Anda di halaman 1dari 78

i | PENGANTAR TEORI PELUANG

PENGANTAR
TEORI PELUANG

Penulis: Darwanto
Karsoni berta Dinata

Penerbit:
UMKO Publishing

ii | PENGANTAR TEORI PELUANG


PENGANTAR TEORI PELUANG

Penulis :
Darwanto
Karsoni Berta Dinata

Penyunting
Venty Meilasari

Desain Sampul & Tata Letak


Ako Caniyago

Halaman: v + 73 hlm

Diterbitkan oleh
UMKO Publishing
Jalan Hasan Kepalaratu, Nomor 1052, Sindangsari, Kotabumi,
Lampung Utara, Lampung
Kotak Pos 156; Telepon (0724) 22287; laman: www.umko.ac.id
Pos-el: humas@umko.ac.id

Cetakan Pertama, Februari 2021

ISBN 978-623-95937-2-8

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG


Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak dalam
bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penulis, kecuali dalam pengutipan
untuk keperluan penulisan karya ilmiah atau karya tulis lain.

iii | PENGANTAR TEORI PELUANG


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt atas segala anugerah dan rahmat-Nya,
sehingga buku yang berjudul “Pengantar Teori Peluang” ini dapat
terselesaikan dengan baik. Buku ini disusun sebagai referensi dan juga
dapat menjadi bahan ajar pada mata kuliah Pengantar Peluang atau
sejenisnya di Perguruan Tinggi. Selain itu, buku ini akan memberikan bekal
kepada pembaca dalam menjustifikasi terhadap beberapa sifat, ketentuan,
atau teorema di dalam mata kuliah yang lainnya sebagai mata kuliah
lanjutan pengantar peluang.

Pengantar Teori peluang merupakan teori pengantar atau dasar dalam


mempelajari konsep peluang lebih lanjut atau terapan dari teori peluang,
seperti kombinatorika, statistika matematika, atau lainnya. Buku ini
menyajikan beberapa materi pengantar yang terbagi atas lima bagian yaitu:
(1) Pendahuluan; (2) Permutasi dan Kombinasi; (3) Koefisien Suku; (4)
Peluang; dan (5) Peluang Kejadian majemuk. Buku ini disusun secara
sistematis dan sederhana agar pengguna lebih mudah dalam
mempelajarinya. Selain itu, buku ini juga berupaya untuk mengintegrasikan
masalah-masalah kontekstual dalam pemberian contoh permasalahan
sebagai perwujudan dalam belajar realistis dan kontektual.

Dalam kesempatan ini, kami ingin berterima kasih kepada rekan-rekan dan
kolega-kolega atas saran-saran yang sangat berharga. Mengingat buku ini
merupakan buku terbitan edisi pertama yang tentunya masih butuh
disempurnakan. Selain itu kritik, saran dan masukan oleh para pengguna
sangat kami harapkan untuk kesempurnaan isi buku ini.

Lampung Utara, Februari 2021

Penulis

iv | PENGANTAR TEORI PELUANG


DAFTAR ISI

IDENTITAS BUKU ................................................................................ ii


KATA PENGANTAR ............................................................................. iii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iv

1. Pendahuluan .................................................................................. 1
A. Aturan Membilang ..................................................................... 1
B. Faktorial .................................................................................... 9
2. Permutasi dan Kombinasi ............................................................... 14
A. Permutasi .................................................................................. 14
B. Kombinasi ................................................................................. 20
3. Koefisien Suku ................................................................................ 30
A. Teorema Binomial ..................................................................... 30
B. Teorema Multinomial ................................................................. 33
4. Pengantar Peluang ......................................................................... 36
A. Percobaan, Ruang Sampel, dan Titik Sampel ........................... 36
B. Kejadian .................................................................................... 40
C. Konsep Peluang ........................................................................ 45
D. Frekuensi Harapan .................................................................... 47
E. Kepastian dan Kemustahilan ..................................................... 48
F. Peluang Komplemen Kejadian .................................................. 49
5. Peluang kejadian Majemuk ............................................................ 54
A. Peluang Kejadian Tidak Saling Lepas ....................................... 55
B. Peluang Kejadian Saling Lepas ................................................ 57
C. Peluang Kejadian Bersyarat ...................................................... 59
D. Peluang Kejadian Saling Bebas ................................................ 66
Daftar Pustaka ...................................................................................... 73

v | PENGANTAR TEORI PELUANG


1. Pendahuluan

S
ebelum mempelajari teori peluang, anda akan terlebih dahulu
belajar mengenai aturan membilang dan Faktorial. Kedua materi
ini berguna sebagai pengantar dalam memahami konsep peluang
secara menyeluruh dan mendalam. Pokok materi pada bahasan ini terdiri
dari dua, yaitu aturan membilang dan faktorial. Berikut disajikan kedua
pokok materi tersebut.

A. Aturan Membilang
Teori Konsep aturan membilang terdiri dari aturan perkalian secara
khusus dan aturan perkalian secara umum. Berikut dijelaskan kedua
konsep tersebut.
Aturan perkalian Secara Khusus
Definisi 1.1 Jika suatu proses terdiri atas dua tahap, dengan tahap
pertama dilakukan dengan n1 cara, dan bila setiap cara tersebut
tahap kedua dapat dilakukan dengan n2 cara. Maka keseluruhan
cara yang dapat dilakukan adalah 𝑛1 𝑥 𝑛2 cara”.

Untuk menentukan keseluruhan cara dari suatu persoalan aturan


perkalian secara khusus dapat juga dengan menggunakan diagram
pohon. Diagram pohon adalah sebuah cara untuk menghitung semua
hasil yang mungkin dari rentetan eksperimen, yang masing-masing
eksperimen dapat terjadi dalam banyak cara yang berhingga. Beberapa

1 | PENGANTAR TEORI PELUANG


persoalan terkait aturan perkalian secara khusus akan lebih mudah
diselesaikan dengan bantuan diagram pohon.

Pemahaman definisi aturan perkalian secara khusus diperjelas


melalui contoh-contoh berikut:

1. Berikut ini jalan yang dapat dilalui pengendara motor dari kota A ke kota
C melalui kota B. Ada berepa cara yang dapat dilakukan dari A ke C ?

A B 6 C

Jawab:
Dari A ke B dapat dilakukan dengan 4 cara.
Dari B ke C dapat dilakukan dengan 3 cara.
Jadi, dari A ke C dapat dilakukan dengan = 4 x 3 = 12 cara, yaitu:
jalan 1,5 ; jalan 1,6 ; jalan 1,7
jalan 2,5 ; jalan 2,6 ; jalan 2,7
jalan 3,5 ; jalan 3,6 ; jalan 3,7
jalan 4,5 ; jalan 4,6 ; jalan 4,7

2. Seorang siswa laki-laki akan berkemah ke suatu tempat. Ia hanya


membawa 3 baju dan 2 celana saja. Baju dan celana itu akan dipakai
ketika diperkemahan. Berapakah banyaknya cara siswa tersebut itu
dapat berpakaian?
Jawab
Tahap pertama dapat dimisalkan sebagai banyaknya baju yang
bisa dipakai sebanyak 3. Tahap kedua dapat dimisalkan sebagai
banyaknya Celana yang bisa dipakai sebanyak 2. Dengan

2 | PENGANTAR TEORI PELUANG


demikian banyaknya cara berpakaian siswa tersebut adalah 3 ×
2 = 6 cara.

3. Misalkan ada empat buah angka, yaitu 0, 2, 3, dan 4. Kemudian dari


angka-angka itu dibentuk sebuah bilangan yang terdiri atas dua angka,
angka pertama tidak boleh nol dan setiap angka hanya digunakan sekali
saja.
a. Berapa banyak bilangan yang dibentuk itu bernilai paling besar 35?
b. Berapa banyak bilangan yang dibentuk itu merupakan bilangan
Genap?
Jawab
a. Cara 1:
Kita dapat melihat persoalan ini sebagai persoalan aturan
perkalian secara khusus. Tahap pertama dapat dimisalkan
sebagai banyaknya angka yang dapat mengisi angka puluhan
sebanyak dua angka yaitu 2 dan 3 (0 tidak dimasukan karena
angka pertama tidak boleh 0). Tahap kedua dapat dimisalkan
sebagai banyaknya angka yang dapat mengisi angka satuan
yaitu sebanyak 3 angka ( karena salah satu angka sudah
digunakan pada ratusan). Dengan demikian banyaknya cara
membentuk bilangan tersebut yaitu 2 × 3 = 6 buah.
Cara 2:
Kita juga bisa menyelesaikan persoalan ini dengan
menyediakan dua kotak atau slot seperti pada gambar.
A1 A2
A1 bernilai puluhan terdiri atas 2 angka
A2 bernilai satuan terdiri atas 3 angka
Oleh karena itu, banyaknya bilangan yang bernilai paling besar
35 ada (2 x 3) buah = 6 buah.

3 | PENGANTAR TEORI PELUANG


b. Sediakan dua slot
A1 A2
Slot A2 di isi terlebih dahulu dengan memperhatikan bilangan
yang diminta adalah bilangan genap yang terdiri atas 3 angka (
yaitu 0, 2, 4)
Karena A2 sudah diisi, maka slot A2 terdiri atas 3 angka
Oleh karena itu, banyaknya bilangan genap yang bisa dibentuk
ada (3 x 3) buah = 9 buah

1. Aturan Perkalian Secara Umum

Definisi 1.2 Jika suatu proses terdiri atas k tahap, tahap pertama dapat
dilakukan dalam n1 cara, dari masing-masing cara tersebut
tahap kedua dapat dilakukan dalam n 2 cara, dari masing-
masing cara ini tahap ketiga dapat dilakukan dengan n 3 cara,
dan seterusnya sampai tahap ke–k dapat dilakukan dalam nk
cara. Maka keseluruhan proses dapat dilakukan dalam : (n1 x
n2 x n3 x … x nk ) cara.

Pemahaman mengenai definisi 2 diperjelas melalui contoh-contoh


berikut,
a. Sebuah rumah makan menyediakan menu makanan pagi yang terdiri
atas nasi, telur, kerupuk dan minum.
Nasi terdiri atas nasi putih, nasi kuning, dan nasi goreng.
Telur terdiri atas telur dadar, telur ceplok, telur asin, dan telur rebus
Kerupuk terdiri atas kerupuk aci, kerupuk ikan, dan kerupuk udang.
Minum terdiri atas, air putih, air kopi, air susu, kopi susu, dan teh
Berapa banyak susunan menu makanan pagi yang bisa dihidangkan ?

4 | PENGANTAR TEORI PELUANG


Penyelesaian.
Dalam hal ini, prosesnya berupa menu makanan pagi. Tahap pertama
berupa nasi yang terdiri atas nasi putih, nasi kuning, dan nasi goreng,
sehingga n1 = 3.
Tahap kedua berupa telur yang terdiri atas telur dadar, telur ceplok,
telur asin, dan telur rebus, sehingga n2 = 4.
Tahap ketiga berupa kerupuk yang terdiri atas kerupuk aci, kerupuk
ikan, dan kerupuk udang, sehingga n3 = 4
Tahap keempat berupa berupa minum yang terdiri atas air putih, air
kopi, air susu, air kopi susu, dan air teh, sehingga n4 = 5.
Oleh karena itu, banyak susunan menu makanan pagi yang bisa
dihidangkan ada ( 3 x 4 x 3 x 5) cara = 180 cara.

b. Sebuah plat nomor kendaraan terdiri atas satu huruf, empat angka,
dan dua hurup. Huruf dan angka masing-masing tidak boleh ada yang
sama, dan angka pertama tidak boleh sama dengan nol. Beberapa
banyak plat nomor kendaraan yang dapat dibuat?

Penyelesaiaan:

Dalam hal ini, prosesnya berupa membuat plat nomor kendaraan.


Proses penyelesaiannya dengan menyediakan 7 slot seperti pada
gambar;

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7

Tahap pertama yaitu mengisi slot A1 dapat diisi dengan 26 huruf (huruf
dalam alfabet ada 26).
Tahap kedua yaitu mengisi slot A2 dapat diisi dengan 9 angka ( 1, 2, 3,
4, ...., 9. Angka 0 tidak boleh di depan).
Tahap ketiga yaitu mengisi slot A3 dapat diisi dengan 9 angka (karena
dari 10 angka telah dipakai 1 angka di slot A2.
5 | PENGANTAR TEORI PELUANG
Tahap keempat yaitu mengisi slot A4 dapat diisi dengan 8 angka
(karena dari 10 angka telah dipakai 2 angka di slot A2 dan slot A3.
Tahap kelima yaitu mengisi slot A5 dapat diisi dengan 7 angka (karena
dari 10 angka telah dipakai 3 angka di angka di slot A2 , A3 dan slot A4)
Tahap keenam yaitu mengisi slot A6 dapat diisi dengan 25 huruf
(karena dari 26 huruf telah dipakai 1 huruf di slot A1.
Tahap ketujuh yaitu mengisi slot A7 dapat diisi dengan 24 huruf
(karena dari 26 huruf telah dipakai 2 huruf di slot A1 dan slot A7)
Oleh karena itu, banyaknya plat nomor kendaraan yang dapat dibuat
adalah (26 x 9 x 9 x 8 x 7 x 25 x 24) cara = 70.761.600 buah.

c. Misalkan ada enam buah angka, yaitu 0, 2, 3, 5, 6, dan 8. Kemudian


dari angka-angka itu dibentuk sebuah bilangan yang terdiri atas tiga
angka itu dibentuk sebuah bilangan yang terdiri atas tiga angka,
setiap angka hanya digunakan sekali saja, dan angka pertama tidak
boleh sama dengan 0.

1) Berapa banyak bilangan yang dibentuk itu bernilai paling besar 600?
2) Berapa banyak bilangan yang dibentuk itu habis dibagi 5?

Penyelesaiaan;

a. Kita sediakan 3 slot;


A1 A2 A3
Tahap pertama mengisi slot A1 dengan angka 2, 3, dan 5.
Sehingga A1 = 3
Tahap kedua mengisi slot A2, yang dapat diisi sebanyak 5 angka
(karena 1 angka telah digunakan pada slot A1.
Tahap ketiga mengisi slot A3 yang dapat diisi sebanyak 4 angka
(karena 2 angka telah di gunakan pada slot A1 dan slot A2.

6 | PENGANTAR TEORI PELUANG


Oleh karena itu, banyaknya bilangan yang dibentuk itu bernilai
paling besar 600 adalah (3 x 5 x 4) cara = 60 bilangan.

b. Kita sediakan 3 slot;


A1 A2 A3
Karena yang diminta adalah bilangan yang terdiri dari tiga angka
yang habis dibagi 5, tentu saja bilangan dengan satuan 0 dan 5.
Oleh karena itu tahap pertama yang harus diisi adalah slot A 3, yang
terdiri atas dua angka (0 dan 5). Tentu saja selanjutnya kita mengisi
slot A1 dan A2 , Jika kita mengisi slot A1 kita akan berpikir mengisinya
dengan 5 angka (karena 1 angka sudah dipakai pada pada A3),
selanjutnya kita mengisi slot A2 dengan 4 angka (karena 2 angka
sudah dipakai pada pada A3 dan A1). Oleh karena itu, banyaknya
bilangan yang dibentuk itu habis dibagi 5 adalah ( 2 x 5 x 4 ) cara =
40 bilangan.
Sampai disini kita berpikir tidak ada masalah dengan hasil pekerjaan
kita, namun jika kita mengecek dengan diagram pohon ada yang
salah dengan pekerjaan kita. Perhatikan diagram dibawah ini;

7 | PENGANTAR TEORI PELUANG


Pada diagram di atas, jika kita hitung secara manual banyaknya seluruh
susunan bilangan adalah 36. Tentu saja hasil ini berbeda dengan
perhitungan sebelumnya. Artinya kita perlu berhati-hati memasukan nilai
pada slot yang disediakan. Ada beberapa analisis penyebab kesalahan
tersebut, perhatikan bahwa pada tahap pertama pengisian slot A 3 diisi
dengan 2 angka, padahal jika kita melihat diagram pohon di atas tampak
bahwa untuk puluhanya berangka 5, mempunyai pasangan satuan hanya
satu yaitu 0 atau 5. Sehingga jelas mengisi slot A 3 dengan 2 angka jelas
salah.

