x x ;xjika x 0
; jika x 0
Misalnya :
I7I = 7; I4I = 4; I0I = 0; I 2 – 5 I = I-5I = 5
O( 0,0)
Q ( x2,0) 0 P ( x1,0) -2 -1 0 1 2 3 4 5
OA = 2 = 2 ; OB = 4 =4
Ix2I Ix1I
(a.) x ≥0 (b.)
x 0 x
(b.) x = x
(2.) Untuk setiap bilangan real x dan y berlaku :
(d.)
(b.) x a x ≤ -a atau x ≥ a x2 ≥ a2
(b.) x a x ≤ -a atau x ≥ a x2 ≥ a2
x a x a2 x2 a2
2
(a).
x a x a2
2
(b). x2 a2
(a).
x a ax ax ,, jika x a
jika x a
ax b , jika x ba
(b).
ax b b
( ax b ), jika x a
Contoh 1
Hitunglah x 1 x dengan membongkar tanda mutlaknya !
Penyelesaian :
Ingat x a x a , xa
x a xa
x 1 x 1, x 1
( x 1), x 1
Contoh 2
Hitunglah x 2 x dengan membongkar tanda mutlaknya !
Penyelesaian :
x2 x x 2 x , x 0
x 2 x , x 0
x , x 0
3 x , x 0
karena x x ,xx, x 0 0
3x , x 0 dan x 0 (1)
x , x 0 dan x 0 (2)
dan 3x
3x , x 0 dan x 0 (3)
3x , x 0 dan x 0 (4)
Contoh 3
l 2x – 3l < 4
Penyelesaian :
l 2x – 3l < 4 -4 < 2x – 3 < 4
-4 + 3 < 2x < 4+3
-1 < 2x < 7
-1/2 < x < 7/2
HP = { x / -1/2 < x < 7/2 } = (-1/2, 7/2)
Contoh 4
l 5x + 1l ≥ 9
Penyelesaian :
l 5x + 1l ≥ 9 5x + 1 ≤ -9 atau 5x + 1 ≥ 9
5x ≤ -10 atau 5x ≥ 8
x ≤ -2 atau x ≥ 8/5
HP = { x / x ≤ -2 atau x≥ 8/5 }
= (-∞ ,-2 ] U [ 8/5, ∞)
-13 2 1/5
Contoh 6 : x l xl – x ≤ 6
Menurut definisi nilai mutlak lxl :
Ada dua kemungkinan yaitu untuk x < 0 atau x ≥ 0
Penyelesaian :
l x l = -x lxl=x
X (-x) –x ≤ 6 X (x) –x ≤ -6
-x2 –x ≤ 6 x2 –x -6 ≤ 0
X2 + x +6 ≥ 0 (x+2) (x-3) ≤ 0
Catatan
Berdasarkan sifat pertama dan kedua, kita dapat mengkuadratkan bentuk
pertaksamaan dengan nilai mutlak bila syaratnya telah dipenuhi. Untuk
pertaksamaan yang memuat lebih dari satu bentuk nilai mutlak, sifat ketiga
digunakan pada garis bilangan.
Contoh 1
Tentukan himpunan jawab pertaksamaan 3x 2 1 .
Penyelesaian
3x 2 1
3x 2 1 atau 3x 2 1
3x 1 atau 3x 3
1
x atau x 1
3
1
Himpunan Jawab = , 1, .
3
4 x 2 12 x 9 x 2 4 x 4
3x 2 16 x 5 0
3x 1 x 5 0
1
5 x
3
1
Himpunan jawab = 5, .
3
Contoh 3
Tentukan himpunan jawab pertaksamaan x 2 x
2 2
Penyelesaian :
x2 2 x2
x 2 x4
2 2
x4 4 x2 4 x4
4 x2 4 0
x2 1 0
x 1 x 1 0
1 x 1
Himpunan jawab = 1,1
, 0 , , 0 .
1 1 0.1 ,1 0,1. 1, ,1 1.
3 3
Catatan
Proses penyelesaian soal ini terbagi atas tiga kasus, diagram di atas
bermanfaat untuk melihat setiap kasus yang muncul secara keseluruhan.
Contoh 5
tentukan himpunan jawab pertaksamaan x x2
.
x 1 x 1
Penyelesaian :
Penyelesaian masalah ini dikerjakan dengan mengkuadratkan kedua ruasnya,
membuat ruas kannya nol, dan menggunakan rumus
a 2 b2 (a b)(a b).
x x2
x 1 x 1
x x2
2 2
x 1 x 1
x x 2 x x2
0
x 1 x 1 x 1 x 1
x 2 x x 2 3x 2 x 2 x x 2 3x 2
0
x 1 x 1 x 1 x 1
1
8 x 2 x 1 x
2 .
0
x 1 x 1
2 2
-1 1/2 1
Penyelesaian :
Karena penyebut bentuk pecahannya definit positif dengan
1 1
x 2 2 x 4 x 1 3 3, Maka .
2
x2 2 x 4 3
Ini mengakibatkan
x2 2 x 3 1 1
2 x2 2 x 3 x2 2 x 3 .
x 2x 4 x 2x 4
2
3
Untuk x 2, kita akan menentukan batas dari x 2 2 x 3 . Untuk ini,
tulislah
x2 2 x 3 ( x 1)2 4,
Kemudian gunakan sifat nilai mutlak dan pertaksamaan, mka diperoleh hasil
berikut.
x 2
2 x 2
3 x 1 1
0 x 1 9
2
4 x 1 4 5
2
5 4 x 2 2 x 3 5
x 2 2 x 3 5.
Dengan menggunakan hasil ini diperoleh
x2 2 x 3 1 2 1 5
x 2 x 3 .5 ,
x 2x 4 3
2
3 3
Sehingga terbuktilah yang diinginkan.
Rangkuman
xa x a , jika x a
a x , jika x a
Overview
Bab ini menjelaskan konsep dasar persamaan garis linier yang berbasiskan
sistem koordinat kartesius. Hal-hal terkait dengan bab ini adalah panjang
garis lurus, persamaan garis lurus, kaitan antar dua garis, gradien suatu garis,
gradien dua garis yang saling tegak lurus, dan jarak titik ke garis.
Tujuan
12 Sistem Koordinat
Definisi Koordinat Kartesius
b P(a,b)
0 a
Sistem Koordinat 13
x, y : x 0 dan y 0, kuadran tertutup,
x, y : x 0 dan y>0 , kuadran terbuka,
x, y : x 0 dan y>0 , dan
x, y : x 0 dan y 0.
Kedua himpunan terakhir tidak terbuka dan tidak tertutup.
Selanjutnya, bila hanya disebutkan kuadran 1 saja, kemungkinan yang terjadi
bergantung pada konteks pembicaraannya. Dalam hal ini boleh memuat garis
pembatasnya, yang bergantung pada permasalahan yang muncul dan akan
dibahas.
x1 x2 y1 y2
2 2
PQ= .
Persamaan garis lurus Bentuk umum persamaan garis lurus
adalah
ax by c 0, a dan b tidak semuanya nol.
14 Sistem Koordinat
Garis g: ax + by + c =0 dan h: px+qy+r=0 dikatakan :
a b c
Sejajar (ditulis g // h) jika
p q r
a b c
Berimpit (ditulis g h), jika
p q r
a b
Berpotongan, jika dan berpotongan tegak lurus jika
p q
ap bq 0, b, q 0
g : y =mx+n
θ
x
0
Sistem Koordinat 15
Gradien dua garis yang saling tegak lurus
Garis g : y= mx+n dan h : y=px+q saling tegak lurus mp 1. Jadi dua
garis saling tegak lurus jika dan hanya jika perkalian gradiennya sama dengan -
1.
g
h
P(X1,Y1)
Q(X2,Y2)
16 Sistem Koordinat
Jarak titik ke garis
ax0 by0 c
d ( P, g )
a 2 b2
Pada gambar di bawah ini, jarak titik P ke garis g adalah ruas garis PQ.
y
P(x0,y0)
g : ax+by+c=0
d(P,g)
Q
x
0
Terdapat banyak cara untuk membuktikan jarak titik ke garis, yang paling
sederhana dengan cara geometri. Buatlah garis sejajar sumbu y dan melalui P
sehingga memotong garis g di R. Buatlah garis sejajar sumbu y dan melaui P
sehingga memotong garis g di S. Tentukan koordinat R dan S serta panjang
ruas garis PR, PS, dan RS. Dengan rumus geometri :
PR.PS
d P, g PQ .
RS
Sistem Koordinat 17
Contoh 1 :
Hitunglah gradien dari persamaan linier berikut:
3y 2x 4 0
Penyelesaian :
Buatlah komponen y sendirian di ruas kiri, yang lainnya di ruas kanan
3y 2x 4 0
3 y 2 x 1
3 4 3
y x Sehingga gradiennya
2 3 2
y mx c
Contoh 2 :
Dari gambar berikut tentukan gradiennya :
0 2 x
Penyelesaian :
y2 y1
Gunakan rumus : m
x2 x1
Perhatikan dan lengkapi grafiknya :
18 Sistem Koordinat
y
(0,3)
x1 y1 Maka :
0-3
m=
2-0
m = -3
2
(2,0)
x2 y2
Contoh 3 :
Buatlah grafik dari persamaan berikut:
4 y 8x 2
Penyelesaian :
Buatlah 2 titik yang melewati persamaan linier tersebut :
1.Titik pertama
x0
maka :
4. y 8.0 2
4y 2
2 1
y
4 2
1
(0, )
2
2. Titik Kedua
Sistem Koordinat 19
y0
maka :
4.0 8.x 2 Hubungan kedua titik tersebut :
2 1
x
8 4
1
( , 0)
4
1/2
1/4
x
Contoh 4 :
Buatlah persamaan linier dari persamaan berikut:
2
x
(2,0)
-1 (0,-1) x2 y2
x1 y1
20 Sistem Koordinat
Penyelesaian :
y2 y1 1
m y (1) ( x 0)
x2 x1 2
0 (1) 1
m y2 x
20 2
1 1
m y x2
2 2
Contoh 5 :
Hitunglah gradien persamaan garis yang tegak lurus dengan persamaan
berikut:
2 y 2x 4
Penyelesaian :
1.Hitunglah gradien persamaan garisnya
1
2.Gunakan rumus m2
m1
2 y 2x 4
2 y 2 x 4
y x 2
y m1 x c
m1 1
1 1
m2 1
m 1 1
Maka gradien persamaan garis yang tegak lurus dengan persamaan diatas
adalah 1
Contoh 6:
Hitunglah persamaan garis yang sejajar dengan persamaan garis
3 y 4 x 1 0 dan melewati titik (2,3)!
Penyelesaian :
1.Hitung gradient garis yang ada
2.Dengan tersebut gunakan rumus y y1 m( x x1 )
Ingat : jika m1 sejajar dengan m2 ,maka m1 m2
Sistem Koordinat 21
3 y 4x 1 0
3y 4x 1
4 1
y x
3 3
4
m1
3
4
Karena sejajar m2 m1 , maka :
3
y y1 m2 ( x x1 )
4
y 3 ( x 2)
3
4
y ( x 2)
3
4 8
y x 3
3 3
4 8 9
y x
3 3
4 1
y x
3 3
( x1 , y1 ) (2,3)
Contoh 7 :
Hitunglah persamaan garis yang tegak lurus dengan persamaan garis
7 y 3x 2 0 dan melewati titik (0, 6) !
Penyelesaian :
1.Hitung gradient garis yang ada
2.Hitung gradient garis yang tegak lurus dengan gradien dari (1) dengan rumus
1
m2 (sejajar)
m1
3. Gunakan rumus : y y1 m( x x1 ) (0,6) ( x1 , y1 )
22 Sistem Koordinat
Contoh 8
y
Dari grafik disamping, tentukanlah persamaan
4 garis yang tegak lurus dengan garis tersebut
dan melewati titik asal .
3
x
Penyelesaian :
ingat : titik asal adalah titik (0,0)
1. Hitung gradien garis tersebut.
2. Hitung gradien yang tegak lurus dengan gradien dari (1)
3. Hitung persamaan menggunakan y – y 1 = m2 (x – x1)
4 ( 0,4 ) y2 y1 0 4 4
m1
x2 x1 3 0 3
x1 y1
1 1 3
m2
3 4 4
3
y y1 m2 ( x x1 )
3
y 4 ( x 0)
4
3 3
y x4
4
( 3,0 )
X1 Y1
Sistem Koordinat 23
Contoh 9
Hitunglah titik potong antara 2 garis berikut :
4y – 2x = 3 dan 3y – 2x = 6
Penyelesaian :
gunakan subtitusi atau eliminasi
Cara 1 : subtitusi
4y – 2x = 3
-2x = 3 – 4y ..........................(1)
3y -2x -6 Ganti -2x dengan persaman (1)
3y +3-4y = 6
-y +3 = 6
-y = 6-3 = 3
Y = -3 , maka
-2x = 3-4y = 3- 4 (-3) = 3 + 12 = 15
15
X= -7,5
2
Sehingga tiik potong nya adalah (-7,5 , -3)
Cara 2 : Eliminasi
4y – 2x = 3
3y – 2x = 6
____________ -
y+ 0 = -3
y= -3
4y – 2x = 3 2x = 4y – 3
=-4.3 – 3
2x = -15
x= -7,5
sehingga (-7,5 , -3 )
Contoh 10
Hitunglah jarak antara 2 titik berikut (-2,5) dengan (-1,-3)
Penyelesaian :
Gunakan rumus d = ( X 2 X1 )2 (Y2 Y1 )2
24 Sistem Koordinat
X1 Y1 X2 Y2
Penyelesaian :
Seperti Contoh sebelumnya
(7,-1) (-2, 5)
X1 Y1 X2 Y2
d (2 7) 2 (5 (1) 2
81 36
117
Contoh 12
Hitunglah jarak antara titik (!,2) dengan garis y = 2x + 3
Penyelesaian :
aX 0 bY0 c
Gunakan rumus d(P,q)=
a 2 b2
dimana P (X0, Y0) dan q adalah garis ax + by + c = 0
y= 2x+3
Sistem Koordinat 25
-2x + y -3 = 0 maka a =-2
b= 1
c= -3
ax + by + c = 0
2.Gunakan rumus jarak titik terhadap garis.
aX 0 bY0 c
d(P,q)=
a 2 b2
2.1 1.2 3
=
(2) 2 12
3
=
5
3
= 5
5
Contoh 13
Diketahui titik A (-1,2) dan titik B (2,3). Tentukan persamaan garis g yang
tegak lurus dengan garis AB dan melalui titik A !
