Anda di halaman 1dari 38

1

KOMPETENSI YANG MAU DICAPAI

Mahasiswa dapat mendefinisikan pengertian filsafat dan fi


lsafat Pancasila;
Mahasiswa dapat menjelaskan Pancasila sebagai jati diri
bangsa;
Mahasiswa dapat menganalisis sila-sila Pancasila sebag
ai suatu sistem filsafat;
Mahasiswa dapat menguraikan aspek ontologis, epistem
ologis dan aksiologis Pancasila;
Mahasiswa dapat menjelaskan Pancasila sebagai ideolog
i nasional Indonesia;
Mahasiswa dapat menjelaskan Pancasila sebagai dasar
negara Indonesia.

2
SUBPOKOK BAHASAN

1. Pengertian Filsafat dan Filsafat Pancasila


2. Pancasila sebagai suatu sistem filsafat
21. Ontologi Pancasila
22. Epistemologi Pancasila
23. Aksiologi Pancasila
3. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negar
a
4. Pancasila sebagai Dasar Negara
3
PENGERTIAN FILSAFAT DAN
FILSAFAT PANCASILA
 Pengertian Filsafat
 Istilah ‘filsafat’ secara etimologis merupakan padana
n kata falsafah (Arab) dan philosophy (Inggris) yang
berasal dari bahasa Yunani  (philosophia).
 Kata philosophia merupakan kata majemuk yang ter
ususun dari kata philos atau philein yang berarti kek
asih, sahabat, mencintai dan kata sophia yang berar
ti kebijaksanaan, hikmat, kearifan, pengetahuan.

4
 Dengan demikian philosophia secara harafiah berarti m
encintai kebijaksanaan, mencintai hikmat atau mencinta
i pengetahuan.
 Cinta mempunyai pengertian yang luas. Sedangkan ke
bijaksanaan mempunyai arti yang bermacam-macam ya
ng berbeda satu dari yang lainnya.
 Istilah philosophos pertama kali digunakan oleh Pythag
oras.
• Ketika Pythagoras ditanya, apakah engkau seorang y
ang bijaksana?
• Dengan rendah hati Pythagoras menjawab, ‘saya ha
nyalah philosophos, yakni orang yang mencintai pen
getahuan’.
5
 Ada dua pengertian filsafat, yaitu:
• Filsafat dalam arti proses dan filsafat dalam arti produk.
• Filsafat sebagai ilmu atau metode dan filsafat sebagai
pandangan hidup
• Filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis.
 Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti
produk, sebagai pandangan hidup, dan dalam arti prakti
s.
 Ini berarti Filsafat Pancasila mempunyai fungsi dan per
anan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tin
gkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari,
dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi
bangsa Indonesia.
6
 Pengertian Filsafat Pancasila
 Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pe
mikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideol
ogi Pancasila.
 Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refl
eksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara d
an kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatka
n pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh.
 Pancasila dikatakan sebahai filsafat, karena Pancasila merupaka
n hasil permenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh th
e faounding father kita, yang dituangkan dalam suatu sistem (Ru
slan Abdul Gani).
 Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan penngertian ilmiah
yaitu tentang hakikat dari Pancasla (Notonagoro).

7
PANCASILA
SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT

 Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsaf


at dapat dilakukan dengan cara deduktif dan induktif.
 Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancas

ila serta menganalisis dan menyusunnya secara sist


ematis menjadi keutuhan pandangan yang kompreh
ensif.
 Cara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala

sosial budaya masyarakat, merefleksikannya, dan m


enarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala i
tu.
8
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya meru
pakan sistem filsafat.
Yang dimaksud sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagi
an yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk tuj
uan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu ke
satuan yang utuh.
Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada h
akikatnya merupakan suatu kesatuan organis. Artinya, ant
ara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan, saling berhubu
ngan bahkan saling mengkualifikasi. Pemikiran dasar yan
g terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang m
anusia yang berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sen
diri, dengan sesama, dengan masyarakat bangsa yang nil
ai-nilai itu dimiliki oleh bangsa Indonesia.

9
Dengan demikian Pancasila sebagai sistem filsafat memili
ki ciri khas yang berbeda dengan sistem-sistem filsafat lai
nnya, seperti materialisme, idealisme, rasionalisme, liberal
isme, komunisme dan sebagainya.
Ciri sistem Filsafat Pancasila itu antara lain:
1. Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem y

ang bulat dan utuh. Dengan kata lain, apabila tidak bul
at dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-
pisah maka itu bukan Pancasila.
2. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat da

n utuh itu dapat digambarkan sebagai berikut:


Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5;

10
 Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai sila
3, 4 dan 5;
 Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan menjiwai si
la 4, 5;
 Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan menjiwai
sila 5;
 Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4.
Inti sila-sila Pancasila meliputi:
 Tuhan, yaitu sebagai kausa prima
 Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial
 Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri
 Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan got
ong royong
 Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain y
ang menjadi haknya.

11
 Membahas Pancasila sebagai filsafat berarti mengungkap
kan konsep-konsep kebenaran Pancasila yang bukan saja
ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan juga bagi ma
nusia pada umumnya.
 Wawasan filsafat meliputi bidang atau aspek penyelidikan
ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ketiga bidang terseb
ut dapat dianggap mencakup kesemestaan.
 Oleh karena itu, berikut ini akan dibahas landasan Ontolo
gis Pancasila, Epistemologis Pancasila dan Aksiologis Pa
ncasila.

12
1. Landasan Ontologis Pancasila
 Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang meyelidiki
hakikat sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau eksist
ensi dan disamakan artinya dengan metafisika.
 Masalah ontologis antara lain: Apakah hakikat sesuatu itu?
Apakah realitas yang ada tampak ini suatu realitas sebag
ai wujudnya, yaitu benda? Apakah ada suatu rahasia di b
alik realitas itu, sebagaimana yang tampak pada makhluk
hidup? Dan seterusnya.
 Bidang ontologi menyelidiki tentang makna yang ada (eksi
stensi dan keberadaan) manusia, benda, alam semesta (k
osmologi), metafisika.

13
 Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai filsaf
at dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakik
at dasar dari sila-sila Pancasila.
 Pancasila yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanla
h merupakan asas yang berdiri sendiri-sendiri, malainka
n memiliki satu kesatuan dasar ontologis.
 Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah man
usia, yang memiliki hakikat mutlak yaitu monopluralis, a
tau monodualis, karena itu juga disebut sebagai dasar a
ntropologis. Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pan
casila adalah manusia.

14
 Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang Berketuhan Yang
Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, ya
ng berpersatuan, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hi
kmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan se
rta yang berkeadilan sosial pada hakikatnya adalah manusi
a.
 Sedangkan manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pa
ncasila secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu
terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan roha
ni. Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu da
n makhluk sosial serta sebagai makhluk pribadi dan makhlu
k Tuhan Yang Maha Esa. Maka secara hirarkis sila pertama
mendasari dan menjiwai sila-sila Pancasila lainnya. (lihat N
otonagoro, 1975: 53).

15
 Hubungan kesesuaian antara negara dan landasan sil
a-sila Pancasila adalah berupa hubungan sebab-akibat:
 Negara sebagai pendukung hubungan, sedangkan Tuhan, ma
nusia, satu, rakyat, dan adil sebagai pokok pangkal hubungan.
 Landasan sila-sila Pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu, raky
at dan adil adalah sebagai sebab, dan negara adalah sebagai
akibat.

16
2. Landasan Epistemologis Pancasila
 Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syar
at, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan.
 Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses dan syarat
terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmu pengetahuan.
 Epistemologi adalah ilmu tentang ilmu atau teori terjadinya ilmu
atau science of science.
 Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga persoalan yang mendasa
r dalam epistemologi, yaitu:
1. Tentang sumber pengetahuan manusia;
2. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia;
3. Tentang watak pengetahuan manusia.

17
 Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai filsafat
dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat Pan
casila sebagai suatu sistem pengetahuan.
 Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga
merupakan sistem pengetahuan. Ini berarti Pancasila te
lah menjadi suatu belief system, sistem cita-cita, menja
di suatu ideologi. Oleh karena itu Pancasila harus memi
liki unsur rasionalitas terutama dalam kedudukannya se
bagai sistem pengetahuan.
 Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak d
apat dipisahkan dengan dasar ontologisnya. Maka, das
ar epistemologis Pancasila sangat berkaitan erat denga
n konsep dasarnya tentang hakikat manusia.

