Anda di halaman 1dari 5

Pancasila Filsafat Bangsa dan Negara Indonesia

Pancasila adalah filsafat negara yang lahir sebagai ideologi kolektif (citacita bersama) seluruh
bangsa Indonesia. Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena merupakan hasil perenungan
jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu kita, yang kemudian dituangkan
dalam suatu sistem yang tepat. Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Republik
Indonesia mengandung makna bahwa setiap aspek kehidupan kebangsaan, kenegaraan dan
kemasyarakatan harus didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan dan keadilan, karena itu semua merupakan dasar dari negara Indonesia yang
tercantum dalam lima sila Pancasila.
Sebagai alasan mengapa Pancasila harus dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat dan
utuh ialah karena setiap sila dalam Pancasila tidak dapat di-antitesis-kan satu sama lain. Prof.
Notonagoro, mengemukakan bahwa “sifat hierarchipiramidal Pancasila dengan menepatkan
sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai basis bentuk piramidal Pancasila.” Dengan demikian
keempat sila yang lain sejatinya dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa. “Indonesia
bukan negara agama yang mendasarkan pada satu agama tertentu, sebab Indonesia juga
bukan negara sekuler yang tak peduli atau hampa spirit keagamaannya. Hukum negara tidak
dapat mewajibkan berlakunya hukum agama. Tetapi negara harus memfasilitasi, melindungi
dan menjamin keamanan jika warganya akan melaksanakan ajaran agama karena keyakinan
dan kesadarannya sendiri.”
Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, tetapi bersifat terbuka. Hal
ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila adalah bersifat aktual, dinamis, antisipatif dan
senantiasa mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Keterbukaan ideologi
Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar Pancasila namun mengeksplisitkan
wawasannya secara kongkrit, sehingga memiliki kemampuan yang lebih tajam untuk
memecahkan masalah-masalah baru dan aktual. Dalam ideologi terbuka terdapat cita-cita dan
nilai-nilai yang mendasar yang bersifat tetap dan tidak berubah, dan tidak langsung bersifat
operasional, oleh karena itu setiap kali harus dieksplisitkan. Eksplisitasi dilakukan dengan
menghadapkannya pandangan hidup berbagai masalah yang selalu silih berganti melalui
refleksi yang rasional terungkap makna operasionalnya. Dengan demikian penjabaran
ideologi dilaksanakan dengan interpretasi yang kritis dan rasional.
Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia, kenyataannya definisi dalam filsafat pancasila
telah diubah dan diinterpretasikan berbeda oleh beberapa filsuf Indonesia. Pancasila dijadikan
wacana sejak 1945, Pancasila sendiri terinspirasi oleh konsep humanisme, rasionalisme,
universalisme, sosio-demokrasi, sosialisme, demokrasi parlementer, dan nasionalisme
Tentang fungsi filsafat pancasila bagi kita adalah Pancasila merupakan pandangan hidup,
kesadaran dan cita-cita moral yang meliputi kejiwaan dan watak yang sudah berurat berakar
di dalam kebudayaan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia lahir sesudah melampaui
perjuangan yang sangat panjang, dengan memberikan segala pengorbanan dan menahan
segala macam penderitaan, sebab itu bangsa Indonesia lahir dengan kepribadiannya sendiri
yang bersamaan lahirnya bangsa dan negara itu sendiri, oleh karena itu Pancasila bukan lahir
secara mendadak pada tahun 1945, melainkan sudah berjuang dengan melihat pengalaman
bangsa bangsa lain, dengan diilhami oleh gagasan-gagasan besar dunia, yang tetap berakar
pada kepribadian dan gagasan bangsa Indonesia sendiri.
Rumusan Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Suatu Sistem
1. Bersifat organis : Isi dari sila-sila pancasila pada hakekatnya merupakan suatu
kesatuan dasar filsafat negara Indonesia terdiri atas 5 sila yang masing-masing
merupakan suatu asas peradaban. Pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk
tunggal. Maka konsekuensinya setiap sila tidak dapat berdiri sendiri-sendiri, terlepas
dari sila-sila lainnya serta di antara sila yang satu dengan lainnya tidak saling
bertentangan.