Penyelesaian :
1. Hitung dulu gradient garis AB.
2. Tentukan gradien yang tegak lurus dengan gradien garis AB.
3. Buat persamaan garis yang melalui A (-1,2)
1.A (-1 , 2) B (2 , 3)
X1 Y1 X2 Y2
y2 y1 3 2 1
m1
x2 x1 2 (1) 3
26 Sistem Koordinat
1 1
2. m2 3
m1 1
3
y y1 m2 ( x x1 )
3. y 2 3( x (1)) 3x 3
y 3x 1
Contoh 14
Diketahui titik A(-1,2), B(3,2) dan C(-2,3). Tentukan persamaan garis g yang
sejajar dengan garis AC dan melalui titik tengah AB.
Penyelesaian :
1. Hitunglah gradien garis AC
2. Hitunglah koordinat titik tengah AB
3. Buatlah persamaan garis dengan gradien dari (1) dan
melewati titik tengah AB dari (2).
1. A (-1, 2) C (-2 , 3)
X1 Y1 X2 Y2
y2 y1 2 2 4
m 4
x2 x1 2 (1) 1
2. A (-1,2) B (3,2)
1 3 22
x0 y0 2
2 2
x0 1
Sistem Koordinat 27
y y0 m( x x0 )
y 2 4( x 1)
3.
y 4x 4 2
y 4x 2
Contoh 15
Diketahui titik A(1,1), B(3,-1), dan C(2,2). Hitunglah luas segitoiga ABC!
Penyelesaian :
1. Sketsalah secara asal segitiga ABC
2. Anggap salah satu sebagai alas mislnya AB, berarti tinggal dicari tinggi
dengan menghitung jarak titik C ke garis AB
1
3. Hitung luas segitiga ( x alas x tinggi )
2
1.
C
A B
Garis AB :
A ( 1, 1) B ( 3 , -1)
X1 Y1 X2 Y2
y2 y1 1 1
m 1
x2 x1 3 1
28 Sistem Koordinat
y y1 m( x x1 )
y 1 1( x 1)
y x 2
x y20
a 1, b 1, c 2
aX 0 bY0 c
2. d
a 2 b2
C (2 , 2 )
X0 Y0
1.2 1.2 2 2 1
d 2
22 22 8 2
1 1 1
3. Luas segitiga = AB . d (3 1) 2 (1 1) 2 2
2 2 2
Luas segitiga =
1
4 4 4 = 1 satuan
4
Carilah dengan menganggap BC sebagai alas.
Contoh 16
Diketahui persamaan kuadrat y = 2x2 -2x -4. Hitunglah Diskriminannya!
Apakah persamaan tersebut berpotongan / bersinggungan / sama sekali tidak
bersinggungan atau berpotongan sumbu x?
Penyelesaian :
Ingat : Diskriminan : D =b2-4ac dari y = ax2 + bx +c
a. Jika D > 0 maka ada 2 titik potong antara sb.x dengan garis y = ax 2 + bx
+c dan diperoleh 2 solusi unuk x.
b. Jika D=0 maka garis y= ax2 + bx +c bersinggungan engan sumbu x dan
diperoleh satu solusi untuk x.
Sistem Koordinat 29
c. Jika D < 0 , maka garis y= ax2 + bx +c sama sekali tidak
berpotongan/bersinggungan dengan sumbu x dan solusi untuk x bukan
bilangan nyata.
Y= 2x2 -2x -4
a b c
D = (-2)2 -4.2 (-2)
= 4 + 32
D = 36
D> 0
Contoh 17
Diketahui persamaan kuadrat y=-3x2-2x+1. HItunglah koordinat titik kritis
dari persamaan tersebut.
Penyelesaian :
a = -3, maka a < 0 sehingga titik kritisnya adalah titik
y 3 x 2 2 x 1 0
3 x 2 3 x x 1 0
max 3 x( x 1) ( x 1) 0
(3 x 1)( x 1) 0
1
x1 , x2 1
3
1 2
1
x1 x2 3 1
x 3
2 2 2 3
30 Sistem Koordinat
1 1
y 3( ) 2( ) 1
3 3
1 2
3. 1
9 3
1 2
1
3 3
1 2 3 4
3 3
1 4
Sehingga Koordinat titik puncak /max adalah ( , )
3 3
Contoh 18
Diketahui persamaan kuadrat y=-4x+4x+3. Sketsalah persamaan
parabola tersebut !
Penyelesaian :
y = -4x2+4x+3 D = b2-4ac
= 42 – 4(-4)3
= 16 + 48
a b c
= 64 > 0
maka persamaan tersebut berpotongan dengan sumbu x dan karena a
< 0, maka titik kritisnya adalah titik puncak.
Sistem Koordinat 31
2. HItunglah akar-akar persamaan kuadrat tersebut atau hitung x
pembuat y = 0
y 4 x 2 4 x 3 0
4 x 2 6 x 2 x 3 0
2 x(2 x 3) (2 x 3) 0
(2 x 1)(2 x 3) 0
1 3
x1 , x2
2 2
maka diperoleh dua titik yang dilalui persamaan garis tersebut yaitu
1 3
5 ( , 0) dan ( , 0)
2 2
3. Hitunglah titik puncak / max persamaan parabola tersebut
1 3
x1 x2 1
x 2 2
2 2 2
1 1 4
y 4( ) 2 4. 3 23 4
2 2 4
1
maka titik puncaknya adalah ( , 4)
2
y = -4(0)2+4.0+3 = 3
maka koordinat (0,3) juga dilalui persamaan garis tersebut. Sehingga
dari 4 modal diatas dapat langsung kita sketsa grafiknya berikut ini :
32 Sistem Koordinat
4
1 0 1 1 3
2 2 2
Contoh 19
Diketahui persamaan kuadrat y = 3x2-2x-5. Sketsalah persamaan
parabola tersebut !
Penyelesaian :
Sistem Koordinat 33
2. Hitunglah akar-akar x pembuat y = 0
y = 3x2 – 2x – 5 = 0
= 3x2 – 5x + 3x – 5 = 0
= x(3x - 5) + (3x - 5) = 0
= (x + 1)(3x - 5) = 0
x1 = -1 x2 =
maka persamaan kuadrat tersebut berpotongan dengan titik (-1,0) dan ( ,0)
5 2
1
x1 x2 3 3 1
xt
2 2 2 3
1 1
yt 3( ) 2 2( ) 5
3 3
3 2 1 15
5
9 3 3 3
16
3
1 16
maka titik minimalnya adalah ( , )
3 3
y = 3(0)2 - 2.0 - 5 = -5
34 Sistem Koordinat
x
1 1 1
3
2
3
4
5
y
Contoh 20
Diketahui persamaan kuadrat y = x2 - x – 2 dan persamaan linier y = -x – 1
Apakah kedua garis ini berpotongan? Jika iya, tentukan titik potong kedua
garis tersebut !
Penyelesaian
1. Subtitusikan y dari persamaan linier ke persamaan kuadrat sehingga akan
membentuk pesamaan kuadrat baru dengan variabel x.
2. Dari persamaan kuadrat baru tersebut tentukanlah D, jika D > 0 , 2 garis
tersebut berpotongan. Jika D = 0 , 2 garis tersebut bersinggungan. Jika D
< 0, 2 garis tersebut tidak bersinggungan dan tidak berpotongan.
3. Hitung akar-akar persamaan tersebut maka diperoleh x 1 dan x2 (jika
berpotongan)
4. Masukkan nilai x1 dan x2 ke dalam persamaan linier untuk menentukan
koordinatnya
Sistem Koordinat 35
Rangkuman
x1 x2 y1 y2
2 2
PQ= .
4. Bentuk umum persamaan garis lurus
adalah ax by c 0, a dan b tidak semuanya nol.
5. Jika gradien garis g adalah m dan gradien garis l adalah p, garis g dan l
tegak lurus jika mp=-1, garis g dan garis l sejajar jika m=p.
ax0 by0 c
6. Jarak titik P(x0, y0) ke garis g: d ( P, g )
a 2 b2
36 Sistem Koordinat
3 Vektor di Bidang dan di Ruang
Overview
Tujuan
Vektor 37
4.1. Pengertian skalar dan vektor
Banyak besaran yang kita jumpai dalam ilmu pengetahuan, seperti luas,
panjang, massa, temperatur, volume, muatan listrik, dan sebagainya dapat
dinyatakan oleh suatu bilangan. Besaran demikian dinamakan skalar. Ada
besaran lain, seperti kecepatan, gaya, dan pergeseran, untuk
menggambarkannya memerlukan tidak hanya bilangan, tetapi juga arah.
Besaran demikian dinamakan vektor.
Vektor–vektor dapat dinyatakan secara geometris sebagai ruas garis
berarah atau anak panah; arah panah menentukan arah vektor dan panjang
panah menyatakan besarnya, perhatikan gambar-1.
v b
w
a
c
A
(a) (b)
Ekor panah dinamakan titik awal (initial point ) dari vektor, dan ujung
panah dinamakan titik terminal ( terminal point ). Vektor umumnya
dinyatakan dengan huruf kecil tebal misalnya a, v, w, u, x. Vektor dapat
pula dinyatakan dengan huruf kecil tipis dengan tanda garis atau anak panah di
atas huruf tersebut seperti a , v , dan w . Satu cara lagi menyatakan vektor
adalah dengan menulis dua huruf besar berdampingan yang di atasnya diberi
garis atau anak panah seperti AB di mana A adalah titik awal vektor dan B
adalah titk ujung vektor. Untuk menyatakan skalar akan digunakan huruf kecil
tipis tanpa garis atau anak panah di atasnya seperti a, b, c, k, m, dan
sebagainya.
Jika seperti pada gambar 4.1a. titik awal vektor v adalah A dan titik
ujungnya adalah B, maka kita dapat menuliskan bahwa
v = AB .
Vektor-vektor yang mempunyai panjang dan arah yang sama, seperti vektor-
vektor pada gambar 4.1b, dinamakan ekivalen. Vektor-vektor yang ekivalen
38 Vektor
dianggap sama walaupun vektor-vektor tersebut diletakkan pada kedudukan
yang berbeda-beda. Jika v dan w ekivalen maka kita tuliskan
v=w
w w
v v+w w+v v
v
v+w
(a) (b)
Gambar 4.2
Dalam gambar 4.2b telah dibentuk dua jumlah, yakni v+w dan
w+v. Jelas bahwa
v+w = w+v
dan bahwa jumlah tersebut berimpit dengan diagonal jajaran genjang yang
ditentukan oleh v dan w bila vektor-vektor ini diatur lokasinya sehingga
vektor -vektor tersebut mempunyai titik awal yang sama.
Vektor yang panjangnya nol dinamakan vektor nol (zero vektor) dan
dinyatakan dengan o . Kita definisikan
o+v=v+o=v
untuk tiap vektor v. Jika v adalah sebarang vektor tak nol, maka -v adalah
negatif v, didefinisikan bagi vektor yang mempunyai besaran sama seperti v,
tetapi arahnya berlawanan dengan v (gambar 4.3). Vektor ini mempunyai sifat
Vektor 39
v + (- v) = 0
v
-v
Gambar 4.3
v - w = v + ( - w)
(Gambar 4.4a)
v v v-w
v- w
-w w w
(b)
(a)
Gambar 4.4
Definisi. Jika v adalah vektor tak nol dan k adalah bilangan real tak nol
(skalar), maka hasil kali kv didefinisikan sebagai vektor yang panjangnya |k|
kali panjang v dan arahnya sama dengan arah v jika k > 0 dan berlawanan
dengan arah v jika k < 0. Kita definisikan kv = o, jika k=0 atau v = o
40 Vektor
Gambar 4.5 melukiskan hubungan di antara vektor v dan vektor-vektor 2v,
(-1)v, (1½)v, dan (-3)v
(-3)v
2v
v (-1)v (1½)v
Gambar 4.5
Perhatikan bahwa vektor (-1)v mempunyai panjang yang sama dengan vektor
v tetapi arahnya berlawanan dengan vektor v.
(v1, v2)
v
x
Vektor 41
ekivalen jika dan hanya jika
v1 = w1 dan v2 = w2
maka
v + w = (v1 + w1, v2 + w2) (4.1 a)
y
(v1 + w1, v2 + w2)
( w1, w2 )
v+w
w
(v1, v2)
v x Gambar 4.7
v + w = ( 2, -3) + ( 4, 7) = ( 6, 4)
42 Vektor
Jika v = (v1, v2) dan k adalah sebarang skalar, maka
y
( kv1, kv2)
kv
(v1, v2)
v
x
Gambar 4.8
Vektor di ruang-3
Seperti halnya vektor-vektor pada bidang(ruang-2) dapat
digambarkan oleh pasangan dua bilangan real, maka vektor-vektor di ruang
dapat digambarkan oleh tripel bilangan real, dengan menggunakan sistem
koordinat siku-siku .
Vektor 43
z
z
P
y y
O O Y
X
x x
(a) (b)
Gambar 4.9
z
3 R ( 0, 5, 3 )
P ( 2, 5, 3 )
S ( 2, 0, 3 )
y
O 5
Q ( 2, 5, 0 )
2
x
Jika vektor v di dalam ruangGambar 4.10
dilokasikan sedemikian sehingga titik awalnya
berada di titik asal sistem koordinat siku-siku (gambar 4.11), maka koordinat
titik ujungnya adalah komponen-komponen v, dan dituliskan sebagai
v = ( v1, v2, v3 )
z
v3
44 Vektor
( v1, v2, v3 )
v
Jika v = ( v1, v2, v3 ) dan w = ( w1, w2, w3 ) adalah dua vektor di ruang-3,
maka:
(1) v dan w ekivalen jika dan hanya jika v1= w1 , v2 = w2, dan v3 = w3
(2) v + w = ( v1+ w1, v2+ w2, v3 +w3 )
(3) kv = ( kv1, kv2, kv3 ) di mana k adalah sembarang skalar.
Contoh-1
Jika v = (1, -3, 2) dan w = (4, 2, 1). maka
Vektor 45
PQ = OQ - OP = (x2, y2, z2) - (x1, y1, z1) = (x2 – x1, y2 – y1, z2 – z1)
OP
OQ v2
y
O
x
Gambar 4.12
Contoh-2
Komponen-komponen vektor v = PQ dengan titik awal P(-3, 1, 7) dan
titik ujung Q(2, -3, 1) adalah
|v|
Gambar 4.13a
|v| = v12 v 22
Jika P(x1, y1, z1) dan Q(x2, y2, z2) adalah dua titik di ruang-3, maka jarak d di
antara kedua titik tersebut adalah norma vektor PQ (Gambar-4.14). Karena
PQ = (x2 – x1, y2 – y1, z2 – z1)
z
Q( x2, y2, z2 )
P( x1, y1, z1 )
y
Vektor 47
O
x Gambar 4.14
maka berdasarkan (4-2) jelas bahwa jarak d di antara kedua titik tersebut
adalah
Demikian juga, jika P(x1, y1) dan Q(x2, y2) adalah dua titik di ruang-2, maka
jarak d di antara kedua titik tersebut diberikan oleh
d (x2 x1 )2 (y2 y1 )2
Contoh-3
48 Vektor
| u | . | v | .cos jika u o dan v o
u.v (4-3)
0 jika u o atau v o
Gambar 4.15
Contoh- 4
Tentukan hasilkali titik antara vector u dan vector v jika
u = (2, -1, 1) dan v = (1, 1, 2) dan sudut antar vector u dan vector v
adalah = 60o
Jawab
Cos 60o = ½
Jika u = (u1, u2, u3) dan v = (v1, v2, v3) adalah vector-vektor di R3 maka
u.v = u1 v1 + u2 v2 + u3 v3 (4-4)
u.v = u1 v1 + u2 v2
Vektor 49
(4-5)
Contoh- 5
Tentukan hasilkali titik antara vector u dan vector v jika
u = (2, - 3, - 4) dan v = (1, 5, - 6)
Dari rumus (4-3) dapat diturunkan rumus untuk mencari sudut antara dua
vektor yaitu
u.v
Cos (4-6)
|u|.| v |
Contoh- 6
u.v 3 3 1
Cos , jadi = 60o
|u|.| v | 6. 6 6 2
Teorema. Misalkan u dan v adalah vektor di R-2 atau R-3, dan adalah
sudut di antara kedua vector tersebut, maka
50 Vektor
Contoh-7: jika u = (2,5), v = (6, 5) dan w = (-5, 2), maka
2
u
1
5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5
1
w
2
v 3
5
Gambar 4.16
Definisi : Jika u = (u1, u2, u3) dan v = (v1, v2, v3) adalah vector-
vektor di R3, maka hasilkali silang u x v adalah vector yang
didefinisikan oleh
VEKTOR SATUAN
( 0, 0, 1 ) i = ( 1, 0, 0 )
k
j ( 0, 1, 0 ) Y j = ( 0, 1, 0 )
i
k = ( 0, 0, 1 )
( 1, 0, 0 )
X
Gambar 4.17
Setiap vektor v = (v1, v2, v3) di R-3 dapat dinyatakan dengan I, j, dan k yaitu
v = (v1, v2, v3) = v1i + v2j + v3k
52 Vektor
i j k
u u3 u u u u
u x v = u1 u2 u3 2 i 1 3 j 1 2k
v2 v3 v1 v 3 v1 v 2
v1 v 2 v3
i j k
4 1 2 1 2 4
u x v = 2 4 1 i j k
1 3 5 3 5 1
5 1 3
13
= 13 i +11j –18k = (13, 11, -18 ) = 11
18
Vektor 53
Solusi
Buka software mathcad sehingga muncul halaman awal berikut
54 Vektor
Isikan vektor yang bersesuaian dengan soal
Vektor 55
Rangkuman
1. Skalar adalah besaran tanpa arah. Contoh: luas, suhu, jarak, dll.
2. Vektor adalah besaran yang memiliki arah. Contoh: Kecepatan, Gaya
dorong, dll. 2
3. Menyatakan vektor: v = ( 2, -3, 5 ) = 2i – 3j + 5 k = 3
5
8. Perkalian silang antara u = (u1, u2, u3) dan v = (v1, v2, v3) adalah
u u3 u u u u
ux v = 2 , 1 3, 1 2
v2 v3 v1 v 3 v1 v 2
= (u2 v3 – u3 v2, u3 v1 – u1 v3, u1 v2 – u2 v1)
Perkalian silang menghasilkan vektor lagi
56 Vektor
4 Matriks
Overview
Pada bab ini akan dijelaskan tentang matriks dan operasinya. Diawali dengan
definisi matriks, ukuran matriks(ordo), memberi nama sebuah matriks, dan
menentukan elemen-elemen matriks. Berikutnya akan dijelaskan operasi-
operasi yang berlaku pada matriks, di antaranya: menjumlahkan dua matriks,
mengalikan skalar dengan matriks, mengalikan dua matriks, mentranspose
matriks. Jenis-jenis matriks adalah hal yang harus segera diketahui, karena
operasi-operasi berikutnya akan tergantung pada jenis matriks tertentu.
Selanjutnya akan diperkenalkan operasi baris elementer (OBE), yang mana
merupakan operasi yang sangat ampuh untuk memecahkan berbagai kasus
yang berhubungan dengan matriks. Materi berikutnya adalah Determinan
dari suatu Matriks persegi, diawali dengan definisi determinan, kemudian
cara-cara memperoleh determinan, sifat-sifat determinan. Salah satu
penggunaan determinan adalah untuk menentukan Matriks balikan dan
menentukan solusi sistem persamaan linear yang akan dijelaskan di bagian
akhir dari materi matriks ini.
Tujuan
Matriks 57
PAGE 10
5.1 Definisi Matriks
Sebuah matriks adalah susunan dari bilangan–bilangan berbentuk persegi
panjang yang diapit oleh dua buah tanada kurung biasa atau kurung siku.
Bilangan–bilangan di dalam susunan tersebut disebut elemen matriks.
1 4 3 2 8 5 4 6
1 3 2 7 20 3 5 8 1 4 3
6 0 4 5 1 0 e 3
(a) (b) (c) (d) (e)
58 Matriks
Matriks dibedakan berdasarkan berbagai susunan entri dan bilangan pada
entrinya.
Matriks Nol
Matriks nol didefinisikan sebagai matriks yang setiap entri atau elemennya
adalah bilangan nol.
0 0 0 0 0 0 0
A 0 0 0 0 ; B 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
Matriks nol
Matriks Satu
Matriks satu didefinisikan sebagai matriks yang setiap entri atau
elemennya adalah 1.
Matriks Baris
Matriks baris didefinisikan sebagai matriks yang entri atau elemennya tersusun
dalam tepat satu baris.
Matriks Kolom
Matriks kolom didefinisikan sebagai matriks yang entri atau elemennya
tersusun dalam tepat satu kolom.
1 1 1 0
B 2 3
C 1
1 0
C 1 1 1
1 1 1 2
Matriks baris Matriks kolom
Matriks satu
Matriks Persegi
Matriks persegi didefinisikan sebagai matriks yang jumlah baris dan kolomnya
sama,
2 4 6 4
6 3 7 3
A
6 7 0 2
4 3 2 8
Matriks Segitiga Atas
Matriks segitiga atas adalah matriks persegi yang entri/elemennya memenuhi
syarat: aij = 0 untuk i > j.
Matriks 59
PAGE 10
2 1 3 2 0 0
A 0 4 2 B 1 7 0
0 0 4 3 2 4
Matriks segitiga bawah
Matriks segitiga atas
Matriks Diagonal
Matriks diagonal adalah matriks persegi yang entri/elemennya memenuhi
syarat: aij = 0 untuk i ≠ j.
2 0 0
A 0 7 0
0 0 4
Matriks Identitas
Matriks diagonal adalah matriks persegi yang entri/elemennya memenuhi
syarat: aij = 0 untuk i ≠ j dan aij = 1 untuk i = j
1 0 0 0
1 0 0 0
1 0 0
I 3 0 1 0 ; I 4
1 0
I2 ;
0 1 0 0 1 0
0 0 1
0 0 0 1
Matriks Transpose
Matriks transpose adalah suatu matriks yang diperoleh dari perpindahan baris
menjadi kolom atau sebaliknya.
Contoh 5-1 1 2 3
1 3 2 9 3 4 6
A 2 4 3 1 AT
2 3 5
3 6 5 0
9 1 0
SIFAT- SIFAT MATRIKS TRANSPOSE
1) ( A + B )T = AT + BT ; A dan B berordo sama
2) (AT)T = A
60 Matriks
3) (AT) = ( A)T ; Suatu skalar
4) (A B)T = BTAT ; A dan B harus memenuhi sifat perkalian.
5). Setiap Matriks Dapat Dikalikan Dengan Transposenya
Contoh –Contoh :
1
2 1 2
A= dan B = 2 BT = 1 2 0
3 0 1 0
2 3 2 3 T
2 1 2
AT = 1 0 ( AT )T = 1 0 = =A
2 1 2 1 3 0 1
1
2 1 2 = 4
AB= 2
3 0 1 0 3
(A B)T = 4 3
2 3
B . A = 1
T T
2 0 1 0 = 4 3 = (A B)T
2 1
2 3
A B = 1
T. T
0 1 2 0 = ? Tidak dapat dikalikan.
2 1
Matriks 61
PAGE 10
5.5 Kesamaan dua matriks
Definisi: Dua matriks A = [aij] dan B = [bij] dikatakan sama jika :
aij = bij, yaitu, elemen yang bersesuaian dari dua matriks tersebut adalah sama.
a11 a12 a13 b11 b12 b13 a11 b11 a12 b12 a13 b13
A a21 a22
a23 ; B b21 b22 b23 A B a21 b21 a22 b22 a23 b23
a31 a32 a33 b31 b32 b33 a31 b31 a32 b32 a33 b33
Contoh 5-3 3 2 5 4 6 7
A dan B
1 6 4 0 8 2
7 4 12
maka AB
1 2 6
2. Pengurangan
Jika A dan B adalah sembarang dua matriks yang ordonya sama maka
selisih
A - B adalah matriks yang diperoleh dengan mengurangkan entri-entri
yang bersesuaian pada matriks B dari entri-entri pada matriks A
a11 a12 a13 b11 b12 b13 a11 b11 a12 b12 a13 b13
A a21 a22 a23 ; B b21 b22 b23 A B a21 b21 a22 b22 a23 b23
a31 a32 a33 b31 b32 b33 a31 b31 a32 b32 a33 b33
1 8 2
untuk matriks pada Contoh 5-3, AB
3. Perkalian Skalar Pada Matriks 1 14 2
62 Matriks
Jika A adalah suatu matriks dan c suatu skalar, maka hasil kali cA adalah
matriks yang diperoleh dengan mengalikan masing-masingentri dari A oleh c.
7 4 12
Jika A
1 2 6
7 4 12 14 8 24
maka: 2.A 2.
