Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

TRADISI ZIARAH KUBUR DALAM PENDEKATAN


HISTORIS

Disusun oleh:
Tuah Rangga Kusuma
NIM: 22101010061

Dosen Pengampu
M. Salwa Arraid, M.Hum.
NIP: 19880821 202012 1 002

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2023
I

BAB I
KATA PENGANTAR

Ahamdulillah rabbil ‘alamin bersykur kepada Allah SWT, karena limpahan


Rahmat dan hidayah, taufik dan Inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Pengantar Studi Islam yang berjudul “
Tradisi Ziarah Kubur Dalam Pandangan Historis”. Sholawat dan salam kepada Nabi
Muhammad SAW, karena perjuangan beliaulah yang telah mengeluarkan manusia
dari alam kejahilan menuju alam ilmu cahaya islam.
Penulis berterima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Pengantar Studi
Islam bapak M. Salwa Arraid, M.Hum.yang telah mengajar dan membimbing
penulis dalam memahami mata kuliah Pengantar Studi Islam. Jazakallah khairan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat dibutuhkan penulis.

Penulis
II

BAB II
DAFTAR ISI

BAB I....................................................................................................................................I
KATA PENGANTAR........................................................................................................I
BAB II..................................................................................................................................II
DAFTAR ISI.....................................................................................................................II
BAB III................................................................................................................................III
LATAR BELAKANG......................................................................................................III
BAB IV................................................................................................................................1
ISI.....................................................................................................................................1
A. DISKURSUS ZIARAH KUBUR..........................................................................1
B. TAKHRIJ HADITS-HADITS ZIARAH KUBUR................................................2
C. ANALISIS PENDEKATAN HISTORIS...............................................................3
BAB V..................................................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................4
III

BAB III
LATAR BELAKANG

Fenomena ziarah kubur sudah mentradisi di Indonesia, terutama ziarah ke


makam para ulama’ dan auliya yang dianggap keramat oleh masyarakat Indonesia.
Fenomena ini menimbulkan berbagai anggapan dan reaksi dari berbagai kalangan
masyarakat. Ada perbedaan pendapat (khilafiyah) terkait hukum ziarah kubur.
Kedua pendapat tersebut sangat berlawanan. Hal ini dikarenakan adanya
perbedaaan interpretasi dalam mengkaji salah satu teks hadits sebagai sumber
hukum istidlal. Studi islam merupakan sebuah kajian tentang bagaimana
mengetahui islam dari berbagai sisi, bukanlah hanya dari satu sisi saja, karena islam
memiliki jarak pandang yang luas untuk dikaji. Ziarah kubur dalam peendekatan
sejarah atau historis dari berbagai buku dan jurnal pernah dilakukan dizaman
Rasulullah SAW sampai saat ini praktiknya berdasarkan landasan normatif. Bentuk
dan corak tradisi ziarah kubur merupakan akulturasi budaya, yakni pencampuran
budaya ziarah kubur pra Islam dan Islam. Teori-teori akulturasi menyebutkan
bahwa proses budaya menunjukkan adanya proses trannsformasi dan adaptasi suatu
kelompok masyarakat atau individu yang memiliki budaya dengan budaya
masyarakat atau individu lain yang memiliki budayanya sendiri.
Ziarah kubur dalam pendekatan historis adalah adanya keterkaitan teks yang
diterima oleh Nabi Muhammad SAW secara tidak langsung karena dalam Al-
Qur’an itu tidak disebutkan secara langsung tentang ziarah kubur. Ziarah kubur
diperbolehkan dengan tujuan sebagai ibrah bahwa semua manusia akan mengalami
kematian, sehingga bisa meningkatkan keimanan dan ketakwaan setiap pelaku
ziarah tersebut.
IV
1