Kesatuan sila-sila Pancasila yang bersifat organis tersebut pada hakikatnya secara
filosofis bersumber pada hakikat dasar ontologis manusia sebagai pendukung dari
inti, isi dari sila-sila pancasila yaitu hakikat manusia ‘monopluralis’ yang memiliki
unsur-unsur, ‘susunan kodrat’ jasmani-rokhani, ‘sifat kodrat’ individu makhluk
sosial, dan ‘kedudukan kodrat’sebagai pribadi berdiri sendiri makhluk Tuhan yang
Maha Esa.
Secara umum, beberapa poin singkat bahwa Susunan kesatuan sila-sila Pancasila bersifat
organis :
- Pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal, setiap sila tidak dapat
berdiri sendiri-sendiri
- Manusia sebagai pendukung sila-sila Pancasila, maka hakekat kodrat manusia
memiliki unsur yang bersifat organis dan harmonis: Susunan kodrat manusia (jasmani
dan rohani). Sifat kodrat manusia (individu dan sosial). Kedudukan kodrat manusia
(pribadi mandiri dan makhluk Tuhan).

2. Bersifat Hierarkhis dan Berbentuk Piramidal : Pengertian matematis piramidal


digunakan untuk menggambarkan hubungan hierarkhis sila-sila pancasila dalam
urutan-urutan luas (kwantitas) dan juga dalam hal isi sifatnya (kwalitas). Kalau
dilihat dari intinya urut-urutan 5 sila menunjukkan suatu rangkaian tingkat dalam
luasnya dan isi sifatnya merupakan pengkhususan dari sila-sila di mukanya.

Jika urut-urutan 5 sila dianggap mempunyai maksud demikian maka di antara 5 sila
ada hubungan yang mengikat yang satu dengan yang lain sehingga pancasila
merupakan suatu keseluruhan yang bulat.
Secara ontologis hakikat sila-sila Pancasila mendasarkan pada landasan sila-sila
Pancasila yaitu : Tuhan, Manusia, Satu, Rakyat dan Adil. Hal itu bila dilihat maka
hakikat dan inti-inti dari pancasila yaitu : sila pertama Ketuhanan adalah sifat-sifat
dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat Tuhan. Sila Kedua kemanusiaan
adalah sifat-sifat dan keadaan negara yang harus sesuai dengan hakikat manusia, sila
Ketiga Persatuan adalah sifat-sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat
satu, sila keempat Rakyat sifat-sifat dan keadaan negara yang harus sesuai dengan
hakikat rakyat. Sila kelima keadilan adalah sifat-sifat dan keadaan negara yang harus
sesuai dengan hakikat adil.
Secara umum, beberapa poin singkat bahwa Susunan Pancasila bersifat Hierarkhis dan
Berbentuk Piramidal :
- Susunan sila Pancasila adalah hierarkhis dan piramidal, yaitu untuk menggambarkan
hubungan hierarkhis sila-sila Pancasila dalam urutan luas (kuantitas) dan dalam hal
sifatnya (kualitatif).
- Sila Ketuhanan Yang Maha Esa meliputi dan menjiwai keempat sila yang ada
dibawahnya
- Sila kemanusiaan yang adil dan beradab dijiwai sila pertama dan meliputi sila ketiga,
keempat, dan kelima
- Sila persatuan Indonesia dijiwai sila pertama dan kedua serta meliputi sila keempat
dan kelima
- Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dijiwai sila pertama, kedua dan ketiga, serta meliputi
sila kelima
- Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia diliputi dan dijiwai sila pertama,
kedua, ketiga dan keempat.
Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Sistem Filsafat.
Secara filosofis Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki dasar ontologis,
epitemologis, dan aksiologis. Pancasila sebagai sistem filsafat memenuhi tiga aspek:
ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Ontologi adalah ilmu tentang “ada”, terkait dengan
“ada”-nya Pancasila atau hakikat keberadaannya yang memberi jawab terhadap pertanyaan
“apa” (what).  Epistemologi adalah ilmu tentang “cara berada”, terkait dengan bagaimana
cara Pancasila berada, yang memberi jawab terhadap pertanyaan “bagaimana” (how).
Aksiologi adalah ilmu tentang penerapan, aplikasi, manfaat atau kegunaan, terkait dengan
penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, memberi jawab
atas pertanyaan “untuk apa” (for what).  
1. Dasar Ontologis Pancasia adalah manusia yang hakekatnya monopluralis
Subyek pendukung sila-sila Pancasila adalah manusia yang berKetuhanan Yang Maha Esa,
yang berkemanusiaan yang adl dan beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan permusyawaratan/perwakilan, serta yang berkeadilan
sosial pada hakekatnya adalah manusia.
2. Dasar Epistemologis Pancasila
- Pancasila sebagai suatu system filsafat hakikatnya juga merupakan suatu sistem
pengetahuan bangsa Indonesia.
- Sumber pengetahuan Pancasila adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia
sendiri, bukan berasal dari bangsa lain dan juga bukan merupakan hasil pererungan
dan pemikiran seseorang, tetapi dirumuskan oleh wakil-wakil bangsa Indonesia.
- Kebenaran sumber pengetahuan Pancasila meliputi : Kebenaran rasio yang bersumber
pada akal manusia. Kebenaran empiris sebagai hasil reseptif inderawi. Kebenaran
konsensus sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk individu dan social.
3. Dasar Aksiologis Pancasila
- Nilai dasar dalam Pancasila yaitu nilai Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, keadilan,
- Notonagoro membedakan nilai menjadi tiga macam :
• Nilai material yakni segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia
• Nilai vital yakni sesuatu yang berguna bagi aktivitas manusia
• Nilai rohani yakni sesuatu yang berguna bagi rohani manusia
Pancasila sebagai Nilai Dasar bagi Bangsa dan Negara Indonesia
Dasar Filosofis
- Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan bangsa Indonesia merupakan suatu nilai
yang bersifat dasar dan menyeluruh,
- Kelima silanya bukan terpisah-pisah melainkan meiliki makna serta esensi yang utuh,
- Setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus berdasarkan
nilai-nilai sila-sila Pancasila,
- Negara merupakan persekutuan hidup manusia sebagai masyarakat hokum. Adapun
kelompok manusia yang mendirikan negara pada hakekatnya sebagai warga negara,
sebagai persekutuan hidup dan sekali gus sebagai makluk Tuhan (hakekat sila I).
Tujuannya mewujudkan harkat dan martabat manusia sebagai makluk yang beradab
(hakekat sila II). Untuk mewujudkan suatu negara sebagai organisasi kehidupan maka
manusia harus membentuk suatu ikatan yaitu sebagai satu bangsa (hakekat sila III).
Konsekuensinya negara harus mendasarkan bahwa negara bersifat
demokratis(hakekat sila IV). Selanjutnya untuk mewujudkan tujuan negara maka
jaminan perlindungna terhadap seluruh warga harus didasarkan pada suatu prinsip
keadilan yang timbul dalam kehidupan bersama (hakekat sila V)
- Nilai-nilai ini merupakan nilia dasar bagi kehidupan kenegaraan, kebaangsaan dan
kemasyarakatan di Indonesia.