1 2 6 2 4 12
Contoh 5-5 8 1
6 4 2 5
7 2
Jika A 2 1 5 2 ; B
6 3
3 0 7 9
5 4
(48 28 12 25) (6 8 6 20) 63 0
Maka AxB = C ( 16 7 30 10) ( 2 2 15 8) 31 23
(24 0 42 45) (3 0 21 36) 111 60
Matriks 63
PAGE 10
Sifat-Sifat Perkalian Dua Matriks
Jika A, B, dan C matriks – matriks yang memenihi syarat perkalian matriks
yang diperlukan , maka :
1. A ( B + C ) = AB + AC
2. ( B + C ) A = BA + CA ( distribitif )
3. A ( BC ) = ( AB ) C ( asosiatif )
4. Perkalian tidak komutatif , AB BA
5. Jika AB = 0 ( matriks nol ) yaitu matriks yang semua elemennya nol,
maka kemungkinan – kemungkinannya adalah :
A = 0 dan B = 0 ; A = 0 dan B 0 ; A 0 dan B 0
6. Bila AB = AC belum tentu B = C
3 6 9 12
b1 b3 baris ke-1 dan baris ke-3 Dipertukarkan
2 5 8 11
1 4 7 10
1 4 7 10
b2 b3 baris ke-2 dan baris ke-3 Dipertukarkan
3 6 9 12
2 5 8 11
64 Matriks
2 5 6 2 5 6
A = 1 4 7 (-3).b2 1 4 7 Baris ke-2 dikali (-3)
8 0 9 8 0 9
2 5 6
(1/2).b3 1 4
7 Baris ke-3 dikali (1/2)
4 0 4 21
CONTOH-5.8 : Menambah Baris Ke-I Dengan K Kali Baris Ke-J
2 5 6 2 5 6
b + 2.b
1 4 7 2 1
5 6 5
8 0 9 8 0 9
Baris ke-2 ditambah 2 kali baris ke-1
2 5 6 2 5 6
b + 4.b
1 4 7 3 2
1 4 7
8 0 9 12 16 36
Baris ke-3 ditambah 4 kali baris ke-2
1 2 1 2
Jika A = maka det ( A ) = A = =4–4=0
2 4 2 4
Matriks 65
PAGE 10
Determinan Matriks Persegi ( 3 X 3 )
det ( A ) = | A | = a11 . a22 . a13 . + a12 . a23 . a31 + a13 . a22 . a31 . – a12 .
a21 . a33 – a11 . a23 . a32
1 2 3
det(M) = 4 5 6 = (45)+(84)+(96)–(105)–(-48)– (-72) = 240
7 8 9
Metode di atas tidak berlaku untuk matriks persegi berordo (4x4) atau yang
lebih besar.
Sifat-2: Tanda Determinan berubah jika dua baris atau kolom situkar
tempatnya
2 5 0 3 2 1 1 2 4
3 2 1 = - 2 5 0 = + 2 5 01
1 2 4 1 2 4 3 2 1
66 Matriks
Jika dua baris / kolom suatu matriks A sama, maka det (A) = 0
Contoh 5.11
2 3 1 5
5 3 2 3 4 3
6 5 2 7
8 7 9 = 0 ; 1 5 1 =0 ; =0
2 3 1 5
5 3 2 7 2 7
3 7 7 2
Sifat-3 : Harga Determinan menjadi k kali, bila suatu baris / kolom dikalikan
dengan k (Suatu Skalar ).
Contoh 5-12
2 3 2 2 3 2
Misalkan : A = 4 1 1 Det (A) = 4 1 1
0 3 2 0 3 2
Contoh 5-13
8 4 6 4 2 3 4 4 3 4 4 1
12 5 21 = 2 12 5 21 = 12 10 21 = 12 10 7
10 7 9 10 7 9 10 14 9 10 14 3
Catatan : Jika dilakukan satu kali transformasi elementer B j(λ) (A) terhadap
matriks A, maka determinannya menjadi kali.
Akibat : Kalau dalam suatu matriks A salah satu baris/ kolom nol semua
maka det (A) = 0
Contoh 5-14
Matriks 67
PAGE 10
8 3 0 4
2 5 7
1 7 0 7
0 0 0=0, =0
2 4 0 9
8 1 4
6 20 0 2
Contoh 5-15:
2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1
2 1 0 b2+(-1).b1 0 2 1 b3+(-2).b1 0 2 1 b3+ (-2).b2 0 2 1
4 2 3 4 2 3 0 4 1 0 0 3
Jadi, bila dilakukan operasi baris elementer Bij (λ) (A) pada
matriks A, maka harga determinan A tidak berubah.
Contoh 5-16
2 1 4 1 1 1 4 1 1 4 1 1 4
3 0 2 = 2 1 0 2 = 2 0 2 + 1 0 2
4 2 8 22 2 8 2 2 8 2 2 8
Bilangan (-1) i+j Mij dinyatakan oleh Cij dan dinamakan kofaktor entri aij.
68 Matriks
1 2 3
Contoh 5-17 A = 4 5 6 ,maka
7 8 9
1 2 3
5 6
Minor Entri a11 adalah M11 = 4 5 6 = = 45 – 48 = -3
8 9
7 8 9
Baris-1 dan kolom-1 dihapus
1+1 2
Kofaktor a11 adalah: c11 = (-1 ) M11 = (-1) (-3) = -3
Kofaktor a32 adalah : c32 = (-1) 3+2 M32 = (-1) 5 .M32 = (-1) (-6) = 6
TEOREMA LAPLACE
Jika A suatu matriks persegi A [aij].
maka determinan matriks A adalah jumlah perkalian elemen-elemen dari
sebarang baris atau kolom dengan kofaktor-kofaktornya. Dengan perkataan
lain :
n
A = aij . cij = ai 1 ci 1 + ai 2 . ci 2 + . . .+ ai n . ci
j 1
Atau
n
A = aij . cij = a1 j c1 j + a2 j . c2 j + . . .+ an j . cn
i 1
Contoh 5-18
Matriks 69
PAGE 10
3 1 0
Misalkan A = 2 4 3
5 4 2
Hitung det (A) dengan metoda ekspansi sepanjang kolom-1
Jawab :
det (A) = a11 c11 + a21 c21 + a31 c31
4 3 1 0 1 0
=3 -(-2 ) +5 = 3 (-4) – (-2) (-2) + 5 (3) = -1
4 2 4 2 4 3
Det (A) akan dihitung dengan ekspansi sepanjang baris-1
3 1 0
A = 2 4 3
5 4 2
= a11 c11 + a12 c12 + a13 c13
4 3 2 3 2 4
= 3 -1 +0
4 2 5 2 5 4
1 0 3 0 3 1
=5 -4 +(-2)
4 3 2 3 2 4
2 3 5
Misal B = 4 0 0
8 1 7
70 Matriks
Kita ekspansi sepanjang baris-2 (karena banyak nol nya),
3 5 2 5 2 3
Det (B) = - 4 + 0 -0 =-4(16)=-64
1 7 8 7 8 1
Matriks 71
PAGE 10
Contoh 5-19
2 1
Carilah invers dari A =
4 3
a1 a2
Penyelesaian misalkan A-1 = maka berlaku
a3 a4
2 1 a1 a 2 1 0
4 3 . =
a 4 0 1
a 3
2a1 a3 2a2 a4 1 0
Bila dikalikan : = , atau
4a1 3 a3 4a2 3a4 0 1
2a1 + a3 = 1 , 2a2 + a4 = 0 dan bila kita selesaikan
4a + 3a = 0 , 4a + 3a = 1 diperoleh
3 21
a1 = 3/2 , a2 = -1/2 , a3 = -2 ,a4 = 1. Jadi A-1 = 2
2 1
Matriks Adjoin
72 Matriks
Matriks Adjoin adalah Transpose dari matriks kofaktor, jadi
13 c 23 .... .... c n3
.... .... .... .... ....
c1n c2n .... .... c nn
Contoh 5-19
2 3 4
Tentukan matrik Invers dari A = 0 4 2 , jika ada.
1 1 5
2 3 4
4 2 3 4
Det(A) = 0 4 2 =2 + = - 36 - 10 = -46
1 5 4 2
1 1 5
Catatan: Jika Det(A) = 0, maka A tidak punya invers, dan proses stop.
Langkah-2:
Menentukan Matriks Kofaktor
Maka kofaktor dari ke 9 elemen dari A adalah sebagai berikut :
4 2 0 2 0 4
c11 = + = -18 ; c12 = - 1 5 =2, c13 = + =4,
1 5 1 1
3 4 2 4 2 3
c21 = - = -11 , c22 = + 1 5 = 14 , c23 = - 1 1 = 5,
1 5
3 4 2 4 2 3
c31 = + = -10 , c32 = - 0 2 = -4 , c33 = + =-8 ,
4 2 0 4
Matriks 73
PAGE 10
c11 c12 c13 18 2 4
Matriks Kofaktornya adalah : C = c21 c22 c23 = 11 14 5
c31 c32 c33 10 4 8
1
A-1 = . Adj( A) , dengan syarat det (A) 0
det( A)
AA : II OBE I : A-1
Contoh 5-20
74 Matriks
1 2 3
Tentukan invers dari matriks A = 2 5 3
1 0 8
Penyelesaian : A I
1 2 3 | 1 0 0
2 5 3 | 0 1 0
1 0 8 | 0 0 1
(-2)
B21
1 2 3 | 1 0 0 Baris-2 ditambah -2 kali
(-1)
B31 0 1 3 | 2 1
0
baris-1, dan Baris-3
ditambah –1 kali baris-1
2 0 5 | 1 0 1
1 2 3 | 1 0 0 Baris-3 dikalikan -1
B3
(-1)
0 1 3 | 2 1 0
0 0 1 | 5 2 1
(3) (-3)
B23 dan B13 menghasilkan
1 2 0 | 14 6 3 Baris-2 tambah 3 kali
0 1 0 | 13 5
3
baris-3, dan Baris-1
ditambah –3 kali baris-3
0 0 1 | 5 2 1
0 0 1 | 5 2 1
Matriks 75
PAGE 10
40 16 9
Jadi, Invers dari A adalah A -1
= 13 5 3
5 2 1
1 6 4 1 6 4
A = 2 4 1 B21(-2) 0 8 9 B31
(1)
1 2 5 1 2 5
1 6 4
0 8 9
0 8 9
Setelah dilakukan beberapa Operasi Baris, Terlihat bahwa ada dua baris
yang sama/ berkelipatan, maka sudah pasti determinannya = 0 , dan oleh
karena itu Matriks A tidak mempunyai Invers, atau tidak dapat dibalik.
76 Matriks
Jika dilakukan pencarian invers seperti pada Contoh-1, maka hasilnya adalah
sbb:
A I
1 6 4 1 0 0
2 4 1 0 1 0
1 2 5 0 0 1
1 6 4 1 0 0
B21(-1) dan B31(1) 0 8 9 2 1 0
0 8 9 1 0 1
1 6 4 1 0 0
0 8 9 2 1 0
(-1)
B32
0 0 0 1 1 1
Karena terdapat satu baris nol pada matrik kiri, maka matriks A tidak dapat
dibalik.
Matriks 77
PAGE 10
Definisi:
Sebuah himpunan berhingga dari persamaan-persamaan linear dalam peubah
x1, x2, …, xn dinamakan system persamaan liniear atau system linear. Sebuah
system sembarang yang terdiri dari m persamaan linear dengan n bilangan tak
diketahui dapat dituliskan dalam bentuk:
a11x1 a12 x 2 ... a1n x n b1
a21x1 a22 x 2 ... a22 x 2 b2
Augmented Matrix
Sintem Persamaan Linear dapat dituliskan dalam bentuk matriks yang
diperbesar (augmented matrix) sebagai berikut:
a11x1 a12 x 2 ... a1n x n b1 a11 a12 ... a1n b1
a21x1 a22 x 2 ... a22 x 2 b2 a a22 ... a2 n b2
21
am1x1 am2 x 2 ... amn x n bm a
m1 m2a ... a mn bm
Contoh:
78 Matriks
x1 x 2 2 x3 9 1 1 2 9
2 x1 4 x 2 3x3 1 2 4 3 1
3x1 6 x 2 5 x3 0 3 6 5 0
Artinya : SPL 2x – y = 2
x–y=0
Mempunyai solusi tunggal, yaitu x = 2, y = 2
Matriks 79
PAGE 10
- Artinya SPL diatas mempunyai solusi tak hingga banyak
SPL tidak mempunyai solusi
Perhatikan SPL
x –y =0
2x – 2y = 2
Jika digambar dalam
kartesius
- Terlihat bahwa dua garis
tersebut adalah sejajar
- Tak akan pernah
diperoleh titik potong
kedua garis itu
- Artinya: SPL diatas
TIDAK mempunyai
solusi
Contoh:
Selesaikanlah sitem persamaan linear berikut ini!
80 Matriks
x1 y 2 z 9 1 1 2 9
2 x 4 y 3z 1 2 4 3 1
3x 6 y 5z 0 3 6 5 0
1 1 2 9 1 1 2 9 1 1 2 9
2b1 b2 1 7 17
2 4 3 1 3b b 0 2 7 17 2 b1 0 1 2 2
3 6 5 0 1 3
0 3 11 27 0 3 11 27
1 1 2 9 1 1 2 9
7 17 7
3b2 b3 0 1 2 2 2b3 0 1 2 2 17
0 0
0 0 12 3 2 1 3
1 0 11 35
2 2 11 b b
b1 b2 0 1 7 2 17 2 2 3 1
7 b b2
0 0 1 3 2 3
1 0 0 1 x 1
0 1 0 2 y2
0 0 1 3 z3
Matriks 81
PAGE 10
3. Dalam sembarang dua baris yang berurutan yang seluruhnya tidak
terdiri dari nol, maka 1 utama dalam baris yang lebih rendah
terdapat lebih jauh ke kanan dari satu utama dalam baris yang lebih
tinggi.
4. Masing-masing kolom yang mengandung satu utama mempunyai nol
di bawah satu utamanya.
5. Masing-masing kolom yang mengandung satu utama mempunyai nol
di atas satu utamanya.
Contoh:
Matriks-matriks yang berada dalam bentuk eselon baris
1 4 3 7 1 1 0 0 1 2 6 0
0 1 6 2 , 0 1 0 , 0 0 1 1 0
0 0 1 5 0 0 0 0 0 0 0 1
Matriks-matriks yang berada dalam bentuk eselon baris tereduksi
1 0 0 1 1 0 0 4
0 1 0 2 , 0 1 0 7
0 0 1 3 0 0 1 1
Contoh:
Pecahkanlah sistem persamaan linear berikut dengan menggunakan eliminasi
Gaus-Jordan
x y 2z 8
x 2 y 3z 1
3x 7 y 4 z 10
Solusi:
1 1 2 8 1 1 2 8 1 1 2 8
b1 b2 b2 b1
1 2 3 1 3b b 0 1 5 9 b2 0 1 5 9
3b2 b3
3 7 4 10 1 3
0 10 2 14 0 10 2 14
82 Matriks
1 0 7 17 1 0 7 17 1 0 0 3 x 3
1 7b3 b1
0 1 5 9 b3 0 1 5 9
52 5b3 b2
0 1 0 1 y 1
0 0 52 104 0 0 1 2 0 0 1 2 z2
Aturan Cramer
Untuk mencari solusi suatu Sitem Persaman Linear selain menggunakan
Eliminasi Gauss-Jordan juga dapat menggunakan aturan cramer.