18
 Pancasila sebagai suatu obyek pengetahuan pada h
akikatnya meliputi masalah sumber pengetahuan dan
susunan pengetahuan Pancasila.
 Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaima
na telah dipahami bersama adalah nilai-nilai yang ad
a pada bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai tersebut
merupakan kausa materialis Pancasila.
 Tentang susunan Pancasila sebagai suatu sistem pe
ngetahuan, maka Pancasila memiliki susunan yang b
ersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila
Pancasila maupun isi arti dari sila-sila Pancasila itu.
Susunan kesatuan sila-sila Pancasila adalah bersifat
hirarkis dan berbentuk piramidal.

19
 Sifat hirarkis dan bentuk piramidal itu nampak dalam susun
an Pancasila, di mana sila pertama Pancasila mendasari da
n menjiwai keempat sila lainny, sila kedua didasari sila perta
ma dan mendasari serta menjiwai sila ketiga, keempat dan
kelima, sila ketiga didasari dan dijiwai sila pertama dan ked
ua, serta mendasari dan menjiwai sila keempat dan kelima,
sila keempat didasari dan dijiwai sila pertama, kedua dan ke
tiga, serta mendasari dan menjiwai sila kelma, sila kelima di
dasari dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga dan keempat
 Dengan demikian susunan Pancasila memiliki sistem logis b
aik yang menyangkut kualitas maupun kuantitasnya.

20
 Susunan isi arti Pancasila meliputi tiga hal, yaitu:
1. Isi arti Pancasila yang umum universal, yaitu hakikat sila-sila
Pancasila yang merupakan inti sari Pancasila sehingga meru
pakan pangkal tolak dalam pelaksanaan dalam bidang kene
garaan dan tertib hukum Indonesia serta dalam realisasi pra
ksis dalam berbagai bidang kehidupan konkrit.
2. Isi arti Pancasila yang umum kolektif, yaitu isi arti Pancasila
sebagai pedoman kolektif negara dan bangsa Indonesia teru
tama dalam tertib hukum Indonesia.
3. Isi arti Pancasila yang bersifat khusus dan konkrit, yaitu isi ar
ti Pancasila dalam realisasi praksis dalam berbagai bidang k
ehidupan sehingga memiliki sifat khhusus konkrit serta dina
mis (lihat Notonagoro, 1975: 36-40)

21
 Menurut Pancasila, hakikat manusia adalah monopluralis, yaitu h
akikat manusia yang memiliki unsur pokok susunan kodrat yang t
erdiri atas raga dan jiwa. Hakikat raga manusia memiliki unsur fisi
s anorganis, vegetatif, dan animal. Hakikat jiwa memiliki unsur ak
al, rasa, kehendak yang merupakan potensi sebagai sumber day
a cipta manusia yang melahirkan pengetahuan yang benar, berd
asarkan pemikiran memoris, reseptif, kritis dan kreatif. Selain itu,
potensi atau daya tersebut mampu meresapkan pengetahuan da
n menstranformasikan pengetahuan dalam demontrasi, imajinasi,
asosiasi, analogi, refleksi, intuisi, inspirasi dan ilham.
 Dasar-dasar rasional logis Pancasila menyangkut kualitas
maupun kuantitasnya, juga menyangkut isi arti Pancasila ter
sebut.

22
 Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberi landasan kebenar
an pengetahuan manusia yang bersumber pada intuisi.
 Manusia pada hakikatnya kedudukan dan kodratnya adalah
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, maka sesuai deng
an sila pertama Pancasila, epistemologi Pancasila juga men
gakui kebenaran wahyu yang bersifat mutlak. Hal ini sebaga
i tingkat kebenaran yang tinggi.
 Dengan demikian kebenaran dan pengetahuan manusia me
rupapakan suatu sintesa yang harmonis antara potensi-pote
nsi kejiwaan manusia yaitu akal, rasa dan kehendak manusi
a untuk mendapatkankebenaran yang tinggi.

