O
L
E
H
Kelompok 3
Nama : 1. Christine A. Ismael
3. Domita Y. Ado
6. Maria M. Correia
9. Stevanus Meok
2017/2018
Gerakan Revolusi Hijau dan Industrialisasi
A. Gerakan Revolusi Hijau
Revolusi hijau adalah revolusi produksi biji-bijian dari hasil penemuan-penemuan ilmiah
berupa benih unggul baru dari berbagai varietas gandum, padi dan jagung yang membuat hasil
panen komoditas tersebut meningkat atau merupakan perubahan secara cepat yang
menyangkut masalah pembaharuan teknologi pertanian dan peningkatan produksi pertanian
(perubahan cara bercocok tanam dari cara tradisional ke cara modern)
Gagasan tentang revolusi hijau bermula dari hasil penelitian dan tulisan Thomas Robert
Malthus (1766–1834). Menurut dia latar belakang munculnya revolusi Hijau adalah karena
munculnya masalah kemiskinan yang disebabkan karena pertumbuhan jumlah penduduk yang
sangat pesat tidak sebanding dengan peningkatan produksi pangan. Sehingga dilakukan
pengontrolan jumlah kelahiran dan meningkatkan usaha pencarian dan penelitian bibit unggul
dalam bidang Pertanian.
Selain itu, latar belakang munculnya revolusi hijau adalah sebagai berikut :
3. Adanya lahan tidur atau lahan tidur yang tidak dimanfaatkan oleh pemiliknya atau
orang lain
5. Adanya lahan yang rusak akibat tercemar oleh limbah atau terkena radiasi
Revolusi Hijau mulai dikenal sejak hasil penelitian Thomas Robert Malthus
menimbulkan kegemparan di Eropa dan Amerika. Akibatnya, muncul berbagai gerakan
pengendalian pertumbuhan penduduk dan usaha penelitian untuk meningkatkan produksi
pangan. Penelitian ini dilakukan di negara Meksiko, Filipina, India, dan Pakistan. Dan di
sponsori oleh lembaga Ford and Rockefeller Foundation. Pusat penelitian ini menghasilkan
suatu varietas baru yang biasa dikenal dengan IR-8 atau PB-8 dan hasilnya jauh melebihi
rata-rata hasil varietas lokal. Varietas tersebut adalah hasil persilangan genetik antara
varietas padi kerdil dari Taiwan yang bernama Dee Geowoogen dan varietas padi jangkung
dari Indonesia yang bernama Peta .
Pada tahun 1966 IR-8 mulai disebarkan ke Asia diikuti penyebaran IR-5 pada tahun
1967. Kemudian pada Tahun 1968 sebagian negara Asia termasuk Indonesia telah
melaksanakan penanaman padi jenis IR secara luas di masyarakat. Hingga pada tahun 1976
area sawah di Asia yang ditanami IR sudah mencapai 24 juta hektar.
Revolusi Hijau yang awalnya di terapkan oleh negara-negara di dunia terdiri atas empat
tahap, yaitu sebagai berikut ini :
a. Revolusi Hijau tahap pertama terjadi pada tahun 1500-1800 ketika kebanyakan hasil
pertanian (padi, jagung, gandum, kentang) disebar ke seluruh dunia.
b. Revolusi Hijau kedua terjadi di Eropa dan Amerika Utara pada tahun 1850-1950 yang
didasarkan pada penerapan hukum ilmiah terhadap produksi hasil pertanian melalui
penggunaan pupuk, irigasi, serta pemberantasan hama secara luas dan terkendali.
c. Revolusi Hijau yang ke tiga di negara maju sejak Perang Dunia II yaitu antara tahun
1939-1979 yang telah dilakukan melalui seleksi dan persilangan genetika agar
memperoleh varietas baru yang lebih unggul.
d. Revolusi Hijau tahap keempat merupakan kombinasi dari Revolusi Hijau tahap kedua
dan tahap ketiga yang ditujukan untuk negara berkembang. Pada tahun 1967 varietas
padi dan gandum jenis unggul dikembangkan di beberapa negara, seperti : India,
Filiphina, Turki, dan Pakistan dan Indonesia.
a) Zaman tanam paksa keanekaragaman tanaman yang dikembangkan adalah nila, kopi,
teh, tembakau , kayu manis, kapas dan lada.
d) Sesudah zaman kemerdekaan revolusi hijau di kembangkan lagi yaitu pertanian dan
perkebunan pemerintah ditata kembali , khususnya tanaman padi yang mendapatkan
perhatian khusus dengan mengusakan bibit unggulguna meningkatkan produksi
pangan.
e) Pada zaman Orde Baru Revolusi semakin digalakan lagi, dan dimasukan kedalam
Program Pembangunan Lima Tahun, terutama untuk lebih meningkatkan produksi hasil
pertanian pangan dan perkebunan, terutama produksi beras. Revolusi Hijau ini
dilaksanakan secara sistematis, terprogram, dan terus-menerus sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan
Indonesia mampu meningkatkan swasembada pangan yaitu penghasil beras sehingga
Presiden Soeharto mendapat penghargaan nobel.