Misalkan SPL ditulis dalam bentuk AX = B, yaitu :
a11 a11 a1n x1 b1
a a11 a2 n x 2 b2
11
am1 am1 amn x n bm
Jika determinan A tidak sama dengan nol maka solusi dapat ditentukan satu
persatu (peubah ke-i, xi)
Langkah-langkah menentukan solusi SPL dengan Aturan Cramer adalah
sebagai berikut:
1. Hitung determinan A (|A|)
2. Tentukan Ai matriks A dimana kolom ke-i diganti oleh B.
Contoh :
b1 a12 a1n a11 b1 a1n
b a a a b a
A1
2n
A2
2 21 11 2 2n
bn an2 ann an1 bn ann
3. Hitung |Ai|
det( Ai )
4. Solusi SPL untuk peubah xi adalah x i
det( A)
Contoh
Pecahkanlah sistem persamaan linear berikut dengan menggunakan aturan
cramer
x y 2z 8
x 2 y 3z 1
3x 7 y 4 z 10
Matriks 83
PAGE 10
Solusi:
Bentuk SPL menjadi AX = B
1 1 2 x 8
1 2 3 y 1
3 7 4 z 10
1 1 2 x 8
, ,
A 1 2 3 X y B 1
3 7 4 z 10
det (A) = |A|(ekspansi baris ke-1)
2 3 1 3 1 2
A 1 1 2
7 4 3 4 3 7
1( 8 21) 1( 4 9) 2(7 6)
13 13 26 52
Tentukan Ai
8 1 2 1 8 2 1 1 8
A1 1 2 3 , A2 1 1 3 , A3 1 2 1
10 7 4 3 10 4 3 7 10
Hitung |Ai|
2 3 1 3 1 2
A1 8 1 2
7 4 10 4 10 7
8( 8 21) 1(4 30) 2( 7 20)
8(13) 26 26 156
1 3 1 3 1 1
A2 1 8 2
10 4 3 4 3 10
1(4 30) 8( 4 9) 2( 10 3)
26) 104 26 52
2 1 1 1 1 2
A3 1 1 8
7 10 3 10 3 7
1( 20 7) 1( 10 3) 8(7 6)
13 13 104 104
det( Ai )
xi
det( A)
84 Matriks
det( A1) 156 det( A2 ) 52 det( A3 ) 104
x 3; y 1; z 2
det( A) 52 det( A) 52 det( A) 52
Matriks 85
PAGE 10
Tekan tombol akan muncul
86 Matriks
Ketikan A*B – 2*A [enter] sehingga akan muncul
Matriks 87
PAGE 10
88 Matriks
Rangkuman
Matriks 89
PAGE 10
5 FUNGSI
Overview
Setiap pemain sepakbola mengenakan kaos tim dengan nomor punggung yang
berbeda-beda. Misalkan himpunan A terdiri dari 11 pemain Tim Nasional
Indonesia dan himpunan B merupakan 11 kaos Tim yang digunakan oleh
Timnas untuk bertanding. Jika diperhatikan setaip pemain mengenakan tepat
satu kaos tim untuk sebuah pertandingan. Pemetaan dari himpunan A ke
himpunan B kita sebut fungsi. Pada bab ini akan dipelajari definisi fungi,
menyatakan fungsi, nilai fungsi, daerah asal dan daerah hasil, jenis-jenis fungsi,
operasi aljabar pada fungsi, fungsi komposisi, dan invers fungsi.
Tujuan
90 Fungsi
disebut fungsi jika setiap anggota dari himpunan A dipetakan atau dikaitkan
dengan tepat satu anggota dari himpunan B. Perhatikan gambar berikut!
A B
1 f a
2 b
3 c
4 d
Contoh
Misalkan X 1,2 dan Y 3,6 .
Himpunan (1,3), (2,3) merupakan fungsi 1 3
Fungsi 91
Jika x A dan y B , maka notasi pernyataan fungsi tersebut dapat diganti (2
dengan:
f :xy
“y” adalah peta dari x oleh f, atau “y” adalah fungsi dari “x” dan umumnya
ditulis sebagai:
y f ( x)
Bentuk terakhir ini disebut dengan rumus fungsi. x disebut variabel bebas dan
y disebut variabel tak bebas karena nilainya tergantung pada x.
92 Fungsi
Domain fungsi f ditulis dengan notasi Df, dan apabila tidak disebutkan
maka disepakati bahwa domain fungsi f adalah himpunan terbesar di
dalam sehingga f terdefinisikan atau ada.
Df x : f ( x )
Himpunan semua anggota B yang mempunyai kawan di A
dinamakan range atau daerah hasil fungsi f, ditulis Rf atau Im(f).
Rf f ( x ) : x Df
Jika pada fungsi f : A B , sebarang elemen x A mempunyai
kawan y B, maka dikatakan “y merupakan bayangan x oleh f “ atau
“y merupakan nilai fungsi f di x” dan ditulis y = f(x).
A B
f
x y
Contoh
Tentukan daerah asal (Domain) dan daerah hasil (Range) dari fungsi berikut
ini:
1. f ( x ) x 3 2. f ( x ) x 2 3. f ( x) 2 x 6
3 2
4. f ( x ) x 2 9 5. f ( x ) 6. f ( x ) 2
x4 x 6x 8
Fungsi 93
Jawab
1. f ( x ) x 3
Untuk setiap x nilai dari f ( x ) selalu ada dan f ( x ) . sehingga
Df { x | x } dan Rf y y
2. f ( x ) x 2
Untuk setiap x nilai dari f ( x ) selalu ada dan memiliki nilai positif
( f ( x) +
) sehingga Df { x | x } dan Rf y y
3. f ( x) 2 x 6
Jika kita memasukan nilai x = 1 maka f (1) 2(1) 6 4 (tak terdefinisi),
karena “akar” hanya didefinisikan untuk bilangan yang lebih dari atau
sama dengan nol.
2x 6 0 2x 6 x 3 .
Jadi daerah asalnya dalah: Df { x | x 3, x }
Daerah hasil diperoleh dengan cara memasukan nilai x pada daerah
asal. Rf y y 0, y 0,~
4. f ( x ) x 2 9
f(x) akan terdefinisi jika bilangan dibawah tanda akar lebih dari atau sama
dengan nol, sehingga x 2 9 0 ( x 3)( x 3) 0
-3 0 3
Dan nilai–nilai x yang memenuhi pertidak samaan terakhir adalah x 3 atau
x 3 jadi daerah asalnya adalah Df x x 3 atau x 3 .
Rf y y 0, y 0,~
3
5. f ( x )
x4
Suatu pecahan akan terdefinisi jika penyebutnya tidak sama dengan nol. Jadi
agar f(x) terdefinisi maka x4 0 x 4 sehingga
Df x x 4 x x 4 atau x 4, x
94
4 Fungsi
Nilai f(x) tidak mungkin nol sehingga : Rf y y 0, y 0,~
2
6. f ( x )
x 6x 8
2
2 4
Nilai f(x) tidak mungkin nol sehingga : Rf y y 0, y 0,~
5.5 Jenis-Jenis Fungsi
Fungsi 95
Bentuk umum dari polinom adalah:
f ( x ) an x n an 1x n 1 ... a1x a0
di mana koefisien a adalah bilangan riil dan n adalah bilangan bulat tak negatif
(0,1,2,3,… n). Jika an 0, maka n adalah derajat dari fungsi polinom tersebut.
96 Fungsi
5.5.6 Fungsi Nilai Mutlak (Modulus)
Nilai mutlak dari suatu bilangan riil x dilambangkan dengan x , didefinisikan
sebagai :
x ; jika x 0
x
x ; jika x < 0
Fungsi yang dirumuskan oleh : f ( x ) x , disebut 3
fungsi nilai mutlak. Karena |x| selalu lebih dari atau 2
sama dengan nol, maka grafik fungsi nilai mutlak selalu 1
berada di atas atau pada sumbu x.
Grafik dari f ( x ) x adalah seperti pada gambar. 3 2 1 0 1 2 3
Grafik dari y = |x| dapat diperoleh dengan cara 1
2
Gambar 6.11
Grafiknya dapat diperoleh dengan cara menggambar y = x – 2,
kemudian bagian grafik dibawah sumbu x dicerminkan pada sumbu x.
Fungsi 97
5.5.7 Fungsi Tangga
Fungsi tangga atau fungsi bilangan bulat terbesar adalah fungsi yang
dilambangkan dengan :
f (x) = ||x||
Didefinisikan sebagai : Bilangan bulat terbesar yang kurang dari atau sama
dengan x.
-7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7
Dengan bantuan gambar di Gambaratas kita6.12
dapat dengan
Garis mudah menentukan nilai-
Bilangan
nilai fungsi bilangan bulat terbesar pada –7 x 7. Perhatikan uraian berikut!
|| -3 || = 3; || 2 || = 2; || ½ || = 0; || 3
2 || = 1; || 5 ½ || = 5
98 Fungsi
sehingga grafiknya adalah seperti pada gambar berikut.
6
4 3 2 1 0 1 2 3 4
1
Gambar 6.13
Jika (1) dan (2) tidak dipenuhi, dikatakan bahwa fungsi tak genap dan tak ganjil.
Contoh
Periksalah apakah fungsi-fungsi berikut ini genap, ganjil atau tak genap dan tak
ganjil.
Fungsi 99
f(-x) = (-x)2= x2= f(x) f(-x) = (-x)4 – 3(-x)2= x4 – 3x2
Jadi f Genap Jadi f Genap
3
c. f(x) = x h. f(x) = 2x3 – 5x
f(-x) = (-x)3 = -x3 = -f(x) f(-x) = 2(-x)3 – 5(-x) = -2x3 + 5x
Jadi f Ganjil = -[2x3 – 5x] = -f(x)
Jadi f Ganjil
d. f(x) = 4x i. f(x) = x2 + 2x - 8
f(-x) = 4(-x) = -4x = -f(x) f(-x) = (-x)2 + 2(-x) – 8
Jadi f Ganjil = x2 – 2x - 8 = -[-x2 + 2x + 8]
f(x) -f(x)
Jadi f tak Genap dan tak Ganjil
100 Fungsi
Contoh
Jika f dan g masing-masing:
f ( x) 2 x 5 g( x ) x 4
maka tentukan: f g , f g , f . g , dan f g beserta domainnya.
Jawab
f g ( x) 2 x 5 x 4 f g ( x) 2x 5 x 4
2x 5
f . g ( x ) 2 x 5. x 4 f g ( x)
x4
Df { x | x R } dan Df { x | x 4}
Df g Df g Df g Df Dg { x | x 4}
Df g x Df Dg : g( x ) 0 x | x 4
Contoh
1
Jika f dan g masing-masing: f ( x) x 1 dan g( x )
x 5
maka tentukan: f g , f g , f . g , dan f g beserta domainnya.
Jawab
1 1
f g ( x ) x 1 f g ( x ) x 1
x 5 x 5
1 x 1
f . g ( x ) x 1.
x 5
f g ( x) x 5
Karena Df [1, ) dan Dg R { 5} , maka f g , f g , f . g , dan f g
masing-masing mempunyai domain: [1, ) .
Fungsi 101
5.7 Komposisi Fungsi
Komposisi fungsi dari f dan g didefinisikan sebagai:
f g ( x) f ( g( x)), Rg Df
Dengan domain Df g x Dg : g( x ) Df
g f ( x) g(f ( x)), Rf Dg
Dengan domain Dg f x Df : f ( x ) Dg
Contoh
Jika f(x) = x2 dan g(x) = x1 maka tentukan fungsi-fungsi berikut beserta
domainnya.
a. f g b. g f c. f f d. g g
Jawab
a. f g ( x) f ( g( x)) f ( x 1) ( x 1)2 , dengan domain Df g .
b. g f ( x) g(f ( x)) g( x 2 ) x 2 1 , dengan domain Dg f .
c. f f ( x ) f (f ( x )) f ( x ) x , dengan domain Df
2 4
f .
d. g g ( x) g( g( x)) g( x 1) ( x 1) 1 x 2 , dengan domain
Dg g .
Contoh
Jika f ( x ) 1 x 2 dan g( x ) 2 x 2 maka tentukan fungsi-fungsi berikut ini
beserta domainnya.
a. f g b. g f
Jawab
a. f g ( x ) f ( g( x )) f (2 x 2 ) 1 (2 x 2 )2 1 4 x 4 , dengan domain:
Df g x Dg : g( x ) Df x : 1 2 x 2 1
1 1 .
x : 0 x 2 1 2 x : 2x 2
2 2
b. g f ( x ) g(f ( x )) g( 1 x 2 ) 2(1 x 2 ) , dengan domain:
Dg f x Df : f ( x ) Dg x : 1 x 1 .
102 Fungsi
5.8 Invers Fungsi
Fungsi f memetakan x pada y, dirumuskan dengan y = f(x), fungsi f–1
memetakan y pada x, dirumuskan dengan x = f –1 (y).