23
 Selanjutnya dalam sila ketiga, keempat, dan kelima, ma
ka epistemologi Pancasila mengakui kebenaran konsen
sus terutama dalam kaitannya dengan hakikat sifat kodr
at manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosi
al.
 Sebagai suatu paham epistemologi, maka Pancasila m
endasarkan pada pandangannya bahwa ilmu pengetah
uan pada hakikatnya tidak bebas nilai karena harus dile
takkan pada kerangka moralitas kodrat manusia serta
moralitas religius dalamupaya untuk mendapatkan suat
u tingkatan pengetahuan yang mutlak dalam hidup man
usia.

24
3. Landasan Aksiologis Pancasila
 Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu k
esatuan dasar aksiologis, yaitu nilai-nilai yang terkandung dala
m Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan.
Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas te
ntang filsafat nilai Pancasila.
 Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang artinya nil
ai, manfaat, dan logos yang artinya pikiran, ilmu atau teori.
 Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan, disu
kai atau yang baik. Bidang yang diselidiki adalah hakikat nilai,
kriteria nilai, dan kedudukan metafisika suatu nilai.
 Nilai (value dalam Inggris) berasal dari kata Latin valere yang
artinya kuat, baik, berharga. Dalam kajian filsafat merujuk pad
a sesuatu yang sifatnya abstrak yang dapat diartikan sebagai
“keberhargaan” (worth) atau “kebaikan” (goodness). Nilai itu se
suatu yang berguna. Nilai juga mengandung harapan akan ses
uatu yang diinginkan.

25
 Nilai adalah suatu kemampuan yang dipercayai yang ada pada
suatu benda untuk memuaskan manusia (dictionary of sosiology
an related science). Nilai itu suatu sifat atau kualitas yang melek
at pada suatu obyek.
 Ada berbagai macam teori tentang nilai.
 Max Scheler mengemukakan bahwa nilai ada tingkatannya, da
n dapat dikelompokkan menjadi empat tingkatan, yaitu:
1) Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkat ini terdapat nilai yang mengenakka
n dan nilai yang tidak mengenakkan, yang menyebabkan orang senang
atau menderita.
2) Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yang penting d
alam kehidupan, seperti kesejahteraan, keadilan, kesegaran.
3) Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan (geistig
e werte) yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani maup
un lingkungan. Nilai-nilai semacam ini misalnya, keindahan, kebenaran,
dan pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat.

26
4) Nilai-nilai kerokhanian: dalam tingkat ini terdapat moralitas nilai yang suci
dan tidak suci. Nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi.
(Driyarkara, 1978)
 Walter G. Everet menggolongkan nilai-nilai manusia ke dalam d
elapan kelompok:
1) Nilai-nilai ekonomis: ditunjukkan oleh harga pasar dan meliputi semua be
nda yang dapat dibeli.
2) Nilai-nilai kejasmanian: membantu pada kesehatan, efisiensi dan keinda
han dari kehidupan badan.
3) Nilai-nilai hiburan: nilai-nilai permainan dan waktu senggang yang dapat
menyumbangkan pada pengayaan kehidupan.
4) Nilai-nilai sosial: berasal mula dari pelbagai bentuk perserikatan manusia.
5) Nilai-nilai watak: keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan sosial yang
diinginkan.

27
6) Nilai-nilai estetis: nilai-nilai keindahan dalam alam dan karya seni.
7) Nilai-nilai intelektual: nilai-nilai pengetahuan dan pengajaran kebenaran.
8) Nilai-nilai keagamaan
 Notonagoro membagi nilai menjadi tiga macam,, yaitu:
1) Nilai material, yaitu sesuatu yang berguna bagi manusia.
2) Nilai vital, yaitu sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat melaks
anakana kegiatan atau aktivitas.
3) Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani yang d
apat dibedakan menjadi empat macam:
6) Nilai kebenaran, yang bersumber pada akal (ratio, budi, cipta) manusia.
7) Nilai keindahan, atau nilai estetis, yang bersumber pada unsur perasaan (ae
sthetis, rasa) manusia.
8) Nilai kebaikan, atau nilai moral, yang bersumber pada unsur kehendak (will,
karsa) manusia.
9) Nilai religius, yang merupakan nilai kerokhanian tertinggi dan mutlak. Nilai rel
igius ini bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan manusia.

