Anda di halaman 1dari 7

KOMUNIKASI POLITIK DAN PERSONAL BRANDING

Komunikasi politik secara keseluruhan tidak bisa dipahami tanpa menghubungkannya


dengan dimensi-dimensi politik serta dengan segala aspek dan problematikanya. Kesulitan dalam
mendefinisikan komunikasi politik terutama dipengaruhi oleh keragaman sudut pandang
terhadap kompleksitas realitas sehari-hari. Kalaupun komunikasi dipahami secara sederhana
sebagai “proses penyampaian pesan”, tetap saja akan muncul pertanyaan, apakah dengan
demikian komunikasi politik berarti “proses penyampaian pesan-pesan politik.” Lalu apa yang
disebut pesan-pesan politik itu?
Politics, dalam bahasa Inggris, adalah sinonim dari kata politik atau ilmu politik dalam
Bahasa Indonesia, Bahasa Yunani pun mengenal beberapa istilah yang terkait dengan kata
politik, seperti politics (menyangkut warga negara), polities (seorang warga negara), polis (kota
negara), dan politeia (kewargaan).

Pengertian leksikal seperti ini mendorong lahirnya penafsiran politik sebagai tindakan-
tindakan, termasuk tindakan komunikasi, atau relasi sosial dalam konteks bernegara atau dalam
urusan publik. Penafsiran seperti ini selaras dengan konsepsi seorang antropolog semisal Smith
yang menyatakan bahwa politik adalah serangkaian tindakan yang mengaarahkan dan menata
urusan-urusan publik. Selain terdapat fungsi administratif pemerintahan, dalam sistem politik
juga terjadi penggunaan kekuasaan (power) dan perebutan sumber-sumber kekuasaan. Smith
sendiri memahami kekuasaan sebagai pengaruh atas pembuatan keputusan-keputusan dan
kebijakan-kebijakan yang berlangsung secara terus menerus. Konsep lain yang berkaitan dengan
politik adalah otoritas (authority), yaitu kekuasaan (formal) yang terlegitimasi.

Politik berasal dari kata “polis” yang berarti negara, kota, yaitu secara totalitas
merupakan kesatuan antara negara (kota) dan masyarakatnya. Kata “polis” ini berkembang
menjadi “politicos” yang artinya kewarganegaraan. Dari kata “politicos” menjadi ”politera” yang
berarti hak-hak kewarganegaraan.
Dilihat dari tujuan politik “an sich”, maka hakikat komunikasi politik adalah upaya
kelompok manusia yang mempunyai orientasi pemikiran politik atau ideology tertentu
dalam rangka menguasai dan atau memperoleh kekuasaan, dengan kekuatan mana tujuan
pemikiran politik dan ideology tersebut dapat diwujudkan.

Kerangka yang diberikan ilmu komunikasi bagi komunikasi politik adalah sebagaimana
digambarkan dalam paradigma : siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa dan
dengan akibat apa. Paradigma ini mengklaim bahwa unsur-unsr komunikasi tersebut berlaku
dalam setiap proses komunikasi, dan berlaku inheren dalam komunikasi politik

1. Unsur-Unsur Komunikasi Politik

unsur yang ada dalam komunikasi politik tidaklah berbeda dengan unsur unsur komunikasi pada
umumnya. Dimana secara pokok terdiri dari komunikator (penyampai pesan), message (pesan),
komunikan (penerima pesan).
a. Komunikator

Komunikator dalam proses Komunikasi politik memainkan peran sebagai pembentuk


opini publik. Sedangkan pesan adalah pembicaraan-pembicaraan sebagai proses negosiasi yang
bertujaun membentuk pengertian bersama antara berbagai pihak tentang bagaimana sikap
seharusnya yang harus diperankan setiap pihak dan bagaimana bertindak terhadap sesamanya.
Dari sini, isi komunikasi politik seharusnya tidak hanya berkaitan dengan kekuasaan tetapi juga
kemungkinan terjadinya konflik.

b. Pesan

Teknik berkomunikasi adalah cara atau “seni” panyampaian suatu pesan yang dilakuakan
oleh komunikator sedemiakian rupa sehingga menimbulkan dampak tertentu bagi komunikan.
Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai panduan pemikiran dan
perasaan, dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, himbauan anjuran dan
sebagainya.Sedangkan pesan dalam komunikasi politik dimaksudkan untuk mempengaruhi orang
lain.

