Anda di halaman 1dari 6

Laporan Pendidikan Pancasila

Hasil Diskusi Filsafat Pancasila

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Claris Fransiskan Bulu Kian 188114052


2. Ni Putu Novita Prabawati 188114060
3. Lintang Adelya 188114064
4. Anastasia Melin Fitria Wulandari 188114067
5. Faustina Evania Ngai 188114068
6. Putri Natasya Br Siregar 188114075

Universitas Sanata Dharma


Yogyakarta
2018
SOAL
1. Jelaskan tinjauan ontologis Pancasila sehingga dapat dikaji secara filosofis
2. Jelaskan tinjauan secara epistemologis dari materi Pancasila, sehingga dapat dijadikan
orientasi pandangan hidup bangsa Indonesia
3. Mengapa aksiologi Pancasila tidak dapat terlepas dari nilai-nilai ?
4. Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan organis. Artinya, antara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan, saling
berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Pemikiran dasar yang terkandung dalam
Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia yang berhubungan dengan Tuhan, dengan
diri sendiri, dengan sesama, dengan masyarakat bangsa yang nilai-nilai itu dimiliki oleh
bangsa Indonesia. Jelaskan implikasi yang terjadi bila Pancasila dipahami secara
terpisah-pisah
5. Tentang susunan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan, maka Pancasila memiliki
susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila Pancasila maupun isi
arti dari sila-sila Pancasila itu. Susunan kesatuan sila-sila Pancasila adalah bersifat
hirarkis dan berbentuk pyramidal. Jelaskan maksud dari pernyataan di atas.

JAWABAN
1. Ontologis adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat (segala sesuatu)
atau pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu. Secara ontologis, Pancasila sebagai
filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakekat dasar dari sila-sila
Pancasila. Hakekat dasar dari sila-sila Pancasila, menurut Notonegoro adalah manusia,
hal ini dikarenakan manusia merupakan subyek hukum pokok dari sila-sila Pancasila, hal
ini dibuktikan dengan pendapat Kaelan yang menyatakan bahwa yang berketuhanan
Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berkesatuan Indonesia,
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia pada hakekatnya
adalah manusia. Jadi, secara ontologis hakekat dasar keberadaan dari sila sila Pancasila
adalah manusia, karena manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara
ontologi memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa,
jasmani dan rohani juga sebagai makluk individu dan sosial serta kedudukan kodrat
manusia sebagai makluk pribadi dan sebagai makluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Epistemologis adalah cabang filsafat  yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode,
ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses dan syarat
terjadinya pengetahuan, batas ilmu pengetahuan. Menurut Titus terdapat tiga persoalan
yang mendasar dalam epistemologi, yaitu:
 Tentang sumber pengetahuan manusia
 Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia
 Tentang watak pengetahuan manusia
Secara epistemologis Pancasila sebagai filsafat yaitu sebagai upaya untuk mencari
hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Sumber pengetahuan Pancasila
adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri. Sedangkan susunan Pancasila
sebagai suatu sistem pengetahuan yaitu Pancasila memiliki susunan yang bersifat formal
logis, baik dalam arti susunan sila-sila Pancasila maupun isi arti dari sila-sila Pancasila
itu. Sebagai suatu paham epistemologi, maka Pancasila mendasarkan pada
pandangannya bahwa ilmu pengetahuan tidak bebas nilai dalam upaya untuk
mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan yang mutlak dalam hidup manusia.
Epistemologi menyelidiki sumber, proses, syarat-syarat batas, validitas dan hakikat ilmu.
Epistemologi Pancasila secara mendasar meliputi nilai-nilai dan asas-asas. Epistimologi
adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber
pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat dan metode pengetahuan. Jadi, objek
material epistimologi adalah pengetahuan, sedangkan objek formalnya adalah hakikat
pengetahuan itu. Aspek estimologi merupakan aspek yang membahas tentang pengetahuan
filsafat. Aspek ini membahas bagaimana cara kita mencari pengetahuan dan seperti apa
pengetahuan tersebut. Dalam aspek epistemologi ini terdapat beberapa logika, yaitu: analogi,
silogisme, premis mayor, dan premis minor.

3. Aksiologi tidak dapat terlepas dari nilai-nilai karena aksiologi adalah ilmu yang
membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri, sehingga pembahasan
aksiologi juga menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya
pada tahap-tahap tertentu, ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral
suatu masyarakat. Maka dari itu, aksiologi Pancasila tidak dapat terlepas dari nilai-nilai.
Selain itu, aksiologi filsafat Pancasila pada hakekatnya membahas tentang nilai praktis
atau manfaat suatu pengetahuan tentang Pancasila. Karena sila-sila Pancasila sebagai
suatu sistem filsafat memiliki suatu kesatuan dasar aksiologis, sehingga nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila pada hakekatnya juga merupakan suatu kesatuan.
4. Pancasila secagai dasar filsafat negara Republik Indonesia memiliki susunan lima sila
yang merupakan suatu persatuan dan kesatuan serta mempunyai sifat dasar kesatuan
yang mutlak yaitu berupa sifat kodrat monodualis, sebagai makluk individu sekaligus
juga sebagai makluk sosial, serta kedudukannya sebagai makluk pribadi yang berdiri
sendiri juga sekaligus sebagai mahkluk Tuhan. Konsekuensinya segala aspek dalam
penyelenggaraan negara diliputi oleh nilai nilai  Pancasila yang merupakan suatu
kesatuan yang utuh yang memiliki sifat dasar yang mutlak berupa sifat kodrat manusia
yang monodualis tersebut. Selain itu, Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai
filsafat hidup bangsa pada hakekatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat
sistematis, fundamental dan menyeluruh. Untuk itu sila-sila Pancasila merupakan suatu
nilai-nilai yang bersifat bulat dan utuh, hirarkis dan sistematis. Dalam pengertian ini
maka sila-sila Pancasila merupakan suatu sistem filsafat. Konsekuensinya kelima sila
bukan terpisah-pisah dan memiliki makna sendiri-sendiri, melainkan memiliki esensi
serta makna yang utuh. Kemudian seluruh nilai nilai Pancasila tersebut menjadi dasar
rangka dan jiwa bagi bangsa Indonesia. Hal ini berarti bahwa dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara harus dijabarkan dan bersumberkan pada nilai nilai Pancasila,
seperti bentuk negara, sifat negara, tujuan negara, tugas dan kewajiban negara dan warga
negara, sistem hukum negara, moral negara dan segala sapek penyelenggaraan negara
lainnya. Maka, jika memaknakan pancasila secara terpisah akan terjadi perbedaan
pemahaman serta akan terjadi perpecahan dan perbedaan pendapat tanpa tau dasarnya.

5. Susunan Pancasila dikatakan sebagai suatu sistem pengetahuan dikarenakan pancasila


sendiri merupakan filsafat dari negara Indonesia. Filsafat sendiri mempunyai arti suatu
pengetahuan dan penyelidikan akan budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal,
dan hukumnya dan juga merupakan suatu ilmu yang berintikan logika. Dengan demikian,
karena merupakan suatu filsafat maka Pancasila dikatakan sebagai suatu pengetahuan
yang bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila Pancasila maupun isi dari
sila-sila Pancasila itu. Susunan kesatuan sila-sila Pancasila bersifat hirarkis dan
berbentuk pyramidal dikarenakan :
 Hirarkis artinya bahwa Pancasila terdiri atas tingkatan-tingkatan sila-sila Pancasila
 Pyramidal sendiri merupakan bentuk dari tingkatan sila-sila Pancasila tersebut
Dengan demikian, Pancasila yang hirarkis dan pyramidal artinya Pancasila disusun
berbentuk pyramidal yang digunakan untuk menggambarkan hubungan hirarkis
(tingkatan) dari sila-sila Pancasila tersebut. Berikut ini adalah gambar dari Pancasila
yang hirarkis pyramidal :

SILA 5

SILA 4

SILA 3

SILA 2

SILA 1

Sila 1 : Ketuhanan Yang Maha Esa


Sila 2 : Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Sila 3 : Persatuan Indonesia
Sila 4 : Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Sila 5 : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Idonesia

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa sila ke-1 (Ketuhanan Yang Maha Esa)
didahulukan dan merupakan sila dasar yang menjadi basis atau dasar serta saling mengisi
satu sama lain dan memberi bobot isi serta memberi kualitas bagi sila-sila yang lainnya
dimana Ketuhanan Yang Maha Esa juga merupakan Ketuhanan yang berkemanusiaan,
yang membangun, memelihara, dan mengembangkan persatuan Indonesia yang
berkerakyatan dan berkeadilan sosial, sehingga setiap sila dalam Pancasila menunjukan
hubungan atau keterkaitan satu dengan yang lainnya. Jadi, inti dari Pancasila yang
hirarkis pyramidal adalah setiap sila-sila yang ada di dalam Pancasila saling mengisi,
berhubungan, dan menjiwai sila-sila yang lainnnya, hal ini dijelaskan dalam uraian
berikut :
 Sila pertama Pancasila mendasari dan menjiwai keempat sila lainnya
 Sila kedua didasari sila pertama serta mendasari dan menjiwai sila ketiga, keempat
dan kelima
 Sila ketiga didasari dan dijiwai sila pertama, kedua serta mendasari dan menjiwai
sila keempat dan kelima
 Sila keempat didasari dan dijiwai sila pertama, kedua dan ketiga, serta mendasari
dan menjiwai sila kelima
 Sila kelima didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga, dan keempat.

Anda mungkin juga menyukai