Anda di halaman 1dari 8

(PW)

MONONUKLEAR
Mononuclear adalah sel-sel leukosit yang tidak bergranula. Fagosit mononuclear
merupakan sel-sel efektor yang penting pada imunitas innate dan adaptive. Sistem
mononuclear fagosit terdidir dari sel-sel yang memiliki garis keturunan yang sama
dan fungsi utamanya adalah fagositosis.
Mononuclear terdiri dari
1. Monosit
2. Makrofag

MONOSIT
1. regulator penting inflamasi
2. berdiameter 10-15 mikrometer
3. memiliki inti berbentuk kacang dan halus,
4. Sitoplasma mengandung lisosom, vakuola fagositosis, dan filamen sitoskeletal
5. Monosit berperan sebagai APC, mengenal, menyerang mikroba dan sel kanker dan
juga memperoduksi sitokin, mengerahkan pertahanan sebagai respon terhadap
infeksi.

Monosit juga merupakan jenis sel pertama yang masuk dalam darah perifer setelah
meninggalkan sumsum tulang dan berdiferensiasi tidak sempurna. Sel-sel dari system
fagosit mononuclear berasal dari sumsum tulang, beredar dalam darah, kemudian
matang dan menjadi aktif dalam berbagai jaringan.
Monosit dan makrofag mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi imunitas
tubuh. Perananya antara lain :
1. Mereson rangsangan kemotaktik dan bersifat fagositik, yang merupakan bagian dari
pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri dan jamur
2. Memfagositosis dan menghancurkan sel-sel tubuh yang mati dan sekarat
3. Menghadirkan antigen pada limfosit
4. Mensekresikan pembawa sinyal kimiawi yang dikenal sebagai sitokin, yang
mempengaruhi perilaku sel tubuh lainnya, termasuk sel-sel darah dan prekusornya.

Monosit selama hematopoiesis dalam sumsum tulang, sel progenitor granuloasit


(monosit) berdiferensiasi menjadi premonosit yang meninggalkan sumsum tulang dan
masuk dalam sirkulasi untuk selanjutnya berdiferensiasi menjadi monosit matang dan
berperan dalam berbagai fungsi. Monosit adalah fagosit yang didistribusikan secara luas
sekali di organ limfoit dan organ lainnya.
MAKROFAG
Makrofag adalah monosit-monosit yang menetap di jaringan sel-sel dan kemudian
menjadi matang yang pada dasarnya diproduksi di sumsum tulang belakang dari sel induk
mieloid.
 Makrofag memiliki bentuk morfologi yang berbeda setelah aktivasi oleh
rangsangan eksternal, seperti mikroba.
 Makrofag dapat hidup lama, mempunyai beberapa granul dan melepas berbagai
bahan, antara lain lisozim, komplemen, interferon dan sitokin yang semuanya
memberikan kontribusi dalam pertahanan nonspesifik dan spesifik.
 Makrofag diaktifkan oleh berbagai rangsangan, dapat menangkap, memakan dan
mencerna antigen eksogen, seluruh mikroorganisme, partikel tidak larut dan
bahan endogen seperti sel pejamu yang cedera atau mati.

Menurut fungsinya, makrofag dibagi menjadi 2 golongan yaitu :


1. Sebagai fagosit professional : menghancurkan antigen dalam fagolisosom dan juga
melepaskan berbagai enzim dan isinya keluar sel Bersama dengan sitokinin yang
dapat membunuh organisme pathogen.
2. Sebagai APC (Antigen Presenting Cell) : menyajikan antigen kepada limfosit

(CLARIS)
Polimorfonuklear
1. Fagosit polimorfonuklear atau polimorf/granulosit dibentuk dalam sumsum tulang
dengan kecepatan 8 juta/menit dan hidup selama 2-3 hari, sedangkan monosit atau
makrofag dapat hidup untuk beberapa bulan sampai tahun
2. Granulosit merupakan sekitar 60-70 % dari seluruh jumlah sel darah putih normal
dan dapat keluar dari pembuluh darah.
3. Granulosit dibagi menurut pewarnaan histologic menjadi neutrophil, eosinophil
dan basophil.