Oleh karena itu, untuk menggunakan aturan perkalian dari permasalahan


tersebut, kita perlu memformulasikan diagram panah tersebut dalam 3
kasus.
 Kasus pertama yaitu, untuk ratusannya selain 5 dengan puluhan 5
dan 0, sehingga:
4 3 2
Sehingga diperoleh 4 x 2 x 1 = 8.
 Kasus kedua yaitu, untuk ratusannya selain 5 dengan puluhan
selain 5 dan 0, sehingga:
4 3 2
Sehingga diperoleh 4 x 3 x 2 = 24
 Kasus ketiga yaitu, untuk ratusannya 5, sehingga:
1 4 1
Sehingga diperoleh 1 x 4 x 1 = 4

Dengan demikian, banyaknya susunan bilangan tersebut yang habis dibagi


5 yaitu, 8 + 24 + 2 = 36 bilangan.

8 | PENGANTAR TEORI PELUANG


B. Faktorial
Materi faktorial sudah dipelajari di tingkat SMA/MA/Sederajat untuk itu,
sebelum belajar tentang faktorial di tinggkat Perguruan Tinggi. Mari kita
mencoba mengulang kembali. Apakah faktorial itu? Apa saja kegunaan
faktorial pada matematika? Serta apa saja contoh penggunaan faktorial
dalam kehidupan sehari-hari? Pertanyaan-pertanyaan tersebut yang
sering terlintas pada peserta didik atau mahasiswa ketika akan belajar
tentang faktorial. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut,
berikut akan kita ulas materi tentang faktorial.

Definisi 1.3 Dalam bahasa sederhananya, faktorial adalah perkalian


yang berurutan yang dimulai dari angka 1 sampai dengan angka
yang dimaksud. Lebih lengkapnya faktorial merupakan “hasil kali
bilangan bulat positif (bilangan asli) berturut-turut dari 𝑛 sampai
1” disebutnya 𝑛 faktorial, dapat ditulis dengan 𝑛! (dibaca n
faktorial). Agar lebih mudah memahami faktorial, berikut
diberikan contoh.

Perkalian berurutan dari angka 1 sampai 3 adalah 1 × 2 × 3 = 6, jadi


faktorial dari 3 adalah 6 (3! = 6). Penulisan perkalian berurut dapat
ditulis secara terbalik, menulis dari bilangan/angka yang dimaksud (𝑛).
seperti 3! = 3 × 2 × 1. Hal ini sah-sah saja, dan dapat dimaklumi agar
lebih mudah dalam pemaknaan faktorial.

Berikut ini disajikan penjabaran faktorial 1 sampai dengan faktorial 10:


1! =1
2! =2×1
3! =3×2×1
4! =4×3×2×1
9 | PENGANTAR TEORI PELUANG
5! = 5 ×4 × 3 × 2 × 1
6! = 6 × 5 × 4 × 3 × 2 × 1
7! = 7 × 6 × 5 × 4 × 3 × 2 × 1
8! = 8 × 7 × 6 × 5 × 4 × 3 × 2 × 1
9! = 9 × 8 × 7 × 6 × 5 × 4 × 3 × 2 × 1
10!= 10 × 9 × 8 × 7 × 6 × 5 × 4 × 3 × 2 × 1

Faktorial secara umum dapat ditulis sebagai berikut:

n! = n(n – 1)(n – 2)(n – 3) … 3.2.1

n! = n(n-1)!

0! = 1

Faktorial biasa digunakan untuk menghitung banyaknya susunan yang


dapat dibentuk dari sekumpulan benda tanpa memperhatikan
urutannya. Berikut ini merupakan penggunaan dari rumus faktorial yang
dapat kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat 4 buah digit
angka yaitu 1, 2, 3, 4. Dari keempat angka tersebut berapakah jumlah
susunan yang dapat dibentuk dari keempat digit angka tersebut?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita dapat menggunakan aturan


faktorial. Jumlah digit angka sebanyak 4 maka jumlah susunan yang
bisa dibentuk adalah 4!.
4! = 1 × 2 × 3 × 4 = 24
Jadi jumlah susunan angka yang dapat dibentuk adalah 24 susunan.
Ke-24 susunan angka tersebut adalah sebagai berikut.
1234, 1243, 1324, 1342, 1423, 1432,
2134, 2143, 2314, 2341, 2413, 2431,
3124, 3142, 3214, 3241, 3412, 3421,
4123, 4132, 4213, 4231, 4312, 4321,

10 | PENGANTAR TEORI PELUANG


Masih banyak contoh dari penggunaan faktorial dalam kehidupan
sehari-hari. Penggunaan aturan faktorial lebih lanjut digunakan pada
aturan permutasi dan kombinasi yang nantinya akan dibahas pada
materi selanjutnya. Agar lebih memahami tentang faktorial, berikut
disajikan contoh-contoh sebagai berikut.

Contoh soal:

15!
1. Nilai dari 2!(15−2)! adalah ....

Jawab:
Penyelesaian dari soal tersebut adalah:
15! 15!
= 2!13!
2!(15−2)!
15×14×13×12×11×10×9×8×7×6×5×4×3×2×1
= (2×1) (13×12×11×10×9×8×7×6×5×4×3×2×)
15×14×13!
= (2×1) (13!)
15×14
= (2×1)

= 105

2. Nilai n dari (𝑛 + 3)! = 10(𝑛 + 2)! Adallah ....


Jawab:
(𝑛 + 3)! = 10(𝑛 + 2)!
(𝑛 + 3)(𝑛 − 2)! = 10(𝑛 + 2)!
(𝑛 + 3) = 10
𝑛=7

3. Empat buah lukisan A, B, C dan D akan dipajang berurutan pada


sebuah dinding pameran. Berapakah jumlah susunan yang
dapat dibentuk dari keempat lukisan tersebut?

11 | PENGANTAR TEORI PELUANG


Jawab:
Karena jumlah lukisan yang akan dibentuk susunannya adalah 4
maka jumlah susunan yang bisa dibentuk adalah 4!
4! = 1 × 2 × 3 × 4

= 24
Jadi jumlah susunan yang dapat dibentuk adalah 24 susunan. Susunan
tersebut adalah ABCD, ABDC, ACBD, ACDB, ADBC, ADCB, BACD,
BADC, BCAD, BCDA, BDAC, BDCA, CABD, CADB, CBAD, CBDA,
CDAB, CDBA, DABC, DACB, DBAC, DBCA, DCAB, DCBA.

Ragam Permasalahan
1. Seorang siswa laki-laki akan berkunjung ke Kotabumi. Ia hanya
membawa 4 baju dan 3 celana saja. Baju dan celana itu akan dipakai
ketika telah sampai di Kotabumi. Berapakah banyaknya cara siswa
tersebut itu dapat berpakaian?
2. Dari angka-angka 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 akan dibentuk suatu bilangan
dengan syarat setiap bilangan tidak boleh ada angka yang sama.
a. Tentukan banyaknya bilangan yang terdiri atas 4 angka dan habis
dibagi 2 !
b. Tentukan banyaknya bilangan yang terdiri atas 3 angka dan
merupakan bilangan ganjil !
3. Dari angka-angka 1, 2, 3, 4, dan 5 akan dibentuk suatu bilangan
dengan syarat bahwa setiap bilangan tidak terdapat angka yang sama.
Berapakah banyaknya bilangan yang dapat dibentuk jika diberikan
ketentuan sebagai berikut !
a. terdiri atas 4 angka.
b. terdiri atas 3 angka dan kelipatan 2.
c. bilangan itu kurang dari 500.

12 | PENGANTAR TEORI PELUANG


4. Misalkan ada enam buah angka, yaitu 0, 2, 3, 5, 6 dan 8. Kemudian
dari angka-angka itu dibentuk sebuah bilangan yang terdiri atas tiga
angka, angka pertama tidak boleh nol dan setiap angka hanya
digunakan sekali saja.
c. Berapa banyak bilangan yang dibentuk itu bernilai kurang dari 600?
d. Berapa banyak bilangan yang dibentuk itu Habis dibagi 5
e. Berapa banyak bilangan yang dibentuk itu merupakan bilangan
Ganjil?
5. Selesai suatu rapat kerja, para peserta ditawari paket wisata. Setiap
hari, selama 3 hari, tersedia 6 paket. Berapa banyak susunan paket
wisata yang dapat dipilih oleh setiap peserta?
6. Dalam kedokteran dikenal 8 golongan darah yaitu AB +, AB- , A+ , A- ,
B+, B-, O+, O-, Selain itu tekanan darah dikelompokkkan atas rendah,
normal, dan tinggi. Berdasarkan kedua hal itu ada berapa cara seorang
pasien dapat dikelompokkan?
7. Bila suatu percobaan berupa pelemparan sebuah dadu yang kemudian
diikuti dengan mengambil satu huruf secara alfabet, berapa semua titik
sampel dalam ruang sampel?
8. Seorang mahasiswa tingkat persiapan harus mengambil masing-
masing satu mata kuliah sains, humaniora, dan matematika. Bila
tersedia pilihan 6 kuliah sains, 4 kuliah humaniora, dan 4 kuliah
matematika. Berapa banyak cara ia dapat menyusun studinya.
9. Suatu perusahaan real estate menawarkan kepada calon pembeli 3 tipe
rumah, 3 macam sistem pemanasan, dan 2 bentuk garasi. Berapa
macam rancangan rumah yang tersedia bagi calon pembeli.
10. Ada berapa macam cara menjawab 9 pertanyaan benar-salah?

13 | PENGANTAR TEORI PELUANG


2. Permutasi dan
Kombinasi
A. Permutasi
Definisi 2.1 Permutasi adalah susunan dari sekumpulan objek dengan
memperhatikan urutanya.

Pemutasi dibagi menjadi beberapa jenis yaitu, 1) Permutasi tanpa


Pengulangan, 2) Permutasi dengan Pengulangan, 3) Permutasi
melingkar. Berikut pemamparan jenis-jenis permutasi tersebut.

1. Permutasi tanpa Pengulangan


Permutasi ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu, a) Permutasi Tanpa
Pengulangan dengan Semua Objek yang dibentuk, b) Permutasi
Tanpa Pengulangan sebagian Objek Dibentuk
a) Semua Objek Dibentuk.
Definisi 2.2 Jika kita mempunyai n objek yang berbeda, maka
banyak permutasi yang dapat dbentuk dari semua objek itu
adalah
Cara”.
𝑷𝒏𝒏 = 𝒏!

Contoh:
1. Diketahui 3 abjad pertama yaitu A, B dan C. Berapa banyak
susunan yang mungkin dari 3 huruf yang berbeda itu ?
Jawab:
14 | PENGANTAR TEORI PELUANG
3P3 = 3! = 3.2.1 = 6 susunan. Keenam susunan itu
adalah; abc, acb, bca, bac, cab, cba.
2. Diketahui 4 siswa : Ary, Ani, Ali dan Asih akan ditempatkan
pada 4 buah kursi. Ada berapa cara untuk menempatkan
siswa itu pada kursi yang berbeda ?
Jawab:
Posisi keempat siswa itu dapat digambarkan dengan
kotak-kotak sebagai berikut:
I II III IV
4 3 2 1
Kursi I dapat diisi oleh salah satu siswa dalam 4 cara.
Kursi II dapat diisi oleh salah satu siswa dalam 3 cara.
Kursi III dapat diisi oleh salah satu siswa dalam 2 cara.
Kursi IV dapat diisi oleh salah satu siswa dalam 1 cara.
Sehingga dengan prinsip dasar aturan membilang,
keempat kursi dapat ditempati oleh keempat siswa
dengan : 4 x 3 x 2 x 1 = 24 cara.
Atau:
nPn = 4P4 = 4! = 4.3.2.1 = 24 cara.

3. Sekelompok Wisatawan terdiri dari tiga orang laki-laki dan tiga


orang perempuan. Kemudian mereka makan di sebuah
restoran. Berapa banyak susunan tmpat duduk yang bisa
dilakukan, jika;
a. Mereka duduk satu baris?
b. Laki-laki dan perempuan masing-masing duduk bersama-
sama?
c. Hanya perempuan saja yang duduk bersama-sama?

15 | PENGANTAR TEORI PELUANG


Jawab:
a. Permasalahan ini sama seperti permasalahan pada no.2 di
atas, kita menempatkan 6 orang tersebut pada 6 kursi
yang berbeda. Dengan demikian susunan tempat duduk
yang bisa dilakukan adalah nPn = 6P6 = 6! = 6.5.4.3.2.1 =
720 susunan.
b. Permasalahan ini dapat digambarkan dengan posisi
keenam orang itu dengan kotak-kotak sebagai berikut
P1 P2 P3 L1 L2 L3
 Langkah pertama adalah melakukan permutasi ketiga
laki-laki, hal ini berarti menempatkan 3 orang laki laki
pada 3 kursi yang berbeda. Dengan demikian susunan
tempat duduk yang bisa dilakukan adalah nPn = 3P3 = 3!
= 3.2.1 = 6 susunan.
 Langkah kedua adalah melakukan permutasi ketiga
perempuan, hal ini berarti menempatkan 3 orang
perempuan pada 3 kursi yang berbeda. Dengan
demikian susunan tempat duduk yang bisa dilakukan
adalah nPn = 3P3 = 3! = 3.2.1 = 6 susunan.
 Langkah ketiga adalah permutasi 2 kelompok yaitu
kelompok laki-laki dan kelompok perempuan, hal ini
berarti melakukan permutasi 2 objek dari 2 objek.
Sehingga nPn = 2P2 = 2! = 2.1 = 2 susunan.
Karena Tahap kesatu, kedua, dan ketiga saling bebas,
dengan demikian banyaknya susunan tempat duduk yang
bisa dilakukan, jika laki-laki dan perempuan masing-
masing duduk bersama-sama adalah 3P3 . 3P3. 2P2 = 6 x 6 x
2 = 72 susunan.

16 | PENGANTAR TEORI PELUANG


c. Dalam Permasalahan ini hanya perempuan saja yang
duduk bersama, Permasalahan ini dapat digambarkan
dengan posisi keenam orang itu dengan kotak-kotak
sebagai berikut
L1 P2 P3 P1 L2 L3
 Langkah pertama adalah melakukan permutasi ketiga
perempuan, hal ini berarti menempatkan 3 orang
perempuan pada 3 kursi yang berbeda. Dengan
demikian susunan tempat duduk yang bisa dilakukan
adalah nPn = 3P3 = 3! = 3.2.1 = 6 susunan.
 Langkah kedua adalah melakukan permutasi Ketiga
laki dan perempuan yang selalu duduk bersama, hal ini
berarti menempatkan 4 objek pada 4 kursi yang
berbeda. Dengan demikian susunan tempat duduk
yang bisa dilakukan adalah nPn = 4P4 = 4! = 4.3.2.1 =
24 susunan.
Karena Tahap kesatu dan kedua, dengan demikian
banyaknya susunan tempat duduk yang bisa dilakukan, jika
perempuan selalu duduk bersama adalah 3P3 . 4P4 = 6 x 24 =
144 susunan.

2. Permutasi n objek berbeda yang setiap kali diambil sebagian (nPr)


Definisi 2.3 Misalkan kita mempunyai n objek yang berbeda. Jika r
objek diambil dari n objek, maka banyak permutasi yang
mungkin ada

𝒏!
𝑷𝒏𝒓 =
(𝒏 − 𝒓)!
Cara”.

17 | PENGANTAR TEORI PELUANG


Banyak permutasi n objek yang diambil r objek (0 < r < n) dinotasikan
nPr atau P(n, r) atau Prn (dibaca Permutasi r dari n).

