Untuk mengetahui dan memahami lebih jauh lagi mengenai ancaman terhadap pancasila
dan sikap positif terhadap pancasila di negara kita, mari simak ulasan dibawah ini dengan
seksama dan kita cermati.
Gerakan DI/TII di Jawa Barat tahun 1949 yang dipimpin oleh S. M. Karto Suwiryo,
ia memproklamasikan NII (Negara Islam Indonesia) pada 7 Agustus 1949.
Gerakan DI/TII di Jawa Tengah yang dipimpin oleh Amir Fatah pada tahun 1951.
Pemberontakan Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan tahun 1952.
Pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan) tahun 1950 yang dipimpin oleh
Dr. Soumokil.
Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Gerakan OPM (Organisasi Papua Merdeka).
Ancaman terhadap Pancasila yang bersifat nonfisik adalah pengaruh dari paham atau
ideologi komunisme dan kapitalisme. Kedua paham ini ajarannya banyak sekali
bertentangan dengan jiwa dan nilai-nilai Pancasila.
Tuhan Yang Maha Esa. Ini berarti pengakuan bangsa Indonesia akan eksistensi Tuhan
sebagai pencipta dunia dengan segala isinya. Tuhan sebagai kuasa prima. Oleh karena itu
sebagai umat yang berTuhan, adalah dengan sendirinya harus taat kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Penghargaan kepada sesama umat manusia apapun suku bangsa dan bahasanya. Sebagai
umat manusia kita adalah sama dihadapan Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sesuai dengan
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Adil dan Beradab berarti bahwa adil adalah
perlakuan yang sama terhadap sesama manusia, dan beradab berarti perlakuan yang sama
itu sesuai dengan derajat kemanusiaan. Atas dasar perlakuan ini maka kita menghargai akan
hak-hak asasi manusia seimbang dengan kewajiban-kewajibannya. Dengan demikian
harmoni antara hak dan kewajiban adalah penjelmaan dari kemanusiaan yang adil dan
beradab. Adil dalam hal ini adalah seimbang antara hak dan kewajiban. Dapat dikatakan
hak timbul karena adanya kewajiban.
Bangsa Indonesia menjunjung tinggi persatuan bangsa. Didalam persatuan itulah dapat
dibina kerjasama yang harmonis. Dalam hubungan ini, maka persatuan Indonesia kita
tempatkan diatas kepentingan sendiri. Pengorbanan untuk kepentingan bangsa lebih
diutamakan daripada pengorbanan untuk kepentingan pribadi. Ini tidak berarti kehidupan
pribadi itu diingkari. Sebagai umat yang takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, maka
kehidupan pribadi adalah utama. Namun demikian tidak berarti bahwa demi kepentingan
pribadi itu kepentingan bangsa dikorbankan.
Bahwa kehidupan kita dalam kemasyarakatan dan bernegara berdasarkan atas sistem
demokrasi. Demokrasi yang dianut adalah demokrasi Pancasila. Hal ini sesuai dengan sila
keempat yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Dalam rangka pelaksanaan demokrasi kita mementingkan
akan musyawarah. Musyawarah tidak didasarkan atas kekuasan mayoritas maupun
minoritas.