c. Media
Komunikator mempunyai bentuk-bentuk simbolik dan kombinasinya dengan berbagai
teknik dan media: secara lisan melalui perbincangan profesional, melalui catatan seperti
koran dan majalah, dan teknik elektronik seperti radio atau televisi. Dilihat secara luas,
saluran komunikasi terdiri atas lambang-lambang, kombinasinya, dan berbagai teknik
secara media yang digunakan untuk berbicara dengan khalayak. Dengan demikian maka
saluran komunikasi adalah saran yang memudahkan penyampaian pesan. Maka saluran
komunikasi lebih dari sekedar. titik sambungan, tetapi terdiri atas pengertian bersama
tentang siapa berbicara kepada siapa, dalam keadaan bagaiman serta sejauh mana dapat
dipercaya.

➢ Retorika dan Persuasif

Retorika adalah ilmu yang pada awalnya dikembangkan di Yunani oleh Aristoteles, yaitu
jenis komunikasi publik. Retorika adalah seni berbicara (techne rhetorike) dengan melakukan
komunikasi dua arah, satu-kepada-satu (one to one), dalam arti bisa jadi satu atau lebih (beberapa
orang), dimana masing-masing berusaha dengan sadar untuk mempengaruhi pandangan satu
sama lain melalui tindakan timbal balik satu sama lain (alat persuasi).Tradisi retorika
memandang bahwa retorika haruslah mencari kebenaran, bukan mempermainkan kata-kata yang
kosong atau tanpa makna dan tujuan. Kebenaran yang diungkapkan haruslah logis, realistis, dan
rasional.

persuasi politik adalah sesuatu yang esensial bagi politik, karena merupakan aspek atau motivasi
dari “who says what” dalam politik. Persuasi politik menanamkan opini baru dan suatu usaha
sadar untuk mengubah sikap mental, keyakinan atau prilaku orang melalui transmisi sejumlah
pesan. Persuasi adalah suatu upaya, maksud untuk mencapai suatu tujuan tertentu (misi) dari
komunikator melalui pembicaraan. Persuasi juga bersifat dialektikal atau merupakan proses
resiprokal (timbal-balik) dimana komunikator berusaha dengan sadar atau tidak sadar
membangun suatu tali penghubung (chord) yang responsive dengan pihak yang lain yang
menjadi sasaran pesan. Pesan persuasif terjadi secara intensional (disengaja) dan di program,
legal dan sistematis seperti pada kampanye pemilu, tapi juga bisa secara tidak sengaja
(unintentional), seperti adanya kejadian yang insidental berupa demonstrasi, huru-hara yang
sifatnya spontan.

➢ Agitasi
Istilah Agitasi berasal dari bahasa latin yaitu agitare yang berarti bergerak, atau
menggerakkan. Komponen pesan agitasi terdiri dari fakta atau bisa juga non fakta,
penjelasan, bujukan (mendorong, menekankan,menggerakkan), mensugesti, bahkan dengan
menggunakan ancaman demi kepentingan tujuan komunikator atau disebut sebagai ‘agitator’.
Jadi pesan dalam bentuk agitasi bisa dikatakan suatu upaya yang dapat merangsang,
membangkitkan perhatian (to excite) atau mendorong atau menggerakkan para penerima
pesannya. Isi pesan agitasi cenderung dalam perspektif kritis, artinya akan mengarah untuk
membangkitkan kesadaran dan emosi khalayak terhadap ketidakadilan, ketidaksesuaian,
ketidakpastian, persamaan, penindasan, penderitaan, dan sebagainya sehingga menimbulkan
kegelisaan di khalayak agar berani bertindak merubah nasibnya. Menurut Herbert, agitasi
beroperasi untuk membangkitkan rakyat kepada suatugerakan terutama gerakan politik.

➢ Propaganda
Propaganda dan agitasi adalah bentuk komunikasi dari satu kepada banyak (one to
many). Propaganda (latin: propagare) berarti menanamkan, cara tukang kebun menyemai benih
suatu tanaman ke sebuah lahan untuk mereproduksi tanaman baru yang kelak tumbuh sendiri.
Secara sosiologis penyebaran ide dengan cara propaganda berarti bukan sesuatu yang muncul
dengan sendirinya, melainkan sesuatu yang ditanamkan (cultivated) atau pembangkitan buatan
(artificial generation), seperti merubah yang tadinya tidak beragama menjadi beragama. Tanpa
adanya intervensi dari pihak luar maka orang-orang tersebut tidak akan mengetahui, memahami
apalagi sampai meyakini dan menjalankan suatu ide, gagasan dan keyakinan.

