MUHAMMAD TAUHID
NIM 2112018015
HERRY SUSANTO
NIM 2112018021
RINI PUDJIASTUTI
NIM 2112018027
1. LATAR BELAKANG
Rencana Tata Ruang disusun berdasarkan wilayah administratif dengan mengikuti hierarki
perencanaan. Hierarki tersebut meliputi rencana tata ruang wilayah tingkat nasional, wilayah
provinsi dan tingkat kabupaten/kota. Sehingga antar dokumen Rencana Tata Ruang pada tingkatan
terendah harus mampu mengakomodir dokumen Rencana Tata Ruang diatasnya. Mengacu
kepada hal tersebut maka pada tahun 2014, pemerintah Kota Samarinda menerbitkan Peraturan
Daerah No. 2 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Samarinda Tahun 2014-
2034.
Menurut Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang bahwa Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota memiliki masa berlaku 20 (dua puluh) tahun sejak diundangkan dan
dilakukan peninjauan kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. Sejak diundangkan hingga
saat ini, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Samarinda Tahun 2014- 2034 telah berjalan selama
4 tahun. Setelah dilakukan peninjauan kembali pada tahun 2018. Peninjauan tersebut dilakukan
dengan berdasarkan pertimbangan terhadap penyesuaian perundang-undangan yang berlaku
ataupun terbitnya peraturan perundang- undangan baru yang berkaitan dengan rencana tata
ruang wilayah yang mempengaruhi beberapa muatan dari Rencana Tata Ruang Kota Samarinda.
Hasil peninjauan yang dilakukan menjelaskan terdapat beberapa dinamika pembangunan yang
berpengaruh terhadap perubahan rencana struktur dan pola ruang Kota Samarinda, indikasi
program 5 (lima) tahunan banyak yang belum teralisasi dan kualitas data yang belum lengkap
serta belum diperbaharui. Berdasarkan pertimbangan dan hasil peninjauan kembali tersebut maka
dilakukan revisi terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Samarinda tahun 2014-2034.
Melalui revisi RTRW Kota Samarinda diharapkan dapat menghasilkan RTRW Kota Samarinda
yang dapat mewujudkan ketertiban penataan ruang, memberikan kepastian hukum dan
mewujudkan keadilan bagi seluruh lapisan masyarakat.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari Penyusunan Revisi RTRW Kota Samarinda Tahun 2014-2034, dirincikan
sebagai berikut:
a. Menyusun dokumen revisi rencana tata ruang wilayah Kota Samarinda melalui perbaikan
ataupun penyempurnaan, baik dalam bentuk penyusunan muatan pada bagian yang
berubah dan penyesuian terhadap kecenderungan perkembangan serta penyelerasan
terhadap dinamika pembangunan.
b. Menyiapkan dokumen rencana tata ruang wilayah Kota Samarinda sebagai bahan acuan
dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
c. Menyiapkan dokumen rencana tata ruang wilayah Kota Samarinda sebagai acuan dalam
pemanfaatan ruang wilayah kota dan perwujudan keseimbangan pembangunan dalam
wilayah kota.
d. Menyiapkan dokumen rencana tata ruang wilayah Kota Samarinda sebagai acuan lokasi
investasi dalam wilayah kota yang dilakukan pemerintah, masyarakat dan swasta.
1.2.3 Sasaran
Adapun sasaran dalam penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Samarinda Tahun 2014 - 2034, dirincikan sebagai berikut:
a. Melakukan revisi dan penyempurnaan materi muatan tujuan, kebijakan dan strategi
penataan ruang dalam RTRW Kota Samarinda Tahun 2014 - 2034.
b. Melakukan revisi dan penyempurnaan materi muatan rencana struktur ruang dan rencana
pola ruang dalam RTRW Kota Samarinda Tahun 2014 - 2034.
c. Melakukan revisi dan penyempurnaan materi muatan rencana dan penetapan kawasan
strategis dalam RTRW Kota Samarinda Tahun 2014 - 2034.
d. Melakukan revisi dan penyempurnaan materi muatan arahan pemanfaatan ruang dan
pengendalian ruang wilayah kota dalam RTRW Kota Samarinda Tahun 2014 - 2034.
e. Melakukan revisi terhadap muatan batang tubuh peraturan daerah tentang RTRW Kota
Samarinda Tahun 2014 - 2034.
Adapun Peraturan Perundang-Undangan yang menjadi dasar dari kegiatan Revisi Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Samarinda, meliputi:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air.
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan.
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025.
13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian.
14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana.
15. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi.
17. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan.
18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara.
19. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
20. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Berkelanjutan.
21. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
22. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
23. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman.
24. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial.
25. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah.
26. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
27. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.
28. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
29. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah
dan Air.
30. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 Tentang
31. Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintah Daerah.
32. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka
Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
33. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom.
34. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan
Tanah
35. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2004 Tentang Perencanaan
Kehutanan.
36. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum.
37. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.
38. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
39. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi.
40. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan.
41. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 tentang TataHutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan.
42. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota.
43. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang.
44. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2010 tentang
45. Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang.
46. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Ketelitian Peta
Rencana Tata Ruang.
47. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2014 tentang Pembinaan
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman.
48. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2017 tentang
49. Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1989 tentang Kriteria Kawasan Budidaya.
50. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung.
51. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Pulau
Kalimantan
52. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019.
53. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 40/PRT/M/2007 Tentang
Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai.
54. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 5/PRT/M/2008 Tentang
Ruang Terbuka Hijau.
55. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2009 tentang Pedoman penentuan daya dukung lingkungan hidup dalam penataan ruang
wilayah.
56. Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2009 tentang
Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah.
57. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2012
Tentang Program Menuju Indonesia Hijau.
58. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 15/PRT/M/ 2012 Tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional.
59. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 50/Pertanian/OT.140/8/2012
Tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian.
60. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah.
61. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 01 /PRT/M/2014
Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.
62. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 01 /PRT/M/2016
Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum.
63. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah.
64. Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Peninjauan Kembali Rencana Tata
Ruang Wilayah.
65. Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pemberian Persetujuan Substansi
Dalam Rangka Penetapan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Provinsi Dan
Rencana Tata Ruang Kabupaten/Kota.
66. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia No.1 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi, Kabupaten dan Kota.
67. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kalimantan Timur .
68. Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Rencana
69. Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Samarinda Tahun 2005 – 2025.
70. Peraturan Daerah Kalimantan Timur Nomor 1 Tahun 2016 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Kalimatan Timur Tahun 2016 – 2036.
71. Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 5 Tahun 2016 Tentang Rencana Panjang Jangka
Menengah Daerah Kota Samarinda Tahun 2016 – 2021.
72. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 2 Tahun 2019 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2019-
2023.
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Samarinda Tahun 2014 – 2034 yakni
seluruh wilayah Kota Samarinda yang secara administratif terdapat 10 (sepuluh) kecamatan
yakni Kecamatan Palaran, Samarinda Ilir, Samarinda Kota, Sambutan, Samarinda Seberang,
Loa Janan Ilir, Sungai Kunjang, Samarinda Ulu, Samarinda Utara dan Sungai Pinang.
Sementara itu, untuk jumlah kelurahan di Kota Samarinda ialah sebanyak 59 kelurahan. Adapun
batasan wilayah administratif Kota Samarinda, dirincikan sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Kecamatan Muara Badak, Kutai Kartanegara
b. Sebelah Timur : Kecamatan Muara Badak, Anggana, dan Sanga-Sanga
di Kabupaten Kutai Kartanegara
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Loa Janan, Kutai Kartanegara
d. Sebelah Barat : Kecamatan Tenggarong Seberang dan Muara Badak di
Kabupaten Kutai Kartanegara
Kemiringan lereng pada Kota Samarinda terbagi menjadi 5 (lima) kemiringan lereng,
diantarannya 0–8%, 8-15%, 15-25%, 25-45% serta >45% yang tersebar di seluruh Kota
Samarinda. Untuk kemiringan lereng yang palin mendominasi pada Kota Samarinda yaitu
kemiringan lereng 0-8% (datar) dengan luasa 32985,13 hektar sedangkan untuk luasan terkecil yaitu
kemiringan lereng >45% (Sangat Curam), yang banyak terdapat pada Kecamatan Samarinda Utara.
