalan Kaki


➢ Sistem jaringan pejalan kaki wilayah Kota Samarinda sebagaimana dimaksud pada
dalam terdapat pada ruas Jalan KH. Agus Salim, Jalan KH. Abul Hasan, Jalan P.
Diponegoro, Jalan Pulau Sulawesi, Jalan Imam Bonjol, Jalan Mulawarman, Jalan P.
Hidayatullah, Jalan Yos Sudarso dan Jalan Jenderal Sudirman.
Prinsip umum perencanaan penyediaan prasarana dan sarana ruang pejalan kaki harus
memenuhi kaidah sebagai berikut:
a. Prinsip teknis penataan sistem sirkulasi dan jalur penghubung mengacu pada
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis
Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
b. Ruang yang direncanakan harus dapat diakses oleh seluruh pengguna, termasuk oleh
pengguna dengan berbagai keterbatasan fisik.
c. Lebar jalur pejalan kaki harus sesuai dengan standar prasarana.
d. Harus memberikan kondisi aman, nyaman, ramah lingkungan dan mudah untuk
digunakan, sehingga pejalan kaki tidak harus merasa terancam dengan lalu lintas atau
ganggungan dari lingkungan sekitarnya.
e. Jalur yang direncanakan mempunyai daya tarik atau nilai tambah lain diluar fungsi
utama.
f. Terciptanya ruang sosial sehingga pejalan kaki dapat beraktivitas secara aman di
ruang publik.
g. Terwujudnya keterpaduan sistem, baik dari aspek penataan lingkungan atau dengan
sistem transportasi atau aksesilibitas antar kawasan.
h. Terwujud perencanaan yang efektif dan efisien sesuai dengan tingkat kebutuhan dan
perkembangan kawasan.

Pembagian zona ini dimaksudkan agar ruang pejalan kaki yang ada dapat tetap
melayani para pejalan kaki yang melintasi area ini dengan nyaman.
➢ Ruang Pejalan Kaki di RTH (Green Pathway)
Merupakan ruang pejalan kaki yang terletak diantara ruang terbuka hijau. Ruang ini
merupakan pembatas di antara ruang hijau dan ruang sirkulasi pejalan kaki. Area ini
menyediakan satu penyangga dari sirkulasi kendaraan di jalan dan memungkinkan untuk
dilengkapi dengan berbagai elemen ruang, seperti hidran air, kios telepon umum, dan
perabot-perabot jalan (bangku- bangku, marka, dan lain- lain).

Zona pengembangan pejalan kaki terarah ke kawasan pusat kota. Kawasan pusat adalah
kawasan yang mengakomodir volume pejalan kaki yang lebih besar dibanding kawasan
pemukiman. Ruang pejalan kaki di area ini dapat berfungsi untuk berbagai tujuan yang
beragam dan terdiri dari berbagai zona yang dapat dimanfaatkan antara lain: zona
bagian depan gedung, zona bagi pejalan kaki, zona bagi tanaman / perabotan jalan, dan
zona untuk pinggir jalan.
Peta Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Peta Rencana Sistem Penyediaan Air Minum
Peta Renc ana Sistem Pengelolaan Air Limbah
Peta Rencana Sistem Jaringan Persampahan
Peta Rencana Sistem Jaringan Drainas
BAB IV
EVALUASI TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA
SAMARINDA TAHUN 2020 – 2024

Dalam Evaluasi terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Samarinda Tahun 2020 - 2024
ada 5 aspek yang kita kaji, yaitu aspek Pusat Pelayanan Kota, Sub Pusat Pelayanan Kota, Skenario
Pengembangan Struktur Ruang, Rencana Sistem Jaringan Prasarana dan Infrastruktur Perkotaan.
Evaluasi terhadap Rencana Tata ruang Wilayah (RTRW) Kota Samarinda Tahun 2020 – 2024 ini
dilakukan dengan cara menganalisa dan membandingkan konsep tata ruang kota Samarinda yang
terdapat di dalam RTRW kota Samarinda terhadap kondisi eksisting kota Samarinda saat ini sebagai
objek tata ruang wilayah.

4.1 Aspek Pusat Pelayanan Kota


➢ Dalam RTRW Kota Samarinda Tahun 2020 – 2024 disebutkan bahwa Pusat pelayanan kota
yang mempunyai skala pelayanan regional terdapat di:
a) Pusat Pelayanan Kota 1 yaitu Kelurahan Bugis di Kecamatan Samarinda Kota.
b) Pusat Pelayanan Kota 2 yaitu Kelurahan Handil Bakti di Kecamatan Palaran.
➢ Kondisi Eksisting : Kelurahan Sungai Keledang, Kecamatan Samarinda Seberang lebih
mendominasi sebagai pusat pelayanan Kota 2, hal ini terlihat tumbuhnya kegiatan
perkantoran dan pusat pemerintahan kota.
➢ Evaluasi terhadap RTRW Kota Samarinda Tahun 2020-2024 yaitu :
Pembangunan perkantoran yang ada tidak mendukung terhadap rencana RTRW yang ada
yakni wilayah yakni di Wilayah Handil Bakti dan Samarinda Seberang
➢ Usulan terhadap evaluasi :
1. Fokus pembangunan perkantoran lebih diarahakan kembali di Kelurahan Handil Bakti
Kecamatan Palaran
2. Pembatasan pembangunan kegiatan perkantoran dan pusat pemerintahan di Kecamatan
Samarinda Seberang

4.2 Aspek Sub Pusat Pelayanan Kota ( Sub PKK )


➢ Dalam RTRW Kota Samarinda Tahun 2020 – 2024 disebutkan ada 8 Sub Pusat
Pelayanan Kota ( Sub PKK ) :
1. Sub Pusat Pelayanan Kota 1 ( Sub PPK 1 ) yaitu Kelurahan Rapak Dalam di Kecamatan
Loa Janan Ilir
2. Sub Pusat Pelayanan Kota 2 ( Sub PPK 2 ) yaitu Kelurahan Bantuas dan Rawa Makmur
di Kecamatan Palaran
3. Sub Pusat Pelayanan Kota 3 ( Sub PPK 3 ) yaitu Kecamatan Samarinda Seberang
dengan simpul pusat kegiatan pada Kelurahan Baqa
4. Sub Pusat Pelayanan Kota 4 ( Sub PPK 4 ) yaitu Kelurahan Air Putih di Kecamatan
Samarinda Ulu
5. Sub Pusat Pelayanan Kota 5 ( Sub PPK 5 ) yaitu Kelurahan Makroman di Kecamatan
Sambutan
6. Sub Pusat Pelayanan Kota 6 ( Sub PPK 6 ) yaitu Kelurahan Loa Bakung di Kecamatan
Sungai Kunjang
7. Sub Pusat Pelayanan Kota 7 ( Sub PPK 7 ) yaitu Kelurahan Gunung Lingai di Kecamatan
Sungai Pinang
8. Sub Pusat Pelayanan Kota 8 ( Sub PPK 8 ) yaitu Kelurahan Sungai Dama di Kecamatan
Samarinda Ilir
➢ Kondisi Eksisting :
1. Sub PKK 1 : Simpul pusat kegiatan diarahkan dengan fungsi kegiatan utama yang
meliputi :
a) Perdagangan jasa skala kota;
b) Perkantoran; dan
c) Industri skala nasional.
2. Sub PKK 2 : Simpul pusat kegiatan pada diarahkan dengan fungsi kegiatan utama yang
meliputi:
a) Perdagangan jasa (pergudangan);
b) Industri skala nasional; dan
c) Transportasi regional (pelabuhan dan terminal barang/industri)
3. Sub PKK 3 : Fungsi kegiatan utama perdagangan jasa skala kota
4. Sub PKK 4 : Simpul pusat kegiatan pada diarahkan dengan fungsi kegiatan utama yang
meliputi:
a) Pemerintahan provinsi;
b) Perdagangan jasa skala regional;
c) Pelayanan kesehatan skala regional;
d) Perkantoran; dan
e) Industri skala kota.
5. Sub PKK 5 : Simpul pusat kegiatan pada diarahkan dengan fungsi kegiatan utama yang
meliputi:
a) Pusat pemerintahan kota
b) Perdagangan jasa skala kota; dan
c) Perkantoran.
6. Sub PKK 6 : Simpul pusat kegiatan pada diarahkan dengan fungsi kegiatan utama yang
meliputi:
a) Perdagangan jasa skala kota;
b) Perkantoran; dan
c) Industri skala kota.
7. Sub PKK 7 : Simpul pusat kegiatan diarahkan pada fungsi kegiatan utama yang meliputi:
a) Perdagangan jasa skala kota;
b) Perkantoran; dan
c) Pertanian perkebunan.
8. Sub PKK 8 : Simpul pusat kegiatan diarahkan dengan fungsi kegiatan utama perdagangan
jasa skala kota.
➢ Evaluasi terhadap RTRW Kota Samarinda Tahun 2020 - 2024 yaitu :
1. Sub PKK 1 : Sudah sesuai kondisi eksisting.
2. Sub PKK 2 : Sudah sesuai kondisi eksisting.
3. Sub PKK 3 : Sudah sesuai kondisi eksisting.
4. Sub PKK 4 : Sudah sesuai kondisi eksisting.
5. Sub PKK 5 : Sampai dengan saat ini belum ada realisasi terhadap rencana sebagai
pusat pemerintahan kota, terbukti dengan banyaknya dilakukan pembangunan dan
perbaikan fasilitas perkantoran di pusat kota (Kecamatan Samarinda Ilir)
6. Sub PKK 6 : Sudah sesuai kondisi eksisting.
7. Sub PKK 7 : Sudah sesuai kondisi eksisting.
8. Sub PKK 8 : Sudah sesuai kondisi eksisting.
➢ Usulan Evaluasi :
1. Sub PKK 1 : Perlu dilengkapi kelengkapan sarana dan prasarana pendukung
2. Sub PKK 2 : Perlu dilengkapi kelengkapan sarana dan prasarana pendukung
3. Sub PKK 3 : Sangat Perlu dilengkapi kelengkapan sarana dan prasarana pendukung
4. Sub PKK 4 : Sangat perlu peningkatan kualitas terhadap sarana dan prasarana pendukung
5. Sub PKK 5 : Perlu segera direalisasikan pembangunan fasilitas perkantoran sebagai realisasi
terhadap rencana sebagai pusat pemerintahan kota.
6. Sub PKK 6 : Perlu dilengkapi kelengkapan sarana dan prasarana pendukung
7. Sub PKK 7 : Perlu dilengkapi kelengkapan sarana dan prasarana pendukung
8. Sub PKK 8 : Perlu dilengkapi kelengkapan sarana dan prasarana pendukung.