Upaya persuasi melalui propaganda harus memperhatikan sejumlah faktor, yaitu memahami
kondisi atau keadaan khayalak, kemampuan propagandis, dan teknik propaganda yang
digunakan. Teknik propaganda yang digunakan akan memunculkan stimuli kepada khalayak.
Propagandis harus memperhitungkan dan fokus pada kualitas stimuli dan bukan pada kondisi dan
keadaan khalayak. Karena propaganda tujuannya untuk mempersuasi, mengarahkan, merubah
khalayak, bukan malah propagandisnya yang terpengaruh kondisi khalayak. Ada beberapa
teknikpropaganda, yaitu:

A. Defenisi Personal Branding

Sebelum memahami apa itu branding, terlebih dahulu harus dipahami arti dari brand. Brand
adalah identifikasi berupa nama atau simbol yang mempengaruhi proses pemilihan suatu produk
atau jasa, yang membedakannya dengan produk pesaing serta memiliki nilai bagi para pembeli
dan penjualnya.

Branding juga berarti keseluruhan aktivitas untuk menciptakan brand yang unggul (brand
equity), yang mengacu pada nilai-nilai suatu brand berdasarkan loyalitas, kesadaran, persepsi
kualitas dan asosiasi dari suatu brand. Branding pada dasarnya bukan hanya untuk menampilkan
keunggulan suatu produk semata, namun juga untuk menanamkan brand ke dalam benak
konsumen.

Timothy P. O’Brien, seorang penulis buku The Personal Branding mengatakan bahwa personal
brand ialah identitas pribadi yang mampu menciptakan sebuah respon emosional terhadap orang
lain mengenai kualitas dan nilai yang dimiliki orang tersebut.

Dari pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa personal branding adalah penjelasan atau proses
komunikasi tentang kepribadian, kemampuan, nilai-nilai, keahlian, perilaku, prestasi, keunikan
dan bagaimana semua itu menimbulkan persepsi positif dari masyarakat yang pada akhirnya
persepsi tersebut dapat menjadi suatu identitas yang digunakan oleh orang lain dalam mengingat
seseorang.

B. Dasar pembentuk Personal Branding

sebuah personal brand yang kuat selalu terdapat tiga hal mendasar yang menyatu. Ketiga hal itu
adalah:

1. Kekhasan

Personal brand yang kuat menjelaskan sesuatu yang sangat spesifik atau khas sehingga berbeda
dengan kebanyakan orang. Kkhasan di sini bisa direpresentasikan dengan kualitas pribadi,
tampilan fisik, atau keahlian. Contoh Ir. Soekarno saat berpidato selalu tampil dengan suara
menggelegar, membangkitkan rasa patriotisme dan nasionalisme rakyat Indonesia yang sangat
diperlukan masa-masa awal kemerdekaan.

2. Relevansi

Personal Brand yang kuat biasanya menjelaskan sesuatu yang dianggap penting oleh masyarakat
dan punya relevansi dengan karakter orangnya. Jika relevansi itu tidak ada maka akan sulit
terjadi penguatan pada mind masyarakat.
3. Konsistensi

Personal Brand yang kuat biasanya buah dari upaya-upaya branding yang konsisten melalui
berbagai cara sehingga terbentuk apa yang biasa disebut dengan brand equity (keunggulan
merek)

C. Fungsi personal branding

Fungsi personal branding itu sendiri adalah sebagai usaha untuk menunjukkan kemampuan,
keunikan, spesialisasi dan citra diri yang dimiliki seseorang. Sedangkan tujuan personal
branding ialah membangun citra dari apa yang ingin ditampilkan seseorang agar mampu
memikat dan membangun kepercayaan terhadap orang lain.

Fungsi umum branding adalah sebagai berikut:

1.Sebagai pengenal identitas sebuah brand kepada orang lain. Dengan melakukan branding,
sebuah brand mampu diidentifikasi spesialisasinya yang tentunya berbeda dibandingkan dengan
brand lain yang telah ada.

2. Sebuah bentuk promosi atas daya tarik pembangun citra, jaminan sebuah kualitas, pemberi
keyakinan, prestise, hingga pengendali atas orang-orang disekelilingnya.

3. Sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap konsumen dalam jangka panjang.

4. Sebagai bentuk janji terhadap konsumen agar selalu memberi kualitas yang konsisten, hingga
membentuk ikatan yang kuat antara brand dengan konnsumennya.

Anda mungkin juga menyukai