Anda di halaman 1dari 14

PERKEMBANGAN TASAWUF DARI MASA KE MASA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Akhlak Tasawuf”

Dosen pengampu : Dr.Sutoyo, M.Ag

Disusun oleh kelompok 4 :


Diyah Nur Frediana K ( 204230008 )
Kholikul Mahfudzi ( 204230194 )

Kelas : PGMI G

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2024
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayah serta karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Pramuka ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam
penulis sampaikan kepada baginda Rasullullah Muhammad SAW yang telah
memberikan warna ilahiah dalam hidup dan kehidupan manusia di dunia.
Dalam pembuatan makalah ini kami juga banyak berterima kasih kepada
Bapak Dr. Sutoyo M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Akhlak Tasawuf
yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Tak lupa kepada
teman-teman dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun
makalah ini dengan baik.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga dengan adanya makalah
ini dapat menambah wawasan tentang Perkembangan Tasawuf dari Masa ke
Masa. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Dan dengan ini kami sangat mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak.

Ponorogo, 18 Februari 2024

Penyusun

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

JUDUL................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................1
Latar Belakang.....................................................................................................1
A. Rumusan Masalah.......................................................................................2
B. Tujuan .........................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................3
PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. Sejarah Kemunculan Ilmu tasawuf.............................................................3

B. Perkembangan Ilmu Tasawuf dari Masa ke Masa......................................6


BAB III................................................................................................................9
PENUTUP...........................................................................................................9
Kesimpulan .........................................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Timbulnya tasawuf dalam Islam bersamaan dengan kelahiran agama islam itu
sendiri, yaitu semenjak Muhammad SAW diutus Rasulullah untuk segenap ummat
manusia dan seluruh alam semesta. Fakta sejarah menunjukkan bahwa pribadi
Muhammad sebelum diangkat menjadi Rasul telah berulang kali melakukan tahannuts
dan khalwat di Gua Hira disamping untuk mengasingkan diri dari masyarakat kota
Mekkah yang sedang mabuk memperturutkan hawa nafsu keduniaan. Juga
Muhammad berusaha mencari jalan untuk membersihkan hati dan mensucikan jiwa
noda-noda yang menghingapi masyarakat pada waktu itu. (Muhammad Fauqi H,
2013: 7 ).
Tahannuts dan khalwat yang dilakukan Muhammad SAW bertujuan untuk
mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati dalam menempuh liku-liku problema
hidup yang beraneka ragam ini, berusaha memperoleh petunjuk dan hidayah dari
pencipta alam semesta ini, mencari hakikat kebenaran yang dapat mengatur segala-
galanya dengan baik.
Dalam situasi yang sedemikianlah Muhammad Menerima wahyu dari Allah
SWT yang penuh berisi ajaran-ajaran dan peraturan-peraturan sebagai pedoman untuk
ummat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat. Segala pola
dan tingkah laku, amal perbuatan dan sifat Muhammad sebelum diangkat menjadi
menjadi Rasul meruapakan manifestasi dari kebersaihan hati dan kesucian jiwanya
yang sudah menjadi pembawaan sejak kecil. Dengan turunnya wahyu yang pertama
pada tanggal 17 Ramadhan atau Agustus 571 M, berarti nabi Muhammad SAW telah
diangkat dan diutus menjadi Rasul untuk mengembangkan amanat Allah dan
menyelamatkan ummat manusia dari lembah kejahilan dan kesesatan dalam mencapai
kebahagiaan hidup duniawi dan ukhrawi.
Demikian juga wahyu yang diturunkan itu Rasulullah dapat membenahi
masyarakat Arab Jahiliyah menjadi masyarakat yang maju sesuai dengan
perkembangan peradaban dan kebudayaanmanusia. Adapun tentang sumber-sumber
yang menjadi landasan tasawuf Islam itu terdapat bermacam-macam pendapat.

