Anda di halaman 1dari 8

BAB V.

PANCASILA MERUPAKAN SISTEM FILSAFAT

Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan bahan renungan yang menggugah kesadaran para
pendiri negara, termasuk Soekarno ketika menggagas ide Philosophische Grondslag.
Perenungan mengalir ke arah upaya untuk menemukan nilai-nilai flosofis yang menjadi
identitas bangsa Indonesia. Perenungan yang berkembang dalam diskusi-diskusi sejak sidang
BPUPKI sampai ke pengesahan Pancasila oleh PPKI, termasuk salah satu momentum untuk
menemukan Pancasila sebagai sistem filsafat.

A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem


1. Konsep Pancasila sebagai Sistem Filsafat
a. Apa yang dimaksud dengan sistem filsafat
Pengertian filsafat berdasarkan watak dan fungsinya sebagaimana dikemukakan Titus, Smith
dan Nolan sebagai berikut :
a.1 Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang
biasanya diterima secara kritis (arti informal)
Contoh : sebagai seorang pedagang, filsafatnya adalah meraih keuntungan sebanyak-
banyaknya, seorang prajurit TNI filsafatnya mempertahankan tanah air Indonesia ini
dari serangan musuh sampai titik darah terakhir.
a.2 Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang
sangat dijunjung tinggi (arti formal)
Contoh : tenggelamnya seseorang yang sedang mandi di pantai Parangtritis dipercaya
sebagai ulah Nyi Roro Kidul yang mengambilnya untuk dijadikan sebagai pasukan
a.3 Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan (arti komprehensif)
Contoh : “Pancasila merupakan dasar filsafat negara yang mewarnai seluruh peraturan
hukum yang berlaku”
a.4 Filsafat adalah analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep (arti
analisis linguistik)
Contoh : Voltaire “Manusia mengorbankan separuh hidupnya untuk mencari uang,
sedangkan separuh waktu lainnya justru manusia mengorbankan uang untuk meraih
kembali kesehatan” Hasil analisis pernyataan ini bahwa suatu halyang dilakukan oleh
kebnyakan manusia modern itu sia-sia.
a.5 Filsafat adalah sekumpulan problematik yang langsung mendapat perhatian manusia dan
dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat lebih mengacu persoalan-persoalan yang
mendalam dari eksistensi manusia (arti aktual-fundamental)
Contoh : apakah kebenaran itu ? apakah keadilan itu ?
Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan hasil perenungan yang mendalam dari para tokoh
kenegaraan Indonesia. Hasil perenungan semula dimaksudkan untuk merumuskan dasar
negara yang akan merdeka. Hasil perenungan tersebut merupakan sistem filsafat karena telah
memenuhi ciri-ciri berpikir kefilsafatan :
a. Koheren, artinya hubungan satu sama lain secara runtut, tidak mengandung pernyataan
yang bertentangan. Pancasila sebagai sisem filsafat , bagian-bagiannya tidak saling
bertentangan, meskipun berbeda, bahkan saling melengkapi dan tiap bagian mempunyai
fungsi dan kedudukan tersendiri.
b. Menyeluruh, artinya mencakup segala hal dan gejala yang terdapat dalam kehidupan
manusia. Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa merupakan suatu pola yang dapat
mewadahi semua kehidupan dinamka masyarakat di Indonesia.
c. Mendasar, artinya suatu bentuk perenungan mendalam yang sampai ke inti mutlak
permasalahan sehingga mnemukan aspek yang sangat fundamental. Pancasila sebaagi
sitem filsafat dirumuskan berdasarkan inti mutlak tata kehidupan manusia menghadapi
diri sendiri, sesama manusia, dan Tuhan dalamkehidupan msyarakat dan bernegara.
d. Spekulatif, artinya buah pikir hasil perenungan sebagai praanggapan yang menjadi titk