Contoh:
1. Berapa banyak permutasi yang terdiri atas 2 huruf yang berbeda
dari 4 huruf : A, I, U, E.
Jawab:
4! 4! 4.3.2.1
4P2 =   = 4.3 = 12 cara
(4  2)! 2! 2 .1
Ke-12 permutasi itu adalah :
I : AI A : UA
A U : AU U I : UI
E : AE E : UE
A : IA A : EA
I U : IU E I : EI
E : IE U : EU

2. Dalam pembentukan pengurus kelas yang terdiri dari ketua,


sekretaris, dan bendahara kelas, terdapat 7 orang calon
pengurus yang diusulkan yang terdiri dari 4 orang laki-laki dan 3
orang perempuan. Berapa banyak kemungkinan susunan
pengurus kelas tersebut?
Jawab:
Permasalahan ini merupakan permasalahan permutasi,
karena memperhatikan urutan (dalam hal ini memperhatikan
struktur kepengurusan). Masalah ini berarti sama saja dengan
melakukan permutasi 3 orang dari 7 orang yang tersedia.
Dengan demikian diperoleh bahwa:
7!
7P3 = (7−3)! = 7.6.5 = 210 cara.

18 | PENGANTAR TEORI PELUANG


3. Permutasi Dengan Pengulangan
Definisi 2.4 (Objek Yang Sama) Jika kita mempunyai n objek, dengan
n1 adalah banyak objek pertama yang sama, n 2 adalah banyak
objek kedua yang sama, n 2 adalah banyak objek ketiga yang
sama, ..., n1 adalah banyak objek objek ke – k yang sama; maka
banyak permutasi yang dapat dibentuk ada:
𝑛!
susunan
n1 n2 n3 …nk

Dengan, n1 + n2 + n3 + ... + nk = n”.

Pemahaman mengenai definisi Objek yang sama akan diperjelas melalui


contoh-contoh berikut.

Contoh:
1. Berapa carakah 5 huruf dari kata CUACA dapat disusun dalam suatu
baris !
Jawab:
Unsur-unsur yang sama : huruf C ada 2, huruf A ada 2.
5! 5.4.3.2.1
P=  = 30
2!.2! 2.1.2.1
Jadi susunan yang mungkin ada 30 buah.

4. Permutasi Melingkar (Siklis)


Definisi 2.5 Banyaknya cara menyusun n objek berlainan dalam suatu
lingkaran, dengan memandang susunan yang searah putaran
jarum jam dan berlawanan arah putaran jarum jam adalah :
n!
Ps(n) =  (n  1)!
n

19 | PENGANTAR TEORI PELUANG


Contoh:
Terdapat berapa carakah empat anak A, B, C, D yang duduk
melingkar dapat disusun dalam lingkaran ?
Jawab:
Cara I
Ambil seorang anak untuk diletakkan pada posisi yang tetap,
kemudian menyusun tiga anak yang lain dalam tempat yang
berbeda, maka cara ini dapat dilakukan dalam 3! = 3.2.1 = 6
cara.

Cara II
Perhatikan gambar !

2 3

Jika keempat anak itu diletakkan pada posisi 1, 2, 3 dan 4


bergantian searah putaran jarum jam dalam sebuah lingkaran,
maka mereka tetap membentuk susunan yang sama. Karena
itu, penyusunannya harus menempatkan seorang anak
kepada posisi yang tetap dan menggerak-gerakkan posisi tiga
anak yang lain.

20 | PENGANTAR TEORI PELUANG


Menyusunnya seperti berikut:
CD (ABCD)
B
DC (ABDC)
BD (ACBD)
A  C
DB (ACDB)
BC (ADBC)
D
CB (ADCB)
Jadi banyaknya susunan melingkar = (4 – 1)! = 3! = 6 cara.

B. Kombinasi
Perhatikan permasalah berikut!
Andi memiliki 5 buah pensil warna dengan warna yang berbeda
seperti; merah, kuning, hijau, biru dan ungu. Andi ingin membawanya
ke sekolah. Akan tetapi Andi hanya diperbolehkan membawa dua buah
pensil warna saja. Ada berapa banyak carakah Andi untuk
mengkombinasikan setiap pensil warna yang ada?

Menurut kalian bagaimana cara dalam menyelesaikan permsalahan


tersebut? apakah dengan permutasi?
Permasalahan tersebut hampir sama dengan permasalah permutasi,
akan tetapi ada perbedaan dalam penyelesaiannya. Untuk memahami
perbedaan penyelesaiannya, kita akan membahasnya pada materi ini.

Bentuk khusus dari permutasi adalah kombinasi. Jika pada permutasi


urutan kemunculan diperhitungkan, maka pada kombinasi, urutan

21 | PENGANTAR TEORI PELUANG


kemunculan diabaikan. Kombinasi merupakan sebuah cara
menggabungkan beberapa objek dari suatu kumpulan tanpa
memperhatikan urutannya. Kombinasi dapat disebut pengelompokan
sejumlah unsur. Di dalam kombinasi AB = BA , ABC = ACB = CBA.
Untuk lebih jelasnya silahkan perhatikan pendekatan contoh bergambar
di bawah ini.

Misalkan ada 2 buah bola yang warnanya sama yaitu kuning dan ada 3
buah kotak. Setiap kotak hanya boleh berisi paling banyak 1 bola.
Berapa banyak cara penempatan/pengisian bola ke dalam kotak?

Untuk menjawab permasalah tersebut, diperlukan pemahaman bahwa


yang jadi fokus adalah bola yang sama, sehingga kita tidak akan
mengetahui bola-bola mana saja. Sehingga diperlukan gambaran untuk
membedakan masing-masing bola (bola pertama kita tandai dengan
nomor a dan bola kedua kita tandai dengan nomor b). Kemudian kita
gambarkan juga kotak tersebut (kotak pertama kita beri nomor 1 dan
seterusnya).
Kejadian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

22 | PENGANTAR TEORI PELUANG


Sehingga dapat diketahui bahwa banyaknya cara
menempatkan/pengisian bola berwarna kuning dalam kotak hanya
sebanyak 3 cara saja. Yaitu bola berada pada kotak: (1,2); (2,3); dan
(1,3). Secara aturan permutasi sebagai berikut:
3!
P P
n k
 3 2  1!  3 cara.
k! 2! 2!

Definisi 2.6 Permutasi adalah susunan dari sekumpulan objek dengan


tidak memperhatikan urutanya.

Kombinasi menggunakan lambang notasi yaitu C. Rumus kombinasi


adalah sebagai berikut.
n!
Ck 
k!(n  k )!
n

Keterangan :
𝐶 = Kombinasi
𝑛 = Jumlah banyaknya objek
23 | PENGANTAR TEORI PELUANG
𝑘 = Jumlah banyaknya objek yang diperintahkan

Interprestasi kombinasi

1. n Ck = banyaknya himpunan bagian yang terdiri dari k elemen yang

dapat dibentuk dari himpunan dengan n elemen.


Misalkan A = {1, 2, 3}
Jumlah Himpunan bagian dengan 2 elemen:

{1, 2} = {2, 1}
{1, 3} = {3, 1} 3 buah
{2, 3} = {3, 2}

 3 3! 3!
Atau      3 buah
 2  (3  2)!2! 1!2!

2. n Ck = cara memilih k buah elemen dari n buah elemen yang ada,

tetapi urutan elemen di dalam susunan hasil pemilihan tidak


penting.
Contoh:
Berapa banyak cara membentuk panitia (komite, komisi, dsb) yang
beranggotakan 5 orang orang dari sebuah fraksi di DPR yang
beranggotakan 25 orang?
Penyelesaian:
Panitia atau komite adalah kelompok yang tidak terurut, artinya
setiap anggota di dalam panitia kedudukannya sama.
Misal lima orang yang dipilih, A, B, C, D, dan E, maka urutan
penempatan masing-masingnya di dalam panitia tidak penting
(ABCDE sama saja dengan BACED, ADCEB, dan seterusnya).
24 | PENGANTAR TEORI PELUANG
Banyaknya cara memilih anggota panitia yang terdiri dari 5 orang
anggota adalah C(25,5) = 53.130 cara.

Pada permasalahan yang dipaparkan di awal, maka dapat dicari


banyaknya cara Andi membawa pensil ke Sekolah adalah
5! 5.4.3!
C2    10 cara. Untuk lebih memahami tentang
2!(5  2)! 2.1(3)!
5

kombinasi berikut disajikan contoh-contoh soal.

Contoh soal:

1. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi memiliki 4


orang ahli statistik. Salah satu kegiatan dari perusahaan tersebut
adalah melakukan survei kualitas bangunan yang pernah
dikerjakannya. Jumlah ahli statistik yang dibutuhkan untuk kegiatan
survei adalah 2 orang. Berapa cara menentukan 2 dari empat 4
orang ahli statistik yang dibutuhkan?
Jawab:
Banyaknya cara memilih 2 orang dari 4 orang dapat dihitung
menggunakan rumus kombinasi. Pada soal di atas dapat kita
ketahui 𝑘 = 2 dan 𝑛 = 4.
4! 4.3.2!
C2   6
2!(4  2)! 2.1(2)!
4

Sehingga banyaknya pemilihan yang bisa dilakukan adalah 6 cara.

2. Huruf A, I, U, E dan O akan disusun menjadi kelompok yang terdiri


dari 3 huruf. Berapakah banyaknya kelompok yang mungkin
terbentuk?
Jawab:

25 | PENGANTAR TEORI PELUANG


Dari 5 huruf, akan disusun kelompok yang terdiri dari 3 huruf.
Banyaknya kelompok susunan yang mungkin terbentuk adalah
kombinasi 3 dari 5.
5! 5.4.3.2!
C3    10
3!(5  3)! 3.2.1(2)!
5

Sehingga banyaknya kelompok huruf sebanyak 10 susunan.

3. Di sebuah sanggar tari terdapat 15 orang penari, yaitu 9 penari laki-


laki dan 6 penari perempuan. Sanggar tari tersebut membuat
sebuah tari kreasi baru yang membutuhkan 5 penari laki-laki dan 3
penari perempuan. Berapakah banyaknya cara yang dapat diambil
untuk menentukan komposisi penari yang ikut tari kreasi tersebut?
Jawab:
Dari soal tersebut dapat kita ketahui bahwa 𝑛 = 15, 𝑛1 = 9, 𝑛2 =
6, 𝑘1 = 5, 𝑘2 = 3.
Dengan menggunakan rumus kombinasi, maka kita dapat
menyelesaikan permasalahan tersebut.
9! 6!
C5  6 C3  
5!(9  5)! 3!(6  3)!
9

9.8.7.6.5! 6.5.4.3!
 
5!(4)! 3!(3)!
 126 20
 2520

Cara yang dapat diambil untuk menentukan komposisi penari yang


ikut tari kreasi adalah sebanyak 2.520 cara.

Ragam Permasalahan
1. Diketahui 4 abjad pertama yaitu A, B, C dan D. Berapa banyak
susunan yang mungkin dari 4 huruf yang berbeda itu?
26 | PENGANTAR TEORI PELUANG
2. Sekelompok Wisatawan terdiri dari tiga orang laki-laki dan tiga orang
perempuan. Kemudian mereka makan di sebuah restoran. Berapa
banyak susunan tmpat duduk yang bisa dilakukan, jika;
a. Hanya laki-laki saja yang duduk bersama-sama
b. Mereka duduk berselang-seling?
c. Seorang laki-laki dan seorang perempuan tertentuan selalu
duduk berdampingan?
3. Berapa banyak permutasi yang berbeda yang dapat disusun dari
huruf-huruf dalam kata “Columns”?
4. Berapa banyak permutasi Yang berbeda yang dapat disusun dari
huruf-huruf dalam kata “infinity” ?
5. a) Berapa macam susunan antrian yang dapat dibentuk bila 6 orang
mengantri untuk naik bus?
b) Bila tiga orang tertentu bersikeras untuk saling berdekatan,
berapa banyak susunan antrian yang mungkin?
c) Bila dua orang tua tertentu tidak mau saling berdekatan, berapa
banyak susunan antrian yang mungkin?
6. Seorang kontraktor bermaksud membangun 9 rumah yang
semuanya berbeda bentuknya. Berapa banyak cara 9 itu dapat
dibangun sepanjang sebuah jalan bila 6 rumah harus berada salah
satu sisi, sedang 3 lainnya di sisi lain?
7. Berapa banyak susunan barisan yang dapat dibentuk oleh 4 anak
laki-laki dan 5 anak perempuan bila laki-laki dan perempuan harus
saling bergantian?
8. Empat pasang suami istri membeli 8 karcis yang sebaris untuk suatu
pertunjukan konser musik. Berapa banyak susunan duduk mereka
jika,
a. Bila tidak ada pembatasan apa-apa?
b. Bila setiap pasang suami istri harus duduk berdampingan?
c. Bila kelompok suami duduk disebelah kanan kelompok istri?
27 | PENGANTAR TEORI PELUANG
9. Berapa banyak susunan yang dapat dibuat bila 5 pohon yang yang
berbeda ditanam membentuk sebuah lingkaran?
10. Berapa banyak susunan iring-iringan yang dapat dibuat bila 8 kereta
berkuda disusun membentuk sebuah lingkaran?
11. Sebanyak 20 klub sepak bola akan bertanding pada sebuah
turnamen. Setiap klub akan bertemu satu sama lain dalam
bertanding sebanyak 1 kali. Berapakah banyak pertandingan yang
akan terjadi?
12. Laura memiliki 3 tas dan Nadia memiliki 5 tas. Banyaknya cara yang
dapat mereka lakukan untuk saling menukar tas apabila masing-
masing tetap memiliki tas sebanyak semula adalah …
13. Enam orang bepergian dengan dua mobil milik dua orang di antara
mereka. Masing-masing mobil dikemudikan oleh pemiliknya dan
kapasitas mobil masing-masing adalah 5 orang termasuk
pengemudi. Banyak cara menyusun penumpang di kedua mobil
tersebut adalah…

28 | PENGANTAR TEORI PELUANG


3. Koefisien Suku
A. Teorema Binomial
Pada materi ini, akan membahas teorema binomial yang
mengekspresikan pangkat binomial sebagai penjumlahan suku-suku
koefisien binomial. Akan membuktikan teorema ini menggunakan
pembuktian kombinatorik. Disini juga akan ditunjukkan bagaimana
pembuktian kombinatorik dapat digunakan untuk membangun
identitas binomial yang mengekspresikan hubungan diantara
koefisien binomial.

Ekspresi binomial adalah sebuah polinomial dengan dua suku


seperti 𝑥 + 𝑦. Seringkali, ketika 𝑥 + 𝑦 dipangkatkan dengan nilai n
tertentu, kita ingin mengetahui bagaimanakah penjabarannya atau
berapakah nilai koefisien dari salah satu suku hasil penjabarannya.
Teorema Binomial merupakan teori untuk menurunkan rumus yang
diperoleh dari penjabaran (𝑥 + 𝑦 )𝑛 dengan menggunakan
kombinasi. Kata binomial berasal dari dua kata, yakni bi = dua, dan
nomial = unsur atau variabel. Dalam aljabar permulaan, Teorema
Binomial menjelaskan pengembangan aljabar pada suatu deret
pangkat binomial.

Sebelum membahas teorema ini, perhatikan ilustrasi berikut ini:


(𝑥 + 𝑦 )0 = 0
(𝑥 + 𝑦)1 = 𝑥 + 𝑦
(𝑥 + 𝑦)2 = (𝑥 + 𝑦)(𝑥 + 𝑦) = 𝑥 2 + 2𝑥𝑦 + 𝑦 2

29 | PENGANTAR TEORI PELUANG


(𝑥 + 𝑦)3 = (𝑥 + 𝑦)(𝑥 + 𝑦)(𝑥 + 𝑦) = 𝑥 3 + 3𝑥 2 𝑦 + 3𝑥𝑦 2 + 𝑦 3
Bagaimana dengan (𝑥 + 𝑦)8 ? akan membutuhkan waktu cukup
lama untuk menjabarkannya.

