Anda di halaman 1dari 15

TASAWUF ABAD KE-V HIJRIYAH

MAKALAH

Disusun Menjadi Bahan Presentasi Serta Untuk Memenuhi Tugas


Pada Mata Kuliah ‚Ilmu Tasawuf‛
Semester 4 Tahun Akademik 2021

Oleh:
Najma Ulya Rahmadhani (30700119003)
M. Fadel Putra Abdillah (30700119006)
Nilda Herian Sulfaedah (30700119012)
Nahdatul Janna (30700119024)
Samsu Alam (30700119033)
Maulana Aswar (30700119038)

Dosen Pengajar :
Dr. Mubarak, Lc., M.Ag.

PROGRAM STUDI ILMU HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT DAN POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah subha>nahu wa


ta’a>la, yang telah memberikan taufik serta hidayah-Nya. Sehingga kami dapat
menyusun makalah ini dengan judul Tasawuf Abad ke-V Hijriyah Pilihan
Terbimbing dalam Mata Kuliah Ilmu Tasawuf.

Shalawat dan salam semoga selalu senantiasa tercurah kepada junjungan


kita Nabi besar Muhammad ‫ﷺ‬. Beserta keluarga, sahabat dan pengikut beliau
hinggga akhir zaman. Yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju
alam terang benderang bercahayakan iman, islam, dan ihsan.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Dosen
Mata Kuliah Ilmu Tasawuf yang telah mendukung kami hingga teselesaikannya
makalah ini. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan belum
sempurna apa yang kami sampaikan, sehingga apabila ada kekurangan dalam
penulisan serta isi atau materi, kami mohon saran dan kritiknya secara langsung
maupun tidak langsung, untuk kesempurnaan makalah ini.

Makassar, Mei 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................2
C. Tujuan .............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................3
A. Sejarah Tasawuf Abad ke-V Hijriyah ............................................3
B. Corak dan Karakteristik Tasawuf Abad ke-V Hijriyah .................6
C. Tokoh-tokoh Tasawuf Abad ke-V Hijriyah ...................................8
BAB III KESIMPULAN ................................................................................11
A. Kesimpulan ...................................................................................11
B. Saran .............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Allah menciptakan manusia di muka bumi adalah untuk menjadi khalifah
atau pemimpin di muka bumi. Tidak terlepas dari fitrahnya ini, Allah Subha>nahu
wa ta’a>la menganugerahkan dua potensi penting dalam diri manusia, yaitu akal
dan nafsu. Allah Subha>nahu wa ta’a>la memberikan akal kepada manusia agar
mereka mampu dan dapat membedakan mana yang baik dan mana yang benar
dalam bertindak, bertingkah laku, berbuat ataupun bekerja. Sementara nafsu
adalah sebuah pemicu bagi tingkat pekerjaan yang dilakukan oleh akal, sehingga
nafsu ini dapat menjadi nafsu yang baik, yakni nafsu yang dilatih untuk
menghindar dari perbuatan-perbuatan yang tercela dan membawa dosa, dan nafsu
yang buruk, yakni nafsu yang dilatih untuk melakukan perbuatan-perbuatan dosa
dan salah.
Berdasarkan alasan pentingnya membentengi diri dari hal-hal yang
munkara>t itulah dibutuhkan sebuah metode yang aplikatif untuk memperoleh
ketenangan dan kebahagiaan jiwa yang bersifat batiniyah, yaitu tasawuf.1
Sebagaimana yang telah dinyatakan dalam salah satu H}adi>s\ yang menerangkan
tentang Islam, Iman, dan Ihsan. Tasawuf merupakan perwujudan dari salah satu
ketiga pilar syari’at tersebut, yakni Ihsan.
Tasawuf adalah salah satu tradisi keberagamaan dalam Islam. Tasawuf ini
mengajarkan akan arti penting pembersihan mental-batiniah atau ruhani manusia
dengan cara membersihkan diri dari sikap dan perilaku yang tercela (takhalli>),
menghiasi diri dengan membiasakan sikap dan perilaku yang terpuji (tah}alli>),
sehingga memiliki pengalaman beragama berupa perasaan selalu dekat dan
bersama Tuhan (tajalli>). Tradisi ini memang berbeda dengan tradisi fiqh dan
kalam.2
Timbulnya tasawuf dalam Islam bersamaan dengan kelahiran agama islam
itu sendiri, yaitu semenjak Muhammad ‫ ﷺ‬diutus menjadi Rasulullah untuk
1
Taufiqur Rahman, ‚Sejarah Perkembangan Tasawuf ‘Amali‛, Asy-Syari’ah. Vol. 5, No.
1, 2019, h. 60
2
Ulya, ‚Tasawuf dan Tarekat: Komparasi dan Relasi‛, Jurnal Akhlak dan Tasawuf, Vol.
1 No. 1, 2015, h. 148