Adapun luas wilayah dan presentase berdasarkan klasifikasi kelas kelerengan, sebagai berikut:
Tabel Pembagian Luas Wilayah Menurut Kelas Kemiringan Lereng
D. Kondisi Hidrologis
Berdasarkan kondisi hidrologinya, Kota Samarinda dipengaruhi oleh sekitar 20 daerah aliran sungai
(DAS). Sungai Mahakam adalah sungai utama yang membelah Kota Samarinda dengan lebar antara
300 - 500 meter, sungai-sungai lainnya adalah anak-anak sungai yang bermuara di Sungai Mahakam,
sebagai berikut:
a. Sungai Karang Mumus dengan luas DAS sekitar 218,60 km2.
b. Sungai Palaran dengan luas DAS 67,68 km2.
c. Anak sungai lainnya antara lain Sungai Loa Bakung, Loa Bahu, Bayur, Betepung, Muang,
Pampang, Kerbau, Sambutan, Lais, Tas, Anggana, Loa Janan, Handil Bhakti, Loa Hui, Rapak
Dalam, Mangkupalas, Bukuan, Ginggang, Pulung, Payau, Balik Buaya, Banyiur, Sakatiga, dan
Sungai Bantuas.
E. Kondisi Klimatologi
Kota Samarinda memiliki Iklim Tropika Humida yakni memiliki musim penghujan dan musim
kemarau. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Stasiun Meteorologi Kota Samarinda pada
tahun 2017, Samarinda mengalami iklim panas dengan suhu udara rata-rata 27,7°C. Suhu udara
terendah 24,3°C terjadi pada bulan Januari dan tertinggi 32,8°C pada bulan November. Kota
Samarinda mempunyai kelembaban udara dan curah hujan yang relatif tinggi. Pada tahun 2017,
kelembaban udara berkisar antara 59,7% sampai dengan 94,1%, dengan kelembaban udara rata-rata
81,3 %. Sedangkan rata-rata curah hujan mencapai 213,9 mm3 per tahun, dengan curah hujan tertinggi
421,8 mm3 pada Bulan Juni 2017 dan terendah 88,1 mm3 pada Bulan Maret. Sedangkan curah hujan
terbanyak terjadi di Bulan Juni 2017. Persentase penyinaran matahari di Kota Samarinda rata-rata
39,3%, dan jumlah hari hujan rata-rata tahun 2017 adalah 20,6 HH.
Tabel 1 Curah Hujan Kota Samarinda
Untuk ketersedian RTH eksisting di Kota Samarinda, terbagi atas beberapa jenis yaitu
meliputifasilitas olahraga, hutan kota, makam,median jalan dan taman. Jenis RTH dengan luas
terbesar adalah RTH taman dengan luas 371,36 Ha dan RTH dengan luas paling kecil adalah hutan
kota yaitu sebesar 3,54.
Sedangkan untuk penggunaan lahan berupa tambang di Kota Samarinda sebasar 34, 71% dengan luas
24.850,63 Ha. Luas lahan tambang beserta akhir tahun konsesi IUP di masing-masing kecamatan di
Kota Samarinda. Adapun lebih rincinya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel Tutupan Lahan Kota Samarinda Tahun 2019
Tutupan Lahan
Kebun
Kecamatan Hutan Padang Penggalian
Tanaman Ladang Pekarangan Pelabuhan Perairan
Kepadatan Industri Jalur Hijau Golf Sirtu
Rendah Campuran
8001,53
Kec. Palaran 281,24
63,03 8,15
Kec. Samarinda Seberang 27,65
1582,76 226,34 5,68 7,91
Kec. Samarinda Ulu 7,88 28,53 0,13
82,27 2,49
Kec. Samarinda Ilir 15,91
10334,28 2496,39 40,92
Kec. Samarinda Utara 322,61
6,02
Kec. Sungai Kunjang 2,28
88,45 341,98 1,17 6,06
Kec. Sungai Pinang 122,44
839,26 0,30 25,38 15,18
Kec. Sambutan
497,08
Kec. Samarinda Kota 177,89
305,21 73,74 80,31 0,99
Kec. Loa Janan Ilir 123,72
Pertambangan Stadion
Pertahanan Semak
Perairan Perdagangan dan Jasa Terbuka non Rawa Sawah &Sarana Sungai
Permukiman Keamanan Belukar
Lainnya Sirtu Olahraga
Kebun
Kecamatan Hutan Padang Penggalian
Tanaman Ladang Pekarangan Pelabuhan Perairan
Kepadatan Industri Jalur Hijau Golf Sirtu
Rendah Campuran
19078,94
Kec. Palaran
1168,73
Kec. Samarinda Seberang 1,02
13,56 5161,82
Kec. Samarinda Ulu 0,64
563,50
Kec. Samarinda Ilir 1,27
Tutupan Lahan
Kebun
Kecamatan Hutan Padang Penggalian
Tanaman Ladang Pekarangan Pelabuhan Perairan
Kepadatan Industri Jalur Hijau Golf Sirtu
Rendah Campuran
24,65 24069,17
Kec. Samarinda Utara 145,25
362,44
Kec. Sungai Kunjang 6,50
6708,48
Kec. Sungai Pinang 1,68
3172,91
Kec. Sambutan 12,26
6,91 8045,01
Kec. Samarinda Kota 3,50
9,04 3257,37
Kec. Loa Janan Ilir 1,72 3,10
Total (Ha) 71588,37
Sedangkan untuk penggunaan lahan berupa tambang di Kota Samarinda sebasar 34, 71%
dengan luas 24.850,63 Ha. Luas lahan tambang beserta akhir tahun konsesi IUP di masing-
masing kecamatan di Kota Samarinda dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel Penggunaan Lahan Tambang Eksisting di Kota Samarinda Tahun 2018
Sesuai dengan potensi, masalah, dan prospek pengembangan Kota Samarinda dalam konteks regional
dan nasional, maka diperlukan tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang dalam jangka waktu 20
tahun. Adapun strategi ini meliputi: struktur dan pemanfaatan ruang wilayah, strategi penataan sistem
prasarana wilayah, strategi penataan kawasan yang diprioritaskan, strategi penataan kawasan pesisir
dan kepulauan, dan strategi penataan tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara, dan tata guna
sumber daya alam lainnya.
b) Mengembangkan fungsi utama Kota Samarinda sebagai pusat perdagangan dan jasa, serta
industri berskala nasional.
3. Kebijakan peningkatan akses pelayanan perkotaan dalam skala nasional dan sistem pusat pelayanan
kota yang merata dan berhirarki, dengan strategi :
a) Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Penetapan Pusat Pelayanan Kota (PPK), Sub Pusat
Pelayanan Kota (Sub PPK) dan Pelayanan Lingkungan Kota (PL) secara merata dan
berhierarki.
b) Pengembangan pusat pelayanan kota dengan fungsi utama sebagai pusat perdagangan dan jasa
dan industri berskala nasional serta pusat pelayanan umum dan kegiatan lainnya pada simpul-
simpul pusat pelayanan.
c) Peningkaan aksesbilitas dan jangkauan pelayanan untuk menjaga keterkaitan antar pusat
pelayanan maupun sub pusat pelayanan dengan wilayah pelayanannya, serta antara Kota
Samarinda dengan wilayah di sekitarnya agar lebih efektif dalam memberikan pelayanan
wilayah di sekitarnya.
d) Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan wilayah sekitar secara sinergis dalam
pengembangan infrastruktur dan ekonomi daerah.
e) Pengembangan pusat pemerintahan baru.
f) Penambahan sarana dan prasarana kota di kawasan yang belum terlayani oleh pusat atau sub
pusat pelayanan kota maupun lingkungan.