Dalam aljabar, diketahui bahwa (𝑥 + 𝑦)3 = 𝑥 3 + 3𝑥 2 𝑦 + 3𝑥𝑦 2 + 𝑦 3 .


Bilangan 3 yang merupakan koefisien dari 3𝑥 2 𝑦 dapat dicari dari
pemilihan 𝑥 dari 2 faktor dan 𝑦 dari 1 faktor sisanya. Hal ini bisa
dilakukan dalam 𝐶(3,2) atau 𝐶 (3,2) cara.

Perhatikan kembali (𝑥 + 𝑦)5 = (𝑥 + 𝑦)(𝑥 + 𝑦)(𝑥 + 𝑦)(𝑥 + 𝑦)(𝑥 + 𝑦).


Untuk mendapatkan masing - masing suku pada ekspansi (𝑥 + 𝑦)5 ,
dapat kita lakukan dengan memilih satu diantara dua suku pada
masing-masing faktor dan mengalikannya. Jika kita memilih 𝑥
katakanlah sebanyak 2 kali maka kita harus memilih 𝑦 sebanyak 3
kali sehingga akan kita dapatkan 𝑥 2 𝑦 3 . Berapa kali kita mendapatkan
suku yang sama? jelas, sama dengan banyaknya cara memilih tiga
faktor yang memuat 𝑦 (sisa faktor memuat 𝑥). Berarti dalam hal ini
sama saja dengan memilih 3 faktor diantara 5 yang dapat dilakukan
dengan 𝐶 (5,3) cara. Sehingga ekspansi dari (𝑥 + 𝑦)5 akan terlihat
seperti:
(𝑥 + 𝑦)5 = 𝑥 5 + 5𝑥 4 𝑦 + 10𝑥 3 𝑦 2 + 10𝑥 2 𝑦 3 + 5𝑥𝑦 4 + 𝑦 5

Selanjutnya kita dapat menerapkan argumen ini dalam bentuk umum


mendapatkan teorema binomial.

Teorema 3.1 [Teorema Koefisien Binomial]


Misalkan 𝑥 dan 𝑦 adalah variabel, dan 𝑛 adalah bilangan bulat
nonnegatif, maka:
𝑛
(𝑥 + 𝑦) 𝑛 = ∑ 𝐶(𝑛, 𝑘) 𝑥 𝑛−𝑘 𝑦 𝑘
𝑘=0

= 𝐶 (𝑛, 0)𝑥 𝑛−0 𝑦 0 + 𝐶 (𝑛, 1)𝑥 𝑛−1 𝑦 1 + ⋯


+ 𝐶 (𝑛, 𝑛 − 1)𝑥 1 𝑦 𝑛−1 + 𝐶(𝑛, 𝑛)𝑥 0 𝑦 𝑛
30 | PENGANTAR TEORI PELUANG
Bukti:
Kita akan menggunakan pembuktian kombinatorik untuk
membuktikan teorema ini. Suku-suku pada hasil penjabaran
(𝑥 + 𝑦)𝑛 berbentuk 𝑥 𝑛−𝑘 𝑦 𝑘 untuk 𝑘 = 0, 1, 2, 3, … , 𝑛. Untuk
menghitung banyaknya suku yang berbentuk 𝑥 𝑛−𝑘 𝑦 𝑘 , pertama kita
perlu memilih (𝑛 − 𝑘)𝑥 dari 𝑛 faktor. Oleh karenanya koeefisien dari
𝑥 𝑛−𝑘 𝑦 𝑘 adalah 𝐶(𝑛, 𝑛 − 𝑘) yang ekuivalen dengan 𝐶(𝑛, 𝑘).
𝑛(𝑛 − 1) 𝑛−2 2 𝑛(𝑛 − 1)(𝑛 − 2) 𝑛−3 3
(𝑥 + 𝑦) 𝑛 = 𝑥 𝑛 + 𝑛𝑥 𝑛−1 𝑦 + 𝑥 𝑦 + 𝑥 𝑦
1.2 1.2.3
𝑛(𝑛 − 1) 2 𝑛−2
+⋯ 𝑥 𝑦 + 𝑛𝑥𝑦 𝑛−1 + 𝑦 𝑛
1.2
𝑛 𝑛 𝑛
= 𝑥 𝑛 + ( ) 𝑥 𝑛−1 𝑦 + ( ) 𝑥 𝑛−2 𝑦 2 + ( ) 𝑥 𝑛−3 𝑦 3 + ⋯
1 2 3
𝑛 2 𝑛−2 𝑛
+ ( )𝑥 𝑦 + ( ) 𝑥𝑦 𝑛−1 + 𝑦 𝑛
2 1
𝑛
= ∑ 𝐶(𝑛, 𝑘) 𝑥 𝑛−𝑘 𝑦 𝑘
𝑘=0

Penjabaran (𝑥 + 𝑦) 𝑛 di atas mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

1. Terdapat (𝑛 + 1) suku.
2. Penjumlahan pangkat-pangkat dari 𝑥 dan 𝑦 dalam setiap
sukunya sama dengan 𝑛.
3. Pangkat 𝑥 menurun dalam setiap suku demi suku dari 𝑛 sampai
0; pangkat 𝑦 naik dalam suku demi suku dari 0 sampai 𝑛.
4. Koefisien dari suatu adalah 𝐶(𝑛, 𝑘) dimana 𝑘 adalah pangkat dari
salah satu 𝑥 atau 𝑦.
Koefisien-koefisien dari suku-suku yang sama jauhnya dari
yang terakhir adalah sama.

31 | PENGANTAR TEORI PELUANG


Teorema 3.2 [Akibat 1]

Untuk setiap 𝑛 bilangan bulat nonnegatif atau n > 0, berlaku:


𝑛
∑ 𝐶 (𝑛, 𝑘 ) = 2𝑛
𝑘=0

Bukti:

Teorema binomial menyatakan bahwa:

(𝑥 + 𝑦) 𝑛 = ∑𝑛𝑘=0 𝐶(𝑛, 𝑘) 𝑥 𝑛−𝑘 𝑦 𝑘 Dengan menambil 𝑥 = 1 dan


𝑦 = 1, maka diperoleh
𝑛
2𝑛 = (1 + 1 )𝑛 = ∑ 𝐶 (𝑛, 𝑘) 1𝑛−𝑘 1𝑘
𝑘=0

𝑛
= ∑ 𝐶 (𝑛, 𝑘)
𝑘=0

Teorema 3.3 [Akibat 2]


Misalkan 𝑛 adalah bilangan bulat nonnegatif, maka:
𝑛
∑ (−1)𝑘 𝐶 (𝑛, 𝑘) = 0
𝑘=0

Bukti:
Berdasarkan Teorema 1, jika kita ambil 𝑥 = 1 dan 𝑦 = −1, maka
akan kita peroleh:
𝑛 𝑛 𝑛
0 = (1 + (−1)) = ∑ 𝐶 (𝑛, 𝑘)1𝑛−𝑘 (−1)𝑘 = ∑ (−1)𝑘 𝐶 (𝑛, 𝑘)
𝑘=0 𝑘=0

Sebagai catatan, akibat Teorema 3 akan mengakibatkan:


𝐶 (𝑛, 0) + 𝐶 (𝑛, 2) + 𝐶 (𝑛, 4) + ⋯ = 𝐶 (𝑛, 1) + 𝐶 (𝑛, 3) + 𝐶 (𝑛, 5) + ⋯

32 | PENGANTAR TEORI PELUANG


Teorema 3.4 [Akibat 3]
Misalkan 𝑛 adalah bilangan bulat nonnegatif, maka:
𝑛
∑ 2𝑘 𝐶 (𝑛, 𝑘) = 3𝑛
𝑘=0

Bukti:
Kita lihat bahwa pada sisi kiri persamaan merupakan hasil dari
ekspansi (1 + 2)𝑛 berdasarkan teorema binomial. Oleh
karenanya, akan kita dapatkan:
𝑛 𝑛
3𝑛 = (1 + 2 )𝑛 = ∑ 𝐶 (𝑛, 𝑘)1𝑛−𝑘 2𝑘 = ∑ 2𝑘 𝐶 (𝑛, 𝑘)
𝑘=0 𝑘=0

B. Teorema Multinomial
Teorema mulitinomial adalah teorema yang menjelaskan
mengenai pengembangan eksponen dari penjumlahan antara
lebih dari dua peubah atau variabel.

Teorema 3.5 [Koefisien-koefisien Multinomial]

Untuk bilangan positif 𝑛, 𝑡, koefisien 𝑥1𝑛1 𝑥2𝑛2 𝑥3𝑛3 … 𝑥𝑡𝑛𝑡 dalam


𝑛!
ekspansi (𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 + ⋯ + 𝑥𝑡 )𝑛 adalah dengan nt
𝑛1!𝑛2!𝑛3!…𝑛𝑡 !

adalah bilangan bulat 0≤ 𝑛𝑖 ≤ n, untuk semua 0 ≤ 𝑖 ≤ 𝑡, dan 𝑛1 +


𝑛2 + 𝑛3 + ⋯ + 𝑛𝑡 .

Bukti:
Sebagaimana disajikan dalam teorema binomial, koefisien
𝑥1𝑛1 𝑥2𝑛2 𝑥3𝑛3 … 𝑥𝑡𝑛𝑡 adalah banyaknya cara memilih 𝑥1 dari 𝑛1 dari 𝑛
faktor, memilih 𝑥2 dari 𝑛2 dari 𝑛 − 𝑛1 dari faktor tersisa, memilih
𝑥3 dari 𝑛3 faktor dari 𝑛 − 𝑛1 − 𝑛2 faktor tersisa, ..., dan 𝑥𝑡 dari 𝑛𝑡
33 | PENGANTAR TEORI PELUANG
dari faktor tersisa 𝑛 − 𝑛1 − 𝑛2 − 𝑛3 … − 𝑛𝑡 . Jadi koefisien
dimaksud adalah
𝐶 (𝑛, 𝑛1 ) 𝐶 (𝑛 − 𝑛1 , 𝑛2 ) 𝐶 (𝑛 − 𝑛1 − 𝑛2 , 𝑛3 ) … 𝐶(𝑛 − 𝑛1 − 𝑛2 − ⋯ −
𝑛𝑡−1 , 𝑡).
Yang dapat disederhanakan menjadi:

𝑛! 𝑛
yang dapat pula dinyatakan dengan: (𝑛 )
𝑛1 !𝑛2!𝑛3!…𝑛𝑡 ! 1,𝑛2,𝑛3 ,…𝑛𝑡

atau 𝐶 (𝑛, 𝑛1 ; 𝑛2 ; ; 𝑛3 ; … ; 𝑛𝑡 ).

Contoh soal:

1. Jabarkan (ekspansikan) binomial tersebut ini:


a. (𝑥 + 𝑦)4
b. (2𝑥 − 3𝑦)2
Jawab:

a. (𝑥 + 𝑦)4 = 𝐶 (4,0)𝑥 4 + 𝐶 (4,1)𝑥 3 𝑦 + 𝐶 (4,2)𝑥 2 𝑦 2 + 𝐶 (4,3)𝑥𝑦 3 +


𝐶 (4,4)𝑦 4
= 𝑥 4 + 4 𝑥 3 𝑦 + 6 𝑥 2 𝑦 2 + 4 𝑥𝑦 3 + 𝑦 4
b. (2𝑥 − 3𝑦)2 = 𝐶 (2,0)(2𝑥)2 + 𝐶(2,1)(2𝑥)(−3𝑦) + 𝐶(2,2)(−3𝑦)2
= 4𝑥 2 − 12𝑥𝑦 + 9𝑦 2

2. Tentukan koefisien dari 𝑎5 𝑏3 dalam penjabaran (𝑎 + 𝑏)8


Jawab:
Koefisien dari 𝑎5 𝑏3 dalam penjabaran (𝑎 + 𝑏)8 adalah:
11!
𝐶 (11,6) =
5! 6!
= 462

34 | PENGANTAR TEORI PELUANG


3. Diketahui ekpansi (𝑥 + 𝑦 + 𝑧)7 , tentukan koefisien-koefisien
dari suku 𝑥 2 𝑦 2 𝑧 3
Jawab:

Koefisien dari suku 𝑥 2𝑦 2𝑧 3 = 𝐶 (7,2). 𝐶 (5,2). 𝐶 (3,3) =


7! 7.6.5.4.3!
21.10.1 = 210 atau 2!.2!.3! = (2.1).(2.1).3! = 210

Ragam Permasalahan
1. Tentukan koefisien dari:
a. 𝑥 2 𝑦 3 dalam ekspansi (𝑥 + 3𝑦)5
b. 𝑎5 𝑏6 dalam ekspansi (−2𝑎 + 3𝑏)11
1 14
c. 𝑝6 𝑞 8 dalam ekspansi (− 2 𝑝 − 2𝑞)

d. 𝑎6 𝑏2 𝑐 2 dalam ekspansi (𝑎 + 𝑏 + 𝑐 )10


e. (𝑝3 𝑞 4 𝑟 2 dalam ekspansi (2𝑝 − 𝑞 + 3𝑟)9
2. Ekspansikan dengan mengunakan teorema binomial:
a. (2𝑥 + 𝑦)3
b. (−3𝑝 + 2𝑞 )5
1 6
c. (2 𝑚 − 3𝑛)

d. (3 − 2𝑦)5
e. (𝑥 + 𝑦 + 𝑧)3

35 | PENGANTAR TEORI PELUANG


4. Pengantar Peluang

M
ungkin Kehausan manusia yang tak terpuaskan terhadap
perjudianlah yang akhirnya membawa pada pengembangan awal
teori peluang. Dalam usaha untuk memperbesar kemenangan,
para penjudi meminta bantuan para ahli matematika untuk
mengatur siasat yang optimum bagi berbagai permainan judi,
matematikawan yang menghasilkan siasat-siasat tersebut, antara lain
adalah Pascal, Leibniz, Fermat, dan James Bernouli. Oleh sebab itulah,
ketika mempelajari konsep peluang kita akan menjumpai hal-hal yang
berkaitan dengan judi seperti, dadu, kartu, uang logam,lotre dll. Perlu
dicatat bahwa belajar peluang bukan berarti mendorong mahasiswa untuk
berjudi, bahkan sebaliknya dengan memahami konsep peluang mahasiswa
akan menyadari bahwa perjudian hanya akan membawa kemiskinan orang
yang berjudi dan judi bukanlah perbuatan yang benar untuk dilakukan.

Perkembangan ilmu peluang telah berpesat dan memasuki bidang-bidang


lain yang ada kaitannya dengan kejadian-kejadian yang bersifat peluang,
seperti politik, bisnis, peramalan cuaca, asuransi, dan penelitian ilmiah.
Dalam Bab Pengantar Peluang akan dibahas beberapa sub bab yaitu:
percobaan, ruang sample, titik sampel, kejadian, peluang, frekuensi
harapan, kepastian dan kemustahilan, dan komplemen kejadian.

A. Percobaan, Ruang Sampel, & Titik Sampel


Percobaan dapat dikatakan juga sebagai eksperimen. Setiap proses
yang menghasilkan suatu kejadian disebut percobaan. Ruang sampel
36 | PENGANTAR TEORI PELUANG
adalaah himpunan semua kemungkinan yang terjadi pada suatu
percobaan. Semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan disebut
ruang sampel, biasanya dinyatakan dengan S. Setiap hasil dalam ruang
sampel disebut titik sampel. Berikut akan dibahas lebih jelasnya.

Kita akan memperoleh ruang sampel, jika kita melakukan suatu


eksperimen atau percobaan. Eksperimen di sini merupakan eksperimen
acak. Eksperimen acak dijelaskan sebagai suatu yang diulang
beberapa kali, dengan kondisi yang identik dan alat yang sama,
masing-masing pengulangan eksperimen itu memberikan hasil yang
belum tentu sama. Dengan demikian, kita bisa mengetahui ciri-ciri dari
eksperimen acak, yaitu:

1. Hasil eksperimennya merupakan himpunan semua hasil yang


mungkin.
2. Eksperimen diulang beberapa kali dengan kondisi tidak berubah.
3. Hasil pengulangan eksperimen terjadi secara kebetulan.