1
segenap ummat manusia dan seluruh alam semesta. Fakta sejarah menunjukkan
bahwa pribadi Muhammad sebelum diangkat menjadi Rasul telah berulang kali
melakukan tahannuts dan khalwat di Gua Hira disamping untuk mengasingkan
diri dari masyarakat kota Mekkah yang sedang mabuk memperturutkan hawa
nafsu keduniaan. Juga Muhammad berusaha mencari jalan untuk membersihkan
hati dan mensucikan jiwa noda-noda yang menghingapi masyarakat pada waktu
itu (Muhammad Fauqi H,2013: 7).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Tasawuf pada Abad Ke-V Hijriyah ?
2. Bagaimana Corak dan Karakteristik Tasawuf Abad ke-V Hijriyah ?
3. Siapa saja Tokoh-tokoh Tasawuf pada Abad ke-V Hijriyah ?

C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan Makalah ini ialah agar kita dapat mengetahui
Sejarah Tasawuf pada Abad ke-V Hijriyah, corak dan karakteristik Tasawuf pada
Abad ke-V Hijriyah serta mengetahui Tokoh-tokoh Tasawuf pada Abad ke-V
Hijriyah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Tasawuf Abad Ke-V Hijriyah


Dalam peradaban Islam, elemen ‘Tasawuf’ adalah yang paling banyak
disalahpahami dan paling sering memicu kontroversi. Secara garis besar ada dua
pendapat tentang Tasawuf: (1) para penentang, yg menuduh Tasawuf adalah
sesat, bid’ah, khurafat, berbau klenik (takhayul), dan sinkretis serta tidak berasal
dari tradisi Islam; (2) pendukung, yang menganggap Tasawuf adalah inti dari
Islam. Perdebatan ini sudah terjadi sejak istilah tasawuf atau sufi muncul pertama
kali dan sampai sekarang tetap tak terjadi titik temu, bahkan cenderung lebih
’keras’ benturannya.
Secara umum, istilah tasawuf merujuk pada aspek keruhanian dan
tazkiyatun nafs (akhlak) dalam ajaran Islam. Karena penekanannya pada aspek
keruhanian, maka membicarakan tasawuf adalah seperti membicarakan samudera
tanpa tepi, dan mustahil kita memberikan gambaran yang utuh tentang tasawuf
dalam ribuan buku sekalipun. Karenanya tulisan ini dibatasi hanya pada aspek
sejarah dan perkembangannya dalam tradisi Islam, sebagaimana telah dicatat
dalam berbagai literatur yang penyusun temukan.3
Istilah tasawuf tidak dikenal pada masa kehidupan Nabi dan Khulafaur
Rasyidin. Istilah itu baru muncul ketika Abu Hasyim alKufy (w. 250 H)
meletakkan kata al-Sufi dibelakang namannya pada abad ke 3 Hijriyah. Menurut
Nicholson, sebagaimana yang dikutip oleh Amin Syukur, sebelum Abu Hasyim
al-Kufy telah ada ahli yang mendahuluinya dalam zuhud, tawakkal, dan dalam
mahabbah, namun mereka tidak menggunakan atau mencantumkan kata al-sufi.
Jadi tetap Abu Hasyim orang yang pertama memunculkan istilah itu.4
Para Ulama Tasawuf berbeda cara memandang kegiatan tasawuf,
sehingga mereka merumuskan definisinya juga berbeda. Ada beberapa definisi
yang dikemukakan oleh para ahlinya, antara lain:

3
Ali Rif’an, ‚Sejarah dan perkembangan Tasawuf Dalam Tradisi Islam‛, h. 0.
4
Aly Mashar, ‚TASAWUF : Sejarah, Madzhab, dan Inti Ajarannya‛, Jurusan Tafsir
Hadis dan Akidah Filsafat IAIN Surakarta 12, no. 1 (2015): h. 98.

3
a) Asy-Syekh Muhammad Amin al-Kurdiy
Tasawuf adalah suatu ilmu yang dengannya dapat diketahui hal- ihwal
kebaikan dan keburukan jiwa, cara membersihkannya dari (sifat-sifat)
yang buruk dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji, cara
melakukan suluk, melangkah menuju (keridhaan) Allah dan meninggalkan
(larangan- Nya).
b) Imam al-Ghazali mengemukakan pendapat Abu Bakar al1Kattanyt
Tasawuf adalah budi pekerti, barang siapa yang memberikan bekal
budi pekerti atasmu, berarti ia memberikan bekal atas dirimu dalam
tasawuf. Maka hamba yang jiwanya menerima (perintah) untuk beramal,
karena sesungguhnya mereka melakuka suluk dengan nur (petunjuk)
Islam. Dan ahli Zuhud yang jiwanya menerima (perintah) untuk
melakukan beberapa akhlak (terpuji) karena mereka telah melakukan
suluk dengan nur (petunjuk) imannya.5

Pembicaraan mengenai asal-usul tasawuf merupakan persoalan yang


sangat kompleks, sehingga tidak bisa dikemukakan jawaban serta merta
(sederhana) terhadap pertanyaan tentang asal-usulnya. Ada beberapa orientalis
yang mengkaji tasawuf mengatakan bahwa tasawuf bersumber dari luar Islam.
Thoulk menganggap tasawuf ditimba dari sumber Majusi; Dozy mengatakan
tasawuf dikenal kaum muslim lewat orang-orang Persia; Goldziher, Palqacios dan
Nicholson menisbahkan tasawuf berasal dari Kristen; Horten dan Hartman
berpendapat tasawuf diambil dari India (Hindu-Budha), sementara yang lain
mengungkapkan bahwa Yunani merupakan sumber tasawuf. Walaupun demikian,
banyak ilmuwan dan para pengamat tasawuf yang dengan tegas mengemukakan
bahwa sumber-sumber tasawuf secara otentik berasal dari dalam Islam sendiri.6

Dalam mengkaji dan mendeskripsikan sejarah, para sejarawan


menggunakan beberapa metode. Metode yang umum digunakan ialah metode
periodic dan metode yang melihat perkembangan pemikiran atau peradaban yang
umum dari masa ke masa. Kemudian, pada kajian ini penulis memilih untuk

5
Awaliah Musgamy. Tarekat dan Mistisme dalam Islam (Cet. I; Makassar: Alauddin
University Press, 2013), h. 9.
6
Ali Rif’an, ‚Sejarah dan perkembangan Tasawuf Dalam Tradisi Islam‛, h. 5.

4
menggunakan kedua metode tersebut secara bersamaan.7 Dalam makalah ini
penyusun tidak menjelaskan perkembangan tasawuf dari mulai masa
pembentukan, pengembangan, konsolidasi, falsafi, hingga masa pemurnian.
Melainkan hanya menjelaskan sejarah tasawuf pada abad ke-V Hijriah (Masa
Pemurnian) saja.

