Anda di halaman 1dari 23

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam wacana ilmu pengetahuan, orang memandang bahwa filsafat

merupakan bidang ilmu yang rumit, kompleks dan sulit dipahami secara

definitif. Namun demikian sebenarnya pendapat yang deikian ini tidak

selamanya benar. Selama manusia hidup sebenarnya tidak seorang pun

yang dapat menghindar dari kegiatan berfilsafat. Dengan kata lain

perkataan setiap orang dalam hidupnya senantiasa berfilsafat, sehingga

berdasarkan kenyataan tersebut maka sebenarnya filsafat itu sangat

mudah dipahami. Maka dari itu, kami menyusun makalah ini dengan judul

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT agar wawasan kita

bertambah dan lebih luas lagi terutama tentang Pancasila sebagai sistem

filsafat.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dari makalah ini yaitu sebagai berikut :

1. Apakah pengertian dari filsafat ?

2. Bagaimana rumusan kesatuan sila-sila Pancasila sebagai suatu

sistem ?

1
3. Bagaimana rumusan sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem

filsafat ?

4. Bagaimana peran Pancasila sebagai nilai dasar fundamental

bagi bangsa dan Negara Republik Indonesia ?

5. Apa inti dari sila-sila Pancasila ?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian filsafat.

2. Untuk mengetahui rumusan kesatuan sila-sila Pancasia sebagai

suatu sistem.

3. Untuk mengetahui sila-sila Pancasia sebagai suatu sistem

filsafat.

4. Untuk mengetahui peran Pancasila sebagai nilai dasar

fundamental bagi bangsa dan Negara RI.

5. Untuk mengetahui inti dari isi sila-sila Pancasila.

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat

Secara epimologi filsafat adalah kata yang berasal dari

Bahasa Yunani yaitu philoshophia. Kata itu terdiri dari dua kata

yaitu philo, philos, phelein yang mempunyai arti

cinta/pecinta/mencintai dan shopia yang berarti kebijakan, kearifan,

hikmah, hakikat kebenaran. Jadi, secara harafiah istilah filsafat

adalah cinta pada kebijaksanaan atau kebenaran yang hakiki.

B. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu

Sistem

Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang

saling berhubungan, saling bekerjasama untuk suatu tujuan

tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang

utuh. Sistem lazimnya memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

1. Suatu kesatuan bagian-bagian

2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi-fungsi sendiri

3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan

4. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan

tertentu (tujuan sistem)

3
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore dan

Voich, 1974).

Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila

pancasila setiap sila pada hakikatnya merupakan suatu asas

sendiri, fungsi sendiri-sendiri namun secara keseluruhan

merupakan suatu kesatuan yang sistematis.

1. Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Bersifat Organis

Kesatuan sila-sila pancasila yang bersifat organis tersebut

pada hakikatnya secara filosopis bersumber pada hakikat dasar

ontologis manusia sebagai pendukung dari inti, isi dari sila-sila

pancasila yaitu hakikat manusia monoplularis yang memiliki unsur-

unsur, susunan kuadrat jasmani-rohani, sifat kodrat individu

makhluk social, dan kedudukan kodrat sebagai pribadi berdiri

sendiri makhluk tuhan yang mahe esa. U nsur-unsur hakikat

manusia tersebut merupakan suatu kesatuan yang bersifat organis

dan harmonis. Setiap insur memiliki fungsi masing-masing namun

saling berhubungan. Oleh karena sila-sila pancasila merupakan

penjelmaan hakikat manusia monopluralis yang merupakan

kesatuan organis maka sila-sila pancasila juga memiliki kesatuan

yang bersifat organis pula.

2. Susunan Pancasila Yang Bersifat Hierarkhis dan Berbentuk

pyramidal

4
Pengertian matematis pyramidal digunakan untuk

menggambarkan hubungan hierarkhi sila-sila pancasila dalam

urutan luas (kuantitas) dan juga dalam hal isi sifatnya (kwalitas).

Secara ontologis hakikat sila-sila pancasila mendasarkan pada

landasan sila-sila pancasila yaitu tuhan, manusia, satu, rakyat, dan

adil.