Sel-sel tersebut Bersama dengan antibody dan komplemen berperan pada inflamasi akut.
Fungsi utama neutrophil adalah fagositosis. Jumlah polimorf yang menurun sering
disertai dengan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi. Berbagai ciri dan molekul
permukaan ditemukan pada granulosit seperti neutrophil, eosinophil, dan basophil.

1. Neutrofil
1. Sel darah putih jenis neutrophil ialah sel yang memiliki jumlah persentase sekitar
50-60 % dalam darah.
2. Neutrophil mempunyai 3 inti sel.
3. Memiliki ukuran kurang lebih 8 mm
4. Memiliki waktu hidup antara 6-20 jam
5. Sel ini berperan sebagai barrier (pertahanan) dalam merespon reaksi alergi di
dalam tubuh. Sel neutrophil memiliki sifat fagosit sehingga mampu menyerang
dengan respiratori yang menggunakan berbagai zat kimia (bahan pengoksidasi
kuat) seperti hydrogen peroksida, radikal bebas, dan hipoklorit.
6. Neutrophil membunuh kuman pathogen melalui proses fagositosis, degranulasi,
dan pembentukan NETs (neutrophil extracellular traps) yang berupa jarring-
jaring untuk menangkap bakteri yang terbentuk dari komponen intraseluler seperti
DNA, histon, dan enzim proteolitik
7. Neutrophil juga berperan dalam proses inflamasi, dan akan meningkat apabila
agen inflamasi semakin banyak. 

Neutrophil merupakan sel utama pada inflamasi dini bermiograsi ke jaringan dan
puncaknya terjadi pada 6 jam pertama. Untuk memenuhi permintaan tersebut,
diperlukan produksi neutrophil dalam sumsum tulang. Orang dewasa normal
memproduksi lebih dari 1010 neutrofil/hari tetapi pada inflamasi dapat meningkat
sampai 10 kali lipat.

Pada inflamasi akut, neutrophil dalam sirkulasi dapat meningkat dengan segera
dari 5.000/microliter sampai 30.000 mikroliter. Peningkatan tersebut disebabkan oleh
migrasi neutrophil ke sirkulasi yang berasal dari sumsum tulang dan persediaan
marginal intravaskuler (demarjinasi). Pada keadaan noninflamasi tanpa adanya
sitokin, atau agen proinfalamsiumur neutrophil terbatas karena adanya mekanisme
spoptosis spontan. Neutrophil berimigrasi melalui pembuluh darah, kemudian melalui
jaringan interstitial, ditargetkan oleh sinyal kimia. Neutrophil berpindah dari plasma
menuju daerah radang melalui diapedesis sel karena adanya sinyal-sinyal kimia yang
dihasilkan oleh mikroorganisme. Kepekaan neutrophil terhadap rangsangan kimia
tersebut menyebabkan neutrophil yang paling dahulu sampai di daerah inflamasi.
Urutan yang dialami sel neutrophil

Neutrophil bergerak ke tepi pembuluh darah-melekat pada dinding pembuluh


darah-keluar dari pembuluh darah-menelan bakteri dan debris jaringan (fagositosis).
seperti myoleperoksidase, elastase dan cathepsin G. pada saat terjadi infeksi bakteri,
neutrophil yang terbentuk akan teraktifasi dan segera menuju focus infeksi maupun
inflamasi.
2. Eosinofil
Eosinophil merupakan 2-5% dari sel darah putih orang sehat tanpa alergi. Seperti
neutofil,eosinophil, juga dapat berfungi sebagai fagosit. eosinofil dapat pula
dirangsang untuk degranulasi seperti halnya dengan sel mast dan basophil serta
melepas mediator. Eosinophil mengandung berbagai granul seperti MBP,ECP,EDN,
dan EPO yang bersifak toksik dan bila dilepas dapat menghancurkan sel sasaran.
Eosinofil juga berperan pada imunitas parasit dan memiliki berbagai reseptor antara
lain untuk IgE seperti halnya dengan sel mast dengan afinitas kuat. Fungsi utama
eosinofil adalah melawan infeksi parasit dan dapat juga memakan kompleks antigen
antibody. Eosinofil merupakan granulosit multifungsional yang berperan dalam
proses alergi dan juga membunuh infeksi bakteri atau virus. Eosinofil melepaskan
chemokinesisdan cytokinesis untuk menarik leukosit lain ke tempat infeksi.