Pada abad ini terjadi kompetisi antara tasawuf akhlaki (sunni) dengan
tasawuf falsafi yang sangat bertentangan dengan ajaran tasawuf pada masa
Sahabat dan Tabi'in. Selain itu perselisihan antara Ulama Sufi dengan Ulama
Fiqh juga masih ada. Pengalaman pahit yang dialami oleh kaum Muslimin pada
abad ini,yang tidak sedikit menelan pengorbanan, maka muncullah seorang
pemikir Muslim yang juga sebagai sufi, bemama Imam al-Ghazali, yang berusaha
memoderisasi dan membatasi perkembangan tasawuf falsafi. Al-Ghazali telah
berani mengkritik aliran tasawuf lain secara ilmiyah dan teliti sehingga ia mampu
membangkitkan dan menghilangkan keraguan. Oleh sebab itu, al-Ghazali diberi
gelar "Hujfat al-Islam" dipandang sebagai pembela terbesar tasawuf Sunni. Fase
ini disebut sebagai fase konsolidasi yakni memperkuat tasawuf dengan dasamya
yang asli yaitu al-Quran dan al-Hadits atau yang sering disebut dengan tasawuf
sunni yakni tasawuf yang sesuai dengan tradisi (sunnah) Nabi dan para
sahabatnya. Fase ini sebenamya merupakan reaksi terhadap fase sebelumnya
dimana tasawuf sudah mulai melenceng dari koridor syariah atau tradisi (sunnah)
Nabi dan sahabatnya. Tokoh tasawuf pada Fase ini adalah Abu Hamid al-Ghazali
(w.505 H) atau yang lebih dikenal dengan al-Ghazali. Ia dilahirkan di Thus
Khurasan. Ia hidup dalam lingkungan pemikiran maupun madzhab yang sangat
hitorigen. al-Ghazali dikenal sebagai pemuka madzhab kasyf dalam makrifat.
Tentang kesunnian al-Ghazali dikomentari oleh muridnya Abdul Ghafir al-
Faritsi," Akhimya alGhazali berkonsentrasi pada h}adi>s\ Nabi al-Mushthofa dan
berkumpul bersama-sama ahli H}adi>s\ dan mempelajari kitab Shahih al-Bukhari
dan Shahih al-Muslim Dia menerima tasawuf dari kelompok persia menuju
tasawuf suuni. ltulah sebabnya ia banyak menyerang filsafat Yunani clan
menunjukkan kelemahan-kelemahan aliran batiniyyah. Di antara buku

7
Aly Mashar, ‚TASAWUF : Sejarah, Madzhab, dan Inti Ajarannya‛, Jurusan Tafsi
Hadis dan Akidah Filsafat IAIN Surakarta 12, no. 1 (2015): h. 103.

5
karangannya adalah Tahafut al-Falasifah, al-Munqidz Min alDlalal clan Ihya '
Ulum al-Din.8

Tokoh lainnya adalah Abu al-Qasim Abd al-Karim bin Hawazin Bin Abd
al-Malik Bin Thalhah al-Qusyairi atau yang lebih dikenal dengan al-Qusyairi
(471 H.), al-Qusyairi menulis al-Risalah alQusyairiyah terdiri dari dua jilid.
Tampilnya al-Ghazali dalam dunia tasawuf, memberikan jaminan untuk
mempertahankan prinsip bahwa Allah clan ciptaan-Nya adalah dua hal yang
berbeda sehingga satu sama lain tidak mungkin bersatu. Di pihak lain,
memberikan kelonggaran pula bagi para sufi untuk memasuki pengalaman-
pengalaman kesufian puncak itu tanpa kekhawatiran dituduh kafir. Bagi al-
Ghazali, kesatuan dengan Tuhan itu bukanlah kesatuan hakiki, tetapi sirnbolistik.
Gambaran ini menunjukkan tasawuf sebagai ilmu telah sampai ke fase
kematangannya atau memasuki fase keempat yang ditandai dengan timbulnya
dua aliran tasawuf, yakni tasawuf Sunni clan tasawuf Falsafi. Perkembangan
tasawuf pacla abad 5 H ini cenclerung mengaclakan pembaharuan dengan
mengembalikan ajaran tasawuf pada landasannya yang asli, yaitu al- Qur'an dan
Sunnah. Adapun tokoh-tokoh sufi pacla masa ini adalah al- Ghazali, al-Hallaj, al-
Qusayri. clan al-Harawi.9

