Anda di halaman 1dari 4

1.

A
Teori Agenda Setting adalah konsep dalam ilmu komunikasi yang menyatakan
bahwa media massa memiliki kekuatan untuk memilih dan menentukan topik-topik
yang diperbincangkan dan diperhatikan oleh masyarakat. Teori ini berpendapat bahwa
media massa tidak hanya memberikan informasi tentang suatu isu, tetapi juga
memiliki kemampuan untuk menentukan sejauh mana isu tersebut mendapatkan
perhatian dan prioritas di kalangan masyarakat. Pada konteks ini, agenda yang
dimaksud adalah daftar topik atau isu yang diperbincangkan dalam masyarakat.
Media massa memainkan peran penting dalam membentuk agenda tersebut melalui
pilihan pemberitaan mereka. Dengan memberikan liputan yang intensif atau
mengabaikan suatu isu, media massa dapat mempengaruhi perhatian masyarakat
terhadap isu tersebut. Dengan kata lain, media massa tidak hanya memberitakan apa
yang terjadi, tetapi juga mempengaruhi apa yang dianggap penting oleh masyarakat.
Teori Agenda Setting pertama kali dikemukakan oleh Maxwell McCombs dan
Donald Shaw pada tahun 1972. Mereka melakukan studi terhadap pemilihan isu oleh
media dalam pemilihan umum di Amerika Serikat. Hasil penelitian mereka
menunjukkan bahwa isu-isu yang diberitakan secara intensif oleh media juga menjadi
isu yang dianggap penting oleh masyarakat. Teori ini memiliki implikasi yang penting
dalam konteks demokrasi, karena media massa memiliki kekuatan untuk membentuk
pandangan dan opini publik dengan menentukan topik-topik yang dibicarakan dan
diperbincangkan. Namun, teori ini juga telah dikritik karena mengabaikan faktor-
faktor lain yang mempengaruhi perhatian masyarakat, seperti pengalaman pribadi,
nilai-nilai, dan konteks sosial.
Secara keseluruhan, teori Agenda Setting menggambarkan hubungan antara
media massa dan masyarakat dalam menentukan agenda publik. Media massa
memiliki kekuatan untuk mempengaruhi topik-topik yang diperbincangkan oleh
masyarakat melalui pilihan pemberitaan mereka.
B
Menurut teori Agenda Setting, media massa memiliki kekuatan untuk
menentukan topik-topik yang menjadi perhatian masyarakat, dengan berkembangnya
media sosial, peran media massa tidak lagi menjadi satu-satunya faktor yang
mempengaruhi agenda publik. Media sosial memberikan akses langsung kepada
individu untuk menyebarkan informasi dan pandangan mereka, tanpa harus melalui
gatekeeper seperti dalam media massa tradisional.
Pada periode menjelang Pileg dan Pilpres 2019, terjadi lonjakan penggunaan
media sosial di Indonesia. Hal ini memberikan peluang bagi penyebaran berita bohong
atau hoaks serta kampanye hitam yang dapat mempengaruhi agenda publik. Dalam
konteks teori Agenda Setting, kampanye hitam dan penyebaran berita bohong ini bisa
menjadi isu-isu yang mendapatkan perhatian yang tidak proporsional dibandingkan
dengan isu-isu yang sebenarnya lebih penting.
Melalui media sosial, isu-isu yang mendapatkan liputan intensif dan viral dapat
mempengaruhi persepsi dan opini publik. Para aktor yang terlibat dalam kampanye
hitam dan penyebaran berita bohong dapat menggunakan strategi pemberitaan yang
menarik perhatian masyarakat untuk memengaruhi agenda publik, terutama dalam
konteks politik. Selain itu, media sosial juga memberikan kemungkinan bagi
masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam menyebarkan informasi yang sesuai
dengan pandangan mereka. Dalam konteks ini, masyarakat dapat menjadi aktor
penting dalam penyebaran berita bohong dan kampanye hitam.
Namun, perlu dicatat bahwa teori Agenda Setting juga mengakui bahwa media
massa tidak memiliki kendali penuh atas perhatian masyarakat. Terdapat faktor-faktor
lain yang mempengaruhi perhatian masyarakat, seperti pengalaman pribadi, nilai-
nilai, dan konteks sosial. Oleh karena itu, meskipun kampanye hitam dan penyebaran
berita bohong dapat mempengaruhi agenda publik, tetapi tidak dapat dijadikan satu-
satunya faktor penentu dalam pemilihan politik.
2. A
Model framing Gamson dan Modigliani adalah salah satu model dalam studi
framing yang dikembangkan oleh Gamson dan Modigliani pada tahun 1989. Model
ini menjelaskan bagaimana media massa menggunakan teknik framing untuk
membentuk persepsi masyarakat terhadap suatu isu. Model framing Gamson dan
Modigliani terdiri dari empat komponen utama, yaitu:
a. Kehadiran simbolik/Symbolic Present - Komponen ini mengacu pada cara
media massa menggunakan kata-kata, gambar, dan simbol untuk
mempresentasikan isu tertentu. Pemilihan kata-kata dan penggunaan simbol
memainkan peran penting dalam membentuk persepsi dan pemahaman
masyarakat terhadap suatu isu.
b. Pembingkaian taktis/Strategic Framing - Mencakup strategi yang digunakan
oleh media massa untuk membentuk sudut pandang tertentu tentang isu. Media
massa dapat menggunakan berbagai taktik, seperti pemilihan sumber
informasi, penekanan pada aspek-aspek tertentu, atau penyajian narasi yang
mempengaruhi persepsi dan interpretasi masyarakat.
c. Pembingkaian kognitif/Cognitive Framing - Berkaitan dengan cara media
massa membantu pembaca atau pemirsa dalam memahami dan mengorganisir
informasi yang mereka terima. Media massa melakukan pembingkaian
kognitif dengan menyusun konteks, menghubungkan isu dengan kerangka
pemikiran yang sudah ada, atau memberikan penjelasan yang membantu
masyarakat dalam memproses informasi.
d. Resonansi/Resonance - Sejauh mana pandangan yang diungkapkan oleh media
massa sesuai dengan pandangan yang sudah ada dalam masyarakat. Jika
pandangan yang diungkapkan oleh media massa resonan dengan pandangan
masyarakat, maka framing tersebut memiliki potensi lebih besar untuk
mempengaruhi persepsi dan opini masyarakat.
Secara keseluruhan, model framing Gamson dan Modigliani menggambarkan
bagaimana media massa menggunakan simbol-simbol, strategi framing, pemahaman
kognitif, dan resonansi untuk membentuk persepsi dan interpretasi masyarakat
terhadap suatu isu. Model ini mengakui peran penting media massa dalam membentuk
agenda publik dan opini masyarakat melalui teknik framing yang digunakan.
B
Perencanaan program penyuluhan tentang bahaya kampanye hitam dan berita bohong
dalam menghadapi Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019
dengan menggunakan model framing Gamson dan Modigliani:
a. Tujuan:
 Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang bahaya kampanye
hitam dan penyebaran berita bohong.
 Mengembangkan keterampilan kritis masyarakat dalam
mengidentifikasi dan menghadapi informasi yang tidak valid.
b. Analisis Framing Gamson dan Modigliani:
 Identifikasi kerangka pemikiran yang dominan dalam isu kampanye
hitam dan berita bohong.
 Memahami simbol-simbol, strategi framing, dan pemahaman kognitif
yang digunakan dalam isu ini.
 Menyadari pandangan masyarakat terkait dengan isu ini untuk
memastikan resonansi dengan pesan penyuluhan.
c. Strategi Komunikasi:
 Menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan simbol-simbol yang
kuat untuk mengkomunikasikan bahaya kampanye hitam dan berita
bohong.
 Menekankan pentingnya keterampilan kritis dan pemahaman informasi
yang akurat.
 Menyoroti konsekuensi negatif dari penyebaran berita bohong terkait
dengan kehidupan sosial, politik, dan ekonomi.
d. Metode penyuluhan:
 Mengadakan lokakarya dan seminar dengan mengundang narasumber
yang ahli di bidangnya, seperti jurnalis, akademisi, atau praktisi media.
 Membuat materi penyuluhan yang interaktif, termasuk studi kasus,
diskusi kelompok, dan permainan peran.
 Memanfaatkan media sosial dan platform digital untuk menyebarkan
informasi dan menyediakan konten edukatif yang mudah diakses.
e. Pengorganisasian acara:
 Membentuk tim penyelenggara yang terdiri dari narasumber,
moderator, dan fasilitator.
 Memilih lokasi yang strategis dan nyaman untuk acara penyuluhan.
 Mengatur jadwal acara dengan baik dan mengirim undangan kepada
target peserta.
f. Evaluasi:
 Melakukan evaluasi pra-dan paska-acara untuk mengukur peningkatan
pemahaman dan keterampilan kritis peserta.
 Mengumpulkan umpan balik dari peserta untuk meningkatkan kualitas
program penyuluhan di masa mendatang.
 Melakukan pemantauan terhadap perkembangan isu kampanye hitam
dan berita bohong setelah acara penyuluhan.

Bibliography
Anugerah, B. (2020). Urgensi Pengelolaan Pendengung (Buzzer) Melalui Kebijakan Publik
Guna Mendukung Stabilitas Politik Di Indonesia. Jurnal Lembaga Ketahanan
Nasional Republik Indonesia, 155-171.
Jeghesta, M. (2017, Desember 27). Perang Hoax Akan Panaskan Media Sosial hingga 2019.
Retrieved from autotekno.sindonews.com:
https://autotekno.sindonews.com/read/1269176/133/perang-hoax-akan-panaskan-
media-sosial-hingga-2019-1514385798
Kominfo. (2019, Oktober 1). Kominfo Temukan 3.356 Hoaks, Terbanyak saat Pemilu 2019.
Retrieved from www.kominfo.go.id:
https://www.kominfo.go.id/content/detail/21876/kominfo-temukan-3356-hoaks-
terbanyak-saat-pemilu-2019/0/berita_satker
Pranawukir, I. (2019). 1. Pemberitaan Mengenai Polri Dalam Menghadapi Pemilu Serentak
2019 Pada Media Surat Kabar Online. Jurnal Wacana, Volume 18 No. 2, 154 - 168.
Ritonga, E. Y. (2018). Teori Agenda Setting dalam Ilmu Komunikasi. Jurnal Simbolika, 4
(1):, 32-41.

Anda mungkin juga menyukai