Dari ciri yang pertama, suatu eksperimen acak memiliki semua hasil
yang mungkin. Hal ini menjadi landasan dalam mendefinisikan Ruang
Sampel.

Definisi 4.1: “Apabila kita melakukan sebuah eksperimen, maka semua


hasil yang mungkin diperoleh darinya dinamakan ruang sampel.
Adapun, masing-masing hasil yang mungkin dari eksperimen
atau setiap anggota dari ruang sampel dinamakan titik sampel”.

Penulisan Ruang sampel biasanya digunakan huruf kapital, yaitu S.


Ruang sampel dapat dibagi menjadi dua yaitu, Ruang sampel diskrit

37 | PENGANTAR TEORI PELUANG


dan Ruang Sampel Kontinu. Berikut definisi dari masing-masing ruang
sampel tersebut.

Definisi 4.2 “Ruang sampel diskrit adalah ruang sampel yang


mempunyai banyak anggotanya berhingga atau tidak berhingga
tapi dapat dihitung”.

Pemahaman uraian ruang sampel diskrit ini diperjelas melalui contoh-


contoh berikut.

Contoh:

1. Jika kita melakukan eksperimen mengenai pengundian sebuah


mata uang logam Rp 500, maka ruang sampelnya adalah
𝑆 = {𝐺, 𝐴}
Dengan: G = Gambar “ Pahlawan dan Garuda”
A = Angka “ 500”.
Dalam hal ini, G saja dan H saja masing-masing dinamakan titik-
titik sampel.
2. Perhatikan percobaan Pelambungan sebuah dadu, bila kita tertarik
pada bilangan yang muncul, maka ruang sampelnya adalah
𝑆 = {1, 2, 3, 4, 5,6}
Dalam hal ini, 1, 2, 3, 4, 5, 6 adalah masing-masing dinamakan titik-
titik sampel.
3. Dari contoh soal No 2, bila kita tertarik pada bilangan yang muncul
genap atau ganjil, maka ruang sampelnya adalah
𝑆 = {𝑔𝑒𝑛𝑎𝑝, 𝑔𝑎𝑛𝑗𝑖𝑙 }

Dalam hal ini, genap saja dan ganjil saja masing-masing


dinamakan titik-tik sampel.

38 | PENGANTAR TEORI PELUANG


4. Percobaan pelampungan dua mata dadu bermata enam, maka
ruang sampelnya adalah:
Mata
1 2 3 4 5 6
Dadu
1 (1,1) (1,2) (1,3) (1,4) (1,5) (1,6)
2 (2,1) (2,2) (2,3) (2,4) (2,5) (2,6)
3 (3,1) (3,2) (3,3) (3,4) (3,5) (3,6)
4 (4,1) (4,2) (4,3) (4,4) (4,5) (4,6)
5 (5,1) (5,2) (5,3) (5,4) (5,5) (5,6)
6 (6,1) (6,2) (6,3) (6,4) (6,5) (6,6)
Jadi 𝑛(𝑆) = 36

5. Misalkan tiga produk diambil secara acak dari suatu proses


produksi di pabrik. Kemudian setiap produk tersebut diperiksa
apakah cacat (C) atau tidak cacat (T). Tentukan ruang sampelnya?
Penyelesaiaan:
Untuk menentukan ruang sampel dari permasalahan tersebut kita
perlu merinci atau mendaftarkan semua anggota ruang sampel
dengan menggunakan diagram pohon seperti pada gambar berikut.

Dari diagram pohon tersebut dapat diperoleh ruang sampel dari


permaslahan ini adalah

39 | PENGANTAR TEORI PELUANG


𝑆 = {𝐶𝐶𝑇, 𝐶𝐶𝑇, 𝐶𝑇𝐶, 𝐶𝑇𝑇, 𝑇𝐶𝐶, 𝑇𝐶𝑇, 𝑇𝑇𝐶, 𝑇𝑇𝑇}. Sehingga banyak
ruang sampel adalah 8. Adapun titik titik sampelnya adalah,
𝐶𝐶𝑇, 𝐶𝐶𝑇, 𝐶𝑇𝐶, 𝐶𝑇𝑇, 𝑇𝐶𝐶, 𝑇𝐶𝑇, 𝑇𝑇𝐶 𝑑𝑎𝑛 𝑇𝑇𝑇.

Definisi 4.3 “Ruang sampel kontinu adalah ruang sampel yang


anggotanya merupakan interval merupakan interval pada
garis bilangan real”

Ruang sampel kontinu memiliki ruang sampel yang besar atau


takterhingga, oleh karena itu untuk menyatakan ruang sampel
kontinu paling baik dinyatakan dengan notasi pembangun
himpunan.

Pemahaman ruang sampel kontinu diperjelas melalui contoh


berikut.

Misalnya perusahaan bola lampu “KUAT” memproduksi


memproduksi sebuah bola lampu baru. Kemudian kita akan
melihat masa hidup (dalam jam) bola lampu itu. Tentukan ruang
sampelnya.

Penyelesaiaan:

Karena masa hidup bola lampu bernilai real positif, maka ruang
sampelnya adalah:

𝑆 = {𝑡: 𝑡 > 0}

B. Kejadian
Dalam suatu percobaan kita mungkin berkepentingan dengan
terjadinya suatu kejadian tertentu. Misalnya, kita memfokuskan
perhatian pada bilangan ganjil pada sebuah pelambungan sebuah
40 | PENGANTAR TEORI PELUANG
dadu. Berdasarkan contoh 2 diatas maka ruang sampelnya adalah
𝑆 = {1, 2, 3, 4, 5,6}

Sedangkan kejadian munculnya angka ganjil (dimisalkan dengan 4)


memberikan hasil yaitu 1, 3, dan 5 atau jika dinyatakan dengan notasi
matematika yaitu 𝐴 = {1, 3, 5}. Jika kita membandingkan hasil antara
ruang sampel dan kejadian dari permasalahan tersebut, ternyata
kejadian adalah himpunan bagian (Subset) dari ruang sampel, atau
𝐴 ⊂ 𝑆. Berikut definisi kejadian.

Definisi 4.4 “Sebuah kejadian adalah sebuah himpunan bagian dari


ruang sampel S. Setiap himpunan bagian dari ruang sampel S
merupakan sebuah peristiwa”

Notasi untuk menyatakan sebuah peristiwa biasanya ditulis dengan


huruf kapital, misalnya A, B, C, D, dan sebagainya kecuali S.

Karena sebuah peristiwa itu merupakan himpunan bagian dari ruang


sampel S, maka ada tiga kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu:
1. S itu sendiri merupakan sebuah kejadian.
2. Himpunan kosong (∅) juga merupakan sebuah peristiwa.
3. Beberapa hasil yang mungkin dari S merupakan sebuah kejadian.
Berikut ini kita akan memberikan beberapa contoh yang berkaitan
dengan kejadian.

1. Jika kita melakukan pengundian dua mata uang logam Rp 500


secara sekaligus, maka ruang sampelnya adalah:
𝑆 = {𝐻𝐻, 𝐻𝐺, 𝐺𝐻, 𝐺𝐺 }
Tuliskan enam buah kejadian disertai dengan ruang kejadiannya?
Penyelesaiaan:

41 | PENGANTAR TEORI PELUANG


a. A :kejadian munculnya G semuanya.
Ruang kejadian dari A adalah:
𝐴 = {𝐺𝐺 }
Sehingga banyaknya kejadian A adalah 1 atau n (A) = 1.
b. B : kejadian munculnya H satu kali
Ruang kejadian dari B adalah:
𝐵 = {𝐻𝐺, 𝐺𝐻}
Sehingga n (B) = 2.
c. C: Kejadian munculnya H paling sedikit dua buah.
Ruang kejadian dari C adalah:
𝐶 = {𝐻𝐺, 𝐺𝐻, 𝐻𝐻}
Sehingga n (C) = 3.
d. D : Peristiwa munculnya H paling banyak sebuah.
Ruang kejadian dari D adalah:
𝐷 = {𝐺𝐻, 𝐻𝐺, 𝐺𝐺 }
Sehingga n (D) = 3
e. E : Peristiwa munculnya H paling sedikit dua buah
Ruang kejadian dari E adalah:
𝐸 = {𝐻𝐻 }
Sehingga n (E) = 1.
f. F : kejadian munculnya G lebih dari dua buah.
Ruang kejadian dari F adalah:
𝐹 = { } 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹 = ∅
Sehingga n (F) = 0

2. Kita sudah mengetahui bahwa ruang sampel dari pengundian


sebuah dadu adalah 𝑆 = {1, 2, 3, 4, 5,6}
Tuliskan enam buah kejadian dengan ruang kejadiannya.
Penyelesaiaan:

42 | PENGANTAR TEORI PELUANG


a. A :kejadian munculnya mata dadu kurang dari 4.
Ruang kejadian dari A adalah:
𝐴 = {1, 2, 3}
Sehingga banyaknya kejadian A adalah 3 atau n (A) = 3.
b. B : kejadian munculnya mata dadu yang merupakan bilangan
ganjil.
Ruang kejadian dari B adalah:
𝐵 = {1, 3, 5}
Sehingga n (B) = 3.
c. C: Kejadian munculnya mata dadu yang habis dibagi 5.
Ruang kejadian dari C adalah:
𝐶 = {5}
Sehingga n (C) = 1.
d. D : Peristiwa munculnya mata dadu yang merupakan bilangan
genap.
Ruang kejadian dari D adalah:
𝐷 = {2, 4, 6}
Sehingga n (D) = 6
e. E : Peristiwa munculnya mata dadu yang bernilai kurang dari 3.
Ruang kejadian dari E adalah:
𝐸 = {1,2}
Sehingga n (E) = 2.
f. F : kejadian munculnya mata dadu yang habis dibagi 3.
Ruang kejadian dari F adalah:
𝐹 = {3,6}
Sehingga n(F)= 2.

3. Jika kita melakukan pengundian tiga mata uang logam Rp 500


secara sekaligus, maka ruang sampelnya adalah:

43 | PENGANTAR TEORI PELUANG


𝑆 = {𝐺𝐺𝐺, 𝐺𝐺𝐻, 𝐺𝐻𝐺, 𝐻𝐺𝐺, 𝐺𝐻𝐻, 𝐻𝐺𝐻, 𝐻𝐻𝐺, 𝐻𝐻𝐻}
Berikut diberikan beberapa kejadian yaitu:
A : Kejadian banyaknya G melebihi banyaknya H.
B : kejadian banyaknya G yang muncul tepat dua kali.
C : Kejadian banyak H yang muncul paling sedikit dua kali.
Tentukan kejadian-kejadian disertai dengan ruang peristiwanya dari
kejadian berikut ini:
a. 𝐸 = 𝐵 ⋂ 𝐶
b. 𝐹 = 𝐶 𝑐
c. 𝐺 = 𝐴 ∪ 𝐵
Penyelesaian:

Sebelum menjawab pertanyaan, dijelaskan terlebih dahulu ruang


kejadian dari kejadian A, B, C, dan D

Ruang kejadian dari A yaitu 𝐴 = {𝐺𝐺𝐺, 𝐺𝐺𝐻, 𝐺𝐻𝐺, 𝐻𝐺𝐺 }

Ruang kejadian dari B yaitu 𝐵 = { 𝐺𝐺𝐻, 𝐺𝐻𝐺, 𝐻𝐺𝐺 }

Ruang kejadian dari C yaitu 𝐶 = { 𝐻𝐻𝐺, 𝐻𝐺𝐻, 𝐺𝐻𝐻, 𝐻𝐻𝐻 }

a. 𝐸 = 𝐴 ∩ 𝐵 adalah kejadian G melebihi banyaknya H dan muncul


tepat dua kali. Sehingga ruang kejadian dari 𝐸 =𝐴 ∩𝐵 =
{𝐺𝐺𝐻, 𝐺𝐻𝐺, 𝐻𝐺𝐺 } = 𝐵.
b. 𝐹 = 𝐶 𝑐 adalah kejadian banyak H yang muncul paling banyak
dua kali (ingkaran dari paling sedikit dua kali). Sehingga ruang
kejadian dari 𝐹 = 𝐶 𝑐 = {𝐺𝐺𝐺, 𝐻𝐺𝐺, 𝐺𝐻𝐺, 𝐺𝐺𝐻}
c. 𝐺 = 𝐴 ∪ 𝐵 adalah banyaknya G melebihi banyaknya H atau
banyaknya G yang muncul tepat dua kali. Sehingga ruang
kejadian dari 𝐺 = 𝐴 ∪ 𝐵 = {𝐺𝐺𝐺, 𝐺𝐺𝐻, 𝐺𝐻𝐺, 𝐻𝐺𝐺 }.

44 | PENGANTAR TEORI PELUANG


C. Konsep Peluang
Sebuah kejadian yang terjadi pasti mempuanyai nilai peluang yang
besarnya antara nol dan satu. Adapun kejadian yang pasti terjadi akan
mempunyai nilai peluang sebesar satu. Akan tetapi, kejadian yang
sudah pasti tidak terjadi akan mempunyai nilai peluang sebesar nol.
Dalam hal ini, kita jarang menjumpai sebuah kejadian yang mempunyai
nilai peluang tepat sama dengan nol dan atau tepat sama dengan satu.
Kita biasanya sering menjumpai sebuah kejadian yang mempunyai nilai
peluang antara nol dan satu. Berikut in akan dijelaskan definisi peluang
secara aksioma.

Definisi 4.5 Peluang Secara Aksioma

Misalnya S menunjukan ruang sampel eksperimen dan A menunjukan


kumpulan semua kejadian yang bisa dibentuk dari S. Peluang P(A)
adalah sebuah fungsi dengan domain A dan daerah hasilnya [0,1],
yang memenuhi sifat-sifat sebagai berikut:
i. 0 ≤ 𝑃 ≤ 1, untuk 𝐴 𝜖 𝑨
ii. 𝑃 (𝑆) = 1.
iii. 𝑃 (∅) = 0

Dalil : Peluang

Bila suatu percobaan mempunyai N hasil percobaan yang berbeda, dan


masing-masing mempunyai kemungkinan yang sama untuk terjadi, dan
bila tepat n di antara hasil percobaan itu menyusun kejadian A, maka
peluang kejadian A adalah

𝑛
𝑃 (𝐴 ) =
𝑁

45 | PENGANTAR TEORI PELUANG


Berikut ini kita akan memberikan beberapa contoh yang berkaitan
dengan konsep peluang.