B. Corak dan Karakteristik Tasawuf Abad Ke-V Hijriyah


Tasawuf yang berkembang pada abad V yang disebut juga dengan
tasawuf Sunni atau tasawuf Akhlaqi. Tasawuf akhlaki adalah ajaran tasawuf
yang membahas tentang kesempurnaan dan kesucian jiwa yang diformulasikan
pada pengaturan sikap mental dan pendisiplinan tingkah laku yang ketat guna
mencapai kebahagiaan yang optimal.10 Tasawuf akhlaqi memiliki corak dan
karakteristik sebagai berikut :

8
Awaliah Musgami, Tarekat dan Mistisme dalam Islam, ( Makassar : Alauddin
University Press, Cet. I : 2013) h.26
9
Awaliah Musgami, Tarekat dan Mistisme dalam Islam, h. 27
10
‚Hakikat Tasawuf Akhlaki‛,
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1-2004-mastur3199-678-
BAB2_319-9.pdf, (Diakses Pada 1 Mei 2021,Pukul 07:57) hlm.40

6
1. Melandaskan diri pada Al-Qur’a>n dan As-Sunnah. Tasawuf jenis ini,
cenderung memakai landasan Qur’a>ni dan H}adi>s\ sebagai kerangka
pendekatannya. Mereka tidak mau menerjunkan pahamnya dalam konteks
yang berada di luar pembahasan Al-Qur’a>n dan H}adi>s\.
2. Tidak menggunakan terminologi-terminologi filsafat.
3. Lebih bersifat mengajarkan dualism dalam hubungan antara Tuhan dan
manusia. Dualisme yang dimaksudkan di sini adalah ajaran yang
mengakui bahwa meskipun manusia dapat berhubungan dengan Tuhan,
hubungannya tetap dalam kerangka yang berada diantara keduanya, dalam
hal esensinya. Sedekat apapun manusia dengan Tuhannya tidak lantas
membuat manusia dapat menyatu dengan Tuhan.
4. Kesinambungan antara hakikat dengan syariat. Dalam pengertian lebih
khusus, keterkaitan antara tasawuf sebagai aspek batiniyah dengan fiqh
sebagai aspek lahirnya. Kaum sufi dari kalangan Sunni tetap memandang
penting persoalan-persoalan lahiriah formal, seperti aturan-aturan yang
dianut fuqaha. Aturan-aturan itu bahkan sering dianggap sebagai
jembatan untuk berhubungan dengan Tuhan.
5. Lebih terkonsentrasi pada soal pembinaan, pendidikan akhlak, dan
pengobatan jiwa dengan cara riyadhah (latihan mental) dan langkah
takhalli, tahalli, dan tajalli.11
Sedangkan tasawuf falsafi merupakan tasawuf yang ajaran – ajarannya
memadukan antara visi mistik dan visirasional sebagai pengasasnya. Adapun
pendapat lain mengatakan bahwa Tasawuf Falsafia dalah sebuah konsep ajaran
tasawuf yang mengenal Tuhan(ma’rifat) dengan pendekatan rasio (filsafat)
hingga menuju ketingkat yang lebih tinggi.12 Ibnu Khaldun dalam karyanya Al-
Muqaddimah, menyimpulkan bahwa ada empat objek utama yang menjadi
perhatian para sufi filosof, antara lain :
1. Latihan rohaniah dengan rasa, instiusi serta intropeksi diri yang timbul
darinya.

