Disusun Oleh :
Kelompok 1
JAWABAN
1. Ontologis adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat (segala sesuatu)
atau pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu. Secara ontologis, Pancasila sebagai
filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakekat dasar dari sila-sila
Pancasila. Hakekat dasar dari sila-sila Pancasila, menurut Notonegoro adalah manusia,
hal ini dikarenakan manusia merupakan subyek hukum pokok dari sila-sila Pancasila, hal
ini dibuktikan dengan pendapat Kaelan yang menyatakan bahwa yang berketuhanan
Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berkesatuan Indonesia,
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia pada hakekatnya
adalah manusia. Jadi, secara ontologis hakekat dasar keberadaan dari sila sila Pancasila
adalah manusia, karena manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara
ontologi memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa,
jasmani dan rohani juga sebagai makluk individu dan sosial serta kedudukan kodrat
manusia sebagai makluk pribadi dan sebagai makluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Epistemologis adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode,
ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses dan syarat
terjadinya pengetahuan, batas ilmu pengetahuan. Menurut Titus terdapat tiga persoalan
yang mendasar dalam epistemologi, yaitu:
Tentang sumber pengetahuan manusia
Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia
Tentang watak pengetahuan manusia
Secara epistemologis Pancasila sebagai filsafat yaitu sebagai upaya untuk mencari
hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Sumber pengetahuan Pancasila
adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri. Sedangkan susunan Pancasila
sebagai suatu sistem pengetahuan yaitu Pancasila memiliki susunan yang bersifat formal
logis, baik dalam arti susunan sila-sila Pancasila maupun isi arti dari sila-sila Pancasila
itu. Sebagai suatu paham epistemologi, maka Pancasila mendasarkan pada
pandangannya bahwa ilmu pengetahuan tidak bebas nilai dalam upaya untuk
mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan yang mutlak dalam hidup manusia.
Epistemologi menyelidiki sumber, proses, syarat-syarat batas, validitas dan hakikat ilmu.
Epistemologi Pancasila secara mendasar meliputi nilai-nilai dan asas-asas. Epistimologi
adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber
pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat dan metode pengetahuan. Jadi, objek
material epistimologi adalah pengetahuan, sedangkan objek formalnya adalah hakikat
pengetahuan itu. Aspek estimologi merupakan aspek yang membahas tentang pengetahuan
filsafat. Aspek ini membahas bagaimana cara kita mencari pengetahuan dan seperti apa
pengetahuan tersebut. Dalam aspek epistemologi ini terdapat beberapa logika, yaitu: analogi,
silogisme, premis mayor, dan premis minor.
3. Aksiologi tidak dapat terlepas dari nilai-nilai karena aksiologi adalah ilmu yang
membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri, sehingga pembahasan
aksiologi juga menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya
pada tahap-tahap tertentu, ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral
suatu masyarakat. Maka dari itu, aksiologi Pancasila tidak dapat terlepas dari nilai-nilai.
Selain itu, aksiologi filsafat Pancasila pada hakekatnya membahas tentang nilai praktis
atau manfaat suatu pengetahuan tentang Pancasila. Karena sila-sila Pancasila sebagai
suatu sistem filsafat memiliki suatu kesatuan dasar aksiologis, sehingga nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila pada hakekatnya juga merupakan suatu kesatuan.
4. Pancasila secagai dasar filsafat negara Republik Indonesia memiliki susunan lima sila
yang merupakan suatu persatuan dan kesatuan serta mempunyai sifat dasar kesatuan
yang mutlak yaitu berupa sifat kodrat monodualis, sebagai makluk individu sekaligus
juga sebagai makluk sosial, serta kedudukannya sebagai makluk pribadi yang berdiri
sendiri juga sekaligus sebagai mahkluk Tuhan. Konsekuensinya segala aspek dalam
penyelenggaraan negara diliputi oleh nilai nilai Pancasila yang merupakan suatu
kesatuan yang utuh yang memiliki sifat dasar yang mutlak berupa sifat kodrat manusia
yang monodualis tersebut. Selain itu, Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai
filsafat hidup bangsa pada hakekatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat
sistematis, fundamental dan menyeluruh. Untuk itu sila-sila Pancasila merupakan suatu
nilai-nilai yang bersifat bulat dan utuh, hirarkis dan sistematis. Dalam pengertian ini
maka sila-sila Pancasila merupakan suatu sistem filsafat. Konsekuensinya kelima sila
bukan terpisah-pisah dan memiliki makna sendiri-sendiri, melainkan memiliki esensi
serta makna yang utuh. Kemudian seluruh nilai nilai Pancasila tersebut menjadi dasar
rangka dan jiwa bagi bangsa Indonesia. Hal ini berarti bahwa dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara harus dijabarkan dan bersumberkan pada nilai nilai Pancasila,
seperti bentuk negara, sifat negara, tujuan negara, tugas dan kewajiban negara dan warga
negara, sistem hukum negara, moral negara dan segala sapek penyelenggaraan negara
lainnya. Maka, jika memaknakan pancasila secara terpisah akan terjadi perbedaan
pemahaman serta akan terjadi perpecahan dan perbedaan pendapat tanpa tau dasarnya.
SILA 5
SILA 4
SILA 3
SILA 2
SILA 1
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa sila ke-1 (Ketuhanan Yang Maha Esa)
didahulukan dan merupakan sila dasar yang menjadi basis atau dasar serta saling mengisi
satu sama lain dan memberi bobot isi serta memberi kualitas bagi sila-sila yang lainnya
dimana Ketuhanan Yang Maha Esa juga merupakan Ketuhanan yang berkemanusiaan,
yang membangun, memelihara, dan mengembangkan persatuan Indonesia yang
berkerakyatan dan berkeadilan sosial, sehingga setiap sila dalam Pancasila menunjukan
hubungan atau keterkaitan satu dengan yang lainnya. Jadi, inti dari Pancasila yang
hirarkis pyramidal adalah setiap sila-sila yang ada di dalam Pancasila saling mengisi,
berhubungan, dan menjiwai sila-sila yang lainnnya, hal ini dijelaskan dalam uraian
berikut :
Sila pertama Pancasila mendasari dan menjiwai keempat sila lainnya
Sila kedua didasari sila pertama serta mendasari dan menjiwai sila ketiga, keempat
dan kelima
Sila ketiga didasari dan dijiwai sila pertama, kedua serta mendasari dan menjiwai
sila keempat dan kelima
Sila keempat didasari dan dijiwai sila pertama, kedua dan ketiga, serta mendasari
dan menjiwai sila kelima
Sila kelima didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga, dan keempat.