Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Ir. Suntoro, M.S.
Di susun oleh :
Henry Setiawan H0223060
Permasalahan
a. Sejarah Pertanian Zaman pra Sejarah
b. Sejarah Pertanian Masa Pejajahan
c. Sejarah Pertanian Revolusi Hijau
d. Sejarah Pertanian Setelah Kemerdekaan
BAB II
Pembahasan
Berdasarkan bukti dari artefak, para prasejarah kini sepakat bahwa praktik pertanian
pertama kali dimulai di “Bulan Sabit Subur” Mesopotamia sekitar 8000 SM. Dahulu kawasan ini
lebih hijau dibandingkan sekarang. Menurut sebuah penelitian, 32 dari 56 biji-bijian yang
dibudidayakan berasal dari wilayah ini. Menurut Nikolai Vavilov, kawasan ini juga merupakan
salah satu pusat keanekaragaman (center of origin) tanaman budidaya. Spesies tanaman pertama
yang ditanam di sini adalah gandum, barley (barley), kacang-kacangan (peas), buncis (chickpeas)
dan rami (Linum usitatissimum).
Berakhirnya Zaman Es sekitar 11.000 SM menghangatkan bumi dan mengalami musim
kemarau yang lebih panjang. Kondisi ini mendukung pertumbuhan tanaman tahunan, yang
menghasilkan hasil dalam waktu yang relatif singkat dan dapat disimpan benih atau umbinya.
Persediaan benih dan kacang-kacangan yang cukup pertama kali muncul untuk pemukiman
karena kegiatan berburu dan meramu tidak perlu dilakukan terus-menerus.Berbagai teori dan
hipotesis bermunculan tentang bagaimana manusia bertransisi dari budaya berburu ke budaya
bertani.Hipotesis Oasis dikemukakan oleh Raphael Pumpelly pada tahun 1908 dan dipopulerkan
oleh Vere Gordon Childe yang merangkumnya dalam bukunya Man Makes Himself. Hipotesis
menyatakan bahwa ketika iklim mengering, kelompok populasi menyusut dan menjadi oasis dan
sumber air lainnya serta hewan lainnya. Domestikasi hewan terjadi bersamaan dengan budidaya
benih tanaman.Hipotesis Hilly Flanks, yang diajukan oleh Robert Braidwood pada tahun 1948,
menyatakan bahwa pertanian dimulai di lereng Pegunungan Taurus dan Zagros dan berkembang
dari pengumpulan biji-bijian di wilayah tersebut.Hipotesis makan malam dikembangkan oleh
Brian Hayden, yang berpendapat bahwa pertanian didorong oleh keinginan untuk berkuasa dan
memerlukan pesta makan malam besar untuk menarik perhatian dan rasa hormat masyarakat. Itu
membutuhkan banyak makanan.Teori demografi dikembangkan oleh Carl Saul pada tahun 1952
dan diadaptasi oleh Lewis Binford dan Kent Flannery. Mereka menjelaskan bahwa peningkatan
populasi akan membawa lingkungan mendekati kapasitas pasokannya, sehingga memerlukan
lebih banyak makanan daripada yang dapat ditampungnya. Berbagai faktor sosial dan ekonomi
juga mendorong keinginan untuk mendapatkan lebih banyak pangan.Hipotesis evolusi David
Lindos menyatakan bahwa pertanian merupakan adaptasi evolusioner antara tumbuhan dan
manusia. Berawal dari perlindungan spesies liar, manusia melakukan inovasi cara bertani sesuai
lokasi, sehingga terjadilah domestikasi.
Sejarah Pertanian Indonesia Sebelum dijajah oleh Belanda, pertanian negara Indonesia
adalah cara pertanian menanam padi dengan menggunakan sistem irigasi yang berasal dari
metode permakultur yang digunakan oleh para petani Jawa secara turun-temurun. Saat ini kita
dapat menemukan berbagai sistem pertanian di Indonesia yang bertujuan untuk memanfaatkan
teknik yang tepat dan membudidayakan tanaman, termasuk perkebunan, ladang, dan kebun.
Salah satu cara peralihan dari tahap pengumpulan ke tahap penanaman disebut sistem lapangan.
Lapisan humus dan pengolahan tanah yang minimal menentukan produktivitas tanaman.
Tanaman yang ditanam sebagian besar merupakan tanaman pangan seperti jagung, umbi-umbian
dan padi. Pola Tegal Pekarangan dikembangkan pada lahan kering yang jauh dari sumber air.
Setelah warga menetap, melalui pengelolaan komposisinya terbentuk pola pekarangan beririgasi,
dan tanaman yang ditanam semuanya merupakan tanaman dan jenis pohon tahan kekeringan.
Metode sawah merupakan metode yang baik untuk mengolah tanah dan mengolah sumber air,
yang dapat mencapai stabilitas biologis yang tinggi dan menjaga kesuburan tanah. Sawah
mempunyai potensi yang besar untuk menghasilkan bahan pangan seperti padi dan palawija.
Sistem perkebunan yang ada saat ini, termasuk perkebunan swasta dan masyarakat serta
perusahaan milik negara, menanam tanaman untuk diekspor termasuk kopi, teh, karet, kelapa
sawit, coklat dan cengkeh. Pertanian di Indonesia dimulai pada abad ke-19 1811-1816 dengan
kedatangan Raffles, diperkenalkannya sistem pajak tanah dan sistem kepemilikan tanah
pedesaan.