11
Jayanti, ‚Sejarah Tasawuf Abad V‛, http://krisjayanti.blogspot.com/2011/12/sejarah-
tasawuf-abad-v.html, (Diakses Pada 29 April 2021, Pukul 10.12)
12
Iis Kartika Sari, Rahmawati, ‛Tasawuf Akhlaki, Irfani, dan Falsafi‛,
https://www.academia.edu/43845626/MAKALAH_TASAWUF_AKHLAKI_IRFANI_dan_FALS
AFI. ( Diakses Pada 1 Mei 2021,Pukul 07:57) hlm.6

7
2. Iluminasi atau hakekat yang tersingkap dari alam gaib, seperti sifat – sifat
rabbani, ‘arsy, kursi, malaikat dll.
3. Peristiwa–peristiwa dalam alam maupun kosmos yang berpengaruh
terhadap berbagai bentuk ke keramatan atau keluarbiasaan.
4. Penciptaan ungkapan-ungkapan yang pengertiannya sepintas samar-samar
(syatahiyyat).13

C. Tokoh-tokoh Tasawuf Abad ke-V Hijriah


1. Al-Qusyairi An-Naisabury
Nama lengkapnya adalah Abdul karim bin Hawazin bin Abdul Malik bin
Thalhah bin Muhammad An-Naisaburi. ia lebih dikenal dengan nama Abdul
Karim Al-Qusyairi karena ia berasal dari keturunan kabilah Arab Al-Qusyairi bin
ka’ab yang pindah ke kurasan pada masa dinasti Umawi.14 Al- Qusyairi, lahir
tahun 376 H di Istiwa kawasan Nishafur, salah satu pusat ilmu pengetahuan pada
masanya. Disinilah ia bertemu dengan gurunya, abu Ali Ad-Daqqaq seorang sufi
terkenal. Al-Qusyairi selalu menghadiri majelis gurunya dan dari gurunya itulah
ia menempuh jalan tasawuf. Sang guru menyarankannya untuk pertama-tama
mempelajari syariat. Oleh karena itu, dia selalu mempelajari fiqh dari seorang
faqih, Abu Bakr Muhammad bin Abu bakr Ath-Thusi (wafat pada tahun 405 H)
dan mempelajari ilmu kalam serta ushul fiqh Abu bakr bi Farauk (wafat pada
tahun 406 H). Pemikiran Al-Qusyairi:
1. Mengembalikan Tasawuf ke landasan Ahlusunnah
2. Al-Qusyairi mengecam keras para sufi pada masanya.
3. Penyimpangan para sufi.15

2. Al-Harawi
Tokoh sufi yang lahir pada 396 H dan wafat pada 481 H/1088 M di Herat
ini mempunyai nama lengkap Abu Isma’il Abdullah bin Muhammad bin Ali bin
Muhammad bin Ahmad bin Ali bin ja’far bin Manshur bin Matta al-Anshari al-

13
Ibid.
14
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf,(Jakarta:Amzah, 2012), hal 229.
15
http://Islamituindahsejarahdanpemikiranal-qusyairi.htm diunduh pada tanggal 2 Mei
2021 pukul 05.24

8
Harawi adalah tokoh khurasan keturunan sahabat Nabi SAW yaitu Abu Ayyub
al-Anshari ra. Ia juga seorang pemuka dalam ilmu hadis, tafsir, bahasa, dan
tasawuf dari kalangan Mazhab Hambali yang penuh semangat.
Manazilus-Sa’irin hanyalah satu saja dari sekian banyak karya yang sudah
ditelorkan oleh tokoh yang penjelasannya mengenai hakikat diakui paling lurus
dan dapat diterima oleh masyarakat awam maupun para spesialis.
Karya lain yang juga bernilai sastra tinggi adalah Munajat (Doa) yang
ditulisan dalam prosa berirama bahasa persia, yang diselang-seling dengan
beberapa sajak yang dipergunakannya untuk mencurahkan cintanya, dambanya,
dan nasihatnya. Karya yang bahkan dihargai oleh kaum Hindu di India ini
menjadi literatur doa andalan di dunia berbahasa persia.16

3. Al-Ghazali
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin
Muhammaad bin Ta’us Ath –Thusi Asy-Syafi’i Al-Ghazali, suatu kota di
khurasan, Iran, pada tahun 450 H (1085 M) tiga tahun setelah kaum Saljuk
mengambil alih kekuasaan di Baghdad.17 Sebelum menginjak usia lima belas
tahun, Al-Ghazali menguasai bahasa dan tata bahasa Arab, Alquran, hadits, fikih,
serta aspek-aspek pemikiran dan puisi sufi. Pada usia tujuh belas tahun, Al-
Ghazali berhasil menyelesaikan pendidikannya dalam bidang fiqih dan pulang ke
Thus untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Menjelang usia
dua puluhan, Al-Ghazali berangkat menuju Naishabur untuk mengejar pelajaran
lanjutan dalam ilmu ilmu keislaman. Dia mempelajari teologi islam dan fikih di
bawah bimbingan "Imam Al-Haramain" Abdul Ma'ali Abdul Malik al-Juwaini (w.
478 H/1086 M). Al-Ghazali berguru kepada Imam Al-Juwaini hingga menguasai
ilmu manthiq, kalam, fiqh-ushul fiqh, filsafat, tasawuf, dan retorika perdebatan.18
Setelah mengabadikan diri untuk ilmu pengetahuan, menulis dan , mengajar.
maka pada usia 55 tahun al-Ghazali meninggal dunia dikota kelahirannya, Thus,

16
http://sufiroad,blogspot.com/2012/01manazilus-sairin-karya-tasawuf-yang.html
diunduh pada yanggal 2 Mei 2021 pukul 06.10
17
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta:Amzah,2012), hal 233.
18
Munawir, 20 Tokoh Tasawuf Indonesia dan Dunia, (Temanggung : CV Raditeens,
2019), hal.9 - 10.

9
Pada tanggal 14 jumadil Akhir 505 H/ 19 Desember 1111 M dalam pangkuan
saudaranya Ahmad al-Ghazali. Ajaran-ajaran Tasawuf al-Ghazali diantaranya:
a. Ma’rifah, didalam tasawufnya al-Ghazali memilih tasawuf sunni yang
berdasarkan al-qur’an dan sunnah ditambah dengan doktrin ahlussunnah wal
jamaah. Dari faham tasawufnya itu, ia menjauhkan semua kecenderungan
gnotis yang mempengaruhi para filosof Islam, sekte Ismailiyyah, aliran
Syi’ah, dan lain-lainnya. Mengenai ma’rifah, menurutnya, adalah mengetahui
rahasia Allah dan mengetahui peraturan-peraturan tuhan tentang segala yang
ada. Alat memperoleh ma’rifah bersandar pada sirr, qalb, dan ruh. Qalb dapat
mengetahui hakekat segala yang ada. Jika dilimpahi cahaya tuhan, qalb dapat
mengetahui rahasia-rahasia tuhan dengan sirr, qalb dan ruh yang telah suci
dan kosong, tidak berisi apapun. Saat itulah ketiganya akan menerima
iluminasi (kasyf) dari Allah. Pada waktui tu pulalah, Allah menurunkan
cahaya –Nya kepada sang sufi sehinnga yang dilihat sang shufi hanyalah
Allah. Di sini, sampailah ia ketingkat ma-rifah.
Ma’rifah seorang shufi tidak dihalangi hijab, sebagaimana ia melihat si Fulan
ada di rumah dengan mata kepalanya sendiri. Ringkasnya, ma’rifah menurut
al-Ghazali tidak seperti ma’rifah menurut orang awam maupun ma’rifah
ulama mutakallimin, tetapi ma’rifah shufi yang dibangun atas dasar dzauq
ruhani dan kasyf ilahi. Ma’rifah seperti ini dapat dicapai oleh para khawwas
auliya tanpa melalui perantara, langsung dari Allah.