1. Sekeping uang logam dilambungkan dua kali. Berapa peluang


sekurang-kurangnya sisi gambar muncul sekali?
penyelesaian:
Ruang sampel bagi percobaan ini adalah
𝑆 = {𝐺𝐺, 𝐺𝐴, 𝐴𝐺, 𝐴𝐴}, n (S) = 4
A : Kejadian munculnya sekurang-kurangnya sisi gambar muncul
sekali.
Jadi 𝐴 = {𝐺𝐺, 𝐺𝐴, 𝐴𝐺 }, sehingga 𝑛 (𝐴) = 3. Sehingga peluang
𝑛 (𝐴) 3
kejadian A adalah 𝑃(𝐴) = = = 0.75
𝑛 (𝑆) 4

2. Hitunglah peluang memperoleh kartu hati bila sebuah kartu diambil


secara acak dari seperangkat kartu bridge.
Penyelesaian:
Banyaknya ruang sampel dari percobaan ini adalah 52.
B : Kejadian terambilnya sebuah kartu hati.
n (B) = 13. Sehingga peluang kejadian B adalah
𝑛 (𝐵) 13
𝑃 (𝐵 ) = =
𝑛 (𝑆) 52

3. Farah melakukan pengundian dua buah dadu yang seimbang


sekali. Hitung P (A) dan P(B), jika:
a. A: Kejadian munculnya kedua mata dadu itu bernilai sama.
b. B: Kejadian munculnya kedua mata dadu itu berjumlah 4.
Penyelesaian:

Ruang sampelnya terdiri atas 36 titik sampel (n (S) = 36).

a. Ruang kejadian dari A adalah:

46 | PENGANTAR TEORI PELUANG


𝐴 = {(1,1), (2,2), (3,3), (4,4), (5,5), (6,6)}
𝑛 (𝐴 ) = 6
6 1
Jadi: 𝑃(𝐴) = =
36 36

b. Ruang kejadian dari B adalah:


𝐵 = {(1,3), (2,2), (3,1)}
𝑛 (𝐵 ) = 3
𝑛(𝐵) 3 1
𝑃 (𝐵 ) = = 36 = 12
𝑛 (𝑆)

4. Dalam permainan poker dengan 5 kartu, hitunglah seseorang


memperoleh 2 kartu as dan 3 jack.
Penyelesaiaan:
Menyusun 2 kartu as dari 4 kartu as yang tersedia, ini adalah
4! 4𝑥3𝑥2! 4𝑥3 12
permasalahan kombinasi sehingga 𝐶24 = 2!2! = = = =
2!2! 2! 2

6
Dan banyaknya cara menyusun 3 kartu jack dari 4 kartu jack yang
4!
tersedia, ini adalah permasalahan kombinasi sehingga 𝐶34 = 3!1! =
4𝑥3! 4
= =4
3!1! 1!

Berdasarkan aturan perkalian, semua susunan 5 kartu yang terdiri


dari 2 kartu as dan 3 kartu jack adalah n = 6. 4 = 24 kemungkinan.
Perlu dicari terlebih dahulu juga banyaknya semesta yang terjadi.
Karena kita mengambil 5 kartu dari 52 kartu yang tersedia maka ini
52!
adalah permasalahan kombinasi. Sehingga 𝐶552 = =
5 ! .47 !

2.598.960 𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑔𝑘𝑖𝑛𝑎𝑛
Sehingga peluang kejadian C: yaitu kejadian diperolehnya 5 kartu
yang terdiri dari 2 kartu as dan 3 kartu jack adalah
𝑛 (𝐶) 24
𝑃 (𝐶 ) = = = 0.9 𝑥 10−5
𝑃(𝐶) 2598960

47 | PENGANTAR TEORI PELUANG


D. Frekuensi Harapan
Frekuensi harapan suatu kejadian pada suatu percobaan adalah hasil
kali peluang dengan frekuensi percobaan A, dinyatakan dengan rumus :

Fh(A) = P(A) x n

Contoh:

Sebuah dadu bermata enam dilemparkan sebnyak 360 kali. Frekuensi


harapan muncul mata dadu prima adalah ...

Jawab:

𝑆 = {1,2,3,4,5,6}

𝐴 = {2,3,5}

3
𝑃 (𝐴 ) =
6
3
Sehingga, 𝐹ℎ (𝐴) = 6 × 360 = 180 kali.

E. Kepastian dan Kemustahilan


Peluang suatu kejadian mempunyai nilai

0P1

artinya:

Jika P = 0 maka kejadian dari suatu peristiwa adalah mustahil atau


tidak pernah terjadi, dan

Jika P = 1 maka suatu peristiwa pasti terjadi.

48 | PENGANTAR TEORI PELUANG


F. Peluang Komplemen Kejadian
Sebagaimana definisi dari “komplemen himpunan”, komplemen
kejadian juga didefiniskan sebagai “yang bukan merupakan kejadian
tersebut. jika 𝐴𝑐 menyatakan komplem dari kejadian 𝐴, maka peluang
dari komplemen kejadian 𝐴 adalah : 𝑃 (𝐴𝑐 ) = 1 − 𝑃(𝐴)
Contoh:
Misalkan dilakukan pengundian dua uang logam Rp100,- sekaligus,
berapa peluang tidak diperolehnya “angka 100”?
Jawab:
𝑆 = {𝐺𝐺, 𝐺𝐴, 𝐴𝐺, 𝐴𝐴} → 𝑛(𝑆) = 4
M = kejadian munculnya “angka 100” = {GA, AG, AA} → 𝑛(𝑀) = 3
3
𝑃 (𝑀 ) =
4
3 1
𝑀𝑐 = 1 − P(M) = 1 − =
4 4

Ragam Permasalahan

1. Misalnya Ira melakukan pengundian dua buah dadu yang seimbang


secara sekaligus.
a. Tentukan ruang sampel?
b. Jika A adalah kejadian bahwa jumlah dua mata dadu itu sama
dengan 7, maka tentukan ruang kejadian dari A?
c. Jika B adalah kejadian bahwa jumlah dua mata dadu itu paling
sedikit 8, maka tentukan ruang kejadian dari B?
d. Jika C adalah kejadian bahwa mata dadu yang muncul pada salah
satu mata dadunya bernilai paling besar 2, maka tentukan ruang
peristiwa dari C?

49 | PENGANTAR TEORI PELUANG


2. Jika 𝑆 = {1, 2, 3, 4, 5, 6}, 𝐴 = {1,2,3}, 𝐵 = {4,5}, 𝐶 = {6}. Maka tentukan
ruang kejadian dari kejadian-kejadian berikut:
a. 𝐴𝑐 ∩ 𝐵
b. (𝐴𝑐 ∩ 𝐵) ∩ 𝐶
c. 𝐵𝑐 ∪ 𝐶
d. 𝐴𝑐 ∩ 𝐶

3. Misalnya farah melakukan pengundian dua buah dadu yang seimbang


secara sekaligus, yaitu dadu merah dan dadu hijau
a. Berapa peluang bahwa jumlah dua mata dadu itu paling sedikit 8?
b. Berapa peluang bahwa mata dadu merah adalah tiga kali mata dadu
hijau?
c. Berapa peluang bahwa selisih kedua mata dadu itu paling besar 2?
d. Berapa peluang bahwa kedua mata dadu itu mempunyai nilai yang
sama?
e. Berapa peluang bahwa mata dadu merah merupakan kuadrat dari
mata dadu hijau.
f. Berapa peluang bahwa selisih kedua mata dadu itu positif?
g. Berapa peluang bahwa mata dadu merah minimal 4 lebihnya atas
dadu hijau?

4. Sebuah Permen diambil secara acak dari sebuah kotak berisi 20


permen rasa manis, 15 permen rasa asam, dan 10 permen rasa mint.
Hitung peluang bahwa permen yang terambil itu:
a. Rasanya bukan mint?
b. Rasanya manis atau mint?
c. Rasanya mint atau asam?
d. Rasanya bukan asam?

50 | PENGANTAR TEORI PELUANG


5. Misalnya ada enam buah angka, yaitu 2, 3, 5, 6, 7, dan 9. Kemudian
sebuah bilangan dibentuk berdasarkan angka-angka diatas, yang terdiri
atas tiga angka dan tidak boleh ada pengulangan angka.
a. Berapa peluang bahwa bilangan yag dibentuk itu adalah bilangan
yang habis dibagi 5?
b. Berapa peluang bahwa bilangan yang dibentuk itu mempunyai nilai
paling sedikit 500?
c. Berapa peluang bahwa bilangan yang dibentuk itu mempunyai nilai
paling besar 753?
d. Berapa peluang bahwa bilangan yang dibentuk itu mempunyai nilai
paling kecil 652?

6. Misalnya ada enam angka yaitu 0, 1, 2, 3, 4, dan 5. Kemuadian


dibentuk sebuah bilangan yang terdiri atas 3 angka. Jika masing-
masing angka hanya digunakan sekali saja dan angka pertama tidak
boleh sama dengan nol, maka:
a. Berapa peluang bahwa bilangan yang terbentuk merupakan
bilangan ganjil?
b. Berapa peluang bahwa bilangan yang dibentuk itu mempunyai nilai
paling sedikit 342?
c. Berapa peluang bahwa bilangan yang dibentuk merupakan bilangan
kelipatan 5?

7. Tiga orang Calon saling bersaing memperebutkan satu jabatan. Calon


A dan B mempunyai peluang berhasil yang sama, sedangkan calon C
mempunyai peluang berhasil dua kali lebih besar daripada calon A
maupun calon B.
a. Berapa peluang calon C berhasil?
b. Berapa peluang A tidak berhasil?

51 | PENGANTAR TEORI PELUANG


8. Dua kartu diambil secara acak tanpa pemulihan dari seperangkat kartu
bridge. Berapa peluang kedua kartu itu lebih besar daripada 2 tetapi
lebih kecil daripada 8?

9. Lembaga Kursus bahasa inggris “SUCCESS” mengadakan tiga


program yaitu basic, intermediate, dan advanced. Jumlah peserta
menurut jenis kelamin disajikan dalam tabel berikut.
Basic Intermediate Advanced Jumlah
Pria 75 110 125 310
Wanita 100 100 90 290
Jumlah 175 210 215 600
Kemudian seseorang peserta dipilih secara acak:
a. Jika peserta yang terpilih itu pria, maka hitung peluang bahwa ia
mengikut program intermediate?
b. Jika peserta yang terpilih itu pria, maka hitung peluang bahwa ia
mengikut program advanced?
c. Jika peserta yang terpilih itu mengikuti program advanced, maka
hitung peluang bahwa ia wanita?
d. Jika peserta yang terpilih itu mengikuti program Basic, maka hitung
peluang bahwa ia wanita?
e. Jika peserta yang terpilih itu wanita, maka hitung peluang bahwa ia
mengikut program Basic?

10. Keranjang A dan B berisi sejumlah buah mangga yang berasa manis
dan asam.
Keranjang A berisi 15 buah, terdiri atas 10 buah manis dan 5 buah
asam.
Keranjang B berisi 12 buah, terdiri atas 7 buah manis dan 5 buah asam

52 | PENGANTAR TEORI PELUANG


Kemudian Farah mengundi sebuah dadu yang seimbang. Jika hasil
pengundian menghasilkan mata dadu yang bernilai kelipatan 3, maka
sebuah mangga diambil secara acak dari keranjang B. Jika hasil
pengundian menghasilkan mata dadu lainnya, maka sebuah mangga
diambil secara acak dari keranjang A.
a. Hitung peluang bahwa mangga yang terambil itu berasa manis?
b. Jika mangga yang terambil itu berasa manis, maka hitung peluang
bahwa ia berasal dari keranjang A?
c. Jika mangga yang terambil itu berasa manis, maka hitung peluang
bahwa keranjang yang terambil berasal dari keranjang B?
d. Jika mangga yang terambil itu berasa asam, maka hitung peluang
bahwa ia berasal dari keranjang A?
e. Jika mangga yang terambil itu berasa asam, maka hitung peluang
bahwa ia berasal dari keranjang B?

53 | PENGANTAR TEORI PELUANG


5. Peluang Kejadian
Majemuk
P
erlu diketahui bahwa kejadian pada suatu percobaan ada dua, yaitu
kejadian sederhana dan kejadian majemuk. Kejadian sederhana
sudah dibahas pada bahasan sebelumnya. Pada bahasan ini kita
akan membahas tentang peluang dua kejadian majemuk yang terdiri dari:

- peluang kejadian tidak saling lepas;


- peluang kejadian saling lepas;
- peluang kejadian bersyarat (dependent); dan
- peluang kejadian saling bebas.

Namun sebelum membahas peluang majemuk terlebih dahulu kita akan


membahas peluang gabungan dua kejadian. Untuk memahami peluang
gabungan dua kejadian, kita pahami terlebih dahulu sifat-sifat gabungan
dari dua himpunan. Berdasarkan teori himpunan banyaknya anggota
gabungan dua buah himpunan digambarkan sebagai berikut:

𝑛(𝐴 ∪ 𝐵) = 𝑛(𝐴) + 𝑛(𝐵) − 𝑛(𝐴 ∩ 𝐵)

Dengan (𝐴 ∩ 𝐵) menyatakan irisan dari dua buah himpunan tersebut. dari


ini kita bisa dapat mencari peluang dari dari dua kejadian 𝑃(𝐴 ∪ 𝐵).

𝑛(𝐴 ∪ 𝐵) = 𝑛(𝐴) + 𝑛(𝐵) − 𝑛(𝐴 ∩ 𝐵) [: (bagi) dengan 𝑛(𝑆)]

𝑛(𝐴 ∪ 𝐵) 𝑛(𝐴) 𝑛(𝐵) 𝑛(𝐴 ∩ 𝐵)


= + −
𝑛(𝑆) 𝑛(𝑆) 𝑛(𝑆) 𝑛(𝑆)

𝑃(𝐴 ∪ 𝐵) = 𝑃 (𝐴) + 𝑃(𝐵) − 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵)


54 | PENGANTAR TEORI PELUANG
Sehingga formula peluang gabuangan dua kejadian adalah:
𝑃(𝐴 ∪ 𝐵) = 𝑃 (𝐴) + 𝑃(𝐵) − 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵)

Keterangn:

𝑃 (𝐴 ∪ 𝐵 ) : peluang dari gabungan kejadian A dan B

𝑃 (𝐴 ) : peluang dari kejadian A

𝑃 (𝐵 ) : peluang dari kejadian B

𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) : peluang irisan kejadian A dan B

A. Peluang Kejadian Tidak Saling Lepas


Dua kejadian/peristiwa dikatakan tidak saling lepas, apabila dua
kejadian tidak saling lepas atau kedua kejadian atau lebih tersebut
dapat terjadi bersamaan.

Dirumuskan/formulasikan sama seperti pada formula peluang


gabuangan dua kejadian yaitu:

𝑃(𝐴 ∪ 𝐵) = 𝑃(𝐴) + 𝑃(𝐵) − 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵)

Contoh soal:

1. Sebuah dadu berisi enam dilempar sekali, berapakah peluang


kejadian munculnya mata dadu angka genap atau angka prima?
Jawab:
Dari kejadian tersebut diketahui
Ruang Sampelnya 𝑆 = {1,2,3,4,5,6}
Misal kejadian munculnya mata dadu angka genap dimisalkan A
dan kejadian munculnya mata dadu angka prima dimisalkan B,
maka:
𝐴 = {2,4,6}

55 | PENGANTAR TEORI PELUANG


𝐵 = {2,3,5}
𝐴 ∩ 𝐵 = {2}, sehingga:
𝑃 (𝐴 ∪ 𝐵 ) = 𝑃 ( 𝐴 ) + 𝑃 (𝐵 ) − 𝑃 (𝐴 ∩ 𝐵 )
3 3 1
𝑃 (𝐴 ∪ 𝐵 ) = + −
6 6 6

5
𝑃 (𝐴 ∪ 𝐵 ) =
6

Sehingga peluang kejadian munculnya mata dadu angka genap


5
atau angka prima adalah 6

2. Setumpuk kartu bridge akan diambil salah satu kartu. Berapa


probabilitasnya dalam sekali pengambilan tersebut akan diperoleh
kartu As atau kartu diamond ?
Jawab:
Dimisalkan:
Setempuk kartu bridge = S, maka 𝑛(𝑆) = 52
Kejadian terambilnya kartu As = A, maka 𝑛(𝐴) = 4
Kejadian terambilnya kartu diamond = B, maka 𝑛(𝐵) = 13
Sehingga 𝑛(𝐴 ∩ 𝐵) = 1
4 13 1 16
Maka 𝑃 (𝐴 ∪ 𝐵) = 52 + 52 − 52 = 52

Sehingga probabiltas/peluang terambilnya kartu As atau diamond


16
dalam setumpuk kartu bridge adalah 52

3. Dua puluh buah kartu dengan ukuran dan bahan yang identik
diberikan nomor 1 sampai dengan 20. Dari kumpulan kartu
tersebut, diambil sebuah kartu secara acak. Berapakah peluang
terambilnya kartu dengan bilangan yang lebih dari 12 atau bilangan
tersebut habis dibagi 3?

56 | PENGANTAR TEORI PELUANG


Jawab:

Misalkan A = kejadian terambil kartu dengan bilangan lebih dari 12


dan B = kejadian terambil kartu dengan bilangan yang habis dibagi
3. Dalam hal ini, ruang sampelnya adalah S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20}.
A = {13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20}
B = {3, 6, 9, 12, 15, 18}.
Selanjutnya, A ∩ B = {15, 18}.

Diperoleh P(A∪B) = 0,4 + 0,3 – 0,1 = 0,6.


Jadi, peluang terambilnya kartu dengan bilangan yang lebih dari 12
atau bilangan tersebut habis dibagi 3 adalah 0,6.

B. Peluang kejadian Saling Lepas


Dua/lebih kejadian disebut saling lepas jika irisan dari dua/lebih
kejadian itu merupakan himpunan kosong. Himpunan A dan B
dikatakan dua kejadian yang saling lepas, sebab 𝐴 ∩ 𝐵 = ∅.
Berdasarkan teori pada peluang kejadian tidak saling lepas bahwa
𝑃(𝐴 ∪ 𝐵) = 𝑃(𝐴) + 𝑃 (𝐵) − 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵), dapat diketahui bahwa 𝐴 ∩ 𝐵 = ∅
maka akan berlaku juga bahwa 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) = ∅. Sehingga diperoleh
aturan:
𝑃 (𝐴 ∪ 𝐵 ) = 𝑃 (𝐴 ) + 𝑃 (𝐵 )

57 | PENGANTAR TEORI PELUANG


Contoh soal:
1. Sebuah dadu bermata enam dilantunkan/lempar ke atas satu kali.
Berapa peluang munculnya mata dadu ganjil atau mata dadu
genap?
Jawab:
Diketahui bahwa terdapat sebuah dadu mata enam, maka
𝑆 = {1,2,3,4,5,6} maka 𝑛(𝑆) = 6
Dimisalakan bahwa A = kejadian muncul mata dadu ganjil = {1,3,5}
maka 𝑛(𝐴) = 3, B = kejadian muncul mata dadu genap = {2,4,6}
3 1 3 1
maka 𝑛(𝐵) = 3. Diperoleh bahwa 𝑃(𝐴) = 6 = 2 dan 𝑃(𝐵) = 6 = 2.

Yang ditanya pada masalah tersebut adalah peluang munculnya


mata dadu ganjil atau mata dadu genap atau 𝑃(𝐴 ∪ 𝐵). dari
permasalahan tersebut kita harus melakukan pencermatan atau
investigasi, apakah ada kejadian yang merupakan irisan dari dua
kejadian tersebut 𝑃 ( 𝐴 ∩ 𝐵 ). Karena dalam satu kejadian
dimustahilkan untuk muncul secara bersama mata dadu genap dan
ganjil dalam satu kali percobaan, maka (𝐴 ∩ 𝐵). = ∅ atau 𝑃 (𝐴 ∩ 𝐵) =
0, sehingga:
𝑃 (𝐴 ∪ 𝐵 ) = 𝑃 (𝐴 ) + 𝑃 (𝐵 )
1 1
𝑃(𝐴 ∪ 𝐵) = 2 + 2 = 1, sehingga peluang peluang munculnya mata

dadu ganjil atau mata dadu genap adalaah 1.

2. Dua dadu mata enam dilempar bersama-sama. Berapa peluang


muncul dua mata dadu yang jumlahnya 3 atau 10?
Jawab:
Untuk masalah ini. Diketahui bahwa terdapat dua buah dadu mata
enam, maka 𝑆 = {(1,1), (1,2), (1,3), (1,4), … (6,6)} maka 𝑛(𝑆) = 36
Dimisalakan bahwa A = kejadian muncul mata dadu dengan
jumlahnya tiga = {(1,2), (2,1)} maka 𝑛(𝐴) = 2, B = kejadian muncul
58 | PENGANTAR TEORI PELUANG
mata dadu yang jumlahnya sepuluh = {(4,6), (5,5), (6,4)} maka
2 1 3 1
𝑛(𝐵) = 3. Diperoleh bahwa 𝑃(𝐴) = 36 = 18 dan 𝑃(𝐵) = 36 = 12.

Yang ditanya pada masalah tersebut adalah peluang munculnya


mata dadu berjumlah 3 atau berjumlah 10 𝑃(𝐴 ∪ 𝐵). dari
permasalahan tersebut kita harus melakukan pencermatan atau
investigasi, apakah ada kejadian yang merupakan irisan dari dua
kejadian tersebut 𝑃 ( 𝐴 ∩ 𝐵 ). Karena dalam satu kejadian
dimustahilkan untuk muncul secara bersama mata dadu berjumlah 3
dan 10 dalam satu kali percobaan, maka (𝐴 ∩ 𝐵). = ∅ atau 𝑃(𝐴 ∩
𝐵) = 0, sehingga:
𝑃 (𝐴 ∪ 𝐵 ) = 𝑃 (𝐴 ) + 𝑃 (𝐵 )
2 3 5
𝑃(𝐴 ∪ 𝐵) = 36 + 36 = 36, sehingga peluang muncul dua mata dadu
5
yang jumlahnya 3 atau 10 adalah 36.

C. Peluang Kejadian Bersyarat


Jika kita menghitung peluang sebuah kejadian, maka penghitunganya
selalu didasarkan pada ruang sampel ekperimen. Apabila A adalah
sebuah kejadian, maka penghitungan peluang dari kejadian A selalu
disasarkan pada ruang sampel S. Akibatnya, peluang dari peristiwa A
ditulis selengkapnya dengan

𝑛 (𝐴)
𝑃 (𝐴 ) = 𝑛 (𝑆)

𝑛 (𝐴)
𝑃 (𝐴 𝔩 𝑆 ) = 𝑛 (𝑆)

𝑛 (𝐴∩𝑆)
= 𝑛 (𝑆)

𝑛 (𝐴∩𝑆)
𝑛 (𝑆)
= 𝑛 (𝑆)
𝑛 (𝑆)

59 | PENGANTAR TEORI PELUANG


𝑃 (𝐴)
𝑃 (𝐴 𝔩 𝑆 ) =
𝑃(𝑆)

Berdasarkan perumusan masalah di atas, kita dapat mendefinisikan


peluang bersyarat sebuah kejadian jika diberikan peristiwa lain.

1. Definisi: Peluang Bersyarat

Definisi 5.1 “Jika A dan B adalah dua buah kejadian yang dibentuk
dari ruang sampel S. Maka peluang bersyarat dari B jika
diberikan A didefinisikan sebagai.

𝑃 (𝐴 ∩ 𝐵)
𝑃 (𝐵 𝔩 𝐴 ) =
𝑃(𝐴)

Dengan 0 < P (A) < 0 ”.

Jika kita lanjutkan analisis rumus peluang bersyarat di atas, dapat


diperoleh analisnya sebagai berikut.

𝑃 (𝐴 ∩ 𝐵)
𝑃 (𝐵 ⁄𝐴 ) =
𝑃(𝐴)

𝑛 (𝐴 ∩ 𝐵)
𝑛 (𝑆)
=
𝑛(𝐴)
𝑛 (𝑆)

𝑛 (𝐴 ∩ 𝐵)
=
𝑛 (𝐴)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh


peluang kejadian B dengan syarat A terjadi lebih dahulu dapat
dirumuskan dengan

60 | PENGANTAR TEORI PELUANG


𝑛 (𝐴 ∩ 𝐵) 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑎𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐴 ∩ 𝐵
𝑃 (𝐵 ⁄ 𝐴 ) = = 𝑎𝑡𝑎𝑢
𝑛 (𝐴) 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐵

Pemahaman terkait dengan peluang bersyarat diperjelas dengan


contoh-contoh berikut ini.

Contoh soal:

1. Diketahui suatu populasi yang telah dikategorikan menurut jenis


kelamin dan status pekerjaan.
Bekerja Menganggur Jumlah
Laki-laki 460 40 500
Perempuan 140 260 400
Jumlah 600 300 900
Misalkan diambil secara acak seorang diantara mereka untuk
ditugaskan mempublikasikanpentingnya didirikan industri-industri
baru di kota tersebut. Tentukan peluang terpilihnya laki-laki yang
telah bekerja?

Penyelesaiaan.

Perhatikan kejadian-kejadian berikut:

M : yang terpilih laki-laki. Maka n (M) = 500

E : Yang terpilih telah bekerja. Maka n (E) = 600

𝑀 ∩ 𝐸 : Kejadian terpilihnya laki-laki dan telah bekerja, 𝑛 (𝑀 ∩


𝐸 ) = 460

𝑛 (𝑀∩𝐸) 460
Sehingga 𝑃 (𝑀⁄𝐸 ) = =
𝑛 (𝐸) 500

61 | PENGANTAR TEORI PELUANG


2. Peluang suatu penerbangan reguler berangkat tepat pada
waktunya adalah P(D) = 0.83, peluang penerbangan itu mendarat
tepat pada waktunya adalah P(A) = 0.92, dan peluang
penerbangan itu berangkat dan mendarat tepat pada waktunya
adalah P (D Ո A) = 0.78. Hitung peluang bahwa suatu pesawat
pada penerbangan itu (a) mendarat pada waktunya bila diketahui
bahwa pesawat itu berangkat pada waktunya, dan (b) berangkat
pada waktunya bila diketahui bahwa pesawat itu mendarat pada
waktunya.
Penyelesaiaan:
a) Peluang bahwa pesawat mendarat tepat pada waktunya bia
diketahui bahwa pesawat tersebut berangkat tepat pada
waktunya adalah:
𝑃(𝐷 ∩ 𝐴) 0.78
𝑃 (𝐴 ⁄𝐷 ) = = = 0.94
𝑃(𝐷) 0.83
b) Peluang bahwa pesawat berangkat pada waktunya bila
diketahui bahwa pesawat tersebut mendarat pada waktunya
adalah
𝑃(𝐷∩𝐴) 0.78
𝑃 (𝐷 ⁄𝐴 ) = = 0.92 = 0.85.
𝑃(𝐴)

2. Definisi Perkalian Peluang bersyarat

Definisi 5.2 “Jika A dan B adalah dua buah kejadian yang dibentuk
berdasarkan ruang sampel S, maka:

𝑃 (𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑃 (𝐵) . 𝑃(𝐴⁄𝐵) “.

Pemahaman berkaitan perkalian peluang bersyarat, diperjelas


melalui contoh berikut.

62 | PENGANTAR TEORI PELUANG


1. Sebuah kotak berisi 10 lampu cabe 1 watt, dengan 4 buah ampu
diantaranya tidak jalan. Kemudian tiga buah lampu diambil secara
acak dan satu per satu dari kotak itu. Berapa peluang bahwa ketiga
lampu cabe yang terambil itu semuanya masih hidup?
Penyelesaiaan:
Misalnya A adalah kejadian bahwa ketiga lampu cabe yang terambil
itu semuanya masih hidup. Pengambilan ketiga lampu cabe itu
secara satu persatu artinya pengambilan lampu itu dilakukan tanpa
pengembalian. Sehingga
n (A) : Banyak susunan ketiga lampu cabe yang terambil itu masih
hidup.
= (6 x 5 x 4 ) cara

= 120 cara

n (S) : Banyak susunan ketiga lampu cabe yang terambil itu secara
keseluruhan
= (10 x 9 x 8)
= 720 cara

𝑛 (𝐴) 20 1
Dengan demikian 𝑃 (𝐴) = = =6
𝑛 (𝑆) 120

2. Sebuah kota kecil memiliki satu mobil pemadam kebakaran dan


satu ambulans. Peluang mobil kebakaran itu dapat digunakan pada
saat diperlukan adalah 0.98 dan peluang ambulan tersedia waktu
diperlukan adalah 0.92. Dalam hal terjadi kecelakaan akibat
kebakaran, hitunglah peluang ambulan dan mobil pemadam
kebakaran itu keduanya tersedia dan siap digunakan.
Penyelesaiaan.

63 | PENGANTAR TEORI PELUANG


Misalkan A dan B masing-masing kejadian yang menyatakan
bahwa mobil pemadam kebakaran dan ambulans siap digunakan.
Maka
𝑃 (𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑃 (𝐴) . 𝑃(𝐵) = (0.98). (0.92) = 0.901

3. Dalil Bayes
Sebelum masuk ke dalil/aturan Bayes terlebih dahulu akan dibahas
konsep partisi dan peluang total.

Partisi

Definisi 5.3 Kejadian-kejadian 𝐵1 , 𝐵2 , 𝐵3 , … , 𝐵7 dikatakan partisi dari


ruang sampel S, jika:
a. 𝐵𝑖 ∩ 𝐵𝑗 = ∅, untuk semua 𝑖 ≠ 𝑗.
b. ⋃7𝑖=1 𝐵𝑖 = 𝑆
c. 𝑃(𝐵𝑖 ) > 0, 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑖, 𝑗 = 1, 2, 3, … , 7.

Definisi Partisi dapat digambarkan sebagai berikut.

B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7

Berikut akan dijelaskan mengenai definisi partisi. 𝐵𝑖 ∩ 𝐵𝑗 = ∅, untuk


semua 𝑖 ≠ 𝑗 di pahami sebagai irisan antara dua kejadian yang
berbeda yang menghasilkan himpunan kosong atau tidak ada irisan
antara dua kejadian yang berbeda atau dengan kata lain banyaknya

64 | PENGANTAR TEORI PELUANG


irisan antara dua kejadian sama dengan nol (𝑛 (𝐵𝑖 ∩ 𝐵𝑗 ) =
0 , 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑖, 𝑗 = 1,2,3, … , 4. pada aksioma ⋃7𝑖=1 𝐵𝑖 = 𝑆 , dipahami
sebagai jika semua kejadian digabungkan akan menghasilkan
semesta. Untuk aksioma 𝑃 (𝐵𝑖 ) > 0, 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑖, 𝑗 = 1, 2, 3, … , 7
dapat dipahami sebagai peluang untuk setiap kejadian memiliki nilai
lebih dari nol.

Pemahaman terkait dengan partisi diperjelas dengan contoh-contoh


berikut ini.

1. Dalam pengundian sebuah dadu yang seimbang, misalnya hasil-


hasil yang mungkin dari beberapa peristiwanya adalah sebagai
berikut.
𝐵1 = {1, 2}
𝐵2 = {3, 4,5}
𝐵3 = {6}
Apakah 𝐵1 , 𝐵2 , 𝐵3 merupakan partisi dari ruang sampel S?
Penyelesaiaan;
Ruang sampel dari permaslahan tersebut adalah
𝑆 = {1,2, 3, 4, 5, 6}
Untuk membuktikan 𝐵1 , 𝐵2 , 𝐵3 merupakan partisi dari ruang sampel
S, akan dibuktikan ketiga aksioma dari definisi partisi.
a. 𝐵1 ∩ 𝐵2 = ∅
𝐵1 ∩ 𝐵3 = ∅
𝐵2 ∩ 𝐵3 = ∅
b. ⋃7𝑖=1 = 𝐵1 ∪ 𝐵2 ∪ 𝐵3 = {1,2} ∪ {3, 4, 5} ∪ {6} = {1, 2, 3, 4, 5, 6, = 𝑆}
2 1
c. 𝑃 (𝐵1 ) = =3
6
3 1
𝑃 (𝐵2 ) = =2
6
1
𝑃 (𝐵3 ) =
6

65 | PENGANTAR TEORI PELUANG


Karena semua persyaratan di atas dipenuhi, maka 𝐵1 , 𝐵2 , 𝐵3
menunjukan partisi dari ruang sampel S.

Kejadian pada definisi partisi di atas dapat diperluas dengan cara


memperluas kejadian–kejadian didalamnya. Jika jumlah kejadian
dalam definisi partisi hanya berjumlah 7 kejadian, maka partisi dapat
diperluas dengan menambahkan kejadian sampai dengan jumlah tak
hingga.

