Anda di halaman 1dari 38

Bahan

Ajar
Matematika Wajib
Kelas XII Semester 1

KAIDAH
PENCACAHAN

ATURAN PERKALIAN DAN PERMUTASI


A. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Indikator

KI SPIRITUAL (KI 1) DAN KI SOSIAL (KI 2)


Kompetensi Sikap Spiritual yang ditumbuhkembangkan melalui keteladanan, pembiasaan dan
budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi
peserta didik yaitu berkaitan dengan kemampuan menghayati dan mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya. Sedangkan pada kompetensi sikap sosial berkaitan dengan perilaku jujur, displin,
tanggung jawab, kerja sama, responsif (kritis), pro-aktif (kreatif) dan percaya diri serta dapat
berkomunikasi dengan baik.
KI PENGETAHUAN (KI 3) KI KETERAMPILAN (KI 4)
KI 3 : Kompetensi pengetahuan yaitu KI 4 : Kompetensi keterampilan yaitu
memahami, menerapkan, dan menganalisis Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, konkret dan ranah abstrak terkait dengan
dan metakognitif berdasarkan rasa ingin pengembangan dari yang dipelajarinya di
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan dan kreatif, serta mampu menggunakan metode
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan sesuai kaidah keilmuan
peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
KOMPETENSI DASAR DARI KI 3 KOMPETENSI DASAR DARI KI 4
3.3 Menganalisis aturan pencacahan (aturan 4.3 Menyelesaikan masalah kontekstual yang
penjumlahan, aturan perkalian, permutasi dan berkaitan dengan kaidah pencacahan (aturan
kombinasi) melalui masalah kontekstual penjumlahan, aturan perkalian, permutasi, dan
kombinasi)

INDIKATOR PENCAPAIAN INDIKATOR PENCAPAIAN


KOMPETENSI (IPK) DARI KD 3.3 KOMPETENSI (IPK) DARI KD 3.4
3.3.1 Menemukan aturan penjumlahan 4.3.1 Menyelesaikan masalah kontekstual
melalui beberapa contoh nyata yang berkaitan dengan kaidah
3.3.2 Menemukan aturan perkalian melalui pencacahan (aturan penjumlahan, aturan
beberapa contoh nyata perkalian, permutasi, dan kombinasi)

PETUNJUK PENGGUNAAN BAHAN AJAR


1. Setiap peserta didik wajib mempelajari bahan ajar ini sesuai dengan kegiatan
belajar yang bersangkutan atau sesuai dengan petunjuk guru.
2. Apabila dalam mempelajari bahan ajar ini peserta didik mengalami kesulitan,
hendaknya menanyakan kepada para guru ataupun mencari lewat buku-buku
penunjang lainnya.
3. Setelah selesai kegiatan belajar yang bersangkutan, setiap peserta didik
menjawab soal-soal latihan dan menyelesaikan uji kompetensi sesuai petunjuk.
A. KAIDAH PENCACAHAN
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapan dengan satu masalah yang
mengharuskan kita menentukan banyak kemungkinan yang mungkin terjadi dari suatu
pristiwa. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, dapat digunakan kaidah atau aturan
pencacahan. Kaidah pencacahan adalah suatu ilmu yang berkaitan dengan menentukan
banyaknya cara suatu percobaan dapat terjadi. Menentukan banyakya cara suatu percobaan
dapat terjadi dilakukan dengan: aturan penjumlahan, aturan perkalian.

1. ATURAN PENJUMLAHAN
Jika ada sebanyak a benda pada himpunan pertama dan ada sebanyak b benda pada himpuan
kedua, dan kedua himpuan itu tidak beririsan, maka jumlah total anggota di kedua himpuan
adalah a + b.

Contoh 1.1
Jika seseorang akan membeli sebuah sepeda motor di sebuah dealer. Di dealer itu tersedia 5
jenis Honda, 3 jenis Yamaha, dan 2 jenis Suzuki. Dengan demikian orang tersebut
mempunyai pilihan sebanyak 5 + 3 + 2 = 10 jenis sepeda motor.

Contoh 1.2
Ibu Alya seorang guru SMK. Ia mengajar kelas XII Akuntansi yang jumlahnya 40 siswa,
kelas XII penjualan yang jumlahnya 42 siswa, kelas XII bisnis, yang kumlahnya 45 siswa,
maka jumlah siswa yang diajar Ibu Alya adalah 40 + 42 + 45 = 127 siswa.

2. ATURAN PERKALIAN
Setiap orang pasti pernah dihadapkan dalam permasalahan memilih atau mengambil
keputusan. Misalnya: setelah tamat sekolah akan memilih program studi dan di perguruan
tinggi yang mana? Ketika berangkat ke sekolah memilih jalur yang mana. Dalam matematika
kita dibantu untuk menentukan banyak pilihan yang akan diambil. Untuk lebih memahami
cermati masalah dan kegiatan berikut.

Pada aturan perkalian ini dapat diperinci menjadi dua metode, namun keduanya saling
melengkapi dan memperjelas. Kedua metode itu adalah menyebutkan kejadian satu persatu
dan aturan pengisian tempat yang tersedia.

a) Menyebutkan kejadian satu per satu


Perhatikan contoh berikut:

Contoh 2.1

Setiap orang pasti pernah dihadapkan dalam permasalahan memilih atau mengambil
keputusan. Misalnya: Pada pemilihan pengurus OSIS terpilih tiga kandidat yakni Abdul,
Beny, dan Cindi yang akan dipilih menjadi ketua, sekretaris, dan bendahara. Aturan
pemilihan adalah setiap orang hanya boleh dipilih untuk satu jabatan. Berapakah
kemungkinan cara untuk memilih dari tiga orang menjadi pengurus OSIS?

Alternatif Penyelesaian :
Ada beberapa metode untuk menghitung banyak cara dalam pemilihan tersebut yaitu:

 Mendaftar
Mari kita coba untuk memilih tiap-tiap jabatan, yaitu:
a. Jabatan ketua OSIS
Untuk jabatan ketua dapat dipilih dari ketiga kandidat yang ditunjuk yakni Abdul (A),
Beny (B), dan Cindi (C) sehingga untuk posisi ketua dapat dipilih dengan 3 cara.

b. Jabatan sekretaris OSIS


Karena posisi ketua sudah terisi oleh satu kandidat maka posisi sekretaris hanya dapat
dipilih dari 2 kandidat yang tersisa.

c. Jabatan bendahara OSIS


Karena posisi ketua dan sekretaris sudah terisi maka posisi bendahara hanya ada satu
kandidat.

Dari uraian di atas banyak cara yang dapat dilakukan untuk memilih tiga kandidat
untuk menjadi pengurus OSIS adalah 3 × 2 × 1 = 6 cara.

 Diagram
Untuk dapat lebih memahami uraian di atas perhatikan diagram berikut.

Ada juga metode lain untuk menghitung banyak cara dalam pemilihan.
b) Aturan pengisian tempat yang tersedia
Menentukan banyaknya cara suatu percobaan selalu dapat diselesaikan dengan
meyebutkan kejadian satu persatu. Akan tetapi, akan mengalami kesulitan kejadiannya
cukup banyak. Hal ini akan lebih cepat jika diselesaikan dengan menggunakan aturan
pengisian tempat yang tersedia atau dengan mengalikan.
Perhatikan contoh berikut.

Contoh 2.2
Misalkan tersedia dua buah celana masing-masing berwarna bitu dan hitam, serta tiga buah
baju masing-masing berwarna kuning, merah dan putih. Ada berapa banyak pasangan warna
pasangan celana dan baju yang dapat disusun?

 Tabel Silang
Warna baju
k (kuning) m (merah) p (putih)
Warna celana
b (biru) (b,k) (b,m) (b,p)
h (hitam) (h,k) (h,m) (h,p)

Berdasarkan tabel silang di atas, terlihat bahwa pasangan warna celana dan baju yang
dapat disusun ada 6 macam cara.