4. Kebijakan peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana kota yang terpadu dan
merata di seluruh wilayah kota, dengan strategi :
a) meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi
darat, laut, dan udara yang dilakukan melalui:
1) Pembangunan stasiun dan rel KA secara terpadu.
2) Pengembangan Bandar Udara APT Pranoto.
3) pengembangan Pelabuhan
4) Pengembangan dan peningkatan kualitas jaringan jalan.
b) mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan listrik dan telekomunikasi yang dilakukan
melalui:
1) pengembangan dan peningkatan kualitas jaringan listrik,
2) mengembangkan daerah pelayanan energi ke seluruh wilayah Kota Samarinda,
3) pengembangan dan peningkatan kualitas jaringan telekomunikasi.
4) meningkatkan kapasitas pelayanan telekomunikasi secara terestrial atau sistem kabel ke
seluruh kawasan permukiman dan kawasan fungsional kota lainya; dan
q) Menyediakan sentra pemasaran atau gerai industri kecil sekaligus sebagai toko cindramata;
r) Mengembangkan kawasan peruntukan industri secara khusus pada wilayah barat, timur dan
utara kota;
s) Menyediakan akomodasi wisata, promosi wisata dan menggelar acara wisata bersakala
regional – nasional;
t) Menyediakan ruang bagi sektor informal yang berdekatan dengan kawasan fungsional kota;
u) Menyediakan lahan untuk sektor informal secara khusus pada setiap sub pusat pelayanan
kota; dan
v) Menyedikan sarana prasarana bagi sektor informal.
w) Memanfaatkan RTNH sebagai bagian ruang terbuka kota untuk kegiatan masyarakat;dan
x) Pengembangan ruang evakuasi bencana, dengan strategi menyediakan kawasan untuk ruang
evakuasi bencana melalui penggunaan RTH dan bangunan umum.
3. Kebijakan pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan karena
memiliki posisi yang strategis dan berbatasan dengan wilayah sekitarnya dengan strategi:
a) Menetapkan kawasan strategis dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan.
b) Mengembangkan budidaya secara selektif didalam dan disekitar kawasan khusus pertahanan
untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan.
c) Turut serta menjaga dan memelihara asset-aset pertahanan/TNI.
4. Kebijakan pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan perekonomian kota yang produktif,
efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian nasional dan internasional dengan strategi:
a) Mengembangkan pusat kota baru berbasis potensi lokasi dan kecenderungan
b) perkembangan yang ada dan kegiatan unggulan sebagai penggerak utama pengembangan
wilayah kota.
c) Mengendalikan perkembangan pusat kota agar tidak melampaui daya dukung dan daya
tampung kawasan.
d) Menciptakan iklim investasi yang kondusif dan meningkatkan minat investasi pada sector
industri dan pariwisata.
e) Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya
tampung kawasan
f) Mengelola dampak negatif kegiatan kota agar tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup dan
efisiensi kawasan.
g) Mengintensifkan promosi peluang investasi.
h) Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi.
i) Mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa, industri dan pariwisata sebagai penunjang
pertumbuhan ekonomi.
5. Kebijakan pengendalian kawasan yang berkepadatan rendah, sedang dan tinggi dengan strategi:
a) Menetapkan daya tampung dan daya dukung lingkungan.
b) Memberikan arahan pada daerah yang daya tampung dan daya dukung melebihi batas yang
telah ditetapkan melalui pengaturan zonasi.
c) Mengembangkan perumahan berkepadatan tinggi yang mengutamakan bangunan vertikal.
d) Mengembangkan perumahan berkepadatan sedang secara menyebar.
e) Mengembangkan perumahan berkepadatan rendah pada wilayah pinggiran kota
6. Kebijakan pemantapan kawasan untuk penyelamatan lingkungan hidup dengan strategi:
a) Melindungi dan melestarikan kawasan resapan air untuk mengimbangi perkembangan kegiatan
budidaya.
b) Melindungi dan melestarikan kawasan suaka alam.
c) Melindungi dan melestarikan warisan budaya berupa cagar budaya.
d) Meningkatkan kualitas perumahan pada kawasan kumuh melalui perbaikan kondisi lingkungan
perumahan
2.2.2 Kebijakan dan Stategi Penetapan Kawasan Strategis Wilayah Kota
Kebijakan dan strategi penetapan kawasan strategis wilayah Kota Samarinda, terdiri dari :
A. Kebijakan Pemantapan Kawasan untuk Kepentingan Ekonomi, dengan strategi :
1. Mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi.
2. Mengembangkan kawasan peruntukan industri sebagai pusat pertumbuhan ekonomi.
3. Mengembangkan kawasan pariwisata sebagai sektor penunjang pertumbuhan ekonomi.
Rencana struktur ruang wilayah kota adalah rencana susunan pusat-pusat pelayanan (rencana sistem
perkotaan wilayah kota dalam wilayah pelayanannya) dan sistem jaringan prasarana wilayah kota yang
dikembangkan untuk melayani kegiatan skala kota dan mengintegrasikan wilayah kota. Sistem pusat-
pusat pelayanan kegiatan kota tersebut di atas dapat berupa pusat perekonomian, rencana kota baru,
simpul ekonomi baru, dan/atau koridor ekonomi baru yang dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan
ruang, keberlanjutan pembangunan, dan ketahanan masyarakat.
Rencana struktur ruang wilayah kota dirumuskan dengan kriteria:
a. Berdasarkan strategi penataan ruang wilayah kota;
b. Mempertimbangkan kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah kota dalam rangka
mendukung kegiatan sosial ekonomi dan pelestarian lingkungan;
c. Mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kota;
d. Mengacu rencana struktur ruang wilayah nasional (RTRW nasional dan rencana rincinya),
rencana struktur ruang wilayah provinsi (RTRW Provinsi dan rencana rincinya), serta
memperhatikan rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;
e. Pusat kegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kota yang memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
1) Mempertimbangkan pusat-pusat kegiatan yang kewenangan penetapannya berada pada
pemerintah pusat dan pemerintah provinsi yang berada di wilayah kota bersangkutan.
2) Memuat penetapan pusat pelayanan kota, subpusat pelayanan kota, serta pelayanan
lingkungan.
3) Harus berhirarki dan/atau berjejaring di dalam ruang wilayah kota serta saling terkait menjadi
satu kesatuan sistem pusat pelayanan.
4) Mempertimbangkan cakupan pelayanan bagi wilayah kecamatan yang berada dalam satu
wilayah kota, yang meliputi pusat layanan dan peletakan jaringan prasarana wilayah kota
yang menunjang keterkaitan antar pusat pelayanan.
f. Dapat ditransformasikan ke dalam penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima
tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun; dan
g. Mengacu pada peraturan perundang-undangan.
3.1 Rencana Pusat Kegiatan di Kota Samarinda
Sistem kota-kota adalah suatu sistem yang menggambarkan sebaran kota atau kawasan perkotaan,
fungsi kota-kota dan hierarki fungsional kota-kota yang terkait dengan pola transportasi dan prasarana
wilayah lainnya dalam ruang wilayah. Rencana struktur ruang merupakan kegiatan menyusun
rencana yang produknya menitikberatkan pada pengaturan hirarki pusat pemukiman dan pusat
pelayanan barang dan jasa, serta keterkaitan antara pusat tersebut melalui sistem prasarana utama.
Hirarki kota dimaksudkan untuk dapat menentukan suatu sistem jenjang pelayanan yang dikaitkan
dengan pusat-pusat pelayanan (kota) yang ada di Kota Samarinda.
Pembagian pola struktur ruang meggunakan pola Struktur Pusat Banyak Berjenjang (Multiple Nuklei)
dengan pertimbangan :
a. Konsep kepusatan yang lebih dari satu dan berjenjang (hierarki) diasumsikan lebih mampu
untuk mengendalikan terjadinya arus pergerakan tarikan dari pusat – pusat bangkitan secara
berlebihan ke pusat kota.
b. Konsep ini relatif lebih memberdayakan dan memaksimalkan fungsi pusat-pusat yang akan
dibentuk, terlebih pada pusat dengan hierarki paling bawah.
c. Pemerataan pembangunan akan dapat terdistribusikan secara merata sampai ke tingkat paling
bawah.
d. Pusat pelayanan hierarki bawah akan lebih dapat memaksimalkan potensinya dan meminimalisir
ketergantungan pada pusat hierarki di atasnya.
Sistem perwilayahan Kota Samarinda, terbagi berdasarkan hirarki berjenjang dari skala pelayanan
regional hingga skala pelayanan lokal. Kegiatan utama pada pusat – pusat pelayanan mendukung fungsi
utama Kota Samarinda. Untuk menetapkan fungsi utama
perwilayahan atau pusat pelayanan Kota Samarinda, perlu juga tinjauan fungsi Kota Samarinda
terhadap lingkup regional atau skala pelayanan di atasnya.Pusat kegiatan di wilayah kota, meliputi:
1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi.
2. Pusat Pelayanan Kota (PPK); melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional; Pusat
pelayanan kota merupakan pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan / atau administrasi yang
melayani seluruh wilayah kota dan / atau regional.
3. Subpusat Pelayanan Kota (sub PPK); melayani sub-wilayah kota; dan/atau Subpusat pelayanan kota
merupakan pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau administrasi yang melayani sub wilayah
kota.
4. Pusat Lingkungan (PL). Pusat lingkungan merupakan pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau
administrasi lingkungan permukiman kota.
Kota Samarinda merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dengan pengembangan/peningkatan
fungsi pengembangan kota sebagai pusat industri pengolahan hasil petambangan dan kota-kota pusat
pertumbuhan nasional. Dalam pengembangan Kota Samarinda, harus mampu melayani kebutuhan
skala regional. Kota Samarinda merupakan pintu gerbang internasional dengan lokasi pada wilayah
perbatasan. Infrastruktur skala nasional meliputi jarintan transportasi laut dan udara, dengan adanya
Bandar Udara APT Pranoto sebagai pengembangan bandar udara pengumpul skala sekunder.
Kegiatan PKN didukung dengan pusat distribusi barang dan jasa serta hasil pengolahan industri skala
nasional. Adapun fungsi pusat kegiatan nasional (PKN) di Kota Samarinda terdapat di Kecamatan
Samarinda Ulu, tepatnya di Kelurahan Jawa. PKN pada Kecamatan Samarinda Ulu memiliki fungsi
sebagai pusat pemerintahan provinsi.
3.1.1 Pusat Pelayanan Kota
Pusat pelayanan kota mempunyai skala pelayanan regional dalam wilayah Kota Samarinda, yang
harus mampu melayani kebutuhan masyarakat Kota Samarinda dan mendukung kegiatan skala regional
pada hirarki di atasnya. Deliniasi untuk penentuan pusat pelayanan kota yakni berdasarkan dominasi
kegiatan. Berdasarkan kondisi eksisting dan hasil analisa, perkembangan Kota Samarinda diarahkan
ke bagian Utara Kota Samarinda. Dengan demikian, Kota Samarinda perlu adanya pusat pelayanan
kota untuk pemerataan pelayanan dan perkembangan kota.
Pusat kota yang mempunyai skala pelayanan regional dalam wilayah Kota Samarinda, harus mampu
melayani kebutuhan masyarakat Kota Samarinda dan mendukung kegiatan skala regional pada hirarki
di atasnya. Deliniasi untuk penentuan pusat kota berdasarkan dominasi kegiatan. Untuk Kota
Samarinda, pusat pelayanan kota yang mempunyai skala pelayanan regional terdapat di:
a. Pusat Pelayanan Kota 1, adalah Kelurahan Bugis di Kecamatan Samarinda Kota.
b. Pusat Pelayanan Kota 2, adalah Kelurahan Handil Bakti di Kecamatan Palaran.
Dominasi kegiatan untuk pusat pelayanan kota sebagai arahan fungsi utama, meliputi:
a) Pusat Pelayanan Kota 1
Kecamatan Samarinda Kota dengan simpul pusat kegiatan di Kelurahan Bugis diarahkan dengan
fungsi kegiatan utama pemerintahan dan pelayanan umum kota;
b) Pusat Pelayanan Kota 2
Kecamatan Palaran dengan simpul kegiatan di Kelurahan Handil Bakti sebagai pusat pemerintahan
skala kota dengan simpul pusat kegiatan diarahkan sebagai pusat kegiatan perkantoran dan
pusat pemerintahan kota.
3.1.2 Sub Pusat Pelayanan Kota
Sub pusat pelayanan kota dilengkapi dengan sarana lingkungan perkotaan skala pelayanan kota,
yang meliputi :
a. sarana perdagangan dan jasa;
b. sarana pendidikan
c. sarana kesehatan;
d. sarana peribadatan; dan
e. sarana pelayanan umum
Untuk mendukung pusat pelayanan kota, penyebaran kegiatan yang merata, dan untuk mengurangi
beban kawasan pusat kota, maka Kota Samarinda dibagi lagi menjadi 7 Sub Pusat Pelayanan Kota
(Sub PPK) sebagai berikut:
1. Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub PPK) 1, yakni pada Kelurahan Rapak Dalam di Kecamatan
Loa Janan Ilir dengan simpul pusat kegiatan diarahkan dengan fungsi kegiatan utama yang
meliputi:
a) Perdagangan jasa skala kota;
b) Perkantoran; dan
b. Perkantoran; dan
c. Pertanian perkebunan.
8. Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub PPK) 8, yakni Kelurahan Sungai Dama di Kecamatan Samarinda
Ilir dengan simpul pusat kegiatan pada diarahkan dengan fungsi kegiatan utama perdagangan
jasa skala kota.
Berdasarkan kondisi Kota Samarinda yang akan menjadi penyangga IKN (Ibu Kota Negara), maka
wilayah perencanaan Kota Samarinda dibagi menjadi 3, yaitu kawasan utara, tengah dan selatan.
Skenario kewilayahan yang akan diterapkan, yaitu:
1. Kawasan Selatan akan dilakukan pembatasan laju kawasan masif terbangun dengan prediksi
pertumbuhan penduduk bersifat linier
2. Kawasan Tengah dengan pengembangan pusat layanan skala regional dan nasional dengan
prediksi sistem target pada beberapa kawasan.
3. Kawasan Utara dengan prediksi pertumbuhan penduduk bersifat linier dilakukan
pengembangan dengan tetap mengutamakan dan menjaga fungsi lingkungan hidup.
Peta Pola Orientasi Struktur Ruang Kota Samarinda
3.3 Rencana Sistem Jaringan Prasarana
Rencana sistem jaringan prasarana dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kota, dan untuk
melayani kegiatan yang memiliki cakupan wilayah layanan prasarana skala kota. Sistem jaringan
prasarana wilayah yang terdiri dari:
1. sistem jaringan transportasi;
2. sistem jaringan energi;
3. sistem jaringan telekomunikasi;
4. sistem jaringan sumber daya air; dan
5. infrastruktur perkotaan;
Rencana sistem jaringan prasarana ini sangat erat kaitannya dengan pembentukan struktur ruang
wilayah Kota Samarinda yang utuh antara pusat kegiatan dan infrastruktur penunjang dan
dibutuhkan. Sistem jaringan prasarana berpengaruh terhadap pemanfaatan ruang di suatu wilayah atau
kota, serta merupakan suatu upaya pemenuhan kebutuhan dasar penduduk wilayah atau kota.
3.3.1 Sistem Jaringan Transportasi
Sistem jaringan transportasi adalah serangkaian simpul dan atau ruang kegiatan atau kawasan yang
dihubungkan oleh ruang lalu lintas sehingga membentuk suatu kesatuan untuk keperluan
penyelenggaraan transportasi. Terdapat keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan antara transportasi
dengan pola tata guna lahan pada setiap kawasan kota. Kegiatan transportasi merupakan kegiatan jasa yang
melayani pergerakan kegiatan sosial dan kegiatan ekonomi penduduk, maka pelayanan sistem
tranportasi kota harus mampu mendukung dan sesuai dengan struktur dan fungsi kota dan bagian
wilayah kota secara keseluruhan.
Pengembangan sistem transportasi Kota Samarinda tidak terlepas dari adanya faktor eksternal berupa
kebijakan nasional dan regional (Provinsi Kalimantan Timur) yang direncanakan melalui wilayah
Kota Samarinda. Adapun faktor eksternal yang dimaksud adalah:
➢ Rencana pengembangan Bandara APT Pranoto
➢ Rencana jalan tol Samarinda – Balikpapan
➢ Rencana pembangunan jalan lingkar dalam dan luar Kota Samarinda
➢ Rencana pengembangan sistem jaringan rel kereta api
➢ Rencana pengembangan kawasan industri di Kecamatan Palaran
Adapun rencana pembangunan sistem jaringan rel kereta api di Kota Samarinda hingga yang
direncanakan hingga tahun 2040 adalah sepanjang ± 33,85 Km.
➢ Stasiun Kereta Api
Untuk mendukung kegiatan pergerakan perpindahan orang atau barang melalui jalur KA umum di Kota
Samarinda, maka direncanakan Stasiun Kereta Api Kelas Besar di Kota Samarinda, yang harapannya
dapat terkoneksikan antar moda. Rencana pembangunan stasiun kereta api meliputi:
a. Kecamatan Samarinda Utara, Kelurahan Sungai Siring yang terintegrasi dengan Bandara APT
Pranoto dan Kelurahan Tanah Merah.
b. Kelurahan Pulau Atas di Kecamatan Sambutan.
c. Kelurahan Bukuan di Kecamatan Palaran.
Terkait dengan kebutuhan pengembangan sistem jaringan kereta api tersebut, diperlukan adanya
beberapa perlindungan kawasan sekitar jalur kereta api untuk pengamanan terhadap kecelakaan dan
kebisingan, yakni berupa RTH sempadan rel kereta api di sepanjang kiri dan kanan jalur kereta api
dengan lebar 11 meter masing-masing dari tepi terluar rel kereta api. Perlintasan kereta api adalah
perpotongan antara jalur kereta api dengan jalan raya. Setiap perlintasan KA harus ada
pengamanan, baik pintu perlintasan dan penjaga.
C. Sistem Jaringan Transportasi Sungai, Danau dan Penyeberangan
Pelayanan jaringan transportasi sungai, danau dan penyeberangan, terdiri dari: pelabuhan dan alur
pelayaran angkutan sungai dan danau; dan pelabuhan dan alur pelayaran lintas penyeberangan.
3.3.1.2 Sistem Jaringan Transportasi Udara
Bandar Udara
Bandar udara umum dan bandar udara khusus dapat meliputi:
1. bandar udara pengumpul skala pelayanan primer;
2. bandar udara pengumpul skala pelayanan sekunder;
3. bandar udara pengumpul skala pelayanan tersier;
4. bandar udara pengumpan (umum); dan/atau
5. bandar udara khusus yang berada di wilayah kota dikembangkan untuk menunjang pengembangan
kegiatan tertentu.
Adapun bandar udara yang terdapat di wilayah Kota Samarinda, yaitu Bandar Udara Pengumpul
(Hub) Skala Pelayanan Sekunder. Merupakan Bandar Udara AP sebagai salah satu prasarana
penunjang pelayanan Pusat Kegiatan Nasional yang melayani penumpang dengan jumlah paling
rendah 1.000.000 (satu juta) dan kurang dari 5.000.000 (lima juta). Bandar udara yang diarahkan
menjadi bandar udara pengumpul skala pelayanan primer adalah Bandar Udara APT Pranoto di
Kecamatan Samarinda Utara.
Peta Rencana Sistem Jaringan Tranportasi Darat
Peta Rencana Sistem Jaringan Kereta Api
Peta Rencana Sistem Jaringan Tranportasi Sungai
Peta Rencana Sistem Jaringan Tranportasi Udara
3.3.2 Sistem Jaringan Energi
I. Jaringan Infrastruktur Minyak dan Gas Bumi
Rencana pengembangan jaringan pipa gas nasional: jaringan pipa bawah laut
Lapangan Gas Kota Samarinda – Terminal Gas di Santan – Pipa Transmisi Bontang.
II. Jaringan Infrastruktur Ketenagalistrikan
Keseluruhan kebutuhan energi listrik di kawasan perencanaan berdasarkan standar
perencanaan lingkungan perkotaan kebutuhan listrik adalah:
1. Kebutuhan energi listrik perumahan dan permukiman diasumsikan minimum
450 VA/Watt dan maksimum 990 VA/Watt setiap unitnya.
2. Fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum dengan tipe kecil adalah
1.500 VA/Watt, tipe sedang adalah 2.500 VA/Watt dan tipe besar dengan
3.500 VA/Watt.
3. Fasilitas umum kebutuhan energi listriknya adalah 20 %.
4. Penerangan jalan kebutuhan listriknya adalah 10 % dari total kebutuhan
keseluruhan.
3.3.3 Sistem Jaringan Telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi di Wilayah Kota Samarinda, meliputi: Sistem Jaringan Kabel; dan
Sistem Nirkabel.
(1) Sistem Jaringan Telekomunikasi Kabel, berupa:
a. Peningkatan kapasitas terpasang Stasiun Telepon Otomat (STO) secara bertahap;
b. Penambahan rumah kabel di Kecamatan Palaran, Kecamatan Samarinda Utara,
Kecamatan Sungai Kunjang, Kecamatan Samarinda Ilir; dan
(2) Rencana Sistem Telekomunikasi nirkabel direncanakan pembangunan dan penggunaan
sebagai berikut:
a. Menara Base Tranceiver Station (BTS) terletak Kelurahan Mesjid Kecamatan
Samarinda Seberang, Kelurahan Rawa Makmur Kecamatan Palaran, Kelurahan
Lempake Kecamatan Samarinda Utara, Kelurahan Bugis Kecamatan Samarinda Kota,
Kelurahan Bukit Pinang Kecamatan Samarinda Ulu dan Kelurahan Sidodadi Kecamatan
Samarinda Ulu;
b. Pengembangan telepon nirkabel dan lokasi menara Base Tranceiver Station (BTS)
terpadu di wilayah Kota Samarinda untuk dimanfaatkan secara bersama-sama oleh
penyedia layanan telekomunikasi (operator);
c. Rencana sistem telekomunikasi nirkabel lanjut diatur dalam Peraturan Walikota;
Rencana sistem telekomunikasi nirkabel, direncanakan pembangunan dan penggunaan
menara bersama Base Transceiver Station (BTS) terpadu untuk dimanfaatkan secara
bersama-sama oleh penyedia layanan telekomunikasi (operator).
Pembagian zona ini dimaksudkan agar ruang pejalan kaki yang ada dapat tetap
melayani para pejalan kaki yang melintasi area ini dengan nyaman.
➢ Ruang Pejalan Kaki di RTH (Green Pathway)
Merupakan ruang pejalan kaki yang terletak diantara ruang terbuka hijau. Ruang ini
merupakan pembatas di antara ruang hijau dan ruang sirkulasi pejalan kaki. Area ini
menyediakan satu penyangga dari sirkulasi kendaraan di jalan dan memungkinkan untuk
dilengkapi dengan berbagai elemen ruang, seperti hidran air, kios telepon umum, dan
perabot-perabot jalan (bangku- bangku, marka, dan lain- lain).
Zona pengembangan pejalan kaki terarah ke kawasan pusat kota. Kawasan pusat adalah
kawasan yang mengakomodir volume pejalan kaki yang lebih besar dibanding kawasan
pemukiman. Ruang pejalan kaki di area ini dapat berfungsi untuk berbagai tujuan yang
beragam dan terdiri dari berbagai zona yang dapat dimanfaatkan antara lain: zona
bagian depan gedung, zona bagi pejalan kaki, zona bagi tanaman / perabotan jalan, dan
zona untuk pinggir jalan.
Peta Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Peta Rencana Sistem Penyediaan Air Minum
Peta Renc ana Sistem Pengelolaan Air Limbah
Peta Rencana Sistem Jaringan Persampahan
Peta Rencana Sistem Jaringan Drainas
BAB IV
EVALUASI TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA
SAMARINDA TAHUN 2020 – 2024
Dalam Evaluasi terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Samarinda Tahun 2020 - 2024
ada 5 aspek yang kita kaji, yaitu aspek Pusat Pelayanan Kota, Sub Pusat Pelayanan Kota, Skenario
Pengembangan Struktur Ruang, Rencana Sistem Jaringan Prasarana dan Infrastruktur Perkotaan.
Evaluasi terhadap Rencana Tata ruang Wilayah (RTRW) Kota Samarinda Tahun 2020 – 2024 ini
dilakukan dengan cara menganalisa dan membandingkan konsep tata ruang kota Samarinda yang
terdapat di dalam RTRW kota Samarinda terhadap kondisi eksisting kota Samarinda saat ini sebagai
objek tata ruang wilayah.
(2) Sistem pembuangan air limbah rumah tangga baik individual maupun komunal :
a. Pemakaian sistem pengolahan sanitasi terpusat (off site sanitation) untuk daerah
kepadatan tinggi atau sangat tinggi.
b. Pemakaian sistem pembuangan air limbah rumah tangga individual diarahkan
pada kawasan perumahan kepadatan rendah di Kecamatan Palaran, Kecamatan
Loa Janan Ilir, Kecamatan Sambutan, dan Kecamatan Samarinda Utara.
(3) Rencana sistem pembuangan air limbah rumah tangga baik individual maupun
komunal meliputi:
a. Pemakaian sistem pengolahan sanitasi terpusat (off site sanitation) untuk daerah
kepadatan tinggi atau sangat tinggi di Kecamatan Samarinda Ulu; dan
b. Pemakaian sistem pembuangan air limbah rumah tangga individual diarahkan
pada kawasan perumahan kepadatan rendah di Kecamatan Palaran, Kecamatan
Loa Janan Ilir, Kecamatan Sambutan dan Kecamatan Samarinda Utara.
(4) Peningkatan layanan pengelolaan limbah, meliputi instalasi pengolahan limbah
(IPAL).
1. Peningkatan layanan pengelolaan limbah tinja (IPLT);
2. Peningkatan layanan pengelolaan air limbah meliputi perencanaan dan
pengelolaan air limbah kawasan padat.
➢ Evaluasi terhadap RTRW Kota Samarinda Tahun 2020 - 2024 yaitu :
Sampai dengans saat ini di Kota Samarinda tidak memiliki Instalasi Pengolahan Limbah
Kota.
➢ Usulan Evaluasi :
Hal Mendasar yang perlu diperhatikan dan direalisasikan adalah penyediaan akan
infrastruktur jaringan sanitasi rumahan yang layak dan mendukung perlindungan aspek
lingkungan untuk kesehatan masayarakat
➢ Kondisi Eksiting
3. Sistem Jaringan Persampahan Kota
Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan mengubah
sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis (Pemanfaatan sampah), yaitu
menciptakan industri baru atau industri kreatif, dan mengolah sampah agar menjadi material
yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup.
➢ Evaluasi terhadap RTRW Kota Samarinda Tahun 2020 - 2024 yaitu :
a) Kapasitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah masih terbatas;
b) Belum adanya teknologi pengolahan/daur ulang sampah yang baik;
c) Kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan dan penerapan
Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang masih rendah.
➢ Usulan Evaluasi :
a) Penambahan fasilitas persampahan yaitu Tempat Pembuangan Akhir (TPA);
b) Sistem aliran pembuangan sampah yang dibangun secara hulu ke hilir (Sampah dari
masyarakat teralirkan dengan baik sampai ke TPA);
c) Perlunya dilakukan penyadaran dan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang
sampah sembarangan dan penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS);
d) Perlu di siapkan teknologi pengolahan sampah yang ramah lingkungan dengan belajar
ke negara-negara maju dalam pengelolaan sampah kota.
➢ Kondisi Eksiting
4. Sistem Jaringan Pejalan Kaki
Sistem jaringan pejalan kaki wilayah Kota Samarinda sebagaimana dimaksud pada dalam
terdapat pada ruas Jalan KH. Agus Salim, Jalan KH. Abul Hasan, Jalan P. Diponegoro,
Jalan Pulau Sulawesi, Jalan Imam Bonjol, Jalan Mulawarman, Jalan P. Hidayatullah,
Jalan Yos Sudarso dan Jalan Jenderal Sudirman.
➢ Evaluasi terhadap RTRW Kota Samarinda Tahun 2020 - 2024 yaitu :
Sampai dengan saat ini belum adanya upaya maksmimal dan terus menerus untuk
pemenuhan fasilatas pejalan kaki di kota Samrinda.
➢ Usulan Evaluasi :
Sudah saatnya Samarinda membanguan pedestrian/fasilitas pejalan kaki yang aman, nyaman,
memenuhi standar dan berkeselamatan terutama di jalan-jalan protokol kota Samarinda.
MATRIK
EVALUASI TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA SAMARINDA
TAHUN 2020 - 2024
No Aspek Kajian Rencana RTRW Kondisi Eksisting / Rencana RTRW Evaluasi Terhadap Rencana RTRW
I RPJPD Kota Samarinda
Visi :
Terwujudnya Masyarakat Yang Adil Dan Sejahtera Dalam Pembangunan Berkelanjutan
Misi :
1. Mewujudkan kualitas Sumber Daya Manusia Kota Samarinda yang berdaya saing berbasis penegakan hukum.
2. Mewujudkan pembangunan perekonomian Kota Samarinda yang tangguh berbasis sektor unggulan daerah.
3. Mewujudkan lingkungan yang sehat dan asri.
II Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Samarinda
Mewujudkan Kota Samarinda Sebagai Kota Tepian dengan Fokus Pengembangan Perdagangan dan Jasa dan Industri Berskala Nasional dengan Peningkatan Kualitas Lingkungan yang Nyaman dan Berkelanjutan
1 Pusat Pelayanan Kota Pusat pelayanan kota yang Kelurahan Sungai Keledang, Kecamatan Samarinda Seberang 1. Fokus pembangunan perkantoran lebih diarahakan kembali di Kelurahan Handil Bakti
mempunyai skala pelayanan regional lebih mendominasi sebagai pusat pelayanan Kota 2, hal ini Kecamatan Palaran
terdapat di: terlihat tumbuhnya kegiatan perkantoran dan pusat 2. Pembatasan pembangunan kegiatan perkantoran dan pusat pemerintahan di Kecamatan
a. Pusat Pelayanan Kota 1, adalah pemerintahan kota. Samarinda Seberang
Kelurahan Bugis di Kecamatan
Samarinda Kota.
b. Pusat Pelayanan Kota 2, adalah
Kelurahan Handil Bakti di Kecamatan
Palaran.