Berdasarkan hakikat yang terkandung dalam sila-sila pancasila dan

pancasila sebagai dasar filsafat Negara, maka segala hal yang

berkaitan dengan sifat dan hakikat Negara harus sesuai dengan

landasan sila-sila pancasila. Hal itu berari hakikat dan inti sila-sila

pancasila adalah sebagai berikut:

- Sila pertama ketuhanan adalah sifat-sifat dan keadaan Negara

harus sesuai denagn hakikat tuhan

- Sila kedua, kemanusiaan adalah sifat-sifat dan keadaan Negara

yang harus sesuai dengan hakikat manusia.

- Sila ketiga, persatuan adalah sifat-sifat dan keadaan Negara

harus sesuai dengan hakikat satu.

- Sila keempat, kerakyatan sifatsifat dan keadaan Negara yang

harus sesuai dengan hakikat rakyat

- Sila kelima, keadilan adalah sifat-sifat dan keadaan Negara

yang harus sesuai dengan hakikat adil.

5
3. Rumusan Hubungan Kesatun Sila-sila Pancasila Yang Saling

Mengisi dan Saling Mengkualifikasi

Kesatuan sila-sila pancasila yang majemuk tunggal, hierarkhis

pyramidal juga memiliki sifat saling mengisi dan saling

mengkualifikasi. Hal ini dimaksudkan bahwa dalam setiap sila

terkandung nilai keempat sila lainnya, atau dengan lain perkataan

dalam setiap sila senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila lainnya.

Adapaun rumusan kesatuan sila-sila pancasila yang saling mengisi

dan saling mengkualifikasi tersebut adala sebagai berikut:

a. Sila ketuhanan yang maha esa, adalah berkemanusiaan

yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia,

berkerakyatan yang dipimpin oleh hikamt kebijaksanaan

dalam permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan social

bagi seluruh rakyat indonesia

b. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah

berketuhanan yang maha esa, berpersatuan Indonesia,

berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan perwakilan dan berkeadilan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia

c. Sila persatuan Indonesia adalah berketuhanan yang maha

esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berkerakyatan

yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

6
permusyawaratan perwakilan dan berkeadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia

d. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan perwakilan, adalah berketuhanan

yang maha esa berkemanusiaan yang adil dan beradab,

berpersatuan Indonesia dan berkeadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia

e. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, adalah

berketuhanan yang maha esa, berkemanusiaan yang adil

dan beradab, berpersatuan indonesia, dan berkerakyatan

yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan.

C. Kesatuan Sila-sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem

Filsafat

Kesatuan sila-sila pancasila pada hakikatnya bukanlah

hanya merupakan kesatuan yang bersifat formal logis saja namun

juga meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar epistemologis serta

dasar asiologis dari sila-sila pancsila. Sebagaimana dijelaskan

bahwa kesatuan sila-sila pancasila adalah bersifat hierarkhis dan

mempunyai bentuk pyramidal, digunakan untuk menggambarkan

hubungan hierarki sila-sila pancasila dalam urutan luas (kuantitas)

7
dan dalam pengertian inilah hubungan kesatuan sila-sila pancasila

itu dalam arti formal logis.

Secara philosophis pancasila sebagai suatu kesatuan sistem

filsafat memiliki, dasar ontologis, dasar epistemologis dan dasar

aksiologis sendiri yang berbeda dengan sistem filsafat sendiri yang

berbeda dengan sistem filsafat yang lainnya misalnya materialisme,

liberalisme, prakmatisme, komunisme, idealism, dan lain paham

filsafat di dunia.

1. Dasar Antropologis Sila-sila Pancasila

Dasar ontologis pancasila pada hakikatnya adalah manusia

yang memiliki hakikat mutlak monopluralis, oleh karena itu

hakikat dasar ini disebut juga sebagai dasar antropologis.

Subjek pendukung pokok sila-sila pancasila adalah manusia hal

ini dapat dijelaskan bahwa yang berketuhanan yang maha esa,

yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang

berpersatuan, yang berkerakyatan yang dipimpi oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta yang

berkeadilan sosial pada hakikatnya adalah manusia.

Manusia sebagai pendukung pokok sila-sila pancasila

secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak yaitu terdiri atas

susunan kuadrat, raga dan jiwa jasmani dan rohani, sifat kodrat

manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial,

8
serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi

berdiri sendiri dan sebagai makhluk tuhan yang maha esa. Oleh

karena kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi

berdiri sendiri dan sebagai makhluk tuhan inilah maka secara

hierarkhis sila pertama ketuhanan yang maha esa mendasari

dan menjiwai keempat sila-sila pancasila yang lainnya.

