Anda di halaman 1dari 31

MANAJEMEN LOGISTIK OBAT

DI PUSKESMAS

Valen Ruterlin .,M.Farm.Klin.,Apt


7/16/2019 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 1
SISTEMATIKA PENYAJIAN
• TUJUAN PEMBELAJARAN
• PENGELOLAAN OBAT & BAHAN MEDIS HABIS PAKAI DI
PUSKESMAS ( MANAJEMEN LOGISTIK OBAT )
• KESIMPULAN
• REFERENSI

7/16/2019 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2


Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari materi ini peserta mampu memahami
pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai, di Puskesmas.

Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mempelajari materi ini peserta mampu:
Menjelaskan pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai di Puskesmas
Referensi
• Peraturan Presiden Nomor 54/2010 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerinta
• UU No. 36/2009 tetang kesehatan
Pasal 36 : Pemerintah menjamin ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan
perbekalan kesehatan terutama obat essensial.
• Keputusan Mentri Kesehatan No. 1121/MENKES/SK/2008 tentang Pedoman Teknis
Pengadaan Obat Publik dan perbekalan Kesehatan Pelayanan Kesehatan Dasar.
• PMK No. 74 th 2016 tentang Standart Pelayanan Farmasi di Puskesmas
• PP No. 51/2009 tentang Pekerjaan kefarmasian
• Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Puskesmas, Direktorat Bina Obat Publik, 2010
• Modul Penggunaan Obat Rasional, Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian, 2015.

7/16/2019 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 5


Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. (Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas)

Pengelolaan Obat dan Bahan


Pelayanan Medis Habis Pakai
kefarmasian
di Puskesmas Pelayanan Farmasi Klinik
termasuk di dalamnya
Penggunaan Obat Rasional
Latar belakang
 Obat merupakan komponen penting dalam upaya
pelayanan kesehatan dan oleh karena itu
diperlukan pengelolaan yang benar, efisien dan
efektif secara berkesinambungan.

 Diperlukan koordinasi yang baik dan terbuka


antara pihak terkait seperti Puskesmas (Apotek)
dengan DinKes Kab serta Dinkes Kab dng Prov
merupakan prasyarat dapat diterapkannya
pengelolaan obat yang baik
Tujuan Pengadaan Logistik Obat
• Menjamin tersedianya obat dgn mutu yang terjamin, tersebar
secara merata dan teratur, sehingga mudah diperoleh pada
tempat dan waktu yang tepat.

• Memperkuat dan meningkatkan kemampuan dalam hal


pengelolaan obat untuk mendukung terlaksananya berbagai
program kesehatan
Pengertian
Sistem satu pintu ( One Gate Policy ) adalah suatu kebijakan
Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian, perencanaan,
pengadaan dan pendistribusian obat, alat kesehatan, bahan
medis dan alat habis pakai, dilaksanakan pada Direktorat
Jendral Bina Kefarmasian dan Alkes, sehingga alokasi anggaran
& proses semua pengadaan/distribusi ke Prop/Kab/Kota
melalui sistem satu pintu.
Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Pengelolaan Obat dan - Perencanaan


Bahan Medis Habis - Pengadaan
Pakai merupakan salah
satu kegiatan - Penerimaan dan Penyimpanan
pelayanan kefarmasian, - Distribusi
yang terdiri atas:
- Penggunaan Obat

- Pencatatan dan Pelaporan

- Evaluasi Penggunaan
Tujuan Pengelolaan Obat dan BMHP

menjamin kelangsungan ketersediaan, pemerataan dan


keterjangkauan obat dan BMHP yang efektif, efisien dan
rasional, dengan mutu yang terjaga dan melaksanakan
pengendalian mutu pelayanan
MONITORING & PEMILIHAN /
EVALUASI SELEKSI

RKO

PENGGUNAAN PERENCANAAN
TATA KELOLA
OBAT

DISTRIBUSI PENGADAAN
Tahunan

Perencanaan Permintaan per periode

Penggunaan Hasil Permintaan


Pengadaan
Dukungan
Manajemen Pembelian

Distribusi Penyimpanan Penerimaan

Hukum, Kebijakan, Peraturan

7/16/2019 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 13


Perencanaan

Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan seleksi obat dan


bahan medis habis pakai untuk menentukan jenis dan jumlah obat
dalam rangka pemenuhan kebutuhan obat di Puskesmas.
Seleksi obat mengacu kepada Formularium Nasional.
Pengadaan

Pengadaan di Puskesmas bisa diartikan


lebih luas sebagai proses penyediaan
barang, secara teknis merupakan realisasi
perencanaan menjadi ketersediaan obat
Hasil permintaan pembelian
ke Instalasi Farmasi menggunakan dana
Kabupaten/Kota kapitasi Puskesmas
Penyimpanan

Obat yang dikirimkan oleh Instalasi Farmasi maupun hasil


pengadaan dengan dana kapitasi, sebelum disimpan, harus
dilakukan proses penerimaan oleh petugas pengelola obat atau
petugas lain yang diberi kuasa oleh Kepala Puskesmas
Tujuan penyimpanan:
Memelihara dan menjamin mutu
Menjamin keamanan persediaan
Memudahkan dalam melakukan pencarian & pengawasan
Mengendalikan stok
DISTRIBUSI
PUSKESMAS

METODA : PUSH/PULL
FREKUENSI DISTRIBUSI SARANA DISTRIBUSI:
MAMPU MENJAGA
MUTU OBAT
PERTIMBANGAN : PEMAKAIAN
RATA2, SISA STOK, POLA
PENYAKIT, JML KUNJUNGAN

SUB UNIT
PUSKESMAS
7/16/2019 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 17
Penggunaan Obat

Data penggunaan obat periode sebelumnya


akan digunakan untuk menghitung
perencanaan kebutuhan periode selanjutnya

Metode Metode
morbiditas konsumsi
Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas merupakan
rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan
secara tertib, baik obat-obatan yang diterima, disimpan,
didistribusikan dan digunakan di Puskesmas dan/ atau unit pelayanan
lainnya:
LPLPO
 Ketersediaan Obat Indikator di Puskesmas
Laporan lain (Keuangan, BMD, dll)
Petunjuk Pengisian telah tercantum dalam Juknis Tata Laksana Indikator Kinerja Tata Kelola Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan dan telah dibagikan ke seluruh Dinas Kesehatan
Evaluasi Pengelolaan Obat dan BMHP
Indikator Pengelolaan Obat di Puskesmas antara lain:
1. Kesesuaian item obat yang tersedia dengan Formularium Nasional

2. Tingkat ketersediaan obat

3. Persentase dan nilai obat rusak/kadaluarsa

4. Rata-rata bobot variasi persediaan

5. Rata-rata waktu kekosongan obat

6. Persentase obat tidak diresepkan


IMPLEMENTASI
FORMULARIUM NASIONAL

7/16/2019 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 22


Konsep Obat Esensial Dalam JKN

OBAT BEREDAR
(Safety, Efficacy, Quality)

KONSEP
FORNAS
OBAT
(Benefit Risk, Cost-
ESENSIAL
Effective)

DOEN

Ia
Data Dukung dari meta analysis atau systematic review terhadap uji klinik acak terkendali
tersamar ganda dengan pembanding.

Ib Data dukung dari sekurang-kurangnya satu uji klinik acak terkendali, tersamar ganda
dengan pembanding.
• Terdiri dari unsur Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), BPJS
Kesehatan, asosiasi profesi, perguruan tinggi dan tenaga ahli, yang akan bertugas sebagai :
- Tim Evaluasi
- Tim Ahli
- Tim Review Obat
• Bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan dan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan melalui
Keputusan Menteri Kesehatan No. HK. 02.02/Menkes/140/2015 tentang Komite Nasional
Penyusunan Formularium Nasional
KRITERIA ANGGOTA KOMNAS

Tidak memiliki konflik


kepentingan dan bersedia
Memiliki integritas dan Menyatakan kesediaan
menandatangani
standar profesional tinggi secara tertulis
pernyataan bebas konflik
kepentingan
24
TAHAPAN
PENYUSUNAN
FORNAS SOSIALISASI
&
PERSIAPAN ADDENDUM
• Kirim surat
usulan
DISKUSI PENGESAHAN
• Penyusunan SK
• Penetapan
Addendum
• Seleksi dan • Pemberlakuan dan Fornas
• Kajian Data Obat • Rapat Pleno Penerapan
Penetapan • Pembahasan • Rapat Finalisasi • Publikasi
Komite Nasional Teknis • Website Kemkes
Penyusunan • Pencetakan
Fornas September 2015 Oktober – • Distribusi
• Kompilasi usulan Desember 2015
Juni – Agustus 2015
dan seleksi
Administratif
Januari 2016