Mekanisme eosinofil melawan bakteri :

Eosinofil merupakan leukosit bergranula yang berawal dari sumsum tulang. Sel
tersebut dinamakan eosinofil karena granulanya berisi basa protein arginin dalam
jumlah besar, dan pada pewarnaan eosin yang bersifat asam akan berwarna orange
terang. Hanya sedikit eosinofil yang ditemukan dalam sirkulasi darah. Sebagaian
besar eosinofil ditemukan pada jaringan ikat saluran pernapasan, usus, dan epitelium
urogenital. Eosinofil memiliki dua fungsi efektor :
1. Pada keadaan teraktivasi eosinofil melepas radikal bebas dan protein bergranula
yang sangat toksit yang dapat membunuh mikroorganisme dan parasite. Namun
pada reaksi alergi substansi tersebut juga dapat menimbulkan kerusakan jaringan
yang signifikan.
2. Kedua, aktivasi eosinofil juga menginduksi sintesis mediator kimia seperti
prostaglandin, leukotrin, dan sitokin. Mediator kimia ini dapat meningkatkan
respon inflamasi dengan cara mengaktifkan sel epitel serta merekrut dan
mengaktifkan leukosit dan eosinofil dalam jumlah yang besar .
Sel Basofil
Jumlah sel basophil yang ditemukan dalam sirkulasi darah sangat sedikit, yaitu <0,5 % dari
seluruh sel darah putih. Basophil diduga juga dapat berfungsi sebagai fagosit, tetapi yang jelas
sel tersebut melepas mediator inflamasi. Sel mast adalah sel yang dalam struktur, fungsi dan
proliferasinya serupa dengan basofil. Bedanya adalah sel mast hanya ditemukan dalam jaringan
yang berhubungan dengan pembuluh darah dan basofil dalam darah. Baik sel mast maupun
basofil melepas bahan-bahan yang mempunyai aktivitas biologik, antara lain meningkatkan
permeabilitas vascular, respon inflamasi dan mengerutkan otot polos bronkus. Granul-granul di
dalam kedua sel tersebut mengandung histamin, heparin, leukotrin, dan ECF. Degranulasi dipcu
antara lain oleh ikatan antara antigen dan IgE pada permukaan sel. Peningkatan IgE ditemukan
pada reaksi dan penyakit alergi. Dilain pihak peningkatan kadar IgE sering dihubungkan dengan
imunitas terhadap parasite. Basofil dan sel mas yang diaktifkan juga melepas berbagai sitokin.
Sel mast memiliki reseptor untuk IgE dan karenanya dapat diaktifkan oleh allergen yang spesifik.
Selain pada reaksi alergi sel mast juga berperan dalam pertahanan pejamu, imunitas terhadap
parasite dalam usus dan invasi bakteeri. Jumlahnya menurun pada sindrom imunodefisiensi. Ada
dua macam sel mast yaitu terbanyak sel mast jaringan dan sel mast mukosa. Yang pertama
ditemukan sekitar pembuluh darah dan mengandung sejumlah histamin dan heparin. Penglepasan
mediator tersebut dihambat kromoglikat yang mencegah influks kalsium ke dalam sel. Sel mast
golongan kedua ditemukan di saluran cerna dan napas.