28
 Dalam filsafat Pancasila, disebutkan ada tiga tingkatan nilai, yaitu
nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis.
 Nilai dasar, adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang be
rsifat mutlak, sebagai sesuatu yang benar atau tidak perlu dipertany
akan lagi. Nilai-nilai dasar dari Pancasila adalah nilai ketuhanan, nil
ai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.
 Nilai instrumental, adalah nilai yang berbentuk norma sosial dan nor
ma hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan da
n mekanisme lembaga-lembaga negara.
 Nilai praksis, adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dala
m kenyataan. Nilai ini merupakan batu ujian apakah nilai dasar dan
nilai instrumental itu benar-benar hidup dalam masyarakat.
 Nila-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral mer
upakan nilai dasar yang mendasari nilai intrumental dan selanjutn
ya mendasari semua aktivitas kehidupan masyarakat, berbansa,
dan bernegara.

29
 Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendu
kung nilai-nilai Pancasila (subscriber of value Pancasil
a), yaitu bangsa yang berketuhanan, yang berkemanusi
aan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan dan berke
adilan sosial.
 Pengakuan, penerimaan dan pernghargaan atas nilai-ni
lai Pancasila itu nampak dalam sikap, tingkah laku, dan
perbuatan bangsa Indonesia sehingga mencerminkan s
ifat khas sebagai Manusia Indonesia

30
PANCASILA SEBAGAI
IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA
Pengertian Ideologi
Istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti gaga
san, konsep, pengertian dasar, cita-cita dan logos yan
g berarti ilmu. Jadi secara harafiah ideologi berarti ilmu
tentang pengertian dasar, ide atau cita-cita. Cita-cita y
ang dimaksudkan adalah cita-cita yang tetap sifatnya d
an harus dapat dicapai sehingga cita-cita itu sekaligus
merupakan dasar, pandangan, paham.
Ideologi yang semula berarti gagasan, ide, cita-cita itu
berkembang menjadi suatu paham mengenai seperang
kat nilai atau pemikiran yang oleh seseorang atau seke
lompok orang menjadi suatu pegangan hidup.

31
Beberapa pengertian ideologi:
 A.S. Hornby mengatakan bahwa ideologi adalah seperangkat ga
gasan yang membentuk landasan teori ekonomi dan politik atau
yang dipegangi oleh seorang atau sekelompok orang.
 Soerjono Soekanto menyatakan bahwa secara umum ideologi se
bagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan, kepercayaan yang me
nyeluruh dan sistematis, yang menyangkut bidang politik, sosial,
kebudayaan, dan agama.
 Gunawan Setiardja merumuskan ideologi sebagai seperangkat id
e asasi tentang manusia dan seluruh realitas yang dijadikan pedo
man dan cita-cita hidup.
 Frans Magnis Suseno mengatakan bahwa ideologi sebagai suatu
sistem pemikiran yang dapat dibedakan menjadi ideologi tertutup
dan ideologi terbuka.

32
 Ideologi tertutup, merupakan suatu sistem pemikiran tertutup. Cir
i-cirinya: merupakan cita-cita suatu kelompok orang untuk mengu
bah dan memperbarui masyarakat; atas nama ideologi dibenarka
n pengorbanan-pengorbanan yang dibebankan kepada masyarak
at; isinya bukan hanya nilai-nilai dan cita-cita tertentu, melainkan
terdiri dari tuntutan-tuntutan konkret dan operasional yang keras,
yang diajukan dengan mutlak.
 Ideologi terbuka, merupakan suatu pemikiran yang terbuka. Ciri-c
irinya: bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dapat dipaksakan d
ari luar, melainkan digali dan diambil dari moral, budaya masyara
kat itu sendiri; dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok o
rang, melainkan hasil musyawarah dari konsensus masyarakat te
rsebut; nilai-nilai itu sifatnya dasar, secara garis besar saja sehin
gga tidak langsung operasional.