D. Peluang Kejadian Saling Bebas


Dalam perbincangan sehari-hari, dua buah kejadian/peristiwa dikatakan
bebas, jika terjadi atau tidak terjadinya kejadian yang satu tidak
dipengaruhi oleh terjadinya kejadian yang lain. Pada dasarnya
aturan/formula dua kejadian saling bebas didasarkan pada formula
perkalian dari peluang bersyarat yang sudah dibahas yaitu:
𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑃(𝐵) × 𝑃(𝐴|𝐵)

Karena dua kejadia 𝐴 dan 𝐵 bebas, maka dalam mencari 𝑃(𝐴|𝐵)


terjadinya kejadian 𝐴 tidak dipengaruhi oleh terjadinya kejadian 𝐵.
Sehingga kejadian 𝐴 diberikan kejadian 𝐵 akan merupakan kejadian 𝐴
itu sendiri. Dengan demikian dapat diperoleh formula:
𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑃(𝐵) × 𝑃(𝐴) atau
𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑃(𝐴) × 𝑃(𝐵)
formula inilah yang akan digunakan dalam mendefinisikan dua kejadian
saling bebas.

Jika terdapat dua kejadian tidak saling bebas, maka dua kejadian
tersebut dikatakan bergantungan. Hal-hal yang harus dicermati dalam
dua kejadian saling bebas adalah:
1) Dua kejadian 𝐴 dan 𝐵𝑐 juga saling bebas.

66 | PENGANTAR TEORI PELUANG


2) Dua kejadian 𝐴𝑐 dan 𝐵 juga saling bebas.
3) Dua kejadian 𝐴𝑐 dan 𝐵𝑐 juga saling bebas.

Bukti:
Dalam pembuktiannya didasarkan pada tabel berikut:
KEJADIAN 𝐵 𝐵𝑐 JUMLAH
𝐴 𝑃(𝐴) × 𝑃(𝐵) 𝑃(𝐴) × 𝑃(𝐵𝑐 ) 𝑃(𝐴)
𝐴𝑐 𝑃(𝐴𝑐 ) × 𝑃(𝐵) 𝑃(𝐴𝑐 ) × 𝑃(𝐵𝑐 ) 𝑃(𝐴𝑐 )
JUMLAH 𝑃(𝐵) 𝑃 (𝐵 𝑐 ) 1

1) Dua kejadian 𝐴 dan 𝐵𝑐 juga saling bebas


Dalam pembuktiannya, sel pada (1,2) (*baris satu dan kolom dua) dan (3,1)
berisi 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵𝑐 ), yang hasilnya harus sama dengan 𝑃(𝐴) dikalikan
𝑃 (𝐵 𝑐 ) .
𝑃(𝐴) = [𝑃(𝐴) × 𝑃(𝐵)] + 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵𝑐 )]
𝑃(𝐴 ∩ 𝐵𝑐 ) = 𝑃 (𝐴) − [𝑃(𝐴) × 𝑃(𝐵)]
𝑃(𝐴 ∩ 𝐵𝑐 ) = 𝑃 (𝐴) × [1 − 𝑃(𝐵)]
𝑃(𝐴 ∩ 𝐵𝑐 ) = 𝑃 (𝐴) × 𝑃(𝐵𝑐 )
Terbukti

2) Dua kejadian 𝐴𝑐 dan 𝐵 juga saling bebas


Dalam pembuktiannya, sel pada (1,3) dan (2,1) berisi 𝑃(𝐴𝑐 ∩ 𝐵),
yang hasilnya harus sama dengan 𝑃(𝐴𝑐 ) dikali 𝑃(𝐵).
𝑃(𝐵) = [𝑃(𝐴) × 𝑃(𝐵)] + 𝑃(𝐴𝑐 ∩ 𝐵)
𝑃(𝐴𝑐 ∩ 𝐵) = 𝑃 (𝐵) − [𝑃(𝐴) × 𝑃(𝐵)]
𝑃(𝐴𝑐 ∩ 𝐵) = 𝑃 (𝐵) × [1 − 𝑃(𝐴)]
𝑃(𝐴𝑐 ∩ 𝐵) = 𝑃 (𝐵) × 𝑃(𝐴𝑐 )
Terbukti

67 | PENGANTAR TEORI PELUANG


3) Dua kejadian 𝐴𝑐 dan 𝐵𝑐 juga saling bebas
Dalam pembuktiannya, sel pada (1,3) dan (3,3) berisi 𝑃(𝐴𝑐 ∩ 𝐵𝑐 ),
yang hasilnya harus sama dengan 𝑃(𝐴𝑐 ) dikalikan 𝑃(𝐵𝑐 ).
𝑃(𝐴𝑐 ) = [𝑃(𝐴𝑐 ) × 𝑃 (𝐵)] + 𝑃(𝐴𝑐 ∩ 𝐵𝑐 )
𝑃(𝐴𝑐 ∩ 𝐵𝑐 ) = 𝑃 (𝐴𝑐 ) − [𝑃(𝐴𝑐 ) × 𝑃 (𝐵)]
𝑃(𝐴𝑐 ∩ 𝐵𝑐 ) = 𝑃 (𝐴𝑐 ) × [1 − 𝑃(𝐵]
𝑃(𝐴𝑐 ∩ 𝐵𝑐 ) = 𝑃 (𝐴𝑐 ) × 𝑃(𝐵𝑐 )
Terbukti

Untuk memahami lebih dalam uraian mengenai dua kejadian dan


komplemennya yang saling bebas, perhatikan contoh soal berikut.

Contoh soal:
Misalkan Abbid mengundi sebuah mata uang Rp.500,- yang seimbang
sebanyak tiga kali.
Jika 𝐴 adalah kejadian bahwa ANGKA terjadi pada pengundian
pertama
Jika 𝐵 adalah kejadian bahwa ANGKA terjadi pada pengundian kedua
Jika 𝐶 adalah kejadian dua ANGKA terjadi berturut-turut pada
pengundian tersebut
Maka periksalah!
1) Apakah dua kejadian 𝐴 dan 𝐵 saling bebas?
2) Apakah dua kejadian 𝐴 dan 𝐶 saling bebas?
3) Apakah dua kejadian 𝐵 dan 𝐶 saling bebas?
4) Apakah dua kejadian 𝐴𝑐 dan 𝐵 saling bebas?
Jawab:
Ruang sampel eksperimennya adalah:
𝑆 = {𝐺𝐺𝐺, 𝐺𝐺𝐴, 𝐺𝐴𝐺, 𝐴𝐺𝐺, 𝐺𝐴𝐴, 𝐴𝐺𝐴, 𝐴𝐴𝐺, 𝐴𝐴𝐴}
Keterangan:

68 | PENGANTAR TEORI PELUANG


𝐺 = GAMBAR
𝐴 = ANGKA
Karena mata uang logam yang digunakannya seimbang, maka masing-
1
masing titik sampel memiliki peluang yang sama untuk terjadi, yaitu 8.

 𝐴 adalah kejadian bahwa ANGKA terjadi pada pengundian


pertama
Ruang kejadian dari 𝐴 adalah: 𝐴 = {𝐴𝐴𝐴, 𝐴𝐴𝐺, 𝐴𝐺𝐴, 𝐴𝐺𝐺}
𝑃(𝐴) = 𝑃({𝐴𝐴𝐴, 𝐴𝐴𝐺, 𝐴𝐺𝐴, 𝐴𝐺𝐺})
𝑃(𝐴) = 𝑃({𝐴𝐴𝐴}) + 𝑃 ({𝐴𝐴𝐺 }) + 𝑃 ({𝐴𝐺𝐴}) + 𝑃({𝐴𝐺𝐺})
1 1 1 1 1
𝑃 (𝐴) = + + + =
8 8 8 8 2

 𝐵 adalah kejadian bahwa ANGKA terjadi pada pengundian


kedua
Ruang kejadian dari 𝐴 adalah: 𝐵 = {𝐴𝐴𝐴, 𝐴𝐴𝐺, 𝐴𝐺𝐴, 𝐴𝐺𝐺}
𝑃(𝐵) = 𝑃({𝐴𝐴𝐴, 𝐴𝐴𝐺, 𝐺𝐴𝐴, 𝐺𝐴𝐺})
𝑃(𝐵) = 𝑃({𝐴𝐴𝐴}) + 𝑃({𝐴𝐴𝐺 }) + 𝑃({𝐺𝐴𝐴}) + 𝑃({𝐺𝐴𝐺})
1 1 1 1 1
𝑃 (𝐵 ) = + + + =
8 8 8 8 2

 𝐶 adalah kejadian dua ANGKA terjadi berturut-turut pada


pengundian tersebut
Ruang kejadian dari 𝐴 adalah: 𝐶 = {𝐴𝐴𝐺, 𝐺𝐴𝐴}
𝑃(𝐶 ) = 𝑃({𝐴𝐴𝐺, 𝐺𝐴𝐴})
𝑃(𝐶 ) = 𝑃({𝐴𝐴𝐺 }) + 𝑃({𝐴𝐺𝐴𝐴})
1 1 1
𝑃 (𝐶 ) = + =
8 8 4

 𝐴𝑐 adalah kejadian bukan ANGKA terjadi pada pengundian


pertama
69 | PENGANTAR TEORI PELUANG
Dengan kata lain, 𝐴𝑐 adalah kejadian GAMBAR terjadi pada
pengundian pertama
𝐴𝑐 = {𝐺𝐺𝐺, 𝐺𝐺𝐴, 𝐺𝐴𝐺, 𝐺𝐴𝐴}
𝑃(𝐴𝑐 ) = 𝑃({𝐺𝐺𝐺, 𝐺𝐺𝐴, 𝐺𝐴𝐺, 𝐺𝐴𝐴})
𝑃(𝐴𝑐 ) = 𝑃({𝐺𝐺𝐺}) + 𝑃({𝐺𝐺𝐴}) + 𝑃({𝐺𝐴𝐺 }) + 𝑃({𝐺𝐴𝐴})
1 1 1 1 1
𝑃(𝐴𝑐 ) = + + + =
8 8 8 8 2

Berdasarkan kejadian-kejadian tersebut di atas, maka:


1) 𝐴 ∩ 𝐵 adalah kejadian dua ANGKA terjadi berturut-turut pada
pengundian pertama dan kedua.
Ruang kejadian dari 𝐴 ∩ 𝐵 adalah:
𝐴 ∩ 𝐵 = {𝐴𝐴𝐴, 𝐴𝐴𝐺 }
𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) = 𝑃({𝐴𝐴𝐴}) + 𝑃({𝐴𝐴𝐺 })
1 1 1
𝑃 (𝐴 ∩ 𝐵 ) = + =
8 8 4
1 1 1
Sedangkan 𝑃(𝐴) × 𝑃(𝐵) = 2 × 2 = 4

Jadi dua buah kejadian 𝐴 dan 𝐵 saling bebas

2) 𝐴 ∩ 𝐶 adalah kejadian dua ANGKA terjadi berturut-turut pada


pengundian pertama dan kedua
Ruang kejadian 𝐴 ∩ 𝐶 adalah: 𝐴 ∩ 𝐶 = {𝐴𝐴𝐴, 𝐴𝐴𝐺}
𝑃(𝐴 ∩ 𝐶 ) = 𝑃({𝐴𝐴𝐴}) + 𝑃({𝐴𝐴𝐺 })
1 1 1
𝑃 (𝐴 ∩ 𝐶 ) = + =
8 8 4
1 1 1
Sedangkan 𝑃(𝐴) × 𝑃(𝐶 ) = 2 × 4 = 8

Sehingga 𝑃 (𝐴) × 𝑃(𝐶 ) ≠ 𝑃(𝐴 ∩ 𝐶 )


Jadi dua buah kejadian 𝐴 dan 𝐶 bergantungan.

70 | PENGANTAR TEORI PELUANG


3) 𝐵 ∩ 𝐶 adalah kejadian dua ANGKA terjadi berturut-turut dan
salah satu ANGKA terjadi pada pengundian kedua.
Ruang kejadian 𝐵 ∩ 𝐶 adalah: 𝐵 ∩ 𝐶 = {𝐴𝐴𝐺, 𝐺𝐴𝐴}
𝑃(𝐵 ∩ 𝐶 ) = 𝑃({𝐴𝐴𝐺 }) + 𝑃({𝐺𝐴𝐴})
1 1 1
𝑃 (𝐵 ∩ 𝐶 ) = + =
8 8 4
1 1 1
Sedangkan 𝑃(𝐵) × 𝑃(𝐶 ) = × =
2 4 8

Sehingga 𝑃 (𝐵) × 𝑃(𝐶 ) ≠ 𝑃(𝐵 ∩ 𝐶 )


Jadi dua buah kejadian 𝐵 dan 𝐶 bergantungan.

4) 𝐴𝑐 ∩ 𝐵 adalah kejadian GAMBAR terjadi pada pengundian


pertama dan ANGKA terjadi pada pengundian kedua
Ruang kejadian dari 𝐴𝑐 ∩ 𝐵 adalah: 𝐴𝑐 ∩ 𝐵 = {𝐺𝐴𝐺, 𝐺𝐴𝐴}
𝑃(𝐴𝑐 ∩ 𝐵) = 𝑃({𝐺𝐴𝐺}) + 𝑃({𝐺𝐴𝐴})
1 1 1
𝑃(𝐴𝑐 ∩ 𝐵) = + =
8 8 4
1 1 1
Sedangkan 𝑃(𝐴𝑐 ) × 𝑃(𝐵) = 2 × 2 = 4

Sehingga 𝑃(𝐴𝑐 ∩ 𝐵) = 𝑃 (𝐴𝑐 ) × 𝑃 (𝐵)


Jadi dua buah kejadian 𝐴𝑐 dan 𝐵 saling bebas.

71 | PENGANTAR TEORI PELUANG


Ragam Permasalah

1. Sebuah kotak berisi 12 bola yang diberi nomor 1 hingga 12. Dua
bola diambil dari kotak secara bergantian tanpa pengembalian.
Tentukanlah peluang terambil bola-bola bernomor bilangan kelipatan
4 pada pengambilan pertama dan nomor prima pada pengambilan
kedua adalah…
2. Di dalam suatu kotak terdapat 8 bola warna putih, 4 bola warna
merah, dan 2 bola warna kuning. akan diambil 3 bola sekaligus
secara acak. Peluang terambilnya 2 bola warna merah dan 1 bola
warna kuning adalah…
3. Dalam sebuah kotak berisi 5 bola merah, 3 bola biru dan 2 bola
putih akan diambil 3 bola sekaligus secara acak. Peluang terambil
ketiga bola tersebut berlainan warna adalah…
4. Dari satu set kartu bridge tanpa Joker, diambil secara acak 1 buah
kartu. Berapa peluang terambilnya kartu bergambar diamond atau
kartu bergambar wajah?
5. Tiga buah uang logam dilemparkan bersamaan. Berapakah peluang
muncul tepat 1 sisi gambar (G) atau tepat 1 sisi angka (A)?
6. Sebuah dadu dilemparkan satu kali. Tentukan peluang munculnya
angka genap atau angka lebih besar dari 3!
7. Dalam sebuah kelompok 30 siswa, 10 orang suka matematika, 15
orang suka Fisika dan 5 orang suka kedua-duanya. Jika dipilih satu
orang dari kelompok tersebut, tentukan peluang yang terpilih itu:
a) suka matematika dan fisika
b) suka matematika atau fisika

72 | PENGANTAR TEORI PELUANG


Daftar Pustaka
Munir, Rinaldi. 2016. Matematika Diskrit. Informatika: Bandung
Walpole, Ronald E. 1995. Pengantar Statistika. Gramedia Pustaka:
Jakarta.
Herrhyanto, N., & Gantini, T. (2011). Pengantar Statistika Matematis.
Bandung: Yrama Widya.
https://www.wardayacollege.com
https://www.mahirmatematika.com
https://rumus.co.id
https://rumusstatistik.com
http://emodul-matematika.fmipa.unej.ac.id
https://edscyclopedia.com
https://www.konsep-matematika.com
https://matematikastudycenter.com

73 | PENGANTAR TEORI PELUANG

Anda mungkin juga menyukai