Anda di halaman 1dari 9

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI ZIARAH KE MAKAM

LOMBENG SUSU MAJENE SULAWESI BARAT

Sariana1

1.6
Prodi Tadris Bahasa Inggris, Jurusan Tarbiyah dan Keguruan, Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) Majene

ana076175@gmail.com1

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat mengenai ziarah
kubur khususnya ziarah ke makam Lombeng Susu sambil membawa sesajian. Metode
penelitian yang kami gunakan yaitu metode kualitatif yang berfokus pada pemahaman
masyarakat terkait ziarah kubur dengan cara melakukan wawancara kepada tokoh
masyarakat, tokoh ormas Islam, tokoh ustadz, dan tokoh masyarakat secara umum. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat yang berziarah ke makam Lombeng Susu
sambil membawa sesajian adalah masyarakat yang berasal dari luar daerah. Setelah kami
melakukan observasi terkait ziarah ke makam kubur, dapat disimpulkan bahwa masyarakat
yang tinggal didaerah tersebut dominan islam dan mereka tentunya tidak sepakat terkait
masyarakat dari luar daerah yang membawa sesajian ke pemakaman.

Kata Kunci : Persepsi Masyarakat, Ziarah Makam, Lombeng Susu

Abstract

This study aims to find out how the public’s perseption of the grave pilgrimage, especially the
pilgrimage to the Lombeng Susu grave while bringing offerings. The research method that
focuses on public understanding of the grave pilgrimage by conducting interviews with
community leaders, Islamic mass organizations leaders, religious leaders, and community
leaderas in general. The results of this study indicate that the people who make a pilgrimage
to the Lombeng Susu grave while carrying offerings are people who come from outside the
region. After we made observations regarding pilgrimages to graves, it can be concluded that
the people who live in the area are predominantly muslim and they certainly disagree about
people from outside the area who bring offerings to the cemetery.
Keywords : Public Perception, Grave Pilgrimage, Lombeng Susu

A. PENDAHULUAN
Pada situs-situs makam kuno di kawasan Majene seperti di kompleks makam
Lombeng Susu, ditemukan adanya bentuk makam yang khas bila dibandingkan dengan
makam-makam lainnya yang ada di Indonesia. Kekhasan tersebut dijadikan masyarakat
sebagai tempat berziarah, khususnya masyarakat yang berasal dari luar daerah, seperti
daerah Polman, Campalagian, Mamuju, dan lain-lain.
Ziarah kubur merupakan suatu adat atau kebiasaan masyarakat, terlebih lagi pada saat
memasuki bulan ramadhan dan hari lebaran. Dalam islam, ziarah kubur tidaklah dilarang,
namun masih banyak masyarakat yang pergi ziarah namun menyalahgunakan ziarah
kubur sebagai tempat meminta sesuatu, baik itu kesembuhan, jodoh, maupun meminta
rezeki. Seperti desa yang kami lakukan observasi yaitu kelurahan Tande, kecamatan
Banggae Timur, kabupaten Majene, beberapa tokoh masyarakatnya mengatakan bahwa
banyak masyarakat luar daerah yang pergi berziarah ke makam Lombeng Susu namun
membawa sesajian seperti kambing, ayam bahkan mengisi celengan yang ada di makam
tersebut. Belum diketahui pasti apa yang menyebabkan masyarakat tersebut melakukan
hal seperti itu. Namun, setelah peneliti melakukan wawancara pada salah satu tokoh
masyarakat, beliau mengatakan bahwa terkadang masyarakat yang datang ke makam
tersebut meminta kesembuhan, bahkan ada yang meminta jodoh.
Kajian tentang ziarah kubur diawali dengan konsep wasilah atau tawasul. Usaha untuk
melakukan tawasul di Indonesia biasanya dalam bentuk menziarahi kubur wali. Nabi,
dikarenakan sebab sementara, melarang ziarah kubur. Tapi kemudian mengizinkan orang-
orang untuk berziarah. Beliau melarang karena biasanya mayat-mayat mereka adalah
orang-orang kafir dan penyembah berhala. Padahal islam sudah memutuskan hubungan
mereka dengan kesyirikan.
Menyadari akan pentingnya nilai aqidah dalam hati setiap manusia untuk mencegah
terjadinya kesyirikan yang keluar dari konteks agama islam, maka kita sebagai manusia
dan umat muslim khususnya harus lebih meningkatkan kepercayaan kepada Allah SWT.
Banyak masyarakat yang pergi ziarah ke makam atau kuburan dengan landasan bahwa
mereka rindu kepada orang yang telah meninggal dunia dan adanya bentuk mengingat
akan adanya kematian . Ziarah bisa saja hukumnya sunnah, makruh, bahkan haram sesuai
dengan orientasi dan niat yang terbesit di dalam hati orang yang melakukan ziarah kubur.
Agar nilai-nilai yang terkandung dalam ziarah kubur tidak rusak termasuk dalam hal
ini nilai-nilai religius, maka orang yang melakukan ziarah kubur perlu memperhatikan
adab, tata krama antara lain adalah memberikan salam kepada ahli seraya memberikan
doa, tidak duduk dan berjalan diatas kuburan, serta tidak bersandar diatas kuburan, tidak
mencaci maki, dan menjelek-jelekkan penghuni kubur, sebab kedua sifat ini
memperlihatkan yang tidak hormat kepada mereka yang menyadari bahwa orang yang
meninggal itu telah menyaksikan apa yang mereka lakukan, serta dalam berziarah
hendaknya dilakukan dengan penuh hormat, khidmat, dan tenang atau khusyu. Dalam
penelititian persepsi ini, sangatlah penting untuk mendapatkan gambaran apakah
pandangan masyarakat terhadap ziarah kubur sejalan dengan persepsi tokoh ustadz
ataukah tidak.
Seseorang yang mempercayai sesuatu berarti dia menyatakan bahwa sesuatu itu benar
terjadi tetapi juga menerima kemungkinan bahwa sesuatu itu mungkin saja tidak benar
adanya, tergantung dari apa yang seseorang ketahui, pikirkan, katakan, dan maksudkan.
Artinya, pemahaman kita sekarang ini berdampak besar terhadap cara pandang kita
terhadap sesuatu. Persepsi bertujuan memberikan deskripsi tentang lingkungan, yang
kemudian digunakan oleh fungsi-fungsi pikiran lainnya, seperti penalaran, pengambilan
keputusan secara sadar, atau tindakan.
Uraian ini menggambarkan bahwa ziarah kubur boleh saja dilakukan namun kita
harus memperhatikan adab dan tata krama saat melakukan ziarah kubur. Oleh karena itu,
penelitian tentang ziarah kubur sangat penting dilaksanakan.
Adapun rumusan masalah yang peneliti angkat yaitu :
1. Mengapa masyarakat masih melakukan ziarah kubur sampai sekarang ini?
2. Apa persepsi masyarakat mengenai ziarah kubur ke makam Lombeng Susu?
3. Apa hukum ziarah kubur dalam islam?
Adapun tujuan penelitian yaitu :
1. Untuk mengetahui alasan masyarakat melakukan ziarah kubur sampai sekarang
ini.
2. Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman masyarakat mengenai ziarah kubur
khususnya ziarah ke makam Lombeng Susu.
3. Untuk mengetahui hukum ziarah kubur dalam islam.

