Anda di halaman 1dari 6

ISSN: 2085-3823 Jurnal Triton, Vol. 10, No.

1, Juni 2019

GAMBARAN KASUS FASCIOLOSIS (CACING HATI) PADA SAPI


BALI BERDASARKAN DATA HASIL PEMERIKSAAN HEWAN
QURBAN DI KABUPATEN MANOKWARI TAHUN 2018
Edi Purwono*

Politeknik Pembagunan Pertanian (Polbangtan) Manokwari


Jl. Reremi Manokwari Papua Barat

*Korespondensi penulis, e-mail: edipurwono1982@gmail.com

ABSTRAK
Fasciolosis merupakan penyakit parasit yang menyerang hewan ruminansia dan sering
menyebabkan kerugian dikalangan peternak berupa turunnya tingkat produktivitas ternak bahkan
sampai menyebabkan kematian pada ternak. Penyakit ini disebabkan oleh adanya infeksi cacing
fasciola sp. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kasus Fasciolosis pada sapi
yang dipotong pada saat peringatan hari raya Idul Adha. Penelitian ini dilakukan pada saat
pelaksanaan pemotongan hewan qurban yang berlokasi di masjid-masid yang ada di wilayah
Kabupaten Manokwari. Penelitian ini termasuk penelitian survei. Populasi sampel dalam
penelitian ini adalah hewan qurban yang di potong pada Hari Raya Idul Adha tahun 2018 di
Kabupaten Manokwari. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik non
probability sampling, sebanyak 209 sampel dengan menggunakan metode pendekatan purposive
sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian kasus Fasciolosis di Kabupaten
Manokwari masih tergolong cukup tinggi (32,5%) dari total populasi hewan yang di potong pada
saat hari raya Idul Adha. Tingginya kasus Fasciolosis ini dimungkinkan karena pola pemeliharaan
yang belum maksimal dan masih menggunakan pola pemeliharaan dengan sistem ekstensif atau
sistem lepas di perkebunan kelapa sawit.
Kata Kunci: Gambaran kasus Fasciolosis, Hari Raya Idul Adha, Kabupaten Manokwari

PENDAHULUAN & Addis, 2012), Fasciolosis biasanya

Fasciolosis merupakan penyakit terjadi pada daerah pedesaan dengan

parasit yang disebabkan oleh cacing sistem perkandangan yang masih

Fasciola sp. Cacing ini termasuk dalam tradisional. Kejadian Fasciolosis pada

kelas Trematoda, filum Platyhelmintes ternak ruminansia tersebut berkaitan erat

dan genus Fasciola (Anonim, 2014). dengan pencemaran metaserkaria, yang

Penyakit ini tergolong penyakit zoonosis merupakan larva infektif cacing

dan sering menyerang pada hewan trematoda genus Fasciola seperti Fasciola

ruminansia dan beberapa satwa langka, gigantica dan Fasciola hepatica dalam

melalui berbagai kontaminasi (Keyyu et hijauan pakan dan air minum ternak

al., 2006) dan telah tersebar di seluruh (Martindah et al., 2005).

dunia (Alatoom et al. 2007; Abdulhakim

69
Gambaran Kasus Fasciolosis (Cacing Hati) pada Sapi Bali Berdasarkan Data Hasil Pemeriksaan
Hewan Qurban di Kabupaten Manokwari Tahun 2018. Edi Purwono.

Berdasarkan geografi, distribusi Manokwari secara keseluruhan adalah


cacing Fasciola gigantica dan Fasciola jenis sapi bali karena hanya jenis sapi
hepatica tersebar di seluruh dunia dan inilah yang banyak dibudidayakan oleh
penyebaran Fasciola hepatica lebih luas masyarakat di daerah tersebut. Alasan
dibanding Fasciola gigantica. Fasciola masyarakat membudidayakan sapi bali
gigantica diketahui merupakan satu- antara lain: memiliki fungsi dwi guna
satunya cacing trematoda yang (kerja dan Potong). Selain itu, sapi bali
menyebabkan Fasciolosis pada hewan juga memiliki banyak sifat unggul
ruminansia di Indonesia (Anonim, 2014). dibandingkan dengan sapi jenis lain yaitu
Fasciolosis telah diakui oleh status reproduksinya sangat baik, cepat
pemerintah maupun masyarakat di beranak, mudah beradaptasi dengan
seluruh dunia sebagai salah satu faktor lingkungan, memiliki daya cerna yang
penting yang menyebabkan turunnya baik terhadap pakan dan mampu hidup
produktivitas ternak (Mahato & Harrison, dilahan yang kritis serta memiliki
2005), seperti hilangnya tenaga kerja, persentasi karkas yang tinggi (Purwono
hilangnya produksi susu, dan biaya yang 2013).
harus dikeluarkan untuk pengobatan Tujuan dari penelitian ini adalah
(Kithuka et al., 2002). Di Indonesia, untuk mengetahui gambaran kasus
secara ekonomi kerugian yang Fasciolosis pada sapi yang dipotong pada
diakibatkan oleh Fasciolosis mencapai saat peringatan Hari Raya Idul Adha di
Rp513,6 miliar/tahun. Kerugian ini dapat Kabupaten Manokwari Provinsi Papua
berupa kematian, penurunan bobot badan, Barat tahun 2018 melalui pemeriksaan
hilangnya karkas atau hati karena post mortem atau pemeriksaan yang
mengalami sirosis dan kanker (Anonim, dilakukan setelah proses pemotongan
2014). hewan selesai.
Hari Raya Idul Adha merupakan
momen penting bagi umat muslim untuk METODE PENELITIAN
menunaikan ibadah qurban. di
Waktu dan tempat
Manokwari khususnya dan di Indonesia
pada umumnya, ibadah qurban ditunaikan Pengambilan sampel dilakukan

dengan melakukan pemotongan hewan pada saat Hari Raya Idul Adha tanggal 22

berupa sapi dan kambing. Jenis sapi yang Agustus Tahun 2018 bertempat di

di potong atau di qurbankan di wilayah masjid-masjid di wilayah Kabupaten

70
Jurnal Triton, Vol. 10, No. 1, Juni 2019

Manokwari yang melaksanakan HASIL DAN PEMBAHASAN


pemotongan hewan qurban. Sampel yang Facioliasis (hepatik) atau penyakit
diambil berupa data temuan kasus cacing hati (PCH) merupakanpenyakit
Fasciolosisdari hasil pemeriksaan post yang disebabkan oleh cacing Tremadoda
mortem. genus Fasciola. Pada umumnya istilah
Fasciolosis digunakan untuk
Alat dan bahan
menggambarkan atau untuk menentukan
Alat dan bahan yang digunakan
diagnosis penyakit cacingan yang
dalam penelitian ini adalah: pisau, sarung
menyerang ternak memamah biak seperti
tangan (glove), masker, tabung reaksi,
sapi, kerbau, kambing dan domba Berat
formalin dan hepar/hati hewan (sapi)
ringannya kasus Fasciolosis tergantung
yang diduga terinfeksi Fasciola Sp.
pada jumlah metaserkaria yang tertelan
Metode penelitian dan infektifitasnya. Bila metaserkaria
Penelitian ini termasuk penelitian yang tertelan sangat banyak akan
survei. Populasi dalam penelitian ini mengakibatkan kematian pada ternak
adalah hewan qurban yang di potong sebelum cacing tersebut mencapai
pada Hari Raya Idul Adha tanggal 22 dewasa. Selain itu, tergantung pula pada
Agustus 2018 di Kabupaten Manokwari. stadium infestasi yaitu migrasi cacing
Teknik pengambilan sampel dilakukan muda dan perkembangan cacing dewasa
dengan menggunakan teknik non dalam saluran empedu. Infestasi Fasciola
probability sampling, sebanyak 209 sp. dapat bersifat akut, sub akut maupun
sampel dengan menggunakan metode kronis (Subronto, 2007).
pendekatan purposive sampling yaitu Bentuk akut disebabkan oleh
teknik penemuan sampel dengan adanya migrasi cacing muda di dalam
pertimbangan tertentu. Diagnosa kasus jaringan hati, sehingga menyebabkan
Fasciolosis berdasarkan pada temuan kerusakan jaringan hati. Ternak menjadi
parasit Fasciola sp di organ hepar pada lemah, nafas cepat dan pendek, perut
pemeriksaan post mortem dilakukan membesar dan rasa sakit sedangkan
dengan melakukan penyayatan organ hati bentuk kronis gejala yang nampak adalah
secara vertical dan secara horizontal. anemia, sehingga menyebabkan ternak
lesu, lemah, nafsu makan menurun, cepat
mengalami kelelahan, membrana mukosa
pucat, diare dan edema di antara sudut

71
Gambaran Kasus Fasciolosis (Cacing Hati) pada Sapi Bali Berdasarkan Data Hasil Pemeriksaan
Hewan Qurban di Kabupaten Manokwari Tahun 2018. Edi Purwono.

dagu dan bawah perut, ikterus dan positif terinfeksi cacing Fasciola sp yang
kematian dapat terjadi dalam waktu 1-3 ditandai dengan adanya lesi berupa
bulan (Anonim 2014). peradangan dan pengapuran pada organ
Hasil pemeriksaan patologi hati yang disebabkan oleh adanya
anatomi pada sampel organ hati hewan infestasi cacing Fasciola sp (Gambar 1).
qurban, beberapa sampel organ hati

Gambar 1. Hati Sapi yang terinfeksi Fasciola sp

Berat ringannya lesi yang mengalami pengapuran serta banyak


ditimbulkan tergantung pada jumlah ditemukan adanya cacing dewasa
metaserkaria yang ditelan dan tingkat (gambar 2).
infekstifitasnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat subronto (2007), yang
menyatakan bahwa sapi yang terinfeksi
Fasciola sp secara akut dan sub akut
gambaran patologi anatomi organ hati
tidak banyak mengalami kelainan kecuali
pada hatinya yang mengalami peradangan
akut disertai perdarahan, sedangkan sapi
yang terinfeksi secara kronis hati sapi
tampak mengeras dalam rabaan, tepi dan Gambar 2. Cacing Fasciola sp. Dewasa
permukaan tidak rata dan ketika disayat
segera diketahui adanya fibrosis jaringan, Tingkat morbiditas dan mortalitas
saluran empedu menebal, meradang dan dari kasus Fasciolosis didaerah endemik

72
Jurnal Triton, Vol. 10, No. 1, Juni 2019

kadang sangat tinggi, bahkan bisa ini menyebabkan penolakan organ


mencapai 90%. Subronto (2007), tersebut untuk dikonsumsi manusia. Hasil
mengemukakan bahwa kerugian langsung pemeriksaan patologi anatomi terhadap
dari Fasciolosis berupa kerusakan organ sampel penelitian secara lengkap tersaji
hati. Adanya kerusakan pada organ hati pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan post mortem organ hati sapi bali


Total
Jenis Sampel Hasil Pemeriksaan Fasciolosis Prevalensi
Sampel
Organ hati Positif % Negatif %
68 32,5 141 67,5 209 32,5 %