BAB IV
ISI

A. DISKURSUS ZIARAH KUBUR


Ziarah dalam bahasa arab di ambil dari kata ‫زي ارة‬-‫ ي زور‬-‫إزار‬ yang artinya
menziarahi, mengunjungi. Ziarah kubur artinya mendatangi atau menziarahi kubur
seseorang, baik kubur kerabat/ famili atau para waliyullah, ulama, salaf shalihin
yang telah meninggal dunia dengan tujuan untuk mendoakan ahli kubur dan sebagai
pelajaran (ibrah) bagi peziarah bahwa masa depan yang pasti adalah kematian,
bahwa tidak lama lagi ia juga akan menyusul penghuni kuburan, sehingga dengan
ziarah kubur dapat mempersiapkan diri serta memperbaiki diri dengan amal sholeh
dan mendekatkan diri kepada allah SWT. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah kunjungan ketempat yang dianggap keramat atau mulia ( makam
dan sebagainya). Adapun bentuk kata kerjanya ialah berziarah. Berziarah memiliki
aarti berkunjung ke tempat yang dianggap keramat atau mulia (seperti makam)
untuk mengirimkan do’a). Sedangkan pengertian kubur adalah lubang dalam tanah
tempat menyimpan mayat, liang lahat, tempat pemakaman.

Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa berziarah ke makam kedua orang


tuanya atau salah satu darinya pada setiap hari jum’aat maka, Allah akan
mengampuni dosanya dan ia termasuk orang berbakti kepda orang tua.”

Ziarah kubur adalah ibadah yang termasuk mulia di sisi Allah SWT dengan
dilandasi prinsip wasath (totalitas terhadap syari’at Allah SWT) yaitu tidak
ifrath(sikap berlebih-lebihan dalam menjalankan syari’at agama) dan tidak pula
tafrith(sikap meremehkan dalam menjalankan syari’at agama).

Ziarah kubur dalam kajian sejarah menurut H. Akh. Minhaji, sejarah


diklasifikasi menjadi tiga kelompok. Pertama, Kajian sejarah islam yang
didasarkan pada waktu, sehingga dikenal istilah klasik (classical), tengah
(medical), modern (modern), pos-moderen (pos-modern), kontemporer
(contemporary). Kedua, Kajian sejarah islam berhubungan dengan tempat. Ketiga,
Studi sejarah yang ditentukan oleh spesialisasi politik, topik dan tema. Dari sinilah
kita menegenal kajian tentang, Hukum Islam dan Siyasah Syar’iyyah, Maslahah,
2

Teori dan metologi, fiqh sosisal, fiqh lintas agama, Islam kiri, Pergulatan pemikiran
dikalangan NU dan Muhammadiyah.

Tradisi ziarah adalah sebuah acara keagamaan yang sudah ada turun-
temurun bahkan sejak zaman Nabi. Masyarakat Betawi setiap sebelum puasa atau
sebelum lebaran Idul Fithri/Adha mereka melaksanakan nyekar atau tabur bunga.
Di daerah Indramayu disebut sebagai tradisi ngunjung, di daerah Lampung disebut
sebagai tradisi ngejalang. Nyekar, tabur bunga, ngunjung, ngejalang merupakan
istilah dari tradisi ziarah kubur yang berasal dari berbagai daerah. Tidak ada
anjuran khusus dalam berziarah untuk menyebarkan bunga di atas makam namun
terdapat akulturasi dari barat yang menaburkan bunga di atas kuburan kerabat, hal
ini merupakan pencampuran budaya timur dan barat, sehingga menciptakan kultur
budaya yang dinamis. Ummat beragama melakukan ritual atau tradisi atas dasar
menghormati leluhur pada zaman dahulu, seperti membuka warung makan, dan
lain-lain.