B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan cara pendekatan fenomenologi
agar dapat fokus pada persepsi individu. Dengan pendekatan fenomenologi, peneliti
berusaha memahami makna dari pengalaman, persepsi, maupun sudut pandang dari
partisipan.
Penelitian ini berfokus pada : persepsi, didefinisikan sebagai perspektif, pendapat atau
pandangan yang diketahui, dipikirkan, dirasakan, dikatakan, atau diniatkan oleh
masyarakat berkaitan dengan konsep ziarah kubur secara umum dan secara hukum islam.
Partisipan dalam penelitian ini yaitu tokoh masyarakat, tokoh ustadz, tokoh ORMAS
Islam, dan masyarakat secara umum yang berasal dari lingkungan Tande, kecamatan
Banggae Timur dengan cara melakukan wawancara terhadap tokoh-tokoh tersebut. Dalam
hal ini peneliti mengambil enam narasumber dari setiap perwakilan tokoh untuk
mengemukakan pendapatnya mengenai ziarah kubur khususnya ke makam Lombeng
Susu.
Data dikumpulkan melalui teknik wawancara semi-terstruktur dalam waktu 10 menit
untuk setiap partisipan , yang direkam dengan menggunakan aplikasi perekam audio serta
pengambilan video dan foto saat proses wawancara menggunakan handphone.
Analisis data dimulai dengan pengaturan data, lalu disiapkan dalam bentuk rekaman
audio. Setelah itu, peneliti mengidentifikasi rekaman agar peneliti dapat mengupas tuntas
topik observasi mengenai perspektif masyarakat terhadap ziarah kubur ke makam
Lombeng Susu. Pengidentifikasian makna dari data dilakukan dengan menata ulang,
memeriksa, dan mendiskusikan data secara tekstual dengan menyampaikan pemahaman
dari para partisipan yang diwawancarai.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Setiap orang yang ingin mengunjungi makam 7 susun untuk berziarah, orang tersebut
akan diantar oleh seorang juru kunci. Juru kunci tersebut mengatakan bahwa kebanyakan
orang yang datang berziarah ke makam tersebut berasal dari luar daerah.
Penelitian ini mewawancarai dua orang tokoh masyarakat, satu orang kepala
lingkungan, satu orang ustadz, satu orang masyarakat umum, dan dua orang ORMAS.
Mereka berasal dari kelurahan Tande, kecamatan Banggae Timur. Adapun nama keenam
narasumber tersebut yaitu Nadir, Jamaluddin, Rustam, Idham, Jainuddin, dan Nur Annisa.
Data wawancara dari keenam partisipan tersebut disusun dalam bentuk rekaman audio
yang kemudian di analisis menggunakan smartphone.
1. Alasan Ziarah Kubur Masih Dilakukan Sampai Sekarang Ini
Alasan masyarakat melakukan ziarah kubur adalah untuk syukuran (secara umum),
sebagai bahan rutinitas keagamaan, memenuhi nazar, kelancaran rezeki, panen, segera
mendapatkan jodoh, ekspresi kecintaan atau kebaktian kepada tokoh, do’a keselamatan
dan kesehatan, sembuh dari sakit (meminta kesembuhan), doa’ menjelang keberangkatan
haji, mencari nasib baik, ingin mendapatkan anak, supaya anaknya pintar dan tidak nakal,
menambah semangat beribadah, diajak keluarga atau teman (sekedar ingin tahu).
Kepercayaan masyarakat tentang ziarah kubur, berdasarkan temuan-temuan dalam
studi kasus, dapat di tipologikan kedalam tiga kelompok. Pertama, tradisionalisme islam.
Masyarakat mempunyai pemahaman pentingnya intensitas dan hubungan spiritual dari
orang yang masih hidup kepada mereka yang sudah meninggal.
Pola kepercayaan peziarah kedua dapat disebut sebagai model kepercayaan mistis. Ciri
kepercayaan menekankan aspek kekayaan batin dan kekuatan supra dengan tanpa didasari
logika. Sebagai contoh, perilaku peziarah yang mengkultuskan makam dengan cara
membuat tali, simpul atau buhul yang diyakini sebagai syarat terkabulnya permohonan
sesungguhnya merupakan gambaran atau potret kepercayaan yang berbau mistis.
Model kepercayaan ketiga, sebagai pola kepercayaan rasional. Para peziarah yang
memandang kekeramatan sebagai hal yang biasa, bukan luar biasa, yang mana peziararah
cukup menghormati makam yang wajar tanpa melibatkan ritual keagamaan yang
berlebihan. Kelompok ini sama sekali tidak meyakini makam-makam dan berbagai
instrumen kekeramatannya benar-benar manjur misalnya untuk penyembuhan penyakit
dan sarana mempercepat terkabulnya keinginan, namun hanya sebagai simbol belaka yang
mana fungsinya hanyalah sebatas sugesti.
Umumnya peziarah termotivasi oleh keyakinan bahwa ketika seseorang melakukan
ziarah kubur, maka segala apa yang di inginkan akan terkabul dan lagi para peziarah
merasakan ketenangan batin ketika berada di kuburan yang dianggap keramat atau yang
dianggap waliyullah. Menurut Esposito (2001: 195) dalam Ensiklopedia Oxford :
“keseluruhan nilai penting ziarah dari segi agama, sebagaimana teungkap dalam kisah,
ialah mengingat kematian dan mencerminkan hari kemudian”. Ini berarti motivasi ziarah
kubur adalah untuk beribadah dan semakin meningkatkan iman kepada Allah SWT. Nabi
menjadikan sah dan menganjurkannya karena hal itu mengingatkanmu pada hari
kemudian. Hal ini dimaksudkan dengan berziarah kubur kita akan teringat sebuah
peristiwa yang pasti dialami oleh setiap manusia, yaitu kematian dan hari akhir. Ketika
seseorang ingat akan hal itu menjadi sebuah cermin untuk meningkatkan amal ibadah
kepada Allah SWT. 1

