Anda di halaman 1dari 18

POLA KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA UNTUK MEMINIMALISIR KONFLIK

ANTAR MAHASISWA DI LINGKUNGAN KOS MIRING

Disusun oleh:

Maria Etfila Kurnia

2003050112

Kelas c/KAB

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat, nikmat serta karunianya kepada penulis karena telah dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Terima kasih saya ucapkan kepada ada dosen pembimbing mata kuliah Metode
Penelitian Komunikasi II (Ibu Mas Amah, S.Pd., M.Si), yang telah memberikan tugas ini kepada
kami semua. Proposal penelitian ini dibuat sebatas dengan kemampuan dan pengetahuan yang
penulis miliki. Penulis sangat mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
berguna untuk menambah pengetahuan kita.

Saya selaku penulis sangat menyadari banyaknya kekurangan dan keterbatasan dalam
membuat proposal penelitian ini. Sehingga saya sangat berharap agar bisa mendapatkan kritik
dan saran yang membangun agar nantinya pembuatan proposal lainnya akan menjadi lebih baik
di masa yang akan datang.Semoga proposal ini dapat dengan mudah dipahami oleh para
pembaca. Dan penulis berharap proposal ini dapat memberikan banyak informasi dan berguna
bagi semuanya.

2
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................2

DAFTAR ISI.........................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................................5

1.1 LATAR BELAKANG ....................................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................8

1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................................................8

1.4 Manfaat Penelitian .........................................................................................................8

Bab II Tinjauan Pustaka .....................................................................................................9

2.1 Kajian Empirik ..............................................................................................................9


2.2 Kajian Konseptual .........................................................................................................10

1) Komunikasi ................................................................................................................10
2) Pola komunikasi ........................................................................................................11
3) Komunikasi antar budaya ........................................................................................12
2.3 kerangka berpikir ..........................................................................................................15
2.4 Kajian Teoritis ...............................................................................................................15

Bab III METODOLOGI .....................................................................................................16

3.1 paradigma .......................................................................................................................16

3.2 Jenis Penelitian ...............................................................................................................16

3.3 Metode Penelitian...........................................................................................................16

3.4 Objek Penelitian .............................................................................................................17

3.5 Jenis dan Sumber Data ..................................................................................................17

3
3.6 Teknik Pengumpulan Data ...........................................................................................17

3.7 Teknik analisis Data ......................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 18

4
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Manusia adalah mahluk sosial. Ia dapat hidup, berkembang dan berperan ketika
berhubungan dan bekerja sama dengan manusia lain. Salah satu cara agar dapat berhubungan dan
bekerja sama adalah dengan komunikasi. Dengan komunikasi, seseorang dapat menyampaikan
informasi, ide pemikiran, pengetahuan serta konsep kepada orang lain secara timbal balik
Dengan komunikasi, manusia dapat diakui sebagai anggota masyarakat. Budaya sangat berkaitan
erat dengan komunikasi. Sebagaimana dikatakan Edward T Hall bahwa budaya adalah
komunikasi dan komunikasi adalah budaya. Budaya sangat menentukan bagaimana cara kita
berkomunikasi dengan orang lain, baik dengan orang yang berbudaya sama maupun dengan
orang budayanya berbeda, Oleh karena itu, dengan pemahaman terhadap orang yang berbeda
budaya maka komunikasi lebih efektif sehingga tujuan komunikasi dapat tercapai.
(Suryani,2013:91-100).

Manusia tentu dalam kehidupannya selalu membutuhkan orang lain. Manusia dengan
hakikatnya sebagai makhluk sosial tentu selalu membutuhkan makhluk atau orang lain untuk
mengisih kekosongan atau pun sekedar untuk berbagi kisah dengannya. Tanpa orang lain, tentu
kita merasa hampa dan tak mampu melakukan semuanya sendiri. Maka dari itu kita sebagai
makhluk sosial tentu membutuhkan manusia lain dalam keseharian kita. Contohnya saja dalam
kehidupan kita, pasti kita memrlukan orang lain untuk membantu kita. Misalnya saja saat sedang
merasa sendiri tentu kita membutuhkan orang lain untuk menemani kita, saat sedang ingin
bercerita tentu kita juga membutuhkan orang lain sebagai tempat kita untuk menumpahkan kisah
kita dan sebagainya.

