Oleh:
1. Anggieani Laras Suti (1706035132) Metlit B
METODE KUALITATIF
DEPARTEMEN GEOGRAFI
UNIVERSITAS INDONESIA
2019
Sesuai judul penelitian kami yaitu Pola Perubahan Penggunaan Lahan dan Mata
Pencaharian Kelurahan Sumampir Tahun 2011 dan 2019, kami menggunakan 2 variabel, yaitu
jumlah penduduk tahun 2011 dan 2019 yang kami dapatkan melalui data monografi Kelurahan
Sumampir dan aksesabilitas berupa jaringan jalan yang datanya diperoleh dari BAPPEDA
untuk menganalisis perubahan penggunaan lahan tahun 2011 dan 2019, data penggunaan lahan
kami dapatkan melalui citra google earth dan kami olah dengan software ArcGIS lalu dilakukan
verifikasi langsung melalui observasi dan survey lapangan. hasil dari perubahan penggunan
lahan akan dikaitkan dengan mata pencaharian masyarakat tahun 2011 dan 2019 yang kami
dapatkan melalui data monografi Kelurahan Sumampir.
Pertanyaan Penelitian
Gambar 2. Tabel Luas Jenis Penggunaan Lahan Kelurahan Sumampir Tahun 2011
Gambar 5. Tabel Jumlah Penduduk Kelurahan Sumampir Tahun 2011 dan 2018
Gambar 6. Grafik Jumlah Penduduk Kelurahan Sumampir Tahun 2011 dan 2018
b. Aksesibiltas
Aksesibilitas merupakan suatu tingkat kemudahan bagi seseorang
untuk mencapai suatu lokasi tertentu, Aksesibilitas ini sangat terkait dengan jarak
lokasi suatu daerah terhadap daerah lainnya khususnya jarak lokasi ke pusat-pusat
pelayanan publik (public service) yang secara spasial identik dengan ibukota
propinsi dan ibukota kabupaten/kota. Selain terkait dengan jarak lokasi,
aksesibilitas juga terkait dengan waktu dan biaya. Tingkat aksesibilitas wilayah
juga bisa diukur berdasarkan pada beberapa variabel yaitu ketersediaan jaringan
jalan, jumlah alat transportasi, panjang, lebar jalan, dan kualitas jalan (Miro,
2004).
Perubahan penggunan lahan yang terjadi pada Kelurahan Sumampir tahun 2011
dan 2019 terlihat pada gambar berikut :
Dampak kemajuan ekonomi dari wilayah yang banyak mengalami perubahan lahan
adalah membuka lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan dan upah masyarakat
pedesaan. Namun bagi petani yang lahannya telah terjual karena pengalihan fungsi lahan,
mengalami kesulitan untuk mencari pekerjaan baru.
Gambar 10. Grafik Jenis Mata Pencaharian Kelurahan Sumampir Tahun 2011
Gambar 11. Grafik Jenis Mata Pencaharian Kelurahan Sumampir Tahun 2019
Dari tabel dan grafik mata pencaharian masyarakat Kelurahan Sumampir di atas dapat
diketahui bahwa terdapat perbedaan dominasi mata pencaharian antara tahun 2011 dan
2019, jika pada tahun 2011 jumlah petani yang memiliki lahan sendiri maupun yang bekerja
di lahan milik orang lain masih lumayan banyak jumlahnya yaitu mencapai 500 orang atau
11,35% sedangkan pada tahun 2019 sangat jauh perbedaannya yang berarti terjadi
penurunan jumlah petani secara drastis, yaitu hanya 13 orang atau 0,13% pada tahun 2019.
Berbanding terbalik dengan jenis mata pencaharian seperti pengusaha atau wiraswasta yang
mengalami peningkatan yang cukup drastis di tahun 2019, jika pada tahun 2011 hanya 193
orang atau 2,23%, di tahun 2019 jumlah pengusaha atau wiraswasta mencapai 620 orang
atau 6,14% yang disebabkan mulai berkembangnya kos-kosan, warung, rumah makan dan
lainnya yang diakibatkan adanya universitas-universitas bergengsi di sekitar wilayah
Kelurahan Sumampir seperti Universitas Jenderal Soedirman, Universitas Amikom
Purwokerto, dan lainnya. Selain itu, perubahan lahan yang terjadi seperti menurunnya
jumlah sawah, ladang, dan kebun menjadi lahan terbangun menyebabkan perubahan mata
pencaharian, dari yang semula masih banyak masyarakat Kelurahan Sumampir yang
bermatapencaharian sebagai petani namun kini di tahun 2019 jumlahnya menurun drastis
dan terbilang cukup sedikit digantikan dengan meningkatnya jumlah pengusaha atau
wiraswasta. Mata pencaharian di suatu wilayah ditentukan oleh penggunaan lahan di
sekitarnya, hal tersebut terbukti dari deskripsi di atas bahwa perubahan lahan pertanian dan
perkebunan menjadi lahan terbangun menyebabkan perubahan dominasi mata pencaharian
di suatu wilayah.