Contoh 2.3
Salma mempunyai 5 baju, 3 celana, 2 sepatu dan 4 topi. Tentukan berapa cara Salma dapat
memakainya?
Baju Celana Sepatu Topi
Baju Celana Sepatu Topi
5 cara 3 cara 2 cara 4 cara
Jadi, ada 5 × 3 × 2 × 4 cara = 120 cara.

Berdsarkan deskripsi diatas, diambil kesimpulan secara umum :

Misalkan terdapat n buah tempat tersedia, dengan:

k1 adalah banyak cara untuk mengisi tempat pertama,

k2 adalah banyak cara untuk mengisi tempat kedua, setelah tempat pertama
terisi

k3 adalah banyak cara untuk mengisi tempat ketiga, setelah tempat pertama dan
kedua terisi,

..., demikian seterusnya.

kn adalah banyak cara untuk mengisi tempat ke-n, setelah tempat-tempat


pertama, kedua, ketiga, ...., dan ke (n – 1) terisi.

Banyak cara untuk mengisi n tempat yang tersedia secara keseluruhan adalah
Aturan tersebut dikenal sebagai aturan pengisian tempat yang tersedia (filling slots) dan
sering pula disebut sebagai aturan dasar membilang atau aturan perkalian.

Contoh 2.4
Tentukan banyaknya bilangan ganjil yang terdiri tiga angka yang disusun dari angka-angka 1,
2, 3, 4 dan 5.
a) Angka tidak berulang
b) Angka boleh berulang
Penyelesaian:
a) Angka tidak berulang
Ratusan Puluhan Satuan
4 angka 3 angka 3 angka
Bilangan yang disusun adalah bilangan ganjil, maka kotak satuan dapat diisi dengan
angka 1, 3, dan 5 (3 cara)
Ada syarat angka tidak berulang, maka kotak ratusan bisa diisi dengan 4 cara (karena
sudah diambil satu angka), dan kotak puluhan dapat diisi dengan 3 cara.
Jadi banyaknya bilangan = 4 × 3 × 3 bilangan
= 36 bilangan
b) Angka boleh berulang
Ratusan Puluhan Satuan
5 angka 5 angka 3 angka
Karena yang disusun bilangan ganjil, maka kotak satuan diisi dengan 3 cara
Angka boleh berulang, maka kotak ratusan dapat diisi angka 1, 2, 3, 4 dan 5 (5 cara)
dan kotak puluhan juga 5 cara.
Jadi banyaknya bilangan = 5 × 5 × 3 bilangan
= 75 bilangan

Contoh 2.5:
Biasanya di kota-kota besar terdapat banyak jalur alternatif menuju suatu tempat dan jalur ini
diperlukan para pengendara untuk menghindari macet atau mengurangi lama waktu
perjalanan. Contoh berikut mengajak kita mempelajari banyak cara memilih jalur dari suatu
kota ke kota lain.
Alternatif Penyelesaian :
- Perhatikan jalur dari kota A ke kota D melalui kota B
Dari kota A ke kota B terdapat 4 jalur yang dapat dilalui, sedangkan dari kota B terdapat
3 jalur yang dapat dilalui menuju kota D.
Jadi banyak cara memilih jalur dari kota A menuju kota D melalui kota B adalah 4 x 3 =
12 cara
- Perhatikan jalur dari kota A ke kota D melalui kota C
Terdapat 3 jalur dari kota A menuju kota C dan 3 jalur dari kota C menuju kota D. Jadi
banyaknya cara memilih jalur dari kota A menuju kota D melalui kota B adalah
3 x 3 = 9 cara

Jadi banyaknya cara yang dapat dilalui melalui kota A ke kota D adalah 12 + 9 = 21

Latihan

1. Buatlah diagram pohon untk menggambarkan semua susunan


yang mungkin dari kemeja berukuran S (small), M (medium), L (large), XL (extra large)
dan warnannya biru, hijau, coklat.
2. Tentukan banyak bilangan yang terdiri dari 5 angka yang dapat
dibentuk dari angka 2,3,4,5,6,7 dengan catatan angka tidak boleh ada yang sama.
3. Seorang siswa SMA kelas XI bernama Dody mempunyai tiga
kemeja dan dua celana. Celana dan kemeja tersebut akan dipakai pada acara perpisahan
sekolah untuk kelas XII. Berapa banyaknya pilihan celana dan kemeja yang berbeda
yang dapat Dody gunakan untuk pergi ke acara perpisahan sekolah?

Rangkuman
Berdasarkan sajian materi terkait berbagai konsep aturan pencacahan, beberapa hal penting dapat
kita rangkum sebagai berikut.

1. Aturan pencacahan merupakan metode untuk menentukan banyak cara/susunan/pilihan pada


saat memilih k unsur dari n unsur yang tersedia. Aturan pencacahan ini meliputi aturan
penjumlahan, aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi.
2. Jika ada sebanyak a benda pada himpunan pertama dan ada sebanyak b benda pada
himpuan kedua, dan kedua himpuan itu tidak beririsan, maka jumlah total anggota di
kedua himpuan adalah a + b.
3. Banyak cara untuk mengisi n tempat yang tersedia secara keseluruhan adalah
1. k1 × k2× k3 × ... × kn
Uji Kompetensi

1. Dari angka 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 tentukan banyaknya bilangan (dengan angka yang


berbeda) yang dapat dibentuk jika:
a. Bilangan terdiri dari 4 angka
b. Bilangan itu terdiri dari 3 angka dan lebih dari 300
2. Rafa akan pergi ke rumah neneknya yang berada di desa Jabung, melalui desa Jetis.
Jika dari desa Ngasinan ke Jetis terdapat 2 jalan dan dari Jetis ke Jabung terdapat 3
jalan, maka
a. ada berapa macam carakah Rafa dapat pergi ke rumah neneknya?
b. ada berapa carakah perjalanan Rafa dari berangkat hingga pulang kembali?
3. Dari 8 orang calon pengurus yang terdiri dari 3 putra dan 5 putri, akan dipilih 3 orang
sebagai Ketua, Sekretaris dan Bendahara. Tentukan banyaknya formasi yang mungkin
dalam pemilihan tersebut jika :
a. Bebas
b. Ketua harus putra

4. Hitunglah :

17 ! 12 ! 8!
a. 7! b. c. d.
0 ! 16 ! 2! 8 ! 5!

5. Tentukan nilai n dari (n + 3)! = 10(n + 2)!

Kunci Jawaban
1. a. | 5 | 5 | 4 | 3 |
Banyak Bilangan = 5 x 5 x 4 x 3 = 300 bilangan
(digit pertama 0 tidak boleh sehingga ada 5 angka yang mungkin menempati,
digit ke-2: angka 0 dan 4 angka sisanya sehingga juga ada 5 angka yang mungkin
menempati, digit ke-3: tersisa 4 angka yang mungkin, dan digit terakhir tersisa 3
angka yang mungkin)
b. | 3 | 5 | 4 |
Banyak Bilangan = = 3 x 5 x 4 = 60 bilangan
(digit pertama hanya boleh ditempati angka 3, 4 atau 5. Ada 3 angka)

2.

a. Banyak cara = 2 x 3 = 6 cara


b. Banyak cara = 2 x 3 x 3 x 2 = 36 cara

3. a. |8|7|6|
Banyak cara = 8 x 7 x 6 = 336 cara / macam formasi
(tempat pertama ada 8 orang yang mungkin menjadi Ketua, setelah ketua terpilih
maka ada 7 orang yang mungkin menempati posisi sekretaris, dan terakhir tersisa
6 orang untuk memperebutkan posisi sebagai bendahara)
b. |3|7|6|
Banyak cara = = 3 x 7 x 6 = 126 cara / macam formasi
(tempat pertama ada 3 orang yang mungkin menjadi Ketua, setelah ketua terpilih
maka ada 7 (2 putra dan 5 putri) orang yang mungkin menempati posisi
sekretaris, dan terakhir tersisa 6 orang untuk memperebutkan posisi sebagai
bendahara)

6. a. 7! = 7 × 6 × 5 × 4 × 3 × 2 × 1 = 5.040

17 ! 17 ×16 !
b. = = 17
0 ! 16 ! 1× 16 !

