Menelusuri Sejarah Industri Farmasi dan Tantanganya
Industri farmasi pertama kali berkembang di dunia saat perusahaan bernama Bayer menemukan Aspirin, dimana pada saat itu Felix Hoffam (1897) mencampurkan 2 atom ekstra C, 5 atom ekstra C dan 5 atom ekstra H ke dalam sari pati kulit kayu willow. Pada zaman Perang Dunia II banyak sekali obat-obatan yang ditemukan seperti hormon steroid, antipsikotika, TBC dan kontrasepsi. Selanjutnya industri farmasi terus berkembang ke berbagai negara. Di Asia Tenggara sendiri, industri farmasi telah ada sejak berdirinya NV. Chemicalien Rathkamp & Co tahun 1817 dan NV. Pharmaceutische Handel Vereneging J. Van Gorkom & Co tahun 1865. Selanjutnya industri farmasi terus berkembang sampai akhirnya masuk ke Indonesia dengan dibangunnya pabrik kina di Bandung tahun 1896 sebagai industri farmasi modern yang pertama di Indonesia. Selanjutnya pada tahun 1957-1959 pabrik Belanda yang memproduksikan pil kina dan pil iodium dinasionalisasikan oleh pemerintah Indonesia menjadi Kimia Farma dan tahun 1918 pabrik pembuatan salep dan kasa dinasionalisasikan juga menjadi PT Indofarma. Industri farmasi di Indonesia berkembang semakin baik ketika dikeluarkannya UU Penanaman Modal Asing (PMA) pada tahun 1967 dan UU Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada tahun 1968 sehingga membuat semakin banyak pabrik farmasi yang dibangun di Indonesia. Sampai saat ini jumlah industri farmasi yang ada di Indonesia yang telah memiliki sertifikat CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) berdasarkan data BPOM tahun 2018 adalah sebanyak 209 industri farmasi. Sampai saat ini, industri farmasi yang berkembang di Indonesia mengalami berbagai rintangan yang harus dihadapi, diantaranya industri farmasi masih belum bisa menyediakan obat secara merata dengan kualitas yang terjamin dan harga yang terjangkau. Selain itu, industri farmasi juga harus meningkatkan kualitasnya dalam memproduksi obat, dimana segala aspek produksi harus disesuaikan dengan CPOB sehingga obat-obatan yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih baik dan terhindar dari segala macam mikroba berbahaya yang dapat mencemari obat-obatan tersebut. Di era revolusi industri 4.0 seperti saat ini industri farmasi juga harus terus melakukan inovasi dalam hal pembuatan obat-obatan atau vaksin-vaksin untuk beberapa penyakit yang belum bisa disembuhkan. Hal ini sungguh menjadi tantangan industri farmasi Indonesia ke depannya, karena semakin banyak penyakit berbahaya yang dapat menyerang manusia dan semakin banyak penyakit yang sulit untuk disembuhkan. Selain itu, industri farmasi Indonesia harus berusaha untuk menggunakan bahan baku yang ada di dalam negeri untuk proses pembuatan dan pengembangan obat-obatan dan mengurangi bahan-bahan yang dimpor sehingga dapat meningkatkan daya saingnya dengan industri-industri farmasi di dunia.