Pelaksanaan Revolusi Hijau yang dilaksanakan pada masa Orde Baru, memiliki tujuan
untuk mengubah petani-petani gaya lama (peasant) menjadi petani-petani gaya baru
(farmers), memodernisasikan pertanian gaya lama guna memenuhi industrialisasi ekonomi
nasional. Revolusi hijau ditandai dengan semakin berkurangnya ketergantungan para petani
pada cuaca dan alam karena peningkatan peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
peningkatan produksi bahan makanan. Revolusi Hijau pada masa Orde Baru dilaksanakan
dengan cara :
Tumbuhan yang ditanam terspesialisasi atau yang dikenal dengan monokultur, yaitu
menanami lahan dengan satu jenis tumbuhan saja.
Pengembangan teknik kultur jaringan untuk memperoleh bibit unggul yang diharapkan
yang tahan terhadap serangan penyakit dan hanya cocok ditanam di lahan tertentu.
Pola pertanian berubah dari pola subsitensi menjadi pola kapital dan komersialisasi.
Intensifikasi Pertanian, di Indonesia dikenal dengan nama Panca Usaha Tani yang
meliputi :
c. Pemupukan
d. Irigasi
e. Pemberantasan Hama
Ekstensifikasi pertanian, yaitu memperluas lahan tanah yang dapat ditanami dengan
pembukaan lahan-lahan baru (misalnya mengubah lahan tandus menjadi lahan yang
dapat ditanami, membuka hutan, dsb).
Bagi kehidupan umat manusia, revolusi hijau dapat memberikan dampak positif dan
dampak negatif. Dampak positif revolusi hijau sebagai berikut :
Revolusi hijau memberikan pengaruh yang sangat positif dalam pengadaan bahan
pangan. Sejak tahun 1950 Indonesia telah masuk menjadi anggota FAO (Food
Agriculture Organization), dan Indonesia telah banyak mendapatkan bantuan dari FAO
dalam usaha pengembangan pertanian. Pada tahun 1988, Indonesia mendapat
penghargaan FAO karena telah berhasil mencapai swasembada pangan.
Dapat merangsang kesadaran petani dan masyarakat pada umumnya akan pentingnya
teknologi.
Merangsang dinamika ekonomi masyarakat, arena dengan hasil yang melimpah akan
melahirkan pertumbuhan ekonomi yang meningkat pula di masyarakat.
Selain dampak positif, pelaksanaan revolusi hijau juga berdampak negatif. Adapun
dampak negatif revolusi hijau adalah sebagai berikut :
Peningkatan produksi pangan tidak diikuti oleh pendapatan petani secara keseluruhan
karena penggunaan teknologi modern hanya dirasakan oleh petani kaya.
Ketergantungan pada pupuk kimia dan zat kimia pembasmi hama juga berdampak
tingginya biaya produksi yang harus ditanggung petani.
Sistem bagi hasil mengalami perubahan. Sistem panen secara bersama-sama pada
masa sebelumnya mulai digeser oleh sistem upah. Pembeli pemborong seluruh hasil
dan biasanya menggunakan sedikit tenaga kerja. Akibatnya, kesempatan kerja di
pedesaan menjadi berkurang.
Munculnya kesenjangan sosial antara petani kaya dan miskin akibat perbedaan
ekonomi.
Industrialisasi adalah kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk mengolah bahan mentah,
bahan baku, barang setengah jadi menjadi barang jadi yang mempunyai nilai lebih tinggi dalam
penggunaannya.
Pemerintah orde baru mengeluarkan UU No. 5 Tahun 1984 tentang industri. Secara garis
besar, industri dibedakan menjadi 2, yakni industri pertanian dan nonpertanian.
a. Industri Pertanian
Industri pertanian adalah suatu upaya untuk mengolah sumber daya hayati dengan
bantuan teknologi industri atau kegiatan industri yang berkaitan dengan bidang pertanian
dimana hasil industri itu akan menopang industri pertanian.
Industri pengolahan hasil perkebunan seperti industri minyak kelapa, industri barag-
barang karet dan sebagainya.
Industri pengolahan hasil perikanan seperti industri pengolahan udang, rumput laut,
ubur-ubur dan lain sebagainya.
Industri pengolahan hasil hutan seperti industri pengolahan kayu, pulp, kertas, rayon
dan rotan.
Industri pupuk, yaitu dengan memanfaatkan gas alam, serta eksploitasi sumber-
sumber yang baru.
b. Industri nonpertanian
Industri nonpertanian adalah industri di luar bidang pertanian yang merupakan suatu
kegiatan yang bersifat bisnis. Contohnya industri semen, baja, elektronika, pesawat
terbang, kapal laut, perakitan kendaraan bermotor dan sebagainya. Berbagai macam
industri telah didirikan untuk meningkatkan produksinya. Contohnya : Pabrik Semen di
Gresik, Padang, Cibinong, dan Ujung Pandang. Untuk memperkuat struktur industri
Indonesia yang masih lemah, mulai tahun 1984 pemerintah menyusun suatu langkah
strategis disebut “Peta Rangka Landasan” bidang industri dengan sistem “Pusat
Pertumbuhan Industri (Industrial Growth Center)” sebuah proyek percontohan di Lhok
Deumawe sebagai suatu wilayah terpadu dari pusat industri petrokimia, pupuk, urea,
semen, kertas, dan sebagainya. Upaya yang sama dilaksanakan di Palembang, Gresik,
Kupang, dan Kalimantan Timur.