12 ! 12×11 × 10 ×9 ×8 !
c. = = 5940
2! 18 ! 2× 8!

8! 8 ×7 ×6 × 5!
d. = = 336
5! 5!

7. (n + 3)! = 10(n + 2)!  (n +3)(n + 2)! = 10(n + 2)!


 n + 3 = 10
n=7

3. PERMUTASI

3.1 Faktorial dari Bilangan Asli

Faktorial dari suatu bilangan asli didefenisikan sebagai berikut.


Defenisi:

Untuk setiap bilangan asli n, didefenisikan:

n! = n × (n – 1) × (n – 2) × (n – 3) × ... × 3 × 2 × 1.
Lambang atau notasi n! Dibaca sebagai n faktorial.

Perkalian-perkalian semua bilangan bulat positif berurut di atas dalam matematika


disebut faktorial, yang biasa disimbolkan dengan " ! "
Maka perkalian tersebut dapat dituliskan ulang menjadi:
1) 3 × 2 × 1 = 3!
2) 5 × 4 × 3 × 2 × 1 = 5!
3) 7 × 6 ×5 × 4 × 3 × 2 × 1 = 7!
4) 9 × 8 × 7 × 6 ×5 × 4 × 3 × 2 × 1 = 9!
3.2 Permutasi

Permutasi adalah susunan dari semua atau sebagian suatu elemen himpunan yang
mementingkan urutan elemennya (urutan diperhatikan).

Permutasi dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu permutasi dari unsur-unsur yang
berbeda, permutasi yang memuat beberapa unsur yang sama, permutasi siklis.

a. Permutasi dengan unsur yang berbeda

Permutasi k unsur dari n unsur yang tersedia biasa dituliskan Pnk atau nPkserta P(n, k)
dengan k ≤ n.

 Banyak permutasi n unsur ditentukan dengan aturan


Pnn = n × (n -1) ×( n – 2) × L × 3 × 2 × 1= n!

 Banyak permutasi unsur dari n unsur yang tersedia, dapat ditentukan dengan:
n!
P ( n , k )=
( n−k ) !

b. Permutasi dengan unsur yang sama

Setiap unsur pada permutasi tidak boleh digunakan lebih dari satu kali, kecuali
dinyatakan secara khusus. Banyaknya permutasi dari n unsur yang memuat k1 unsur yang
sama, k2 unsur yang sama, k3 unsur yang sama, ...., k n unsur yang sama, dengan (k1 + k2 +
k3 + ... + kn≤ n ) dapat ditentukan dengan rumus :

n!
P=
k 1 ! k 2! k 3! … k n !

Contoh 3.1

Berapa banyak susunan huruf yang dapat disusun dari setiap huruf pada kata ADALAH.

Alternatif Penyelesaian:

6 ! 6 ∙ 5∙ 4 ∙3 !
P= = =6 ∙5 ∙ 4=120 cara
3! 3!

c. Permutasi siklis

Penentuan susunan melingkar dapat diperoleh dengan menetapkan satu objek pada
satu posisi, kemudian menentukan kemungkinan posisi objek lain yang sisa, sehingga bila
tersedia n unsur berbeda, maka :

Banyaknya permutasi siklis dari n unsur = (n – 1)!Atau Psiklis =( n−1 ) !


Contoh 3.2
Di sebuah sekolah ada 4 orang guru yang dicalonkan untuk mengisi posisi bendahara dan
sekertaris. Coba kalian tentukan banyaknya cara yang dapat digunakan untuk mengisi posisi
tersebut!

Alternatif Penyelesaian:

Soal di atas dapat dituliskan sebagai permutasi P(4,2), n(banyaknya guru) = 4 k (jumlah
posisi) = 2, masukkan ke dalam rumus:
4! 4 ×3 × 2×1 24
P ( 4 ,2 )= = = =2
(4−2)! 2× 1 1

Contoh 3.3
Berapakah banyaknya bilangan yang dibentuk dari 2 angka berbeda yang dapat kita susun
dari urutan angka 4, 8, 2, 3, dan 5?

Alternatif Penyelesaian:
Pertanyaan di atas dapat disimpulkan sebagai permutasi yang terdiri dari 2 unsur yang dipilih
dari 5 unsur maka dapat dituliskan sebagai P(5,2). tinggal kita masukkan ke dalam rumus.

5! 5× 4 × 3 ×2 ×1 120
P ( 5 ,2 ) = = = =20
(5−2) ! 3 ×2 ×1 6

Maka ada 20 cara yang dapat dilakukan untuk menysyn bilangan tersebut menjadi 2 angka
yang berbeda-beda (48, 42, 43, 45, 84, 82, 83, 85, 24, 28, 23, 25, 34, 38, 32, 35, 54, 58, 53,
52).

Latihan

1. Hitunglah:
a. 9! + 6! + 5!
b. 4! × 4!
9 ! 10 !
c. ×
8 ! 11!
2. Dalam suatu organisasi akan dipilih ketua, bendahara dan sekretaris dari 8 calon yang
memenuhi kriteria. Banyak susunan yang mungkin dari 8 calon tersebut adalah...
3. Sebuah bangku panjang hanya dapat diduduki oleh 5 orang. Banyak cara 8 orang menduduki
bangku sama dengan...
4. Banyak permutasi atau susunan yang berbeda 6 orang duduk mengelilingi suatu meja bundar
adalah.
5. Misal 6 orang akan duduk mengelilingi sebuah meja bundar. Jika ada dua orang tertentu yang
harus duduk sebelah menyebelah, maka banyak susunan yang berbeda yang mungkin sama
dengan...
Rangkuman
Berdasarkan sajian materi terkait berbagai konsep aturan pencacahan, beberapa hal penting dapat
kita rangkum sebagai berikut.

1. Faktorial dinyatakan dengan n! = n × (n – 1) × (n – 2) × (n – 3) × ... × 3 × 2 × 1.


2. Permutasi adalah susunan k unsur dari n unsur tersedia dalam satu urutan. Terdapat tiga jenis
unsur permutasi yakni:
 Permutasi dengan unsur-unsur yang berbeda
 Permutasi dengan unsur-unsur yang sama
 Permutasi siklis.
Secara umum banyak permutasi dinyatakan dengan:

n!
Pnk = dengan n≥ k
( n−k ) !

Uji Kompetensi
1. Sebuah dalam tim olahraga ada 10 orang siswa yang dicalonkan untuk menjadi
pemain. Namun hanya 5 orang boleh menjadi pemain utama. Tentukan banyak cara
yang bisa dipakai untuk memilih para pemain utama tersebut?  
2. Pada sebuah upacara pembukaan turnamen olah raga disusun beberapa bendera klub
yang ikut bertanding. Terdapat 4 bendera berwarna putih, 3 bendera berwarna biru, 2
bendera berwarna merah dan 1 bendera kuning. Tentukanlah susunan bendera yang
ditampilkan pada acara upacara pembukaan tersebut!
3. Sekelompok mahasiswa yang terdiri dari 10 orang akan mengadakan rapat dan
duduk mengelilingi sebuah meja, dengan berapa carakah mereka dapat duduk saling
berdampingan, jika :
a. Posisi duduk sembarang
b. ada 2 orang mahasiswa yang duduk saling berdekatan?
4. Ada berapa macam susunan yang mungkin dibentuk dari kata PAPA? Buatlah
susunan yang mungkin!
5. Pengurus takmir masjid Ar Rahmah yang terdiri dari Ketua, Sekretaris,
Bendahara,dan 5 orang bagian seksi-seksi akan mengadakan musyawarah dengan
posisi dudukmelingkar. Tentukan macam posisi duduk yang mungkin jika:
a. Posisi duduk bebas.
b. Ketua dan Sekretaris harus selalu berdampingan.
c. Ketua, Sekretaris, dan Bendahara harus selalu berdampingan
Kunci Jawaban

1. Diketahui :
Permutasi P (10,5) atau 10P5 dengan  n =10 dan r =5
Ditanya :
P(10,5) = ...... ?
Penyelesaian :
n!
Permutasi unsur yang berbedaP(n,r) =
( n−r ) !
n!
P(n,r) =
( n−r ) !
10 !
=
( 10−5 ) !
10× 9 ×8 ×7 × 6 ×5 × 4 ×3 × 2×1
=
5 × 4 × 3× 2× 1
= 30240

2. Diketahui :
Banyak unsur yang tersedia 10
unsur yang sama adalah : a. 4 bendera berwarna putih
a. 3 bendera berwarna biru
b. 2 bendera bewarna merah
c. 1 bendera bewarna kuning
n = 10 , k1 = 4 , k2 = 3 , k3 = 2 , k4 = 1
ditanya :
P10
4 ,3 ,2,1 =… … … … ? ?

Penyelesaian :
n n!
Permutasi dengan unsur Yang samaPk k …. k = 1 2 nk 1 × k 2 ×… × k n
banyak permutasi dari 10 unsur yang memuat 4 unsur yang sama, 3 unsur yang sama, 2
unsur yang sama dan 1 unsur yang sama adalah:
n!
Pnk k k k =
1 2 3 4 k 1 × k 2 ×k 3 × k 4
10!
P10
4,3,2,1 =
4 × 3× 2× 1
10× 9 ×8 ×7 × 6 ×5 × 4 ×3 × 2×1
=
4 ×3 × 2× 1
= 151200

3. Diketahui :
n = 10 unsur
ditanya :
Berapa carakah mahasiswa dapat duduk saling berdampingan, jika :
a. Posisi duduk sembarang
b. ada 2 orang mahasiswa yang duduk saling berdekatan
Penyelesaian :
Permutasi siklis {Psiklis = ( n – 1 )! }
a. posisi duduk sembarang
Psiklis = ( n – 1 ) !
= ( 10 – 1 ) !
=9!
= 9 × 8 × 7 ×6 × 5 × 4 × 3 × 2 × 1
= 362880
b. Sebenarnya ada total 10 orang.
Tapi karena dua orang harus berdampingan jadi dianggap berjumlah satu. Akhirnya
total ada 9 orang yang akan dihitung.
Maka n = 9 unsur
Psiklis = ( n – 1 ) !
=(9–1)!
=8!
= 8 × 7 ×6 × 5 × 4 × 3 × 2 × 1
= 40320

4. Diketahui :
kata PAPA memiliki 4 unsur, n = 4
dengan huruf A memiliki 2 unsur yang sama dan P memiliki 2 unsur yang sama
Ditanya :
P42,2 = ....... ?
Penyelesaian :
Dari soal, susunan yang mungkin adalah:
PAPA PPAA PAAP APPA APAP AAPP PAPA PPAA
PAAP APPA APAP AAPP PAPA PPAA PAAP APPA
APAP AAPP PAPA PPAA PAAP APPA APAP AAPP
Misalkan antara A ke1 dan A ke2, antara P ke1 dan P ke2 dianggap berbeda, maka
terdapat 24 macam susunan = 4!

Namun karena ada dua A dan dua P yang sama, maka hanya terdapat 6 macam
susunan yang berbeda, yaitu:
PAPA PPAA PAAP APPA APAP AAPP

Atau dapat dicari dengan


n!
Permutasi dengan unsur Yang sama Pnk k …. k =
1 2 n k 1 × k 2 ×… × k n
n!
Pnk k …. k =
1 2 n k 1 × k 2 ×… × k n
4!
P42,2=
2! × 2!
4 × 3× 2× 1
=
2 ×1 ×2 ×1
= 6 cara
5. Diketahui :
n = 8 unsur, yaitu : Ketua, Sekretaris, Bendahara,dan 5 orang bagian seksi-seksi
ditanya :
berapa banyak cara posisi duduk yang mungkin jika:
a. Posisi duduk bebas.
b. Ketua dan Sekretaris harus selalu berdampingan.
c. Ketua, Sekretaris, dan Bendahara harus selalu berdampingan.

Penyelesaian :
Permutasi siklis {Psiklis = ( n – 1 )! }

a. Banyaknya = (8 –1)!
= 7!
= 7 × 6 × 5 ×4 × 3 ×2 × 1
= 5040 cara
b. Ketua dan sekertasris selalu berdampingan maka dianggap 1
Banyaknya = (7 – 1)!× 2!
= 6! ×2!
= ( 6 × 5 ×4 × 3 ×2 × 1 ) × 2 ×1
= 1440 cara
c. Ketua, sekertasris dan bendahara selalu berdampingan maka dianggap 1
3 unsur dianggap 1 karena selalu bersama sehingga dicari permutasi siklis dari 6
unsur, 3 unsur tersebut bisa pindah posisi sebanyak P(3, 3) = 3!)
Banyaknya = (6 - 1)! ×3!
= 5! ×3!
= ( 5 ×4 × 3 ×2 × 1 ) × 3 × 2 ×1
= 720 cara
PPG PRAJABATAN BERSUBSIDI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN FORM – 11
Program Studi Pendidikan Matematika
BAHAN AJAR
Sekolah : SMA
Matapelajaran : Matematika
Kelas/Semester : XII
Materi Pokok : Kombinasi
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit ( 1 x pertemuan )

KI SPIRITUAL (KI 1) DAN KI SOSIAL (KI 2)


Kompetensi Sikap Spiritual yang ditumbuhkembangkan melalui keteladanan, pembiasaan dan
budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi
peserta didik yaitu berkaitan dengan kemampuan menghayati dan mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya. Sedangkan pada kompetensi sikap sosial berkaitan dengan perilaku jujur, displin,
tanggung jawab, kerja sama, responsif (kritis), pro-aktif (kreatif) dan percaya diri serta dapat
berkomunikasi dengan baik.
KI PENGETAHUAN (KI 3) KI KETERAMPILAN (KI 4)
KI 3 : Kompetensi pengetahuan yaitu KI 4 : Kompetensi keterampilan yaitu
memahami, menerapkan, dan menganalisis Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, konkret dan ranah abstrak terkait dengan
dan metakognitif berdasarkan rasa ingin pengembangan dari yang dipelajarinya di
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan dan kreatif, serta mampu menggunakan metode
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan sesuai kaidah keilmuan
peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
KOMPETENSI DASAR DARI KI 3 KOMPETENSI DASAR DARI KI 4
3.4. Menganalisis aturan pencacahan (aturan 4.4. Menyelesaikan masalah kontekstual yang
penjumlahan, aturan perkalian, permutasi, dan berkaitan dengan kaidah pencacahan (aturan
kombinasi) melalui masalah kontekstual penjumlahan, aturan perkalian, permutasi, dan
kombinasi)
INDIKATOR PENCAPAIAN INDIKATOR PENCAPAIAN
KOMPETENSI (IPK) DARI KD 3.4 KOMPETENSI (IPK) DARI KD 4.4
3.4.3 Menemukan konsep kombinasi melalui 4.4.2 Menyelesaikan masalah nyata dan
beberapa contoh nyata serta menyajikan menerapkan aturan kombinasi
alur perumusan aturan kombinasi
TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui kegiatan pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning (PBL) yang
dipadukan dengan metode mind mapping, teknik ATM, dan pendekatan saintifik yang menuntun
peserta didik untuk mengamati (membaca) permasalahan, menuliskan permasalahan dan
menyelesaikannya serta mempresentasikan hasilnya di depan kelas, peserta didik dapat
menginterpretasi kombinasi. Selain itu, peserta didik juga dapat menyelesaikan masalah tentang
kominasi dengan rasa ingin tahu, tanggung jawab, displin selama proses pembelajaran, bersikap
jujur, santun, percaya diri dan pantang menyerah, serta memiliki sikap responsif (berpikir kritis)
dan pro-aktif (kreatif) serta mampu berkomunikasi dan bekerja sama dengan baik.