Berdasarkan uraian tersebut maka hakikat kesatuan sila-sila

pancasila yang brtingkat dan berbentuk pyramidal dapat

dijelaska sebagai berikut:

- Sila pertama ketuhanan yang maha esa mendasari dan

menjiwai sila-sila kemanusiaan yang adil dan beradab,

persatuan indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh

kebikjsanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta

keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Hal tersebut

berdasarkan pada hakikat bahwa pendukung pokok Negara

adalah manusia.

- Sila kedua kemanusiaan yang adil dan beradab didasari dan

dijiwai oleh ketuhanan yang maha esaserta mendasari dan

menjiwai sila persatuan indonesia, sila kerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan

perwakilan serta sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat

indonesia. Hal ini dapat dijelaskan bahwa Negara adalah

lembaga kemanusiaan yang diadakan ole manusia

9
- Sila ketiga persatuan indonesia didasari dan dijiwai oleh sila

nketuhanan yang maha esa dan sila kemanusiaan yang adil dan

beradab serta mendasari dan menjiwai sila kerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalm permusyawaran

perwakilan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

Hakikat sila ketiga tersebut dapat dijelaskan bahwa hakikat

persatuan dijiwai dan didasari oleh sila ketuhanan dan

kemanusiaan, bahwa manusia sebagai makhluk tuhan yang

maha esa yang pertama yang harus direalisasikan adalah

mewujudkan suatu persatuan dalam suatu persekutuan hidup

yang disebut Negara.

- Sila keempat adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, maka

pokok sila keempat adalah kerakyatan yaitu kesesuaiannya

dengan hakikat rakyat. Hal ini mengandung arti bahwa Negara

adalah demi kesejahteraan warganya atau dengan lain

perkataan Negara adalah demi kesejahteraan rakyatnya

- Sila kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia

memiliki makna pokok keadilan yaitu hakikatnya kesesuaian

dengan hakikat adil. Berbeda dengan sila-sila lainnya maka sila

kelima ini didasari dan dijiwai olek keempat sila lainnya yaitu

ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, dan kerakyatan. Hal ini

mengandung hakikat makna bahwa keadila adalah sebagai

10
akibat adanya Negara kebangsaan dari manusia-manusia yang

berketuhanan yang maha esa.

2. Dasar Epistemologis Sila-Sila Pancasila

Dasar epistemologis pancasila pada hakikatnya tidak dapat

dipisahkan dengan dasar ontologisnya. Pancasila sebagai suatu

ideologi bersumber pada nilai-nilai dasarnya yaitu filsafat

pancasila.

Terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologi

yaitu:

a. Tentang sumber pengetahuan manusia

b. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia

c. Tentang watak pengetahuan manusia

3. Dasar Aksiologis sila-sila Pancasila

Max Sscheler mengemukakan bahwa nilai yang ada tidak

sama luhurnya dan tidak sama tingginya. Nilai-nilai itu dalam

kenyataannya ada yang lebih tinngi dan ada yang lebih rendah

bilamana dibandingkan satu dengan lainnya. Menurut tinggi

rendahnya dapat digolongkan menjadi empat tingkatan sebagai

berikut:

11
a. Nilai-nilai kenikmatan, niai-nilai ini berkaitan dengan indra

manusia (diel wertreidhe des angenehmen und

unangehmen), yang menyebabkan manusia senang atau

menderita atau tidak enak

b. Nilai-nilai kehidupan yaitu dalam tingkatan ini terdaptlah nilai-

nilai yang penting bagi kehidupan, manusia (Wertw des

Vitalel Fuhlens) misalnya kesegaran jasmani, kesehatan

serta kesejahteraan umum.

c. Nilai-nilai kejiwaan, dalam tingkatan ini terdapat nilai-nilai

kejiwaan (Geistige Wertel) yang sama sekali tidak

tergantung dari keadaan jasmani ataupun lingkungan. Nilai-

nilai semacam ini antara lain nilai keindahan, kebenaran, dan

pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat

d. Nilai-nilai kerohanian yaitu dalam tingkatan ini terdapatlah

modalitas nilai dari yang suci (Wer Modalitat der Heiligen

und Unbeilingen). Nilai-nilai semacam itu terutama terdiri dari

nilai-nilai pribadi

Pandangan dan tingkatan nilai tersebut menurut Notonagoro

dibedakan menjadi tiga macam yaitu:

1. Nilai material yaitu segala sesuatu yang berguna bagi

jasmani manusia

2. Nilai Vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi

manusia untuk mengadakan suatu aktivitas atau kegiatan

12
3. Nilai-nilai kerohanian yaitu segala sesuatu yang berguna

bagi rohani manusia yang dapat dibedakan atas empat

tingkatan sebagai berikut:

a. Nilai kebenaran, yaitu nilai yang bersumber pada akal,

rasio, budi atau cipta manusia.

b. Nilai keindahan atau estesis, yaitu nilai yang

bersumber pada perasaan manusia

c. Nilai kebaikan atau nilai moral yaitu nilai yang

bersumber pada unsur kehendak (Will, Wollen, Karsa)

manusia.

d. Nilai Religius yang merupakan nilai kerohanian yang

tertinggi dan bersifat mutlak. Nilai religious ini

berhubungan dengan kepercayaan dan keyakinan

manusia dan nilai religius ini bersumber pada wahyu

yang berasal dari tuhan yang maha esa

NILAI-NILAI PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM

Nilai-nilai yang terkandung dalam sila satu sampai

dengan lima merupakan cita-cita harapan dan dambaan

bangsa indonesia yang akan diwujudkannya dalam

kehidupannya.

Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila itu

mempunyai tingkatan dalam hal kuantitas maupun

13
kualitasnya, namun nilai-nilai itu merupakan suatu

kesatuan saling berhubungan serta saling melengkapi.

D. Pancasila Sebagai Nilai Dasar Fundamental Bagi

Bangsa Dan Negara Republik Indonesia

1. Dasar Filosofis

Dasar pemikiran filosofis yang terkandung dalam setiap sila,

di jelaskan sebagai berikut. Pancasila sebagai filsafat bangsa

dan Negara republic indonesia, mengandung makna bahwa

dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan

dan kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai ketuhanan,

kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Pemikiran

filsafat kenegaraa bertolak dari suatu pandangan bahwa Negara

merupakan suatu persekutuan hidup manusia atau organisasi

kemasyarakatan, yang merupaka masyarakat hukum (legal

society). Selain itu secara konsalitas bahwa nilai-nilai pancasila

adalah bersifat objektif dan juga subjektif. Artinya esensi nilai-

nilai pancasila adalah bersifat universal yaitu ketuhanan,

kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Sehinggaa

dimungkinkan dapat diterapkan pada Negara lain walaupun

barangkali namanya bukan pancasila. Artinya jikalau suatu

Negara menggunakan prinsip filsofi bahwa Negara

14
berketuhanan, berkemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan

dan berkeadilan maka Negara tersebut pada hakikatnya

menggunakan dasar filsafat dari sila-sila pancasila.

2. Nilai-nilai Pancasila Sebagi Dunia Fundamental Negara

Nilai-nilai pancasia sebagai dasar filsafat Negara indoneia

pada hakikatnya merupakan suatu sumber dari segala sumber

hukum dalam Negara indonesia. Sebagai suatu sumber dari

segala sumber hukum secara objektif merupakan suatu

pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hukum, serta cita-cita

moral yang luhur yang meliputi suasana kejiwaan, serta watak

bangsa indonesia,yang pada tanggal 18 Agustus 1945 telah

dipadatkan dan diabstraksikan oleh para pendiri Negara menjadi

lima sila dan ditetapkan secara yuridis formal menjadi dasar

filsafat dasar Negara republic indonesia. Hal ini sebagaimana

ditetapkan dalam ketetapan No. XX/MPRS/1966.

Nilai-nilai pancasila terkandung dalam pembukaan UUD

1945 secara yuridis memiliki kedudukan sebagai pokok kaidah

Negara yang fundamental. Adapun pembukaan UUD 1945 yang

didalamnya memuat nilai-nilai pancasila mengandung empat

pokok pikiran yang bilamana dianalisis makna yang terkandung

didalamnya tidak lain adalah merupakan derivasi atau

penjabaran dari nila-nilai pancasila

15
Pokok pikiran pertama menyatakan bahwa Negara indonesia

adalah Negara persatuan, yaitu Negara yang melinduni

segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia,

mengatasi segala paham golongan maupun perorangan.Hal ini

merupakan penjabaran Sila ketiga.