B. TAKHRIJ HADITS-HADITS ZIARAH KUBUR


Setidak nya ada tiga hadits yang terkait dengan perintah atau anjuran ziarah
kubur, yaitu ;
1. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim

‫ َد‬I ‫ب قااَل َح َّدثـنا ُم َّم ُد بِ ُن عبـ ْي ٍد ع َْن يزي‬ ٍ ‫زَهيْـ ُر ب ُْن َح َّدثـنا َأبو بَ ْك ِر ب ُْن أبى َشيـبةَ َو ِحر‬
َ ‫لَّ َم قَـب‬I ‫صلى هُلَّلا َعلَ ْي ِه َو َس‬
‫ْـر‬ َ ‫ال زا َر النَّبُّى‬ َ َ‫ان ع َْن ِأبى َحازم ع َْن َأبى هُريْـ َرة ق‬ ِ ‫بْن َك ْي َس‬
‫ا فَـلَ ِم يُـْؤ ِذ ْن لى‬I‫ت َربّ فى َأ ْن َأ ْستَـ ْغفِ َر لَه‬ ‫ْأ‬ َ َ‫ُأ ِم ِه فـب َكى َوَأب َكى َم ْن َحوْ لهُ فَـق‬
ُ ‫تَ َذ ْن‬I‫ال اِ ْس‬
‫أزو َر قـبْـرهَا فَأذنَ لى فَـزوروا ْالقُب َو َر ِفإنَّـهَا تُ َذ ِّك ُر ْال َموْ ت‬ َ ‫َوا ْستَْأ َذ ْنـتُهُ فى َأ ْن‬

Dari Abu Hurairah berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menziarahi kubur
ibunya, lalu beliau menangis sehingga orang yang berada di sekelilingnya pun ikut
menangis. Kemudian beliau bersabda: “Saya memohon izin kepada Rabb-ku untuk
memintakan ampunan baginya, namun tidak diperkenankan oleh-Nya, dan saya
meminta izin untuk menziarahi kuburnya lalu diperkenankan olehNya. Karena itu,
berziarahlah kubur karena ia akan mengingatkan kalian akan kematian.”

2. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud.

ِ َ‫ب ْب ِن ِدث‬
‫ار ع َْن اب ِْن بـر ْي َد ِة‬ ِ ‫ص ِل ع َْن ُمحار‬ ِ ‫رف ب ُْن َوا‬ َ ُ‫َح َّدثـنا َأ َحم ُد ب ُْن ي ُون‬
ُ ‫س َح َّدثـنا ُم َع‬
‫ور‬II‫رة ْالقُب‬IIَ‫ل َم نَـهَيْـتُ ُك ْم ع َْن زي‬II‫ه َو َس‬IIْ‫لَّى هُلَّلا عَلي‬II‫و ُل هلَّلا ص‬II‫ال رس‬II
َ َ‫ال ق‬II َ َ‫ه ق‬II‫ع َْن َأبي‬
ً‫إن فى زيَرتِا تَذكرة‬ َّ َ‫فَـزوروهَا ف‬
3

Dari Ibnu Buraidah dari ayahnya berkata, Rasulullah Saw. berkata: ”Aku telah
melarang kalian untuk berziarah kubur, maka (sekarang) berziarahlah. Karena
sesungguhnya ketika meziarahinya adalah sebuah pengingat (kematian).”
3. Hadis yang diriwayatkan Imam Ibnu Majah

ِ I ‫ َد بْن َكي َْس‬I ‫ب قااَل َح َّدثـنا ُم َّم ُد بِ ُن عبـ ْي ٍد ع َْن يزي‬


‫ان‬ ٍ ‫َح َّدثـنا َأبو بَ ْك ِر ب ُْن أبى َشيـبةَ َو ِحر‬
‫ ِه فـب َكى‬I‫ْـر ُأ ِم‬ َ ‫صلى هُلَّلا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَـب‬ َ ‫زار النَّبُّى‬ َ ‫ع َْن ِأبى َحازم ع َْن َأبى هُري‬
َ ‫ْـرة قَا َل‬
‫ت َربّ فى َأ ْن َأ ْستَـ ْغفِ َر لَها فَـلَ ِم يُـْؤ ِذ ْن لى َوا ْستَْأ َذ ْنـتُهُ فى‬ ُ ‫ال اِ ْستَْأ َذ ْن‬
َ َ‫َوَأب َكى َم ْن َحوْ لهُ فَـق‬
‫بو َر فِإنَّـهَا تُ َذ ِّك ُر ْال َموْ ت‬
َ ُ‫أزو َر قـبْـرهَا فَأذنَ لى فَـزوروا ْالق‬ َ ‫َأ ْن‬
Dari Abu Hurairah berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menziarahi kubur
ibunya, lalu beliau menangis sehingga orang yang berada di sekelilingnya pun ikut
menangis. Kemudian beliau bersabda: “Saya memohon izin kepada Rabb-ku untuk
memintakan ampunan baginya, namun tidak diperkenankan oleh-Nya, dan saya
meminta izin untuk menziarahi kuburnya lalu diperkenankan olehNya. Karena itu,
berziarahlah kubur karena ia akan mengingatkan kalian akan kematian.”

Salah satu kelompok Islam di Indonesia yang memakai hadis ini sebagai
dalil melakukan amaln ziarah kubur adalah kelompok Nahdiyin. Jika terdapat
pernyataan bahwasanya ziarah kubur tidak ada dalilnya, maka kurang tepat. Jika
terdapat pernyataan bahwa ziarah kubur tidak ada manfaatnya dan doa atau amal
yang ditunjukkan untuk mayit tidak sampai, maka hal tersebut dapat dibantah. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan hadits Nabi Muhammad artinya: dari ‘Aisyah
radliallahu ‘anha bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi
Shallallahu’alaihiwasallam: ”Ibuku meninggal dunia dengan mendadak, dan aku
menduga seandainya dia sempat berbicara dia akan bershadaqah. Apakah dia
akan memperoleh pahala jika aku bershadaqah untuknya (atas namanya)?”.
Beliau menjawab: ”Ya, benar”.

C. ANALISIS PENDEKATAN HISTORIS


Ditinjau melalui pendekatan historis menunjukkan bahwa, hadis ziarah kubur pada
awalnya memang dilarang oleh Nabi dikarenakan pada waktu itu adalah masa dimana awal
berkembangnya dakwah Islam. Nabi khawatir akan terjadi kemusyrikan. Akan tetapi,
setelah berkembangnya Islam dan kukuhnya iman para pengikut Nabi, larangan itu dicabut
oleh Nabi dikarenakan banyaknya kemanfaatan yang didapat dalam ziarah kubur. Hal
tersebut jelas-jelas terdapat pada redaksi hadis yang ditandai dengan lafadz , ‫فَـزوروا‬
yang mana merupakan shighat amr (perintah). Pada kaidah ushul fiqh-pun dijelaskan:
”ketika ada suatu larangan kemudian dihapus dengan suatu perintah, maka yang digunakan
adalah lafadz yang mengahapusnya”
4

BAB V
DAFTAR PUSTAKA

M. Zia Al-Ayyubi & Muhammad Munif, Ziarah kubur Persfektif Pendekatan


Historis-Sosiologis dan kontekstualisasinya dalam Kehidupan Kontemporer
( Jurnal Studi Hadis Nusantara,2021)
Asri Wulandari, Nilai- Nilai Islam Yang Terkandung Dalam Tradisi Ziarah
Kubur Pada Hari Raya Idul Fithri Kec. Tanjong Batu Kel. Tanjong Batu Kab.
Ogan Ilir (Universitas Islam Negri Raden Fatah:2016)
Naufal Agil Wajdi, Tradisi Ziarah Kubur: Studi Kasus Ziarah Makam Habib
Ali Bin Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang, Jakarta Pusat Tahun 2014-2018,
(Universitas Islam Negeri Sayrif Hidayatullah: 2019)

Anda mungkin juga menyukai