disusun oleh :
KELOMPOK 7
A. Pengertian Pancasila
1. Secara Etimologis
2. Secara Historis
3. Secara Terminologis
B. Pengertian Filsafat
1. Secara Etimologis
Filsafat berasal dari bahasa Yunani “philein” yang berarti cinta dan
“shopia” yang berarti kebijaksanaan. Jadi, filsafat menurut asal katanya
berarti cinta akan kebijaksanaan, atau mencintai kebenaran/ pengetahuan.
Cinta dalam hal ini mempunyai arti yang seluas-luasnya, yang dapat
dikemukakan sebagai keinginan yang menggebu dan sungguh-sungguh
terhadap sesuatu, sedangkan kebijaksanaan dapat diartikan sebagai
kebenran yang sejati. Dengan demikian, filsafat secara sederhana dapat
diartikan sebagai keinginan yang sungguh-sungguh untuk mencari
kebenaran yang sejati. Filsafat merupakan induk dari ilmu pengetahuan
menurut Gredt dalam bukunya “elemnta philosophiae”, filsafat sebagai
“ilmu pengetahuan yang timbul dari prinsip-prinsip mencari sebab
musababnya yang terdalam”.
2. Secara Umum
Ditinjau dari segi objektifnya, filsafat meliputi hal-hal yang ada atau
dianggap dan diyakini ada, seperti manusia, dunia, Tuhan dan seterusnya.
1. Objek Material
2. Objek Formal
Nilai adalah suatu ide atau konsep tentang apa yang seseorang
pikirkan yang merupakan hal penting dalam hidupnya. Nilai dapat berada di
a) Sistematis;
b) Mendalam;
c) Mendasar;
d) Analitis;
e) Komprehensif;
f) Spekulatif;
g) Representatif; dan
h) Evaluatif.
1) Rasionalisme;
2) Idealisme;
3) Positivisme;
4) Eksistensialisme;
5) Hedonisme;
6) Stoisme;
7) Marxisme;
8) Realisme;
9) Materialisme;
10) Utilitarianisme;
11) Spiritualisme; dan
12) Liberalisme.
Pancasila bukan hanya teks yang harus dihafal dari sila ke-1 sampai sila
ke-5. Lebih dari itu, nilai-nilai filosofis dari Pancasila sendiri harus dihayati,
dijiwai, sekaligus menjadi dasar terkhususnya mahasiswa dalam berperilaku, baik
sebagai individu, keluarga dan masyarakat, serta sebagian dari bangsa Indonesia.
“Paduka Tuan Ketua yang mulia, saya mengerti apa yang Ketua kehendaki!
Paduka Tuan Ketua minta dasar, minta Philosofische Grondslag, atau jika kita
boleh memakai perkataan yang muluk-muluk, Paduka Tuan Ketua yang mulia
minta suatu Weltanschauung, di atas mana kita mendirikan negara Indonesia
itu”. (Soekarno, 1985: 7).
Pertama, manusia telah memperoleh kekuatan baru yang besar dalam sains
dan teknologi, telah mengembangkan bermacam-macam teknik untuk
memperoleh ketenteraman (security) dan kenikmatan (comfort). Akan
tetapi, pada waktu yang sama manusia merasa tidak tenteram dan gelisah
karena mereka tidak tahu dengan pasti makna hidup mereka dan arah harus
tempuh dalam kehidupan mereka.
Kedua, filsafat melalui kerjasama dengan disiplin ilmu lain memainkan
peran yang sangat penting untuk membimbing manusia kepada keinginan-
keinginan dan aspirasi mereka. (Titus, 1984: 24). Dengan demikian,
manusia dapat memahami pentingnya peran filsafat dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang Berketuhanan Yang Maha Esa,
yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan, yang
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan sosial pada
hakikatnya adalah manusia.
- Landasan sila-sila pancasila yaitu tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil
adalah sebagai sebab, dan Negara adalah sebagai akibat.
1. Tuhan adalah sebab pertama (causa prima) dari segala sesuatu, Yang
Esa dan segala sesuatu tergantung kepadanya. Tuhan adalah sempurna dan
maha kuasa, merupakan dzat yang mutlak, ada secara mutlak. Zat yang
mulia dan sempurna.
Sifat hirarkis dan bentuk piramidal itu nampak dalam susunan Pancasila,
dimana sila pertama Pancasila mendasari dan menjiwai keempat sila
lainnya, sila kedua didasari sila pertama dan mendasari serta menjiwai sila
ketiga, keempat dan kelima, sila ketiga didasari dan dijiwai sila pertama
dan kedua, serta mendasari dan menjiwai sila keempat dan kelima, sila
keempat didasari dan dijiwai sila pertama, kedua dan ketiga, serta
mendasari dan menjiwai sila kelima, sila kelima didasari dan dijiwai sila
pertama, kedua, ketiga dan keempat. Dengan demikian susunan Pancasila
memiliki sistem logis baik yang menyangkut kualitas maupun
kuantitasnya.
1. Isi arti Pancasila yang Umum Universal, yaitu hakikat sila-sila Pancasila
yang merupakan intisari Pancasila sehingga merupakan pangkal tolak
dalam pelaksanaan dalam bidang kenegaraan dan tertib hukum Indonesia
serta dalam realisasi praksis dalam berbagai bidang kehidupan yang
konkrit.
2. Isi arti Pancasila yang Umum Kolektif, yaitu isi arti Pancasila sebagai
pedoman kolektif negara dan bangsa Indonesia terutama dalam tertib
hukum Indonesia.
Selain itu, potensi atau daya tersebut mampu meresapkan pengetahuan dan
menstranformasikan pengetahuan dalam demontrasi, imajinasi, asosiasi,
analogi, refleksi, intuisi, inspirasi dan ilham. Dasar-dasar rasional logis
Pancasila menyangkut kualitas maupun kuantitasnya, juga menyangkut isi
arti Pancasila tersebut.
Aksiologi terkait erat dengan penelaahan atas nilai. Dari aspek aksiologi,
Pancasila tidak bisa dilepaskan dari manusia Indonesia sebagai latar
belakang, karena Pancasila bukan nilai yang ada dengan sendirinya
(givenvalue) melainkan nilai yang diciptakan (createdvalue) oleh manusia
Indonesia. Nilai-nilai dalam Pancasila hanya bisa dimengerti dengan
menganal manusia Indonesia dan latar belakangnya.
Nilai-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral merupakan
nilai dasar yang mendasari nilai intrumental dan selanjutnya mendasari
semua aktivitas kehidupan masyarakat,berbangsa, dan bernegara. Secara