Anda di halaman 1dari 8

FALSAFAH PANCASILA

A. Pengertian Filsafat
Secara etimologis istilah filsafat atau dalam bahasa inggrisnya

philosophi adalah berasal dari bahasa yunani philosophia yang secara

lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan kata philosophia tersebut

berakar pada kata philos (pilia, cinta) dan Sophia (kearifan).

Berdasarkan pengertian bahasa tersebut filsafat bisa juga berarti cinta

kearifan. Kata kearifan bisa juga berarti wisdom atau kebijaksanaan

sehingga filsafat bisa juga berarti cinta kebijaksanaan. Berdasarkan makna

kata tersebut maka filsafat berarti merupakan upaya manusia untuk

mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep

kebijakan hidup yang bermanfaat bagi peradaban manusia. Seorang ahli

pikir disebut filosof, kata ini mula-mula dipakai oleh Herakleitos.

Beberapa tokoh-tokoh filsafat menjelaskan pengertian filsafat adalah

sebagai berikut :
1. Socrates (469-399 s.M.)
Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat

relektif atau berupa perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan

yang adil dan bahagia. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat

dikembangkan bahwa manusia akan menemukan kebahagiaan dan

keadilan jika mereka mampu dan mau melakukan peninjauan diri atau

refleksi diri sehingga muncul koreksi terhadap diri secara obyektif.


2. Plato (472-347 s.M.)
Dalam karya tulisnya Republik Plato menegaskan bahwa para

filsuf adalah pecinta pandangan tentang kebenaran (vision of truth).


Dalam pencarian dan menangkap pengetahuan mengenai ide yang

abadi dan tak berubah. Dalam konsepsi plato filsafat merupakan

pencarian yang bersifat spekulatif atau perekaan terhadap pandangan

tentang seluruh kebenaran. Filsafat Plato ini kemudian digolongkan

sebagai filsafat spekulatif.

B. Pengertian Pancasila sebagai Suatu Sistem


Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat dapat

dilakukan dengan cara deduktif dan induktif.


Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta

menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan

pandangan yang komprehensif.


Cara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya

masyarakat, merefleksikannya, dan menarik arti dan makna yang hakiki

dari gejala-gejala itu.


Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan

sistem filsafat. Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling

berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara

keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh, ciri-ciri sistem yaitu

sebagai berikut :
1. Suatu kesatuan bagian-bagian
Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
2. Saling berhubungan, saling ketergantungan
Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama

(tujuan sistem)
Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore dan Voich,

1974:22)

C. Tujuan dan Manfaat Mempelajari Filsafat Pancasila


Tujuannya yaitu membentuk kepribadian yang seimbang antara

intelektual dan kerohanian, dan menumbuhkan wawasan berpikir yang

menyeluruh dengan menjunjung nilai filosofis Pancasila serta mampu

menerapkan nilai-nilainya dalam kehidupan.


Manfaatnya sebagai penentu dalam pengambilan sikap oleh bangsa

Indonesia dengan berlandaskan Pancasila. Dan membantu pengertian kita

terhadap wawasan Pancasila sebagai pendekatan dalam memahami hakikat

hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

D. Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Negara


Empat hal pendapat Aristoteles (382-322 SM.) tentang Filsafat

Asal-mula/sebab yaitu : pertama Causa Materialis artinya sebab berupa

bahan, kedua Causa Formalis artinya sebab berupa bentuk, ketiga Causa

Finalis artinya sebab berupa tujuan, dan keempat Causa Efisiensi sebab

berupa akibat terjadinya hal baru. (Prof. Notonagoro, 1997: )


Kalau keempat Causa atau sebab dihubungkan dengan asal mula

Pancasila, maka secara kronologis nampak bahwa, pertama bangsa

Indonesia adalah Causa Materialis daripada Pancasila. Kedua Ir. Soekarno

mengusulkan Pancasila sebagai Dasar Negara yang berarti asal mula

berupa bentuk Pancasila masih sebagai calon Dasar Filsafat Negara.

Ketiga BPUPKI sebagai bentuk asal mula tujuan, karena adanya BPUPKI

lah maka adanya Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara Indonesia

merdeka. Dan Keempat PPKI sebagai asal mula yang berupa karya atas

kuasa pembentuk negara, PPKI inilah yang menjadikan Pancasila sebagai

Dasar Filsafat Negara.

E. Nilai-nilai yang Terkandung Dalam Pancasila


Nilai adalah sesuatu itu apabila berguna atau berharga, indah, dan

baik. Menurut Prof. Notonagoro, nilai-nilai yang terkandung pada sila-sila

Pancasila adalah, (1) Nilai Religius, nilai pada sila pertama yaitu mengenai

kesucian Tuhan Yang Maha Esa, (2) Nilai Spritual, Nilai pada sila kedua

yaitu mengenai kemanusiaan (budi Pekerti), (3) Nilai Vital, nilai pada sila

ketiga, yaitu nilai mempertahankan hidup, cinta tanah air dan bangsa

dalam wujud persatuan, (4) Nilai Kerohanian, Nilai pada sila keempat

yaitu nilai kebenaran yang bersumber pada akal budi, yaitu kerakyatan

dengan prinsip musyawarah untuk mencapai mufakat), (5) Nilai Material,

nilai pada sila kelima, yaitu mengenai benda-benda sebagai kesejahteraan

dibidang material.
Jadi menurut susunannya, nilai-nilai Pancasila itu sudah mencapai

posisinya sendiri-sendiri dengan urutan tata nilainya, maka Pancasila

merupakan suatu sistem landasan negara dan bangsa Indonesia.

F. Hakikat sila Ketuhanan yang Maha Esa dalam Filsafat Pancasila


A. Pengertian Filsafat Pancasila
Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia. Kenyataannya

definisi filsafat dalam filsafat pancasila telah diubah dan diinterpretasi

berbeda oleh beberapa filsuf Indonesia.Pancasila dijadikan wacana

sejak 1945. Filsafat Pancasila senantiasa diperbarui sesuai dengan

permintaan rezim yang berkuasa, sehingga Pancasila berbeda dari

waktu ke waktu.

B. Arti Ketuhanan yang Maha Esa


Tuhan adalah causa prima/sebab yang pertama , karena tidak

tergantung pada siapa pun atau pada apapun juga. Dia adalah yang

mutlak, seluruh alam semesta adalah ciptaannya. Yang Maha Esa

adalah yang satu atau maha tunggal. Esa dalam dzatnya, budinya,

kehendaknya, adanya, adanya adalah hakekatnya Tuhan bukan suatu

compositum seperti manusia yang terdiri atas jiwa dan badan, maka

tidak ada yang menyamainya.

C. Bukti-bukti adanya Tuhan yang Maha Esa


1. Sebab akibat Kalau ada akibat pasti ada sebabnya adanya dunia

dengan segala isinya merupakan suatu akibat. Pasti ada sebab yang

menimbulkan adanya dunia ini, yaitu sebab yang pertama Tuhan

yang maha Esa.


2. Adanya Suara hati Sesuatu yang bersifat transendental ( Sesuatu

yang mengungguli struktur alam jasmani, mengatasi waktu dan

tempat ) atau relatif transendental berasal dari sesuatu yang absolut

transendental padahal suara hati bersifat relatif relative

transendental. Jadi suara hati berasal dari sesuatu yang absolut

transendental yaitu Tuhan yang Maha Esa.


3. Setiap suku bangsa di Indonesia mengakui adanya suatu realitas

yang maha tinggi, dengan sebutan yang bermacam-macam seperti :

Tuhan, Allah, Gusti, Hyang Widi, Sang Widi Wasa, Pangeran dan

sebagainya. Padahal keseluruhan suku-suku bangsa itu merupakan

bangsa Indonesia. Jadi bangsa Indonesia mengakui adanya realitas

yang maha tinggi.


4. Adanya hidup di dunia ini.
5. Adanya Pranata tertib dalam alam semesta.
D. Hakikat Landasan Sila Ketuhanan yang Maha Esa
Pancasila adalah sebagai dasar filsafat Negara Indonesia, yang

nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu

kala, berupa nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan, dan nilai-nilai agama.

Dengan demikian sila Ketuhanan yang Maha Esa nilai-nilainya telah

ada pada bangsa Indonesia sebagai kausa materialis. Makna yang

terkandung dalam sila Ketuhanan yang Maha Esa sebenarnya intinya

adalah Ketuhanan. Hal ini mengandung makna bahwa Negara dengan

Tuhan adalah hubungan sebab-akibat yang tidak langsung melalui

manusia sebagai pendukung pokok Negara. Maka sesuai dengan

makna yang terkandung dalam sila pertama bahwa adanya Tuhan bagi

bangsa dan Negara Indonesia adalah telah menjadi suatu keyakinan,

sehingga adanya Tuhan bukanlah persoalan. Adanya tuhan adalah

dalam kenyataannya secara objektif ( ada dalam objektivanya ).

E. Landasan Filosofis Sila Ketuhanan yang Maha Esa


Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Indonesia merupakan

sumber nilai bagi pelaksanaan penyelenggaraan Negara secara

kongkrit, oleh karena itu inti isi sila pertama yang a ide-ide abstrak

umum universal harus sesuai dengan praktek penyelenggaraan Negara,

moral penyelenggara Negara dan juga penjabaran dalam tertib hukum

Indonesia. Pengetahuan tentang adanya Tuhan ini telah banyak

dibuktikan secara rasional dengan beberapa argumentasi, yaitu :


Bukti adanya Tuhan secara ontologis yang berpendapat bahwa

adanya segala sesuatu di dunia tidak berada karena dirinya sendiri,

melainkan karena sesuatu yang disebut ide. Ide ini berada di luar
segala sesuatu termasuk alam semesta, dan sebenarnya kenyataan yang

sebenarnya adalah ide-ide tersebut. Maka yang dimaksud ide yang

tertinggi adalah Tuhan sebagai kausa prima.


Bukti adanya Tuhan secara kosmologis yang berpendapat bahwa

alam semesta (termasuk manusia ini ) diciptakan oleh Tuhan. Segala

sesuatu yang terjadi di alam semesta ini mempunyai hubungan sebab-

akibat, sebab sesuatu disebabkan oleh sebab yang lain. Misalnya

rentetan hubungan anak dengan orang tuanya, orang tuanya

disebabkan oleh kakek dan neneknya, dan begitu seterusnya. Sehingga

rangkaian sebab akibat tersebut sampailah pada suatu sebab yang tidak

disebabkan oleh yang lain yang disebut sebab pertama ( kausa prima ).
Bukti adanya tuhan secara Teleologis yang berpendapat bahwa

alam diatur menurut sesuatu tujuan tertentu Dengan lain perkataan

alam ini dalam keseluruhannya berevolusi dan beredar kepada suatu

tujuan tertentu. Bahagian-bahagian dari alam ini mempunyai hubungan

yang erat satu dengan yang lainnya dan bekerja sama dalam mencapai

suatu tujuan tertentu. Maka dapatlah disimpulkan bahwa ada suatu dzat

yang menentukan tujuan tersebut, yaitu Tuhan.


Bukti adanya Tuhan Secara Psikologis. Pembuktian ini

berdasarkan pada suatu kenyataan bahwa kita memiliki suatu

pengertian atau gagasan tentang Tuhan sebagai sesuatu yang sempurna,

lalu kita mencoba untuk menerangkan asal mula gagasan tentang

Tuhan sebagai sesuatu yang sempurna, lalu masalahnya bagaimana

kita caranya untuk memperoleh gagasan tersebut. Gagasan diperoleh

dari jenis pengalaman-pengalaman tertentu atau diperoleh dari


gagasan-gagasan yang lain yang digabungkan, diperbandingkan dan

sebagainya.

F. Hakikat Ketuhanan yang Maha Esa dalam Etika Pancasila


Peranan etika pancasila di dalam unsur ketuhanan ialah

mempunyai peranan penting dalam pembentukan manusia Indonesia

yang utuh. Hal ini terbukti dari putusan rapat Badan pekerja tanggal 29

Desember 1947 yang menekankan agar agama mendapat tempat

teratur dan saksama, sedangkan madrasah serta pesantren hendaknya

mendapat perhatian. Realisasinya diatur dengan peraturan bersama

menteri pendidikan, pengajaran, dan Kebudayaan dan menteri agama

di tiap-tiap sekolah rendah dan sekolah lanjutan. Dengan melalui

pendidikan agama diharapkan setiap siswa dan mahasiswa dapat

mendalami dan mengamalkan agamanya masing-masing. Dengan

melalui pendidikan agama diharapkan bahwa siswa dan mahasiswa

dapat memahami nilai-nilai luhur dan moral yang terkandung di dalam

agamanya masing-masing. Melalui pendidikan agama manusia

Indonesia yang utuh diharapkan akan memiliki sifat berketuhanan.

Dalam rangka pendidikan di Indonesia unsur Ketuhanan telah

mendapat perhatian dan tempat sebagaimana mestinya.

Anda mungkin juga menyukai