b. As-Sa’adah, Menurut al-Ghazali kelezatan dan kebahagian yang paling tinggi


adalah melihat Allah. Di dalam kitab kimiya as-sa’adah, ia menjelaskan
bahwa as-sa’adah (kebahagian) itu sesuai dengan watak /tabiat, sedangkan
watak sesuatu itu sesuai dengan ciptaannya. Nikmatnya mata terletak ketika
melihat gambaryang bagus dan indah, nikmatnya telinga terletak ketika
mendengar suara yang merdu.demikian jga seluruh anggota tubuh, masing-
masing memiliki kenikmatan tersndiri. Kenikmatan hati –sebagai alat
memperoleh ma’rifah- terletak ketika melihat Allah. Melihat Allah
merupakam kenikmatan yang paling agung yang tiada taranya karena
ma’rifah itu sendiri agung dan mulia.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tasawuf pada abad ke-V ini disebut sebagai fase konsolidasi yakni
memperkuat tasawuf dengan dasamya yang asli yaitu al-Quran dan al-Hadits atau
yang sering disebut dengan tasawuf sunni yakni tasawuf yang sesuai dengan
tradisi (sunnah) Nabi dan para sahabatnya. Fase ini sebenamya merupakan reaksi
terhadap fase sebelumnya dimana tasawuf sudah mulai melenceng dari koridor
syariah atau tradisi (sunnah) Nabi dan sahabatnya. Perkembangan tasawuf pada
abad 5 H ini cenderung mengadakan pembaharuan dengan mengembalikan ajaran
tasawuf pada landasannya yang asli, yaitu al- Qur'an dan Sunnah.
Adapun corak dan kaarakteristik Tasawuf pada abad ke-V Hijriyah, yaitu
melandaskan diri pada Al-Qur’a>n dan As-Sunnah, tidak menggunakan
terminologi-terminologi filsafat, lebih bersifat mengajarkan dualism dalam
hubungan antara Tuhan dan manusia, kesinambungan antara hakikat dengan
syariat, dan lebih terkonsentrasi pada soal pembinaan, pendidikan akhlak, dan
pengobatan jiwa.
Tokoh-tokoh sufi pada masa ini ialah:
1. Al-Qusyairi An-Naisabury
2. Al-Harawi
3. Al-Ghazali

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami disajikan sesuai dengan batas
kemampuan kami, dengan harapan mudah-mudahan apa yang kami sajikan ini
dapat memberi manfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca dan bagi diri
pribadi kami khususnya. Kami pun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih terdapat banyak sekali kesalahan, sehingga kami mengharapkan
kritikan, saran, yang sifatnya membangun guna memperbaiki dan
menyempurnakan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA
Awaliah Musgamy. Tarekat dan Mistisme dalam Islam (Cet. I; Makassar:
Alauddin University Press, 2013).
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1-2004-
mastur3199-678-BAB2_319-9.pdf, (Diakses Pada 1 Mei 2021,Pukul
07:57)
http://sufiroad,blogspot.com/2012/01manazilus-sairin-karya-tasawuf-yang.html
diunduh pada yanggal 2 Mei 2021 pukul 06.10
Iis Kartika Sari, Rahmawati, ‛Tasawuf Akhlaki, Irfani, dan Falsafi‛,
https://www.academia.edu/43845626/MAKALAH_TASAWUF_AKHLA
KI_IRFANI_dan_FALSAFI. ( Diakses Pada 1 Mei 2021,Pukul 07:57)
Jayanti. 2018. Sejarah Tasawuf Abad V
http://krisjayanti.blogspot.com/2011/12/sejarah-tasawuf-abad-v.html,
(Diakses Pada 29 April 2021, Pukul 10.12)
Mashar, Aly. 2015. TASAWUF : Sejarah, Madzhab, dan Inti Ajarannya. Jurusan
Tafsi Hadis dan Akidah Filsafat IAIN Surakarta.
Munawir. 2019 20 Tokoh Tasawuf Indonesia dan Dunia, (Temanggung : CV
Raditeens)
Rahman, Taufiqur. 2019. Sejarah Perkembangan Tasawuf ‘Amali. Asy-Syari’ah.
Rif’an, Ali. Sejarah dan perkembangan Tasawuf Dalam Tradisi Islam.
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta:Amzah, 2012)
http://Islamituindahsejarahdanpemikiranal-qusyairi.htm diunduh pada
tanggal 2 Mei 2021 pukul 05.24
Ulya. 2015. Tasawuf dan Tarekat: Komparasi dan Relasi. Jurnal Akhlak dan
Tasawuf.

12

Anda mungkin juga menyukai