Komunikasi bagaikan jantung dalam tubuh manusia, karena komunikasi merupakan salah
satu hal yang tidak dapat terlepas dari manusia. Komunikasi sangatlah memegang peranan
penting dalam kehidupan manusia. Sejak dalam kandungan pun, komunikasi sebenarnya telah
terjadi dan sejak saat itulah komunikasi akan terus-menerus berlangsung selama proses
kehidupan. Bilamana kehidupan manusia sama sekali tidak menggunakan komunikasi sudah
pasti „planet biru‟ ini akan mati, karena tanpa adanya komunikasi, interaksi antarmanusia tidak
mungkin dapat terjadi. Dua orang dikatakan melakukan interaksi, apabila masing-masing

5
melakukan tindakan aksi dan reaksi. Aksi dan reaksi yang dilakukan manusia ini disebut sebagai
tindakan komunikasi. (Rundengan, 2013).

Komunikasi merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan kita. Komunikasi
adalah media untuk kita menjelaskan sesuatu kepada sesama. Dengan adanya komunikasi semua
masalah tentu akan mudah diselesaikan. Manusia merupakan makhluk sosial, karena manusia
tidak bisa lepas dari makhluk lainnya. Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin
berhubungandengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin
mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu
berkomunikasi. Komunikasi dapat terjadi di mana saja seperti di rumah, kampus, sekolah,
kantor, dan lain-lain. Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan
manusia. Bahkan komunikasi telah menjadi suatu fenomena bagiterbentuknya suatu masyarakat
atau komunitas yang terintegrasi oleh informasi, di mana masing-masing individu dalam
masyarakat itu sendiri saling berbagi informasi untuk mencapai tujuan bersama.

Seperti telah disebutkan diatas komunikasi pun merupakan proses penyampaian pesan
dari sumber pertama kepada penerima melalui sarana atau media dengan maksud agar terjadinya
perubahan pada diri orang yang menerima pesan tersebut. Komunikasi terdiri dari beberapa
komponen-komponen. Diantaranya ada komunikator, pesan, saluran, komunikan dan efek atau
pengaruh. Selain itu, komponen yang turut mendukung untuk menentukan berhasil tidaknya
suatu komunikasi adalah tanggapan timbal balik dari komunikan serta gangguan yangterkait di
antara keduanya.

Konstruksi budaya yang diperoleh seseorang sejak kecil sangat mempengaruhi cara
berpikir, berperilaku dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang yang berbeda budaya.
Terjadinya benturan budaya (shock culture) adalah karena, kita yang cenderung menganggap
budaya kita adalah benar dan memandang perilaku orang yang berbeda budaya dengan kita
dengan pandangan subyektif. Hal ini tentu membuat kita cenderung tidak mampu beradaptasi
dengan kebudayaan lain. Misalnya saja ketika kita sudah berada ditengah masyarakat dengan
kebudayaan lain, tentu kita akan mengalami gegar budaya karena perbedaan budaya yang kita
anut dengan kebudaayaan yang kita jumpai saati itu.

6
Perbedaan seperti itulah yang sering kali menjadi factor terjadinya konflik dalam
kehidupan kita. Dengan perbedaan yang ada, tentu juga akan mempengaruhi relasi kita dengan
yang lain. Apalagi ketika kita juga tidak mampu beradaptasi dengan budaya orang lain. Tentu hal
ini akan terus membuat kita berada dalam situasi konflik yang bisa berujung dengan perpecahan.
Hal ini, tentu kita semua inginhindari. Maksudnya adalah tentu saja kita mencari solusi untuk
mengurangi terjadinya konflik dalam kehidupan kita. Maka, dari itu, dengan kita mengetahui
pola komunikasi antar budaya kita percaya bahwa konflik yang terjadi dapat diatasi dengan baik
tanpa adanya perpecahan.

Kos miring merupakan salah satu lingkungan tempat tinggal yang mana di dalamnya ada
beberapa mahasiswa yang berasal dari daerah yang berbeda-beda. Meskipun sama-sama dari
Flores, mahasiswa yang tinggal di kos Miring memiliki perbedaan-perbedaan yang mencolok
seperti dari budaya atau kebiasaan serta bahasa daerah yang digunakan. Perbedaan-perbedaan ini
tentu saja menjadi pemicu atau factor terjadinya konflik. Namun, tentu bukan hanya factor –
faktor diatas saja yang bisa menciptakan konflik dalam lingkungan kos miring. Seperti kebiasaan
dari setiap mahasiswa yang berbeda-beda tentu juga menjadi pemicu utama terjadinya konflik.
Kebiasaan-kebiasaan buruk yang tidak bisa diterima oleh sesame tentu saja menjadi factor
terjadinya konflik. misalnya saja tentang ketepatan waktu pulang dari para tamu atau pun tentang
keributan yang dilakukan diatas jam yang sudah tidak bisa ditolerir.

Kebiasaan-kebiasaan seperti ini tentu saja membuat sesama anggota kos merasa tidak
nyaman dan merasa terganggu. Contohnya saja, apabila si A mengajak teman-temannya untuk
datang dan beristirahat di kos, kemudian Si A dan teman-teman bercerita dan menciptakan
keributan setelahnya. Tentu saja hal ini bisa memicu terjadinya perang dingin antar sesame anak
kos. Namun, selama ini semua anak kos miring memilih untuk diam saja dan tidak menegur
teman-teman yang melakukan kesalahan karena alasan segan dan lainya. Dengan dibiarkannya
melakukan hal tersebut, tentu si A ini merasa bahwa apa yang dilakukannya aman-aman saja
karena tidak ada yang memberikan teguran kepadanya. Sehingga si A terus menerus melakukan
kesalahan hal yang sama.

Berdasarkan uraian singkat diatas penulis mencoba mengangkat fenomena ini sebagai suatu
permasalahan yang layak untuk diteliti dengan judul “Pola Komunikasi Antar Budaya Untuk
Meminimalisir Konflik Antar Mahasiswa Di Lingkungan Kos Miring”

7
1.2 Rumusan Masalah

 Bagaimana pola komunikasi antar budaya sebagai upaya mengurangi konflik


antar mahasiswa di lingkungan kos Miring?

1.3 Tujuan Penelitian

 Tujuan penelitian dari proposal penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana
pola komunikasi berlaku sebagai upaya mengurangi konflik di lingkungan kos
Miring

1.4 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

 Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang
bagaimana kita harus bisa saling menghargai perbedaan dimana pun kita berada.
 Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini diuraikan sebagai berikut: 1) Bagi penulis:
hasil penelitian ini dapat memperluas pengetahuan tentang penerapan ilmu yang
diperoleh selama perkuliahan.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN EMPIRIK

NO PENELITI JUDUL METODE HASIL


1 NABELLA POLA KUALITATIF Hasil penelitian
RUNDENGAN KOMUNIKASI menunjukkan bahwa
ANTARPRIBADI mahasiswa Papua sulit untuk
MAHASISWA melakukan proses
PAPUA DI komunikasi secara tatap
LINGKUNGAN DI muka dengan mahasiswa
LINGKUNGAN Manado. Mereka sulit dalam
FAKULTAS ILMU menggunakan simbol-simbol
SOSIAL DAN ILMU untuk mempresentasikan apa
POLITIK yang mereka maksudkan
UNIVERSITAS ketika berkomunikasi baik
SAM RATULANGI secara verbal maupun non-
verbal. Oleh karena itu, pola
komunikasi yang didapat dari
hasil penelitian ialah pola
komunikasi primer. Yakni
suatu proses penyampaian
oleh komunikator kepada
komunikan dengan
menggunakan simbol-simbol
sebagai media atau saluran
namun tidak berjalan dengan
efektif karena mengalami
beberapa hambatan yang

9
mengakibatkan sulit
terjalinnya proses
komunikasi, atau tidak
adanya feedback dari
komunikan (mahasiswa
Manado) ke komunikator
(mahasiswa Papua).
2 Ega Lia Triana pola komunikasi KUALITATIF Dari hasil observasi
Putri antarbudaya etnis Menghadapi persoalan
tionghoa dengan komunikasi antarbudaya,
masyarakat pribumi dalam konteks perkawinan
campuran, stereotip dapat
mempengaruhi penilaian
keluarga besar terhadap
seseorang yang akan
dijadikan pendamping hidup.
Begitu kuatnya, Persoalan
kedua adalah latar belakang
personal atau individu pelaku
kawin campur. Mayoritas
pasangan yang memutuskan
melakukan kawin campur
harus memiliki pola pikir
terbuka terhadap budaya
yang dibawa oleh
pasangannya, termasuk
kepercayaan, nilai dan norma
3 Zaenal Abidin PLURALISME kualitatif Dalam komunikasi,
AGAMA DAN komunikasi yang efektiflah
POLA yang akan mampu
KOMUNIKASI membangun proses

10
ANTAR BUDAYA komunikasi baik dan lancar
DI INDONESIA antra komunikator dan
komunikan. Pola komunikasi
yang baik akan menunjang
keefektian dari komunikasi
yang akan maupun yang
sedang berlangsung. Pola
komunikasi adalah model,
format, atau bentuk
komunikasi yang dapat
terlihat melalui bagai mana
komunikator (baik individu
maupun kelompok)
mengkomunikasikan pesan-
pesan komunikasi terhadap
komunikan di dalam
berintraksi.
Kezia Sekeon KOMUNIKASI kualitatif ara-cara mahasiswa
ANTAR BUDAYA pendatang dalam
PADAMAHASISWA menyesuaikan diri ialah
FISIP UNSRAT penguasaan bahasa karena
4 dalam percakapan sehari-
hari di Fisip Unsrat masih
menggunakan bahasa/logat
daerah setempat, melakukan
pendekatan-pendekatan
sosial seperti lebih
memberanikan diri lagi untuk
bersosialisasi, bergaul karib
dengan mahasiswa dari
daerah lainnya serta

11
mahasiswa asli kemudian
mengikuti Bidang Kegiatan
Mahasiwa (BKM) yang ada
dikampus seperti bidang
kerohanian,
kesenian,maupun bidang
olaraga.
5 Maia Etfila pola komunikasi antar Kualitatif Pola komunikasi anatar
Kurnia budaya untuk budaya adalah salah satu hal
meminimalisir yang snagat mmebantu untuk
konflik antar bisa mengurangi konflik
mahasiswa di antar mahasiswa di kos
lingkungan kos miring
miring

2.2 KAJIAN KONSEPTUAL

A. Komunikasi

Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu


pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam
komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward mengenai
komunikasi manusia yaitu: Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-
individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan
menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain. Untuk menjelaskan
pengertian komunikasi maka akan dikemukakan oleh beberapa ahli yang melihat komunikasi
dari sudut pandang keahliannya masingmasing : Komunikasi menurut Wirawan yaitu proses
mentransmisikan pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Wirawan, 2002:75).

Komunikasi menurut Everett M. Rogers dalam Hafied Cangara menyatakan bahwa


komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau

12
lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah lau (Cangara, 2003:19). Menurut Rogers D.
Lowrence Kincaid dalam Hafied Cangara, komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang
atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, dan akan
terjadi saling pengertian (Cangara, 2003:32).

Di dalam komunikasi terbagi menjadi dua:


 Komunikasi Verbal Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis symbol yang
menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita
sadari termasuk kedalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang
dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan (Devito,
2011:51). Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, dan
maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang mempresentasikan
sebagai aspek realitas individual kita.
 Komunikasi Non-verbal
Istilah non-verbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa
komunikasi diluar kata-kata terucap dan tertulis. Pada saat yang sama kita harus
menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku non verbal ini ditafsirkan melalui
simbol-simbol verbal.
B. Pola Komunikasi

Istilah Pola Komunikasi biasa disebut juga sebagai model, yaitu sistem yang terdiri atas
berbagai komponen yang berhubungan satu sama lain untuk tujuan pendidikan keadaan
masyarakat. Pola adalah bentuk atau model (lebih abstrak, suatu set peraturan) yang bisa dipakai
untuk menghasilkan suatu atau bagian dari sesuatu, khususnya jika yang ditimbulkan cukup
mencapai suatu sejenis untuk pola dasar yang dapat ditunjukan atau terlihat. Pola komunikasi
adalah proses yang dirancang untuk mewakili kenyataan keterpautan unsur-unsur yang dicakup
beserta keberlangsungan, guna memudahkan pemikiran secara sistematik dan logis. Pola
komunikasi terdiri atas beberapa macam yaitu: Pola Komunikasi Primer, Pola Komunikasi
Sekunder, Pola Komunikasi Linear, Pola Komunikasi Sirkular.