November 2014 –
Mei 2015

DRAFT DRAFT
AWAL AKHIR
Perkembangan Formularium Nasional

FORNAS 2015
SK Menkes No.
HK.02.02/Menkes/523/2015
-562 item obat/zat aktif (terdiri
dari 983 kekuatan dan bentuk
sediaan)
-Obat Rujuk Balik : 75 item
dalam 151 Bentuk sediaan. ADENDUM PERUBAHAN 2016
FORNAS 2013 + -573 item obat/zat aktif (terdiri dari 1018
ADENDUM 2014 kekuatan dan bentuk sediaan)
SK Menkes No. 328/ Menkes/ SK/
VIII/2013 -Perubahan Restriksi 123 Item dalam 194
-540 item dalam 968 kekuatan/sediaan
sediaan/ kekuatan -Perubahan Faskes 32 item dalam 46
-Obat Rujuk Balik : 82 item bentuk kekuatan/sediaan
dalam 155 sed/kek
KEBIJAKAN PENERAPAN FORNAS
1. Formularium Nasional merupakan acuan yang digunakan dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk pelaksanaan program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
2. Formularium Nasional harus digunakan sebagai acuan bagi :
• Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota untuk
pengadaan obat dalam menjamin ketersediaan obat pada
penyelenggaraan dan pengelolaan Program JKN.
• FKTP dan FKRTL yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dalam
pengadaan obat untuk kebutuhan pelayanan kesehatan.
• Dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis dalam
menulis resep.
3. Apabila obat yang dibutuhkan tidak tercantum dalam Fornas dapat
digunakan obat lain secara terbatas berdasarkan rekomendasi Komite
Farmasi dan Terapi dan disetujui oleh Komite Medik atau Kepala/Direktur
Rumah Sakit.

27
KEBIJAKAN PENERAPAN FORNAS (2)

4. Penambahan dan atau pengurangan daftar obat yang tercantum dalam


Fornas ditetapkan oleh Menkes setelah mendapatkan rekomendasi Komnas
Fornas (Adendum Fornas)
5. Pelayanan obat bagi peserta Jaminan Kesehatan harus memperhatikan
restriksi obat dan peresepan maksimal obat sebagaimana tercantum
dalam Fornas
6. Dalam hal dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis
berdasarkan indikasi medis memerlukan lebih banyak obat melebihi
jumlah maksimal untuk peresepan, maka peresepan harus mendapat
persetujuan Komite Medik dan Kepala/Direktur Rumah Sakit.
DAFTAR OBAT PROGRAM RUJUK BALIK
DALAM FRORNAS
Tercantum pada Fornas untuk obat Program Rujuk Balik dengan
tanda (*) di belakang nama dan sediaan obatnya.

OBAT OBAT
UTAMA TAMBAHAN
Obat yang mutlak
Obat - obat kronis yang
diberikan bersama obat
dapat diresepkan oleh
utama untuk mengatasi
dokter spesialis/sub
penyakit penyerta atau
spesialis di Faskes Rujukan
mengurangi efek samping
Tingkat Lanjut.
akibat obat utama.
Penutup

Tenaga Kefarmasian Tuntutan


berperan dalam profesionalitas tidak Optimalisasi peran
upaya meningkatkan bisa ditawar tenaga kefarmasian
pelayanan kesehatan • Tenaga Kefarmasian dalam pelayanan
meliputi: harus siap menjawab
kesehatan
ekspektasi
• Promotif, masyarakat/pasien memerlukan
• Preventif • meningkatkan dukungan seluruh
• Kuratif kompetensi (dan stake holder
• Rehabilitatif profesionalitas)
Kesimpulan

Apoteker dan Tenaga teknis kefarmasian yang bekerja di


Puskesmas mempunyai peran yang sangat strategis dalam
peningkatan penggunaan obat rasional.

7/16/2019 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 31


Penerimaan Usulan Obat
Email : - layanan.obat@kemkes.go.id
- essentialmedicine809@gmail.com
Hotline : +6281210931803

http://e-fornas.binfar.kemkes.go.id

Keluhan Ketersediaan Obat


Hotline service (e-catalogue contact centre) melalui :
 e-mail: e_katalog@kemkes.go.id
 HP. No. 0812 8175 3081

Anda mungkin juga menyukai