2. Persepsi Masyarakat Mengenai Ziarah Ke Makam Lombeng Susu

Foto : Keadaan Situs Kompleks Makam Lombeng Susu/Makam 7 Susun

Kompleks tersebut berada di kampung Ajulita, Kelurahan Tande, Kecamatan


BanggaeTimur, Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat. Disekitarnya terdapat
kebun penduduk lokal, dapat dicapai dengan naik motor atau berjalan kaki sejauh 800
meter. Tokoh yang dimakamkan dimakam yang paling besar tersebut adalah
Pappuangan Tande (raja kerajaan Tande). Kerajaan Tande adalah salah satu kerajaan
kecil yang bergabung membentuk federasi menjadi kerajaan Banggae dan telah
memeluk agama Islam sekitar tahun 1700an.2
Hasil penelitian mengenai tradisi ziarah kubur ke makam Lombeng Susu dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Mengunjungi Makam
Kebanyakan masyarakat yang berasal dari luar daerah yang melakukan ziarah
ke makam Lombeng Susu. Sebagaimana menurut Nadir selaku juru kunci saat
diwawancarai pada hari kamis, 28 januari 2022 mengemukakan bahwa :
“ Kami selaku masyarakat sini (Tande), jarang mengunjungi makam itu karena
makamnya selalu kita lihat. Kebanyakan yang datang itu, bukan masyarakat sini,
tapi masyarakat dari luar daerah. Mereka datang pada saat sakit, sudah
menikah, dan lain-lain.”3

1
Wawansya, Sipa Sasmanda, Mu’aini Tradisi Ziarah kubur Masyarakat Sasak (Studi Kasus Makam Loang
Baloq), Vol.9 , No.1, Hal 34
2
Rosmawati, Arsitektur Khas Budaya Makam Tipe Mandar DI Situs Kompleks Makam Lombeng Susu Majene
Sulawesi Barat, Hal 196
3
Wawancara dengan Nadir, selaku tokoh masyarakat Tande, pada tanggal 28 januari 2022 pukul 15:50 WIB
2. Berdo’a
Persepsi masyarakat tentang ziarah kubur adalah datang ziarah kubur
pertama mendo’akan si ahli kubur. Sebagaimana pendapat Nadir selaku tokoh
masyarakat pada saat di wawancarai pada hari kamis, 28 januari 2022, beliau
mengatakan bahwa :
“Masyarakat yang datang berziarah ke makam Lombeng Susu datang untuk
mendo’akan keluarganya, dan terkadang saya mendengar ada yang meminta do’a
untuk kesembuhan”.4
3. Perbuatan Syirik
Apabila seseorang pergi ziarah kubur membawa sesajian, maka itu termasuk
syirik. Sebagaimana yang dikatakan oleh Rustam selaku tokoh ustadz yang di
wawancarai pada hari jumat, 29 januari 2022 bahwa :
“Ziarah kubur diperbolehkan dalam islam, hanya saja terkadang ada hal-hal
yang melampaui batas pada saat peziarah membawa sesajian ke kuburan dalam
rangka memberikan makanan kepada orang yang telah meninggal, padahal tidak
mungkin orang yang telah meninggal memakan makanan itu. Jadi, bisa saja
ziarah kubur itu menjadi syirik jika pergi ziarah kubur dengan niatan lain”.5
4. Budaya
Sebagaimana yang dikatakan oleh Idham selaku masyarakat umum pada saat
di wawancarai pada hari jumat, 29 januari 2022, beliau mengatakan bahwa :
“Khususnya kita yang berada di tanah Mandar, ziarah kubur itu tidak menjadi
masalah dan tidak menjadi pertentangan. Ziarah kubur sudah menjadi budaya
apalagi di tanah Mandar. Berbeda dengan masyarakat luar seperti Jawa,
persoalan ziarah kubur ini masih menjadi pertentangan”.