Pokok pikiran kedua menyatakan bahwa Negara hendak

mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia. Dalam hal ini Negara berkewajiban mewujudkan

kesejahteraan umum bagi seluruh warga Negara.

Mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan

keadilan sosial. Pokok pikiran ini sbagai penjabaran sila kelima.

Pokok pikran ketiga menyatakan bahwa Negara berkedaulatan

rakyat. Berdasarkan atas kerakyatan dan

permusyawaratan/perwakilan. Hal inisebagai penjabaran sila

keempat.

Pokok pikiran keempat menyatakan bahwa, Negara

berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa menurut dasar

kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini mengandung arti

bahwa Negara Indonesia menjunjung tinggi keberadaban

semua agama dalampergaulan hidup Negara. Hal ini

merupakan penjabaran sila pertama dan kedua.

16
E. Inti Isi Sila-Sila Pancasila

Sebagai suatu dasar filsafat Negara maka sila-sila pancasila

merupakan suatu sistem nilai, oleh karena itu sila-sila pancasila itu

pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan. Meskipun dalam

setiap sila terkandung nilai-nilai yang memiliki perbedaan antara

satu dengan lainnya namun kesemuanya itu tidak lain merupakan

suatu kesatuan yang sistematis. Adapun nilai-nilai yang terkandung

dalam setiap sila adalah sebagai berikut.

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila Ketuhanan Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi menjiwai

sila keempat sila lainya. Dalam silaKetuhanan yang Maha

Esaterkandung nilai bahwa Negara yang di dirikan sebagai

tujuan manusia sebagai makhluk tuhan yang Maha Esa.

2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab secara sistematis

di dasari dan di jiwai oleh sila Ketuhanan yang Maha Esa,serta

mendasari dan menjiwai ketiga sila berikutnya. Sila

kemanusiaan sebai dasar fundamental dalam kehidupan

kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan. Nilai

kemanusiaan ini bersumber pada dasar filosofis antropologis

bahwa hakikat manusia adalh susunan kodrat rohani (jiwa) dan

raga, sifat kodrat indifidu dan mahkluk sosial, kedudukan kodrat

17
mahklik pribadi berdiri sandiri dan sebagai mahkluk Tuhan yang

Maha Esa.

3. Persatuan Indonesia

Dalam sila persatuan indonesia terkandung nilai bahwa

Negara adaah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia

monodualis yaitu sabagai mahkluk indifidu dan mahkluk sosial.

Negara merupakan suatu parsekutuan hidup barsama di antara

elemen-elemen yang membentuk Negara yang berupa suku,

ras, kelompok, golongan maupun kelompok agama.

4. Kerakyatan yang Di pinpin oleh Hikmat Kebijaksanaan

dalam permusyawaratan dan Perwakilan

Nilai yang terkandung dalam sila kerakyatan yang di pimpin

oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

di dasari oleh sila

Ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang dan beradab

serta persatuan indonesia, dan mendasari serta menjiwai sila

keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat indonesia

Nilai yang terkandung dalam sila keadilan sosial bagi seluruh

rakyat indonesia di dasari dan dijiwai olah sila ketuhanan yang

18
maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuaan

indonesia, serta kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawatan perwakilan. Dalam sila

kelima tersebut terkandung nilai-nilai yang merupakan tujuan

Negara sebagai tujuan dalam hidup bersama.

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pancasila pada hakekatnya adalah sistem nilai ( value system ) yang

merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Sepanjang

sejarah yang berakar dari unsur-unsur luar yang sesuai sehingga secara

keseluruhannya terpadu menjadi kebudayaan bangsa Indonesia. Hal itu

19
bisa dilihat dari proses terjadinya Pancasila yaitu melalui suatu proses

yang disebut kausa materialisme karena nilai-nilai dalam Pancasila sudah

ada dan hidup sejak zaman dulu yang tercermin dalam kehidupan sehari-

hari.

B. SARAN

Kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari pembaca agar penyusunan makalah ini menjadi lebih

baik.

20
21
DAFTAR PUSTAKA

KAELAN,2010.Pendidikan Pancasila.Yogyakarta:Paradigma

22
23

Anda mungkin juga menyukai