1
Diantaranya ada yang menyatakan bahwa sumber tasawuf islam adalah dari ajaran
Islam itu sendiri. Selain itu pula ada yang berpendapat bahwa sumber tasawuf itu
berasal dari persia, Hindu Nasrani dan sebagainya. (Syamsun Ni'am, 2014: 122).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Kemunculan Ilmu tasawuf ?
2. Bagaimana Perkembangan Ilmu Tasawuf dari Masa ke Masa?

C. Tujuan
1. Mengetahui Sejarah Kemunculan Ilmu Tasawuf
2. Mengetahui Perkembangan Ilmu Tasawuf dari Masa ke Masa

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Ilmu Tasawuf


Sejarah awal mula kemunculan tasawuf dalam islam tentunya bersamaan
dengan kelahiraan agama islam itu sendiri, yaitu semenjak Nabi Muhammad SAW
diutus menjadi Rasul, bahkan sebelum beliau diangkat menjadi Rasul. Hal ini dapat
dilihat dari perilaku dan peristiwa dalam kehidupan, ibadah dan pribadi beliau SAW.
Sebelum diangkat menjadi Rasul, berhari – hari, bulan bahkan tahun beliau sering
berkhalwat di Gua Hira teruatama pada bulan Ramadhan. Disana beliau menyepi
dengan banyak berdzikir dan bertafakur dalam rangka menghabiskan waktu untuk ber
– taqarrub kepada Tuhan- Nya. Pengasingan diri Nabi di Gua Hira ini merupakan
acuan utama para sufi dalam melakukan khalwat ( menyepi dari keramaian dan hiruk
pikuk dunia ).
Sumber keterangan lain yang diacu oleh para sufi adalah kehidupan para
sahabat Nabi SAW yang berkaitan dengan keteguhan iman, ketaqwaaan, kezuhudan
dan budi pekerti yang luhur. Oleh sebab itu, setiap orang yang meneliti kehidupan
kerohanian dan menapaki jalan sufi dalam islam. Ia tidak dapat mengabaikan
kehidupan kerohanian para sahabat yang menjadi cikal bakal kehidupan sufi di abad-
abad setelahnya.
Setelah periode sahabat berlaku, muncul pula periode kedua yaitu tabi’in
( sekitar abad ke I dan ke II H ). Pada masa itu kondisi sosial- politik sudah mulai
berubah dari masa sebelumnya. Konflik – konflik sosial politik yang bermula dari
masa Khalifah Utsman bin Affan terus berkepanjangan sampai masa – masa
sesudahnya. Konflik politik tersebut ternyata mempunyai dampak terhadap kehidupan
beragama, yakni kemunculan kelompok – kelompok baru dalam islam,seperti
berdirinya Dinasti Umayyah, lahirnya paham syi’ah, khawarij, dan lain –lain.
Pada masa kekuasaan Dinasti Umayyah, kehidupan politik para sahabat Nabi
SAW pda fase itu berubah total. Dengan sisitem pemerintahan yang monarki, para

