Anda di halaman 1dari 16

FILSAFAT

PANCASILA
KELOMPOK II:
• ASTRID
• FATUR RAHMAN G
• FEBY SARDINI
• INA SYAHID HARIS
SUB BAB :
A. Pengertian Filsafat
B. Pengertian Pancasila Sebagai Sistem
C. Kesatuan Sila-sila Pancasila
D. Kesatuan Sila-sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat
E. Pancasila Sebagai Nilai Dasar Fundamental Bagi Bangsa
Dan Negara Indonesia
F. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Dan Negara Indonesia
G. Makna Nilai-nilai Setiap Sila Pancasila
H. Pancasila Sebagai Dasar Kehidupan Berbangsa Dan
Bernegara
A. PENGERTIAN FILSAFAT
Dalam wacama ilmu pengetahuan sebenarnya pengertian filsafat
adalah sangat sederhana dan mudah difahami. Filsafat adalah
satu bidang ilmu yang senantiasa ada dan menyertai kehidupan
manusia. Dengan lain perkataan selama manusia hidup, maka
sebenarnya ia tidak dapat mengelak dari filsafat, atau dalam
kehidupan manusia senantiasa berfilsafat. Secara etimologis
istilah "filsafat" berasal dari bahasa Yunani "philein" yang artinya
"cinta" dan "Sophos" yang artinya "hikmah" atau "kebijaksanaan"
atau "wisdom" (Nasution,1973). Jadi secara harfiah istilah filsafat
adalah mengandung makna cinta kebijaksanaan.
B. PENGERTIAN PANCASILA SEBAGAI
SUATU SISTEM
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada
hakikatnya merupakan system filsafat. Yang
dimaksud dengan system adalah suatu kesatuan
bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerja sama untuk satu tujuan tertentu dan secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh,
system lazimnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Suatu kesatuan bagian-bagian
2) Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi
sendiri-sendiri
3) Saling berhubungan, saling ketergantungan
4) Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai
suatu tujuan bersama (tujuan sistem)
5) Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks
(shore dan voich, 1974 : 22)
C. KESATUAN SILA-SILA PANCASILA
1. Susunan Pancasila Yang Bersifat Hierarkis Dan Berbentuk Piramidal
Susunan pancasila adalah hierarkis dan mempunyai bentuk
pyramidal. Pengertian matematika pyramidal digunakan untuk
menggambarkan hubungan hierarki sila-sila dari pancasila dalam
urut-urutan luas (kwantitas) dan juga dalam hal sifat-sifatnya
(kwalitas). Secara ontologis kesatuan sila-sila pancasila sebagai
suatu system bersifat hierarkis dan berbentuk pyramidal adalah
sebagai berikut :bahwa hakikat adanya Tuhan adalah ada karena
dirinya sendiri, Tuhan sebagai Causa Prima. Oleh karena itu segala
sesuatu yang ada termasuk manusia ada diciptakan Tuhan atau
manusia ada sebagai akibat adanya Tuhan (sila 1). Adapun manusia
adalah sebagai subjek pendukung pokok negara, karena negara
adalah lembaga kemanusiaan, negara adalah sebagai persekutuan
hidup bersama yang anggotanya adalah manusia (sila 2). Maka
negara adalah sebagai akibat adanya manusia yang bersatu (sila 3).
Sehingga terbentuklah persekutuan hidup bersama yang disebut
rakyat. Maka rakyat pada hakikatnya merupakan unsur negara di
samping wilayah dan pemerintah. Rakyat adalah sebagai totalitas
individu-individu dalam negara yang bersatu (sila 4). Keadilan pada
hakikatnya merupakan tujuan suatu keadilan dalam hidup
bersama atau dengan lain perkataan keadilan sosial (sila 5).
2. Kesatuan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan saling mengkualifikasi
Sila-sila pancasila sebagai kesatuan dapat dirumuskan pula dalam habungannya saling mengisi atau
mengkualifikasi dalam rangka hubungan hierarki piramida tadi.
1. Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa adalah ketuhanan yang berkemanusiaan yang adil dan
beradab, yang berpesatuan indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Sila kedua : kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kemanusiaan yang /Berketuhanan Yang
Maha Esa, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
3. Sila ketiga : persatuan Indonesia adalah persatuan yang berketuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
rakyat Indonesia.
4. Sila keempat : kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakila, adalah kerakyatan yang Berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan
beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
5. Sila kelima : keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah keadilan yang Berketuhanan Yang
Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.
D. KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT
Kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukan
hanya merupakan kesatuan yang bersifat formal
logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar
ontologis, dasar epistomologis serta dasar
aksiologis dari sila-sila pancasila. Sebagaimana
dijelaskan bahwa kesatuan sila-sila pancasila adalah
bersifat hierarki dan mempunyai bentuk pyramidal,
digunakan untuk menggambarkan hubungan-
hubungan hierarki sila-sila dalam pancasila dalam
urut-urutan luas (kuantitas) dan dalam pengertian
inilah hubungan kesatuan sila-sila pancasila itu
dalam arti formal logis. Secara filosofis Pancasila
sebagai suatu kesatuan system filsafat memiliki
dasar Ontologis, Epistomologis, Aksiologis.
E. PANCASILA SEBAGAI NILAI DASAR FUNDAMENTAL BAGI
BANGSA DAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
1. Dasar Filosofis