awal yang menjadi pola dasarberdasarkan penlaran logis, serta pangkal tolak pemikiran
tentang sesuatu. Pancasila sebagai dasar negara pada permulannya merupakan buah pikir
dari tokoh-tokoh kenegaraan sebagai suatu pola dasar yang kemudian dibuktikan
kebenarannya melalui diskusi dan dialog panjang dalam sidang BPUPKI hingga
penegsahan PPKI (Bakry, 1994: 13-15)
Sastrapratedja menegaskan bahwa fungsi utama Pancasila menjadi dasar negara dan dapat
disebut filsafat adalah dasar filsafat hidup kenegaraan atau ideologi negara. Pncasila adalah
dasar politik yang mengatur dan mengarahkan segala kegiatan yang berkaitan dengan hidup
kenegaraan, seperti perundang-undangan, hubungan warga negara dengan negara, dan
hubungan antar sesama warga negara, serta usaha-usaha untuk menciptakan kesejhteraan
bersama.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara (Philosophische Grondslag) nilai-nilai filosofis yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila mendasari seluruh peraturan hukum yang berlaku di
Indonesia. Contoh : UU No44 tahun 2008 tentang Pornografi, Pasal 3 ayat (a) “Mewujudkan
dan memelihara tatanan kehidupan masyarakat yang beretika, berkepribadian luhur,
menjunjung tinggi nikai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, serta menghormati harkat dan
martabat kemanusiaan”. Undang-undang tersebut memuat sila I dan sila II yang mendasari
semangat pelaksanaan untuk menolak segala bentuk pornografi yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai agama dan martabat kemanusiaan.
Pancasila sebagai Weltanschauung, artinya nilai-nlai Pancasila itu merupakan sesuatu yng
telah ada dan berkembang di dlam masyarakat Indonesia, kemudian disepakati sebagai dasar
filsafat negara (Philosophische Grondslag) .
2. Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Manusia memerlukan filsafat karena ada beberapa alasan :
a. Manusia merasa tidak tentram (security) dan gelisah karena tidak tahu dengan pasti makna
hidup mereka dan arah harus tempuh dalam kehidupan
b. Filsafat melalui kerjasama dengan disiplin ilmu memainkan peran yang sangat enting untu
membimbing manusia kepada keinginan-keinginan dan aspirasi mereka (Titus, 1984:24)
Beberapa faedah fisafat adalah sebagai berikut :
a. Untuk menjajagi kemungkinan adanya pemecahan terhadap problem kehidupan.
Kemudian diidentifikasikan dan diselidiki, maka mudah bagi manusia menemukan
jawaban tersebut.
b. Membentuk pengalaman-pengalaman pada waktu sekarang
c. Memperluas bidang-bidang kesadaran manusia agar dapat menjadi lebih dapat
membedakan, lebih kritis dan pandai (Titus, 1984 : 26)
Urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat (filsafat Pancasila), artinya refleksi filosofis
mengenai Pancasila sebagai dasar negara. Sastrapratedja menjelaskan makna filsafat
pancasila sebagai berikut :
a. Pertanggungjawaban rasional dan mendasar mengenai sila-sila dalam Pancasila sebagai
prinsip-prinsip politik
b. Penjabaran lebih lanjut sehingga menjadi operasional dalam bidang-bidang yang
menyangkut hidup bernegara
c. Membuka dialog dengan berbagai perspketif baru dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara
d. Menjadi kerangka evaluasi terhadap segala kegiatan yang bersangkut paut dengan
kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyrakat serta memberikan perspektif
pemecahan terhadap permasalahan nasional (Sastrapratedja, 2001: 3)
Pertanggungjawaban rasional, penjabaran operasional, ruang dialog, dan kerangka evaluasi
merupakan beberpa aspek yang diperlukan bagi pengolahan filosofis Pancasila, meskipun
masih ada aspek lagi yang masih dapat dipertimbangkan.

B. Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Sitem Filsafat


1. Filsafat Pancasila sebagai Genetivus Objectivus dan Genetivus Subjectivus
Pancasila sebagai genetivus objectivus, artinya nilai-nilai Pancasila dijadikan obyek yang
dicari landasan filosofisnya berdasarkan sistem-sistem dan cabang-cabang filsafat yang
berkembang di Barat. Misalnya, Notonagoro mnganalisis nilai-nilai Pancasila berdasarkan
pendekatan sustansialistik .
Pancasila sebagai genetivus Subjectivus, artinya niai-nilai Pancasila dipergunakan untuk
mengkritisi berbagai aliran filsafat yang berkembang, baik untuk menemukan hal-hal yang
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila maupun untuk melihat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Selain itu, nilai-nilai Pancasila tidak hanya dipakai dasar bagi pembuatan peraturan
perundang-perundangan, tetapi juga nilai-nilai Pancasila harus mampu menjadi orientasi
pelaksanaan sistem politik dan dasar bagi pembangunan nasional. Sastrapratedja (2002:2)
mengatakan Pancasila adalah dasar politik, yaiatu prinsip-prinsip dasar dalam kehidupan
bernegara, berbangsa dan bermasyarakat.
2. Landasan Ontologis Filssafat Pancasila
Pancasila sebagai sebagai Genetivus Subjectivus memerlukan landasan pijak filosofis yang
kuat yang mencakup 3 (tiga) dimensi yaitu ontologis, epistemologis, dan aksiologis:
Ontologi menurut pandanga Bakker membahas tentang hakikat yang paling dalam dari
sesuatu yang ada, yaitu unsur yang paling umum dan bersifat abstrak (substansi). Bakker
mengaitkan dimensi ontologi kedalam Pancasila dalam uraian berikut : manusia adalah
makhluk individu sekaligus sosial (monodualisme), secara universal berlaku pula bagi
substansi infrahuman, manusia dan Tuhan. Kelima sila Pancasila menunjukkan dan
mengandalkan kemandirian masing-masing, tetapi dengan menekankan kesatuannya yang
mendasar dan keterikatan dalam relasi-relasi. Dalam kebersamaan itu, sila-sila Pancasila
merupakan suatu hierakhi teratur yang berhubungan satu sama lain, tanpa dikompromikan
otonominya, khususnya pada Tuhan. Jadi, segala jenis dan taraf substansi berbeda secara
esensial, tetapi tetap ada keserupaan mendasar (Bakker, 1992 : 38)
3. Landasan Epistemologi Filsafat Pancasila
Epistemologi adalah cabang filsafat pengetahuan yang membahas tentang sifat dasar
pengetahuan, kemungkinan, lingkup dan dasar umum pengetahuan(Bahm, 1995 : 5).
Littlejohn dan Foss menyatakan bahwa epistemologi merupakan cabang filosofi yang
mempelajari pengetahuan atau bagaimana orang-orang dapat mengetahui tentang sesuatu atau
apa-apa yang mereka ketahui.
Landasan epistemologis Pancasila artinya nilai-nilai Pancasila digali dari pengalaman
(empiris) bangsa Indonesia, kemudian disintesiskan menjadi sebuah pandangan yang
komprehensif tentang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sila I digali dari
pengalaman kehidupan beragama bangsa Indonesia sejak dahulu sampai sekarang. Sila II
digali dari pengalaman aas kesadaran masyarakat yang ditindas oleh penjajahan selaa
berabad-abad. Sila III digali dari pengalaman atas kesadaran bahwa keterpecahbelahan yang
dilakukan penjajah kolonialisme Belanda melalui politik Divide et Impera menimbulkan
konflik antar masyarakat Indonesia. Sila IV digali dari budaya bangsa Indonesia yang sudah
mengenal secara turun menurun pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah mufakat.
Sla V digali dari prinsip-prinsip yang berkembang dalam masyarakat yang tercermin dalam
sikap gotong royong.
4. Landasan Aksiologis Pancasila
Istilah “aksiologis” terkait dengan masalah nilai (value). Pancasila merupakan sumber nilai
yang memberi aspirasi bagi rakyat Indonesia untuk memahami hidup berbangsa dan
bernegara secara utuh. Landasan aksiologis Pancasila artinya nilai atau kualitas yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila. Sila I mengandung kualitas monoteis, spiritual,
kekudusan, dan sakral. Sila II mengandung nilai martabat, harga diri, kebebasan, dan
tanggung jawab. Sila III mengandung nilai demokrasi, musyawarah, mufakat, dan berjiwa
besar. Sila V mengandung nilai kepedulian dan gotong royong.

C. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila sebagai Sistem


Filsafat
1. Sumber Historis sebagai Sistem Filsafat
Pembahasan sila-sila Pancasila sebagi sistem filsafat dapat ditelusuri dalam sejarah
masyarakat Indonesia sebagai berikut :
a. Sila I
Masih berlangsungnya sistem penyembahan dari berbagi kepercayan dalam agama-
agama yang hidup di Indonesia.
b. Sila II
Nilai-nilai kemanusiaan dalam masyarakat Indonesia dilahirkan dari perpaduan
pengalaman bangsa Indonesia dalam menyejarah. Sila II memiliki akar yang kuat
dalam historitas kebangsaan Indonesia.
c. Sila III
Kebangsaan Indonesia merefleksikan suatu kesatuan dalam keragaman serta kebaruan
dan kesilaman. Indonesia adalah bangsa majemuk paripurna yang menakjubkan karena
kemajemukan sosial, kultural, dan teritorial dapat menyatu dalam suatu komunitas
politik kebangsaan Indonesia.
d. Sila IV
Nilai-nilai demokrasi dalam taraf tertentu telah berkembang dalam budaya nusantara,
dan dipraktekkan setidaknya dalam unit politik kecil seperti desa di Jawa, nagari di
Sumatera Barat, banjar di Bali dsbnya.
e. Sila V
Bangsa Indonesia dahulunya dalah bangsa yang hidup dalam keadilan dan kemakuran
ini kemudian dirampas oleh kolonialisme. Para pejuang bangsa Indonesia
mengorbankan dirinya untuk mewujudkan cita-cita tersebut.
2. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem Filsafat dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua)
kelompok :
Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem filsafat dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok :
a. Pancasila sebagai sistem filsafat sudah dikenal masyarakat Indonesia dalam bentuk
pandangan hidup, way of life dalam agama, adat istiadat, dan budaya berbagi suku bangsa
Indonesia
a. Masyarakat ilmiah akademis yang memahami Pancasila sebagai sistem filsafat dengan
teori-teori yang bersifat akademis
Pancasila sebagai sitem filsafat, menurut Notonagoro merupakan satu kesatuan utuh yang
tidak dapat dipisah-pisahkan. Artinya, sila-sila Pancasila suatu kesatuan utuh yang saling
terkait dan saling berhubungan secara koheren. Notonagoro menggambarkan kesatuan dan
hubungan sila-sila Pancasila itu dalam bentuk kesatuan dan hubungan hierarkhis piramidal
dan kesatuan hubungan yang saling mengisi atau saling mengkualifikasi.
Rumusan hierarkhis piramidal dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Sila I menjiwai dan meliputi sila I, III, IV dan sila V
b. Sila II dijiwai dan diliputi sila I, menjiwai dan meliputi sila III, IV dan sila V
c. Sila III dijiwai dan diliputi sila I, II, menjiwai dan meliputi sila IV dan sila V
d. Sila IV dijiwai dan diliputi sila I, II, III menjiwai dan meliputi sila V
e. Sila V dijiwai dan diliputi sila I,II, III, dan sila IV (Kaelan,2003 :60)
3. Sumber Polits Pancasila sebagai Sistem Filsasfat
Pancasila merupakan konsensus politik yang kemudian berkembang menjadi sistem filsafat.
Sumber politis Pancasila sebagai sistem filsafat diklasifikasikan kedalam 2 (dua) kelompok :
a. Kelompok meliputi wacana politis tentang pancasila sebagai sistem filsafat pada sidang
BPUPKI, sidang PPKI tentang pembahasan sila-sila Pancasila secara filosofis
b. Kelompok berbagai argumen politis tentang pancasila sebagi sitem filsafat yang
disuarakan kembali di era reformasi dalam pidato politik Habibie 1 Juni 2011 pentingnya
pancasila bagi kehidupan bangsa Indonesia :
b.1 kedudukan Pancasila sebagai dasar filosofis bangsa Indonesia dalam dinamika sejarah
sistem politik sejak ORLa hingga reformasi
b.2 faktor-faktor perubahan yang menimbulkan pergeseran nilai dalam kehidupan bangsa
Indonesia hingga diperlukan reaktualisasi Pancasila untuk memperkuat paham
kebangsaan
b.3 perlunya implementasi nilai-nilai Pancasila dalam seluruh aspek kehidupan
masyarakat Indonesia

D. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Sistem


Filsafat
1. Dinamika Pancasila sebagai Sistem Filsafat
a. Era pemerintahan Soekarno, Pancasila sebagai sistem filsafat dikenal dengan istilah
“Philosofiche Grondslag”. Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang diangkat
dari akulturasi budaya bangsa Indonesia.
b. Era pemerintahan Soeharto, Filsafat pancasila tidak hanya bertujuan mencari
kebenaran dan kebijaksanaan, tetapi juga digunakan sebagai pedoman hidup sehari-
hari (weltanschauung)
c. Era reformasi, Pancasila sebagai sistem filsafat kurang terdengar resonansinya.
2. Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Beberapa bentuk tantangan terhadap Pancasila sebagi sistem filsafat:
a. Kapitalisme paham yang meletakkan kebebasan individu secara berlebihan sehingga
menimbulkan berbagai dampak negartif, seperti monopoli, konsumeris dll
b. Komunisme, dominasi negara yang berlebihan sehingga dapat menghilangkan peran
rakyat dalam kehidupan bernegara.
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat
1. Esensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat
a. Hakikat sila I, terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa Tuhan sebagai prinsip
utama dalam kehidupan semua makhluk. Artinya kebebasan selalu dihadapkan pada
tanggung jawab, tanggung jawab tertinggi adalah sang pencipta.
b. Hakikat sila II, manusia monopluralis yang terdiri atas 3 monodualis, yaitu susunan kodrat
(jiwa raga), sifat kodrat (makhluk individu, sosial), kedudukan kodrat (makhluk pribadi
yang otonom dan makhluk Tuhan) (Notonagoro)
c. Hakikat sila III, rasa kebangsaan terwujud dalam bentuk cinta tanah air
d. Hakikat sila IV, keputusan yang diambil didasarkan musyawarah untuk mufakat.
e. Hakikat sila V, keadilan yang terwujud dalam 3 aspek yaitu keadilan distributif (bersifat
membagi dari negara kepada warga negara), keadilan legal/keadilan bertaat (kewajiban
warga negara terhadap negara), keadilan komutatif (keadilan antara sesama warga negara)
(Notonagoro dalam Kaelan, 2013:402)
2. Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Hal-hal penting yang sangat urgen bagi pengembangan Pancasila sebagai Sistm Filsafat :
a. Memulihkan harga diri bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdekun alam pikiran
dalam politik, yuridis, dan juga merdeka dalam mengemukakan ide-ide pemikirannya
untuk kemajuan bangsa, baik secara materiil maupun spiritual
b. Membangun alam pemikiran yang berakar dari nilai-nilai budaya bangsa Indonesia sendiri
sehingga mampu menghadapi berbagai ideologi dunia
c. Menjadi dasar pijakan untuk menghadapi tantangan globalisasi yang dapat melunturkan
semangat kebangsaan dan melemahkan sendi-sendi perekonomian yang berorientasi pada
kesejahteraan rakyat banyak
d. Pancasila menjadi way of life sekaligus way of thinking bangsa Indonesia untuk menjaga
keseimbangan dan konsistensi antara tindakan dan pemikiran.

Anda mungkin juga menyukai