4.3 Skenario Pengembangan Struktur Ruang


➢ Dalam RTRW Kota Samarinda Tahun 2020 – 2024 disebutkan skenario kewilayahan
yang akan diterapkan, yaitu:
1. Kawasan Selatan akan dilakukan pembatasan laju kawasan masif terbangun dengan
prediksi pertumbuhan penduduk bersifat linier
2. Kawasan Tengah dengan pengembangan pusat layanan skala regional dan nasional
dengan prediksi sistem target pada beberapa kawasan.
3. Kawasan Utara dengan prediksi pertumbuhan penduduk bersifat linier dilakukan
pengembangan dengan tetap mengutamakan dan menjaga fungsi lingkungan hidup.
➢ Kondisi Eksisting :
1. Kondisi bagian utara dilakukan pembangunan yang masif namun tidak memperhatikan
fungsi lingkungan hidup
2. Kondisi bagian selatan, dikembangkan sebagai kutub pertumbuhan yang baru
dikarenakan fasilitas yang telah dibangun dan telah ditetapkannya Provinsi Kalimantan
Timur sebagai IKN
➢ Evaluasi terhadap RTRW Kota Samarinda Tahun 2020 - 2024 yaitu :
1. Pembangunan di Kawasan Utara tidak sejalan dengan rencana RTRW karena adanya
pembangunan yang masif dan penambangan illegal.
2. Pembangunan di Kawasan tidak sejalan dengan RTRW karena adanya pembangunan
yang masif dan penambangan illegal.
➢ Usulan Evaluasi:
1. Kondisi kawasan utara sebaiknya dikembalikan sebagai bagian yang tetap difungsikan
sebagai kawasan yang mendukung daya dukung dan daya tampung serta menjadi
kawasan resapan kota.
2. Kondisi Kawasan Selatan sebaik tidak dilakukan pembatasan laju kawasan dan
melakukan perencanaan dan penataan yang matang lagi dalam mendukung Provinsi
Kalimantan Timur sebagai IKN

4.4 Rencana Sistem Jaringan Prasarana


➢ Dalam RTRW Kota Samarinda Tahun 2020 – 2024 disebutkan :
1. Sistem Jaringan Transportasi
2. Sistem Jaringan Sumber Daya Air
➢ Kondisi Eksisting :
1. Sistem Jaringan Transportasi :
(1) Rencana pengembangan Bandara APT Pranoto
(2) Rencana jalan tol Samarinda – Balikpapan
(3) Rencana pembangunan jalan lingkar dalam dan luar Kota Samarinda
(4) Rencana pengembangan sistem jaringan rel kereta api
(5) Rencana pengembangan kawasan industri di Kecamatan Palaran
➢ Evaluasi terhadap RTRW Kota Samarinda Tahun 2020 - 2024 yaitu :
1. Sistem Jaringan Transportasi :
(1) Tidak adanya realisasi pembangunan jembatan untuk mengurai kemacetan dan
permudah aksebilitas.
(2) Tidak ada penambahan jaringan jalan baru dan peningkatan kualitas jaringan jalan
yang telah ada;
(3) Tidak adanya penambahan dan peningkatan fasilitas pendukung transportasi (seperti
terminal angkutan darat);
(4) Tidak adanya masterplan peralihan sarana transportasi umum yang berkualitas dalam
mendukung konsep Smart City;
(5) Tidak adanya penentuan lokasi akan terminal barang yang terpusat tidak tersebar
seperti kondisi saat ini;
(6) Tidak adanya realisasi terhadap pengembangan sistem jaringan rel kereta api yang
bertahap, dengan pengutamaan aternatif untuk perpindahan barang dan mendukung
alternatif perpindahan manusia
➢ Usulan Evaluasi :
Sistem Jaringan Transportasi :
(1) Perlunya adanya rencana dan realisasi pembangunan baru terhadap transportasi darat
yaitu jembata penghubung tambahan yang menghubungkan Samarinda Kota dengan
Samarinda Seberang yang akan bermamfaat mengurai kemacetan yang terjadi untuk
melancarkan arus kendaraan di Kota Samarinda;
(2) Perlu ada penambahan jaringan jalan (sebagai alternatif lain untuk melakukan
perjalanan) dan peningkayan terhadapkualitas jaringan jalan yang telah ada;
(3) Perlu adanya penambahan dan peningkatan fasilitas pendukung transportasi (seperti
terminal angkutan darat);
(4) Perlu adanya peralihan sarana transportasi umum yang berkualitas dalam mendukung
konsep Smart City;
(5) Perlu adanya penentuan lokasi akan terminal barang yang terpusat tidak tersebar
seperti kondisi saat ini;
(6) Realisasi terhadap pengembangan sistem jaringan rel kereta api yang bertahap,
dengan pengutamaan aternatif untuk perpindahan barang dan mendukung alternatif
perpindahan manusia
➢ Kondisi Eksisting :
Sistem Jaringan Sumber Daya Air
(1) Jaringan dan prasarana air baku, terdiri atas :
a. Sungai-sungai yang melintasi kota yang melalui Kelurahan Karang Mumus,
Kelurahan Temindung Permai, Kelurahan Pelita, Kelurahan Bandara, dan
Kelurahan Gunung Lingai.
b. Waduk yaitu Waduk Benanga yang terletak di Kelurahan Lempake Kecamatan
Samarinda Utara.
c. Embung yang terletak di Kelurahan Lempake, Kelurahan Tanah Merah dan
Kelurahan Sungai Siring Kecamatan Samarinda Utara.
(2) Sistem pengendalian banjir di Kota Samarinda diarahkan dengan cara pembuatan
kolam retensi dan kolam detensi untuk menampung luapan air yang terletak di
Kecamatan Samarinda Utara, Samarinda Ulu, dan Sungai Pinang.
➢ Evaluasi terhadap RTRW Kota Samarinda Tahun 2020 - 2024 yaitu :
1. Sistem Jaringan Sumber Daya Air :
(1) Jaringan dan prasarana air baku :
a. Saat ini hanya Sungai Mahakam yang digunakan untuk air baku sementara Sungai
lainnya dan waduk tidak bisa digunakan dikarenakan rendahnya kualitas
airKondisi jaringan dan prasarana air;
b. Jaringan air baku belum melayanai seluruh penduduk kota Samarinda
(2) Sistem pengendalian banjir di Kota Samarinda :
Tidak adanya upaya maksimal dalam hal pengendalian banjir di Kota Samarinda
yang sangat rawan terjadinya banjir
➢ Usulan Evaluasi :
2. Sistem Jaringan Sumber Daya Air :
(1) Jaringan dan prasarana air baku :
a. Diperlukan usaha yang lebih dalam penyediaan air baku terutama pengembangan
jaringan agar bisa menjangkau seluruh penduduk Kota Samarinda;
b. Perlu adanya perlindungan dan pengembalian fungsi kawasan resapan untuk
memastikan kualitas dari air baku dapat digunakan.
(2) Sistem pengendalian banjir di Kota Samarinda :
a. Perlu adanya pengembalian fungsi kawasan resapan air sehingga terjaganya aliran
air dari hulu ke hilir;
b. Perlu adanya pengembalian fungsi bantaran sungai sebagai daerah perlindungan
sungai (pemamfaatannya bisa dijadikan hutan kota);
c. Merubah paradigma bagaimana cara secepatnya mengalirkan air di permukaan ke
badan air, melainkan menerapkan bagaimana caranya mengalirkan air di
permukaan untuk segera dapat meresap ke dalam tanah (bukan hanya sekedar
menampung di badan air;
d. Perlu perbaikan system drainase, penambahan polder dan rumah pompa serta
perawatan yang rutin dilakukan;
e. Mempercepat normalisasi sungai Karang Mumus dengan merolokasi penduduk
bantara sungai agar sungai dapat berfungsi dengan baik.