(AGATHA)
Sel NK (Natural Killer)
Sel NK berkembang dari sel asal progenitor yang sama dari sel B dan sel T , namun bukan sel
progenitor sel B dan sel T. Istilah NK berasal dari kemampuannya yang dapat membunuh
berbagai sel tanpa bantuan tambahan untuk aktifasinya. Sel NK tidak memiiki pertanda sel B
atau sel T atau immunoglobulin permukaan. Sel NK terdapat baik dalam jaringan terutama dalam
jaringan limpa atau limforetikuler maupun sirkulasi. Sel ini merupakan bagian utama dari
pertahanan tubuh baik dari tumor dan infeksi virus ciri-cirinya :
1. Memiliki banyak sekali sitoplasma
2. Memiliki Granul sitoplasma azurofilik
3. Pseudopia dan nucleus eksentris bila diaktifkan berkembang menjadi sel limfosit dengan
granul besar. Oleh karena itu sel NK sering disebut juga LGL (Large Granule
Lymphocytes).

Sel Mast
Sel mast adalah sel yang dalam struktur, fungsi dan proliferasinya serupa dengan basofil .
Bedanya adalah sel mast hanya ditemukan dalam jaringan yang berhubungan dengan pembuluh
darah dan basofil dalam darah.
Sel mast melepaskan bahan-bahan yang mempunyai aktivitas biologic, antara lain meningkatkan
permeabilitas vascular, respon inflamasi dan mengerutkan otot polos bronkus.
Sel mast memiliki reseptor untuk IgE dan karenanya dapat diaktifkan oleh allergen yang spesifik
(berperan dalam reaksi alergi)
Sel mast berperan juga dalam pertahanan pejamu, imunitas terhadap parasite dalam usus dan
invasi bakteri.
Ada dua macam sel mast :
1. Sel mast jaringan : ditemukan sekitar pembuluh darah dan mengandung sejumlah
histamin dan heparin
2. Sel mast mukosa : ditemukan di saluran cerna dan napas

(CLARIS)
1. Fagosit
Fagositosis adalah proses penelanan dan penghancuran mikroorganisme dan benda asing
yang masuk ke dalam tubuh oleh sel-sel fagosit polimorfonuklear/neutrophil maupun sel
fagosit mononuclear yaitu monosit (makrofag). Agar terjadi fagositosis maka sel-sel
fagosit harus berada dalam jarak sangat dekat dengan partikel bakteri, sehingga partikel
tersebut menempel pada permukaan sel fagosit. Untuk mencapai hal ini maka fagosit
harus bergerak menuju terget melalui proses kemotaksis.

Proses fagositosis adalah sebagai berikut:


1. Pengenalan (recognition), yaitu proses dimana mikroorganisme/partikel asing
‘terdeteksi’ oleh sel-sel fagosit.
2. Pergerakan (chemotaxis); setelah suatu partikel mikroorganisme dikenali, maka sel
fagosit akan bergerak menuju partikel tersebut. Proses ini sebenarnya belum dapat
dijelaskan, akan tetapi kemungkinan adalah karena bakteri/mikroorganisme mengeluarkan
semacam zat chemo-attract seperti kemokin yang dapat ‘memikat’ sel hidup seperti fagosit
untuk menghampirinya.
3. Perlekatan (adhesion); setelah sel fagosit bergerak menuju partikel asing, partikel
tersebut akan melekat dengan reseptor pada membran sel fagosit. Proses ini akan dipemudah
apabila mikroorganisme tersebut berlekatan dengan mediator komplemen seperti opsonin
yang dihasilkan komplemen C3b di dalam plasma (opsonisasi).
4. Penelanan (ingestion); ketika partikel asing telah berikatan dengan reseptor di membran
plasma sel fagosit, seketika membran sel fagosit tersebut akan menyelubungi seluruh
permukaan partikel asing dan menelannya ‘hidup-hidup’ ke dalam sitoplasma. Sekali telan,
partikel tersebut akan masuk ke sitoplasma di dalam sebuah gelembung mirip vakuola yang
disebut fagosom.
5. Pencernaan (digestion); fagosom yang berisi partikel asing di dalam sitoplasma sel
fagosit, dengan segera mengundang kedatangan lisosom. Lisosom yang berisi enzim-enzim
penghancur seperti acid hydrolase dan peroksidase, berfusi dengna fagosom membentuk
fagolisosom. Enzim-enzim tersebut pun tumpah ke dalam fagosom dan mencerna seluruh
permukaan partikel asing hingga hancur berkeping-keping. Sebagian epitop/ bagian dari
partikel asing tersebut, akan berikatan dengan sebuah molekul kompleks yang bertugas
mempresentasikan epitop tersebut ke permukaan, molekul ini dikenal dengan MHC (major
histocompatibility complex) untuk dikenali oleh sistem imunitas spesifik.
6. Pengeluaran (releasing); produk sisa partikel asing yang tidak dicerna akan dikeluarkan
oleh sel fagosit.

Struktur Antibodi
1. Tempat perlekatan antigen
2. Dua Rantai Ringan (Light Chain) /L: subunit molekul dari rantai polipeptida pendek yang
berfungsi sebagai daerah pengikatan antigen dan Dua Rantai Berat (Heavy Chain)/ H :
subunit imonoglobulin dengan rantai polipeptida yang Panjang, dimana saat berpasangan
dengan rantai L akan membentuk molekul immunoglobulin.
3. Variabel portion (V) : bagian yang memiliki keragaman berbeda dari tiap
immunoglobulin dan constant portion (C) : daerah yang hampir sama pada setiap
immunoglobulin
4. Ikatan disulfide : menghubungkan rantai-rantai pada polipeptida

   Imunoglobulin G ( Ig G) disebut juga rantai – γ (gamma)


Tiap molekul IgG terdiri atas dua rantai L dan dua rantai H yang dihubungkan oleh ikatan disulfida
(rumus molekul H2L2). Oleh karena itu imunoglobulin ini mempunyai dua tempat pengikatan antigen
yang identik, meka disebut divalen.
 

Imunoglobulin A ( Ig A) disebut juga rantai –α (alpha).


 

Merupakan imunoglobulin utama pada hasil sekresi misalnya susu, saliva dan air mata serta sekresi
traktus respiratorius, intestinal dan genital. Imunoglobulin inimelindungi membran mukosa dari
serangan bakteri dan virus. Tiap molekul IgA terdiri atas dua unit H 2L2 dan satu molekul terdidi atas
rantai J dan komponen sekresi, molekul yang disebut terakhir merupakan protein yang diturunkan dari
celah reseptor poli-Ig

Imunoglobulin M ( Ig M) disebut juga rantai –µ (mu)


  

IgM terdiri dari pentamer unit monomerik dengan rantai μ dan C H. Molekul monomer dihubungkan satu
dengan lainnya dengan ikatan disulfida pada domain CH4 menyerupai gelang dan tiap monomer
dihubungkan satu dengan lain pada ujung permulaan dan akhirnya oleh protein J yang berfungsi sebagai
kunci.

Imunoglobulin D ( Ig D) disebut juga rantai –δ (delta)


  

Imunoglobulin ini tidak mengaktifkan system komplemen dan tidak dapat menembus plasenta.
IgD terutama ditemukan pada permukaan sel B, yang kemungkinan berfungsi sebagai suatu
reseptor antigen yang diperlukan untuk memulai diferensiasi sel-sel B menjadi plasma dan sel B
memori. Ini juga terjadi pada beberapa sel leukemia limfatik. Di dalam serum immunoglobulin ini hanya
terdapat dalam jumlah sedikit.
    

Imunoglobulin E ( Ig E) disebut juga rantai –ε (epsilon)


Dihasilkan pada saat respon alergi seperti asma dan biduran. Peranan IgE belum terlalu jelas. Di
dalam serum, konsentrasinya sangat rendah, tetapi kadarnya akan naik jika terkena infeksi parasit
tertentu, terutama yang disebabkan oleh cacing.

Anda mungkin juga menyukai