2 Sub Pusat Pelayanan Kota Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub Simpul pusat kegiatan diarahkan dengan fungsi Sudah sesuai kondisi eksisting, namun perlu dilengkapi kelengkapan sarana dan
PPK) 1, yakni pada Kelurahan Rapak kegiatan utama yang meliputi: prasarana pendukung
Dalam di Kecamatan Loa Janan Ilir a) Perdagangan jasa skala kota;
b) Perkantoran; dan
c) Industri skala nasional.
Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub Simpul pusat kegiatan pada diarahkan dengan fungsi kegiatan Sudah sesuai kondisi eksisting, namun perlu dilengkapi kelengkapan sarana dan
PPK) 2, yakni Kelurahan Bantuas dan utama yang meliputi: prasarana pendukung
Rawa Makmur di Kecamatan Palaran a) Perdagangan jasa (pergudangan);
b) Industri skala nasional; dan
c) Transportasi regional (pelabuhan dan terminal barang/industri)
Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub Fungsi kegiatan Sudah sesuai kondisi eksisting, namun sangat perlu dilengkapi kelengkapan sarana dan
PPK) 3, yakni di Kecamatan utama perdagangan jasa skala kota prasarana pendukung
Samarinda Seberang dengan simpul
pusat kegiatan pada Kelurahan Baqa
Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub Simpul pusat kegiatan pada diarahkan dengan fungsi kegiatan Sudah sesuai kondisi eksisting, namun sangat perlu peningkatan kualitas terhadap sarana
PPK) 4, yakni Kelurahan Air Putih di utama yang meliputi: dan prasarana pendukung
Kecamatan Samarinda Ulu a) Pemerintahan provinsi;
b) Perdagangan jasa skala regional;
c) Pelayanan kesehatan skala regional;
d) Perkantoran; dan
e) Industri skala kota.
Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub Simpul pusat kegiatan pada diarahkan dengan fungsi kegiatan Sampai dengan saat ini belum ada realisasi terhadap rencana sebagai pusat
PPK) 5, yakni Kelurahan Makroman utama pemerintahan kota, terbukti dengan banyaknya dilakukan pembangunan dan perbaikan
di Kecamatan Sambutan yang meliputi: fasilitas perkantoran di pusat kota (Kecamatan Samarinda Ilir)
a) Pusat pemerintahan kota
b) Perdagangan jasa skala kota; dan
c) Perkantoran.
Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub Simpul pusat kegiatan pada diarahkan dengan fungsi kegiatan Sudah sesuai kondisi eksisting, namun perlu dilengkapi kelengkapan sarana dan
PPK) 6, yakni Kelurahan Loa Bakung utama yang meliputi: prasarana pendukung
di Kecamatan Sungai Kunjang a) Perdagangan jasa skala kota;
b) Perkantoran; dan
c) Industri skala kota.
Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub Simpul pusat kegiatan diarahkan pada fungsi kegiatan utama Sudah sesuai kondisi eksisting, namun perlu dilengkapi kelengkapan sarana dan
PPK) 7, yakni Kelurahan Gunung yang meliputi: prasarana pendukung
Lingai di Kecamatan Sungai Pinang a) Perdagangan jasa skala kota;
b) Perkantoran; dan
c) Pertanian perkebunan.
Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub Simpul pusat kegiatan pada diarahkan dengan fungsi kegiatan Sudah sesuai kondisi eksisting, namun perlu dilengkapi kelengkapan sarana dan
PPK) 8, yakni Kelurahan Sungai utama perdagangan jasa skala kota prasarana pendukung
Dama di Kecamatan Samarinda Ilir
3 Skenario Pengembangan Skenario kewilayahan yang akan 1. Kondisi bagian utara dilakukan pembangunan yang masif 1. Kondisi bagian utara sebaiknya dikembalikan sebagai bagian yang tetap difungsikan
Stuktur Ruang diterapkan, yaitu: namun tidak memperhatikan fungsi lingkungan hidup sebagai kawasan yang mendukung daya dukung dan daya tampung serta menjadi kawasan
1. Kawasan Selatan akan dilakukan 2. Kondisi bagian selatan, dikembangkan sebagai kutub resapan kota
pembatasan laju kawasan masif pertumbuhan yang baru dikarenakan fasilitas yang telah 2. Kondisi bagian selatan sebaik tidak dilakukan pembatasan laju kawasan dan melakukan
terbangun dengan prediksi dibangun dan telah ditetapkannya Provinsi Kalimantan Timur perencanaan dan penataan yang matang lagi dalam mendukung Provinsi Kalimantan Timur
pertumbuhan penduduk bersifat linier sebagai IKN sebagai IKN
2. Kawasan Tengah dengan
pengembangan pusat layanan skala
regional dan nasional dengan
prediksi sistem target pada beberapa
kawasan.
3. Kawasan Utara dengan prediksi
pertumbuhan penduduk bersifat linier
dilakukan pengembangan dengan
tetap mengutamakan dan menjaga
fungsi lingkungan hidup.
4 Rencana Sistem Jaringan Sistem Jaringan Transportasi 1. Rencana pengembangan Bandara APT Pranoto 1. Perlunya adanya rencana dan realisasi pembangunan baru terhadap transportasi darat
Prasarana 2. Rencana jalan tol Samarinda – Balikpapan yaitu jembata penghubung tambahan yang menghubungkan Samarinda Kota dengan
3. Rencana pembangunan jalan lingkar dalam dan luar Kota Samarinda Seberang yang akan bermamfaat mengurai kemacetan yang terjadi untuk
Samarinda melancarkan arus kendaraan di Kota Samarinda
4. Rencana pengembangan sistem jaringan rel kereta api 2. Perlu ada penambahan jaringan jalan (sebagai alternatif lain untuk melakukan perjalanan)
5. Rencana pengembangan kawasan industri di Kecamatan dan peningkayan terhadapkualitas jaringan jalan yang telah ada
Palaran 3. Perlu adanya penambahan dan peningkatan fasilitas pendukung transportasi (seperti
terminal angkutan darat)
4. Perlu adanya peralihan sarana transportasi umum yang berkualitas dalam mendukung
konsep smart city
5. Perlu adanya penentuan lokasi akan terminal barang yang terpusata tidak tersebar seperti
kondisi saat ini
6. Realisasi terhadap pengembangan sistem jaringan rel kereta api yang bertahap, dengan
pengutamaan aternatif untuk perpindahan barang dan mendukung alternatif perpindahan
manusia
Sistem Jaringan Sumber Daya Air Jaringan dan prasarana air baku, terdiri atas: 1. Kondisi jaringan dan prasarana air baku untuk Kota Samarinda cenderung tercemar
a. Sungai-sungai yang melintasi kota yang melalui Kelurahan sehingga harus memiliki effort yang lebih dalam penyediaan air baku
Karang Mumus, 2. Perlu adanya perlindungan dan pengembalian fungsi kawasan resapan untuk memastikan
Kelurahan Temindung Permai, Kelurahan Pelita, Kelurahan kualitas dari air baku
Bandara, dan Kelurahan Gunung Lingai.
b. Waduk yaitu Waduk Benanga yang terletak di Kelurahan
Lempake Kecamatan Samarinda Utara.
c. Embung yang terletak di Kelurahan Lempake, Kelurahan
Tanah Merah dan Kelurahan
Sungai Siring Kecamatan Samarinda Utara.