Pola Komunikasi merupakan gabungan dari dua kata, yakni pola dan komunikasi. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia pola berarti bentuk atau sistem. Dalam kajian ini merupakan
suatu rangka atau bentuk yang digunakan untuk membuat sesuatu yang sama dalam rangka

13
tersebut. Pola juga dapat diartikan sebagai proses atau sistem berjalannya sessuatu. Nurudin
dalam buku Sistem Komunikasi Indonesia menjelaskan bahwa pada dasarnya komunikasi adalah
sebuah pemrosesan ide, gagasan, dan lambang tersebut, sehingga terdapat pola-pola tertentu
sebagai wujud perilaku manusia dalam berkomunikasi. Joseph A. Devito mengelompokkan pola
komunikasi menjadi empat macam, yaitu meliputi komunikasi antarpribadi, komunikasi
kelompok kecil, komunikasi publik, dan komunikasi massa. Namun, menurut Nurudin pola
komunikasi yang berkembang di Indonesia yaitu : meliputi komunikasi dengan diri sendiri,
komunikasi antarpribadi (interpersonal), komunikasi kelompok, dan komunikasi massa

C. Komunikasi Antar Budaya

Istilah “antarbudaya” pertama kali diperkenalkan oleh seorang antropolog, Edward T.


Hall pada tahun 1959 dalam bukunya The Silent Language. Hakikat perbedaan antarbudaya
dalam proses komunikasi dijelaskan satu tahun setelahnya, oleh David K. Berlo melalui bukunya
The Process of Communication (an introduction to theory and practice). Dalam tulisan itu Berlo
menawarkan sebuah model proses komunikasi. Menurutnya, komunikasi akan berhasil jika
manusia memperhatikan faktor-faktor SMCR, yaitu: source, messages, channel, receiver
(Liliweri, 2001: 1). Semua tindakan komunikasi itu berasal dari konsep kebudayaan. Berlo
berasumsi bahwa kebudayaan mengajarkan kepada anggotanya untuk melaksanakan tindakan itu.
Berarti kontribusi latar belakang kebudayaan sangat penting terhadap perilaku komunikasi
seseorang termasuk memahami maknamakna yang dipersepsi terhadap tindakan komunikasi
yang bersumber dari kebudayaan yang berbeda (Liliweri, 2001: 2).

Rumusan objek formal komunikasi antarbudaya baru dipikirkan pada tahun 1970-1980-
an. Pada saat yang sama, para ahli ilmu sosial sedang sibuk membahas komunikasi internasional
yang disponsori oleh Speech Communication Association, sebuah komisi yang merupakan
bagian Asosiasi Komunikasi Internasional dan Antarbudaya yang berpusat di Amerika Serikat.
“Annual” tentang komunikasi antarbudaya yang disponsori oleh badan itu terbit pertama kali
pada 1974 oleh Fred Casmir dalam The International and Intercultural Communication Annual.
Kemudian Dan Landis menguatkan konsep komunikasi antarbudaya dalam International Journal
of Intercultural Relations pada tahun 1977. Tahun 1979, Molefi Asante, Cecil Blake dan Eileen
Newmark menerbitkan sebuah buku yang khusus membicarakan komunikasi antarbudaya, yakni
The Handbook of Intercultural Communication.