3. Hukum Ziarah Kubur Dalam Islam


Sejarah pada permulaan Islam dimana umat Islam pada waktu itu masih berbaur
dengan praktek kebudayaan jahiliyah, Rasulullah SAW melarang berziarah kubur.

4
Wawancara dengan Nadir, selaku tokoh masyarakat Tande, pada tanggal 28 januari 2022 pukul 15:50 WIB
5
Wawancara dengan Rustam, selaku tokoh ustadz Tande, pada tanggal 29 januari 2022 pukul 17 : 30
Namun, setelah adanya hadits yang menganjurkan untuk beriziarah kubur karena dapat
meningkatkan keimanan karena senantiasa mengingat kematian. Ziarah kubur
dibolehkan bahkan dianjurkan. Sebab, menurut penjelasan hadits shahih lainnya, dengan
melakukan ziarah kubur akan menambah zuhud dalam kehidupan dunia dan selalu
mengingat kehidupan akhirat. Diharapkan dengan berziarah kubur umat Islam semakin
baik, bukan sebaliknya.6
D. KESIMPULAN
Dari kegiatan observasi yang peneliti lakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Alasan masyarakat melakukan ziarah kubur adalah untuk syukuran (secara umum),
sebagai bahan rutinitas keagamaan, memenuhi nazar, kelancaran rezeki, panen, segera
mendapatkan jodoh, ekspresi kecintaan atau kebaktian kepada tokoh, do’a
keselamatan dan kesehatan, sembuh dari sakit (meminta kesembuhan), doa’
menjelang keberangkatan haji, mencari nasib baik, ingin mendapatkan anak, supaya
anaknya pintar dan tidak nakal, menambah semangat beribadah, diajak keluarga atau
teman (sekedar ingin tahu).
2. Kebanyakan orang yang datang berziarah ke makam Lombeng Susu berasal dari luar
daerah. Menurut tokoh masyarakat yang ada di Kelurahan Tande, terkadang peziarah
yang datang dari luar daerah membawa sesajian dan mengisi celengan yang ada
dimakam tersebut. Tentunya hal ini menjadi syirik karena tidak sesuai dengan adab
untuk berziarah.
3. Ziarah kubur dalam Islam diperbolehkan bahkan dianjurkan, karena dapat
meingkatkan kadar keimanan kita dengan mengingat kematian. Namun, ziarah kubur
bisa saja menjadi syirik apabila peziarah yang datang membawa sesajian dan meminta
sesuatu di kuburan.
Adapun rekomendasi yang diberikan terhadap penelitian-penelitian yang akan
datang yaitu sebelum melakukan observasi, sebaiknya menyiapkan hal-hal yang
diperlukan seperti kendaraan, lokasi yang ingin di observasi, jika diperlukan lebih baik
menentukan narasumber yang ingin di wawancarai terlabih dahulu, agar proses observasi
berjalan lancar dan tidak memakan waktu yang banyak.

6
Fauzi Haryadi Lalu, Safinah, Tradisi Ziarah Kubur Dalam Pendekatan Sejarah, Tahun 2020, Hal. 122
DAFTAR PUSTAKA

Wawansya, Sipa Sasmanda, Mu’aini Tradisi Ziarah kubur Masyarakat Sasak (Studi Kasus
Makam Loang Baloq), Vol.9 , No.1

Rosmawati, Arsitektur Khas Budaya Makam Tipe Mandar DI Situs Kompleks Makam
Lombeng Susu Majene Sulawesi Barat

Wawancara dengan Nadir, selaku tokoh masyarakat Tande, pada tanggal 28 januari 2022
pukul 15:50 WIB

Wawancara dengan Nadir, selaku tokoh masyarakat Tande, pada tanggal 28 januari 2022
pukul 15:50 WIB

Wawancara dengan Rustam, selaku tokoh ustadz Tande, pada tanggal 29 januari 2022 pukul
17 : 30
Fauzi Haryadi Lalu, Safinah, Tradisi Ziarah Kubur Dalam Pendekatan Sejarah, Tahun 2020

Anda mungkin juga menyukai