Sistem pengendalian banjir di Kota Samarinda diarahkan dengan 1. Perlu adanya pengembalian fungsi kawasan resapan air sehingga terjaganya aliran air dari
cara pembuatan kolam retensi dan kolam detensi untuk hulu ke hilir
menampung luapan air yang terletak di Kecamatan Samarinda 2. Perlu adanya pengembalian fungsi bantaran sungai sebagai daerah perlindungan sungai
Utara, Samarinda Ulu, dan Sungai Pinang (pemamfaatannya bisa dijadikan hutan kota)
3. Merubah paradigma bagaimana cara secepatnya mengalirkan air di permukaan ke badan
air, melainkan menerapkan bagaimana caranya mengalirkan air di permukaan untuk segera
dapat meresap ke dalam tanah (bukan hanya sekedar menampung di badan air
5 Infrastruktur Perkotaan Sistem Penyediaan Air Minum Sistem penyediaan air minum mencakup sistem jaringan Hal Mendasar yang perlu diperhatikan dan direalisasikan adalah penyediaan akan
(SPAM) perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan, dengan rencana infrastruktur jaringan perpipaan dan pemenuhan serta kemudahan dalam pemasangan
pengembangan meliputi: saluran PDAM untuk permukiman
a. Mengembangkan rencana sistem penyediaan air minum
dengan perpipaan untuk seluruh wilayah kota;
b. Meningkatkan cakupan wilayah pelayanan distribusi air minum
untuk seluruh wilayah kota;
c. Memperbaiki jaringan pipa air bersih secara bertahap,
meningkatkan manajemen operasi dan pemeliharaan pelayanan
air minum;
d. Peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta
dalam penyelenggaraan pengembangan sistem air bersih untuk
air minum; dan
e. Peningkatan kapasitas dan kualitas pengelolaan air bersih.
Sistem Pengelolaan Air Limbah 1. Sistem pembuangan air limbah industri dan kegiatan Hal Mendasar yang perlu diperhatikan dan direalisasikan adalah penyediaan akan
(SPAL) komersial infrastruktur jaringan sanitasi rumahan yang layak dan mendukung perlindungan aspek
a) Pengelolaan IPAL terpadu . lingkungan untuk kesehatan masayarakat
b) Pengembangan sistem instalasi pengolahan air limbah (IPAL)
kegiatan perdagangan dan jasa di pusat pelayanan kota dan sub
pusat pelayanan kota;
c) Peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta
dalam penyelenggaraan pengembangan sistem air limbah;
d) Peningkatan kapasitas dan kualitas pengelolaan air limbah.
2. Sistem pembuangan air limbah rumah tangga baik individual
maupun komunal.
a) Pemakaian sistem pengolahan sanitasi terpusat (off site
sanitation) untuk daerah kepadatan tinggi atau sangat tinggi.
b) Pemakaian sistem pembuangan air limbah rumah tangga
individual diarahkan pada kawasan perumahan kepadatan
rendah di Kecamatan Palaran, Kecamatan
Loa Janan Ilir, Kecamatan Sambutan, dan Kecamatan
Samarinda Utara.
3. Rencana sistem pembuangan air limbah rumah tangga baik
individual maupun komunal meliputi:
a) Pemakaian sistem pengolahan sanitasi terpusat (off site
sanitation) untuk daerah kepadatan tinggi atau sangat tinggi di
Kecamatan Samarinda Ulu; dan
b) Pemakaian sistem pembuangan air limbah rumah tangga
individual diarahkan pada kawasan perumahan kepadatan
rendah di Kecamatan Palaran, Kecamatan
Loa Janan Ilir, Kecamatan Sambutan, dan Kecamatan
Samarinda Utara.
4. Peningkatan layanan pengelolaan limbah, meliputi instalasi
pengolahan limbah
(IPAL).
5. Peningkatan layanan pengelolaan limbah tinja (IPLT).
6. Peningkatan layanan pengelolaan air limbah meliputi
perencanaan dan pengelolaan
air limbah kawasan padat.
Sistem Jaringan Persampahan Kota Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan 1. Penambahan fasilitas persampahan yaitu Tempat Pembuangan Akhir (TPA),
dua tujuan mengubah sampah menjadi material yang memiliki 2. Sistem aliran pembuangan sampah yang dibangun secara hulu ke hilir (Sampah dari
nilai ekonomis (Pemanfaatan sampah), yaitu masyarakat teralirkan dengan baik sampai ke TPA)
menciptakan industri baru atau industri kreatif, dan mengolah 3. Perlunya dilakukan penyadaran dan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah
sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi sembarangan dan penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
lingkungan hidup.
Sistem Jaringan Pejalan Kaki Sistem jaringan pejalan kaki wilayah Kota Samarinda Sampai dengan saat ini pelaksanaan untuk pemenuhan jaringan pejalalan kaki Kota
sebagaimana dimaksud pada dalam Samarinda dilakukan di ruas jalan yang berbeda yaitu Jalan Ir.H. Juanda dan Jalan
terdapat pada ruas Jalan KH. Agus Salim, Jalan KH. Abul Kesuma Bangsa
Hasan, Jalan P. Diponegoro,
Jalan Pulau Sulawesi, Jalan Imam Bonjol, Jalan
Mulawarman, Jalan P. Hidayatullah,
Jalan Yos Sudarso dan Jalan Jenderal Sudirman.
III Evaluasi Umum Kondisi Eksisting Hasil dari Rencana Tata Ruang Kota Samarinda Tahun 2020 - 2024
1. Belum adanya Pusat Pemerintahan Kota yang terpusat untuk Kota Samarinda (Samai dengan saat ini tersebar)
2. Rencana Tata Ruang Wilayah yang dibuat tidak 100% diwujudkan dan cenderung pembangunannya tidak berdasarkan rencana yang telah dibuat
3. Padu serasi dalam pembangunan tidak dilakukan, melainkan hanya bersifat sektoral
4. Belum adanya basis data terpadu yang digunakan sehingga data yang ada di dokumen Rencata Tata Ruang hanya bersifat makro,
5. Kegiatan pendukung untuk penyediaan basis data yang berperan untuk tidak lanjut dari Rencana Tata Ruang tidak optimal dilakukan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan terhadap Evaluasi Umum Kondisi Eksisting Hasil dari Rencana Tata Ruang
Wiayah ( RTRW) Kota Samarinda Tahun 2020 – 2024 adalah sebagai berikut :
1. Belum adanya Pusat Pemerintahan Kota yang terpusat untuk Kota Samarinda (sampai dengan
saat ini );
2. Rencana Tata Ruang Wilayah ( RTRW) Kota Samarinda yang dibuat tidak 100% diwujudkan
dan cenderung pembangunannya tidak berdasarkan rencana yang telah dibuat;
3. Padu serasi dalam pembangunan tidak dilakukan, melainkan hanya bersifat sektoral,
kurangnya koordinasi dan kerjasama antar Instansi;
4. Belum adanya basis data terpadu yang digunakan sehingga data yang ada di dalam Dokumen
Rencana Tata Ruang Wilayah ( RTRW) Kota Samarinda hanya bersifat makro;
5. Kegiatan pendukung untuk penyediaan basis data yang berperan untuk tindak lanjut dari
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Samarinda tidak optimal dilakukan.
B. Saran
1. RTRW merupakan blueprint pembangunan kota sehingga Walikota Samarinda, Unsur
Muspida, DPRD dan seluruh SKPD harus betul-betul memahami agar pembangunan yang
dilaksanakan sesuai dengan pa yang di sepakati di RTRW;
2. Samarinda memerlukan banyak ruang terbuka hijau juga tempat bermain anak-anak yang
saat ini dirasa sangat kurang sehingga tidak ada tempat warga untuk bersantai dan
bersosialisasi;
3. Penegakan hukum terkait pendirian bangunan harus ditingkatkan dan perketat sehingga
masyarakat tidak seenaknya membangun baik dipinggir jalan maupun dipinggiran sungai
yang berakibat kumuhnya Kota;
4. Lokasi jualan pedagang kaki lima dan parkir perlu ditata dan dikelola dengan baik agar tidak
menambah kesemrautan Kota;
5. Diperlukan adanya ikon kota yang dapat dijadikan sebagai branding wisata Kota Samarinda.
Daftar Pustaka
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Pemerintah Kota Samarinda. 2021. Laporan Akhir
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Samarinda Tahun 2020 – 2024. Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Pemerintah Kota Samarinda