Rumus untuk fungsi invers dari f diperoleh dengan cara mengganti x dengan y
dan y dengan x pada bentuk x = f –1 (y) sehingga diperoleh rumus : y = f –1 (x)
Langkah-langkah menentukan Fungsi Invers adalah sebagai berikut.
1. Dari bentuk y = f(x) ubahlah menjadi bentuk x = f(y) (x sebagai
fungsi dari y)
2. Namakanlah x sebagai f –1 (y), sehingga f –1 (y) = f(y)
3. Gantilah huruf y dengan x sehingga diperoleh rumus fungsi invers f –1
(x)
Contoh
Tentukanlah fungsi invers dari fungsi-fungsi berikut dan gambarkan fungsi
tersebut dan inversnya pada satu salib sumbu.
a). f ( x ) 3x 2
b). f ( x ) x3
Jawab
a. y 3x 2
3x y 2 4
y 2 1 2 yx
x y ……Langkah (1) 3
3 3 3 y 3x 2
2
1 2
f 1( y ) y ……….Langkah (2)
3 3 1
1 1 2
f ( x ) x ………..Langkah (3)
3 3 4 3 2 1 0 1 2 3 4
1 1 2
Jadi fungsi invers dari y x
2
3 3
1 2
f ( x ) 3x 2 adalah f 1( x ) x
3 3 3
4
Gambar 6.14
1 1 2
Pada gambar tampak jelas bahwa grafik y f ( x ) x merupakan
3 3
pencerminan dari grafik y f ( x ) 3x 2 terhadap garis y x dan
sebaliknya.
b. y x3
Fungsi 103
x3 y
1 1 1
( x3 ) 3 y 3 xy 3 …Langkah (1) 4
y x3
1 yx
f 1( y ) y 3 ……………..Langkah (2) 3
1
f 1( x ) x 3 …………… 2
Langkah (3) 1
1 yx 3
104 Fungsi
5.9 Menyelesaikan Soal dengan Matcad
1
1. Jika diketahui f ( x) x 2 2 x 5 , tentukan nilai f (2), f dan f (1000)
2
Buka software mathcad
Fungsi 105
Pilih tombol evaluation toolbars akan muncul
Dengan cara yang sama kita akan mudah menghitung nilai dari
1
f dan f (1000)
2
106 Fungsi
Rangkuman
Fungsi 107
14. Suatu fungsi yang didefinisikan oleh y = f(x) dikatakan :
Fungsi Genap, Jika dipenuhi f ( x ) f ( x )
Fungsi Ganjil, Jika dipenuhi f ( x ) f ( x )
15. Diberikan skalar real dan fungsi-fungsi f dan g. Jumlahan f g , selisih
f g , hasil kali skalar f , hasil kali f . g , dan hasil bagi f g masing-
masing didefinisikan sebagai berikut:
a. (f g )( x ) f ( x ) g( x )
b. (f g )( x ) f ( x ) g( x )
c. ( f )( x ) f ( x )
d. (f . g )( x ) f ( x ). g( x )
f f ( x)
e. ( )( x ) , asalkan g( x ) 0
g g( x )
16. Fungsi komposisi dari f dan g, ditulis f g , didefinisikan sebagai
f g ( x) f ( g( x)) dengan domain Df g x Dg : g( x ) Df
17. Fungsi f memetakan x pada y, dirumuskan dengan y = f(x), fungsi f–1
memetakan y pada x, dirumuskan dengan x = f –1 (y).
18. Langkah-langkah menentukan Fungsi Invers adalah sebagai berikut.
1. Dari bentuk y = f(x) ubahlah menjadi bentuk x = f(y) (x sebagai
fungsi dari y)
2. Namakanlah x sebagai f –1 (y), sehingga f –1 (y) = f(y)
3. Gantilah huruf y dengan x sehingga diperoleh rumus fungsi invers f –1
(x)
108 Fungsi
6 Limit dan Kekontinuan
Overview
Tujuan
Dari grafik terlihat, bahwa jika nilai x cukup mendekati 4, maka nilai f(x)
akan mendekati 6.
Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut!
f ( x ) xlim f ( x)
4 lim c , asalkan lim g( x ) 0
x c g( x ) lim g( x ) x c
x c
5 Untuk n :
n
(a). lim f ( x ) lim f ( x )
n
x c x c
lim f ( x )
1n
(c). lim f ( x )
1n
, asalkan untuk n genap lim f ( x ) 0
x c x c x c
b. lim (2 x 2 7 x 6)
x 2
c. lim 7 x 2 x 1
x 1
2x 3
d. lim
x 1 5x 2
Jawab
a. lim (3x 5) 3(2) 5 6 5 1
x 2
x 2 3x 2
b. lim
x 2 x2 4
x 2 3x 2 22 3(2) 2 4 6 2 0
b. lim (tidak terdefinisi) .
x 2 x2 4 22 4 44 0
Untuk menyelesaikannya maka digunakan cara pemfaktoran sebagai
berikut.
x 2 3x 2 ( x 2) ( x 1) x 1 2 1 1
lim 2
lim lim
x 2 x 4 x 2 ( x 2) ( x 2) x 2 x 2 22 4
x 1 1 1 0
c. lim . Untuk menyelesaikannya maka
x 1 x 1 1 1 0
digunakan cara pemfaktoran sebagai berikut.
x 1 x 1 x 1
lim lim
x 1 x 1 x 1 x 1
lim
x 1
x 1
1 1 2
Contoh
Hitunglah nilai limit berikut ini!(Perasionalan Akar)
x 2 2
a. lim
x 2 x2
2 x2 3
b. lim Jawab
x 1 1 x 2
2
x2 22
lim
x 2 x 2 x 2 2
( x 2) 4
lim
x 2 x 2 x 2 2
x 2
lim
x 2 x 2 x 2 2
1
lim
x 2 x2 2
1 1 1 1
22 2 4 2 22 4
2
2 x 2 3 2 ( 1) 3 2 4 0
b. lim .
x 1 1 x 2 1 ( 1)2 1 1 0
Untuk menyelesaikannya maka digunakan cara perasionalan akar
sebagai berikut.
2 x2 3 2 x2 3 2 x2 3
lim lim
x 1 1 x 2 x 1 1 x 2 2 x2 3
lim
1 x 2 x 3
x 1 2 2
lim
4 x2 3
x 1
1 x 2 2 x2 3
1 x 2
lim
x 1
1 x 2 2 x2 3
1
lim
2 x2 3
x 1
1 1 1 1
2
2 ( 1) 3 2 4 2 2 4
Contoh
x 2 ; x 1
Diketahui fungsi berikut: f ( x ) x 2 ; 1 x 2 . Tentukanlah:
x 3 ; x 2
a. lim f ( x )
x 1
b. lim f ( x )
x 2
Jawab
a. Perhatikan untuk x menuju -1 dari kiri aturan fungsi yang digunakan
adalah x 2 sedangkan untuk x menuju -1 dari kanan aturan fungsi
yang digunakan adalah x 2 . Oleh karena itu, untuk mencari lim f ( x )
x 1
digunakan limit sepihak (limit kiri dan limit kanan)
lim f ( x) lim ( x 2) 1 2 1
x 1 x 1
Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa apabila nilai x semakin dekat dengan 0,
1 1
maka nilai f ( x ) 2 menjadi semakin besar. Bahkan nilai f ( x ) 2 akan
x x
menjadi besar tak terbatas apabila x mendekati 0, baik dari sisi kiri maupun
1
dari sisi kanan. Grafik fungsi f ( x ) 2 dapat dilihat pada gambar berikut
x
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Dalam hal ini, dikatakan bahwa limit f(x) x menuju nol sama dengan tak hingga,
ditulis:
lim f ( x )
x 0
Selanjutnya, diperoleh definisi berikut:
a. lim f ( x ) jika untuk setiap x cukup dekat dengan c, tetapi
x c
x c , maka f(x) menjadi besar tak terbatas arah positif.
b. lim f ( x ) jika untuk setiap x cukup dekat dengan c, tetapi
x c
x c , maka f(x) menjadi besar tak terbatas arah negatif.
Contoh
1
Diketahui f ( x ) beserta grafiknya.
x 1 4
Tentukan: 3 1
2
a. lim f ( x ) 1
x 1
b. lim f ( x )
4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6
1
x 1 2
c. lim f ( x ) 3
x 1 4
Jawab
1 1
a. Perhatikan grafik f ( x ) ! Jika x 1 maka
x 1 x 1
1 4
perhatikan bagaimana nilai f ( x ) 6
x 8
apabila nilai x cukup besar. Perhatikan 10
tabel berikut! x
1
x f ( x)
x
10 0,1
1.000.000 0,000001
5.000.000 0,0000002
100.000.000 0,00000001
Pada tabel di atas terlihat jelas bahwa semakin besar nilai x (arah positif) nilai
f ( x ) semakin kecil dan mendekati nol. Dalam hal ini dikatakan:
1
lim 0
x x
Bagaimana jika x semakin besar tak terbatas (arah negatif). Perhatikan tabel
berikut ini!
1
x f ( x)
x
-1 -1
- 1.000.000 - 0,000001
- 5.000.000 - 0,0000002
- 100.000.000 - 0,00000001
Pada tabel di atas terlihat jelas bahwa semakin besar nilai x (arah negatif) nilai
f ( x ) semakin kecil dan mendekati nol. Dalam hal ini dikatakan:
1
lim 0
x x
Dari penjelasan tersebut diperoleh pengertian limit menuju tak hingga sabagai
berikut.
6 x 2
d. lim 2
x 2 x 3x
x
e. lim
x 2
x x 1
f. lim x2 x 3 x
x
x3
g. lim Jawab
x x 2 3
4 4
a. lim 0
x x 2
6 x 1
b. lim (tak tentu) .
x 2 x 10
Untuk menyelesaikannya, kita bagi dengan pangkat tertinggi dari
pembilang dan penyebutnya, yaitu x sehingga diperoleh:
6 1x 6 0
lim 3
x 2 10 20
x
4x
c. lim (tak tentu)
x x 2 2 x 2
Untuk menyelesaikannya, kita bagi dengan pangkat tertinggi dari
pembilang dan penyebutnya, yaitu x 2 sehingga diperoleh:
x2 x 3 x
lim x 2 x 3 x lim x2 x 3 x
x x
x2 x 3 x
( x 2 x 3) x 2
lim
x
x2 x 3 x
x 3
lim
x
x2 x 3 x
1 3 x
lim
x
1 1x 3 2 1
x
x3
g. lim 2
(tak tentu)
x x 3
3
x 1 1
lim lim
x x 2 3 x 1 3 00
x x 3
º
a f ( x ) tidak kontinu di x a
a f ( x ) tidak kontinu di x a
1. f (a) ada
f 2. lim f ( x ) ada
x a
º 3. lim f ( x ) f (a)
x a
a
f ( x ) tidak kontinu di x a
a
f ( x ) kontinu di x a
Contoh
Periksa apakah fungsi berikut kontinu di x 2 , jika tidak sebutkan
alasannya!
x2 4
a. f ( x )
x2
x2 4
,x 2
x2
b. f ( x )
3 ,x 2
x 1, x 2
c. f ( x) 2 Jawab
x 1, x 2
x2 4
a. f ( x)
x2
22 4 0
f (2) f (2) tidak terdefinisi (ada) . f ( x ) tidak kontinu
22 0
di x 2
x2 4
,x 2
x2
b. f ( x)
3 ,x 2
f (2) 3 (ada)
lim f ( x ) f (2)
x 2
f ( x ) tidak kontinu di x 2
x 1, x 2
c. f ( x) 2
x 1, x 2
f (2) 22 1 3 (ada)
lim f ( x )
x 2
lim f ( x ) lim ( x 1) 2 1 3
x 2 x 2
Contoh
x a; x 1
Diketahui fungsi f ( x ) . Tentukan nilai a agar f ( x ) kontinu
3 x ; x 1
x 1!
Jawab
f (1) 3 1 2
x a; x 1
Jadi agar f ( x ) kontinu di x 1 maka a 1, sehingga
3 x ; x 1
x 1; x 1
diperoleh f ( x )
3 x ; x 1
Contoh
ax 6; x 2
Diketahui fungsi f ( x ) ax 2 bx ; 2 x 1 . Tentukan nilai a dan b agar
ax 12; x 1
f ( x ) kontinu!
Jawab
Perhatikan batas fungsi f ( x ) adalah x 2 dan x 1 maka :
x 2
lim f ( x) lim (ax 6) 2a 6
x 2 x 2
Eliminasi * dan **
a b 3
2a b 12 +
3a 9 a 3, b 6
3x 6; x 2
Jadi f ( x ) 3x 2 6 x ; 2 x 1
3x 12; x 1
operator limit
Untuk memperoleh operator limit kiri dan kanan tekan tombol
1. Misal f(x) terdefinisi pada interval I yang memuat c, dan tidak terdefinisi
di c, nilai f(x) akan mendekati L, bila x mendekati c.
lim f x L
x c
2. Untuk suatu x yang cukup dekat dengan c dari kanan Nilai f(x) mendekati
L. Notasi disebut limit kanan
lim f x L
x c
3. Untuk suatu x yang cukup dekat dengan c dari kanan, Nilai f(x) mendekati
G. Notasi disebut limit kanan
lim f x G
x c
Sifat-sifat dasar limit yang dinyatakan dalam beberapa teorema berikut ini
sangat diperlukan dalam hitung limit.
1. lim A A , A, c
x c
2. lim x c
x c
4. Jika lim f ( x ) dan lim g( x ) keduanya ada dan k maka berlaku
x c x c
pernyataan-pernyataan berikut:
1 lim f ( x ) g( x ) lim f ( x ) lim g( x )
x c x c x c
2 lim kf ( x) k lim f ( x)
x c x c
f ( x ) xlim f ( x)
4 lim c , asalkan lim g( x ) 0
x c g( x ) lim g( x ) x c
x c
n
(a). lim f ( x ) lim f ( x )
n
x c x c
lim f ( x )
n
n
(b). lim f ( x ) , asalkan lim f ( x ) 0
x c x c x c
lim f ( x )
1n
(c). lim f ( x )
1n
, asalkan untuk n genap lim f ( x ) 0
x c x c x c
Overview
Tujuan
f(x)
Garis
f(c) SInggung
x
c x
Arti geometri dari turunan fungsi f di titik c adalah gradien garis singgung pada
f ( x ) f (c )
grafik fungsi f di titik (c , f (c )) seperti telihat pada gambar. Jika lim
x c x c
maka f '(c ) ada dan kita katakana fungsi f terdiferensialkan di c (mempunyai
turunan/dapat diturukan/diferensiabel di c).
Contoh
f (c h) f (c )
(ii) f '(c ) lim
h0 h
b. f ( x) x2
f ( x ) f (c )
(i) f '(c ) lim
x c x c
f ( x ) f (2) x 2 22 x2 4 ( x 2) ( x 2)
f '(2) lim lim lim lim
x 2 x 2 x 2 x 2 x 2 x 2 x 2 x 2
lim ( x 2) 2 2 4
x 2
f (c h) f (c )
(ii) f '(c ) lim
h0 h
f (2 h) f (2) (2 h)2 22 4 4 h h2 4
f '(2) lim lim lim
h 0 h h 0 h h 0 h
2
4h h h (4 h)
lim lim lim(4 h) 4 0 4
h 0 h h 0 h h 0
Contoh
Jawab:
f ( x ) f (1) x 2 x 3 (1 2 1)
a) f ' (1) lim lim
x 1 x 1 x 1 x 1
x x
2
x( x 1)
lim lim 1
x 1 x 1 x 1 x 1
f ( x ) f (1) 1 2 x (1 2 1)
b) f ' (1) lim lim
x 1 x 1 x 1 x 1
2 x 2 x 1
lim 2 lim 1
x 1 x 1 x 1 ( x 1)( x 1)
lim f ( x ) lim x 1 0
x 1 x 1
lim f ( x ) 0
x 1
Notasi Turunan
Turunan y f ( x ) terhadap x dinotasikan dengan y ' atau f '( x ) . Notasi lain
yang digunakan untuk menyatakan turunan y f ( x ) terhadap x di
dy d dy
antaranya dalah: , f ( x ), Dx y , Dx f ( x ) . Notasi dikenal sebagai notasi
dx dx dx
Leibniz.
Jawab
a. f ( x) 2 x3 f '( x) (3)(2)x31 6 x 2
b. f ( x) 15x 3 f '( x) (3)(15)x 31 45x 4
1 1 1 1 5 3
c. f ( x ) 5x
f '( x ) (5) x 4 x 4
4
4 4
Turunan Kelipatan Fungsi
Misalkan f ( x ) k u( x )
n
dimana u( x ) merupakan fungsi dari x maka
f '( x ) (n)( k ) u( x )
n 1
u '( x )
Turunan Jumlah, Selisih, Hasil Kali, dan Hasil Bagi Dua Fungsi
Misalkan fungsi f dan g terdifersensialkan pada selang I maka fungsi
f g , f g , fg , f g ( g( x ) 0) terdiferensialkan pada selang I dengan aturan
sebagai berikut:
a. (f g )'( x ) f '( x ) g '( x )
Contoh
Tentukan turunan dari fungsi berikut ini!
a. f ( x) 2 x3 ( x 5)5
5x 4
b. f ( x)
(2 x 1)3
Jawab
a. f ( x) 2 x3 ( x 5)5
Misalkan u 2 x 3 dan v ( x 5)5
u ' 6 x 2 dan v ' 5( x 5)4
(uv )' u ' v uv '
(6 x 2 )( x 5)5 (2 x 3 )(5( x 5) 4 )
6 x 2 ( x 5)5 10 x 3 ( x 5)4
f '( x) 6 x 2 ( x 5)5 10 x3 ( x 5)4
5x 4
b. f ( x)
(2 x 1)3
Misalkan u 5x 4 dan v (2 x 1)3
u ' 20 x 3 dan v ' 6(2 x 1)2
20 x 3 (2 x 1)3 30 x 4 (2 x 1)2
(2 x 1)6
20 x 3 (2 x 1)3 30 x 4 (2 x 1)2
f '( x )
(2 x 1)6
Aturan Rantai
Misalkan y f (u) dan u g( x ) . JIka fungsi g mempunyai turunan di x dan
fungsi f mempunyai turunan di u, turunan fungsi komposisi
y (f g )( x ) f g( x ) ditentukan sebagai berikut:
dy dy du
(f g )'( x ) f ' g( x ) g '( x ) atau
dx du dx
dy dy du dv
Jika y = f(u ) , u = g(v), dan v = h(x) maka :
dx du dv dx
Contoh
Tentukan turunan fungsi berikut ini dengan menggunakan aturan rantai!
a. y (3x 5)5
b. y (2 x 4 3x3 4 x 2 1)3
c. y 2 x 2 4 x 1
d. y sin(2 x 4 3x3 )
Jawab
a. y (3x 5)5
dy du
y u5 5u 4 dan u 3x 5 3
du dx
c. y 2 x 2 4 x 1
1 dy 1 12 1
y u u 2 2u
du 2 u
du
u 2 x 2 4 x 1 4x 4
dx
dy dy du
dx du dx
1
(4 x 4)
2 u
4( x 1)
2 2 x 2 4 x 1
2( x 1)
2 x 2 4 x 1
d. y sin(2 x 4 3x3 )
Overview
Turunan dapat digunakan untuk berbagai hal. Pada bab ini yang akan dibahas
adalah penggunaan turunan untuk menentukan kemonotonan, nilai ekstrim,
kecekungan, dan titik belok suatu fungsi dan menyelesaikan masalah sehari-
hari yang berkaitan dengan meminimumkan atau memaksimumkan suatu
besaran tertentu, seperti meminimumkan biaya, memaksimumkan volume
dan lain-lain
Tujuan
f(x2)
f(x1)
f(x1)
f(x2)
x1 x2 x1 x2
Dari gambar (a) terlihat bahwa sudut yang dibentuk antara garis
singgung dan sumbu x positif adalah sudut tumpul, atau dengan kata lain
gradient (kemiringan) garis singgung bernilai negatif. Dari gambar (b) terlihat
bahwa sudut yang dibentuk oleh garis singgung dan sumbu x positif adalah
sudut lancip, dengan kata lain gradient garis singgung bernilai positif.
Sebelumnya sudah diketahui bahwa arti geometris dari turunan pertama
adalah gradien garis singgung. Sehingga kita menentukan selang kemonotonan
dengan menggunakan uji turuna pertama.
Contoh
( x 1)2
Tentukan selang kemonotonan f ( x )
x
Jawab
( x 1)2 x 2 2 x 1
f ( x)
x x
(2 x 2)( x ) ( x 2 2 x 1)(1) 2 x 2 2 x x 2 2 x 1) x 2 1
f '( x ) 2
x2 x2 x
max global
max lokal
min global
a b c d e f x
f '( x ) 0 f '( x ) 0
Jika pada selang (c , c ) dan pada selang
f '( x ) 0 f '( x ) 0
maksimum
(c , c ) , maka f(c) merupakan nilai lokal f.
minimum
f ''(c ) 0 maksimum
Misalkan f '(c ) 0 Jika maka f(c) merupakan nilai
f ''(c ) 0 minimum
lokaldari f.
Contoh
Tentukan nilai ekstrim fungsi f ( x) 13 x3 x 2 3x 4
Jawab:
1
f ( x ) x 3 x 2 3x 4 f '( x ) x 2 2 x 3
3
Nilai ektrim terjadi pada tititk stasioner
f '( x ) 0
x2 2x 3 0
( x 1)( x 3) 0
x1 1 dan x 2 3
Contoh
( x 1)2
Tentukan nilai ekstrim fungsi f ( x )
x
Jawab
Pada contoh sebelumnya diproleh
(+) (-) (-) (+)
f’
(a) f '( x ) 0 pada ( , 1) dan f '( x ) 0 pada (-1,0),
-12 0 1
( 1 1)
maka f ( 1) 0 adalah nilai maksimum lokal.
1
(b) f '( x ) 0 pada (0,1) dan f '( x ) 0 pada (1, ) ,
(1 1)2
maka f (1) 4 adalah nilai minimum lokal.
1
Fungsi f(x) dikatakan cekung ke atas pada interval I bila f '( x ) naik pada
interval I, sedang f(x) dikatakan cekung ke bawah bila f '( x ) turun pada
interval I. Oleh karena itu dapat disimpulkan :
Contoh
Tentukan selang kecekungan dari f ( x ) x3
Jawab
f '( x ) 3x 2 dan f "( x ) 6 x
f cekung ke atas jika pada f "( x ) 0 , x I
f "( x ) 0 6 x 0
x 0
Jadi f cekung ke atas pada selang (0,+∞)
f cekung ke bawah jika pada f "( x ) 0 , x I
f "( x ) 0 6 x 0
x0
Jadi f cekung ke bawah pada selang (-∞, 0)
Definisi. Misal f(x) kontinu di x = b. Maka ( b , f(b) ) disebut titik belok dari
kurva f(x) jika terjadi perubahan kecekungan di x = b, yaitu di sebelah kiri x
= b cekung ke atas dan di sebelah kanan x = b cekung ke bawah atau
sebaliknya.
Contoh
Carilah titik belok ( bila ada ) dari fungsi berikut :
a. f ( x) 2 x3 1
b. f ( x ) x 4
c. f ( x) x 3 1
1
Jawab
a. Dari f ( x) 2 x3 1 maka f "( x ) 12 x .
Bila f " ( x ) 0 maka x = 0 merupakan calon dari titik belok.
Fungsi f kontinu di x = 0.
Untuk x < 0 maka f " ( x ) 0 , sedangkan untuk x > 0 maka
f " ( x) 0 .
Oleh karena itu, di x = 0 terjadi perubahan kecekungan, f(0) = -1.
Jadi titik ( 0,-1 ) merupakan titik belok.
b. Dari f ( x ) x 4 maka f "( x ) 12 x 2 .
Bila f " ( x ) 0 maka x = 0 merupakan calon dari titik belok
Fungsi f kontinu di x = 0
Untuk x < 0 dan x > 0 maka f " ( x ) 0 .
Oleh karena itu, di x = 0 tidak terjadi perubahan kecekungan. Jadi (
0,0 ) bukan merupakan titik belok.
2
c.
1
f ( x) x 3 1 maka f "( x ) 5
.
9x 3
Terlihat bahwa f(x) tidak dapat diturunkan dua kali di x = 0.
Fungsi f kontinu di x = 0.
Untuk x < 0 maka f " ( x ) 0 , sedangkan untuk x > 0 maka
f " ( x) 0 .
Oleh karena itu, di x = 0 terjadi perubahan kecekungan, f(0) = 1.
Jadi ( 0,1 ) merupakan titik belok.
6x 6 0 x 1
karena f (1) 6 , maka untuk x 1 ada titik belok
f (1) 13 3.12 2 1 3 2 0
Jadi titik beloknya di (1,0).
Contoh
Sehelai karton berbentuk persegipanjang dengan ukuran 45 x 24 cm. Karton
ini akan dibuat kotak tanpa tutup dengan cara memotong keempat pojoknya
berupa bujur sangkar dan melipatnya. Tentukan ukuran kotak agar volume
kotak maksimum.
Jawab :
x 45-2x x
x x
24-2x
x x
x x
Misalkan pojok yang dipotong adalah x, sehingga kita punya ukuran kotak :
tinggi = x,lebar = 24 – 2x, dan panjang = 45 – 2x. Jadi kita punya model
matematika untuk volume kotak sebagai
V = x (24 – 2x)(45 – 2x)
= 4x3 - 138x2 + 1080x , 0 < x < 12
d
Fungsi f(x) monoton naik pada I jika f '( x ) f ( x) 0 x I
dx
d
Fungsi f(x) monoton turun pada I jika f '( x ) f ( x) 0 x I
dx
Pilih Boolean toolbar sehingga muncul
Overview
Integral dapat dianalogikan seperti saat kita memakai baju kemeja, kitapun
dengan mudah melepaskannya kembali. Apabila cara memakai kemeja dan
melepaskannya dimodelkan sebagai dua operasi maka operasi yang kedua
menghapuskan operasi yang pertama. Kita dapat katakan bahwa dua operasi
tersebut merupakan operasi balikan (inverse). Dalam hal ini matematika
mempunyai banyak operasi balikan seperti penambahan dan pengurangan,
perkalian dan pembagian, pemangkatan dan penarikan akar. Sebagaimana kita
telah mempelajari differensial (turunan) sebagai sebuah operasi maka operasi
balikannya disebut sebagai Integral atau anti turunan.
Tujuan
Definisi :
Dikatakan bahwa F adalah anti turunan dari f pada selang s , jika
d
F f pada selang s , yakni jika F x f x untuk semua x dalam
dx
selang s
Perhatikan beberapa turunan di bawah ini :
F x x3 8 turunannya F x 3x 2
F x x 3 12 turunannya F x 3x 2
F x x 3 3 turunannya F x 3x 2
Dapat kita lihat anti turunan dari 3x 2 adalah x3 8 , atau x 3 12 , atau
x 3 3 . Untuk ketiga jawaban tersebut hanya berbeda pada konstantanya,
jadi dapat kita perumum bahwa anti turunan dari 3x 2 adalah x3 c , dimana
c adalah konstanta riil sembarang.