3
khalifah dari Dinasti Umayyah secara bebas berbuat berbagai kedzaliman, terutama
terhadap kelompok Syi’ah, yakni kelompok lawan politiknya ( pengusung Sayyidina
Ali bin Abi Thalib ) yang paling gencar menentangnya. Puncak kekejaman mereka
terlihat jelas pada peristiwa terbunuhnya Sayyidina Husein bin Ali bin Abi Thalib di
Padang Karbala oleh utusan Dinasti Umayyah. Kasus pembunuhan itu ternyata
mempunyai pengaruh besar dalam masyarakat islam pada waktu itu. Kekejaman
Dinasti Umayyah yang tak henti- hentinya itu membuat sekelompok penduduk Kuffah
merasa menyesal akarena mereka telah mengkhianati Imam Husein Ibn Ali dan
memberikan dukungan kepada pihak yang menentang Imam Husein. Mereka
menyebut kelompoknya itu dengan Tawwabun ( kaum Tawwabin : orang – orang
yang bertaubat ). Untuk membersihkan diri dari apa yang telah dilakukan atas
kekeliruan pada masa lalunya. Mereka mengisi kehidupan sepenuhnya dengan
beribadah. Gerakan kaum Tawwabin itu dipimpin oleh Mukhtar bin ‘Ubaid as- Saqafi
yang terbunuh di Kuffah pada tahun 68 H.
Di samping gejolak politik yang berkepanjangan, perubahan kondisi sosialpun
terjadi. Hal ini mempunyai pengaruh besar dalam pertumbuhan kehidupan beragama
masyarakat islam. Pada masa Rasulullah SAW dan para sahabat, secara umum kum
muslimin hidup dalam keadaan sederhana. Sedangkan, era awal ketika Dinasti
Umayyah memegang tumpuk kekuasaan, hidup mewah mulai meracuni kehidupan
masyarakat, terutama terjadi di kalangan khalifah itu sendiri. Mu’ awiyah bin Abi
Sufyan sebagai khalifah dan pendiri pertama dinasti tersebut tampak semakin jauh
dari tradisi kehidupan yang telah dicontohkan Nabi SAW serta para sahabat utama
lainnya dan semakin dekat dengan tradisi kehidupan raja- raja romawi.
Sepeninggal Mu’awiyah, anaknya, Yazid bin Mu’awiyah ( memrintah 61 H /
680 M – 64 H/ 683 M) yang dalam sejarah dikenal sebagai seorang pemabuk dan
malah menjadi khalifah. Dalam situasi yang demikian genting tersebut, kaum
muslimin yang terdiri ari para sahabat Nabi SAW dan Tabi’in merasa berkewajiban
menyerukan kepada masyarakat luas untuk mecontoh kehidupan Nabi SAW yang
hidup zuhud, sederhana, saleh dan tidak tenggelam dalam bualan hawa nafsu. Di
antara para penyeru tersebut ialah Abu Dzar Al – Ghifari, seorang sahabat Nabi SAW
yang giat melancarkan kritik tajam kepada para pimpinan dinasti umayyah yang
sedang tenggelam dalam kemewahan dan kekuasaannya tersebut. Beliau menyerukan
agar berkehidupan sederhana dan supaya diterapkan keadilan sosial bagi seluruh
kaum muslimin pada masa itu.
4
Dari perubahan – perubahan kondisi sosial tersebut, sebagian masyarakat
muslim pada waktu itu mulai memperhatikan kembali pada esensi kesederhanaan
hidup Nabi SAW dan para sahabatnya. Mereka mulai merengganagkan diri dari
kehidupan mewah. Sejak saat itu kehidupan zuhud menyebar luas kembali dikalangan
masyarakat. Para pelaku zuhud tersebut dikenal dengan sebutan Zahid ( jamak :
zuhhad) atau karena ketekunan mereka dalam beribadah, maka disebutlah ‘Abid
( jamak : ‘abidin atau ‘ ubbad ) atau nasik (jamak : nussak).
Jika ditinjau dari segi historis ( sejarah ) kalangan peneliti menyebutkan
bahwa yang menjadi faktor penyebab lahirnya tasawuf ini adalah :
1. Karena adanya “ Plous oposition”( oposisi yang bermuatan keshalehan)
dari sekelompok umat islam terhadap pratek – praktek regementer
pemerintahan dinasti umayyah di Damaskus – Suriah yang otoriter dan
cenderung bersebrangan dengan apa yang telah dicontohkan oleh Nabi
SAW.
2. Karena ada sekelompok ( dalam hal ini para sahabat )nyang selalu ingin
meniru dan mencontoh laku kehidupan Nabi SAW, khusunya yang
dipelopori oleh para sahabat utama dan para pembesar tabi’in generasi
awal.