4.5 Infrastruktur Perkotaan


➢ Dalam RTRW Kota Samarinda Tahun 2020 – 2024 disebutkan :
1. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
2. Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)
3. Sistem Jaringan Persampahan Kota
4. Sistem Jaringan Pejalan Kaki
➢ Kondisi Eksiting
1. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
Sistem penyediaan air minum mencakup sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan
jaringan perpipaan, dengan rencana pengembangan meliputi:
1) Mengembangkan rencana sistem penyediaan air minum dengan perpipaan untuk
seluruh wilayah kota;
2) Meningkatkan cakupan wilayah pelayanan distribusi air minum untuk seluruh
wilayah kota;
3) Memperbaiki jaringan pipa air bersih secara bertahap, meningkatkan manajemen
operasi dan pemeliharaan pelayanan air minum;
4) Peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan
pengembangan sistem air bersih untuk air minum; dan
5) Peningkatan kapasitas dan kualitas pengelolaan air bersih.
➢ Evaluasi terhadap RTRW Kota Samarinda Tahun 2020 - 2024 yaitu :
1. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
Pelayanan system penyediaan air minum di Kota Samarinda belum sepenuhnya melayani
seluruh penduduk kota dan juga kwalitas air serta pelayanan yang masih belum
memuaskan.
➢ Usulan Evaluasi :
Hal Mendasar yang perlu diperhatikan dan direalisasikan adalah penyediaan akan
infrastruktur jaringan perpipaan untuk seluruh penduduk kota, kwalitas air yang perlu
ditingkatkan, pelayanan yang perlu ditingkatkan serta kemudahan dalam pemasangan saluran
baru.
➢ Kondisi Eksiting
2. Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL)
(1) Sistem pembuangan air limbah industri dan kegiatan komersial :
a. Pengelolaan IPAL terpadu .
b. Pengembangan sistem instalasi pengolahan air limbah (IPAL) kegiatan
perdagangan dan jasa di pusat pelayanan kota dan sub pusat pelayanan kota;
c. Peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam
penyelenggaraan pengembangan sistem air limbah;
d. Peningkatan kapasitas dan kualitas pengelolaan air limbah.

(2) Sistem pembuangan air limbah rumah tangga baik individual maupun komunal :
a. Pemakaian sistem pengolahan sanitasi terpusat (off site sanitation) untuk daerah
kepadatan tinggi atau sangat tinggi.
b. Pemakaian sistem pembuangan air limbah rumah tangga individual diarahkan
pada kawasan perumahan kepadatan rendah di Kecamatan Palaran, Kecamatan
Loa Janan Ilir, Kecamatan Sambutan, dan Kecamatan Samarinda Utara.
(3) Rencana sistem pembuangan air limbah rumah tangga baik individual maupun
komunal meliputi:
a. Pemakaian sistem pengolahan sanitasi terpusat (off site sanitation) untuk daerah
kepadatan tinggi atau sangat tinggi di Kecamatan Samarinda Ulu; dan
b. Pemakaian sistem pembuangan air limbah rumah tangga individual diarahkan
pada kawasan perumahan kepadatan rendah di Kecamatan Palaran, Kecamatan
Loa Janan Ilir, Kecamatan Sambutan dan Kecamatan Samarinda Utara.
(4) Peningkatan layanan pengelolaan limbah, meliputi instalasi pengolahan limbah
(IPAL).
1. Peningkatan layanan pengelolaan limbah tinja (IPLT);
2. Peningkatan layanan pengelolaan air limbah meliputi perencanaan dan
pengelolaan air limbah kawasan padat.
➢ Evaluasi terhadap RTRW Kota Samarinda Tahun 2020 - 2024 yaitu :
Sampai dengans saat ini di Kota Samarinda tidak memiliki Instalasi Pengolahan Limbah
Kota.
➢ Usulan Evaluasi :
Hal Mendasar yang perlu diperhatikan dan direalisasikan adalah penyediaan akan
infrastruktur jaringan sanitasi rumahan yang layak dan mendukung perlindungan aspek
lingkungan untuk kesehatan masayarakat
➢ Kondisi Eksiting
3. Sistem Jaringan Persampahan Kota
Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan mengubah
sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis (Pemanfaatan sampah), yaitu
menciptakan industri baru atau industri kreatif, dan mengolah sampah agar menjadi material
yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup.
➢ Evaluasi terhadap RTRW Kota Samarinda Tahun 2020 - 2024 yaitu :
a) Kapasitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah masih terbatas;
b) Belum adanya teknologi pengolahan/daur ulang sampah yang baik;
c) Kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan dan penerapan
Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang masih rendah.
➢ Usulan Evaluasi :
a) Penambahan fasilitas persampahan yaitu Tempat Pembuangan Akhir (TPA);
b) Sistem aliran pembuangan sampah yang dibangun secara hulu ke hilir (Sampah dari
masyarakat teralirkan dengan baik sampai ke TPA);
c) Perlunya dilakukan penyadaran dan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang
sampah sembarangan dan penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS);
d) Perlu di siapkan teknologi pengolahan sampah yang ramah lingkungan dengan belajar
ke negara-negara maju dalam pengelolaan sampah kota.
➢ Kondisi Eksiting
4. Sistem Jaringan Pejalan Kaki
Sistem jaringan pejalan kaki wilayah Kota Samarinda sebagaimana dimaksud pada dalam
terdapat pada ruas Jalan KH. Agus Salim, Jalan KH. Abul Hasan, Jalan P. Diponegoro,
Jalan Pulau Sulawesi, Jalan Imam Bonjol, Jalan Mulawarman, Jalan P. Hidayatullah,
Jalan Yos Sudarso dan Jalan Jenderal Sudirman.
➢ Evaluasi terhadap RTRW Kota Samarinda Tahun 2020 - 2024 yaitu :
Sampai dengan saat ini belum adanya upaya maksmimal dan terus menerus untuk
pemenuhan fasilatas pejalan kaki di kota Samrinda.
➢ Usulan Evaluasi :
Sudah saatnya Samarinda membanguan pedestrian/fasilitas pejalan kaki yang aman, nyaman,
memenuhi standar dan berkeselamatan terutama di jalan-jalan protokol kota Samarinda.
MATRIK
EVALUASI TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA SAMARINDA
TAHUN 2020 - 2024

No Aspek Kajian Rencana RTRW Kondisi Eksisting / Rencana RTRW Evaluasi Terhadap Rencana RTRW
I RPJPD Kota Samarinda
Visi :
Terwujudnya Masyarakat Yang Adil Dan Sejahtera Dalam Pembangunan Berkelanjutan
Misi :
1. Mewujudkan kualitas Sumber Daya Manusia Kota Samarinda yang berdaya saing berbasis penegakan hukum.
2. Mewujudkan pembangunan perekonomian Kota Samarinda yang tangguh berbasis sektor unggulan daerah.
3. Mewujudkan lingkungan yang sehat dan asri.
II Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Samarinda
Mewujudkan Kota Samarinda Sebagai Kota Tepian dengan Fokus Pengembangan Perdagangan dan Jasa dan Industri Berskala Nasional dengan Peningkatan Kualitas Lingkungan yang Nyaman dan Berkelanjutan
1 Pusat Pelayanan Kota Pusat pelayanan kota yang Kelurahan Sungai Keledang, Kecamatan Samarinda Seberang 1. Fokus pembangunan perkantoran lebih diarahakan kembali di Kelurahan Handil Bakti
mempunyai skala pelayanan regional lebih mendominasi sebagai pusat pelayanan Kota 2, hal ini Kecamatan Palaran
terdapat di: terlihat tumbuhnya kegiatan perkantoran dan pusat 2. Pembatasan pembangunan kegiatan perkantoran dan pusat pemerintahan di Kecamatan
a. Pusat Pelayanan Kota 1, adalah pemerintahan kota. Samarinda Seberang
Kelurahan Bugis di Kecamatan
Samarinda Kota.
b. Pusat Pelayanan Kota 2, adalah
Kelurahan Handil Bakti di Kecamatan
Palaran.
2 Sub Pusat Pelayanan Kota Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub Simpul pusat kegiatan diarahkan dengan fungsi Sudah sesuai kondisi eksisting, namun perlu dilengkapi kelengkapan sarana dan
PPK) 1, yakni pada Kelurahan Rapak kegiatan utama yang meliputi: prasarana pendukung
Dalam di Kecamatan Loa Janan Ilir a) Perdagangan jasa skala kota;
b) Perkantoran; dan
c) Industri skala nasional.

Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub Simpul pusat kegiatan pada diarahkan dengan fungsi kegiatan Sudah sesuai kondisi eksisting, namun perlu dilengkapi kelengkapan sarana dan
PPK) 2, yakni Kelurahan Bantuas dan utama yang meliputi: prasarana pendukung
Rawa Makmur di Kecamatan Palaran a) Perdagangan jasa (pergudangan);
b) Industri skala nasional; dan
c) Transportasi regional (pelabuhan dan terminal barang/industri)
Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub Fungsi kegiatan Sudah sesuai kondisi eksisting, namun sangat perlu dilengkapi kelengkapan sarana dan
PPK) 3, yakni di Kecamatan utama perdagangan jasa skala kota prasarana pendukung
Samarinda Seberang dengan simpul
pusat kegiatan pada Kelurahan Baqa
Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub Simpul pusat kegiatan pada diarahkan dengan fungsi kegiatan Sudah sesuai kondisi eksisting, namun sangat perlu peningkatan kualitas terhadap sarana
PPK) 4, yakni Kelurahan Air Putih di utama yang meliputi: dan prasarana pendukung
Kecamatan Samarinda Ulu a) Pemerintahan provinsi;
b) Perdagangan jasa skala regional;
c) Pelayanan kesehatan skala regional;
d) Perkantoran; dan
e) Industri skala kota.

Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub Simpul pusat kegiatan pada diarahkan dengan fungsi kegiatan Sampai dengan saat ini belum ada realisasi terhadap rencana sebagai pusat
PPK) 5, yakni Kelurahan Makroman utama pemerintahan kota, terbukti dengan banyaknya dilakukan pembangunan dan perbaikan
di Kecamatan Sambutan yang meliputi: fasilitas perkantoran di pusat kota (Kecamatan Samarinda Ilir)
a) Pusat pemerintahan kota
b) Perdagangan jasa skala kota; dan
c) Perkantoran.

Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub Simpul pusat kegiatan pada diarahkan dengan fungsi kegiatan Sudah sesuai kondisi eksisting, namun perlu dilengkapi kelengkapan sarana dan
PPK) 6, yakni Kelurahan Loa Bakung utama yang meliputi: prasarana pendukung
di Kecamatan Sungai Kunjang a) Perdagangan jasa skala kota;
b) Perkantoran; dan
c) Industri skala kota.

Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub Simpul pusat kegiatan diarahkan pada fungsi kegiatan utama Sudah sesuai kondisi eksisting, namun perlu dilengkapi kelengkapan sarana dan
PPK) 7, yakni Kelurahan Gunung yang meliputi: prasarana pendukung
Lingai di Kecamatan Sungai Pinang a) Perdagangan jasa skala kota;
b) Perkantoran; dan
c) Pertanian perkebunan.

Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub Simpul pusat kegiatan pada diarahkan dengan fungsi kegiatan Sudah sesuai kondisi eksisting, namun perlu dilengkapi kelengkapan sarana dan
PPK) 8, yakni Kelurahan Sungai utama perdagangan jasa skala kota prasarana pendukung
Dama di Kecamatan Samarinda Ilir
3 Skenario Pengembangan Skenario kewilayahan yang akan 1. Kondisi bagian utara dilakukan pembangunan yang masif 1. Kondisi bagian utara sebaiknya dikembalikan sebagai bagian yang tetap difungsikan
Stuktur Ruang diterapkan, yaitu: namun tidak memperhatikan fungsi lingkungan hidup sebagai kawasan yang mendukung daya dukung dan daya tampung serta menjadi kawasan
1. Kawasan Selatan akan dilakukan 2. Kondisi bagian selatan, dikembangkan sebagai kutub resapan kota
pembatasan laju kawasan masif pertumbuhan yang baru dikarenakan fasilitas yang telah 2. Kondisi bagian selatan sebaik tidak dilakukan pembatasan laju kawasan dan melakukan
terbangun dengan prediksi dibangun dan telah ditetapkannya Provinsi Kalimantan Timur perencanaan dan penataan yang matang lagi dalam mendukung Provinsi Kalimantan Timur
pertumbuhan penduduk bersifat linier sebagai IKN sebagai IKN
2. Kawasan Tengah dengan
pengembangan pusat layanan skala
regional dan nasional dengan
prediksi sistem target pada beberapa
kawasan.
3. Kawasan Utara dengan prediksi
pertumbuhan penduduk bersifat linier
dilakukan pengembangan dengan
tetap mengutamakan dan menjaga
fungsi lingkungan hidup.
4 Rencana Sistem Jaringan Sistem Jaringan Transportasi 1. Rencana pengembangan Bandara APT Pranoto 1. Perlunya adanya rencana dan realisasi pembangunan baru terhadap transportasi darat
Prasarana 2. Rencana jalan tol Samarinda – Balikpapan yaitu jembata penghubung tambahan yang menghubungkan Samarinda Kota dengan
3. Rencana pembangunan jalan lingkar dalam dan luar Kota Samarinda Seberang yang akan bermamfaat mengurai kemacetan yang terjadi untuk
Samarinda melancarkan arus kendaraan di Kota Samarinda
4. Rencana pengembangan sistem jaringan rel kereta api 2. Perlu ada penambahan jaringan jalan (sebagai alternatif lain untuk melakukan perjalanan)
5. Rencana pengembangan kawasan industri di Kecamatan dan peningkayan terhadapkualitas jaringan jalan yang telah ada
Palaran 3. Perlu adanya penambahan dan peningkatan fasilitas pendukung transportasi (seperti
terminal angkutan darat)
4. Perlu adanya peralihan sarana transportasi umum yang berkualitas dalam mendukung
konsep smart city
5. Perlu adanya penentuan lokasi akan terminal barang yang terpusata tidak tersebar seperti
kondisi saat ini
6. Realisasi terhadap pengembangan sistem jaringan rel kereta api yang bertahap, dengan
pengutamaan aternatif untuk perpindahan barang dan mendukung alternatif perpindahan
manusia
Sistem Jaringan Sumber Daya Air Jaringan dan prasarana air baku, terdiri atas: 1. Kondisi jaringan dan prasarana air baku untuk Kota Samarinda cenderung tercemar
a. Sungai-sungai yang melintasi kota yang melalui Kelurahan sehingga harus memiliki effort yang lebih dalam penyediaan air baku
Karang Mumus, 2. Perlu adanya perlindungan dan pengembalian fungsi kawasan resapan untuk memastikan
Kelurahan Temindung Permai, Kelurahan Pelita, Kelurahan kualitas dari air baku
Bandara, dan Kelurahan Gunung Lingai.
b. Waduk yaitu Waduk Benanga yang terletak di Kelurahan
Lempake Kecamatan Samarinda Utara.
c. Embung yang terletak di Kelurahan Lempake, Kelurahan
Tanah Merah dan Kelurahan
Sungai Siring Kecamatan Samarinda Utara.

Sistem pengendalian banjir di Kota Samarinda diarahkan dengan 1. Perlu adanya pengembalian fungsi kawasan resapan air sehingga terjaganya aliran air dari
cara pembuatan kolam retensi dan kolam detensi untuk hulu ke hilir
menampung luapan air yang terletak di Kecamatan Samarinda 2. Perlu adanya pengembalian fungsi bantaran sungai sebagai daerah perlindungan sungai
Utara, Samarinda Ulu, dan Sungai Pinang (pemamfaatannya bisa dijadikan hutan kota)
3. Merubah paradigma bagaimana cara secepatnya mengalirkan air di permukaan ke badan
air, melainkan menerapkan bagaimana caranya mengalirkan air di permukaan untuk segera
dapat meresap ke dalam tanah (bukan hanya sekedar menampung di badan air
5 Infrastruktur Perkotaan Sistem Penyediaan Air Minum Sistem penyediaan air minum mencakup sistem jaringan Hal Mendasar yang perlu diperhatikan dan direalisasikan adalah penyediaan akan
(SPAM) perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan, dengan rencana infrastruktur jaringan perpipaan dan pemenuhan serta kemudahan dalam pemasangan
pengembangan meliputi: saluran PDAM untuk permukiman
a. Mengembangkan rencana sistem penyediaan air minum
dengan perpipaan untuk seluruh wilayah kota;
b. Meningkatkan cakupan wilayah pelayanan distribusi air minum
untuk seluruh wilayah kota;
c. Memperbaiki jaringan pipa air bersih secara bertahap,
meningkatkan manajemen operasi dan pemeliharaan pelayanan
air minum;
d. Peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta
dalam penyelenggaraan pengembangan sistem air bersih untuk
air minum; dan
e. Peningkatan kapasitas dan kualitas pengelolaan air bersih.
Sistem Pengelolaan Air Limbah 1. Sistem pembuangan air limbah industri dan kegiatan Hal Mendasar yang perlu diperhatikan dan direalisasikan adalah penyediaan akan
(SPAL) komersial infrastruktur jaringan sanitasi rumahan yang layak dan mendukung perlindungan aspek
a) Pengelolaan IPAL terpadu . lingkungan untuk kesehatan masayarakat
b) Pengembangan sistem instalasi pengolahan air limbah (IPAL)
kegiatan perdagangan dan jasa di pusat pelayanan kota dan sub
pusat pelayanan kota;
c) Peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta
dalam penyelenggaraan pengembangan sistem air limbah;
d) Peningkatan kapasitas dan kualitas pengelolaan air limbah.
2. Sistem pembuangan air limbah rumah tangga baik individual
maupun komunal.
a) Pemakaian sistem pengolahan sanitasi terpusat (off site
sanitation) untuk daerah kepadatan tinggi atau sangat tinggi.
b) Pemakaian sistem pembuangan air limbah rumah tangga
individual diarahkan pada kawasan perumahan kepadatan
rendah di Kecamatan Palaran, Kecamatan
Loa Janan Ilir, Kecamatan Sambutan, dan Kecamatan
Samarinda Utara.
3. Rencana sistem pembuangan air limbah rumah tangga baik
individual maupun komunal meliputi:
a) Pemakaian sistem pengolahan sanitasi terpusat (off site
sanitation) untuk daerah kepadatan tinggi atau sangat tinggi di
Kecamatan Samarinda Ulu; dan
b) Pemakaian sistem pembuangan air limbah rumah tangga
individual diarahkan pada kawasan perumahan kepadatan
rendah di Kecamatan Palaran, Kecamatan
Loa Janan Ilir, Kecamatan Sambutan, dan Kecamatan
Samarinda Utara.
4. Peningkatan layanan pengelolaan limbah, meliputi instalasi
pengolahan limbah
(IPAL).
5. Peningkatan layanan pengelolaan limbah tinja (IPLT).
6. Peningkatan layanan pengelolaan air limbah meliputi
perencanaan dan pengelolaan
air limbah kawasan padat.
Sistem Jaringan Persampahan Kota Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan 1. Penambahan fasilitas persampahan yaitu Tempat Pembuangan Akhir (TPA),
dua tujuan mengubah sampah menjadi material yang memiliki 2. Sistem aliran pembuangan sampah yang dibangun secara hulu ke hilir (Sampah dari
nilai ekonomis (Pemanfaatan sampah), yaitu masyarakat teralirkan dengan baik sampai ke TPA)
menciptakan industri baru atau industri kreatif, dan mengolah 3. Perlunya dilakukan penyadaran dan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah
sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi sembarangan dan penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
lingkungan hidup.

Sistem Jaringan Pejalan Kaki Sistem jaringan pejalan kaki wilayah Kota Samarinda Sampai dengan saat ini pelaksanaan untuk pemenuhan jaringan pejalalan kaki Kota
sebagaimana dimaksud pada dalam Samarinda dilakukan di ruas jalan yang berbeda yaitu Jalan Ir.H. Juanda dan Jalan
terdapat pada ruas Jalan KH. Agus Salim, Jalan KH. Abul Kesuma Bangsa
Hasan, Jalan P. Diponegoro,
Jalan Pulau Sulawesi, Jalan Imam Bonjol, Jalan
Mulawarman, Jalan P. Hidayatullah,
Jalan Yos Sudarso dan Jalan Jenderal Sudirman.

III Evaluasi Umum Kondisi Eksisting Hasil dari Rencana Tata Ruang Kota Samarinda Tahun 2020 - 2024
1. Belum adanya Pusat Pemerintahan Kota yang terpusat untuk Kota Samarinda (Samai dengan saat ini tersebar)
2. Rencana Tata Ruang Wilayah yang dibuat tidak 100% diwujudkan dan cenderung pembangunannya tidak berdasarkan rencana yang telah dibuat
3. Padu serasi dalam pembangunan tidak dilakukan, melainkan hanya bersifat sektoral
4. Belum adanya basis data terpadu yang digunakan sehingga data yang ada di dokumen Rencata Tata Ruang hanya bersifat makro,
5. Kegiatan pendukung untuk penyediaan basis data yang berperan untuk tidak lanjut dari Rencana Tata Ruang tidak optimal dilakukan
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan terhadap Evaluasi Umum Kondisi Eksisting Hasil dari Rencana Tata Ruang
Wiayah ( RTRW) Kota Samarinda Tahun 2020 – 2024 adalah sebagai berikut :
1. Belum adanya Pusat Pemerintahan Kota yang terpusat untuk Kota Samarinda (sampai dengan
saat ini );
2. Rencana Tata Ruang Wilayah ( RTRW) Kota Samarinda yang dibuat tidak 100% diwujudkan
dan cenderung pembangunannya tidak berdasarkan rencana yang telah dibuat;
3. Padu serasi dalam pembangunan tidak dilakukan, melainkan hanya bersifat sektoral,
kurangnya koordinasi dan kerjasama antar Instansi;
4. Belum adanya basis data terpadu yang digunakan sehingga data yang ada di dalam Dokumen
Rencana Tata Ruang Wilayah ( RTRW) Kota Samarinda hanya bersifat makro;
5. Kegiatan pendukung untuk penyediaan basis data yang berperan untuk tindak lanjut dari
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Samarinda tidak optimal dilakukan.

B. Saran
1. RTRW merupakan blueprint pembangunan kota sehingga Walikota Samarinda, Unsur
Muspida, DPRD dan seluruh SKPD harus betul-betul memahami agar pembangunan yang
dilaksanakan sesuai dengan pa yang di sepakati di RTRW;
2. Samarinda memerlukan banyak ruang terbuka hijau juga tempat bermain anak-anak yang
saat ini dirasa sangat kurang sehingga tidak ada tempat warga untuk bersantai dan
bersosialisasi;
3. Penegakan hukum terkait pendirian bangunan harus ditingkatkan dan perketat sehingga
masyarakat tidak seenaknya membangun baik dipinggir jalan maupun dipinggiran sungai
yang berakibat kumuhnya Kota;
4. Lokasi jualan pedagang kaki lima dan parkir perlu ditata dan dikelola dengan baik agar tidak
menambah kesemrautan Kota;
5. Diperlukan adanya ikon kota yang dapat dijadikan sebagai branding wisata Kota Samarinda.
Daftar Pustaka

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Pemerintah Kota Samarinda. 2021. Laporan Akhir
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Samarinda Tahun 2020 – 2024. Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Pemerintah Kota Samarinda

Anda mungkin juga menyukai