14
2.3 Kerangka Berpikir
POLA KOMUNIKASI ANTAR
BUDAYA

MEMINIMALISIR KONFLIK
ANTAR MAHASISWA

POLA KOMUNIKASI ANTAR
BUDAYA UNTUK
MEMINIMALISIR KONFLIK
ANTAR MAHASISWA DI
LINGKUNGAN KOS MIRING

2.4 KAJIAN TEORITIS

Teori Interaksi Simbolik Bogdan dan Taylor mengemukakan bahwa pada awalnya
perkembangan interaksi simbolik lebih menekankan studinya tentang perilaku manusia pada
hubungan antarpribadi, bukan pada keseluruhan masyarakat atau kelompok. Esensi model ini
ialah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran
simbol yang diberi makna. Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia
dari sudut pandang subjek. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat
sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan
mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra mereka. Dalam pandangan
interaksi simbolik, sebagaimana ditegaskan Blumer, proses sosial dalam kehidupan kelompoklah
yang menciptakan dan menegakkan kehidupan kelompok. Menurut teoritisi interaksi simbolik,
kehidupan sosial pada dasarnya adalah “interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol”.

15
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 PARADIGMA PENELITIAN

Paradigma positivisme

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif

3.3 Metode Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini menggunakan metodologi atau pendekatan kualitatif, karena


tujuannya adalah untuk mendesripsikan dan menggambarkan apa adanya mengenai suatu
variabel, gejala, keadaan atau fenomena sosial tertentu. Studi fenomenologi digunakan untuk
menggambarkan fenomena. Moleong menjelaskan bahwa fenomenologi tidak berasumsi bahwa
peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang diteliti oleh mereka. Inkuiri
fenomenologis memulai dengan diam. Diam merupakan tindakan untuk menangkap pengertian
sesuatu yang sedang diteliti. Mereka beruaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para
subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu
pengertian yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari
(Moleong, 2000:9 dalam Mulyana, 2014:91).

Informan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang. Pemilihan informan sebagai sumber
data dalam penelitian ini adalah berdasarkan pada asas subyek yang menguasai permasalahan,
memiliki data, dan bersedia memberikan imformasi lengkap dan akurat. Keenam informan
tersebut dipilih dengan alasan karena mereka memiliki latar belakang permasalahan yang
berbeda sehingga menarik untuk diteliti. Sumber data penelitian diambil dari data primer
(wawancara mendalam dan observasi) dan data sekunder (dokumen/arsip yang diperoleh sebagai
data pendukung). Tehnik pengumpulan data yang dipakai adalah observasi dan wawancara
mendalam.

16
3.4 Subjek Dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah 6 orang mahasiswa yang berada di kos miring dan
objek penelitian yang mau diteliti adalh tentang pola komunikasi antar budaya.

3. 5 Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lingkungan Kos Miring, yang di mulai pada tanggal 26
februari hingga tanggal 3 Maret 2023.

3.6 Jenis dan Sumber Data

Kemudian peneliti menggunakan jenis metode interview bebas terpimpin, artinya bahwa
peneliti memberikan kebebasan kepada informan untuk memberikan tanggapan atau jawaban
sendiri.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara mendalam (in-
depth interview), pengamatan (observasi) dan studi literatur. Ketiga teknik ini digunakan untuk
mengumpulkan data primer maupun sekunder. Interview dilakukan kepada subjek atau informan
penelitian yang dianggap mampu memberikan informasi tentang praktik komunikasi mahasiswa

3.8 Teknik Analisis Data

Teknik pemeriksaaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
triangulasi sumber, yaitu dengan cara melakukan crosscheck informasi antara informan satu
dengan yang lainnya.

17
Daftar pustaka

1) Adi Permana Sidik , Nunung Sanusi. “POLA KOMUNIKASI MAHASISWA DI


MEDIA SOSIAL (STUDI ETNOGRAFI KOMUNIKASI PADA MAHASISWA
USB YPKP)”. Jurnal Common | Volume 3 Nomor 1 | Juni 2019. Hal.28
2) Ega Lia Triana Putri. “POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ETNIS
TIONGHOA DENGAN MASYARAKAT PRIBUMI”. WACANA Volume XV No.
2. Juni 2016, Hlm. 86 – 180
3) Florensius Fajar Yogia, Akhirul Aminulloh. “POLA KOMUNIKASI
ANTARBUDAYA DALAM MENGURANGI KONFLIK ANTAR ETNIK PADA
MAHASISWA”. JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ISSN. 2442-6962 Vol. 7,
No. 1 (2018).

18

Anda mungkin juga menyukai