Dalam kitab Muqqadimah – nya, Ibnu Khaldun turut serta menyampaikan


pendapatnya mnegenai awal mula ilmu tasawuf ini,Ia berkata : “ Ilmu Tasawuf
merupakan salah satu ilmu diantara ilmu- ilmu syari’at yang baru dalam islam. Asal
mulanya ialah amal perbuatan ulama’ salaf dari para sahabat, tabi’in dan orang –
orang sesuadh mereka. Dasar tasawuf adalah tekun beribadah, memutuskan jalan
selain jalan menuju Allah SWT, berpaling dari kemewahan dan kemegahan dunia,
melepaskan diri dari apa yang diinginkan oleh mayoritas manusia berupa kelezatan
harta dan pangkat, serta mengasingkan diri dari makhluk dan berkhalwat untuk
beribadah “. Hal sedemikian ini sangat umum dilakukan oleh para sahabat Nabi SAW
dan para tabi’in. Lalu ketika manusia mulai condong dan terlena dengan urusan dan
berbagai keistimewaan dunia, maka pada abad kedua hijriah dan abad- abad
sesudahnya mengkhususkan peyebutan nama sufi ini hanya bagi orang-orang yang
tekun an sungguh- sungguh beribadah saja.

Penggalan terakhir dari pernyataan Ibnu Khaldun diatas menyatakan bahwa


munculnya tasawuf dan sufi merupakan dampak dari terlenanya umat dengan urusan

5
duniawi pada abad kedua hijriyyah. Oleh sebab itu, wajar jika orang- orang yang
tekun beribadah ketika itu mengambil sebuah nama untuk membedakan diri mereka
dari kebanyakan orang yang terlena dengan urusan dunia yang fana’ itu.1

B. Perkembangan Ilmu Tasawuf dari Masa ke Masa


Ada bebrapa fase perkembangan tasawuf yang harus kita ketahui bersama
yaitu :
a. Fase Abad Pertama dan Kedua Hijriyyah

Fase abad pertama dan kedua hijriyyah belum bisa sepenuhnya disebut
sebagai fase tasawuf tapi lebih tepatnya disebut sebagai fase Ke- Zuhudan dalam
pengertian masih sangat sederhana. Adapun ciri tasawuf ini adalah sebagai berikut :

Tasawuf pada fase ini lebih bersifat amaliyah daripada bersifat pemikiran.
Tatkala sekelompok muslim memusatkan perhatian dan memprioritaskan hidupnya
hanyapada pelaksanaan ibadah untuk mengejar kepentingan akhirat. Bentuk
amaliyah itu seperti memperbanyak ibadah, menyedikitkan makan dan minum,
menyedikitkan tidur dan lain sebagainya. Amaliyah ini menjadi lebih intensif
terutama pasca terbunuhnya sahabat utsman. Mereka adalah Hasan al- Bashri ( w
110 H) dan Rabiah al- Adawiyah (w 185 H).

Selama dua abad pertama, Sufisme tetap merupakan fenomena individual


ynag spontan tetapi dengan berkembangnya disiplin formal hukum islam dan
theologi dan bersama dengan itu pemunculan gradual kelas utama, maka dengan
cepat ia berkembang menjadi salah satu lembaga dengan daya tarik massa yang
besar.

Tasawuf pada fase pertama dan kedua Hijriyyah ini lebih tepat disebut
sebagai Ke- Zuhudan. Kesederhanaan kehidupan Nabi diklaim sebagai panutan
jalan para zahid. Anyak ucapan dan tindakan Nabi SAW yang mencerminkan
kehidupan Zuhud dan kesederhanaan, baik dari segi pakaian maupun makanan,
meskipun sebenarnya makanan yang enak dan pakaian yang bagus dapat dipenuhi.
Dan secara logika pun tidak masuk akal andaikan Nabi SAW yang menganjurkan
untuk hidup zuhud sementara dirinya sendiri tidak melakukannya.