Tetapi cara penulisan Leibniz untuk anti turunan adalah yang sangat populer
yaitu menggunakan lambang .....dx , jadi anti turunan dari 3x 2 ditulis sebagai:
3x dx x c
2 3
Lambang disebut “integral” , dan fungsi yang ada dibawah tanda disebut
“integran”.
x dx 1 dx x c
o
Jika pada Teorema (aturan Pangkat), n = 0, maka: jadi
dx x c
TEOREMA B (Kelinieran)
Andaikan f dan g mempunyai anti turunan (integral tak tentu) dan
andaikan k adalah suatu konstanta, maka :
i. k.f x dx k f x dx
ii. f x g x f x dx g x dx
iii. f x g x f x dx g x
CONTOH I-1
dx
(I-4)
Contoh 1
1
x dx 6 x c
5 6
1.
3
3x dx 8 x c
7 8
2.
1
x
3
3. dx x 31 c
3 1
1 2 3
5 x .dx 5 x 2 dx
1
4. 2
x c
2x 3
5 1 1
1 x2 c
2 1
6. 3
1 x dx x 3 x 12 dx
x
1 1 2 3
x 2 c x 2 x 2 c
2 2 3
Jika U g x , maka :
d 1 g x r g x
g x r 1
r 1
dx
g x r 1 c
r
g x g x dx
r 1
Integral Tak Tentu
Atau dengan notasi Leibtniz 171
U n 1
U dU c
n
Contoh 2
x 5 x 3x 5
3 8 2
1. Cari a. dx
b. Sin x Cos x dx
5
Jawab :
a. Misal U x3 5x , maka dU (3x 2 5) dx , jadi
U9 1
x 5 x 3x 2 5 dx U dU c x3 5x c
3 8 8 9
9 9
Contoh 3:
x 5 2 x dx e. 3x 4 2 x 5 6 dx
2 8 3
Cari : a.
b. 5 x 36 5 dx f. 3x 3x 2 7 dx
4 x 7 12 x dx 5t 1 5t 2 3t 2 dt
5
c. 3 2
g. 2
d. x 4 x dx 3y
4
3 2
h.
2y 2 5
dy
x 5 2 x dx , Misal u x 2 5 du 2 x dx
2 8
a.
x 5 2 x dx u8 du
8
Jadi , 2
1 9
u c
9
1
x 2 5 c
9
9
b. 5 x 36 5 dx + , Misal u 5 x 3 du 5dx
5 x 3 5dx u6 du
6
Jadi,
1 7
u c
7
1
5 x 3 c
7
4x 7 12 x 2 dx , misal u 4 x 7 du 12 x dx
5 3 2
c. 3
4 x 7 12 x dx
2 5 2
jadi,
u du 5
1 6
u c
6
1
4 x3 7 c
6
6
d. x3 4 x 2 dx misal u x3 4 du 3x 2 dx
4
1
x 4 x 2 dx
4
x 2 dx du jadi 3
3
1 1
u4 . du u 4 du
3 3
1 1 1
u5 c x 3 4 c
5
3 5 15
e. 3x 4 2 x 5 6 dx Misal 2 x 5 6 u
3
10 4
3
2x5 6 c
4
40
f. 3x 3x 2 7 dx misal u 3x 2 7
du 6 xdx
1
xdx du
6
3x 2 7dx 3x 2 7 2 3xdx
1
jadi, 3x
1 1 1
u 2 3. du u 2 du
1
6 2
1 1 1 1
1 u2 c
2 2 1
1 2 23 1 u3 c
u c
23 3
1
3x 2 7 c
3
3y
dy misal u 2 y 5
2
h.
2y 5
2 du 4 y .dy
1
y .dy du
4
3 1 1 1
u 2 c
4 12 1
3 12 3
2u c 2y 2 5 c
4 2
x 1 x 2 dx
4
Setelah anda mahir dengan metode di atas coba untuk mencari
1
Jawab : misal u x 4 1 maka du 4 x3dx dengan demikian x 2 dx
du
4x
Untuk soal ini, metode yang digunakan sebagaimana contoh sebelumnya
gagal karena 1 tidak dapat dipindahkan ke depan tanda integral (hanya
4x
konstanta yang dapat dipindahkan). Jadi soal ini dapat diselesaikan dengan
proses aljabar biasa sebagai berikut
1 7 1 3
x 1 x dx x x dx 7 x 3 x c
4 2 6 2
Contoh 4
a. Buktikan bahwa Sin x dx Cos x c dan
Cos x dx Sin x c
Bukti :
d
karena cos x Sin x , maka menurut definisi bahwa Cos x c
dx
d
adalah anti turunan dari Sin x , dan karena Sin x Cos x , maka
dx
Sin x c adalah anti turunan dari Cos x .
6 6
1 1 5
u c
6 5
1 1 5
Sin 6 x c
6 5
1
Sin 6 x c1
5
30
Jadi : 2 2
1 1
Sin u c Sin x 2 c1
2
2 2
1 1 6
u c
2 6
1
Sin x c1
6 2
12
ux dv cos x dx
du dx v sin x
1. operasi balikan dari differensial disebut sebagai Integral atau anti turunan.
2. Jika n adalah sembarang bilangan rasional kecuali –1, maka
n
k x dx
k
x
n 1
C
n1
Overview
Tujuan
f(x)
Langkah-langkah :
1. Partisi selang [a,b] menjadi n selang dengan titik pembagian
a x0 x1 ... xn b
P { a x 0 , x1 , x 2 ,..., b x n } disebut partisi dari [a,b].
2. Definisikan panjang partisi P, sebagai
P Maks | x k |, x k x k x k 1 .
1 k n
f (c ) x
k 1
k k . Jika || P || 0 maka diperoleh limit jumlah
n
Riemann lim
||P || 0
f (ck ) xk . Jika limit ini ada, maka f dikatakan
k 1
terintegralkan (Riemann) pada selang [a,b].
Contoh : Hitung x 2 dx
0
Jawab : Langkah :
1. Partisi selang [0,2] menjadi n bagian yang sama panjang
x 2
n
x x x
0 X1 X2 Xi-1 Xi 2
Sehingga :
x0 0
x 1 0 x 2
n
x 2 0 2x 2.2
n
......
x i 0 ix 2i
n
2. Pilih ci = xi
3. Bentuk jumlah reimann
n n n
4 n
4 n
f c x
i 1
i i
i 1
2i
n 2 2n
i 1
4i
n2
4n
n2
i n 1
i 1 i 1
4 n(n 1) 4 2
n 2
n2 2 n n
2
2
x 2dx lim 2 n 2
0 n
Andaikan f suatu fungsi yang didefinisikan pada selang tutup {a,b}. jik
n
Lim f xk k x
n ~
k 1
b
ada, maka dikatakan f diintegralkan pada [a,b], dan f x dx ,
a
f x dx f x dx
b a
2.
a b
a kf x dx k a f x dx
b b
3.
Contoh 1
Hitunglah :
a. 2 x 5dx x
2
3
2
5x 3
2
32 53 2 2 52
9 15 4 10 10
b. 3 3
3x 1dx 2 x 2 2 1 1
2 3 2
x
2 2 2
1 1 2 2
3
6 2 1 7
1
2 2
1
tdt du
2
1
4
1 t2
2
c1
1 t t .dt 4 1 t
2 1 2 2
2
2
c1
1 1
1
1 t 2
2 1
c 1 1 1
2
c
2
1
4 4
9
c1 c1
9
4 4
8
d. 1
1 3x .dx ? , Misal : u 1 3x du 3dx
1
dx du
3
1 2 2
1 3x .dx
1 12
u du u 3 c 1 3x 3 c1
3 3 3 9
menurut teorema dasar,
2
1 3x
8 8
3
1 3x .dx
1 9 1
2
1 24 1 3
3 3
9
1 t t .dt ?
2
2
1
1 t t .dt
2 3 1 1 3
jadi : 2
u . du u .du
1 0
2 2 0
1 1 3 1 1 1 2
u2 3 0
2
2 2 0 2 2 2
1 9 9
2 2 4
8
e. 1
1 3x .dx ? misal : u 1 3x du 3dx
x 8 u 1 3x8 25
1
8
4
25 1
3
1 1
3
1 2 3
1 3x .dx u. .du u 2 du u 2
3 3
25
4
2
9
25
3
2
4
3
2
2
125 8 134
9 9
2
2x x 3 1.dx ?
2
f.
0
1
u x 3 1 du 3x 2 dx x 2 dx du
3
batas – batas : x 0 u 0 3 1 1
x 2 u 23 1 9
2 5 1 2 9 1
Jadi : 0
2 x 2 x 3 1.dx 2
1
u . du u 2 du
3 3 1
4
9
9 2 1 2
3 3
3 2 2 1
4 3
9
26
4 104
9 9
3
g. 0
x x 1.dx ?
Misal : u x 1 u 2 x 1 2.u.du dx
x u2 1
batas – batas : jika x 0 u 0 1 u 1
jika x 3 u 3 1 u 2
0
3
1
2
x x 1.dx u 2 1 u 2 2.u.du
1
2
2 u 4 u 2 du
1
1 1 2
2 u 5 u 3
5 3 1
32 8 1 1
2
5 3 5 3
96 40 3 5 58
2 2
15 15 15 15 15
116
15
4
h. 3
x 2 dx ?
x 2 jika x 2 ;
x 2 0 x 2
f x x 2 jika x 2 ; x 2 0 x 2
2
dx x 2dx x 2dx
4 4
Jadi
3
x2
3 2
1 1 1 2 1
2 2 2 3 2 3 4 24
2 2
2 2 2 2
9
2 4 6 8 8 2 4
2
3
2 18
2
1 36 37
2 2 2
Jika x 0 u Sin 0 0
Jika x 2 u Sin
2 1
1 1 4 1 1
Sin 3 x.cos x.dx u 3 du
2
Jadi : u
0 0 4 4 4
Sehingga
e
e
ln x dx x ln x x |1 (e ln e e) (1) 1
1
(3x x)dx
2
Hitung
0
Buka tampilan awal Mathcad
3
Langkah berikutnya ketikkan fungsi f ( x)dx , tekan tanda ’=’ pada
0
evaluation toolbar, Maka akan diperoleh hasil akhir
f x dx 0
a
a.
a
b. f x dx f x dx
b a
a b
a kf x dx k a f x dx
b b
c.
d. f x g x dx f x dx g x dx
b b b
a a a
Overview
Tujuan
xi
f(x)
f(xi)
a xi b
A( R) A( R1 ) A( R2 ) ... A( Ri ) ... A( Rn )
f ( x1 ) x1 f ( x 2 ) x 2 ... f ( xi ) xi ... f ( x n ) x n
n
f ( xi ) xi
i 1
lim
| P|0
f ( xi ) xi
i 1
b
f ( x)dx
a
Sehingga diperoleh bahwa luas daerah di atas sumbu X adalah
b
A( R ) f ( x)dx .
a
y y = f(x)
x
a b
Dengan cara yang sama seperti halnya mencari luas daerah diatas sumbu X
maka untuk luas daerah di bawah sumbu X diperoleh:
b
A( R ) f ( x)dx .
a
-3
x
1 2
A( R) 3
3x 2 x 3 dx x 3 3x 2 x 3 dx
1 1
1 2
x4 x2 x4 x2
x3 3x x 3 3x
4 2 1 4 2 1
7 23
4
4 4
a b
b
A( R ) f ( x) g ( x) dx
a
Contoh 2
Tentukan luas daerah antara kurva y x dan y 2 x x .
4 2
Penyelesaian
1
A( R) 2 x x 2 x 4 dx
y x4 0
1 1
x3 x5
y 2x x 2 x 2
3 5 0
1 1 7
1
1 2 3 5 15
Suatu daerah rata yang terletak seluruhnya pada satu bagian bidang yang
terbagi oleh sebuah garis lurus dan diputar tehadap garis tersebut maka
daerah tersebut akan membentuk suatu benda putar.
Apabila daerah R yang dibatasi kurva y f x sumbu x, garis x = a, dan
garis x = b kemudian R diputar terhadap sumbu x maka volume benda putar
b
yang terjadi adalah V f x 2 dx .
a
Contoh 3
Tentukan volume benda putar yang dibentuk oleh daerah R yang dibatasi
kurva y x sumbu x dan garis x = 4 bila R diputar terhadap sumbu x.
Penyelesaian
y
x
y x
x
x
x
4
4 4 4
2 x
Maka volumenya adalah V x dx x dx 8
0 0 20
12.3 Metode cincin (pengembangan metode cakram)
b
V f x 2 g x 2 dx .
a
Contoh 4
Tentukan volume benda putar yang dibentuk oleh daerah R yang dibatasi
kurva y x 8 x apabila R diputar terhadap sumbu x.
2 2
dan y
Jadi volumenya adalah
4
b
y 2 8x V f x g x dx
2 2
yx 2 a
x
x dx
2
8x
2 2 2
0
2
8 x x 4 dx
8x 0
2
x5
4 x 2
5 0
x2
32 48
16
5 5
2
Contoh 5
Daerah R adalah sebuah daerah yang dibatasi oleh kurva
y 1 x x sumbu x, sumbu y, dan garis x =1. Tentukan volume
5
x y 1 x x5 x
1 x
Jadi volumenya
2 x 1 x x 5 dx
b 1
V 2 x f x dx
a 0
1
1
x2 x3 x7
2 x x x dx 2
2 6
0 2 3 7 0
1 1 1 41
2
2 3 7 21
Rangkuman
vi
PAGE 10