Pancasila sebagai sebagai dasar filsafat Negara serta sebagai filsafat hidup
bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat
sistematis. Oleh karena itu sebagai suatu dasar filsafat maka sila-sila
Pancasila merupakan suatu kesatuan yang bulat, hierarkis dan sistematis.
Dalam pengertian inilah maka sila-sila Pancasila merupakan suatu system
filsafat. Oleh karena merupakan suatu system filsafat maka kelima sila bukan
terpisah-pisah dan memiliki makna sendiri-sendiri, melainkan memiliki esensi
makna yang utuh.
2. Nilai-nilai Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Negara

Nilai-nilai pancasila sebagai dasar filsafat Negara Indonesia pada


hakikatnya merupaka suatu sumber dari hukum dasar dalam negara
Indonesia. Sebagai suatu sumber dari hukum dasar, secara objektif
merupakan suatu pandangan hidup, kesadran, cita-cita hukum serta cota-
cita moral yang luhur yang meliputi suasana kejiwaan, serta watak
bangsa Indonesia, yang pada tanggal 18 Agustus 1945 telah dipadatkan
dan diabstraksikan oleh para pendiri negara menjadi lima sila dan
ditetapkan secara yuridis formal menjadi dasar filsafat negara republik
Indonesia.
F. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA
INDONESIA
Istilah ideologi berasal dari kata “idea” yang berarti
gagasan/konsep, pengertian dasar cita-cita dan logos
yang berarti ilmu, kata idea berasal dari kata bahasa
Yunani eidos yang artinya bentuk. Disamping itu ada kata
“idein” yang artinya melihat. Maka secara harfiah, ideologi
berarti ilmu pengertian-pengertian dasar. Dalam
pengertian sehari-hari, “idea” disamakan artinya dengan
cita-cita. Cita-cita yang dimaksud adalah cita-cita yang
bersifat tetap yang harus dicapai, sehingga cita-cita yang
bersifat tetap itu sekaligus merupakan dasar, pandangan
atau faham. Memang pada hakikatnya antara dasar dan
cita-cita itu sebenarnya dapat merupakan satu kesatuan.
Dasar ditetapkan karena atas suatu landasan, asas atau
dasar yang telah ditetapkan pula. Dengan demikian
ideologi mencakup pengertian tentang idea-idea,
pengertian dasar, gagasan dan cita-cita.
G. MAKNA NILAI-NILAI SETIAP SILA PANCASILA
Sebagai suatu dasar filsafat Negara maka sila-sila Pancasila merupakan suatu system nilai, oleh
karena itu sila-sila Pancasila itu pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan. Meskipun dalam
setiap sila terkandung nilai-nilai yang memiliki perbedaan antara satu dengan lainnya namun
kesemuanya itu tidak lain merupakan suatu kesatuan yang sistematis. Oleh karena itu meskipun
dalam uraian berikut ini menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila, namun
kesemuanya itu tidak dapat dilepaskan keterkaitannya dengan sila-sila lainnya. Adapun nilai-nilai
yang terkandung dalam setiap sila adalah sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai keempat sila lainnya.
Dalam sila ketuhanan yang maha esa terkandung nilai bahwa negara yang didirikan adalah
sebagai pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab secara sistematis didasari dan dijiwai oleh sila
ketuhanan yang maha esa, serta mendasari dan menjiwai ketiga sila berikutnya. Silai
kemanusiaan sebagai dasar fundamental dalam kehidupan kenegaraan, kebangsaan, dan
kemasyarakatan.
3. Persatuan Indonesia

Nilai yang terkandung dalam Sila Persatuan Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan keempat
sila lainnya karena seluruh sila merupakan suatu kesatuan yang bersifat sistematis. Sila
Persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan
Yang Adil Dan Beradab serta mendasari dan dijiwai sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh
Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan dan Keadlian Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpn oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan


nilai yang terkandung dalam sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan didasar oleh sila ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, serta persatuan indonesia, dan mendasari dan menjiwai sila keadilan sosial bagi seluruh
rakyat indonesia.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Nilai yang terkandung dalam sila keadilan


sosial bagi seluruh rakyat Indonesia didasari
dan dijiwai oleh sila ketuhanan yang maha
esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, serta kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Dalam sila
kelima tersebut terkandung nilai-nilai yang
merupakan tujuan negara sebagai tujuan
dalam hidup bersama. Maka didalam sila
kelima tersebut terkandung nilai keadilan
yang harus terwujud dalam kehidupan
bersama ( kehidupan sosial).
H.PANCASILA SEBAGAI DASAR
KEHIDUPAN BERBANGSA DAN
BERNEGARA
Setiap bangsa di dunia senantiasa memiliki cita-cita serta pandangan hidup
yang merupakan suatu basis nilai dalam setiap pemecahan masalah yang
dihadapi oleh bangsa tersebut. Bangsa yang hidup disuatu kawasan negara
bukan terjadi secara kebetulan melainkan melalui suatu perkembanngan
kausalitas, dan hal ini menurut Ernest Renan dan Hans Khons sebagai suatu
proses sejarah terbentuknya suatu banngsa, sehingga unsur kesatuan atau
nasionalisme suatu bangsa ditentukan juga oleh sejarah terbentukna
banngsa tersebut.
THANKS FOR
ATTENTION

Anda mungkin juga menyukai