Berdasarkan tabel diatas diketahui sawit selama proses pemeliharaan dan


bahwa dari 209 sampel hati yang bebas mengambil rumput yang ada
diperiksa, 141 sampel dinyatakan negatif diperkebunan kelapa sawit tersebut yang
dan 68 sampel dinyatakan positif notabene daerah tersebut adalah daerah
Fasciolosis dengan tingkat prevalensi yang banyak terdapat saluran irigasi dan
sebesar 32,5% sedangkan hasil penelitian kubangan yang tergenang air. Daerah
yang dilakukan FAO (2007), yang banyak terdapat saluran irigasi dan
menunjukkan bahwa prevalensi Fasciola kubangan air biasanya merupakan tempat
sp di Indonesia mencapai 14%-28%. Hal yang cocok untuk tempat
ini menunjukkan bahwa prevalensi perkembangbiakan siput Lymnaea
Fasciolosis di Kabupaten Manokwari rubiginosa yang menjadi hospes
Masih tergolong cukup tinggi. intermediet bagi Fasciola sp. Hal ini
Tingginya kejadian kasus sesuai dengan yang dipaparkan oleh
Fasciolosis di Kabupatem Manokwari Muchlis & Soetedjo (1972) bahwa
dimungkinkan karena faktor manajemen Lymnaea rubiginosa merupakan sejenis
pemeliharaan seperti faktor sanitasi, siput yang mudah ditemukan di perairan
faktor lingkungan dan pola pemberian yang jernih, dengan oksigenasi air yang
pakan yang kurang baik, serta pola baik, dan aliran air yang tidak terlalu
pemeliharaan ternak yang masih cepat atau tenang seperti lingkungan
dilakukan secara ekstensif atau sistem sawah atau perkebunan.
lepas di perkebunan kelapa sawit. Pola
pemeliharaan sepertiini biasanya hewan
ternak dibiarkan berada di kebun kelapa
73
Gambaran Kasus Fasciolosis (Cacing Hati) pada Sapi Bali Berdasarkan Data Hasil Pemeriksaan
Hewan Qurban di Kabupaten Manokwari Tahun 2018. Edi Purwono.

DAFTAR PUSTAKA and economic importance of bovine


fasciolosis in Kenya an analysis of
Anonim. 2014. Manual Penyakit Hewan abattoir. Onderstepoort J. Vet. Res.,
Mamalia, Direktorat Jenderal 69 (4):255-262.
Peternakan dan Kesehatan Hewan,
Mahato SN, Harrison LJS. 2005. Control
Kementerian Pertanian. Jakarta.
of fasciolosis in stall-fed buffaloes
Hal. 400.
by managing the feeding of rice
Anonim. 2012. straw. Trop. Anim. Health Prod 37:
Faciolosis.http://en.wikipedia.org/w 285 – 291.
iki/Fasciolosis [22 Oktober 2012]
Martindah E, Widjajanti S, Estuningsih
Abdulhakim Y, Addis M. 2012. An SE, Suhardono. 2005.
abattoir study on the prevalence of Meningkatkan Kesadaran dan
fasciolosis in cattle, sheep and Kepedulian Masyarakat Terhadap
goats in Debre Zeit. Town, Fasciolosis Sebagai Penyakit
Ethiopia. Glob Vet. 8:308-314. Infeksius. Wartazoa. 15
FAO (Food and Agriculture Muchlis A, Soetedjo R. 1972. Laporan
Organization). Corporate Document singkat hasil survey penjakit
Repository. 2007. Liver Fluke fasciolosis dan haemonchosis di
Infections. Djawa Barat dan Djawa Tengah.
http://www.fao.org/DOCREP/004/ Bogor: Lembaga Penelitian
T0584E/T0584E03.htm.(4 Penyakit Hewan.
September 2007)
Purwono E. 2013. Tingkat Kejadian
Keyyu JD, Kassuku AA, Msalilwa LP, Penyakit Cacing (Helminthiasis)
Monrad J, Kyvsgaard NC. 2006. Pada Sapi Bali (Bos sondaicus) di
Cross-sectional prevalence of SP I, II dan III Distrik Prafi
helminthes infections in cattle on Kabupaten Manokwari, Provinsi
traditional, small-scale and large- Papua Barat. Jurnal Triton Vol 4.
scale dairy farms in Iringa district, No.I.
Tanzania. Vet. Res. Commun 30:45
Subronto. 2007. Ilmu Penyakit Ternak II.
– 55.
Gadjah Mada University Press.
Kithuka KM, Maingi N, Njerch FM, Yogyakarta.
Ombui JN. 2002. The prevalence

74

Anda mungkin juga menyukai