Khauf sebagai rasa takut akan siksaan Allah SWT sangat menguasai sahabat
Nabi SAW dan orang- orang shalih pada abad pertama dan kedua hijriyyah.
1
Yandi Irshad Badruzzaman, TASAWUF DALAM TIGA DIMENSI ZAMAN DEFINISI, DOKTRIN, SEJARAH &
DINAMIKA KEUMATAN

6
Informasi Al- Qur’an dan Nabi tentang keadaan kehidupan akhirat benr-benar
diyakini dan mempengaruhi perasaan dan pikiran mereka.

b. Abad Ketiga dan Keempat Hijriyyah

Abad Ketiga dan Keempat Hijriyyah pembahasan yang sangat luas dalam
bisang akhlak mendorong lahirnya pendalaman studi psikologis dan gejala – gejala
kejiwaan serta pengarhnya bagi perilaku. Pemikiran selanjutnya terlibat dalam
masalah- masalah epistemology, berkaitan langsung pembahasan mengenai
hubungan manusia dengan Allah SWT dan sebaliknya, lahir konsepsi fana’, dari
Abu Yazid Albusthami ( w 216 H ) dengan demikian sebuah ilmu telah terbentuk
khusus bagi kalangan kaum sufi yang berbeda dengan ilmu fiqh, baik dari segi
objek, metodologi tujuan dan istilah- istilah yang digunakan.

Apabila abad petama dan kedua hijriyyah disebut fase asketisisme ( ke –


Zuhudan ), maka abad ketiga dan keempat disebut sebagai fase tasawuf. Praktisi
kerohanian yang ada pada masa sebelumnya digelari dengan berbagai sebutan
seperti zahid, abid, nasik, qari’, dan sebagainya. Pada permulaan abad ketiga
hijriyyah mendapat sebutan Sufi. Kaum Sufi memperhatikan aspek- aspek teoritis
psiklologis dalam rangka pembentukan perilaku hingga tasawuf menjadi sebuah
ilmu akhlak keagamaan. Hal itu dikarenakan tujuan utama kegiatan ruhani mereka
tidak semata – mata kebahagiaan dunia akhirat yang ditandai dengan pencapaian
pahala dan penghindaran siksa, akan tetapi untuk menikmati hubungan langsung
dengan Tuhan yang didasari dengan cinta. Cinta Tuhan membawa konsekuensi pada
kondisi tenggelam dan mabuk kedalam yang dicintai ( fana’ fi al- mahbub). Kondisi
ini tentu akan mendorong ke persatuan dengan yang dicintai ( al-itihad). Di sini
telah terjadi perbedaan tujuan ibadah orang-orang syariat dan ahli hakikat.

Muncul tokoh- tokoh tasawuf seperti Junaid dan Sari Al- Saqathi serta al-
Kharraz yng memberikan pengajaran dan pendidikan kepada para murid dalam
bentuk jama’ah. Untuk pertama kali dalam Islam terbentuk tarekat yang pada waktu
itu semacam lembaga pendidikan, yang memberikan pengajaran tata cara
pendidikan sufistik , baik secara teori maupun praktek pada murid- murid yang
berminat memasuki tasawuf. Pada abad ini muncul tasawuf jenis baru yang
diperkenalkan oleh Al- Husein ibn Mansur Al- Hallaj yang dihukum mati akibat
doktrin hululnya pada 309 H.

c. Fase Abad Kelima Hijriyyah

7
Fase ini disebut sebagai fase konsolidasi yakni memperkuat tasawuf dengan
dasarnya yang asli yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits atau ynag sering disebut dengan
tasawuf sunni yakni tasawuf yang sesuai dengan tradisi (sunnah) Nabi dan para
sahabatnya . Fase ini sebenarnya merupakan reaksi terhadap fase sebelumnya
dimana tasawuf adalah mulai melenceng dari koridor syariah atau tradisi ( sunnah )
Nabi dan Para Sahabatnya.