33
Fungsi utama ideologi dalam masyarakat menurut Ramlan Sur
bakti (1999) ada dua, yaitu: sebagai tujuan atau cita-cita yang
hendak dicapai secara bersama oleh suatu masyarakat, dan s
ebagai pemersatu masyarakat dan karenanya sebagai prosed
ur penyelesaian konflik yang terjadi dalam masyarakat.
Pancasila sebagai ideologi mengandung nilai-nilai yang beraka
r pada pandangan hidup bangsa dan falsafat bangsa. Dengan
demikian memenuhi syarat sebagai suatu ideologi terbuka.
Sumber semangat yang menjadikan Pancasila sebagai ideolog
i terbuka adalah terdapat dalam penjelasan UUD 1945: “ teruta
ma bagi negara baru dan negara muda, lebih baik hukum dasa
r yang tertulis itu hanya memuat aturan-aturan pokok, sedangk
an aturan-aturan yang menyelenggarakan aturan pokok itu dis
erahkan kepada undang-undang yang lebih mudah caranya m
embuat, mengubah dan mencabutnya

34
Sifat Ideologi
Ada tiga dimensi sifat ideologi, yaitu dimensi realitas, dimensi idealis
me, dan dimensi fleksibilitas.
1. Dimensi Realitas: nilai yang terkandung dalam dirinya, bersumber dari
nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, terutama pada waktu ideolog
i itu lahir, sehingga mereka betul-betul merasakan dan menghayati ba
hwa nilai-nilai dasar itu adalah milik mereka bersama. Pancasila men
gandung sifat dimensi realitas ini dalam dirinya.
2. Dimensi idealisme: ideologi itu mengandung cita-cita yang ingin diicap
ai dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan b
ernegara. Pancasila bukan saja memenuhi dimensi idealisme ini tetap
i juga berkaitan dengan dimensi realitas.
3. Dimensi fleksibilitas: ideologi itu memberikan penyegaran, memelihar
a dan memperkuat relevansinya dari waktu ke waktu sehingga bebrsif
at dinamis, demokrastis. Pancasila memiliki dimensi fleksibilitas karen
a memelihara, memperkuat relevansinya dari masa ke masa.

35
Faktor Pendorong Keterbukaan Ideologi Pancasila
 Kenyataan dalam proses pembangunan nasional dan di

namika masyarakat yang berkembang secara cepat.


 Kenyataan menujukkan bahwa bangkrutnya ideologi ya

ng tertutup danbeku cendnerung meredupkan perkemb


angan dirinya.
 Pengalaman sejarah politik masa lampau.

 Tekad untuk memperkokoh kesadaran akan nilai-nilai d

asar Pancasila yang bersifat abadi dan hasrat mengem


bangkan secara kreatif dan dinamis dalam rangka men
capai tujuan nasional.

36
Sekalipun Pancasila sebagai ideologi bersifat terbu
ka, namun ada batas-batas keterbukaan yang tidak
boleh dilanggar, yaitu:
 Stabilitas nasional yang dinamis
 Larangan terhadap ideologi marxisme, leninnisme dan
komunisme
 Mencegah berkembangnya paham liberalisme
 Larangan terhadap pandangan ekstrim yang menggelis
ahkan kehidupan bermasyarakat
 Penciptaan norma-norma baru harus melalui konsensu
s.
37
Makna Pancasila sebagai Ideologi Bangsa
 Makna Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia adalah bah
wa nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila itu menja
di cita-cita normatif bagi penyelenggaraan bernegara. Dengan ka
ta lain, visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa
dan bernegara Indonesia adalah terwujudnya kehidupan yang be
r-Ketuhanan, yang ber-Kemanusiaan, yang ber-Persatuan, yang
ber-Kerakyatan, dan yang ber-Keadilan.
 Pancasila sebagai ideologi nasional selain berfungsi sebagai cit
a-cita normatif penyelenggaraan bernegara, nilai-nilai yang terka
ndung dalam Pancasila merupakan nilai yang disepakati bersam
a, karena itu juga berfungsi sebagai sarana pemersatu masyarak
at yang dapat memparsatukan berbagai golongan masyarakat di
Indonesia.

38

Anda mungkin juga menyukai