Nilai-nilai Pancasila bersifat Obyektif dan Subyektif


Obektif :
• Nilai-nilai Pancasila akan teteap ada sepanjang masa baik dalam kebudayaan,
kenegaraan, dan keagamaan,
• Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu sumber
hukum positif di Inddonesia
Subyektif :
• Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia sendiri,
• Nilai-nilai Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia
Intisari Sila-sila Pancasila
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
Nilai yang terkandung adalaah bahwa negara yang didirikan adalah sebagai pengejawantahan
tujuan manusia sebagai makluk Tuhan.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Nilai yang terkandung adalah Megara menjunjung tinggi sekali gus mewujudkan tercapainya
ketinggian harkat dan martabat manusia serta menjamin hak asasi manusia melalui
perundang-undangan negara.
3. Persatuan Indonesia.
Nilai yang terkandung bahwa negara merupakan persekutuan hidup bersama elemen
pembentuk negara (suku, ras, agama, kelompok lainnya).
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan /
Perwakilan.
Nilai yang terkandung bahwa nagara dari, oleh, dan untuk rakyat, sehingga nilai demokrasi
harus dilaksanakan dalam hidup bernegara.
5. Keadilan Sosila bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Nilai yang terkandung merupakan tujuan negara sebagai tujuan hidup bersama, sehingga
keadilan didasari oleh hakekat keadilan manusia yaitu keadilan dalam hubungan anta
individu, individu dengan masyarakat, bangsa, negara, serta hubungan manusia dengan
Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai