Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ULUMUL

HADITS

Disusun Oleh :

NAMA : MEDY AFRIONE HARAHAP


NIM : 1800013309
KELAS :PSIKOLOGI 2018 E
Daftar Isi :
Kata Pengantar………………………………………………………….1
I. Pendahuluan…………………………………………………………..2
I.I Latar Belakang……………………………………………………..2
I.II Rumusan Masalah……………………………………………….2
I.III Tujuan Pembahasan……………………………………………2
II. Isi……………………………………………………………………………3
II.I Muathalal Hadits…………………………………………………3
II.II Pembukuan Hadits Secara Resmi………………………..6
II.III Ta’dil Wat Tajrih………………………………………………..6
II.IV Pembahasan Hadits……………………….………………..10
II.V Tingkatan Hadits………………………………………………10
II.VI Hadits Marfu’,Mauquf dan Maqthu’……………….11
III.Kesimpulan……………………………………………………...……12
IV.Saran ………………………………………………………….………..12
V.Daftar Pustaka……………………………………..………………...13
1

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullahi wabarakatuh


Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena limpahan
rahmat serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan makalah
kami dengan judul “Ulumul Hadits” ini.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari pembaca
untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena kami
sangat menyadari, bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki
banyak kekurangan.

Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang


telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah
ini hingga selesainya makalah ini.

Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah yang
telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

@okum@arta, 21 Desember 2018

MEDY AFRIONE HARAHAP


 
2

I.PENDAHULUAN

I.I    Latar Belakang

Hadits adalah sebuah sunnah,adalah perkataan,perbuatan,ketetapan dan


persetujuan dari nabi Muhammad yang dijadikan landasan syariat islam hadits
juga dijadikan sumber hukum islam selain Al-Quran.

Maka dari itu hadist harus dipelajari karena di masa sekarang banyak hadits
hadits yang tidak kuat dalil nya dengan adanya ilmu yang mempelajari tentang
hadits ini banyak orang yang sekarang mulai mengerti mana hadits-hadits
shahih dan mana yang tidak shahih.

I.II    Rumusan Masalah

1.    Apa Pengertian Ulumul Hadits ?


2.    Apa Faktor-faktor Yang Mempengaruhi tingkatan Hadits ?
3.    Bagaimana Hadits bisa sampai ke masa sekarang ?

I.III    Tujuan Pembahasan

1.    Menjelaskan Definisi Ulumul Hadits


2.    Menjelaska Tingkatan-tingkatan Hadits
3.    Mengetahui secara rinci bagaimana Hadits bisa sampai ke masa sekarang
3
II.ISI
II.I Musthalal Hadits
1.Ilmu Hadits
- Hadits Dirayah
- Ilmu hadits dirayah adalah bagian dari ilmu hadits yang mempelajari
kaidah-kaidah untuk mengetahui hal ikhwal sanad, matan, cara-cara menerima dan
menyampaikan hadits, sifat-sifat rawi dan lain-lain. Definisi ini sesuai dengan makna
kata dirayah yang secara bahasa berarti pengetahuan dan pengenalan. Kegunaan
ilmu ini tidak lain untuk mengetahui dan menetapkan diterima (maqbul) dan ditolak
(mardud)nya suatu hadits.

- Hadits Riwayat
Ilmu hadits riwayah adalah ilmu hadits yang mempelajari cara-cara
penukilan, pemeliharaan dan penulisan hadits. Tujuannya untuk memahami hadits-hadits
Nabi Muhammad Rosulullah saw. sebagai penjelas al-Qur'an, dan menjadikan hadits
(perkataan, perbuatan, dan taqrir Nabi Muhammad saw.) sebagai teladan.

2.Istilah-istilah dalam Hadits


- Hadist
 ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa
perkataan, perbuatan, pernyataan, taqrir, dan sebagainya.
- Sunnah
segala sesuatu yang bersumber dari nabi SAW,baik berupa Perkataan,Budi
Pekerti,Perjalanan hidup,baik sesudah diangkat menjadi Rasul maupun belum.
- Khobar
 lebih umum dari hadis. Segala sesuatu yang datang baik dari Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam ataupun selain dari beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam disebut khabar.
- Atsar
ialah sesuatu yang disandarkan kepada para sahabat Nabi Muhammad SAW.
- Matan
adalah pembicaraan atau materi berita yang berakhir pada sanad yang terakhir. Baik
pembicaraan itu sabda Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, sahabat ataupun
tabi’in. Baik isi pembicaraan itu tentang perbuatan Nabi, maupun perbuatan sahabat
yang tidak disanggah oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam .
- Sanad
 adalah jalan yang dapat menghubungkan matan hadits kepada Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.
4
- Musnad
setiap kitab yang didalamnya tertulis segala sesuatu yang diriwayatkan Sahabat.
- Isnad
Adalah nama lain dari sanad.
- Musnid
orang yang meriwayatkan hadits,dalam kata lain musnid adalah rawi.

3.Fungsi Hadits

- Bayan Al- Taqrir (memperjelas isi Al Quran)


- Bayan At-Tafsir (menafsirkan isi Al Quran)
- Bayan at-Tasyri’ (memberi kepastian hukum islam yang tidak ada di Al Quran)
- Bayan Nasakh (mengganti ketentuan terdahulu)

4.Pembukuan Hadits pada masa Nabi Muhammad SAW

     Pada abad pertama Hijriyah, mulai dari zaman Rasulullah SAW, masa khulafa rasyidin dan
sebagian besar zaman umawiyah, yakni hingga akhir abad pertama Hijrah, hadits-hadits itu
berpindah dari mulut ke mulut. Masing-masing perawi meriwayatkannya berdasarkan
kepada kekuatan hafalannya. Pada masa ini mereka belum terdorong untuk
membukukannya. Ketika kendali khalifah dipegang oleh ‘Umar ibn Abdil Aziz yang
dinobatkan pada tahun 99 H sebagai seorang khalifah dari dinasti umawiyah yang terkenal
adil, sehingga beliau dipandang sebagai khalifa rasyidin yang kelima, tergeraklah hati untuk
membukukan hadits. Beliau sadar bahwa  para perawi yang membendaharakan hadits 
dalam kepalanya, kian lama kian banyak yang meninggal. Beliau khawatir apabila tidak
segera dibukukan hadits dari para perawinya, memungkinkan hadits-hadits tersebut itu
akan lenyap dari muka bumi ini.
     Untuk menghasilkan maksud mulia itu, pada tahun 100 H khalifah meminta  kepada
Gubernur Madinah, Abu bakar bin Muhammad binAmr bin Hazm untuk membukukan hadits
Rasul  dan hadits-hadits yang ada pada Al Qasim bin Muhammad bin Abi Bakar Ash
Shiddieq.
‘Umar bin Abdil Aziz menulis kepada Abu Bakar bin Hazm, yang bunyinya :
‘’Lihat  dan periksalah apa yang dapat diperoleh dari hadits Rasulullah SAW, lalu tulislah
karena aku takut akan lenyap ilmu disebabkan meninggalnya ulama dan jangan anda terima
selain dari hadits-hadits Rasulullah SAW. Dan hendaklah Anda sebarkan ilmu dan
mengadakan majlis-majlis ilmu supaya orang yang tidak mengetahui dapat mengetahuinya,
lantaran tidak lenyap ilmu hingga dijadikan barang rahasia.”
     Disamping itu ‘Umar mengirimkan surat-suratnya kepada gubernur ke wilayah yang di
bawah kekuasaannya supaya berusaha membukukan hadits yang ada pada ulama yang diam
di wilayah mereka masing-masing. Di antara ulama besar yang membukukan hadits atas
kemauan khalifah itu ialah : Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Syihab az
Zuhry, seorang tabi’in yang ahli dalam urusan fikih dan hadits.
     Kitab hadits yang ditulis oleh ibnu Hazm yang merupakan kitab hadits yang pertama yang

5
ditulis atas perintah kepala negara tidak sampai kepada kita, tidak terpelihara dengan
semestinya. Dan kitab itu tidak membukukan seluruh hadits yang ada di Madinah.
Membukukan hadits yang ada di Madinah itu, dilakukan oleh al-Imam Muhammad bin
Muslim bin  Syihah az Zuhry yang memang terkenal sebagai seorang ulama besar dari
ulama-ulama hadits di masanya.
     Kemudian dari itu, berlomba-lombalah para ulama besar membukukan hadits atas
anjuran Abu Abbas as Saffah dan anak-anaaknya dari khalifah-khalifah  abbasiyah.
Pada zaman dahulu menyusun hadits tidak diberi upah, jangankan upah, tidak disuruh juga
mereka dengan senang hati  menyusun hdits tanpa meminnta  imbalan. Karena mereka
berfikir/berkata bahwa inilah hasil dari fikiran mereka, ddan ini bukanlah suattu pekerjaan
yang hharus diberi upah. Ulamma’ zaman dahulu benar-benar berbeda dengan ulama’
zaman sekarang, mereka benar-benar berjuang di jalan Allah dan tidak mengharapkan
imbalan apapun.

Para pengumpul pertama hadits yng tercatat sejarah adalah :

a.    Di kota Makkah, Ibnu Juraij (80 H=  669 M – 150 H 767 M).
b.    Di kota Madinah, Ibnu Ishaq (.....H = 151 M..... H=768 M), atau Ibnu Dzi’bin. Atau Malik
bin Anas     (93 H = 703 M – 179 H = 798 M ).
c.    Di kota Bashrah, al Rabi’ bin Shabih (.....H =.....M – 160 H = 777 M). Atau Hammad bin
Salamah (176 H ), atau Sa’id bin Arubah (156H=773M).
d.    Di Kufah, Sufyan ats Tsaury ( 161 H ).
e.    Di Syam, al  Auza’y (156 H ).
f.     Di Wasith, Husyaim al Wasithy ( 104 H = 772 M – 188 H = 804 M ).
g.    Di Yaman , Ma’mar al Azdy (95 H = 753 M -153 H = 770 M ).
h.    Di Rei, Jarir al Dlabby ( 110 H = 728 M – 188 H = 804 M ).
i.     Di Khurasan, bin Mubarak (118 H = 735 M  - 18 H = 797 M ).
j.     Di Mesir, al Laits bin Sa’ad ( 175 M  ).

     Kitab yang paling tua yang ada di tangan umat Islam dewasa ini ialah al Muwaththa’
susunan Imam Malik r.a. ats permintaan khalifah Al Manshur ketika dia pergi naik haji pada
tahun 144 H(143H).
Kitab al Muwaththa’ dianggap paling shahih, karena tingkat keshahihannya lebih tinggi
daripada kitab-kitab sebelumnya. Karena pada saat itu Imam Bukhory belum muncul, dari
sistematika itu yang paling baik.
6
II.II Pembukuan Hadits Secara Resmi
1.Kitab hadits yang terkenal
- Sahih al-Bukhari
- Sahih Muslim
- Sunan Abi Dawud
- Sunan At-Tirmizi
- Sunan An-Nasa’i
- Sunan Ibnu Majah
- Muwatha’ imam malik

2.Tingkatan-tingkatan Hadits abad ke-III

- Hadits shahih
- Hadits hasan
- Hadit dlo’if

II.III Ta’dil wat Tajrih


1.Syarat hadits yang diterima
- Sanadnya bersambung
Maksudnya ialah mestilah ada di antara perowi sanad suatu ikatan ilmu seperti
bertemu dengan orang yang mendapat hadits dari orang yang terdahulu dan orang
yang mengambil hadits dari penyampai hadits
- Adil
Merupakan satu sifat yang dimiliki di dalam jiwa yang dapat membawa pemiliknya
menjadi seorang yang bertaqwa, bermaruah, menjauhkan diri dari perkara keji dan
bid’ah. Perowi yang adil ialah orang yang mencukupi syarat-syarat yang berikut:
a) islam: tidak boleh diterima hadits yang diriwayatkan oleh seorang yang bukan
islam sekalipun dia adalah ahli kitab.
b) sampai umur: tidak boleh diterima hadits yang diriwayatkan oleh seorang anak-
anak.
c) berakal: tidak boleh diterima hadits yang diriwayatkan oleh orang gila.
d) tidak fasik: fasik ialah melakukan dosa-dosa besar atau berterusan melakukan
dosa-dosa kecil.
e) menjaga perilaku: yaitu hendaklah seseorang perowi itu bersikap dengan sikap
yang selayak mengikut kedudukannya
- Penjagaan Riwayat
Mereka yakin terhadap apa yang mereka hafal, terpelihara dari kesalahan atau
kesamaran, mampu menyebut apa yang dihafal. Semua ini disyaratkan pada setiap
perowi hadits dari awal sanad hingga ke akhir.
Jenis Penjagaan:
7
a) Penjagaan di dalam dada:
Yaitu seseorang Perowi menghafal apa yang didengarnyanya dan beliau dapat
menyampaikannya semula sebagaimana yang didengar pada bila-bila masa saja
apabila dikehendaki.
b) Penjagaan berbentuk penulisan (buku):
Yaitu seseorang perowi menjaga terhadap apa yang ditulis setelah membuat
pembetulan, membaiki tulisan dan membuat pengiktirafan terhadapnya serta
menjaga kitabnya dari sampai ke tangan orang yang ingin mempermainkan atau
membuat pemesongan, yaitu semenjak beliau mula menulis sehinggalah beliau
menyampaikannya sebagaimana yang ditulis.
- Selamat dari kecacatan
Yaitu tiada perbedaan perowi terhadap siapakah perowi yang lebih diyakini atau
lebih dipercayai, karena syaz (kecacatan atau keganjilan) ialah terdapat perselisihan
di antara perowi yang dipercayai (thiqah) dan perowi yang lebih diyakini darinya
yaitu terdapat tambahan atau kekurangan pada riwayat yang dibawa oleh perowi
yang dipercayai, sedangkan riwayat yang dibawa oleh perowi yang lebih diyakini
tidak terdapat sebarang tambahan atau kekurangan
- Selamat dari ilat
merupakan sebab berlakunya kesamaran yang boleh mencacatkan kesahihan hadits.
Hadits pada zahirnya adalah terkumpul mengikut syarat-syarat sahih dan selainnya
terdapat  sebab kecacatan kecil atau tersembunyi yang tidak diketahui, kecuali para
ulama besar melarang dari menghukumkannya dengan sahih

2.Cara Menerima Hadits


- Al-Sima’
Yakni suatu cara penerimaan hadis dengan cara mendengarkan sendiri dari
perkataan gurunya dengan cara didekatkan baik dari hafalannya maupun dari
tulisannya. Sehingga yang menghadirinya mendengar apa yang disampaikannya
tersebut
- ‘Aradh Al-Qira’ah
Yakni suatu cara penerimaan hadis dengan cara seseorang membacakan hadis
dihadapan gurunya, baik dia sendiri yang membacakannya maupun orang lain,
sedang sang guru mendengarkan atau menyimaknya, baik sang guru hafal maupun
tidak tetapi dia memegang kitabnya atau mengetahui tulisannya atau dia tergolong
tsiqqah
- Al-Ijazah
Yakni seorang guru memberikan izin kepada muridnya untuk meriwayatkan hadis
atau kitab kepada seseorang atau orang-orang tertentu, sekalipun murid tidak
membacakan kepada gurunya atau tidak mendengar bacaan gurunya
8
- Al-Munawalah
Yakni seorang guru memberikan hadis atau beberapa hadis atau sebuah kitab
kepada muridnya untuk diriwayatkan
- Al-Mukatabah
Yakni seorang guru menuliskan sendiri atau menyuruh orang lain untuk menuliskan
sebagian hadisnya guna diberikan kepada murid yang ada dihadapannya atau yang
tidak hadir dengan jalan dikirimi surat melalui orang yang dipercaya untuk
menyampaikannya
- Al-I’lam
dengan tanpa Yakni pemberitahuan seorang guru kepada muridnya, bahwa kitab
memberi izin kepada muridnya untuk meriwayatkannya atau menyuruhnya atau
hadis yang diriwayatkannya dia terima dari seseorang (guru),
- Al-Wasiyah
Yakni seorang guru, ketika akan meninggal atau bepergian meninggalkan pesan
kepada orang lain untuk meriwayatkan hadis atau kitabnya, setelah sang guru
meninggal atau bepergian. Periwayatan hadis dengan cara ini oleh jumhur dianggap
lemah
- Al-Wijadah
Yakni seseorang memperoleh hadis orang lain dengan mempelajari kitab-kitab hadis
dengan tidak melalui cara al-sama’, al-ijazah atau al-munawalah. Para ulama
berselisih pendapat mengenai cara ini. 

3.Hadits yang nampaknya Bertentangan


- Hadits muhkam

Secara bahasa al-Muhkam adalah isim maf’ul (kata benda yang dikenai pekerjaan
(objek)) dari kata kerja ََ‫ ُي ْح ِك ُم‬-‫أحكم‬ yang berarti mengerjakan dengan sempurna. 

Dan secara istilah adalah hadits Maqbul (yang diterima) yang selamat (terbebas) dari
pertentangan dengan hadits yang semisalnya. Dan kebanyakan hadits masuk ke
dalam golongan ini. Adapun hadits-hadits yang (terkesan) kontradiksi dan terjadi
pertentangan di dalamnya jumlahnya sedikit jika dibandingkan dengan keseluruhan
hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. 
9
- Hadist muhtaliful Hadist

Secara bahasa ia adalah isim Fa’il (pelaku) dari kata


dasar ‫(االختالف‬perbedaan/perselisihan). Dan maknanya adalah hadits-hadits yang
sampai kepada kita, namun maknanya zhahirnya saling menyelisihi antara satu
hadits dengan yang lainnya. Maksudnya saling kontradiksi satu sama lain. 

Secara istilah adalah hadits maqbul (yang diterima) yang bertentangan dengan
hadits yang semisal dengannya (dari sisi derajat haditsnya, misalnya sama-sama
shahih dll) disertai kemungkinan untuk dapat dipadukan antara keduanya. 

- Hadist Nasih Wan Mansuh

Nasakh  secara etimologi berarti, ‫( االءزالة‬menghilangkan), dan ‫النقل‬, (mengutip, menyalin).


Sedangkan Nasakh menurut istilah, sebagaimana pendapat Ulama ushul adalah:

‫ر فع الشارع حكما شرعي متراخ عنه‬

“ Syari’ mengatakan (membatalkan) sesuatu hukum syara’ dengan menggunakan dalil syar’i
yang datang kemudian”.

Adapun yang dimaksud dengan ilmu Nasikh dan Mnsukh dalam hadits adalah:

‫العلم الذى يبحث عن االحاديث المتعار ضة التى اليمكن التوفيق بينها من حيث الحكم على بعضها بانه نا سخ وعلى بعضها‬
‫اال خربانه مسوخ فما ثبت تقدمه كان منسوخا وماثبت تاخره كانا سخا‬

“ Ilmu yang membahas hadits-hadits yang berlawanan yang tidak memungkinkan untuk
dipertemukan, karena materi (yang berlawanan) yang pada akhirnya terjadilah saling
menghapus, dengan ketetapan bahwa yang datang terdahulu disebut Mansukh dan yang
datang kemudian dinamakan Nasikh”.

Jadi Nasikh wa al-Mansukh adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang hadits yang


datang terkemudian sebagai penghapus ketentuan hukum yang berlawanan dengan
kandungan hadits yang datang lebih dahulu. Ilmu yang membicarakan hadits Nasikh (yang
menghapuskan hukum), dan hadits Mansukh (yang hukumnya dihapuskan)
10
II.IV Pembahasan Hadits
- Ditinjau dari banyak sedikitnya hadits

a.hadits mutawatir
 adalah suatu hadits hasil tangkapan dari panca indra, yang diriwayatkan oleh sejumlah besar
rawi, yang menurut adat kebiasaan mustahil mereka berkumpul dan bersepakat dusta.
b.Hadits ahad
 adalah hadits yang tidak memenuhi syarat syarat hadits mutawatir.
- Ditinjau dari segi diterima(maqbul)atau ditolak(mandud)suatu hadits
a.maqbul
adalah hadits-hadits yang mempunyai sifat-sifat yang dapat diterima sebagai Hujjah. Yang
termasuk hadits makbul adalah Hadits Shohih dan Hadits Hasan.
b.mandud
hadits yang tidak di terima

II.V Tingkatan Hadits


- Hadits Shohih
adalah hadits yang  diriwayatkan oleh rawi yang adil, sempurna ingatan, sanadnya
bersambung, tidak ber illat dan tidak janggal. Illat hadits yang dimaksud adalah suatu
penyakit yang samar-samar yang dapat menodai keshohihan suatu hadits.
- Hadits Hasan
- adalah hadits yang diriwayatkan oleh Rawi yang adil, tapi tidak begitu kuat
ingatannya (hafalan), bersambung sanadnya, dan tidak terdapat illat serta
kejanggalan pada matannya. Hadits Hasan termasuk hadits yang Makbul, biasanya
dibuat hujjah buat sesuatu hal yang tidak terlalu berat atau terlalu penting.
- Hadits Dlo’if
adalah hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-syarat hadits shohih
atau hadits hasan. Hadits Dho’if banyak macam ragamnya dan mempunyai
perbedaan derajat satu sama lain, disebabkan banyak atau sedikitnya syarat-syarat
hadits shohih atau hasan yang tidak dipenuhinya.
- Hadits shohih Lidzotihi
Hadits Shohih li-Dzatihi adalah suatu hadits yang sanadnya bersambung dari
permulaan sampai akhir, diceritakan oleh orang-orang yang adil, dhabith yang
sempurna, serta tidak ada syadz dan ‘Illat yang tercela.
- Hadits Shohih Liqhoirihi
Adalah hadits yang belum mencapai kualitas shahih, misalnya hanya berkualitas
hasan li-dazatihi, lalu ada petunjuk atau dalil lain yang menguatkannya, maka hadits
tersebut meningkat menjadi hadits shahih li-ghairihi.
11
- Hadits Hasan Lidzotihi
Hadits yang sanadnya bersambung dengan periwayatan yang adil, dhabit meskipun
tidak sempurna, dari awal sanad hingga akhir sanad tanpa ada kejanggalan (syadz)
dan cacat (‘Illat) yang merusak hadits.
- Hadist Hasan Liqhoirihi
Hadits yang pada sanadnya ada perawi yang tidak diketahui keahliannya, tetapi dia
bukanlah orang yang terlalu benyak kesalahan dalam meriwayatkan hadits,
kemudian ada riwayat dengan sanad lain yang bersesuaian dengan maknanya.