Berikut keadaan pertanian di Indonesia pada tahun 1830 hingga saat ini, yang akan dibagi
menjadi beberapa kelompok tahun: Pertanian di Indonesia tahun 1830-1870 Pada masa ini terjadi
era tanam paksa (cultur stelsel) dimana setiap desa berada pada masa yang sama. diwajibkan
menyisihkan 20% lahan untuk menanam komoditas ekspor yaitu tebu, kopi, dan nila. Hasil
panen ekspor ini dijual kepada Belanda dengan harga tetap, dan seluruh produksi pertanian
diserahkan kepada Belanda, sedangkan penduduk desa yang tidak memiliki tanah diharuskan
bekerja 75 hari (20%) per tahun di kebun milik pemerintah. Pada tahun 1870 lahirlah hukum
pertanahan kolonial yang tertuang dalam Agrarische Wet 1870. Dalam undang-undang ini, hak
Erfpacht dijamin selama 75 tahun dan pemegang hak dijamin untuk menggunakan hak Eigendom
dan diberi kesempatan untuk menggunakan tanahnya sebagai hak atas tanah. jaminan kredit.
Pertanian di Indonesia sebelum Kemerdekaan 1900-1945 Pusat Penelitian Pertanian
(Algemeen Proefstation voorden Landbouw) didirikan pada tahun 1918, kemudian berganti
nama menjadi Badan Penelitian Pertanian pada tahun 1949, dan kemudian menjadi Stasiun
Percobaan Pertanian Terpadu (Algemeen Proefstation) voor den pada tahun 1952 Landbouw).
Berubah nama menjadi Balai Besar Penelitian Pertanian pada tahun 1966, Balai Penelitian
Botani (Balittan) Bogor pada tahun 1980, Pusat Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan
(Balitbio) pada tahun 1994, dan Pusat Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik
Pertanian (Balitbiogen) pada tahun 2002 dan pada tahun 2003 berubah nama menjadi Pusat
Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB-Biogen).
Revolusi Hijau merupakan reformasi sistem pertanian global yang terjadi pada tahun
1950an dan 1960an. Revolusi Hijau bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pangan dengan
mengubah pertanian tradisional menjadi pertanian modern. Strategi Revolusi Hijau memang
telah mampu meningkatkan produksi pangan dan mengatasi krisis kelaparan di seluruh dunia,
namun kini umat manusia harus menanggung dampak buruk dari Revolusi Hijau, seperti
punahnya keanekaragaman hayati, degradasi ekosistem, dan perubahan iklim.
Revolusi Hijau dimulai oleh ahli agronomi Norman Borlaug, yang pada tahun 1940-an
berhasil mengembangkan benih gandum varietas baru, yang kemudian ia tanam di Meksiko.
Tidak hanya itu, Norman Borlaug menganjurkan penggunaan pupuk kimia dan sistem irigasi
modern. Dalam dua dekade, Meksiko, yang awalnya merupakan importir gandum,
menggandakan produksi gandumnya, menjadi swasembada, dan menjadi eksportir
gandum.Revolusi hijau juga mulai diterapkan di negara-negara seperti India, Pakistan, Turki, dan
india
Program Revolusi Hijau Indonesia dimulai pada era Orde Baru melalui program Bimas
(Pembinaan Massal) dan Panca untuk mendorong petani agar (1) menggunakan benih yang
berkualitas (2) memupuk (3) menghilangkan hama dan penyakit (4) mengairi dan (5) perbaikan
tanaman. Program Pendampingan Masyarakat kemudian berkembang menjadi program
Intensifikasi Masif (Inmas). Melalui program Inmas ini, pemerintah mengeluarkan kebijakan
subsidi benih berkualitas, pupuk, pestisida dan teknologi lainnya. Indonesia telah mampu
mencapai swasembada beras sejak diterapkannya program Revolusi Hijau di Indonesia.
KESIMPULAN
Pertanian telah dilakukan sejak zaman dahulu, bahkan pada zaman prasejarah. Pertanian
sudah ada sejak dahulu kala, dalam perkembangannya generasi muda kita harus mampu
mengembangkan sistem pertanian, menjadikan pertanian lebih modern, dan mampu
menghasilkan produk yang lebih baik untuk kita olah sebagai bahan baku pangan. - Teknik
pertanian tebang-bakar. Selain itu, telah berkembang menjadi sistem pertanian tradisional yang
menggunakan pupuk organik sebagai pengganti pupuk kimia dan pestisida. Sistem pertanian
tradisional kemudian berkembang menjadi sistem pertanian konvensional yaitu penggunaan
pupuk kimia dan pestisida.
Daftar Pustaka
https://www.studocu.com/id/document/universitas-muhammadiyah-malang/pengantar-ilmu-
pertanian/sejarah-pertanian-di-indonesia/31467237
https://greeneration.org/publication/green-info/sejarah-revolusi-hijau-dan-dampaknya-hingga-
saat-ini/#:~:text=Revolusi%20hijau%20adalah%20reformasi%20sistem,pertanian%20tradisional
%20menjadi%20pertanian%20modern
.