A. Petunjuk Penggunaan Bahan Ajar

4. Setiap peserta didik wajib mempelajari bahan ajar ini sesuai dengan kegiatan
belajar yang bersangkutan atau sesuai dengan petunjuk guru.

5. Apabila dalam mempelajari bahan ajar ini peserta didik mengalami kesulitan,
hendaknya menanyakan kepada para guru ataupun mencari lewat buku-buku
penunjang lainnya.

6. Setelah selesai kegiatan belajar yang bersangkutan, setiap peserta didik menjawab
soal-soal latihan dan menyelesaikan uji kompetensi sesuai petunjuk.

B. Uraian Materi Bahan Ajar

Kombinasi
Misalkan terdapat 5 orang siswa, yaitu Ani, Betty, Cici, Dedi, dan Endah. Untuk
mengikuti lomba cerdas cermat dipilih 3 orang dengan diseleksi. Berapa macam susunan
yang mungkin dapat dibentuk dari 5 orang tersebut?
Dari ilustrasi tersebut objek percobaannya adalah 5 orang siswa, yaitu O = {Ani,
Betty, Cici, Dedi, Endah} dan seleksi untuk menentukan 3 orang disebut cara percobaan.
Adapun hasil-hasil percobaannya dapat digambarkan sebagai berikut.
Dari diagram tersebut tampak bahwa terdapat 10 susunan yang mungkin dibentuk untuk
mengikuti lomba cerdas cermat. Apabila kalian perhatikan dengan saksama dalam masalah di
atas, susunan Ani – Betty – Cici tidak dibedakan dengan susunan Ani – Cici – Betty atau
Betty – Ani – Cici atau Betty – Cici – Ani atau Cici – Ani – Betty atau Cici – Betty – Ani.
Karena dari keenam susunan tersebut yang terpilih tetap 3 orang, yaitu Ani, Betty, dan Cici.
Jadi, dalam hal ini perhitungan susunan tidak memperhatikan urutan. Cara penyusunan unsur
yang tidak memperhatikan urutan disebut kombinasi. Kombinasi k unsur dari n unsur
didefinisikan sebagai berikut:

Definisi

Perhatikan perhitungan kombinasi di bawah ini.


× 7! n unsur biasa dituliskan C n ; C ; C (n, k) atau n
8k! unsur8dari
1.Kombinasi
C 87= =
( 8−7 ) ! .7 ! 1 ! .7 !
=8 k n k () k
28 ! 28 ×27 !
27 = kombinasi k=unsur dari
2.Banyak
C 28 =28n unsur yang tersedia, tanpa memperhatikan
(28−27 ) ! .27 ! 1! .27 !
urutan susunannya dapat ditentukan dengan :
11 11 ! 11×10 !
3. C 1 = = =11
n ! ) ! .1 ! 10 ! .1!
(n11−1
C k=
( n−k ) ! k ! 100 !
100 100!
4. C 100= = =1
( 100−100 ) ! .100 ! 0 ! .100 !

Sifat Kombinasi

n n!
Diketahui C k = dengan n ≥ k.
( n−k ) ! k !

n n!
1. Jika n – k = 1, maka C k = =n.
( n−k ) ! k !
n n!
2. Jika k = 1, maka C k = =n.
( n−k ) ! k !
n n!
3. Jika n = k, maka C k = =1
Bukti: ( n−k ) ! k !
Penerapan Kombinasi
Contoh:
1. Seorang petani akan membeli 3 ekor ayam, 2 ekor kambing, dan 1 ekor sapi dari seorang
pedagang yang memiliki 6 ekor ayam, 4 ekor kambing dan 3 ekor sapi. Dengan berapa
cara petani tersebut dapat memilih ternak-ternak yang diinginkannya?
Jawab:
6 6! 6! 6 ×5 × 4 ×3 !
Banyaknya cara memilih ayam = C 3= = = =20 cara
( 6−3 ) ! .3 ! 3 ! .3 ! 3 × 2×1.3 !
4 4! 4! 4 × 3 ×2 !
Banyaknya cara memilih kambing =C 2= = = =6 cara
( 4−2 ) ! .2 ! 2! .2 ! 2×1.2 !
3 3! 3! 3 × 2!
Banyaknya cara memilih sapi = C 1= = = =3 cara
(3−1 ) ! .1! 2 ! .1! 2! × 1
Jadi, petani tersebut memiliki pilihan sebanyak = 20 ×6 × 3=360 cara

2. Tersedia 10 siswa yang memenuhi syarat menjadi tim olimpiade matematika suatu SMA.
Dari sejumlah calon itu, 6 siswa pandai komputer dan 4 siswa pandai bahasa inggris. Tim
yang dibentuk beranggotakan 3 siswa yang terdiri dari 2 siswa pandai komputer dan 1
siswa pandai bahasa inggris. Berapa banyak susunan yang mungkin dapat dibentuk?
Jawab:
 Akan dipilih 3 orang sebagai sebuah tim yang mewakili sekolah dengan rincian 2
siswa pandai komputer dan 1 siswa pandai bahasa inggris
 Banyak cara pemilihan 2 siswa dari 6 siswa pandai komputer adalah:
6! 6! 6 ×5 × 4 !
C 62= = = =15 cara
( 6−2 ) ! .2 ! 4 ! .2 ! 4 ! .2 ×1
 Banyak cara pemilihan 1 siswa dari 4 siswa pandai bahasa inggris adalah:
4! 4! 4 ×3 !
C 41= = = =4 cara
( 4−1 ) ! .1 ! 3! .1 ! 3! .1
 Karena 2 siswa pandai komputer dan 1 siswa pandai bahasa inggris harus terpilih
SEKALIGUS, maka berlaku “aturan perkalian”. Sehingga total cara pemilihan 3
siswa yaitu:
C 62 × C41 =15 × 4=60 cara
3. Pak Sinaga memiliki 5 warna cat berbeda yaitu warna Merah, Putih, Biru, Kuning, dan
Hijau. Pak Sinaga ingin memiliki warna cat selain kelima warna yang telah dimilikinya
itu, dan Pak Sinaga pun mempunyai ide yaitu dengan mencampur dua jenis warna cat
dari 5 warna cat yang ada. Ada berapakah warna cat baru yang diperoleh oleh Pak
Sinaga?
Jawab:
 Dua warna cat yang dicampurkan akan diperoleh warna baru. Misalkan warna Merah
dicampur dengan Hijau hasilnya akan sama dengan warna Hijau dicampurkan dengan
warna Merah. Ini artinya urutan tidak diperhatikan sehingga kita bisa menggunakan
konsep kombinasi.
 Dua warna akan dicampurkan dari 5 warna yang ada, artinya kita akan memilih 2
unsur dari 5 unsur dengan banyak cara yaitu:
5! 5! 5× 4 × 3 !
C 52= = = =10 cara
(5−2 ) ! .2! 3 ! .2 ! 3! .2 ×1
Jadi, ada 10 warna cat baru yang mungkin diperoleh Pak Sinaga setelah mencampurkan 2
warna dari 5 warna cat yang ada

C. Latihan
1. Timnas karate kelas 60 kg akan memilih 3 orang dari 10 orang yang memenuhi syarat.
Banyak cara memilih ketiga pemain tersebut adalah...
2. Dari 20 orang siswa yang berkumpul, mereka saling berjabat tangan, maka banyaknya
jabatan tangan yang terjadi adalah...
3. Seorang peserta ujian harus mengerjakan 6 soal dari 10 soal yang ada. Banyak cara
peserta memilih soal ujian yang harus dikerjakan adalah ...
4. Sebuah kotak berisi 4 bola putih dan 5 bola biru. Dari dalam kotak diambil 3 bola
sekaligus, banyak cara pengambilan sedemikian hingga sedikitnya terdapat 2 bola biru
adalah ... cara
5. Sebuah kantong berisi 6 kelereng biru dan 7 kelereng merah. Dari dalam kotak
diambil 4 kelereng sekaligus, banyak cara pengambilan sedemikian hingga sedikitnya
terdapat 3 kelereng merah adalah ... cara

 Kombinasi adalah suatu pilihan dari unsur-unsur yang ada tanpa


D. Rangkuman
memperhatikan urutannya. Banyaknya kombinasi k unsur dari n unsur
n n!
dinyatakan dengan C nk dan dirumuskan: C k =
( n−k ) ! . k !
 Sifat-sifat kombinasi:

n n!
Diketahui C k = dengan n ≥ k.
( n−k ) ! k !

n n!
5. Jika n – k = 1, maka C k = =n.
( n−k ) ! k !
n n!
6. Jika k = 1, maka C k = =n.
( n−k ) ! k !
n n!
7. Jika n = k, maka C k = =1
( n−k ) ! k !
P n n! n Pnk
8. Jika = , maka
E. Uji Kompetensi
1. Tentukan nilai n dari persamaan kombinasi C n2=4 n+5 dan tentukan nilai C n9!
2. Dalam pertemuan untuk menentukan tanggal kelulusan siswa, 20 orang guru diundang.
Setelah memutuskan tanggal kelulusan, mereka saling berjabat tangan. Berapa banyak
jabat tangan yang terjadi?
3. Budi mengikuti UTS pelajaran Matematika. Ada 15 soal yang diujikan di kelas. Dari 15
soal yang ada, setiap siswa harus memilih 12 soal untuk dikerjakan. Dari 12 soal yang
dipilih, soal nomor 1 sampai nomor 5 wajib dikerjakan. Tentukan banyak cara pemilihan
soal yang dapat dilakukan oleh Budi?
4. Pada bidang datar tertentu terdapat 20 titik dan tidak ada 3 titik yang terletak pada satu
garis.
a. Tentukan banyak garis yang terbentuk
b. Tentukan banyak segitiga yang terbentuk
5. Dalam pelatihan bulu tangkis terdapat 10 orang pemain putra dan 8 orang pemain putri.
Berapakah pasangan ganda yang dapat diperoleh untuk:
a. ganda putra
b. ganda putri
c. ganda campuran

Jawaban
1. Diketahui : kombinasi C n2=4 n+5
Ditanya : nilai n dan nilai C n9?
Penyelesaian:
n
 C 2=4 n+5

n!
❑ =4 n+5
( n−2 ) ! .2 !
⇔ n ( n−1 ) (n−2) !
❑ =4 n+5
( n−2 ) ! .2 !
⇔ n( n−1)
❑ =4 n+5
2 ×1

❑ n2−n=8 n+10

❑ n2−9 n−10=0


❑ ( n−10 ) ( n+ 1)
n = 10 atau n = -1 (Karena n bilangan asli, maka yang memenuhi adalah n =10)
n
 Menentukan nilai C 9 , n = 10
10! 10× 9 ! 10
C 10
9 = = = =10
( 10−9 ) ! .9 ! 1 ! .9 ! 1
2. Jabat tangan biasanya hanya dilakukan antar 2 orang saja, artinya untuk menentukan
banyaknya jabat tangan yang terjadi sama saja dengan kita menentukan banyaknya cara
memilih 2 orang untuk berjabat tangan dari 20 orang guru yang ada. Dua orang jabat
tangan tidak memperhatikan urutan sehingga kita menggunakan konsep kombinasi
Total banyak cara jabat tangan yaitu memilih 2 orang dari 20 orang guru yaitu:
20 ! 20 ! 20× 19× 18 ! 380
C 20
2 = = = = =190
( 20−2 ) ! .2! 18 ! .2! 18 ! .2× 1 2
Jadi, totalnya ada 190 jabat tangan yang terjadi.

3. *) Untuk pemilihan soal, urutan tidak diperhatikan. Misalkan Budi mengerjakan soal
nomor 2 dan nomor 5 akan sama saja dengan Budi mengerjakan soal nomor 5 dan nomor
2. Sehingga untuk menyelesaikannya kita menggunakan konsep kombinasi.
*) Soal nomor 1 sampai nomor 5 wajib dikerjakan, artinya Budi tinggal memilih 12 – 5 =
7 soal tersisa dari soal nomor 6 sampai nomor 15 yang ada karena 5 soal sudah pasti
nomor 1 sampai nomor 5
*) Memilih 7 soal dari nomor 6 sampai nomor 15, artinya kita memilih 7 soal dari 10
soal tersisa dengan banyak cara:
10! 10× 9 ×8 × 7! 720
C 10
7 = = = =120cara
( 10−7 ) ! .7 ! 3 ×2 ×1.7 ! 6
Jadi, 120 cara untuk Budi melakukan pemilihan soal yang dikerjakannya.

4. Dalam pemilihan titik (baik 2 titik atau 3 titik), urutan tidak diperhatikan sehingga kita
menggunakan konsep kombinasi.
a. Karena tidak ada 3 titik yang segaris, maka untuk membuat garis kita cukup
menghubungkan dua titik saja. Ini artinya kita hanya butuh 2 titik saja yang dipilih
dari 20 titik yang ada dengan banyaknya cara pemilihan 2 titik dari 20 titik yang ada
yaitu:
20 ! 20 ×19 ×18 !
C 20
2 = = =190 cara
( 20−2 ) ! .2! 18! .2 ×1
Jadi, totalnya ada 190 garis yang terbentuk dari 20 titik yang ada.
b. Karena tidak ada 3 titik yang segaris, maka untuk membuat segitiga kita cukup
menghubungkan tiga titik saja. Ini artinya kita hanya butuh 3 titik saja yang dipilih
dari 20 titik yang ada dengan banyak cara pemilihan 3 titik dari 20 titik yang ada
yaitu:
20! 20× 19× 18 ×17 !
C 20
3 = = =1140 cara
( 20−3 ) ! .3 ! 17 ! .3 ×2 ×1
Jadi, totalnya ada 1.140 segitiga yang terbentuk dari 20 titik yang ada.

5. a. Karena banyaknya pemain putra ada 10 dan akan dipilih 2 untuk bermain ganda, maka
banyak cara pemilihan 2 putra dari 10 putra yang ada yaitu :
10 ! 10 ×9 × 8! 90
C 10
2 = = = =45 cara
( 10−2 ) ! .2 ! 8! .2×1 2
b. Karena banyaknya pemain putri ada 8 orang dan dipilih 2, maka banyaknya cara
pemilihan 2 putri dari 8 putri yang ada yaitu :
8! 8× 7 ×6 ! 56
C 82= = = =28 cara
( 8−2 ) ! .2 ! 6 ! .2 ×1 2
c. Ganda campuran berarti 10 putra diambil satu dan 8 putri diambil 1, maka:
10 ! 8! 10 ×9 ! 8 ×7 !
C 10 8
1 ×C 1= × = × =10 × 8=80 cara
( 10−1 ) ! .1! ( 8−1 ) ! .1 ! 9 ! .1 7 ! .1

E. Daftar Pustaka
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Matematika, Kelas XI SMA/ MA/
SMK/ MAK Semester 2. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Suprijanto, H. Sigit, dkk. 2009. Matematika SMA Kelas XI Program IPA. Jakarta:
Yudhistira
PPG PRAJABATAN BERSUBSIDI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN FORM – 11
Program Studi Pendidikan Matematika
BAHAN AJAR

PELUANG
Kompetensi Inti (KI) KOMPETENSI DASAR (KD)

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang 3.4 Mendeskripsikan dan menentukan peluang kejadian
dianutnya majemuk (peluang kejadian-kejadian saling bebas,
saling lepas, dan kejadian bersyarat) dari suatu
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, percobaan acak
disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong 4.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi peluang kejadian majemuk (peluang, kejadian-
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam kejadian saling bebas, saling lepas, dan kejadian
dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
bersyarat)

3. Memahami, menerapkan, menganalisis


pengetahuan faktual, konseptual, prosedural INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
3.4.1Mendefinisikan Peluang kejadian majemuk
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, 3.4.2Menentukan complement peluang suatu kejadian
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait dari suatu percobaan acak
penyebab fenomena dan kejadian, serta 3.4.3Menentukan peluang dua kejadian yang saling
menerapkan pengetahuan prosedural pada bebas dari suatu percobaan acak
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah. 3.4.4Menentukan peluang dua kejadian yang saling
lepas
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah dari suatu percobaan acak
konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, 3.4.5Menentukan peluang dua kejadian yang memiliki
memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
syarat dari suatu percobaan acak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar,
dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di 4.4.1Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut complement peluang suatu kejadian dari suatu
pandang/teori 4.4.2Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan dua
kejadian yang saling bebas dari suatu percobaa
4.4.3Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
dua kejadian yang saling lepas dari percobaan
4.4.4Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

PETUNJUK PENGGUNAAN BAHAN AJAR


1. Setiap peserta didik wajib mempelajari bahan ajar ini sesuai dengan kegiatan belajar yang bersangkutan
atau sesuai dengan petunjuk guru.
2. Apabila dalam mempelajari bahan ajar ini peserta didik mengalami kesulitan, hendaknya menanyakan
kepada para guru ataupun mencari lewat buku-buku penunjang lainnya.
3. Setelah selesai kegiatan belajar yang bersangkutan, setiap peserta didik menjawab soal-soal latihan dan
menyelesaikan uji kompetensi sesuai petunjuk.
A. Uraian Materi Bahan Ajar

KEJADIAN MAJEMUK

Apabila dua kejadian atau lebih dioperasikan sehingga menghasilkan kejadian baru, maka
kejadian baru itu disebut kejadian majemuk.

1) Dua kejadian A dan B sembarang

S
A B

AB

Jenis Operasi Notasi


Tidak A atau komplemen A A1 = Ac
A dan B AB
A atau B AB
Untuk sembarang kejadian A dan B berlaku:
n (A  B) = n (A) + n (B) – n (A  B)
kedua ruas dibagi dengan n (S) maka:
n( A∪B ) n( A ) n (B ) n ( A∩B)
= + −
n( S ) n( S) n( S ) n( S )

P (A ) = P(A) + P(B) – P (A B)

2) Tiga kejadian A, B dan C sembarang:

S
A B
AB

ABC

BC

P (A  B  C) = P (A) + P (B) + P (c) – P (A  B) – P (A  C)

– P (B  C) + P (A  B  C)
Contoh 1:

Sebuah dadu dilambungkan sekali, tentukan peluang muncul mata dadu genap atau
prima.

Penyelesaian :

Ruang sampul S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}

n (S) = 6

muncul mata genap A = {2, 4, 6}  n (A) = 3

muncul mata prima B = {2, 3, 5}  n (B) = 3

muncul mata genap dan prima = {2}  n (A  B ) = 1

muncul mata genap atau prima:

P (A  B) = P (A) + P (B) – P (A A  B)

3 3 1
+ −
= 6 6 6

5
= 6

Contoh 2:

Dari 45 siswa pada suatu kelas, diketahui 28 siswa senang matematika, 22 siswa
bahasa inggris, dan 10 siswa suka kedua-duanya. Jika seorang siswa dipilih secara
acak, tentukan peluang yang terpilih siswa yang menyukai matematika atau bahasa
Inggris!

Penyelesaian :

S n (S) = 40
M B
yang suka matematika n (M) = 28
18 10 12
yang suka bahasa Inggris n (B) = 22
5
yang suka keduanya n (M  ) = 10
Peluang terpilih yang suka matematika atau bahasa Inggris ialah :

P (M  B) = P (M) + ( P (B) – P (M  B)

28 22 10
+ −
= 45 45 45

30
= 45

6
= 7

Jadi peluang yang terpilih siswa yang menyukai matematika atau bahasa Inggris

3
adalah 4 .

Kejadian majemuk dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Komplemen suatu kejadian

S Ac Jika A mempunyai a elemen, dan S mempunyai n


A elemen, maka Ac mempunyai n – a elemen.

n−a
P (Ac) = n

n a

= n n

a
=1– n

P (Ac) = 1 – P (A)

Jadi P (Ac) = 1 – P (A) atau P (A) + P (Ac) = 1

P (A) = 1 – P (Ac)
atau

Contoh 1 :

Sebuah dadu dilempar sekaliu, tentukan peluang munculnya mata dadu lebih dari
dua.

Penyelesaian :

Cara I :

Sebuah dadu dilempar sekali, maka U (S) = 6

Jika A = {mata dadu kurang dari sama dengan 2}

Maka Ac = {mata dadu lebih dari 2}

Sehingga :

Ac = {3, 4, 5, 6}

n (Ac) = 4

n( A c ) 4 2
= =
P(Ac) = n(S ) 6 3

2
Jadi peluang munculnya mata dadu lebih dari 2 adalah 3

Cara II.

Sebuah dadu dilempar sekali, maka n (S) = 6

Jika A = {mata dadu kurang dari sama dengan 2}

= {1, 2}

n(A) = 2

n( A ) 2 1
= =
P(A) = n( S ) 6 3

Sehingga :

P (Ac) = 1 – P (A)
1
=1– 3

2
= 3

2
Jadi peluang munculnya mata dadu lebih dari 2 adalah 3

Contoh 2:

Dua buah dadu dilambungkan bersama-sama, tentukan peluang bahwa jumlah


mata kedua dadu lebih dari 3!

Penyelesaian :

Dua buah dadu dilambungkan bersama, maka n (S) = 6  6 = 36

Jika A = {jumlah mata kedua dadu  3}

= {(1,1), (1,2), (2,1)}

n(A) =3

n( A ) 3 1
= =
P (A) = n( S ) 36 12

1
c
P (A ) = 1 – 12

11
= 12

11
Jadi peluang bahwa jumlah mata kedua dadu > 3 adalah 12

Contoh 3:

Jika peluang hari esok akan hujan adalah 0,35, berapa peluang bahwa cuaca akan
cerah esok hari?

Penyelesaiannya :

A = {esok hari akan turun hujan)


P (A) = 0,35

P (Ac) = 1 – P(A)

= 1 – 0,35

= 0,65

Jadi peluang bawah cuaca akan cerah hari esok adalah 0,65.

b. Dua kejadian saling lepas

S
A B Kejadian A dan B dikatakan saling lepas

Jika A  B =  atau P (A  B) = 0

Jika P (A  B) = 0 maka P (A  B) = P(A) + P (B)

Kesimpulan :

Jika A dan B kejadian saling lepas, maka:


P (A  B) = P(A) + P (B)

Contoh 1 :

Dari satu set kartu bridge diambil 1 kartu secara acak.

Berapa peluang untuk mendapatkan kartu As atau king?

Penyelesaian :

Jika A = kejadian mendapatkan kartu A  n (A) = 4

B = kejadian mendapatkan kartu king  n (B) = 4

n(A  B) = 

Maka : P (A  B) = P(A) + P (B)

4 4
+
= 52 52
2
= 13

2
Jadi peluang untuk mendapatkan kartu As atau king adalah 13

Contoh 2:

Dua buah dadu dilambungkan bersama-sama. Berapa peluang jumlah angka


kedua dadu sama dengan 5 atau 10.

Penyelesaian :

n (S) = 6  6 = 36

jika A = {jumlah angka sama dengan 5}

= {(1, 4), (4, 1), (2, 3) (3, 2)}

n (A) = 4

jika B = {jumlah angka sama dengan 10}

= {(4, 6), (6, 4), (5, 5)}

n (B) = 3

AB=

n (A  B) = 0

Maka : P (A B) = P (a) + P(B)

4 3
+
= 36 36

7
= 36

7
Jadi nilai kemungkinan jumlah angka kedua mata dadu 5 atau 10 adalah 36

Contoh 3:
Di dalam sebuah kotak terdapat 5 bola merah dan 4 bola putih. Dari dalam kotak
tersebut diambil dua bola sekaligus. Berapa peluang kedua boila itu berwarna
sama?

Penyelesaian :

n (S) = 9C2 = 36

Dua bola berwarna sama, berarti dua merah atau dua putih

A = {dua merah}, n (a) = nC2 = 10

n( A ) 10
=
P(A) = n( S ) 36

B = {dua putih}, n (B) = 4C2 = 6

n(B ) 6
=
P(B) = n (S ) 36

Karena A dan B saling lepas maka:

P (A  B) = P (A) + (P (B)

10 6
+
= 36 36

16
= 36

4
= 9

4
Jadi peluang kedua bola itu berwarna sama adalah 9

C. Dua Kejadian Saling Bebas

Kejadia A dan B dikatakan saling bebas jika kejadian A tidak mempengaruhi kejadian B dan
kejadian B tidak mempengaruhi kejadian A. Misalkan kita melambungkan dua buah dadu, maka
angka yang muncul pada dadu pertama tidak mempengaruhi angka yang muncul pada dadu
kedua.
Secara umum dapat dirumuskan :

Jika A dan B saling bebas maka berlaku:

P (A  B) = P (A)  P (B)

Contoh 1:

Dadu kuning dan dadu hijau dilambungkan bersamaan. Jika A merupakan kejadian muncul mata
3 pada dadu kuning dan B merupakan kejadian muncul mata 5 pada dadu hijau,

a) tentukan P(A), P(B)


b) tentukan peluang muncul mata 3 pada dadu kuning dan muncul mata dadu 5 pada dadu hijau.
Penyelesaian :

a) S ={(1, 1), (1, 2), (1, 3),..., (6, 6)}  n (S) = 36


A = {(3, 1), (3, 2), (3, 3), (3, 4), (3, 5), (3, 6)}  n (A) = 6

B = {(1, 5), (2, 5), (3, 5), (4, 5), (5, 5), (6, 5)}  n (B) = 6

n( A ) 6 1
= =
P (A) = n( S ) 36 6

n(B ) 6 1
= =
P (B) = n (S ) 36 6

b) A  B = {(3, 5)}  n (A  B) = 1
Sehingga

n( A∩B ) 1
=
P (A  B) = n( S ) 36

Atau dapat dicari :

P (A  B) = P (A)  P (B)

1 1 1
× =
= 6 6 36
Contoh 2:

Dalam sebuah kantong terdapat 5 kelereng merah dan 6 kelereng putih. Kemudian diambil
sebuah kelereng dengan acak secara berurutan sebanyak dua kali. Setelah kelereng pertama
diambil, kelereng itu dikembalikan kemudian mengambil kelereng kedua. Tentukan peluang
bahwa yang terambil :

a) kelereng merah pada pengambilan pertama dan kedua


b) kelereng merah pada pengambilan pertama dan putih pada pengambilan kedua
Penyelesaian :

a) Jika A = {kelereng merah pada pengambilan pertama}


5
Maka : P (A) = 11

Jika B = {kelereng merah pada pengambilan kedua}

5
Maka : P (B) = 11 (karena pengambilan pertama dikembalikan)

Sehingga : P (A  B) = P (A)  P (B)

5 5
= 11  11

25
= 121

Jadi peluang untuk pengambilan pertama dan kedua diperoleh kelereng merah adalah

25
121

b) Jika A = {kelereng merah pada pengambilan pertama}


5
Maka : P (A) = 4

Jika B = {kelereng putih pada pengambilan kedua}

6
Maka : P (B) = 11

Sehingga :
P (A  B) = P (A)  P (B)

5 6
×
= 11 11

30
= 121

Jadi peluang untuk memperoleh kelereng merah pada pengambilan pertama dan putih

30
pada pengambilan kedua adalah 121

D. Dua Kejadian Bersyarat

Jika kejadian A dan B tidak saling bebas, kejadian B dipengaruhi oleh kejadian A atau kejadian B
dengan syarat A, maka dinamakan kejadian bersyarat. Peluang dari kejadian bersyarat disebut
peluang bersyarat, dirumuskan dengan:

P(B/A) = kejadian B dengan syarat A


P( A∩B)
P (B/A) = P(A)

Atau

P (A  B) = P (A)  P(B / A)

Contoh 1 :

Di dalam sebuah kantong terdapat 6 kelereng hitam dan 5 kelereng putih. Dari dalam kantong
tersebut diambil dua kelereng secara berturut-turut tanpa pengambilan. Tentukan peluang bahwa
kelereng itu berwarna hitam !

Penyelesaian :

Misal : A = kejadian pertama terambil kelereng hitam

B = kejadian kedua terambil kelereng hitam

6
Maka : P(A) = 11
5
P(B/A) = 10

(kejadian B dengan syarat A atau pengambilan pertama kelereng hitam dan


tidak dikembalikan)

Sehingga :

P (A  B) = P (A)  P (B/A)

6 1
×
= 11 2

3
= 11

3
Jadi peluang bahwa kedua kelereng itu berwarna hitam adalah 11

Contoh 2:

Dari satu set kartu bridge (52 lembar) diambil satu kartu secara berturut-turut dua kali tanpa
pengembalian. Tentukan peluang pengambilan pertama diperoleh AS dan pengambilan kedua
diperoleh king!

Penyelesaian :

Misal A = pengambilan pertama, terambil AS

B = pengambilan kedua, terambil King

4 1
=
Maka : P (A) = 52 13

4
P (B/A) = 51

Sehingga :

P (A  B) = P (A)  P (B/A)
1 4
×
= 13 51

4
= 663

Contoh 3:

Di dalam suatu ruangan terdapat dua kotak, kotak pertama berisi 4 bola merah dan 5 bola putih
sedangkan kotak kedua berisi 3 bola merah dan 2 bola putih. Jika ruangan dalam jkeadaan gelap,
kemudian seorang ingin mengambil sebuah bola, tentukan peluang bola yang terambil itu
berwarna merah dan dari kotak pertama.

Penyelesaian :

Peluang terpilihnya kotak pertama : P(A) = ½

4
Peluang terambilnya bola merah dari kotak pertama : P (B/A) = 9

P (A  B) = P (A)  P(B/A)

1 4
×
= 2 9

2
= 9

2
Jadi peluang bola yang terambil itu berwarna merah dan dari kotak pertama adalah 9 .

Daftar Pustaka
Johanes, S.Pd., M.Ed., Kastolan, S.Pd, Sulasim, S.Pd. Kompetensi Matematika 2A. 2006.
Jakarta: Yudistira

Kemendikbud. Buku Matematika Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK.2014. Jakarta

Noormandiri, B. K. Matematika untuk SMA Kelas XI Program IPA. 2007. Jakarta: Erlangga

Sukino. Matematika untuk SMA Kelas XI. 2007. Jakarta: Erlangga

Wirodikromo, Sartono. Matematika untuk SMA Kelas XI Program Ilmu Alam. 2007. Jakarta:
Erlangga

http://matematrick.blogspot.com
www.pdfquickstart.com/peluang

Disetujui oleh: Disusun Oleh:


Tim Dosen Pengampu Materi SSP 6 1. Natalita Siahaan, S.Pd
1. Lasker P. Sinaga, M.Si 2. Nuni Sariani Br. Sembiring, S.Pd
2. Arnah Ritong, S.Si, M.Si 3. Syahrani, S.Pd
4. Zulkifli, S.Pd

Anda mungkin juga menyukai