II.VI Hadits Marfu’,Mauquf dan Maqthu’


- Hadits Musnad
 hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, baik
bersambung maupun terputus sanadnya.
- Hadits Marfu’
 adalah hadits yang disandarkan kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, baik
berupa perkataan maupun perbuatan,
baik muttashil maupun munqathi’ atau mursal. Namun Al Khatib menyatakan bahwa
hadits marfu’ tidak boleh mursal, dengan berkata: ‘Hadits marfu’ adalah hadits yang
di dalamnya terdapat sahabat yang mengabarkan dari Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam‘”
- Hadits Maqthu’
adalah perkataan atau perbuatan yang berasal dari seorang tabi’in serta di
mauqufkan padanya, baik sanadnya bersambung atau tidak.
- Hadits Mauquf
perkataan atau perbuatan dan baik sanadnya bersa  adalah hadits yang hanya
disandarkan kepada sahabat saja, baik yang disandarkan itu mbung atau terputus.
- Hadits Muthashol
adalah hadis yang didengar oleh masing-masing rawinya dari rawi yang di atasnya
sampai kepada ujung sanadnya, baik hadis marfu’ maupun hadis mauquf
- Hadits Mursal
adalah hadits yang gugur dari akhir sanadnya, seseorang setelah tabi’in .
- Hadits Mursal shalabi
pemberitaan sahabat disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW., tetapi ia tidak
mendengar atau menyaksikan sendiri apa yang ia beritakan, karena pada saat
Rosulullah masih hidup, ia masih kecil atau terakhir masuknya kedalam agama
islam. Dan yang termasuk semacam ini adalah hadis-hadis yang banyak karena
masih kecilnya sahabat seperti Ibnu Abbas dan Ibnu Zubair dan yang lainnya.
Hadis mursal shahabi dianggap shahih karena pada Galib-nya ia tiada
meriwayatkan selain dari pada sahabat.
12
- Hadits Munqthihi’
adalah hadits yang gugur rawinya sebelum sahabat, disatu tempat, atau gugur dua
orang pada dua tempat dalam keadaan tidak berturut-turut.
- Hadits Mu’dhol
adalah hadits yang gugur rawi-rawinya, dua orang atau lebih berturut turut, baik
sahabat bersama tabi’in, tabi’in bersama tabi’it tabi’in, maupun dua orang sebelum
sahabat dan tabi’in.
- Hadits Mu’Allaq
 adalah hadits yang gugur (inqitha’) rawinya seorang atau lebih dari awal sanad.

III.KESIMPULAN
Seiring dengan berkembangnya zaman banyak orang yang mengabaikan
pelajaran tentang sunnah rasullullah dengan adanya berbagai macam sekolah
dan yang berbasis agama sangatlah membantu dalam membentuk akhlak dan
intelektual suatu manusia bahkan bangsa
Hadits adalah salah satu hal peninggalan yang paling berharga dari nabi
besar kita yaitu Muhammad SAW selain Al-Quran,maka dari itu hendaklah kita
semua bisa mengerti mana hadits yang bisa di pakai mana yang lemah,dan kita
juga bisa tahu berbagai macam kisah maupun sejarah yang terjadi pada masa
nabi Muhammad SAW kal itu.

IV.SARAN
Untuk kedepan nya semoga bangsa ini dan seisi umat nya bisa sadar
bahwa betapa pentingnya ilmu agama,dengan ini berakhirlah makalah
saya,saya mohon kritikan dan saran dari pembaca karena dalam penulisan
pasti ada yang salah untuk itu saya mohon maaf dan kepada ALLAH saya
mohon ampun
13

V.DAFTAR PUSTAKA
Materi untuk menyusun makalah ulumul hadits ppt
Wordpress

Anda mungkin juga menyukai