Tokoh tasawuf pada fase ini adalah Abu Hamid al-Ghazali (w 505 H) atau
lebih dikenal dengan al-Ghazali. Pemikiran tasawuf yang diperkenalkan al- Ghazali
sedemikian mendalam dan belum pernah dikenal sebelumnya. Dia melakukan
kritik-kritik tajam terhadap filsafat, pemikiran muktazilah dan aliran kebatinan,
kemudian menancapkan pemikiranya pada tasawuf yang lebih moderat dan sesuai
dengan garis pemikiran teologi ahlus sunnah wal jama’ah atau tasawuf sunni.

d. Fase Abad Kenam sampai Kesembilan Hijriyyah dan sesudahnya


Fase ini dikenal dengan munculnya tasawuf falsafi yakni tasawuf yang
memadukan antara rasa ( dzauq ) dan rasio ( akal ), tasawuf bercampur dengan
filsafat terutama filsafat Yunani. Pengalaman- pengalaman yang diklaim sebagai
persatuan antara Tuhan dan Hamba kemudian diteorisasikan dalam bentuk
pemikiran seperti konsep wahdah al-wujud yakni bahwa wujud yang sebenarnya
adalah Allah sedangkan selain Allah hanya gambar yang bisa hilang dan sekedar
sangkaan dan khayal.2

PENUTUP

KESIMPULAN

2
Dr. Eep Sopwana Nurdin, M.Ud, PENGANTAR ILMU TASAWUF, 2020

8
Sejarah awal mula kemunculan tasawuf dalam islam tentunya bersamaan
dengan kelahiraan agama islam itu sendiri, yaitu semenjak Nabi Muhammad SAW
diutus menjadi Rasul, bahkan sebelum beliau diangkat menjadi Rasul. Hal ini dapat
dilihat dari perilaku dan peristiwa dalam kehidupan, ibadah dan pribadi beliau SAW.

Setelah periode sahabat berlaku, muncul pula periode kedua yaitu tabi’in
( sekitar abad ke I dan ke II H ). Pada masa itu kondisi sosial- politik sudah
mulai berubah dari masa sebelumnya. Ada bebrapa fase perkembangan
tasawuf yang harus kita ketahui bersama yaitu :
a. Fase Abad Pertama dan Kedua Hijriyyah

Fase abad pertama dan kedua hijriyyah belum bisa sepenuhnya disebut sebagai
fase tasawuf tapi lebih tepatnya disebut sebagai fase Ke- Zuhudan dalam pengertian
masih sangat sederhana.

b. Abad Ketiga dan Keempat Hijriyyah

Abad Ketiga dan Keempat Hijriyyah pembahasan yang sangat luas dalam
bisang akhlak mendorong lahirnya pendalaman studi psikologis dan gejala – gejala
kejiwaan serta pengarhnya bagi perilaku.

c. Fase Abad Kelima Hijriyyah

Fase ini disebut sebagai fase konsolidasi yakni memperkuat tasawuf dengan
dasarnya yang asli yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits atau ynag sering disebut dengan
tasawuf sunni yakni tasawuf yang sesuai dengan tradisi (sunnah) Nabi dan para
sahabatnya .

d. Fase Abad Kenam sampai Kesembilan Hijriyyah dan sesudahny


e. Fase ini dikenal dengan munculnya tasawuf falsafi yakni tasawuf yang memadukan
antara rasa ( dzauq ) dan rasio ( akal ), tasawuf bercampur dengan filsafat terutama
filsafat Yunani.

DAFTAR PUSTAKA

9
Yandi Irshad Badruzzaman, TASAWUF DALAM TIGA DIMENSI ZAMAN DEFINISI,
DOKTRIN, SEJARAH & DINAMIKA KEUMATAN
Dr. Eep Sopwana Nurdin, M.Ud, PENGANTAR ILMU TASAWUF, 2020

10
11

Anda mungkin juga menyukai