OLEH:
GROUP E
Anggota Kelompok:
Claris Fransiskan Bulu Kian (188114052)
Anastasia Bella C. (188114087)
Nurul Aulia Ningrum (198114071)
Nola Walmadani Malau (198114123)
Rina Pratiwi (198114134)
Eunike Queen K. Prananingtyas (198114146)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
A. Bentuk sediaan
Gel (jeli) merupakan sistem semi padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat
dari partikel anorganik kecil atau molekul organik besar, terpenetrasi oleh suatu
cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, gel
digolongkan sebagai sistem dua fase (misalnya Gel Aluminium Hidroksida). Dalam
sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar, massa gel
kadang-kadang dinyatakan sebagai magma (misalnya Magma Bentonit). Baik gel
maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semi padat jika dibiarkan dan
menjadi cair pada pengocokan. Sediaan harus dikocok dahulu sebelum digunakan
untuk menjamin homogenitas dan hal ini tertera pada etiket (lihat Suspensi).
Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar merata
dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul
makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul
sintetik (misalnya Karbomer) atau dari gom alam (misalnya Tragakan). Sediaan
tragakan disebut juga musilago. Walaupun gel-gel ini umumnya mengandung air,
etanol dan minyak dapat digunakan sebagai fase pembawa. Sebagai contoh, minyak
mineral dapat dikombinasi dengan resin polietilena untuk membentuk dasar salep
berminyak. Gel dapat digunakan untuk obat yang pemberiannya secara topikal atau
dimasukkan ke dalam lubang tubuh.
(Kemenkes RI, 2020).
C. Formulasi
No Bahan Formulasi
2 CMC Na 2%
4 Gliserin 15%
6 Aquadest Ad 60 ml
Organoleptik: berwarna putih hingga hampir putih, tidak berbau, tidak berasa
dan higroskopis setelah pengeringan.
Kelarutan: praktis tidak larut dalam aseton, etanol (95%), eter, dan toluena.
Mudah terdispersi dalam air.
Stabilitas: bersifat stabil meskipun higroskopis. Dalam kondisi kelembaban
tinggi dapat menyerap air dalam jumlah besar (> 50%).
Kompatibilitas: sangat tidak cocok dengan larutan asam dan garam terlarut dari
besi dan beberapa logam, seperti aluminium, merkuri, dan seng. Pengendapan
dapat terjadi pada pH <2, dan juga bila dicampur dengan etanol (95%).
C8H8O3
BM= 152.15
Organoleptik: kristal tak berwarna atau kristal putih bubuk, tidak berbau atau
hampir tidak berbau (Sheskey et al., 2017).
Kelarutan: sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon tetraklorida,
namun mudah larut dalam etanol dan eter (Kemenkes, 2020).
Stabilitas: stabil pada pH 3-6 namun tidak stabil pada pH 8. Harus disimpan
dalam wadah tertutup baik, sejuk, dan kering.
Inkompatibilitas: inkompatibel dengan polisorbat 80, bentonit, magnesium
trisilikat, bedak, tragacanth, natrium alginat, minyak esensial, sorbitol, dan
atropin, gula dan alkohol. Namun, kompatibel dengan propilen glikol (10%).
(Sheskey et al., 2017).
3. Gliserin
C3H8O3
BM= 92.09
Organoleptik: cairan bening, tidak berwarna, tidak berbau, kental, higroskopis,
memiliki rasa yang manis (Sheskey et al., 2017).
Kelarutan: dapat bercampur dengan etanol; sedikit larut dalam etil eter; tidak
larut dalam benzena, karbon tetraklorida, kloroform, karbon disulfida, petroleum
eter (Pubchem, 2021).
Stabilitas: bersifat higroskopis, tidak mudah teroksidasi, namun akan rusak pada
pemanasan dengan akrolein. Campurannya dengan air, etanol (95%), dan propilen
glikol stabil secara kimiawi. Harus disimpan dalam wadah kedap udara, di tempat
yang sejuk dan kering.
Inkompatibilitas: dapat meledak jika dicampur dengan oksidator kuat seperti
kromium trioksida, kalium klorat, atau kalium permanganate. Berubah warna
menjadi hitam jika terkena cahaya atau kontak dengan seng oksida atau bismut
nitrat.
(Sheskey et al., 2017).
4. Oleum Citrus
Organoleptik: cairan, kuning pucat atau kuning kehijauan, bau khas; rasa pedas
dan agak pahit.
Kelarutan: larut dalam 12 bagian volume etanol 90% P, larutan agak
beropalesensi; dapat bercampur dengan etanol.
Stabilitas: stabil dalam penyimpanan 90 hari pada suhu kamar
5. Aquadest
Organoleptik: cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Stabilitas: Lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar.
Inkompatibilitas: bahan yang mudah terhidrolisis, bereaksi dengan garam
anhidrat menjadi bentuk hidrat, material-material organik dan kalsium koloidal.
(Zebua et al., 2018).
Berdasarkan hal-hal di atas maka bahan tambahan tersebut dapat dikatakan
kompatibel dengan zat aktif yang terdapat pada seledri. Hal ini dikarenakan tidak
ditemukan sifat inkompatibel antara zat aktif dengan zat tambahan.
Ilyas, A., 2013. Kimia Organik Bahan Alam. Alauddin University Press, Makassar. pp.
73-93.
Jessica., 2012. Optimasi Formula Gel Hand Sanitizer Minyak Atsiri Jeruk Bergamot dengan
Kombinasi CMC Na dan Gliserin. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, Yogyakarta. hal 32.
Kristianingsih, I., Nurmalia, U., Pratama, N. S., & Kustiani, N. R., 2018. Gel Hand Sanitizer
Of Celery Leaves Apium graveolens Linn. as Antibacterial. Media Farmasi Indonesia,
13(1).
Opilia, T., Priyantono., Suharyani, I., 2016. Formulasi Minyak Atsiri Daun Sirih Hijau (Piper
bettle L.) dalam Sediaan Gel Pencuci Tangan. Jurnal Farmaku. 1(1), hal 24-31.
Sheskey, J.P., Cook, G.W., Cable, G.C., 2017. Handbook of Pharmaceutical Excipients,
Washington DC, Pharmaceutical Press.
Shu, M., 2013. Formulasi Sediaan Gel Hand Sanitizer dengan Bahan Aktif Triklosan 0,5%
dan 1%. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Surabaya. 2(1), hal 8.
Suwito, M. B., Wahyunitisari, M. R., & Umijati, S., 2017. Efektivitas Ekstrak Seledri (Apium
graveolens L. var. secalinum Alef.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus
mutans Sebagai Alternatif Obat Kumur. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 17(3), 159-
163.
Zebua, NF., Putra, ED, Harahap, U, dan Kaban, J. 2018. Durian Seed Utilization As A Base
Material Of Topical Gel. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research.
11(1), 174-177.
List Pertanyaan dan Jawaban
1. Apa keunggulan sediaan gel hand sanitizer klian dibandingkan sama sediaan hand sanitizer
lain yg udah ad di pasaran?
Jawaban:
Beberapa sediaan gel hand sanitizer yang beredar di pasaran merupakan sediaan yang
mengandung alkohol dimana penggunaan hand sanitizer menggunakan alkohol secara terus-
menerus dapat menyebabkan kulit menjadi kering karena alkohol dapat menyebabkan lapisan
emolien (berfungsi melembutkan dan menenangkan kulit) yang menumpuk di tangan
berkurang/menghilang dan menyebabkan tangan menjadi kasar dan kering. Sehingga dengan
adanya sediaan hand sanitizer berbahan alam ini dapat menggantikan penggunaan alkohol
sebagai antibakteri dan menghindari kulit tangan menjadi kering. Penggunaan alkohol dalam
sediaan antiseptik juga dirasa kurang aman terhadap kesehatan karena alkohol merupakan
pelarut organik yang dapat melarutkan lapisan lemak dan sebum pada kulit yang berfungsi
sebagai pelindung terhadap infeksi mikroorganisme. Selain itu, pemakaian alkohol secara
berulang menyebabkan iritasi pada kulit. Selain itu, penggunaan bahan tradisional memiliki
keuntungan dari segi bahan baku yang mudah diperoleh dan harga yang relatif terjangkau
Jawaban:
Identifikasi Flavonoid
Sebanyak 1 gram ekstrak etanol daun seledri dibasahkan dengan aseton, kemudian
ditambahkan sedikit asam borat P dan asam oksalat P, dipanaskan hati–hati di atas penangas
air dan dihindari pemanasan yang berlebihan. Residu yang diperoleh ditambahkan dengan 10
mL eter dan diamati dengan sinar ultraviolet 366 nm. Jika larutan berfluoresensi kuning
intensif dibawah sinar UV 366 nm menandakan adanya flavonoid dalam ekstrak etanol daun
seledri.
3. Daun seledri yg kita pakai tu ad kriteria dia harus pke yg masih muda atau sedang atau tua
gtu
Jawaban: