Anda di halaman 1dari 62

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk

menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola
lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian
biasa dipahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (bahasa Inggris: crop
cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa
pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti
pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau
eksploitasi hutan.

Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup pertanian,
namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial
sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor -
sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas
ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun
2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk
meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto.

Kelompok ilmu-ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu pendukungnya.


Karena pertanian selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung, seperti ilmu
tanah, meteorologi, teknik pertanian, biokimia, dan statistika juga dipelajari dalam pertanian.
Usaha tani (farming) adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan
yang dilakukan dalam budidaya. "Petani" adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan
usaha tani, sebagai contoh "petani tembakau" atau "petani ikan". Pelaku budidaya hewan ternak
(livestock) secara khusus disebut sebagai peternak.

Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan
makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk kepentingan manusia. Dalam
arti sempit, pertanian diartikan sebagai kegiatan pembudidayaan tanaman.

Usaha pertanian diberi nama khusus untuk subjek usaha tani tertentu. Kehutanan adalah usaha
tani dengan subjek tumbuhan (biasanya pohon) dan diusahakan pada lahan yang setengah liar
atau liar (hutan). Peternakan menggunakan subjek hewan darat kering (khususnya semua
vertebrata kecuali ikan dan amfibia) atau serangga (misalnya lebah). Perikanan memiliki subjek
hewan perairan (termasuk amfibia dan semua non-vertebrata air). Suatu usaha pertanian dapat
melibatkan berbagai subjek ini bersama-sama dengan alasan efisiensi dan peningkatan
keuntungan. Pertimbangan akan kelestarian lingkungan mengakibatkan aspek-aspek konservasi
sumber daya alam juga menjadi bagian dalam usaha pertanian.

Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-
dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit, metode
budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan produk, dan
pemasaran. Apabila seorang petani memandang semua aspek ini dengan pertimbangan efisiensi
untuk mencapai keuntungan maksimal maka ia melakukan pertanian intensif (intensive farming).
Usaha pertanian yang dipandang dengan cara ini dikenal sebagai agribisnis. Program dan
kebijakan yang mengarahkan usaha pertanian ke cara pandang demikian dikenal sebagai
intensifikasi. Karena pertanian industri selalu menerapkan pertanian intensif, keduanya sering
kali disamakan.

Sisi pertanian industrial yang memperhatikan lingkungannya adalah pertanian berkelanjutan


(sustainable agriculture). Pertanian berkelanjutan, dikenal juga dengan variasinya seperti
pertanian organik atau permakultur, memasukkan aspek kelestarian daya dukung lahan maupun
lingkungan dan pengetahuan lokal sebagai faktor penting dalam perhitungan efisiensinya.
Akibatnya, pertanian berkelanjutan biasanya memberikan hasil yang lebih rendah daripada
pertanian industrial.

Pertanian modern masa kini biasanya menerapkan sebagian komponen dari kedua kutub
"ideologi" pertanian yang disebutkan di atas. Selain keduanya, dikenal pula bentuk pertanian
ekstensif (pertanian masukan rendah) yang dalam bentuk paling ekstrem dan tradisional akan
berbentuk pertanian subsisten, yaitu hanya dilakukan tanpa motif bisnis dan semata hanya untuk
memenuhi kebutuhan sendiri atau komunitasnya.

Sebagai suatu usaha, pertanian memiliki dua ciri penting: selalu melibatkan barang dalam
volume besar dan proses produksi memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul
karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan
ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk
pertanian modern (misalnya budidaya alga, hidroponik) telah dapat mengurangi ciri-ciri ini tetapi
sebagian besar usaha pertanian dunia masih tetap demikian.

Sejarah singkat pertanian dunia

Domestikasi anjing diduga telah dilakukan bahkan pada saat manusia belum mengenal budidaya
(masyarakat berburu dan peramu) dan merupakan kegiatan pemeliharaan dan pembudidayaan
hewan yang pertama kali. Selain itu, praktik pemanfaatan hutan sebagai sumber bahan pangan
diketahui sebagai agroekosistem yang tertua. Pemanfaatan hutan sebagai kebun diawali dengan
kebudayaan berbasis hutan di sekitar sungai. Secara bertahap manusia mengidentifikasi
pepohonan dan semak yang bermanfaat. Hingga akhirnya seleksi buatan oleh manusia terjadi
dengan menyingkirkan spesies dan varietas yang buruk dan memilih yang baik.

Kegiatan pertanian (budidaya tanaman dan ternak) merupakan salah satu kegiatan yang paling
awal dikenal peradaban manusia dan mengubah total bentuk kebudayaan. Para ahli prasejarah
umumnya bersepakat bahwa pertanian pertama kali berkembang sekitar 12.000 tahun yang lalu
dari kebudayaan di daerah "bulan sabit yang subur" di Timur Tengah, yang meliputi daerah
lembah Sungai Tigris dan Eufrat terus memanjang ke barat hingga daerah Suriah dan Yordania
sekarang. Bukti-bukti yang pertama kali dijumpai menunjukkan adanya budidaya tanaman biji-
bijian (serealia, terutama gandum kuna seperti emmer) dan polong-polongan di daerah tersebut.
Pada saat itu, 2000 tahun setelah berakhirnya Zaman Es terakhir di era Pleistosen, di dearah ini
banyak dijumpai hutan dan padang yang sangat cocok bagi mulainya pertanian. Pertanian telah
dikenal oleh masyarakat yang telah mencapai kebudayaan batu muda (neolitikum), perunggu dan
megalitikum. Pertanian mengubah bentuk-bentuk kepercayaan, dari pemujaan terhadap dewa-
dewa perburuan menjadi pemujaan terhadap dewa-dewa perlambang kesuburan dan ketersediaan
pangan. Pada 5300 tahun yang lalu di China, kucing didomestikasi untuk menangkap hewan
pengerat yang menjadi hama di ladang.

Teknik budidaya tanaman lalu meluas ke barat (Eropa dan Afrika Utara, pada saat itu Sahara
belum sepenuhnya menjadi gurun) dan ke timur (hingga Asia Timur dan Asia Tenggara). Bukti-
bukti di Tiongkok menunjukkan adanya budidaya jewawut (millet) dan padi sejak 6000 tahun
sebelum Masehi. Masyarakat Asia Tenggara telah mengenal budidaya padi sawah paling tidak
pada saat 3000 tahun SM dan Jepang serta Korea sejak 1000 tahun SM. Sementara itu,
masyarakat benua Amerika mengembangkan tanaman dan hewan budidaya yang sejak awal
sama sekali berbeda.

Hewan ternak yang pertama kali didomestikasi adalah kambing/domba (7000 tahun SM) serta
babi (6000 tahun SM), bersama-sama dengan domestikasi kucing. Sapi, kuda, kerbau, yak mulai
dikembangkan antara 6000 hingga 3000 tahun SM. Unggas mulai dibudidayakan lebih
kemudian. Ulat sutera diketahui telah diternakkan 2000 tahun SM. Budidaya ikan air tawar baru
dikenal semenjak 2000 tahun yang lalu di daerah Tiongkok dan Jepang. Budidaya ikan laut
bahkan baru dikenal manusia pada abad ke-20 ini.

Budidaya sayur-sayuran dan buah-buahan juga dikenal manusia telah lama. Masyarakat Mesir
Kuno (4000 tahun SM) dan Yunani Kuna (3000 tahun SM) telah mengenal baik budidaya anggur
dan zaitun.

Tanaman serat didomestikasikan di saat yang kurang lebih bersamaan dengan domestikasi
tanaman pangan. China mendomestikasikan ganja sebagai penghasil serat untuk membuat papan,
tekstil, dan sebagainya; kapas didomestikasikan di dua tempat yang berbeda yaitu Afrika dan
Amerika Selatan; di Timur Tengah dibudidayakan flax. Penggunaan nutrisi untuk
mengkondisikan tanah seperti pupuk kandang, kompos, dan abu telah dikembangkan secara
independen di berbagai tempat di dunia, termasuk Mesopotamia, Lembah Nil, dan Asia Timur.

Pertanian kontemporer

Pertanian pada abad ke 20 dicirikan dengan peningkatan hasil, penggunaan pupuk dan pestisida
sintetik, pembiakan selektif, mekanisasi, pencemaran air, dan subsidi pertanian. Pendukung
pertanian organik seperti Sir Albert Howard berpendapat bahwa di awal abad ke 20, penggunaan
pestisida dan pupuk sintetik yang berlebihan dan secara jangka panjang dapat merusak kesuburan
tanah. Pendapat ini drman selama puluhan tahun, hingga kesadaran lingkungan meningkat di
awal abad ke 21 menyebabkan gerakan pertanian berkelanjutan meluas dan mulai dikembangkan
oleh petani, konsumen, dan pembuat kebijakan.

Sejak tahun 1990an, terdapat perlawanan terhadap efek lingkungan dari pertanian konvensional,
terutama mengenai pencemaran air, menyebabkan tumbuhnya gerakan organik. Salah satu
penggerak utama dari gerakan ini adalah sertifikasi bahan pangan organik pertama di dunia, yang
dilakukan oleh Uni Eropa pada tahun 1991, dan mulai mereformasi Kebijakan Pertanian
Bersama Uni Eropa pada tahun 2005. Pertumbuhan pertanian organik telah memperbarui
penelitian dalam teknologi alternatif seperti manajemen hama terpadu dan pembiakan selektif.
Perkembangan teknologi terkini yang dipergunakan secara luas yaitu bahan pangan termodifikasi
secara genetik.

Di akhir tahun 2007, beberapa faktor mendorong peningkatan harga biji-bijian yang dikonsumsi
manusia dan hewan ternak, menyebabkan peningkatan harga gandum (hingga 58%), kedelai
(hingga 32%), dan jagung (hingga 11%) dalam satu tahun. Kontribusi terbesar ada pada
peningkatan permintaan biji-bijian sebagai bahan pakan ternak di Cina dan India, dan konversi
biji-bijian bahan pangan menjadi produk biofuel. Hal ini menyebabkan kerusuhan dan
demonstrasi yang menuntut turunnya harga pangan. International Fund for Agricultural
Development mengusulkan peningkatan pertanian skala kecil dapat menjadi solusi untuk
meningkatkan suplai bahan pangan dan juga ketahanan pangan. Visi mereka didasarkan pada
perkembangan Vietnam yang bergerak dari importir makanan ke eksportir makanan, dan
mengalami penurunan angka kemiskinan secara signifikan dikarenakan peningkatan jumlah dan
volume usaha kecil di bidang pertanian di negara mereka.

Sebuah epidemi yang disebabkan oleh fungi Puccinia graminis pada tanaman gandum menyebar
di Afrika hingga ke Asia. Diperkirakan 40% lahan pertanian terdegradasi secara serius. Di
Afrika, kecenderungan degradasi tanah yang terus berlanjut dapat menyebabkan lahan tersebut
hanya mampu memberi makan 25% populasinya.

Pada tahun 2009, China merupakan produsen hasil pertanian terbesar di dunia, diikuti oleh Uni
Eropa, India, dan Amerika Serikat, berdasarkan IMF.Pakar ekonomi mengukur total faktor
produktivitas pertanian dan menemukan bahwa Amerika Serikat saat ini 1.7 kali lebih produktif
dibandingkan dengan tahun 1948. Enam negara di dunia, yaitu Amerika Serikat, Kanada,
Prancis, Australia, Argentina, dan Thailand mensuplai 90% biji-bijian bahan pangan yang
diperdagangkan di dunia. Defisit air yang terjadi telah meningkatkan impor biji-bijian di
berbagai negara berkembang dan kemungkinan juga akan terjadi di negara yang lebih besar
seperti China dan India.

Tenaga kerja
Pada tahun 2011, International Labour Organization (ILO) menyatakan bahwa setidaknya
terdapat 1 miliar lebih penduduk yang bekerja di bidang sektor pertanian. Pertanian
menyumbang setidaknya 70% jumlah pekerja anak-anak, dan di berbagai negara sejumlah besar
wanita juga bekerja di sektor ini lebih banyak dibandingkan dengan sektor lainnya. Hanya sektor
jasa yang mampu mengungguli jumlah pekerja pertanian, yaitu pada tahun 2007. Antara tahun
1997 dan 2007, jumlah tenaga kerja di bidang pertanian turun dan merupakan sebuah
kecenderungan yang akan berlanjut. Jumlah pekerja yang dipekerjakan di bidang pertanian
bervariasi di berbagai negara, mulai dari 2% di negara maju seperti Amerika Serikat dan Kanada,
hingga 80% di berbagai negara di Afrika. Di negara maju, angka ini secara signifikan lebih
rendah dibandingkan dengan abad sebelumnya. Di abad ke 16, antara 55 hingga 75 persen
penduduk Eropa bekerja di bidang pertanian. Di abad ke 19, angka ini turun menjadi antara 35
hingga 65 persen. Angka ini sekarang turun menjadi kurang dari 10%.
Keamanan

Pertanian merupakan industri yang berbahaya. Petani di seluruh dunia bekerja pada risiko tinggi
terluka, penyakit paru-paru, hilangnya pendengaran, penyakit kulit, juga kanker tertentu karena
penggunaan bahan kimia dan paparan cahaya matahari dalam jangka panjang. Pada pertanian
industri, luka secara berkala terjadi pada penggunaan alat dan mesin pertanian, dan penyebab
utama luka serius. Pestisida dan bahan kimia lainnya juga membahayakan kesehatan. Pekerja
yang terpapar pestisida secara jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan fertilitas. Di negara
industri dengan keluarga yang semuanya bekerja pada lahan usaha tani yang dikembangkannya
sendiri, seluruh keluarga tersebut berada pada risiko. Penyebab utama kecelakaan fatal pada
pekerja pertanian yaitu tenggelam dan luka akibat permesinan.

ILO menyatakan bahwa pertanian sebagai salah satu sektor ekonomi yang membahayakan
tenaga kerja. Diperkirakan bahwa kematian pekerja di sektor ini setidaknya 170 ribu jiwa per
tahun. Berbagai kasus kematian, luka, dan sakit karena aktivitas pertanian seringkali tidak
dilaporkan sebagai kejadian akibat aktivitas pertanian. ILO telah mengembangkan Konvensi
Kesehatan dan Keselamatan di bidang Pertanian, 2001, yang mencakup risiko pada pekerjaan di
bidang pertanian, pencegahan risiko ini, dan peran dari individu dan organisasi terkait pertanian.

Sistem pembudidayaan tanaman

Sistem pertanaman dapat bervariasi pada setiap lahan usaha tani, tergantung pada ketersediaan
sumber daya dan pembatas; geografi dan iklim; kebijakan pemerintah; tekanan ekonomi, sosial,
dan politik; dan filosofi dan budaya petani.

Pertanian berpindah (tebang dan bakar) adalah sistem di mana hutan dibakar. Nutrisi yang
tertinggal di tanah setelah pembakaran dapat mendukung pembudidayaan tumbuhan semusim
dan menahun untuk beberapa tahun. Lalu petak tersebut ditinggalkan agar hutan tumbuh kembali
dan petani berpindah ke petak hutan berikutnya yang akan dijadikan lahan pertanian. Waktu
tunggu akan semakin pendek ketika populasi petani meningkat, sehingga membutuhkan input
nutrisi dari pupuk dan kotoran hewan, dan pengendalian hama. Pembudidayaan semusim
berkembang dari budaya ini. Petani tidak berpindah, namun membutuhkan intensitas input pupuk
dan pengendalian hama yang lebih tinggi.

Industrialisasi membawa pertanian monokultur di mana satu kultivar dibudidayakan pada lahan
yang sangat luas. Karena tingkat keanekaragaman hayati yang rendah, penggunaan nutrisi
cenderung seragam dan hama dapat terakumulasi pada halah tersebut, sehingga penggunaan
pupuk dan pestisida meningkat. Di sisi lain, sistem tanaman rotasi menumbuhkan tanaman
berbeda secara berurutan dalam satu tahun. Tumpang sari adalah ketika tanaman yang berbeda
ditanam pada waktu yang sama dan lahan yang sama, yang disebut juga dengan polikultur.

Di lingkungan subtropis dan gersang, preiode penanaman terbatas pada keberadaan musim hujan
sehingga tidak dimungkinkan menanam banyak tanaman semusim bergiliran dalam setahun, atau
dibutuhkan irigasi. Di semua jenis lingkungan ini, tanaman menahun seperti kopi dan kakao dan
praktek wanatani dapat tumbuh. Di lingkungan beriklim sedang di mana padang rumput dan
sabana banyak tumbuh, praktek budidaya tanaman semusim dan penggembalaan hewan
dominan.

Bentuk pembudidayaan tanaman di Indonesia

 Sawah, yaitu suatu bentuk pertanian yang dilakukan di lahan basah dan memerlukan banyak
air baik sawah irigasi, sawah lebak, sawah tadah hujan maupun sawah pasang surut.

 Tegalan, yaitu suatu daerah dengan lahan kering yang bergantung pada pengairan air hujan,
ditanami tanaman musiman atau tahunan dan terpisah dari lingkungan dalam sekitar rumah.
Lahan tegalan tanahnya sulit untuk dibuat pengairan irigasi karena permukaan yang tidak rata.
Pada saat musim kemarau lahan tegalan akan kering dan sulit untuk ditubuhi tanaman pertanian.

 Pekarangan, yaitu suatu lahan yang berada di lingkungan dalam rumah (biasanya dipagari
dan masuk ke wilayah rumah) yang dimanfaatkan untuk ditanami tanaman pertanian

Sistem produksi hewan

Sistem produksi hewan ternak dapat didefinisikan berdasarkan sumber pakan yang digunakan,
yang terdiri dari peternakan berbasis penggembalaan, sistem kandang penuh, dan campuran.
Pada tahun 2010, 30 persen lahan di dunia digunakan untuk memproduksi hewan ternak dengan
mempekerjakan lebih 1.3 miliar orang. Antara tahun 1960an sampai 2000an terjadi peningkatan
produksi hewan ternak secara signifikan, dihitung dari jumlah maupun massa karkas, terutama
pada produksi daging sapi, daging babi, dan daging ayam. Produksi daging ayam pada periode
tersebut meningkat hingga 10 kali lipat. Hasil hewan non-daging seperti susu sapi dan telur ayam
juga menunjukan peningkatan yang signifikan. Populasi sapi, domba, dan kambing diperkirakan
akan terus meningkat hingga tahun 2050.

Budi daya perikanan adalah produksi ikan dan hewan air lainnya di dalam lingkungan yang
terkendali untuk konsumsi manusia. Sektor ini juga termasuk yang mengalami peningkatan hasil
rata-rata 9 persen per tahun antara tahun 1975 hingga tahun 2007.

Selama abad ke-20, produsen hewan ternak dan ikan menggunakan pembiakan selektif untuk
menciptakan ras hewan dan hibrida yang mampu meningkatkan hasil produksi, tanpa
memperdulikan keinginan untuk mempertahankan keanekaragaman genetika. Kecenderungan ini
memicu penurunan signifikan dalam keanekaragaman genetika dan sumber daya pada ras hewan
ternak, yang menyebabkan berkurangnya resistansi hewan ternak terhadap penyakit. Adaptasi
lokal yang sebelumnya banyak terdapat pada hewan ternak ras setempat juga mulai menghilang.

Produksi hewan ternak berbasis penggembalaan amat bergantung pada bentang alam seperti
padang rumput dan sabana untuk memberi makan hewan ruminansia. Kotoran hewan menjadi
input nutrisi utama bagi vegetasi tersebut, namun input lain di luar kotoran hewan dapat
diberikan tergantung kebutuhan. Sistem ini penting di daerah di mana produksi tanaman
pertanian tidak memungkinkan karena kondisi iklim dan tanah. Sistem campuran menggunakan
lahan penggembalaan sekaligus pakan buatan yang merupakan hasil pertanian yang diolah
menjadi pakan ternak. Sistem kandang memelihara hewan ternak di dalam kandang secara penuh
dengan input pakan yang harus diberikan setiap hari. Pengolahan kotoran ternak dapat menjadi
masalah pencemaran udara karena dapat menumpuk dan melepaskan gas metan dalam jumlah
besar.

Negara industri menggunakan sistem kandang penuh untuk mensuplai sebagian besar daging dan
produk peternakan di dalam negerinya. Diperkirakan 75% dari seluruh peningkatan produksi
hewan ternak dari tahun 2003 hingga 2030 akan bergantung pada sistem produksi peternakan
pabrik. Sebagian besar pertumbuhan ini akan terjadi di negara yang saat ini merupakan negara
berkembang di Asia, dan sebagian kecil di Afrika. Beberapa praktek digunakan dalam produksi
hewan ternak komersial seperti penggunaan hormon pertumbuhan menjadi kontroversi di
berbagai tempat di dunia.

Masalah lingkungan

Pertanian mampu menyebabkan masalah melalui pestisida, arus nutrisi, penggunaan air berlebih,
hilangnya lingkungan alam, dan masalah lainnya. Sebuah penilaian yang dilakukan pada tahun
2000 di Inggris menyebutkan total biaya eksternal untuk mengatasi permasalahan lingkungan
terkait pertanian adalah 2343 juta Poundsterling, atau 208 Poundsterling per hektare. Sedangkan
di Amerika Serikat, biaya eksternal untuk produksi tanaman pertaniannya mencapai 5 hingga 16
miliar US Dollar atau 30-96 US Dollar per hektare, dan biaya eksternal produksi peternakan
mencapai 714 juta US Dollar Kedua studi fokus pada dampak fiskal, yang menghasilkan
kesimpulan bahwa begitu banyak hal yang harus dilakukan untuk memasukkan biaya eksternal
ke dalam usaha pertanian. Keduanya tidak memasukkan subsidi di dalam analisisnya, namun
memberikan catatan bahwa subsidi pertanian juga membawa dampak bagi masyarakat. Pada
tahun 2010, International Resource Panel dari UNEP mempublikasikan laporan penilaian
dampak lingkungan dari konsumsi dan produksi. Studi tersebut menemukan bahwa pertanian dan
konsumsi bahan pangan adalah dua hal yang memberikan tekanan pada lingkungan, terutama
degradasi habitat, perubahan iklim, penggunaan air, dan emisi zat beracun.

Masalah pada hewan ternak

PBB melaporkan bahwa "hewan ternak merupakan salah satu penyumbang utama masalah
lingkungan". 70% lahan pertanian dunia digunakan untuk produksi hewan ternak, secara
langsung maupun tidak langsung, sebagai lahan penggembalaan maupun lahan untuk
memproduksi pakan ternak. Jumlah ini setara dengan 30% total lahan di dunia. Hewan ternak
juga merupakan salah satu penyumbang gas rumah kaca berupa gas metana dan nitro oksida
yang, meski jumlahnya sedikit, namun dampaknya setara dengan emisi total CO 2. Hal ini
dikarenakan gas metana dan nitro oksida merupakan gas rumah kaca yang lebih kuat
dibandingkan CO2. Peternakan juga didakwa sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya
deforestasi. 70% basin Amazon yang sebelumnya merupakan hutan kini menjadi lahan
penggembalaan hewan, dan sisanya menjadi lahan produksi pakan.[45] Selain deforestasi dan
degradasi lahan, budi daya hewan ternak yang sebagian besar berkonsep ras tunggal juga
menjadi pemicu hilangnya keanekaragaman hayati.
Masalah penggunaan lahan dan air

Transformasi lahan menuju penggunaannya untuk menghasilkan barang dan jasa adalah cara
yang paling substansial bagi manusia dalam mengubah ekosistem bumi, dan dikategrikan sebagai
penggerak utama hilangnya keanekaragaman hayati. Diperkirakan jumlah lahan yang diubah
oleh manusia antara 39%-50%. Degradasi lahan, penurunan fungsi dan produktivitas ekosistem
jangka panjang, diperkirakan terjadi pada 24% lahan di dunia. Laporan FAO menyatakan bahwa
manajemen lahan sebagai penggerak utama degradasi dan 1.5 miliar orang bergantung pada
lahan yang terdegradasi. Deforestasi, desertifikasi, erosi tanah, kehilangan kadar mineral, dan
salinisasi adalah contoh bentuk degradasi tanah.

Eutrofikasi adalah peningkatan populasi alga dan tumbuhan air di ekosistem perairan akibat
aliran nutrisi dari lahan pertanian. Hal ini mampu menyebabkan hilangnya kadar oksigen di air
ketika jumlah alga dan tumbuhan air yang mati dan membusuk di perairan bertambah dan
dekomposisi terjadi. Hal ini mampu menyebabkan kebinasaan ikan, hilangnya keanekaragaman
hayati, dan menjadikan air tidak bisa digunakan sebagai air minum dan kebutuhan masyarakat
dan industri. Penggunaan pupuk berlebihan di lahan pertanian yang diikuti dengan aliran air
permukaan mampu menyebabkan nutrisi di lahan pertanian terkikis dan mengalir terbawa
menuju ke perairan terdekat. Nutrisi inilah yang menyebabkan eutrofikasi.

Pertanian memanfaatkan 70% air tawar yang diambil dari berbagai sumber di seluruh dunia.
Pertanian memanfaatkan sebagian besar air di akuifer, bahkan mengambilnya dari lapisan air
tanah dalam laju yang tidak dapat dikembalikan (unsustainable). Telah diketahui bahwa berbagai
akuifer di berbagai tempat padat penduduk di seluruh dunia, seperti China bagian utara, sekitar
Sungai Ganga, dan wilayah barat Amerika Serikat, telah berkurang jauh, dan penelitian
mengenai ini sedang dilakukan di akuifer di Iran, Meksiko, dan Arab Saudi. Tekanan terhadap
konservasi air terus terjadi dari sektor industri dan kawasan urban yang terus mengambil air
secara tidak lestari, sehingga kompetisi penggunaan air bagi pertanian meningkat dan tantangan
dalam memproduksi bahan pangan juga demikian, terutama di kawasan yang langka air. [51]
Penggunaan air di pertanian juga dapat menjadi penyebab masalah lingkungan, termasuk
hilangnya rawa, penyebaran penyakit melalui air, dan degradasi lahan seperti salinisasi tanah
ketika irigasi tidak dilakukan dengan baik.

Pestisida

Penggunaan pestisida telah meningkat sejak tahun 1950an, menjadi 2.5 juta ton per tahun di
seluruh dunia. Namun tingkat kehilangan produksi pertanian tetap terjadi dalam jumlah yang
relatif konstan.[53] WHO memperkirakan pada tahun 1992 bahwa 3 juta manusia keracunan
pestisida setiap tahun dan menyebabkan kematian 200 ribu jiwa. Pestisida dapat menyebabkan
resistansi pestisida pada populasi hama sehingga pengembangan pestisida baru terus berlanjut.[55]

Argumen alernatif dari masalah ini adalah pestisida merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan produksi pangan pada lahan yang terbatas, sehingga dapat menumbuhkan lebih
banyak tanaman pertanian pada lahan yang lebih sempit dan memberikan ruang lebih banyak
bagi alam liar dengan mencegah perluasan lahan pertanian lebih ekstensif. Namun berbagai
kritik berkembang bahwa perluasan lahan yang mengorbankan lingkungan karena peningkatan
kebutuhan pangan tidak dapat dihindari, dan pestisida hanya menggantikan praktek pertanian
yang baik yang ada seperti rotasi tanaman. Rotasi tanaman mencegah penumpukan hama yang
sama pada satu lahan sehingga hama diharapkan menghilang setelah panen dan tidak datang
kembali karena tanaman yang ditanam tidak sama dengan yang sebelumnya.

Perubahan iklim

Pertanian adalah salah satu yang mempengaruhi perubahan iklim, dan perubahan iklim memiliki
dampak bagi pertanian. Perubahan iklim memiliki pengaruh bagi pertanian melalui perubahan
temperatur, hujan (perubahan periode dan kuantitas), kadar karbon dioksida di udara, radiasi
matahari, dan interaksi dari semua elemen tersebut. Kejadian ekstrim seperti kekeringan dan
banjir diperkirakan meningkat akibat perubahan iklim. Pertanian merupakan sektor yang paling
rentan terhadap perubahan iklim. Suplai air akan menjadi hal yang kritis untuk menjaga produksi
pertanian dan menyediakan bahan pangan. Fluktuasi debit sungai akan terus terjadi akibat
perubahan iklim. Negara di sekitar sungai Nil sudah mengalami dampak fluktuasi debit sungai
yang mempengaruhi hasil pertanian musiman yang mampu mengurangi hasil pertanian hingga
50%. Pendekatan yang bersifat mengubah diperlukan untuk mengelola sumber daya alam di
masa depan, seperti perubahan kebijakan, metode praktek, dan alat untuk mempromosikan
pertanian berbasis iklim dan lebih banyak menggunakan informasi ilmiah dalam menganalisa
risiko dan kerentanan akibat perubahan iklim.

Pertanian dapat memitigasi sekaligus memperburuk pemanasan global. Beberapa dari


peningkatan kadar karbon dioksida di atmosfer bumi dikarenakan dekomposisi materi organik
yang berada di tanah, dan sebagian besar gas metanan yang dilepaskan ke atmosfer berasal dari
aktivitas pertanian, termasuk dekomposisi pada lahan basah pertanian seperti sawah, dan
aktivitas digesti hewan ternak. Tanah yang basah dan anaerobik mampu menyebabkan
denitrifikasi dan hilangnya nitrogen dari tanah, menyebabkan lepasnya gas nitrat oksida dan nitro
oksida ke udara yang merupakan gas rumah kaca. Perubahan metode pengelolaan pertanian
mampu mengurangi pelepasan gas rumah kaca ini, dan tanah dapat difungsikan kembali sebagai
fasilitas sekuestrasi karbon.

Energi dan pertanian

Sejak tahun 1940, produktivitas pertanian meningkat secara signifikan dikarenakan penggunaan
energi yang intensif dari aktivitas mekanisasi pertanian, pupuk, dan pestisida. Input energi ini
sebagian besar berasal dari bahan bakar fosil. Revolusi Hijau mengubah pertanian di seluruh
dunia dengan peningkatan produksi biji-bijian secara signifikan, dan kini pertanian modern
membutuhkan input minyak bumi dan gas alam untuk sumber energi dan produksi pupuk. Telah
terjadi kekhawatiran bahwa kelangkaan energi fosil akan menyebabkan tingginya biaya produksi
pertanian sehingga mengurangi hasil pertanian dan kelangkaan pangan.

Rasio konsumsi energi pada pertanian dan sistem pangan (%)


pada tiga negara maju

Pertanian Sistem
Negara Tahun
(secara langsung & tidak langsung) pangan

Britania Raya 2005 1.9 11

Amerika Serikat 1996 2.1 10

Amerika Serikat 2002 2.0 14

Swedia 2000 2.5 13

Negara industri bergantung pada bahan bakar fosil secara dua hal, yaitu secara langsung
dikonsumsi sebagai sumber energi di pertanian, dan secara tidak langsung sebagai input untuk
manufaktur pupuk dan pestisida. Konsumsi langsung dapat mencakup penggunaan pelumas
dalam perawatan permesinan, dan fluida penukar panas pada mesin pemanas dan pendingin.
Pertanian di Amerika Serikat mengkonsumsi sektar 1.2 eksajoule pada tahun 2002, yang
merupakan 1% dari total energi yang dikonsumsi di negara tersebut. Konsumsi tidak langsung
yaitu sebagai manufaktur pupuk dan pestisida yang mengkonsumsi bahan bakar fosil setara 0.6
eksajoule pada tahun 2002.

Gas alam dan batu bara yang dikonsumsi melalui produksi pupuk nitrogen besarnya setara
dengan setengah kebutuhan energi di pertanian. China mengkonsumsi batu bara untuk produksi
pupuk nitrogennya, sedangkan sebagian besar negara di Eropa menggunakan gas alam dan hanya
sebagian kecil batu bara. Berdasarkan laporan pada tahun 2010 yang dipublikasikan oleh The
Royal Society, ketergantungan pertanian terhadap bahan bakar fosil terjadi secara langsung
maupun tidak langsung. Bahan bakar yang digunakan di pertanian dapat bervariasi tergantung
pada beberapa faktor seperti jenis tanaman, sistem produksi, dan lokasi.

Energi yang digunakan untuk produksi alat dan mesin pertanian juga merupakan salah satu
bentuk penggunaan energi di pertanian secara tidak pangsung. Sistem pangan mencakup tidak
hanya pada produksi pertanian, namun juga pemrosesan setelah hasil pertanian keluar dari lahan
usaha tani, pengepakan, transportasi, pemasaran, konsumsi, dan pembuangan dan pengolahan
sampah makanan. Energi yang digunakan pada sistem pangan ini lebih tinggi dibandingkan
penggunaan energi pada produksi hasil pertanian, dapat mencapai lima kali lipat.

Pada tahun 2007, insentif yang lebih tinggi bagi petani penanam tanaman non-pangan penghasil
biofuel ditambah dengan faktor lain seperti pemanfaatan kembali lahan tidur yang kurang subur,
peningkatan biaya transportasi, perubahan iklim, peningkatan jumlah konsumen, dan
peningkatan penduduk dunia, menyebabkan kerentanan pangan dan peningkatan harga pangan di
berbagai tempat di dunia. Pada Desember 2007, 37 negara di dunia menghadapi krisis pangan,
dan 20 negara telah menghadapi peningkatan harga pangan di luar kendali, yang dikenal dengan
kasus krisis harga pangan dunia 2007-2008. Kerusuhan akibat menuntut turunnya harga pangan
terjadi di berbagai tempat hingga menyebabkan korban jiwa
Mitigasi kelangkaan bahan bakar fosil

Pada kelangkaan bahan bakar fosil, pertanian organik akan lebih diprioritaskan dibandingkan
dengan pertanian konvensional yang menggunakan begitu banyak input berbasis minyak bumi
seperti pupuk dan pestisida. Berbagai studi mengenai pertanian organik modern menunjukan
bahwa hasil pertanian organik sama besarnya dengan pertanian konvensional. Kuba pasca
runtuhnya Uni Soviet mengalami kelangkaan input pupuk dan pestisida kimia sehingga usaha
pertanian di negeri tersebut menggunakan praktek organik dan mampu memberi makan populasi
penduduknya. Namun pertanian organik akan membutuhkan lebih banyak tenaga kerja dan jam
kerja. Perpindahan dari praktek monokultur ke pertanian organik juga membutuhkan waktu,
terutama pengkondisian tanah untuk membersihkan bahan kimia berbahaya yang tidak sesuai
dengan standar bahan pangan organik.

Komunitas pedesaan bisa memanfaatkan biochar dan synfuel yang menggunakan limbah
pertanian untuk diolah menjadi pupuk dan energi, sehingga bisa mendapatkan bahan bakar dan
bahan pangan sekaligus, dibandingkan dengan persaingan bahan pangan vs bahan bakar yang
masih terjadi hingga saat ini. Synfuel dapat digunakan di tempat; prosesnya akan lebih efisien
dan mampu menghasilkan bahan bakar yang cukup untuk seluruh aktivitas pertanian organik.

Ketika bahan pangan termodifikasi genetik (GMO) masih dikritik karena benih yang dihasilkan
bersifat steril sehingga tidak mampu direproduksi oleh petani dan hasilnya dianggap berbahaya
bagi manusia, telah diusulkan agar tanaman jenis ini dikembangkan lebih lanjut dan digunakan
sebagai penghasil bahan bakar, karena tanaman ini mampu dimodifikasi untuk menghasilkan
lebih banyak dengan input energi yang lebih sedikit. Namun perusahaan utama penghasil GMO
sendiri, Monsanto, tidak mampu melaksanakan proses produksi pertanian berkelanjutan dengan
tanaman GMO lebih dari satu tahun. Di saat yang bersamaan, praktek pertanian dengan
memanfaatkan ras tradisional menghasilkan lebih banyak pada jenis tanaman yang sama dan
dilakukan secara berkelanjutan.

Ekonomi pertanian

Ekonomi pertanian adalah aktivitas ekonomi yang terkait dengan produksi, distribusi, dan
konsumsi produk dan jasa pertanian. Mengkombinasikan produksi pertanian dengan teori umum
mengenai pemasaran dan bisnis adalah sebuah disiplin ilmu yang dimulai sejak akhir abad ke 19,
dan terus bertumbuh sepanjang abad ke-20. Meski studi mengenai pertanian terbilang baru,
berbagai kecenderungan utama di bidang pertanian seperti sistem bagi hasil pasca Perang
Saudara Amerika Serikat hingga sistem feodal yang pernah terjadi di Eropa, telah secara
signifikan mempengaruhi aktivitas ekonomi suatu negara dan juga dunia. Di berbagai tempat,
harga pangan yang dipengaruhi oleh pemrosesan pangan, distribusi, dan pemasaran pertanian
telah tumbuh dan biaya harga pangan yang dipengaruhi oleh aktivitas pertanian di atas lahan
telah jauh berkurang efeknya. Hal ini terkait dengan efisiensi yang begitu tinggi dalam bidang
pertanian dan dikombinasikan dengan peningkatan nilai tambah melalui pemrosesan bahan
pangan dan strategi pemasaran. Konsentrasi pasar juga telah meningkat di sektor ini yang dapat
meningkatkan efisiensi. Namun perubahan ini mampu mengakibatkan perpindahan surplus
ekonomi dari produsen (petani) ke konsumen, dan memiliki dampak yang negatif bagi komunitas
pedesaan.

Kebijakan pemerintah suatu negara dapat mempengaruhi secara signifikan pasar produk
pertanian, dalam bentuk pemberian pajak, subsidi, tarif, dan bea lainnya. Sejak tahun 1960an,
kombinasi pembatasan ekspor impor, kebijakan nilai tukar, dan subsidi mempengaruhi pertanian
di negara berkembang dan negara maju. Pada tahun 1980an, para petani di negara berkembang
yang tidak mendapatkan subsidi akan kalah bersaing dikarenakan kebijakan di berbagai negara
yang menyebabkan rendahnya harga bahan pangan. Di antara tahun 1980an dan 2000an,
beberapa negara di dunia membuat kesepakatan untuk membatasi tarif, subsidi, dan batasan
perdagangan lainnya yang diberlakukan di dunia pertanian.

Namun pada tahun 2009, masih terdapat sejumlah distorsi kebijakan pertanian yang
mempengaruhi harga bahan pangan. Tiga komoditas yang sangat terpengaruh adalah gula, susu,
dan beras, yang terutama karena pemberlakuan pajak. Wijen merupakan biji-bijian penghasil
minyak yang terkena pajak paling tinggi meski masih lebih rendah dibandingkan pajak produk
peternakan. Namun subsidi kapas masih terjadi di negara maju yang telah menyebabkan
rendahnya harga di tingkat dunia dan menekan petani kapas di negara berkembang yang tidak
disubsidi. Komoditas mentah seperti jagung dan daging sapi umumnya diharga berdasarkan
kualitasnya, dan kualitas menentukan harga. Komoditas yang dihasilkan di suatu wilayah
dilaporkan dalam bentuk volume produksi atau berat.
Pertanian indonesia zaman dahulu

PENDAHULUAN

Bahan makanan dan sandang merupakan keperluan dasar umat manusia. Pada tahun 1975
populasi penduduk berjumlah 4 miliar, pada tahun 2000 jumlah penduduk meningkat lebih 6
miliar. Setiap tahun penduduk bertambah, berarti kebutuhan bahan makanan dan sandang untuk
manusia juga bertambah. Untuk itu manusia perlu mengupayakan peningkatan produksi bahan
makanan dan sandang setiap tahun untuk memenuhi kebutuhannya.

Perluasan area pertanian tidak dapat diandalkan, yang dibutuhkan adalah mengintensifkan lahan-
lahan pertanian dimana teknologi pengelolaan tanah-tanaman memainkan peranan yang amat
penting dalam meningkatkan produksi. Berhubungan dengan itu, mengetahui perkembangan
kemajuan bidang pertanian diharapkan akan mendorong semangat peneliti atau yang berjiwa
peneliti, untuk mempelajari dan menemukan cara-cara baru inovatif guna meningkatkan
produksi tanaman. Tulisan ini kupersembahkan bagi adik-adik peneliti muda semoga
bermanfaat.

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN ZAMAN DAHULU (PURBA)

Perkembangan pertanian dimulai ketika manusia mulai menanam. Waktu yang tepat tidak
diketahui. Pada mulanya memungut, berburu, dan berpindah-pindah. Waktu terus berjalan,
manusia lebih banyak menetap daripada berpindah-pindah. Manusia berkembang, terbentuklah
keluarga, marga, suku, kampung, dan desa-desa. Perubahan mengembara ke menetap member
keterampilan dan keahlian bertani.

Sepanjang catatan yang ada, perkembangan pengelolaan tanah-tanaman dimulai di Mesopotania


(Irak), terletak antara sungai Tigris dan Kufrat pada 2500 SM. Tanah di wilayah ini subur dan
produksi tanaman pertaniannya jauh lebih tinggi daripada di wilayah lain. Menurut Horodutus,
tingginya produksi diduga karena adanya sistim irigasi yang baik dan subur karena banjir
tahunan yang melanda tiap tahun. Theophrastus (300 SM) kemudian menulis bahwa sungai
Tigris kaya akan lumpur, dan orang-orang sengaja menggenangi lahannya selama mungkin
sehingga akan mengendap sejumlah besar lumpur di lahannya. Selanjutnya pada era ini juga
diamati bahwa pada lahan tertentu, jika ditanami terus menerus produksinya akan turun. Namun
dengan penambahan pupuk kandang dan limbah tanaman, kesuburan tanahnya akan pulih.

Homer (700-900 SM) sebelumnya telah menulis dalam syair kepahlawanan Yunani bahwa
pemberian pupuk kandang memperbaiki pertumbuhan anggur dan pupuk kandang yang
ditumpuk akan menjadi kompos. Theophrastus (372 – 287 SM) melaporkan beberapa hal
sebagai berikut ; 1) Tanah yang miskin perlu pupuk banyak, sedangkan yang subur dipupuk
sekedar saja; 2) Makna pembuatan persemaian; 3) Tanaman yang subur memerlukan banyak air;
4) Anjuran untuk menanmpung kotoran hewan yang nilai pupuknya tinggi; 5) Dikisahkan pula
tentang kebun sayuran dan zaitun disekitar Athena diberi air comberan kota, dan pupk kandang
cair. 6) Ppupuk dibedakan menurut urutan nilai terbesar ke kecil : manusia > babi > kambing >
domba > sapi > kuda (RRC saat ini dikenal paling luas menggunakan tinja). Kemudian Varro
(Roma) menulis bahwa kotoran unggas nilai pupknya lebih tinggi daripada kotoran manusia.
Selanjutnya Collumella menyatakan bahwa semanggi baik untuk makanan ternak karena
semanggi memperkaya kotoran ternak. Jauh sebelumnya Archilochus (700 SM) melaporkan
bahwa bangkai dan darah baik untuk tanaman.

Pupuk hijau, tanaman kekacangan (legum) dikenal menyuburkan tanah. Teophrastus mencatat
bahwa di Macedonia petani memanfaatkan legum dan membajaknya sehingga bercampur dengan
tanah. Cato (234 – 149 SM), seorang pemikir dan sejarawan mengemukakan; (1) Abu tanaman
dapat menyuburkan tanah, (2) Kebun anggur yang miskin jika ditanami dengan legum kemudian
dibenamkan, akan memulihkan kesuburan tanah. Peranan tanaman kekacangan juga diakui oleh
Columella dan Virgil (70 -19 SM).

Kapan penggunaan pupuk mineral oleh orang purba tidak diketahui dengan pasti. Theophastus
menulis bahwa campuran berbagai macam tanah merupakan suatu cara untuk memperbaiki
kerusakan dan kesuburan tanah. Penambahan tanah subur ke tanah kurang subur, dan campuran
tanah bertekstur kasar dan halus akan memperbaiki tanah.

Gamping (kapur) juga telah dicatat bermanfaat bagi tanah. Orang-orang Aegina menambang
gamping dan memanfaatkannya ke tanah. Pliny (62 -113) menganjurkan pemberian kapur halus
ke tanah. Pemberian sekali, nampak cukup untuk beberapa tahun.

Arti dan nilai abu tanaman pada zaman ini juga tertulis. Xenophon dan Virgil (70 -19 SM)
menganjurkan pembakaran jerami. Cato menasihatkan penjaga kebun anggur untuk membakar
pangkasan-pangkasan dan membajaknya dengan maksud menyuburkan tanah. Demikian pula
Columella, menganjurkan penebaran abu atau kapur pada tanah untuk mengurangi kemasaman
tanah.

KNO3 (salperter) bermanfaat untuk tanaman telah dicatat oleh Theophrastus dan Pliny. Air asin
juga diketahui berguna. Theophrastus menyatakan bahwa pohon palem membutuhkan garam.
Petani-petani dulu, menebar air asin disekitar akar pohon (tanaman) mereka.

Karakteristik tanha, Bulk Density (BD) sebagai indikator kesuburan tanah telah dikemukakan
oleh Virgil. Cara mulai BD tanah yaitu gali lubang, dan kembalikan tanah galian ke lubang. Bila
lubang penuh atau berlebih berarti tanah itu padat, kurang baik untuk tanaman. Tanah demikian
butuh pengolahan dengan bajak (sapi) yang kuat. Sebaliknya, jika galian tidak penuh, berarti
tanahnya gembur, baik untuk tanaman. Virgil juga memperkenalkan cara-cara yang sekarang
dikenal sebagai prototype uji kimia tanah. Tanah yang bergaram, rasanya lebih pahit, sehingga
jagung tidak akan tumbuh. Selanjutnya Columella juga menganjurkan uji rasa untuk mengukur
tingkat kemasaman dan kegaraman tanah. Kemudian Pliny menyatakan bahwa rasa pahit
mungkin ada hubungannya dengan warna hitam tanah dan adanya bahan (sisa) tanaman dalam
tanah. Selanjutnya dikatakan bahwa perbedaan pertumbuhan terjadi akibat dari tingkat
kesuburan yang berbeda. Ini dapat diketahui dengan membandingkan tebal batang jagung.
Columella kemudian mengemukakan bahwa uji terbaik kesesuaian lahan untuk tanaman tertentu
adalah apakah tanaman itu dapat tumbuh.
Penulis-penulis dulu dan sekarang banyak percaya bahwa warna tanah merupakan kriteria
kesuburan tanah. Tanah yang berwarna hitam (gelap) berarti subur, sedangkan yang berwarna
terang atau kelabu berarti tidak subur. Pandangan ini ditentang oleh Columella, diberi contoh
tanah rawa di Libya berwarna hitam ternyata tidak subur, sedangkan yang berwarna terang
diketahui subur. Dia menyimpulkan bahwa petunjuk yang baik untuk menduga kesuburan tanah
adalah struktur, tekstur dan kemasaman tanah.

Zaman keemasan bangsa Yunani terjadi pada 800 – 200 SM. Banyak orang dalam periode ini
genius. Tulisan-tulisan, budaya dan cara-cara pertaniannya ditiru oleh orang Romawi, dan
filosofi Yunani menguasai pemikiran manusia selama lebih dari 2000 tahun.

KEMAJUAN TEKNOLOGI PERTANIAN SAMPAI DENGAN ABAD XIX

Dimulai saat jatuhnya kerajaan Romawi. Pietro de Crescenzi (1230 – 1307) dijuluki sebagai
Bapak Agronomi. Beliau menyusun buku “Opus Ruralium Commodorum” yang merupakan
cara bercocok tanam setempat. Isi utamanya merupakan ringkasan pekerjaan sejak Homer.

Palissy (1563) berpendapat bahwa abu tanaman merupakan bahan yang berasal dari tanah.
Sementara itu Francis Bacon (1561-1624) mengemukakan bahwa (1) Hara (makanan) utama
adalah air,(2) Fungsi tanah yaitu mempertahankan tanaman tegak, melindungi dari panas dan
dingin, menyediakan senyawa khusus untuk tanaman, (3) Penanaman terus-menerus pada lahan
yang sama akan menurunkan produksi. Selanjutnya D.B. Van Helmont (1577-1644) seorang ahli
fisika dan kimia mengadakan percobaan tanaman Willow berat awalnya 5 pound ditanam dalam
pot berisi tanah seberat 200 pound. Setelah 5 tahun tanaman dan tanah ditimbang, berat tanaman
menjadi 169 pound, sedangkan tanah 198 pound, berarti lebih ringan 2 pound. Selam percobaan
hanya ditambahkan air. Akhirnya disimpulkan bahwa air merupakan hara satu-satunya bagi
tanaman. Kesimpulan Helmont walaupun salah, namun merupakan dasar bagi peneliti-peneliti
lainnya. Kemudian Robert Boyle (1627-1691) seorang ahli fisika mengulangi pekerjaan
Helmont dan memperkuat temuannya bahwa tanaman terdiri dari garam, alcohol, tanah dan
minyak yang semuanya dibentuk dari air. Sebaliknya J. R. Glauber (1604-1668), ahli kimia,
menyimpulkan bahwa saltpeter (KNO3) merupakan satu-satunya hara yang diperlukan tanaman,
bukan air.

Pengamatannya melalui pengambilan contoh tanah di kandang. Diketahui bahwa garam


(mineral) berasal dari kotoran ternak, sedangkan ternak memakan rumput, berarti garam itu
berasal dari rumput. Ketika garam diberikan pada tanaman, pertumbuhan tampak lebih baik.
Akhirnya J. Woodward (± 1700) menjawab pekerjaan Helmont dan Boyle. Dia menanam
spearmint dalam air hujan, air sungai, comberan, comberan + tanah. Tanaman ditimbang pada
awal dan akhir. Nampak pertumbuhan tanaman berbeda-beda menurut kotoran yang terdapat
dalam air. Pendekatan ini agaknya lebih baik dari sebelumnya.

Jethro Tull (1674 – 1741) dikenal sebagai Bapak Mekanisasi Pertanian. Dia mengamati
kejanggalan dari dua lahan berbeda yang ditanami tanaman yang sama. Kedua lahan diketahui
mendapat udara dan hujan yang sama, namun hasilnya berbeda. Tull berpendapat bahwa tentu
ada sesuatu yang diambil tanaman dari tanah yang berbeda. Dia menyatakan bahwa tanaman
mengambil makanan dari partikel-partikel halus tanah, karena itu pengolahan tanah penting agar
tanah menjadi lebih halus dan gembur. Jethro Tull adalah pencipta alat-alat pertanian yang
ditarik hewan.

Arthur Young (1741 – 1820)melakukan percobaan pot untuk mengetahui senyawa apa yang
memperbaiki pertumbuhan tanaman barley (jelai). Pot-pot diberi perlakuan arang, minyak,
kotoran ayam, anggur, nitrat, mesiu, kulit kerang, dan bahan-bahan lain. Hasilnya, ada yang
baik, ada yang mati. Hasilnya diterbitkan dalam 64 volume, dan menggambarkan pendapat
bahwa tanaman tersusun dari suatu senyawa dan selanjutnya para ahli mencari prinsip tanaman
ini.

Francis Home (± 1775) melakukan percobaan pot dan mengukur pengaruh berbagai macam zat,
kemudian menganalisis (kimia) bahan tanaman. Dia menyatakan bahwa persoalan pertanian
yang penting adalah hara tanaman. Prinsip tanaman bukan hanya satu, melainkan ada beberapa
antara lain : udara, air, tanah, garam-garam, minyak, dan api padat (Phlogiston). Dia juga yakin
bahwa bahan organic atau humus diambil secara langsung oleh tanaman dan merupakan hara
pokok. Pendapat ini bertahan selama bertahun-tahun dan sukar untuk dihilangkan oleh karena
hasil analisis kimia tanaman dan humus menunjukkan keduanya mengandung unsur-unsur
penting yang sama. Pada waktu itu proses fotosintesis belum ditemukan. Penelitian Home
merupakan batu loncatan yang berharga dalam perkembangan ilmu-ilmu pertanian selanjutnya.

Priestley (1772) dan Ingenhousz (1730 – 1799) menunjukkan bahwa dalam keadaan terang (ada
cahaya matahari) akan menghasilkan oksigen. Selanjutnya, J.Senebier (1742 – 1809)
menyatakan bahwa kenaikan bobot Willow dari percobaan Van Helmont bukan akibat air
melainkan udara (C dalam tanaman berasal dari udara).

KEMAJUAN SELAMA ABAD XIX DAN XX

De Sausseure (1804) mengamati pengaruh udara terhadap tanaman serta asal garam dalam
tanaman. Disimpulkan bahwa tanaman menyerap O2 dan melepaskan CO2. Di bawah pengaruh
sinar matahari tanaman menyerap CO2 dan melepaskan O2. Selanjutnya dikatakan, tanpa CO2,
tanaman akan mati. De Sausseure menganalisis abu tanaman dan mendapatkan kesamaan unsur-
unsur yang dikandung abu tanaman dan tanah. Selanjutnya, Sir Humphrey Davy (1813)
menentang De Sausseure bahwa CO2 berasal dari udara. Dia mengemukakan pentingnya pupuk
dan abu tanaman, dan minyak bumi adalah pupuk. Jika tanah tidak produktif dan harus
diperbaiki, perlu dicari penyebabnya melalui analisis kimia.

Kemajuan selanjutnya dicapai oleh Jurtus Von Liebig (1803 -1873). Dari beberapa
percobaannya disimpulkan : 1) Unsur kimia dalam tanaman mesti berasal dari tanah dan udara,
2) Sebagian besar C nerasal dari atmosfer, H dan O berasal dari air, 3) Logam-logam Ca, Mg, K,
penting untuk menetralisir asam, dan 4) Fosfor diperlukan untuk pembentukan biji. Kemudian
Lawes (1830 -1850) mencoba efektivitas tulang yang digiling sebagai sumber P tanaman.
Ternyata, tidak efektif, dan berlawanan dengan pendapat Liebig. Rupanya diperlukan P yang
lebih larut. Lawes dkk juga berpendapat lain bahwa sumber N adalah tanah sedangkan Leibig
berpendapat bahwa N bersumber dari udara.
Pada era ini (1802 – 1882) J.B. Bousingault seorang ahli kimia tanah dan pertanian mengamati
bahwa tanaman polongan memperoleh N dari udara bila tanah tempat ia tumbuh tidak pernah
dipanaskan. N udara kemudian diubah menjadi senyawa yang cocok bagi tanaman. Pemanasan
rupanya mematikan jasad hidup tanah, dan Bousingault belum dapat mengkaitkannya dengan
fiksasi N. Nanti 50 tahun kemudian Beiyerinck mengisolasi bakteri (Bacillus radicicola) yang
berperan dalam pengikatan nitrogen udara oleh tanaman polongan.

Temuan-temuan dalam abad 20 antara lain unsur-unsur penting lainnya bagi tanaman misalnya
Mn, B, Zn, Cn, Mo, Cl, Co, V dan Na, metode-metode penelitian, analisis-analisis, pupuk,
kesetimbangan hara dalam tanah, serapan dan ketersediaan hara, peranan mikrobia dalam
pengikatan N udara, dan bioteknologi lainnya.

HARAPAN ABAD XXI

Manusia makin bertambah, kebutuhan makanan dan sandang juga semakin bertambah. Unsur
yang paling banyak dibutuhkan tanaman adalah nitrogen, dengan demikian kebutuhan pupuk N
dimasa datang juga meningkat. Untuk memproduksi pupuk N dibutuhkan biaya besar
(konstruksi pabrik, gas alam). Di samping itu juga adanya resiko polusi, dan bahan baku tidak
dapat diperbaharui. Sebagai pilihan dimasa datang adalah meningkatkan dan mengembangkan
mikrobia yang dapat mengikat N udara.

Perbaikan metode analisis tanah dan tanaman untuk menentukan kebutuhan pupuk juga
merupakan bagian penting dimasa datang. Selanjutnya bagaimana mencari, menemukan, dan
mengembangkan formulasi pupuk yang pelepasannya lambat sehingga lebih efektif dan efisien
perlu mendapat perhatian. Teknik-teknik konservasi untuk menekan laju erosi, dan
meningkatkan efisiensi irigasi dan penggunaan air amsih memerlukan penelitian mendalam.
Suatu perkembangan baru muncul di bidang genetikamolekuler. Lewat teknik-teknik
pemindahan gen, kualitas dari suatu genus atau jenis yang diinginkan dapat dipindahkan ke
tanaman lain. Teknologi ini diharapkan terus dikembangkan dan disempurnakan sehingga
dimasa datang dapat diciptakan tanaman-tanaman sesusai dengan yang diinginkan. Kemajuan-
kemajuan bioteknologi kini dan masa datang akan sangat bermanfaat bagi manusia.

Teknologi pemanfaatan pengindraan jauh (remote sensing) untuk menentukan kondisi tanaman
juga diharapkan semakin meningkat. Persoalan-persoalan yang muncul dari tanah, irigasi,
serangan hama dan penyakit dapat diketahui sedini mungkin melalui pengindraan jauh dan dapat
segera diperbaiki untuk mencegah kerusakan yang lebih serius. Kemajuan-kemajuan pertanian
dimasa datang tergantung pada peneliti-peneliti berbobot, yang mempunyai pengamatan tajam
dan pandangan jauh kedepan.

Untuk setiap persoalan yang dipecahkan peneliti hari ini mungkin akan banyak menimbulkan
persoalan lain dimasa datang. Seorang peneliti dibidang pertanian mestinya mampu menggali
lebih dalam dan lebih banyak bertanya tentang “mengapa” (Why) daripada “apa” (What). Alam
terbuka namun penuh rahasia dan misteri alam menantimu. Suatu tantangan bagi peneliti untuk
menjelajahi dan menyingkapnya.

KESIMPULAN
Pada zaman dahulu tercatat beberapa kemajuan teknologi dibidang pertanian antara lain adanya
system jaringan irigasi yang sudah berkembang, pemanfaatan pupuk kandang, limbah tanaman,
kotoran (air buangan) manusia, penggunaan pupuk hijau, dan pengaturan pola tanam. Orang-
orang dahulu kala juga telah memanfaatkan kapur, abu tanaman, serta mineral (campuran tanah)
sebagai bahan untuk meningkatkan kesuburan tanah. Dalam menilai lahan yang baik untuk
bercocok tanam, mereka menggunakan metode analisis secara sederhana terhadap sifat fisik dan
kimia tanah.

Sampai dengan abad XIX, pengamatan sudah agak lebih jauh maju. Peneliti berupaya mencari
prinsip vegetasi atau bahan (senyawa) yang menyusun tubuh tanaman serta berupaya
menyingkap asal-usul bahan penyusun tanaman.

Dalam abad XIX dan XX, pengamatan terhadap prinsip vegetasi makin dipertajam, dan semakin
jelas terungkap mengenai faktor-faktor yang berperan dalam pertumbuhan tanaman. Tanaman
polongan yang bekerjasama dengan mikrobia (hidup pada tanaman polongan) diketahui dapat
menambat nitrogen udara. Juga ditemukan beberapa unsur esensil lainnya. Metode-metode
penelitian makin berkembang, demikian pula metode analisis, penemuan pupuk-pupuk baru,
serta kemajuan-kemajuan dalam pemahaman perilaku hara dalam tanah dan tanaman. Juga
makin terasa bagaimana arti dan peranan mikrobia (bioteknologi) dalam bidang pertanian dan
lain-lain. Dalam menyongsong dan memasuki abad ke XXI, penelitian dan pengembangan
dibidang pertanian semakin terasa mendesak, serta semakin perlu ditingkatkan guna menghadapi
tantangan dalam memenuhi kebutuhan manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Friets, F. G. JR. 1977. A perspective on two centuries of progress in soil fertility and plant
nutrition. SSAJ 41 : 242-249

Goeswono Soepardi. 1982. Bahan Kuliah Kesuburan Tanah, FPS-IPB.

Tisdale, S.L. W.L. Nelsond, and J.D. Beaton 1985. Soil Fertility and Fertilizers. John Wiley
and Sons, New York.
Pertanian di Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan
makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk kepentingan manusia. Dalam
arti sempit, pertanian juga diartikan sebagai kegiatan pemanfaatan sebidang lahan untuk
membudidayakan jenis tanaman tertentu, terutama yang bersifat semusim.

Usaha pertanian diberi nama khusus untuk subjek usaha tani tertentu. Kehutanan adalah usaha
tani dengan subjek tumbuhan (biasanya pohon) dan diusahakan pada lahan yang setengah liar
atau liar (hutan). Peternakan menggunakan subjek hewan darat kering (khususnya semua
vertebrata kecuali ikan dan amfibia) atau serangga (misalnya lebah). Perikanan memiliki subjek
hewan perairan (termasuk amfibia dan semua non-vertebrata air). Suatu usaha pertanian dapat
melibatkan berbagai subjek ini bersama-sama dengan alasan efisiensi dan peningkatan
keuntungan. Pertimbangan akan kelestarian lingkungan mengakibatkan aspek-aspek konservasi
sumber daya alam juga menjadi bagian dalam usaha pertanian.
Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-
dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit, metode
budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan produk, dan
pemasaran. Apabila seorang petani memandang semua aspek ini dengan pertimbangan efisiensi
untuk mencapai keuntungan maksimal maka ia melakukan pertanian intensif (intensive farming).
Usaha pertanian yang dipandang dengan cara ini dikenal sebagai agribisnis. Program dan
kebijakan yang mengarahkan usaha pertanian ke cara pandang demikian dikenal sebagai
intensifikasi. Karena pertanian industrial selalu menerapkan pertanian intensif, keduanya sering
kali disamakan.
Sisi yang berseberangan dengan pertanian industrial adalah pertanian berkelanjutan (sustainable
agriculture). Pertanian berkelanjutan, dikenal juga dengan variasinya seperti pertanian organik
atau permakultur, memasukkan aspek kelestarian daya dukung lahan maupun lingkungan dan
pengetahuan lokal sebagai faktor penting dalam perhitungan efisiensinya. Akibatnya, pertanian
berkelanjutan biasanya memberikan hasil yang lebih rendah daripada pertanian industrial.
Pertanian modern masa kini biasanya menerapkan sebagian komponen dari kedua kutub
"ideologi" pertanian yang disebutkan di atas. Selain keduanya, dikenal pula bentuk pertanian
ekstensif (pertanian masukan rendah) yang dalam bentuk paling ekstrem dan tradisional akan
berbentuk pertanian subsisten, yaitu hanya dilakukan tanpa motif bisnis dan semata hanya untuk
memenuhi kebutuhan sendiri atau komunitasnya.
Sebagai suatu usaha, pertanian memiliki dua ciri penting: selalu melibatkan barang dalam
volume besar dan proses produksi memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul
karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan
ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk
pertanian modern (misalnya budidaya alga, hidroponika) telah dapat mengurangi ciri-ciri ini
tetapi sebagian besar usaha pertanian dunia masih tetap demikian.

BAB II
PEMBAHASAN
II.1 PERKEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN
Menurut Kuznets, Sektor pertanian mengkontribusikan terhadap pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi nasional dalam 4 bentuk, yaitu :
a.Kontribusi Produk contohnya : Penyediaan makanan utk pddk, penyediaan Bahan baku untuk
industri manufaktur.
contohnya , seperti industri tekstil, barang dari kulit, makanan dan minuman.
b.Kontribusi Pasar contohnya :Pembentukan pasar domestik untuk barang industri dan konsumsi.
c.Kontribusi Faktor Produksi menyebabkan Penurunan peranan pertanian di pembangunan
ekonomi, maka terjadi transfer surplus modal dari sector pertanian ke Sektor lain
d.Kontribusi Devisa : Pertanian sebagai sumber penting bagi surplus neraca perdagangan (NPI)
melalui ekspor produk pertanian dan produk pertanian yang menggantikan produk impor.

Kontribusi Produk.
Dalam system ekonomi terbuka, besar kontribusi produk sector pertanian bisa lewat pasar dan
lewat produksi dg sector non pertanian.
 Dari sisi pasar, Indonesia menunjukkan pasar domestic didominasi oleh produk pertanian dari
LN seperti buah, beras dan sayuran hingga daging.
 Dari sisi keterkaitan produksi, Industri kelapa sawit & rotan mengalami kesulitan bahan baku
di dalam negeri, karena Bahan baku dijual ke luar negeri dengan harga yang lebih mahal.

Kontribusi Pasar.
Negara agraris merupakan sumber bagi pertumbuhan pasar domestic untuk produk non pertanian
seperti pengeluaran petani untuk produk industri (pupuk, pestisida, dll) dan produk konsumsi
(pakaian,mebel, dan lain-lain)
Keberhasilan kontribusi pasar dari sector pertanian ke sector non pertanian tergantung dari
beberapa hal berikut, yaitu :
 Pengaruh keterbukaan ekonomi : Membuat pasar sector non pertanian tidak hanya disi dengan
produk domestic, tapi juga impor sebagai pesaing, sehingga konsumsi yang tinggi dari petani
tidak menjamin pertumbuhan yang tinggi sector non pertanian.
 Jenis teknologi sector pertanian : Semakin modern, maka semakin tinggi demand produk
industri non pertanian.

Kontribusi Faktor Produksi.


Faktor produksi yang dapat dialihkan dari sector pertanian ke sektor lain tanpa mengurangi
volume produksi pertanian adalah Tenaga kerja dan Modal.
Di Indonesia hubungan investasi pertanian dan non pertanian harus ditingkatkan agar
ketergantungan Indonesia pada pinjaman Luar negeri menurun. Kondisi yang harus dipenuhi
untuk merealisasi hal tersebut adalah :
 Harus ada surplus produk pertanian agar dapat dijual ke luar sectornya. Market surplus ini
harus tetap dijaga dan hal ini juga tergantung kepada factor penawaran yaitu Teknologi,
infrastruktur dan sumber daya manusia dan factor permintaan seperti nilai tukar produk pertanian
dan non pertanian baik di pasar domestic dan Luar negeri.
 Petani harus net savers yaitu Pengeluaran konsumsi oleh petani lebih kecil daripada produksi
 Tabungan petani harus lebih besar dari investasi sektor pertanian.
Kontribusi Devisa.
Kontribusinya melalui 2 cara , yaitu :
 Secara langsung , dengan mengekspor produk pertanian dan mengurangi impor.
 Secara tidak langsung , dengan peningkatan ekspor dan pengurangan impor produk berbasis
pertanian seperti tekstil, makanan dan minuman.

Kontradiksi kontribusi produk dan kontribusi devisa akan meningkatkan ekspor produk
pertanian, dan menyebabkan suplai dalam negeri berkurang dan disuplai dari produk impor.
Peningkatan ekspor produk pertanian berakibat negative terhadap pasokan pasar dalam negeri.
Untuk menghindari trade off ini 2 hal yang harus dilakukan, yaitu :
 Peningkatan kapasitas produksi.
 Peningkatan daya saing produk produk pertanian

II.2 SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA


Struktur perekonomian Indonesia merupakan topik strategis yang sampai sekarang masih
menjadi topik sentral dalam berbagai diskusi di ruang publik. Gagasan mengenai langkah-
langkah perekonomian Indonesia menuju era industrialisasi, dengan mempertimbangkan usaha
mempersempit jurang ketimpangan sosial dan pemberdayaan daerah, sehingga terjadi
pemerataan kesejahteraan kiranya perlu kita evaluasi kembali sesuai dengan konteks kekinian
dan tantangan perekonomian Indonesia di era globalisasi.

Tantangan perekonomian di era globalisasi ini masih sama dengan era sebelumnya, yaitu
bagaimana subjek dari perekonomian Indonesia, yaitu penduduk Indonesia sejahtera. Indonesia
mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar, sekarang ada 235 juta penduduk yang tersebar
dari Merauke sampai Sabang. Jumlah penduduk yang besar ini menjadi pertimbangan utama
pemerintah pusat dan daerah, sehingga arah perekonomian Indonesia masa itu dibangun untuk
memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya.

Berdasarkan pertimbangan ini, maka sektor pertanian menjadi sektor penting dalam struktur
perekonomian Indonesia. Seiring dengan berkembangnya perekonomian bangsa, maka kita mulai
mencanangkan masa depan Indonesia menuju era industrialisasi, dengan pertimbangan sektor
pertanian kita juga semakin kuat.

Seiring dengan transisi (transformasi) struktural ini sekarang kita menghadapi berbagai
permasalahan. Di sektor pertanian kita mengalami permasalahan dalam meningkatkan jumlah
produksi pangan, terutama di wilayah tradisional pertanian di Jawa dan luar Jawa. Hal ini karena
semakin terbatasnya lahan yang dapat dipakai untuk bertani. Perkembangan penduduk yang
semakin besar membuat kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dan berbagai sarana pendukung
kehidupan masyarakat juga bertambah. Perkembangan industri juga membuat pertanian
beririgasi teknis semakin berkurang.

Selain berkurangya lahan beririgasi teknis, tingkat produktivitas pertanian per hektare juga relatif
stagnan. Salah satu penyebab dari produktivitas ini adalah karena pasokan air yang mengairi
lahan pertanian juga berkurang. Banyak waduk dan embung serta saluran irigasi yang ada perlu
diperbaiki. Hutan-hutan tropis yang kita miliki juga semakin berkurang, ditambah lagi dengan
siklus cuaca El Nino-La Nina karena pengaruh pemanasan global semakin mengurangi pasokan
air yang dialirkan dari pegunungan ke lahan pertanian.

Sesuai dengan permasalahan aktual yang kita hadapi masa kini, kita akan mengalami kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri. Di kemudian hari kita mungkin saja akan
semakin bergantung dengan impor pangan dari luar negeri. Impor memang dapat menjadi
alternatif solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan kita, terutama karena semakin murahnya
produk pertanian, seperti beras yang diproduksi oleh Vietnam dan Thailand. Namun, kita juga
perlu mencermati bagaimana arah ke depan struktur perekonomian Indonesia, dan bagaimana
struktur tenaga kerja yang akan terbentuk berdasarkan arah masa depan struktur perekonomian
Indonesia.
Struktur tenaga kerja kita sekarang masih didominasi oleh sektor pertanian sekitar 42,76 persen
(BPS 2009), selanjutnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.05 persen, dan
industri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga kerja dari 1998 sampai 2008 untuk sektor
pertanian 0.29 persen, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,36 persen, dan industri
pengolahan 1,6 persen.

Sedangkan pertumbuhan besar untuk tenaga kerja ada di sektor keuangan, asuransi, perumahan
dan jasa sebesar 3,62 persen, sektor kemasyarakatan, sosial dan jasa pribadi 2,88 persen dan
konstruksi 2,74 persen. Berdasarkan data ini, sektor pertanian memang hanya memiliki
pertumbuhan yang kecil, namun jumlah orang yang bekerja di sektor itu masih jauh lebih banyak
dibandingkan dengan sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa yang pertumbuhannya
paling tinggi.

Data ini juga menunjukkan peran penting dari sektor pertanian sebagai sektor tempat mayoritas
tenaga kerja Indonesia memperoleh penghasilan untuk hidup. Sesuai dengan permasalahan di
sektor pertanian yang sudah disampaikan di atas, maka kita mempunyai dua strategi yang dapat
dilaksanakan untuk pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia di masa depan.

Strategi pertama adalah melakukan revitalisasi berbagai sarana pendukung sektor pertanian, dan
pembukaan lahan baru sebagai tempat yang dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi
masyarakat Indonesia. Keberpihakan bagi sektor pertanian, seperti ketersediaan pupuk dan
sumber daya yang memberikan konsultasi bagi petani dalam meningkatkan produktivitasnya,
perlu dioptimalkan kinerjanya. Keberpihakan ini adalah insentif bagi petani untuk tetap
mempertahankan usahanya dalam pertanian. Karena tanpa keberpihakan ini akan semakin
banyak tenaga kerja dan lahan yang akan beralih ke sektor-sektor lain yang insentifnya lebih
menarik.

Strategi kedua adalah dengan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung bagi sektor lain
yang akan menyerap pertumbuhan tenaga kerja Indonesia. Sektor ini juga merupakan sektor
yang jumlah tenaga kerjanya banyak, yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta industri
pengolahan. Sarana pendukung seperti jalan, pelabuhan, listrik adalah sarana utama yang dapat
mengakselerasi pertumbuhan di sektor ini.

Tantangan perekonomian di era globalisasi ini masih sama dengan era sebelumnya, yaitu
bagaimana subjek dari perekonomian Indonesia, yaitu penduduk Indonesia sejahtera. Indonesia
mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar, sekarang ada 235 juta penduduk yang tersebar
dari Merauke sampai Sabang. Jumlah penduduk yang besar ini menjadi pertimbangan utama
pemerintah pusat dan daerah, sehingga arah perekonomian Indonesia masa itu dibangun untuk
memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya.

Berdasarkan pertimbangan ini, maka sektor pertanian menjadi sektor penting dalam struktur
perekonomian Indonesia. Seiring dengan berkembangnya perekonomian bangsa, maka kita mulai
mencanangkan masa depan Indonesia menuju era industrialisasi, dengan pertimbangan sektor
pertanian kita juga semakin kuat.

Seiring dengan transisi (transformasi) struktural ini sekarang kita menghadapi berbagai
permasalahan. Di sektor pertanian kita mengalami permasalahan dalam meningkatkan jumlah
produksi pangan, terutama di wilayah tradisional pertanian di Jawa dan luar Jawa. Hal ini karena
semakin terbatasnya lahan yang dapat dipakai untuk bertani. Perkembangan penduduk yang
semakin besar membuat kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dan berbagai sarana pendukung
kehidupan masyarakat juga bertambah. Perkembangan industri juga membuat pertanian
beririgasi teknis semakin berkurang.

Selain berkurangya lahan beririgasi teknis, tingkat produktivitas pertanian per hektare juga relatif
stagnan. Salah satu penyebab dari produktivitas ini adalah karena pasokan air yang mengairi
lahan pertanian juga berkurang. Banyak waduk dan embung serta saluran irigasi yang ada perlu
diperbaiki. Hutan-hutan tropis yang kita miliki juga semakin berkurang, ditambah lagi dengan
siklus cuaca El Nino-La Nina karena pengaruh pemanasan global semakin mengurangi pasokan
air yang dialirkan dari pegunungan ke lahan pertanian.

Sesuai dengan permasalahan aktual yang kita hadapi masa kini, kita akan mengalami kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri. Di kemudian hari kita mungkin saja akan
semakin bergantung dengan impor pangan dari luar negeri. Impor memang dapat menjadi
alternatif solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan kita, terutama karena semakin murahnya
produk pertanian, seperti beras yang diproduksi oleh Vietnam dan Thailand. Namun, kita juga
perlu mencermati bagaimana arah ke depan struktur perekonomian Indonesia, dan bagaimana
struktur tenaga kerja yang akan terbentuk berdasarkan arah masa depan struktur perekonomian
Indonesia.

Struktur tenaga kerja kita sekarang masih didominasi oleh sektor pertanian sekitar 42,76 persen
(BPS 2009), selanjutnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.05 persen, dan
industri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga kerja dari 1998 sampai 2008 untuk sektor
pertanian 0.29 persen, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,36 persen, dan industri
pengolahan 1,6 persen.

Sedangkan pertumbuhan besar untuk tenaga kerja ada di sektor keuangan, asuransi, perumahan
dan jasa sebesar 3,62 persen, sektor kemasyarakatan, sosial dan jasa pribadi 2,88 persen dan
konstruksi 2,74 persen. Berdasarkan data ini, sektor pertanian memang hanya memiliki
pertumbuhan yang kecil, namun jumlah orang yang bekerja di sektor itu masih jauh lebih banyak
dibandingkan dengan sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa yang pertumbuhannya
paling tinggi.
Data ini juga menunjukkan peran penting dari sektor pertanian sebagai sektor tempat mayoritas
tenaga kerja Indonesia memperoleh penghasilan untuk hidup. Sesuai dengan permasalahan di
sektor pertanian yang sudah disampaikan di atas, maka kita mempunyai dua strategi yang dapat
dilaksanakan untuk pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia di masa depan.

Strategi pertama adalah melakukan revitalisasi berbagai sarana pendukung sektor pertanian, dan
pembukaan lahan baru sebagai tempat yang dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi
masyarakat Indonesia. Keberpihakan bagi sektor pertanian, seperti ketersediaan pupuk dan
sumber daya yang memberikan konsultasi bagi petani dalam meningkatkan produktivitasnya,
perlu dioptimalkan kinerjanya. Keberpihakan ini adalah insentif bagi petani untuk tetap
mempertahankan usahanya dalam pertanian. Karena tanpa keberpihakan ini akan semakin
banyak tenaga kerja dan lahan yang akan beralih ke sektor-sektor lain yang insentifnya lebih
menarik.

Strategi kedua adalah dengan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung bagi sektor lain
yang akan menyerap pertumbuhan tenaga kerja Indonesia. Sektor ini juga merupakan sektor
yang jumlah tenaga kerjanya banyak, yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta industri
pengolahan. Sarana pendukung seperti jalan, pelabuhan, listrik adalah sarana utama yang dapat
mengakselerasi pertumbuhan di sektor ini.

Struktur perekonomian Indonesia sekarang adalah refleksi dari arah perekonomian yang
dilakukan di masa lalu. Era orde baru dan era reformasi juga telah menunjukkan bahwa sektor
pertanian masih menjadi sektor penting yang membuka banyak lapangan pekerjaan bagi
masyarakat Indonesia. Sektor pertanian juga menyediakan pangan bagi masyarakat Indonesia.

Saat ini kita mempunyai kesempatan untuk mempersiapkan kebijakan yang dapat membentuk
struktur perekonomian Indonesia di masa depan. Namun, beberapa permasalahan yang dihadapi
sektor pertanian di masa ini perlu segera dibenahi, sehingga kita dapat meneruskan hasil dari
kebijakan perekonomian Indonesia yang sudah dibangun puluhan tahun lalu, dalam
meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia sampai saat sekarang ini.

II.3 PROGRAM PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN


Program ini bertujuan untuk memfasilitasi peningkatan dan keberlanjutan ketahanan pangan
sampai ke tingkat rumah tangga sebagai bagian dari ketahanan nasional. Kegiatan pokok yang
dilakukan dalam program ini meliputi :
1. Pengamanan ketersediaan pangan dari produksi dalam negeri, antara lain melalui pengamanan
lahan sawah di daerah irigasi, peningkatan mutu intensifikasi, serta optimalisasi dan perluasan
areal pertanian;
2. Peningkatan distribusi pangan, melalui penguatan kapasitas kelembagaan pangan dan
peningkatan infrastruktur perdesaan yang mendukung sistem distribusi pangan, untuk menjamin
keterjangkauan masyarakat atas pangan;
3. Peningkatan pasca panen dan pengolahan hasil, melalui optimalisasi pemanfaatan alat dan
mesin pertanian untuk pasca panen dan pengolahan hasil, serta pengembangan dan pemanfaatan
teknologi pertanian untuk menurunkan kehilangan hasil (looses);
4. Diversifikasi pangan, melalui peningkatan ketersediaan pangan hewani, buah dan sayuran,
perekayasaan sosial terhadap pola konsumsi masyarakat menuju pola pangan dengan mutu yang
semakin meningkat, dan peningkatan minat dan kemudahan konsumsi pangan alternatif/pangan
lokal; dan
5. Pencegahan dan penanggulangan masalah pangan, melalui peningkatan bantuan pangan
kepada keluarga miskin/rawan pangan, peningkatan pengawasan mutu dan kemanan pangan, dan
pengembangan sistem antisipasi dini terhadap kerawanan pangan.

II.4 PROGRAM PENGEMBANGAN AGRIBINIS


Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis yang mencakup
usaha di bidang agribisnis hulu, on farm, hilir dan usaha jasa pendukungnya. Kegiatan pokok
yang akan dilakukan dalam program ini meliputi:
1. Pengembangan diversifikasi usahatani, melalui pengembangan usahatani dengan komoditas
bernilai tinggi dan pengembangan kegiatan off-farm untuk meningkatkan pendapatan dan nilai
tambah;
2. Peningkatan nilai tambah produk pertanian dan perikanan melalui peningkatan penanganan
pasca panen, mutu, pengolahan hasil dan pemasaran dan pengembangan agroindustri di
perdesaan;
3. Pengembangan dan rehabilitasi infrastruktur pertanian dan perdesaan, melalui perbaikan
jaringan irigasi dan jalan usahatani, serta infrastruktur perdesaan lainnya;
4. Peningkatan akses terhadap sumberdaya produktif, terutama permodalan;
5. Pengurangan hambatan perdagangan antar wilayah dan perlindungan dari sistem perdagangan
dunia yang tidak adil;
6. Peningkatan iptek pertanian dan pengembangan riset pertanian melalui pengembangan dan
pemanfaatan teknologi tepat dan spesifik lokasi yang ramah lingkungan; dan
7. Pengembangan lembaga keuangan perdesaan dan sistem pendanaan yang layak bagi usaha
pertanian, antara lain melalui pengembangan dan penguatan lembaga keuangan mikro/perdesaan,
insentif permodalan dan pengembangan pola-pola pembiayaan yang layak dan sesuai bagi usaha
pertanian.

II.5 PROGRAM PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI


Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing masyarakat pertanian,
terutama petani yang tidak dapat menjangkau akses terhadap sumberdaya usaha pertanian.
Kegiatan pokok yang akan dilakukan dalam program ini adalah:
1. Revitalisasi sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan yang secara intensif perlu
dikoordinasikan dengan pemerintah daerah baik propinsi maupun kabupaten;
2. Penumbuhan dan penguatan lembaga pertanian dan perdesaan untuk meningkatkan posisi
tawar petani dan nelayan;
3. Penyederhanaan mekanisme dukungan kepada petani dan pengurangan hambatan usaha
pertanian;
4. Pendidikan dan pelatihan sumberdaya manusia pertanian (a.l. petani, nelayan, penyuluh dan
aparat pembina);
5. Perlindungan terhadap petani dari persaingan usaha yang tidak sehat dan perdagangan yang
tidak adil; dan
6. Pengembangan upaya pengentasan kemiskinan.
II.6 STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN BELAJAR DARI PENGALAMAN
NEGARA LAIN
Setidaknya ada tiga pilar yang perlu dibangun guna mendukung sektor pertanian memiliki
dampak yang positif terhadap kaum miskin sebagaimana yang diungkapkan oleh Prowse dan
Chimhowu (2007) dalam studinya yang bertajuk “Making Agriculture Work for The Poor” yakni
:
• Pertama pentingnya pembangunan infrastruktur yang mendukung perekonomian masyarakat.
Infrastruktur merupakan faktor kunci dalam mendukung program pengentasan kemiskinan yang
dalam hal ini petani di pedesaan. Di Vietnam, pesatnya penurunan angka kemiskinan tak lepas
dari tingginya investasi untuk pembangunan irigasi dan jalan yang mencapai 60 persen dari total
anggaran sektor pertanian mereka pada akhir dekade 1990-an. Hal yang sama juga dilakukan di
India yang membangun infrastruktur pedesaan. Bahkan di Ethiopia yang pernah mengalami
krisis pangan dan kelaparan pada pertengahan dekade 1980-an, perbaikan jalan di pedesaan dan
peningkatan akses pasar bagi para petaninya mampu mengangkat tingkat kesejahteraan para
petaninya.
• Kedua, perluasan akses pendidikan.
Pendidikan memainkan peranan yang penting dalam mengentaskan kemiskinan di pedesaan
melalui tiga saluran yakni dimana tingkat pendidikan berkaitan erat dengan peningkatan
produktivitas di sektor pertanian itu sendiri. Kemudian, pendidikan juga berhubungan dengan
semakin luasnya pilihan bagi petani untuk bisa bergerak di bidang usaha di samping sektor
pertanian itu sendiri yang pada gilirannya juga akan dapat meningkatkan investasi di sektor
pertanian. Terakhir, pendidikan juga berkontribusi terhadap migrasi pedesaan – perkotaan.
Namun demikian di India, Uganda, dan Ethipia migrasi terjadi antar desa. Buruh tani yang
berpendidikan di Bolivia dan Uganda lebih memiliki posisi tawar yang tinggi dalam hal upah
yang lebih baik (Mosley, 2004).
• Ketiga, penyediaan informasi baik melalui kearifan lokal setempat maupun fasilitasi dari
pemerintah.
(Umumnya petani miskin memiliki kualitas modal sosial yang rendah yang berakibat terhadap
minimnya akses terhadap informasi seperti informasi kesempatan kerja, informasi pasar
mengenai input dan output pertanian, dan informasi mengenai teknik – teknik pertanian terbaru.
Kurangnya informasi ini merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan mengapa petani
kita tetap miskin)

BAB III
KESIMPULAN

Kondisi yang terjadi di Indonesia , saat ini yaitu :


• Kemampuan pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan kita sendiri, relatif telah dan sedang
menurun dengan sangat besar.
• Pada waktu ini Indonesia berada dalam keadaan "Rawan Pangan" bukan karena tidak adanya
pangan, tetapi karena pangan untuk rakyat Indonesia sudah tergantung dari Supply Luar Negeri,
dan ketergantungannya semakin besar.
• Pasar pangan amat besar yang kita miliki diincar oleh produsen pangan luar negri yang tidak
menginginkan Indonesia memiliki kemandirian di bidang pangan.
Saran untuk meningkatkan Sektor Pertanian di Indonesia, diantaranya :
• Negara perlu merumuskan politik dan kebijakan paertanian yang jelas.
• Meminimalisir dan menghentikan praktek konversi lahan pertanian produktif dan dilakukan
reforma agraria.
• Meningkatkan luas lahan pertanian oleh petani.
• Mengoptimalkan lahn tidur yang di kuasai oleh negara untuk kegiatan pertanian produktif.
• Meningkatkan nilai tukar petani
• Membangun Agro-Industri berbasis masyarakat di tngkat perdesaan.
• Membuat regulasi mengenai upah buruh tani.
• Peningkatkan teknologi pertanian tepat guna.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

• www.google.com
• www.wikipedia.org
• www.blogspot.com
1. Sejarah Singkat Perkembangan Teknologi Pertanian di Indonesia

Teknologi pertanian pada dasarnya adalah penerapan dari ilmu-ilmu teknik pada kegiatan
pertanian atau dalam pengertian lain dan lebih luas yaitu suatu penerapan prinsip-prinsip
matematika dan sains dalam rangka pendayagunaan sumber daya pertanian dan sumber daya
alam secara ekonomis untuk kesejahteraan manusia.

Pertanian dan pertanian sangatlah tidak dapat dipisahkan untuk zaman sekarang ini.
Keduanya jalan bersamaan dalam proses pemenuhan kebutuhan hidup dan peningkatan
kesejahtareaan manusia melalui ketahanan pangan dan produk-produk sandang dan papan. Ilmu
dan teknoogi pertanian secara luas mencakup berbagai penerapan ilmu yang terfokus pada
budidaya, pemeliharaan, pemanenan, peningkatan mutu hasil panen, penanganan, pengelolaan
dan pengamanan hasil, dan pemasaran hasil sebagai objek formal ilmu pertanian tersebut.

Sebelum membahas masalah dan perkembangan teknologi pertanian di Indonesia, perlu


diketahui terlebih dahulu perkembangan pertanian di Indonesia yang di dalamnya diterapkan
teknologi pertanian baik teknologi sederhana maupun sudah sampai teknologi mutakhir.

Pertanian, khususnya di Indonesia, mulai berkembang sekitar tahu 1975. Pertanian


tersebut terbagi ke dalam tiga generasi. Generasi I yaitu generasi pertanian yang menghasilkan
bibit. Generasi II yaitu generasi penghasil komoditas pertanian. Generasi III yaitu generasi yang
meningkatkan nilai tambah hasil pertanian atau dengan kata lain agroindustri. Ketiga generasi
tersebut tidak dapat berjalan sendiri-sendiri karena ketiganya saling mendukung. Generasi I
pertanian menghasilkan bibit bagi pertanian melalui pertanian bibit yang merupakan input bagi
generasi II pertanian sehingga menghasilkan suatu komoditi. Kemudian komoditi yang
dihasilkan generasi II pertanian yang meliputi hewan, tumbuhan, dan mikroba dijadikan input
bagi generasi III pertanian yaitu agroindustri untuk diolah menjadi produk yang mempunyai nilai
yang lebih tinggi dari generasi-generasi sebelumnya baik dari segi fungsionalnya maupun nilai
ekonomisnya.

Pada generasi I, menghasilkan bibit pertanian dapat dilakukan dengan berbagai metode
dalam ilmu dan teknologi pertanian seperti penyeleksian, persilangan, dan rekayasa genetika.
Pertanian generasi II menghasilkan komoditas pertanian dengan melakukan budidaya yang
menerapkan segenap ilmu dan teknologi mulai dari penyiapan lahan hingga pemanenan. Untuk
generasi agroindustri, teknologi yang diterapkan lebih banyak lagi dan teknologi tersebut saling
terintegrasi untuk membangun suatu agroindustri yang baik. Teknologi yang digunakan pada
pertanian generasi III ini antara lain, bioteknologi, kimia pangan, teknologi rekayasa proses,
teknik dan sistem industri, pengemasan, penyimpanan, distribusi dan transportasi, dan bahkan
nanoteknologi.

Bukti kaitan ketiganya saling tidak dapat terlepas yaitu apabila salah satu generasi tidak
ada atau tidak berjalan akan ‘mengkerdilkan’ fungsi generasi lainnya. Misalnya, kegiatan
agroindustri yang sangat buruk di suatu negara yang tidak dapat mengangkat potensi komoditas-
komoditas pertaniannya ke dalam produk bernilai tinggi akan mematisurikan potensi komoditas
yang dihasilkan pertanian generasi II dan kegunaan pertanian generasi I tidak maksimal, dalam
arti hanya sebatas penggunaan bibit untuk menghasilkan komoditas, tidak menghasilkan produk,
padahal bibit yang dihasilkan (pada generasi I) juga dapat dijadikan input untuk generasi
agroindustri yaitu industri bibit yang tentunya disandarkan pada teknologi pertanian bibit dalam
pengembangannya. Begitu pula apabila generasi II tidak menghasilkan komoditas pertanian yang
berkualitas dan berkuantitas baik, maka generasi agroindustri akan kesulitan mendapat bahan
baku industrinya. Hal ini bisa saja dikarenakan generasi I penghasil bibit menghasilkan bibit
yang kurang dalam segi kualitas. Terbukti bahwa ketiga generasi tersebut saling mendukung.
Ketiga generasi tersebut akan tetap berjalan sejak dan selama pertanian dan ilmu pengetahuan
dan teknologi ada di bumi ini.
Sejarah adanya teknologi pertanian di Indonesia tidak dapat terlepas dari sejarah
Indonesia itu sendiri. Indonesia yang pada era perang dunia I diduduki oleh kolonial Belanda
menjadi ‘tempat’ pertanian pemerintah kolonial Hindia Belanda dalam hal pemenuhan
kebutuhan mereka. Untuk melaksanakan progamnya, pemerintah Hindia Belanda yang
sebelumnya mendatangkan tenaga ahli pertanian, karena adanya peperangan, mereka
mendapatan kesulitan untuk terus mengirim tenaga ahli dari Belanda. Untuk mengatasi masalah
tersebut, kemudian mereka membangun sekolah-sekolah pertanian dan teknik untuk mencetak
tenaga ahli di bidang pertanian. Mulai dari sinilah teknologi pertanian mulai dan dapat
berkembang di Indonesia.

Sebelum mendirikan sekolah pertanian, pemerintah Hindia Belanda telah


memprogramkan program culturstelseels di Jawa dan Sumatra, barulah sekolah-sekolah
pertanian dan teknik muncul satu per satu mendukung program tersebut. Sekolah-sekolah
tersebut diantaranya Middelbare Landboouw Scholl, Middelbare Bosboouw Scholl, dan
Nederlandssch Indische Veerleen Scholl. Untuk sekolah teknik, Hindia Belanda juga mendirikan
perguruan tinggi teknik bernama Technische Hoogeshool de Bandoeng pada tahun 1920. Mulai
dari situlah berkembangnya ilmu teknik dan teknologi pertanian Indonesia. Selain itu, jauh
sebelum banyak dibentuknya sekolah pertanian dan teknik, telah dibentuk terlebih dahulu
lembaga dinas penyuluhan (Lanbouw Voorlichting Dients) pada tahun 1908 di bawah
Departemen Pertanian (BPLPP, 1978; Iskandar, 1969).

Setelah merdeka, Indonesia mandiri mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi


tak terkecuali teknologi pertanian. Kebijakan iptek telah ada sejak Pelita I tahun 1970.
Penyuluhan pun tetap menjadi suatu usaha perbaikan pertanian. Pada saat itu juga telah ada
lembaga yang bertugas dalam melakukan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknik seperti
lembaga penelitian pemerintah non-departemen dibawah koordinasi kemenristek. Namun pada
saat itu, yang menjadi kendala dalam pengembangan teknologi pertanian yaitu kurang
terfokusnya penelitian, kurangnya dana, dan keterbatasan tenaga ahli yang secara penuh
konsentrasi pada penelitian tersebut. Padahal menurut Mangunwidjaja (2009) terdapat empat
gatra yang saling berkaitan dalam kebijakan penerapan dan pengembangan teknologi, yaitu a)
pentingnya pengetahuan dan teknik dasar bagi teknologi, b) pengembangan sumberdaya manusia
untuk pengembangan teknologi, c) percepatan pengalihan hasil penelitian dan pengembangan
untuk diterapkan secara komersial, d) diperolehnya keuntungan dari penerapan teknologi
tersebut. Apabila keempat gatra tersebut tidak terlaksana, berarti kebijakan Pelita I dalam hal
ilmu pengetahuan dan teknologi belum dapat dikatakan berhasil menggapai tujuan yang dicita-
citakan.

Pada tahun 60-an, teknologi guna meningkatkan produksi pertanian khususnya beras
dikenalkan dalam beberapa program seperti Demonstrasi Massal Swasembada Beras,
Intensifikasi Khusus, Supra Insus dan sebagainya. Melalui program tersebut dikenalkan beberapa
teknologi modern seperti benih unggul, pupuk buatan atau pupuk kimia, irigasi dan lain-lain.
Selain itu ditumbuhkan kesatuan petani untuk bercocok tanam secara baik dan bergabung dalam
kelompok tani untuk mempermudah komunikasi antar petani dan pembinaannya (BPLPP, 1978;
Tim Faperta IPB, 1992).

Seiring pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat cepat, penyuluhan tidak lagi
mengajak petani bagaimana menanam yang baik, tetapi menuntut petani menerapkan teknologi
melalui alih teknologi untuk mereka dapat meningkatkan produksi pertanian mereka. Pada era
inilah Revolusi Hijau dilakukan di Indonesia. Revolusi Hijau sendiri mendasarkan diri pada
empat pilar penting yaitu penyediaan air melalui sistem irigasi, pemakaian pupuk kimia secara
optimal, penerapan pestisida yang sesuai dengan organisme pengganggu, dan penggunaan
varietas unggul sebagai bahan tanam berkualitas. Di samping itu, kebutuhan pembiayaan para
petani disediakan melalui kredit perbankan.

Revolusi Hijau yang dilakukan pemerintah Republik Indonesia tersebut demi tercapainya
ketahanan pangan secara tetap tidak sesuai dengan cita-cita. Indonesia hanya mampu menjadi
negara yang berswasembada pangan selama lima tahun yakni dari 1984 sampai 1989. Selain itu,
kesenjangan ekonomi dan sosial juga menjadi dampaknya. Kesenjangan terjadi di antara petani
kaya dengan petani miskin, serta penyelenggara negara tingkat pedesaan. Sistem ini dinilai hanya
menguntungkan nasib petani kaya pedesaan dan petinggi pemerintahan tingkat desa saja
sedangkan petani miskin tidak merasakan keuntungannya. Antiklimaks pun terjadi. Kerusakan
ekologi menjadi tidak terhindarkan karena pemakaian pestisida yang terlampau sering dan
banyak yang menjadikan hama kebal terhadap pestisida sehingga hama-hama tersebut merusak
produksi pertanian. Produksi pertanian pun perlahan-lahan anjlok.

Dari kejadian tersebut dapat dikatakan, walaupun hanya selama lima tahun dalam
meningkatkan produksi pangan (swasembada), peran teknologi sangat terlihat dan terasa.
Bagaimanapun juga Indonesia pernah menerapkan teknologi yang membawa Indonesia pada
swasembada pangan. Hanya saja sistem yang bekerja tidak didukung dengan pemahaman yang
lebih para pelaku kegiatan tani ini mengenai teknologi yang dialihteknologikan dan diterapkan
sehingga berdampak yang kurang baik bagi ekosistem dengan beragam efek sampingnya di masa
Revolusi Hijau tersebut.

Sekarang seiring berkembangnya teknologi yang lebih mutakhir tidak menutup


kemungkinan bahwa Indonesia dapat mengulang prestasinya (swasembada pangan) dengan
mengeliminasi sebanyak mungkin dampak-dampak negatifnya. Terlebih lagi sekarang ini
pertanian tidak hanya dapat dilakukan dilahan luas untuk komoditas tertentu seperti buah-buahan
dan sayur-mayur. Teknologi green house, kultur jaringan, nanoteknologi, dan tanam gantung
dapat dijadikan alternatif. Sedangkan untuk pangan pokok, selain meningkatkan mutu padi atau
beras melalui bibit unggul, dilakukan pula divesifikasi pangan dengan mengolah umbi-umbian
dan serealia menjadi makanan penghasil energi tubuh pengganti nasi.

Itulah sejarah singkat bagaimana teknologi pertanian muncul di Indonesia dan berperan
bagi pertanian Indonesia. Kita perlu mengambil pelajaran dari terjadinya Revolusi Hijau dan
swasembada pangan yang dilakukan Indonesia dahulu. Teknologi terus berkembang, pertanian
terus berlangsung, pengembangan keduanya pun harus selalu disinkronisasikan agar pertanian
yang kita perjuangkan ini dapat meraih cita-cita ketahanan pangan Indonesia serta
menyejahterakan bangsa Indonesia.
2. PERKEMBANGAN PERTANIAN DARI DAHULU HINGGA KINI

Zaman Mesopotamia yang merupakan awal perkembangan kebudayaan, merupakan zaman yang
turut menentukan sistem pertanian kuno. Perekonomian kota yang pertama berkembang di sana
dilandaskan pada teknologi pertanian yang berkiblat pada kuil-kuil, imam, lumbung, dan jutu
tulis-juru tulis.

Penciptaan surplus sosial menyebabkan terjadinya lembaga ekonomi berdasar peperangan dan
perbudakan. Administrasi untuk surplus yang harus disimpan mendesak kebutuhan sistem
akuntansi. Pemecahan masalah ini datang 6.000 tahun yang lalu dengan terciptanya tulisan-
tulisan yang merupakan awal kebudayaan. Kebudayaan Mesopotamia bertahan untuk beribu
tahun di bawah banyak pemerintahan yang berbeda. Pengaruhnya, walaupun sukar didefinisikan
secara tepat, memancar ke Siria dan Mesir dan mungkin juga ke India dan Cina.

Tulang punggung pertanian terdiri dari tanaman-tanaman yang sekarang masih penting untuk
persediaan pangan dunia: gandum dan barlai, kurma dan ara, zaitum dan anggur. Kebudayaan
kuni dari Mesopotamia - Sumeria, Babilonia, Asiria, Cahldea - mengembangkan pertanian yang
bertambah kompleks dan terintegrasi. Reruntuhan menunjukkan sisa teras-teras, taman-taman
dan kebun-kebun yang beririgasi. Emapt ribu tahun yang lalu saluran irigasi dari bata dengan
sambungan beraspal membantu areal seluas 10.000 mil persegi tetap ditanami untuk memberi
pangan 15 juta jiwa. Pada tahun 700 SM sudah dikenal 900 tanaman.

Pengetahuan tentang pertanian kuno di mana pun tidak lebih banyak dari pada di Mesir, di mana
pasri yang bertiup dari gurun memelihara data dan catatan dari zaman yang menakjubkan.
Walaupun lembah Nil telah mendukung manusia sekurang-kurangnya 20.000 tahun, di duga
perkembangan pertaniannya yang mendorong perubahan-perubahan yang terjadi di wilayah
mediteran.

Kebudayaan Mesir jaya, yang berpengaruh pada kebudayaan-kebudayaan Barat sekarang, adalah
makmur dalam keberlimpahan pertanian yang dimungkinkan oleh kebanjiran Sungai Nil yang
menyuburkan tanah kembali. Orang Mesir adalah akhli dalam mengembangkan teknik drainase
dan irigasi. Drainase yaitu pembuangan kelebihan air, merupakan tuntutan di daerah seperti
lembah Nil; hal ini meminta pengembangan lereng-lereng lahan dan pembuatan sistem
pengangkutan serta saluran air yang efisien. Irigasi yaitu pemberian air pada tanaman secara
buatan, menyangkut penadahan, pengantaran dan pemberian air.

Masalah drainase dan irigasi saling menjalin; pemecahannya oleh orang Mesir dengan
membangun serentetan parit untuk menyimpan air dan saluran yang melayani kedua tujuan
tersebut. Orang Mesir mengembangkan teknik menaikkan air, yang masih dipakai sekarang.
Penemuan yang utama adalah shaduf, yang memungkinkan menaikkan 2.250 liter air setinggi 1.8
m tiap hari kerja pria.

Teknologi pengolahan tanah dapat dilacak lewat perbaikan cangkul. Cangkul asalnya dari suatu
tongkat bercabang yang lancip dan digunakan dengan gerakan memotong. Bajak kuno juga
hanya merupakan cangkul yang ditarik manusia (belakangan oleh hewan) untuk menggaruk
permukaan tanah, dan masih banyak digunakan kini di banyak bagian dunia. Kemudian bajak
diperbaiki dengan penemplean besi di bagian yang besinggungan dengan tanah dan dengan
konstruksi yang lebih kuat dan efisien. Orang-orang Mesir menggunakan berbagai alat potong
pada waktu panen, salah satunya adalah arit yang merupakan alat yang paling baik ketika itu.

Orang Mesir mengembangkan berbagai teknologi yang berhubungan dengan seni masak -
industri keramik, pemanggangan, pembuatan anggur dan penyimpanan pangan. Cara-cara
penyimpanan termsuk fermentasi, pembuatan acar, pengeringan, pengasapan dan pemberian
garam. Banyak tanaman dibudidayakan untuk serat, minyak dan tujuan-tujuan industri lain;
papirus untuk kertas, jarak untuk minyak, pinus untuk malam (lilin). Mereka menciptakan jamu-
jamuan yang pertama, koleksi tanaman obat, dan industri rempah-rempah, wangi-wangian dan
kosmetik.

Sepanjang Sungai Nil diciptakan kebun-kebun formal luas, penuh dengan tanaman-tanaman hias
eksotik dan kolam kolam berisi ikan dan teratai. Di kebun buah (orchard), kurma, anggur, ara,
lemon dan delima diusahakan. Kebun sayur berisi ketimun, articoke, bawang putih, perai,
bawang bombay, slada, menta, endewi, cikori, logak, dan berbagai labu.
Kebudayaan Mesir bertahan selama 35 abad, dan kemudian pelaut-pelaut phoenicia meneruskan
warisan teknologi Mesopotamia dan Mesir ke kepulauan Yunani yang sedang muncul.

Yunani. Walaupun orang-orang Yunani hanya sedikit menambah kemahiran praktek, sikap
analitik dan keingintahuannya terhadap alam benda memberi pengaruh besar pada kemajuan
teknolgoi di masa datang. Ilmu Botani berasal dari pikiran Yunani zaman itu. Dua buah tulisan
terkenal, History of plants dan Causes of Plants dari Theopratus murid Aristoteles
mempengaruhi Ilmu Botani hingga abad 17. Dia dipandang sebagai Bapak Ilmu Botani.

Tulisan tersebut mencakup judul-judul yang beraneka ragam seperti morfologi, klasifikasi,
pembiakan dengan biji dan secara vegetatif, geografi tumbuhan, kehutanan, horikultur,
parmakologi, hama dan bau serta rasa tanaman. Diperbincangkan sebanyak 500 tanaman liar dan
tanaman pertanian. Dia membedakan Angiospermae dan Gymnospermae, Monokotil dan Dikotil,
membahas pembentukan lingkaran tahun dan cara-cara mengumpulkan damar (resins) dan ter.
Bahkan membahas penyerbukan pohon kurma betina dengan bunga-bunga dari pohon jantan
yang tak berbuah. Hal ini merupakan pengetahuan kelamin pada tanam, sesuatu yang lama
menghilang dan baru diketahui lagi 2.000 tahun berikutnya.

Cendekiawan Yunani ternyata tak mampu bertahan secara politik. Persaingan dan peperangan
antar kota membawa ke kejatuha oleh tentara Macedonia. Ada yang melacak kejatuhan Yunani
pada akibat peningkatan populasi pada merosotnya sumber-sumberdaya alam baik oleh
peperangan maupun oleh kebusukan dari dalam. Kelihatan bahwa dasar pertanian Yunani tak
cukup untuk menyokong kebudayaan yang selalu tumbuh.

Kebudayaan Yunani diserap oleh bangsa baru ke barat. Kekaisaran Romawi, berbeda dengan
Yunani, dibangun dari dasar sumberdaya alam yang kokoh kuat. Kebalikan dari bangsa Yunani,
bangsa Romawi sangat tertarik pada aspek praktis dari pertanian. Pertanian merupakan bagian
penting dari ekonomi dan urusan yang sungguh-sungguh. Sumber penghasilan utama dari
Romawi adalah pajak tanah; perundang-undangannya yang paling penting berurusan dengan
rencana agraria; kekayaan besar diinvestasikan pada lahan pertanian. Romawi tumbuh ke
kejayaan pada landasan teknologi pertanian yang sehat dan berfungsi. Sewaktu mereka
menaklukkan, mereka membangun suatu kebudayaan yang asalnya Yunani tetapi
pelaksanaannya secara Romawi.

Walaupun orang Romawi hanya memiliki sedikit ide asli, akan tetapi mereka terkenal betul betul
memperbaiki yang mereka temukan. Tanda perdagangan yang bertahan lama adalah jalan-jalan
dan jalan air. Orang-orang Romawi berpikiran moderan, beradab dan berpusat ke kota, tetapi
bisnis dan kecenderungannya terikat pada tanah.

Praktek pertanian Romawi dibukukan secara baik. Tulisan mengenai pertanian yang pertama
adalah De agricultura karangan Marcus Porceus Cato (234 - 149 SM), yang menulis aspek-aspek
praktis dari pengelolaan tanaman dan ternak, terutama mengenai keuntungan. Asal-usul filosofi
desa ditemui dalam kesimpulannya bahwa petani bukan hanya penduduk yang terbaik, tetapi
juga tentara terbaik. Seratus tahun berikutnya tulisan Marcus Terentius Varro (116 - 28 SM)
yaitu De re rustica libri III, menekankan ketergantungannya negeri sekemakmuran pada
pertanian yang sehat. Tulisan-tulisan lain adalah Georgica karangan Vergilius (70 - 19 SM) dan
banyak lain. Historia naturalis karangan Plinius (23 - 79 M) memuat kumpulan ilmu maupun hal-
hal yang tidak diketahui. Dari tulisan-tulisan ini pertanian Romawi dapat dipelajari.

Dalam tulisan-tulisan pertanian dicatat adanya penyambungan tanaman (grafting dan budding),
poenggunaan berjenis-jenis varietas buah dan sayuran, rotasi pupuk hijau, penggunaan pupuk
kandang, pengembalian kesuburan tnah, bahkan penyimpanan dingin untuk buah-buahan.
Dikenal pula suatu "specularium", rumah kaca dari mika, untuk menanam sayuran pada musim
dingin. Di Romawilah mulainya kebun tanaman hias berkembang sampai tingkat tinggi.

Pada masa awal sejarah Romawi lembaga pertanian yang pokok adalah masyarakat desa. Milik
perorangan kecil, berkisar dari satu hingga mepat acre dan dikelola secara intensif. Setelah
negara Romawi berkembang wilayahnya dan memiliki tenaga kerja perbudakan dari menang
perang, muncul unit produksi yang lebih tinggi. Ini didapat dari tanah-tanah negara yang dibagi-
bagikan. Hasil sistem perkebuan merangsang pertumbuhan kekayaan perotangan yang hebat
yang mendorong penyapan dan korupsi yang menjalar dengan dahsyat. Kenaikan tenaga kerja
murah dari budak-budak dan meningkatnya ukuran milik perorangan berakibatkan
ketidakseimbangan sosial. Tentara-petani-penduduk kehilangan tempatnya sebagai kekuatan
stabilisasi dalam kehidupan Romawi.
3. AL-QURAN SEBAGAI SUMBER ILMU ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN

Al-Qur’an berfungsi sebagai pedoman bagi umat Islam. Al-Qur’an juga mengandung dan
membawakan nilai-nilai yang membudayakan manusia, hampir dua pertiga ayat-ayat al-Qur’an
mengandung motivasi kependidikan bagi umat Islam.

Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang berfungsi sebagai mu’jizat bagi Rasulullah Muhammad
saw. sebagai pedoman hidup bagi setiap muslim dan sebagai korektor dan penyempurna terhadap
kitab-kitab Allah yang sebelumnya dan bernilai abadi. Sebagai mu’jizat, al-Qur’an telah menjadi
salah satu sebab pula bagi masuknya orang-orang Arab di zaman Rasulullah ke dalam agama
Islam, dan menjadi sebab pula bagi masuknya orang-orang sekarang dan (insya Allah) pada
masa-masa yang akan datang.

Al Qur'an sebagai dasar hukum yang pertama, dan tidak di ragukan lagi oleh umat islam bahwa
al qur'an adalah sumber yang asasi bagi syariat islam. Dari al qur'an inilah dasar-dasar hukum
islam beserta cabang-cabangnya digali. Agama islam, agama yang dianut oleh umat muslim di
seluruh dunia, merupakan way of life yang menjamin kebahagian hidup pemeluknya di dunia dan
di akherat kelak.

Agama islam datang dengan al qur'annya membuka lebar-lebar mata manusia agar mereka
menyadari jati diri dan hakekat keberadaan manusia di atas bumi ini. Juga, agar manusia tidak
terlena dengan kehidupan ini, sehingga manusia tidak menduga bahwa hidup mereka hanya di
mulai denga kelahiran dan kematian saja. Al qur'qn mengajak manusia berpikir tentang
kekuasaan Allah SWT. Dan dengan berbagai dalil, al qur'an juga mengajarkan kepada manusia
untuk membuktikan keharusan adanya hari kebangkitan, dan bahwa kebahagiaan manusia pada
hari itu akan di tentukan oleh sikap persesuaian hidup mereka dengan apa yang dikehendaki oleh
Sang Pencipta, Allah Yang Maha Kuasa.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AL-QUR’AN
Secara etimologi (bahasa) al-Qur’an merupakan masdar dari kata qaraah yag berarti
yang berarti Tala’a, keduanya berarti membaca atau bermakna jamak yaitu, mengumpulkan atau
mengoleksi. Sedangkan menurut Quraish sihab adalah bacaan yang trtulis.
Di kalangan para ulama dijumpai adanya perbedaan pendapat di sekitar pengertian al-
Qur’an secara etimologi. di antaranya : As-Syafi’i misalnya mengatakan bahwa Al-Qur’an bukan
berasal dari kata apa pun, dan bukan pula ditulis dengan hamzah. Lafadz tersebut sudah lazim
dipergunakan dalam pengertian kalamullah (firman Allah) yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Sementara Al-Farra berpendapat bahwa lafadz al-Qur’an berasal dari kata
qarain jamak dari kata qarinah yang berarti kaitan ; karena dilihat dari segi makna dan
kandungannya ayat-ayat al-Qur’an itu satu sama lain saling berkaitan.1
Sedangkan secara terminologi Al-Qur’an adalah Kalamullah yang di wahyukan kepada
Nabi Muhammad SAW., sebagai pedoman bagi ummat Islam yang di sampaikan melalui
perantara Jibril melalui jalan Mutawttir.
Di kalangan ulama juga di jumpai perbedaan pendapat tidak hanya dalam pengertian
secara etimologi saja tetapi juga pengertian Al-Qur’an secara terminoligi, diantaranya : Safi’
Hasan Abu Thalib menyebutkan bahwa Al Qur’an adalah wahyu yang diturunkan dengan lafal
bahasa arab dan maknanya dari Allah SWT melalui wahyu yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW, ia merupakan dasar dan sumber dasar utama bagi syariat. 2 Zakariah al-Birri
mengemukakan bahwa Al-qur’an adalah Al-kitab yang disebut Al-qur’an dalam kalam Allah
SWT, yang diturunkan kepada rasul-Nya Muhammad SAW dengan lafal Bahasa Arab dinukil
secara mutawattir dan tertulis pada lembaran-lembaran mushaf. Sementara Al-Gazali
mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah merupakan firman Allah.
Meskipun terdapat banyak pandangan tentang pengertian Al-Qur’an baik itu secara
etimologis dan secara terminologi tetapi masih dapat di tampung oleh sifat dan karakteristik Al-
Qur’an itu sendiri.

B. KEHUJJAAN AL-QUR’AN
Sebagaimana disebutkan oleh Abdul Wahab Khallaf, bahwa kehujjahan Al-Qur’an itu
terletak pada kebenaran dan kepastian isinya yang sedikitpun tidak ada keraguan atasnya.
Dengan kata lain Al- Qur’an itu betul-betul datang dari Allah dan dinukil secara qat’iy (pasti).3
Oleh karena itu hukum-hukum yang terkandung di dalam Al-Qur’an merupakan aturan-aturan
yang wajib diikuti oleh manusia sepanjang masa. Sementara M. Quraish Shihab menjelaskan
bahwa al-Qur’an sebagai wahyu , merupakan bukti kebenaran Nabi Muhammad SAW sebagai
utusan Allah, tetapi fungsi utamanya adalah sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia.

Sebagai sumber ajaran Islam yang utama al-Qur’an diyakini berasal dari Allah dan mutlak
benar. Keberadaan al-Qur’an sangat dibutuhkan manusia. Di kalangan Mu’tazilah dijumpai
pendapat bahwa Tuhan wajib menurunkan al-Qur’an bagi manusia, karena manusia dengan
segala daya yang dimilikinya tidak dapat memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya. Bagi
Mu’tazilah al-Qur’an berfungsi sebagai konfirmasi, yakni memperkuat pendapat-pendapat akal
pikiran, dan sebagai informasi terhadap hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh akal.4

Dengan demikian jelaslah bahwa kehujjahan (Agumentasi) Al-Qur’an sebagai wahyu tidak dapat
seorangpun membantahnya, di samping sumua isinya tidak satupun bertentangan dengan akal
manusia sejak awal di turunkan sehingga sekarang dan seterusnya. Lebih-lebih di abad modern
ini, di mana perkembangan sains modern sudah sampai kepada puncaknya dan kebenaran Al-
Qur’an semangkin terungkap serta dapat di buktikan secara ilmiah.

C. FUGSI AL-QUR’AN DALAM ISAM

1. Dari sudut subtansinya, fungsi Al-Qur’an sebagaimana tersurat nama-namanya dalam Al-
Qur’an adalah sebagai berikut:

a. Al-Huda (petunjuk), Dalam al-Qur'an terdapat tiga kategori tentang posisi al-Qur'an sebagai
petunjuk. Pertama, petunjuk bagi manusia secara umum. Kedua, al-Qur'an adalah petunjuk bagi
orang-orang bertakwa. Ketiga, petunjuk bagi orang-orang yang beriman.4

b. Al-Furqon (pemisah), Dalam al-Qur'an dikatakan bahwa ia adalah ugeran untuk


membedakan dan bahkan memisahkan antara yang hak dan yang batil, atau antara yang benar
dan yang salah.

c. Al-Asyifa (obat). Dalam al-Qur'an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai obat bagi penyakit-
penyakit yang ada dalam dada (mungkin yang dimaksud disini adalah penyakit Psikologis)

d. Al-Mau’izah (nasihat), Didalam Al-Qur’an di katakan bahwa ia berfungsi sebagai penasihat


bagi orang-orang yang bertakwa

2. Fungsi Al-Qur’an di lihat dari realitas kehidupan manusia


a. Al-Qur’an sebagai petunjuk jalan yang lurus bagi kehidupan manusia
b. Al-Qur’an sebagai mukjizat bagi Rasulallah SAW.5
c. Al-Qur’an menjelaskan kepribadian manusia dan ciri-ciri umum yang
membedakannya dari makhluk lain6
d. Al-Qur’an sebagai korektor dan penyempurna kitab-kitab Allah sebelumnya
e. Menjelaskan kepada manusia tentang masalah yang pernah di perselisikan
ummat Islam terdahulu
f. Al-Qur’an brfungsi Memantapkan Iman5
g. Tuntunan dan hukum untuk menempuh kehiduapan

B. KEDUDUKAN AL-QU’AN DALAM ISLAM


1. Al-Qur’an sebagai sumber berbagai disiplin ilmu keislaman
Disiplin ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an di antaranya yaitu:
a. Ilmu Tauhid (Teologi)
b. Ilmu Hukum
c. Ilmu Tasawuf
d. Ilmu Filasafat Islam
e. Ilmu Sejarah Islam
f. Ilmu Pendidikan Islam
2. Al-Quran sebagai Wahyu Allah SWT yaitu seluruh ayat Al-Qur’an adalah wahyu
Allah; tidak ada satu kata pun yang datang dari perkataan atau pikiran Nabi.
3. Kitabul Naba wal akhbar (Berita dan Kabar) arinya, Al-Qur’an merupakan khabar yang
di bawah nabi yang datang dari Allah dan di sebarkan kepada manusia.
4. Minhajul Hayah (Pedoman Hidup), sudah seharusnya setiap Muslim menjadikan Al-
Qur’an sebagai rujukan terhadap setiap problem yang di hadapi.
5. Sebagai salah satu sebab masuknya orang arab ke agama Islam pada zaman rasulallah
dan masuknya orang-orang sekarang dan yang akan datang.
6. Al-Quran sebagai suatu yang bersifat Abadi artinya, Al-Qur’an itu tidak akan terganti
oleh kitab apapun sampai hari kiamat baik itu sebagai sumber hukum, sumber ilmu pengetahuan
dan lain-lain.
7. Al-Qur’an di nukil secara mutawattir artinya, Al-Qur’an disampaikan kepada orang
lain secara terus-menerus oleh sekelompok orang yang tidak mungkin bersepakat untuk
berdusta karena banyaknya jumlah orang dan berbeda-bedanya tempat tinggal mereka.
8. Al-Qur’an sebagai sumber hukum, seluruh mazhab sepakat Al-Qur’an sebagai
sumber utama dalam menetapkan hukum, dalam kata lain bahwa Al-Qur’an menempati posisi
awal dari tertib sumber hukum dalam berhujjah.9

9. Al-Qur’an di sampaikan kepada nabi Muhammad secara lisan artinya, baik lafaz
ataupun maknanya dari Allah SWT.
10. Al-Qur’an termaktub dalam Mushaf, artinya bahwa setiap wahyu Allah yang lafaz dan
maknanya berasal dari-Nya itu termaktub dalam Mushaf (telah di bukukan).
11. agama islam datang dengan al qur'annya membuka lebar-lebar mata manusia agar
mereka manyadari jati diri dan hakikat hidup di muka bumi.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Al-Qur’an merupakan kalamullah yang di Wahyukan kepada Nabi Muhammad SAW,


melalui perantara Malaikat Jibril. Para ulama banyak yang berbeda menafsirkan makna Al-
Qur’an tetapi kesemuanya mempunyai tujuan yang sama dan semuanya mensepakati bahwa AL-
Qur’an itu memang benar di bawah oleh Nabi Muhammad SAW.

Al-Qur’an mempunyai fungsi dan kedudukan yang sangat besar bagi manusia untuk
mamahami tentang jati diri dan hakikat hidupnya di permukaan bumi ini. Al-Qur’an merupakan
pedoman pertama bagi manusia setelah yang keduanya Hadits, yang merupakan sumber hukum
pertama bagi manusia dan tidak ada satupun yang dapat mengganti kedudukan Al-Qu’an sebagai
sumber hukum Isalam, Al-Qur’an itu membahas segala sesuatu secara global misalnya, Al-
Qur’an membahas tentang Sastra tapi Al-Qur’an bukan merupakan buku sastra tetapi ia
membahas sastra yang sangat tinggi dan sebagainya.

Setelah kita memahami fungsi dan kadudukan Al-Qur’an tersebut secara utuh maka kita
dapat menjadikan Al-Qur’an sesuatu yang sangat berperan secara langsung bagi
keberlangsungan kehiduapan ummat manusia di permukaan bumi ini, karna tanpa adanya Al-
Qur’an tersebut maka peradapan manusia saat ini akan kacau, tidak ada rasa hormat antara
manusia, tidak terjalinnya silaturahim antara Muslim, keadaan kehidupan manusia semraut,
terjadinya penghardian terhadap anak yatim dan sebagainya.

B. SARAN-SARAN
- Marilah kita semua menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup kita dan menjadikannya
sebagai rujukan terhadap setiap permasalahan yang kita hadapi
- Marilah kita semua menjadiakn kiata sebagai manusia yang memiliki kepribadian Qur’ani
- Marilah kita semua menpelajari, memahami dan menelaah tentang isi dari kandungan Al-
Qur’an tersebut secara mendalam dari setiap ayat yang di wahyukan Allah yang termaktub dalam
mushaf.
MAKALAH TENTANG
AL- QUR'AN DAN ILMU PENGETAHUAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an secara ilmu kebahasaan berakar dari kata qaraa yaqrau qur’anan yang bererti “bacan
atau yang dibaca”. Secara general Al-Qur’an didefenisikan sebagai sebuah kitab yang berisi
himpunan kalam Allah, suatu mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. melalui
perantaraan malikat Jbril, ditulis dalam mushaf yang kemurniannya senantiasa terpelihara, dan
membacanya merupakan amal ibadah.
Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi
ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan
membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan
berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat
metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk
karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu
pengetahuan adalah produk dari epistemologi.

Membahas hubungan antara Al Qur’an dan ilmu pengetahuan bukan dinilai dari banyak atau
tidaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang dikandungnya, tetapi yang lebih utama adalah
melihat : adakah Al qur’an atau jiwa ayat-ayatnya menghalangi ilmu pengetahuan atau
mendorongnya, karena kemajuan ilmu pengetahuan tidak hanya diukur melalui sumbangan yang
di berikan kepada masyarakat atau kumpulan ide dan metode yang dikembangkannya, tetapi juga
pada sekumpulan syarat-syarat psikologis dan social yang diwujudkan, sehingga mempunyai
pengaruh (positif atau negative) terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa itu Al- Qur’an?
2. Apa itu Ilmu Pengetahuan?
3. Bagaimana Korelasi antara Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan?
C. Tujuan Penulisan
1. Ingin mengetahui apa itu Al- Qur’an?
2. Ingin mengetahui apa itu Ilmu Pengetahuan?
3. Ingin mengetahui bagaimana korelasi antara Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Al- Qur’an dan Ilmu Pengetahuan


Al-Qur’an secara ilmu kebahasaan berakar dari kata qaraa yaqrau qur’anan yang bererti “bacan
atau yang dibaca”. Secara general Al-Qur’an didefenisikan sebagai sebuah kitab yang berisi
himpunan kalam Allah, suatu mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. melalui
perantaraan malikat Jbril, ditulis dalam mushaf yang kemurniannya senantiasa terpelihara, dan
membacanya merupakan amal ibadah.
Al- Qur’an adalah kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan, sumber dari segala sumber,
basis bagi segala sains dan ilmu pengetuhan, sejauh mana keabsahan ilmu harus diukur
standarnya adalah Al-Qur’an. Ia adalah buku induk ilmu pengethuan, di mana tidak ada satu
perkara apapun yang terlewatkan, semuanya telah terkafer di dalamnya yang mengatur berbagai
asfek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah (Hablum minallah); sesama
manusia (Hablum minannas); alam, lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu
emperis, ilmu agama, umum dan sebgaianya.(Q.S. Al-an’am: 38). Lebih lanjut Achmad Baiquni
mengatakan, “sebenarnya segala ilmu yang diperlukan manusia itu tersedia di dalam Al-Qur’an”
Al-Qur’an adalah wahyu Allah SWT yang merupakan mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai sumber hukum dan pedoman hidup bagi pemeluk Islam dan bernilai
ibadat yang membacanya.
1) RuangLingkupnya Al-Qur’an
Pokok-pokok isi Al-Qur’an ada 5:
1. Tauhid, kepercayaan terhadap Allah, malaikat-malaikat Nya, Kitab-kitab Nya, Rosul-rosul
Nya, Hari Akhir dan Qodho, Qadar yang baik dan buruk.
2. Tuntutan ibadat sebagai perbuatan yang jiwa tauhid.
3. Janji dan Ancaman
4. Hidup yang dihajati pergaulan hidup bermasyarakat untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
5. Inti sejarah orang-orang yang taat dan orang-orang yang dholim pada Allah SWT.
2.) Dasar-dasar Al-Qur’an Dalam Membuat Hukum
1. Tidak memberatkan
“Allah tidak membenari seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
Misalnya:
a. Boleh tidak berpuasa pada bulan Ramadhan.
b. Boleh makan-makanan yang diharamkan jika dalam keadaan terpaksa/memaksa.
c. Boleh bertayamum sebagai ganti wudhu’
2. Menyedikitkan beban
Dari prinsip tidak memberatkan itu, maka terciptalah prinsip menyedikitkan beban agar menjadi
tidak berat. Karena itulah lahir hukum-hukum yang sifatnya rukhsah. Seperti: mengqashar sholat.
3. Berangsur-angsur dalam menetapkan hukum
Hal ini dapat diketahui, umpamanya; ketika mengharamkan khomr.
a. Menginformasikan manfaat dan mahdhorotnya.
b. Mengharamkan pada waktu terbatas, yaitu; sebelum sholat.
c. Larangan secara tegas untuk selama-lamanya.
Fungsi dan Isi Kandungan Al-Qur’an
Fungsi Al-Qur’an
1. Petunjuk bagi Manusia.
Allah swt menurunkan Al-Qur’ansebagai petujuk umar manusia,seperti yang dijelaskan dalam
surat (Q.S AL-Baqarah 2:185 (QS AL-Baqarah 2:2) dan (Q.S AL-Fusilat 41:44)

2. Sumber pokok ajaran islam.


Fungsi AL-Qur’an sebagai sumber ajaran islam sudah diyakini dan diakui kebenarannya oleh
segenap hukum islam.Adapun ajarannya meliputi persoalan kemanusiaan secara umum seperti
hukum, ibadah, ekonomi, politik, social, budaya, pendidikan, ilmu pengethuan dan seni.
3. Peringatan dan pelajaran bagi manusia.
Dalam AL-Qur’an banyak diterangkan tentang kisah para nabi dan umat terdahulu,baik umat
yang taat melaksanakan perintah Allah maupun yang mereka yang menentang dan mengingkari
ajaran Nya.Bagi kita,umat uyang akan datang kemudian rentu harus pandai mengambil hikmah
dan pelajaran dari kisah-kisah yang diterangkan dalam Al-Qur’an.
4. Sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw.
Turunnya Al-Qur’an merupakan salah satu mukjizat yang dimilki oleh nabi Muhammad saw.
Tujuan Pokok Al-Quran

1. Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul dalam
keimanan akan keesaan Tuhan dan kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan.
2. Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma
keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual
atau kolektif.
3. Petunjuk mengenal syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum
yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya. Atau dengan
kata lain yang lebih singkat, “Al-Quran adalah petunjuk bagi selunih manusia ke jalan yang
harus ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.”

Pokok Ajaran Dalam Isi Kandungan Al-Qur’an


1. Akidah, Akidah adalah keyakinan atau kepercayaan.Akidah islam adalah keyakinan atau
kepercayaan yang diyakini kebenarannya dengan sepenuh hati oleh setiap muslim.Dalam
islam,akidah bukan hanya sebagai konsep dasar yang ideal untuk diyakini dalam hati seorang
muslim.Akan tetapi,akidah tau kepercayaan yang diyakini dalam hati seorang muslim itu harus
mewujudkan dalam amal perbuatan dan tingkah laku sebagai seorang yang beriman.
2. Ibadah dan Muamalah. Kandungan penting dalam Al-Qur’an adalah ibadah dean
muamallah.Menurut Al-ur’an tujuan diciptakannya jin dan manusia adalah agar mereka
beribadah kepada Allah.Seperti yang dijelaskan dalam (Q.S Az,zariyat 51:56)
Manusia selain sebagai makhluk pribadi juga sebagai makhluk sosial.manusia memerlukan
berbagai kegiatan dan hubungan alat komunikasi .Komonikasi dengan Allah atau hablum
minallah ,seperti shalat,membayar zakat dan lainnya.Hubungan manusia dengan manusia atau
hablum minanas ,seperti silahturahmi,jual beli,transaksi dagang, dan kegiatan kemasyarakatan.
Kegiatan seperti itu disebut kegiatan Muamallah,tata cara bermuamallah di jelaskan dalam surat
Al-Baqarah ayat 82.
3. Hukum
Secara garis besar Al-Qur’an mengatur beberapa ketentuan tentang hukum seperti hukum
perkawinan,hukum waris,hukum perjanjian,hukum pidana,hukum musyawarah,hukum
perang,hukum antar bangsa.
4. Akhlak
Dalam bahasa Indonesia akhlak dikenal dengan istilah moral .Akhlak,di samping memiliki
kedudukan penting bagi kehidupan manusia,juga menjadi barometer kesuksesan seseorang dalam
melaksanakan tugasnya.Nabi Muhammad saw berhasil menjalankan tugasnya menyampaikan
risalah islamiyah,anhtara lain di sebabkan memiliki komitmen yang tinggi terhadap
ajhlak.ketinggian akhlak Beliau itu dinyatakan Allah dalam Al-Qur’an surat al-Qalam ayat 4.
5. Kisah-kisah umat terdahulu. Kisah merupakan kandungan lain dalam Al-Qur’an.Al-Qur’an
menaruh perhatian penting terhadap keberadaan kisah di dalamnya.Bahkan,di dalamnya terdapat
satu surat yang di namaksn al-Qasas.Bukti lain adalah hampir semua surat dalam Al-Qur’an
memuat tentang kisah. Kisah para nabi dan umat terdahulu yang diterangkan dalam Al-Qur’an
antara lain di jelaskan dalam surat al-Furqan ayat 37-39.
6. Isyarat pengemban ilmu pengetahuan dan teknologi. Al-Qur’an banyak mengimbau
manusia untuk mengali dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.Seperti dalam
surat ar-rad ayat 19 dan al zumar ayat 9.Selain kedua surat tersebut masih banyak lagi dasar-
dasar ilmu pengetahuan dan teknologi seperti dalam kedokteran,farmasi,pertanian,dan astronomi
yang bermanfaat bagi kemjuan dan kesejahteraan umat manusia.
Keistimewaan Dan Keutamaan Al-qur’an :

1. Memberi pedoman dan petunjuk hidup lengkap beserta hukum-hukum untuk


kesejahteraan dan kebahagiaan manusia seluruh bangsa di mana pun berada serta segala zaman /
periode waktu.
2. Memiliki ayat-ayat yang mengagumkan sehingga pendengar ayat suci al-qur’an dapat
dipengaruhi jiwanya.
3. Memberi gambaran umum ilmu alam untuk merangsang perkembangan berbagai ilmu.
4. Memiliki ayat-ayat yang menghormati akal pikiran sebagai dasar utama untuk memahami
hukum dunia manusia.
5. Menyamakan manusia tanpa pembagian strata, kelas, golongan, dan lain sebagainya.
Yang menentukan perbedaan manusia di mata Allah SWT adalah taqwa.
6. Melepas kehinaan pada jiwa manusia agar terhindar dari penyembahan terhadap makhluk
serta menanamkan tauhid dalam jiwa.

Ilmu Pengetahuan
Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi
ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan
membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan
berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat
metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk
karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu
pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani
(material saja), atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika lingkup
pandangannya dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret. Berkenaan
dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak matahari dan
bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi cocok menjadi perawat.
Manusia merupakan ciptaan yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaan Allah.
Karena, manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan disertakan alat untuk berfikir. Dengan
akal dan fikirannya manusia dapat membangun peradaban dan menghadirkan ilmu pengetahuan.
Sains dan ilmu pengetahuan adalah merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab suci al-
Qur’an. Bahkan kata ‘ilm itu sendiri disebut dalam al-Qur’an sebanyak 105 kali, tetapi dengan
kata jadiannya ia disebut lebih dari 744 kali[8]. Sains merupakan salah satu kebutuhan agama
Islam, betapa tidak setiap kali umat Islam ingin melakasanakan ibadah selalu memerlukan
penentuan waktu dan tempat yang tepat, umpamanya melaksanakan shalat, menentukan awal
bulan Ramadhan, pelaksanaan haji semuanya punya waktu-waktu tertentu dan untuk mentukan
waktu yang tepat diperlukan ilmu astronomi. Maka dalam Islam pada abad pertengahan dikenal
istilah “ sains mengenai waktu-waktu tertentu”. Banyak lagi ajaran agama yang pelaksanaannya
sangat terkait erat dengan sains dan teknologi, seperti untuk menunaikan ibadah haji, bedakwah
menyebarkan agama Islam diperlukan kendraan sebagai alat transportasi. Allah telah meletakkan
garis-garis besar sains dan ilmu pengetahuan dalam al-Qur’an, manusia hanya tinggal menggali,
mengembangkan konsep dan teori yang sudah ada, antara lain sebagaimana terdapat dalam Q.S
Ar-Rahman: 55/33.
Hai jama''ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi,
Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (Q.S Ar-Rahman:
55/33).
Al-Qur’an sejak empat belas abad yang silam telah memberikan isyarat secara ilmiyah kepada
bangsa Jin dan Manusia, bahwasanya mereka telah di persilakan oleh Allah untuk mejelajah di
angkasa luar asalkan saja mereka punya kemampuan dan kekuatan (sulthan); kekuatan yang
dimaksud di sisni sebagaimana di tafsirkan para ulama adalah ilmu pengetahuan atau sains dan
teknologi, dan hal ini telah terbukti di era mederen sekarang ini, dengan di temukannya alat
transportasi yang mampu menembus angksa luar bangsa-bangsa yang telah mencapai kemajuan
dalam bidang sains dan teknologi telah berulang kali melakukan pendaratan di Bulan, pelanet
Mars, Juipeter dan pelanet -pelanet lainnya.
Menurut Quraish Shihab pemaparan ayat-ayat Al-Qur’an tentang ”Kebenaran Ilmiah” tersebut
lebih bertujuan untuk menunjukkan tentang kebesaran Tuhan dan ke Esa-an Nya, serta
mendorong manusia seluruhnya mengadakan observasi dan penelitian demi lebih menguatkan
iman dan kepercayaan KepadaNya.
Pemaparan-pemaparan di atas secara tidak langsung menerangkan, bahwa antara ilmu
pengetahuan dan al-qur’an ada kaitan erat. Akan tetapi keterkaitan antara keduanya disesuaikan
dengan porsi yang sesuai.
B. Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan
Al-Quran demikian menghormati kedudukan ilmu dengan penghormatan yang tidak ditemukan
bandingannya dalam kitabkitab suci yang lain. Sebagai bukti, Al-Quran menyifati masa Arab
pra-Islam dengan jahiliah (kebodohan). Di dalam Al-Quran terdapat beratus-ratus ayat yang
menyebut tentang ilmu dan pengetahuan. Di dalam sebagian besar ayat itu disebutkan kemuliaan
dan ketinggian derajat ilmu.
Dalam rangka mengingatkan tentang anugerah yang telah diberikan kepada manusia, Allah
berfirman:
"Allah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak mereka ketahui." (QS 96:5)
"Allah meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman dan mempunyai ilmu." (QS
58:11)
"Apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui?" (QS
39:9)
Di samping itu masih banyak ayat lain yang menyatakan tentang kemuliaan ilmu. Dan dalam
hadis-hadis Rasulullah dan para Imam Ahlul Bait - yang kedudukannya mengiringi Al-Quran -
terdapat dalil-dalil yang tidak terhitung banyaknya tentang anjuran untuk mencari ilmu, arti
penting dan kemuliaannya.
Ayat-ayat Al-Qur'an merupakan petunjuk manusia tidak saja untuk kehidupan akherat namun
juga untuk kebaikan kehidupan di dunia. Ilmu pengetahuan dan Teknologi adalah salah satu
sarana manusia untuk menuju kehidupan di dunia lebih baik. Oleh sebab itu, dalam Al-qur'an
pun tak luput memberikan petunjuk tentang ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kehidupan
manusia.
Membuka dan membaca mushaf Al-Qur'an, kita akan menemukan ratusan ayat yang
membicarakan tentang petunjuk untuk memperhatikan bagaimana cara kerja Alam dunia ini.
Tidak kurang dari 700 ayat dari 6000-an ayat Al-Qur'an memberikan gambaran kepada manusia
untuk memperhatikan alam sekitarnya. Selain itu, biasanya ayat-ayat yang membahasnya diawali
maupun diakhiri dengan sindiran-sindiran seperti; "apakah kamu tidak memperhatikan?",
"Apakah kamu tidak berpikir?", "Apakah kamu tidak mendengar?", "Apakah kamu tidak
melihat?". Sering pula di akhiri dengan kalimat seperti "Sebagai tanda-tanda bagi kaum yang
berpikir", "Tidak dipahami kecuali oleh Ulul Albaab". Demikianlah Mukjizat terakhir Rasul,
yang selalu mengingatkan manusia untuk mendengar, melihat, berpikir, merenung, serta
memperhatikan segala hal yang diciptakan Allah di dunia ini.
Berkat dorongan ayat-ayat tersebutlah, ulama-ulama pada abad ke 8-10 Masehi di Timur Tengah
mampu mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan yang berlandaskan pada riset (dengan cara
mendengar, melihat, memperhatikan, merenungkan, dan memikirkan) dan
mengimplementasikannya dalam bentuk alat-alat maupun metode yang berguna bagi kehidupan
manusia.
Membuka kembali lembaran sejarah masa kejayaan Islam, kita akan mendapati begitu banyak
sumbangsih umat Islam bagi dunia Ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada masa itu, dunia di luar
Islam diselubungi kegelapan Ilmu. Perdukunan, mantra dan jampi-jampi menjadi jalan untuk
pengobatan. Namun berbeda di dunia Islam, seorang Ibnu Sina telah mengembangkan berbagai
metode pembedahan manusia, dialah sang bapak kedokteran modern. Karya monumentalnya,
Alqanun fi At Tib (yang diterjemahkan ke Eropa menjadi CANON), menjadi rujukan utama
dunia kedoktekan sampai abad ke 19.
Kita juga harus berterima kasih kepada Al-Khawarizmi, yang telah mengembangkan metode Al-
goritma. Kenapa disebut Al-goritma? Al-goritma merupakan aksen eropa dari nama al-
khawrizmi. Seperti ilmuwan lainnya, Ibnu Sina menjadi Avecina, Ibnu Rusyd menjadi Averoes.
Dan masih banyak lagi penemuan-penemuan di dunia Islam pada masa itu seperti, metode
fotografi paling awal yang disebut ruang gelap, jam air, piston.
Namun alangkah ruginya, umat Islam saat ini yang kurang sekali mengapresiasi kandungan Al-
Qur’an, akibat banyaknya muslim yang tidak paham bahasa Al-Qur’an (Bahasa Arab), meskipun
hanya sebatas pemahaman tingkat dasar. Akibat tidak paham bahasa Al-Qur’an, membaca Al-
Qur’an hanya sebatas ritual saja (meskipun begitu dasyatnya Al-Qur’an, sehingga orang yang
tidak paham maksudnya pun dapat menjadi tenang hatinya). Bahkan banyak generasi muda yang
enggan untuk sekedar menyentuhnya, apalagi untuk membacanya. Hal ini tidak lain disebabkan
oleh minimnya pengetahuan generasi muda Islam tehadap bahasa Al-Qur’an.
C. Korelasi antara Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan
Membahas hubungan antara Al Qur’an dan ilmu pengetahuan bukan dinilai dari banyak atau
tidaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang dikandungnya, tetapi yang lebih utama adalah
melihat : adakah Al qur’an atau jiwa ayat-ayatnya menghalangi ilmu pengetahuan atau
mendorongnya, karena kemajuan ilmu pengetahuan tidak hanya diukur melalui sumbangan yang
di berikan kepada masyarakat atau kumpulan ide dan metode yang dikembangkannya, tetapi juga
pada sekumpulan syarat-syarat psikologis dan social yang diwujudkan, sehingga mempunyai
pengaruh (positif atau negative) terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.
Sejarah membuktikan bahwa Galileo ketika mengungkapkan penemuan ilmiahnya tidak
mendapat tantangan dari satu lembaga ilmiah, kecuali dari masyarakat dimana ia hidup. Mereka
memberikan tantangan kepadanya atas dasar kepercayaan agama. Akibatnya, Galileo pada
akhirnya menjadi korban penemuannya sendiri.
Dalam Al qur’an ditemukan kata-kata “ilmu” dalam berbagai bentuknya yang terulang sebanyak
854 kali. Disamping itu, banyak pula ayat-ayat Al qur’an yang menganjurkan untuk
menggunakan akal pikiran, penalaran, dan sebagainya, sebagaimana dikemukakan oleh ayat-ayat
yang menjelaskan hambatan kemajuan ilmu pengetahuan, antara lain :
1. Subjektivitas (a) suka dan tidak suka (baca antara lain, QS 43:78 ; 7:79); (b) taqlid atau
mengikuti tanpa alasan (baca antara lain, QS 33:67 ; 2:170).
2. Angan-angan dan dugaan yang tak beralasan (baca antara lain, QS 10:36).
3. Bergegas-gegas dalam mengambil keputusan atau kesimpulan (baca antara lain QS 21:37).
4. Sikap angkuh (enggan untuk mencari atau menerima kebenaran) (baca antara lain QS 7:146).
Di samping itu, terdapat tuntutan tuntutan antara lain :
1. Jangan bersikap terhadap sesuatu tanpa dasar pengetahuan (QS 17:36), dalam arti tidak
menetapkan sesuatu kecuali benar-benar telah mengetahui dulu persoalan (baca antara lain QS
36:17), atau menolaknya sebelum ada pengetahuan (baca antara lain, QS 10:39).
2. Jangan menilai sesuatu karena factor ekstern apa pun walaupun dalam dalam pribadi tokoh
yang paling diagungkan.
Ayat- ayat semacam inilah yang mewujudkan iklim ilmu pengetahuan dan yang telah melahirkan
pemikir-pemikir dan ilmuwan-ilmuwan Islam dalam berbagai disiplin ilmu. “tiada yang lebih
baik dituntun dari suatu kitab akidah (agama) menyangkut bidang ilmu kecuali anjuran untuk
berpikir, serta tidak menetapkan suatu ketetapan yang menghalangi umatnya untuk
menggunakan akalnya atau membatasinya menambah pengetahuan selama dan dimana saja ia
kehendaki. Inilah korelasi pertama dan utama antara Al qur’an dan ilmu pengetahuan.
Korelasi kedua dapat ditemukan pada isyarat-isyarat ilmiah yang tersebar dalam sekian banyak
ayat Al qur’an yang berbicara tentang alam raya dan fenomenanya. Isyarat-isyarat tersebut
sebagian nya telah diketahui oleh masyarakat arab ketika itu. Namun apa yang mereka ketahui
itu masih sangat terbatas dalam perinciannya.
Dalam dalam penafsiran ilmiah terhadap ayat-ayat Al qur’an, membawa kita kepada, paling
tidak, tiga hal pula hal yang perlu di garisbawahi, yaitu (1) Bahasa (2) konteks ayat-ayat ; dan (3)
sifat penemuan ilmiah.
1. Bahasa
Disepakati oleh semua pihak bahwa untuk memahami kandungan Al qur’an dibutuhkan
pengetahuan bahasa arab. Untuk memahami arti suatu kata dalam rangkaian redaksi suatu ayat,
seorang terlebih dahulu harus meneliti apa saja pengertian yang dikandung oleh kata tersebut.
Kemudian menetapkan arti yang paling tepat setelah memperhatikan segala aspek yang
berhubngan ayat tadi.
2. Konteks antara kata atau ayat
Memahami pengertian suatu kata dalam sdalam rangkaian satu ayat tidak dapat dilepaskan dari
konteks kata tersebut dengan keseluruhan kata dalam redaksi ayat tadi.
3. Sifat penemuan ilmiah
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa hasil pemikiran seseorang dipengaruhi oleh banyak
factor, antara lain, perkembangan ilmu pengetahuan dan pengalaman-pengalamannya.
Perkembangan ilmu pengetahuan sudah sedemikian pesatnya, sehingga dari faktor ini saja
pemahaman terhadap redaksi Al qur’an dapat berbeda-beda.
Seperti yang telah dikemukakan bahwa salah satu pembuktian tentang kebenaran Al qur’an
adalah ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin yang diisyaratkan. Memeng terbukti, bawa sekian
banyak ayat-ayat Al qur’an yang berbicara tentang hakikat ilmiah yang tidak dikenal pada masa
turunnya, namu terbukti kebenarannya di tengah-tengah perkembangan ilmu, seperti :

 Teori tentang expanding universe (kosmos yang mengembang) (QS 51:47 ).


 Matahari adalah planet yang bercahaya sedangkan bulan adalah pantulan dari cahaya
matahari (QS 10:5).
 Pergerakan bumi mengelilingi matahari, gerakan lapisa-lapisan yang berasal dari perut
bumi, serta bergeraknya gunung sama dengan pergerakan awan (QS 27:88).
 Zat hijau daun (klorofil) yang berperanan dalam mengubah tenaga radiasi matahari
menjadi tenaga kimia melalui proses foto sintesis sehingga menghasilkan energy (QS
36:80).bahkan, istilah Al qur’an, al syajar al akhdhar (pohon yang hijau) justru lebih tepat dari
istilah klorofil (hijau daun), karena zat-zat tersebut bukan hanya terdapat dalam daun saja tapi di
semua bagian pohon, dahan dan ranting yang warnanya hijau.
 Bahwa manusia diciptakan dari sebagian kecil sperma pria dan yang setelah fertilisasi
(pembuahan) berdempet di dinding rahim (QS 86:6 dan 7; 96:2).

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Setelah dibahas dalam bab sebelumnya maka kami selaku penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa Ayat-ayat Al-Qur'an merupakan petunjuk manusia tidak saja untuk kehidupan akherat
namun juga untuk kebaikan kehidupan di dunia. Ilmu pengetahuan dan Teknologi adalah salah
satu sarana manusia untuk menuju kehidupan di dunia lebih baik. Oleh sebab itu, dalam Al-
qur'an pun tak luput memberikan petunjuk tentang ilmu pengetahuan dan teknologi bagi
kehidupan manusia. Membuka dan membaca mushaf Al-Qur'an, kita akan menemukan ratusan
ayat yang membicarakan tentang petunjuk untuk memperhatikan bagaimana cara kerja Alam
dunia ini. Tidak kurang dari 700 ayat dari 6000-an ayat Al-Qur'an memberikan gambaran kepada
manusia untuk memperhatikan alam sekitarnya.
Seperti yang telah dikemukakan bahwa salah satu pembuktian tentang kebenaran Al qur’an
adalah ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin yang diisyaratkan. Memeng terbukti, bawa sekian
banyak ayat-ayat Al qur’an yang berbicara tentang hakikat ilmiah yang tidak dikenal pada masa
turunnya, namu terbukti kebenarannya di tengah-tengah perkembangan ilmu, seperti : Teori
tentang expanding universe (kosmos yang mengembang) (QS 51:47 ), Matahari adalah planet
yang bercahaya sedangkan bulan adalah pantulan dari cahaya matahari (QS 10:5), Pergerakan
bumi mengelilingi matahari, gerakan lapisa-lapisan yang berasal dari perut bumi, serta
bergeraknya gunung sama dengan pergerakan awan (QS 27:88), Zat hijau daun (klorofil) yang
berperanan dalam mengubah tenaga radiasi matahari menjadi tenaga kimia melalui proses foto
sintesis sehingga menghasilkan energy (QS 36:80).bahkan, istilah Al qur’an, al syajar al
akhdhar (pohon yang hijau) justru lebih tepat dari istilah klorofil (hijau daun), karena zat-zat
tersebut bukan hanya terdapat dalam daun saja tapi di semua bagian pohon, dahan dan ranting
yang warnanya hijau, dan masih banyak yang lainnya.

AL-QUR'AN SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam menentukan atau menetapkan hukum-hukum ajaran Islam para mujtahid telah berpegang
teguh kepada sumber-sumber ajaran Islam. Sumber pokok ajaran Islam adalah Al-Qur’an yang
memberi sinar pembentukan hukum Islam sampai akhir zaman. Disamping itu terdapat as-
Sunnah sebagai penjelas Al-Qur’an terhadap hal-hal yang masih bersifat umum. Selain itu para
mujtahidpun menggunakan Ijma’, Qiyas. Sebagai salah satu acuan dalam menentukan atau
menetapkan suatu hukum.
Untuk itu, perlu adanya penjabaran tentang sumber-sumber ajaran Islam tersebut seperti Al-
Qur’an, Hadist, Ijma’, Qiyas, dan Ijtihad. Agar mengerti serta memahami pengertian serta
kedudukannya dalam menentukan suatu hukum ajaran Islam.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Al-Qur’an Beserta Ruang Lingkupnya.
2. Fungsi dan Isi Kandungan Al-Qur’an.
3. Kedudukan Hadist, Ijma, dan Qiyas.
4. Pengertian Nash dan Syari’ah.
5. Pengertian Ijtihad dan Perbedaan Mazdhab.

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Al-Qur’an Beserta ruang Lingkupnya
2. Untuk Mengetahui Fungsi dan Isi Kandungan Al-Qur’an
3. Untuk Mengetahui Kedudukan Hadist, Ijma, dan Qiyas
4. Untuk Mengetahui Pengertian Nash dan Syari’ah
5. Untuk Mengetahui Pengertian Ijtihad dan Perbedaan Mazdhab

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Al-Qur’an
Secara Bahasa (Etimologi) Merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja Qoro’a yang
bermakna Ta’ala (keduanya berarti : membaca), atau bermakna jama’(mengumpulkan).
Secara Syari’at (Terminologi) Adalah Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan
penutup para Nabi-Nya, Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, diawali dengan surat al-
Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas.
Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Qur’an kepadamu (hai
Muhammad) dengan berangsur-angsur.” (al-Insaan:23)
Dan firman-Nya, “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Qur’an dengan berbahasa
Arab, agar kamu memahaminya.” (Yusuf:2)
Allah ta’ala telah menjaga al-Qur’an yang agung ini dari upaya merubah, menambah,
mengurangi atau pun menggantikannya. Dia ta’ala telah menjamin akan menjaganya
sebagaimana dalam firman-Nya,
“Sesungguhnya Kami-lah yang menunkan al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benr-benar
memeliharanya.” (al-Hijr:9)
Al-Qur’an adalah wahyu Allah SWT yang merupakan mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai sumber hukum dan pedoman hidup bagi pemeluk Islam dan bernilai
ibadat yang membacanya.

a. Ruang Lingkupnya Al-Qur’an


Pokok-pokok isi Al-Qur’an ada 5:
1. Tauhid, kepercayaan terhadap Allah, malaikat-malaikat Nya, Kitab-kitab Nya, Rosul-rosul
Nya, Hari Akhir dan Qodho, Qadar yang baik dan buruk.
2. Tuntutan ibadat sebagai perbuatan yang jiwa tauhid.
3. Janji dan Ancaman
4. Hidup yang dihajati pergaulan hidup bermasyarakat untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
5. Inti sejarah orang-orang yang taat dan orang-orang yang dholim pada Allah SWT.

b. Dasar-dasar Al-Qur’an Dalam Membuat Hukum


1. Tidak memberatkan
“Allah tidak membenari seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
Misalnya:
a) Boleh tidak berpuasa pada bulan Ramadhan.
b) Boleh makan-makanan yang diharamkan jika dalam keadaan terpaksa/memaksa.
c) Boleh bertayamum sebagai ganti wudhu’
2. Menyedikitkan beban
Dari prinsip tidak memberatkan itu, maka terciptalah prinsip menyedikitkan beban agar menjadi
tidak berat. Karena itulah lahir hukum-hukum yang sifatnya rukhsah. Seperti: mengqashar sholat.
3. Berangsur-angsur dalam menetapkan hukum
Hal ini dapat diketahui, umpamanya; ketika mengharamkan khomr.
1) Menginformasikan manfaat dan mahdhorotnya.
2) Mengharamkan pada waktu terbatas, yaitu; sebelum sholat.
3) Larangan secara tegas untuk selama-lamanya.

2.2 Fungsi dan Isi Kandungan Al-Qur’an


Fungsi Al-Qur’an
1. Petunjuk bagi Manusia.
Allah swt menurunkan Al-Qur’ansebagai petujuk umar manusia,seperti yang dijelaskan dalam
surat (Q.S AL-Baqarah 2:185 (QS AL-Baqarah 2:2) dan (Q.S AL-Fusilat 41:44)
2. Sumber pokok ajaran islam.
Fungsi AL-Qur’an sebagai sumber ajaran islam sudah diyakini dan diakui kebenarannya oleh
segenap hukum islam.Adapun ajarannya meliputi persoalan kemanusiaan secara umum seperti
hukum,ibadah,ekonomi,politik,social,budaya,pendidikan,ilmu pengethuan dan seni.
3. Peringatan dan pelajaran bagi manusia.
Dalam AL-Qur’an banyak diterangkan tentang kisah para nabi dan umat terdahulu,baik umat
yang taat melaksanakan perintah Allah maupun yang mereka yang menentang dan mengingkari
ajaran Nya.Bagi kita,umat uyang akan datang kemudian rentu harus pandai mengambil hikmah
dan pelajaran dari kisah-kisah yang diterangkan dalam Al-Qur’an.
4. Sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw.
Turunnya Al-Qur’an merupakan salah satu mukjizat yang dimilki oleh nabi Muhammad saw.
Tujuan Pokok Al-Quran
1. Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul dalam
keimanan akan keesaan Tuhan dan kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan.
2. Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan
dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual atau kolektif.
3. Petunjuk mengenal syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang
harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya. Atau dengan kata
lain yang lebih singkat, “Al-Quran adalah petunjuk bagi selunih manusia ke jalan yang harus
ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.”
Pokok Ajaran Dalam Isi Kandungan AlQur’an
1. Akidah
akidah adalah keyakinan atau kepercayaan.Akidah islam adalah keyakinan atau kepercayaan
yang diyakini kebenarannya dengan sepenuh hati oleh setiap muslim.Dalam islam,akidah bukan
hanya sebagai konsep dasar yang ideal untuk diyakini dalam hati seorang muslim.Akan
tetapi,akidah tau kepercayaan yang diyakini dalam hati seorang muslim itu harus mewujudkan
dalam amal perbuatan dan tingkah laku sebagai seorang yang beriman.
2. Ibadah dan Muamalah. Kandungan penting dalam Al-Qur’an adalah ibadah dean
muamallah.Menurut Al-ur’an tujuan diciptakannya jin dan manusia adalah agar mereka
beribadah kepada Allah.Seperti yang dijelaskan dalam (Q.S Az,zariyat 51:56)
Manusia selain sebagai makhluk pribadi juga sebagai makhluk sosial.manusia memerlukan
berbagai kegiatan dan hubungan alat komunikasi .Komonikasi dengan Allah atau hablum
minallah ,seperti shalat,membayar zakat dan lainnya.Hubungan manusia dengan manusia atau
hablum minanas ,seperti silahturahmi,jual beli,transaksi dagang, dan kegiatan kemasyarakatan.
Kegiatan seperti itu disebut kegiatan Muamallah,tata cara bermuamallah di jelaskan dalam surat
Al-Baqarah ayat 82.
3. Hukum
Secara garis besar Al-Qur’an mengatur beberapa ketentuan tentang hukum seperti hukum
perkawinan,hukum waris,hukum perjanjian,hukum pidana,hukum musyawarah,hukum
perang,hukum antar bangsa.
4. Akhlak
Dalam bahasa Indonesia akhlak dikenal dengan istilah moral .Akhlak,di samping memiliki
kedudukan penting bagi kehidupan manusia,juga menjadi barometer kesuksesan seseorang dalam
melaksanakan tugasnya.Nabi Muhammad saw berhasil menjalankan tugasnya menyampaikan
risalah islamiyah,anhtara lain di sebabkan memiliki komitmen yang tinggi terhadap
ajhlak.ketinggian akhlak Beliau itu dinyatakan Allah dalam Al-Qur’an surat al-Qalam ayat 4.
5. Kisah-kisah umat terdahulu. Kisah merupakan kandungan lain dalam Al-Qur’an.Al-Qur’an
menaruh perhatian penting terhadap keberadaan kisah di dalamnya.Bahkan,di dalamnya terdapat
satu surat yang di namaksn al-Qasas.Bukti lain adalah hampir semua surat dalam Al-Qur’an
memuat tentang kisah. Kisah para nabi dan umat terdahulu yang diterangkan dalam Al-Qur’an
antara lain di jelaskan dalam surat al-Furqan ayat 37-39.
6. Isyarat pengemban ilmu pengetahuan dan teknologi. Al-Qur’an banyak mengimbau manusia
untuk mengali dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.Seperti dalam surat ar-rad
ayat 19 dan al zumar ayat 9.Selain kedua surat tersebut masih banyak lagi dasar-dasar ilmu
pengetahuan dan teknologi seperti dalam kedokteran,farmasi,pertanian,dan astronomi yang
bermanfaat bagi kemjuan dan kesejahteraan umat manusia.
Keistimewaan Dan Keutamaan Al-qur’an :
1. Memberi pedoman dan petunjuk hidup lengkap beserta hukum-hukum untuk kesejahteraan
dan kebahagiaan manusia seluruh bangsa di mana pun berada serta segala zaman / periode
waktu.
2. Memiliki ayat-ayat yang mengagumkan sehingga pendengar ayat suci al-qur’an dapat
dipengaruhi jiwanya.
3. Memberi gambaran umum ilmu alam untuk merangsang perkembangan berbagai ilmu.
4. Memiliki ayat-ayat yang menghormati akal pikiran sebagai dasar utama untuk memahami
hukum dunia manusia.
5. Menyamakan manusia tanpa pembagian strata, kelas, golongan, dan lain sebagainya. Yang
menentukan perbedaan manusia di mata Allah SWT adalah taqwa.
6. Melepas kehinaan pada jiwa manusia agar terhindar dari penyembahan terhadap makhluk
serta menanamkan tauhid dalam jiwa.
2.3 Kedudukan Hadist, Ijma dan Qiyas
1. Kedudukan Al-Hadist/Al-Sunnah
Nabi Muhammad sebagai seorang rosul menjadi panutan bagi umatnya disamping sebagai ajaran
hukum. Baik yang diterima dari Allah yang berupa Al-Qur’an maupun yang ditetapkan sendiri
yang berupa al-Sunnah. Banyak sekali masalah yang sulit ditemukan hukumnya secara eksplisit
dalam Al-Qur’an sebagai sumber pertama dan utama, maka banyak orang mencarinya dalam as-
Sunnah.
Selain diindikasikan dalam Al-Qur’an, para ulama pun telah bersepakat untuk menetapkan al-
Sunnah sebagai sumber ajaran Islam.
Sunnah yang dijalankan Nabi pada dasarnya adalah kehendak Allah juga. Dalam arti bahwa
Sunnah itu sebenarnya adalah risalah dari Allah yang manifestasikan dalam ucapan, perbuatan
dan penetapan Nabi. Maka sudah sepantasnya, bahkan seharusnya bilamana Sunnah Nabi
dijadikan sumber dan landasan ajaran Islam.
2. Kedudukan Ijma’
Kebanyakan ulama menetapkan, bahwa ijma’ dapat dijadikan hujjah dan sumber ajaran Islam
dalam menetapkan suatu hukum. Firman Allah dalam surat An-Nisa’ ayat 59 yang artinya: “Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Rosulnya dan Ulil Amri diantara kamu.”
Maka dapat disimpulkan bahwa, apabila mujtahid telah sepakat terhadap ketetapan hukum suatu
masalah/peristiwa, maka mereka wajib ditaati oleh umat.
Ijma’ dapat dijadikan alternatif dalam menetapkan hokum suatu peristiwa yang didalam Al-
Qur’an atau as-Sunnah tidak ada atau kurang jelas hukumnya.
3. Kedudukan Qiyas
Qiyas menduduki tingkat keempat, sebab dalam suatu peristiwa bila tidak terdapat hukumnya
yang berdasarkan nash, maka peristiwa itu disamakan dengan peristiwa lain yang mempunyai
kesamaan dan telah ada ketetapan hukumnya dalam Al-Qur’an. Mereka mendasarkan hal
tersebut pada firman Allah dalam surat Al-Hasyr ayat 2 yang artinya; “Maka ambillah (kejadian
itu) untuk menjadi pelajaran hai orang-orang yang mempunyai pandangan.”
2.4 Pengertian Nash dan Syari’ah
1. Pengertian Nash
Menurut bahasa, Nash adalah raf’u asy-syai’ atau munculnya segala sesuatu yang tampak. Oleh
sebab itu, dalam mimbar nash ini sering disebut munashahat, sedangkan menurut istilah antara
lain dapat dikemukakan di sini menurut:
a. Ad-Dabusi:
Artinya:
“Suatu lafazh yang maknanya lebih jelas daripada zhahar bila ia dibandingkan dengan lafzh
shahir.”
b. Al-Bazdawi
“Lafazh yang lebih jelas maknanya daripada makna lafazh zhahir yang diambil dari si
pembicaranya bukan dari rumusan bahasa itu sendiri.”
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa nash mempunyai tambahan kejelasan.
Tambahan kejelasan tersebut tidak diambil dari rumusan bahasanya, melainkan timbul dari
pembicara sendiri yang bisa diketahui dengan qarinah.
Atas dasar uraian tersebut, Muhammad Adib Salih berkesimpulan bahwa yang dimaksud nash itu
adalah:
“Nash adalah suatu lafazh yang menunjukkan hukum dengan jelas, yang diambil menurut alur
pembicaraan, namun ia mempunyai kemungkinan ditakshish dan takwil yang kemungkinannya
lebih lemah daripada kemungkinan yang terdapat dari lafazh zhahir. Selain itu, ia dapat dinasikh
pada zaman risalah (zaman Rasul).”
Sebagai contoh adalah ayat Al-Qur’an, seperti yang dijadikan contoh dari lafazh zhahir.
.‫َو َاَح َّل ُهللا اْلَبْيَع َو َح َّر َم الِّر َبى‬
Dilalah nash dari ayat tersebut adalah tidak adanya persamaan hukum antara jual beli dan riba.
Pengertiannya diambil dari susunan kalimat yang menjelaskan hukum. Di sini nash lebih
memberi kejelasan daripada zhahir (halalnya jual beli dan haramnya riba) karena maknanya
diambil dari pembicaraan bukan dari rumusan bahasa.
2. Pengertian Syari’ah
Dilihat dari sudut kebahasaan kata, syari’ah bermakna “Jalan yang lapang atau jalan yang dilalui
air terjun.”
Syari’ah adalah semua yang disyari’atkan Allah untuk kaum muslimin baik melalui Al-Qur’an
ataupun melalui Sunnah Rasul.
Syari’ah itu adalah hukum-hukum yang disyari’atkan Allah bagi hamba-hamba Nya (manusia)
yang dibawa oleh para Nabi, baik menyangkut cara mengerjakannya yang disebut far’iyah
amaliyah (cabang-cabang amaliyah). Dan untuk itulah fiqih dibuat, atau yang menyangkut
petunjuk beri’tiqad yang disebut ashliyah i’tiqadiyah (pokok keyakinan), dan untuk itu para
ulama menciptakan ilmu kalam (ilmu tauhid).
Pengertian syari’ah menurut Syaikh Mahmud Shaltut yakni, syari’at menurut bahasa ialah tempat
yang didatangi atau dituju manusia dan binatang untuk minum air. Menurut istilah ialah hukum-
hukum dan tata aturan yang disyari’atkan Allah buat hamba-Nya agar mereka mengikuti dan
berhubungan antar sesamanya.
Perkataan syari’ah tertuju pada hukum-hukum yang diajarkan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi
Muhammad SAW. Kemudian dimasukkan kedalamnya hukum-hukum yang telah disepakati (di
ijma’) oleh para sahabat Nabi, tentang masalah-masalah yang belum ada nashnya dan yang
belum jelasa dalam Al-Qur’an ataupun as-Sunnah (masalah yang di ijtihad), juga dimasukkan
kedalamnya hokum-hukum yang ditetapkan melalui qiyas. Dengan perkataan lain syari’at itu
adalah hukum-hukum yang telah dinyatakan dan ditetapkan oleh Allah sebagai peraturan hidup
manusia untuk diimani, diikuti dan dilaksanakan oleh manusia didalam kehidupannya.
Pengertian syari’ah menurut Muhammad Salam Maskur dalam kitabnya al-Fiqh al-Islamy. Salah
satu makna syari’ah adalah jalan yang lurus.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-Jaatsiyah: 18
)18 :‫ (الجاثية‬. ‫ُثَّم َجَع ْلَنَك َع َلى َش ِر ْيَعٍة ِّم َن ْاَألْم ِر َفاَّتِبْع َهاَو َال َتَّتِبْع َاْهَو آَء اَّلِذ ْيَن َالَيْع َلُم ْو َن‬
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu,
maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak
mengetahui.” (QS. Al-Jaatsiyah: 18)
para fuqaha memakai kata syari’ah sebagai nama bagi hukum yang ditetapkan Allah untuk para
hamba-Nya dengan perantara Rasul-Nya, supaya para hamba-Nya itu melaksanakannya dengan
dasar iman, baik hukum itu mengenai lahiriah maupun yang mengenai akhlak dan aqaid,
kepercayaan dan bersifat batiniah.
Menurut asy-Syatibi di dalam kitabnya al-Muwafaqat, “Bahwa syari’ah itu adalah ketentuan
hukum yang membatasi perbuatan, perkataan dan i’tiqad, orang-orang mukallaf.”
Demikianlah makna syari’at, akan tetapi jumhur mutaakhirin telah memakai kata syari’ah untuk
nama hukum fiqh atau hukum Islam, yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf. Atas dasar
pemakaian ini, timbul perkataan: Islam itu adalah aqidah dan syari’ah sebagaimana dikemukakan
Syekh Mahmud Shaltut. Syari’ah Islam adalah syari’ah penutup, syari’ah yang paling umum,
paling lengkap, dan mencakup segala hukum, baik yang bersifat keduniaan maupun keakhiratan
2.5 Pengertian Ijtihad dan Perbedaan Mazdhab
1. Ijtihad
Pengertian Ijtihad
Dari segi bahas ijtiad berarti mengerjakan sesuatu dengan segala kesungguhan. Sedangkan
menurut pengertian syara’ ijtihad adalah menggunakan seluruh kesanggupan untuk menetapkan
hukum syara’ dengan jalan mengeluarkan dari kitab dan sunah-sunah.
Adapun pengertian ijtihad adalah mencurahkan segala tenaga (pikiran) untuk menemukan
hukum agama (syara’) melalui salah satu dalil syara’ dan dengan cara tertentu. Tanpa dalil syara’
dan tanpa cara tertentu, maka hal tersebut merupakan pemikiran dengan kemauan sendiri semata-
mata dan hal tersebut tidak dinamakan ijtihad
Ijtihad mempunyai peranan yang penting dalam kaitannya pengembangan hukum Islam.
Sebab, dalam kenyataannya di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat Muhkamat (jelas
kandungannya) dan ada yang Mutasyabihat (memerlukan penafsiran (belum terang). Dari sinilah,
sehingga ajaran Islam selalu menganjurkan agar manusia menggunakan akalnya. Apalagi agama
Islam sebagai Rahmatan lil Alamin (Rahmat bagi seluru alam) membuat kesediaannya dalam
menerima perkembangan yang dialami umat manusia. Sehingga secara pasti cocok dan tepat
untuk diterapkan dalam setiap waktu dan tempat. Maka peranan ijtihad semakin penting untuk
membuktikan keluasan dan keluwesan hukum Islam.

2. Perbedaan Mazdhab
Menurut bahasa mazdhab berarti “Jalan atau tempat yang dilalui.” Menurut istilah para Faqih
Mazdhab mempunyai dua pengertian yaitu:
1. Pendapat salah seorang Imam Mujtahid tentang hukum suatu masalah.
2. Kaidah-kaidah istinbath yang dirumuskan oleh seorang imam.
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa pegertian mazdhab adalah: “Hasil ijtihad
seorang imam (Mujtahid Mutlaq Mustaqil) tentang hukum suatu masalah atau tentang kaidah-
kaidah istinbath.”
Dengan demikian,bahwa pengertian bermazdhab adalah: “Mengikuti hasil ijtihad seorang imam
tentang ukum suatu masalah atau tentang kaidah-kaidah istinbath.
Orang yang melakukan ijtihad disebut Mujtahid. Para Imam Mujtahid seperti Imam Hanafi,
Maliki, Syahi’i dan Imam Ahmad bin Hambali, sudah cukup dikenal di Indonesia oleh sebagian
besar umat Islam. Untuk mengetahui pola pemikiran masing-masing Imam Mazdhab bagi
seseorang itu sangat terbatas, bahkan ada yang cenderung hanya ingin mendalami mazdhab
tertentu saja. Hal ini disebabkan, karena pengaruh lingkungan atau karena ilmu yang diterima
hanya dari ulama/guru yang menganut suatu mazdhab saja.
Menganut suatu aliran mazdhab saja, sebenarnya tidak ada larangan, tetapi jangan hendaknya
menutup pintu rapat-rapat, sehingga tidak dapat melihat pemikiran-pemikiran yang ada pada
mazdhab yang lain yang juga bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Hal ini
dimaksudkan, agar seseorang tidak fanatik kepada suatu mazdhab.
Andaikata sukar menghindari kefanatikan kepada suatu mazdhab, sekurang-kurangnya
mampu menghargai pendapat orang lain yang berbeda dengan pendapatnya.
Dibawah ini akan dikemukakan beberapa tokoh Imam Mazdhab.
A. IMAM HANAFI
Dasar-dasar mazdhab Imam Hanafi dalam menetapkan suatu hukum.
1. Al Kitab
Al Kitab adalah sumber pokok ajaran Islam. Segala permasalahan hukum agama merujuk kepada
al-Kitab tersebut atau kepada jiwa kandungannya.
2. As-Sunnah
As-Sunnah adalah berfungsi sebagai penjelasan al-Kitab, merinci yang masih bersifat umum
(global).
3. Aqwalush Shahabah (perkataan sahabat)
Perkataan sahabat memperoleh posisi yang kuat dalam pandangan Abu Hanifah. Karena
menurutnya, mereka adalah orang-orang yang membawa ajaran Rasul sesudah generasinya.
4. Al-Qiyas
Abu Hanifah berpegang kepada Qiyas. Apabila ternyata dalam Al-Qur’an, Sunnah atau
perkataan sahabat tidak beliau temukan.
5. Al-Istihsan
6. Urf
Pendirian beliau adalah mengambil yang sudah diyakini dan dipercayai dan lari dari keburukan
serta mempertahankan muamalah-muamalah manusia dan apa yang mendatangkan maslahat bagi
mereka. Beliau melakukan segala urusan (bila tidak ditemukan dalam Al-Qur’an, Sunnah, Ijmak
atau Qiyas, dan apabila tidak baik dilakukan dengan cara Qiyas) beliau melakukannya atas dasar
istihsan selama dapat dilakukannya. Apabila tidak dapat dilakukan istihsan, beliau kembali
kepada Urf manusia.
B. IMAM MALIKI BIN ANAS
Dasar-dasar mazdhab Imam Maliki.
1. Al-Qur’an
2. Sunnah Rasul yang beliau pandang sah.
3. Ijmak para ulama Madinah, tetapi kadang-kadang beliau menolak hadist apabila ternyata
berlawanan/tidak diamalkan oleh para ulama Madinah.
4. Qiyas
5. Istishlah (Mashalihul Mursalah)

C. IMAM SYAFI’I
Dasar-dasar hukum yang dipakai Imam Syafi’i.
Mengenai dasar-dasar hukum yang dipakai oleh Imam Syafi’i sebagai acuan pendapatnya
termaktub dalam kitabnya ar-Risalah sebagai berikut:
1. Al-Qur’an
2. As-Sunnah
Beliau mengambil sunnah tidaklah mewajibkan yang mutawatir saja, tetapi yang ahad pun
diambil dan dipergunakan pula untuk menjadi dalil, asal telah mencukupi syarat-syaratnya, yakni
selama perawi hadist itu orang kepercayaan, kuat ingatan dan bersambung langsung sampai
kepada Nabi SAW.
3. Ijmak
Dalam arti bahwa para sahabat semuanya telah menyepakatinya
4. Qiyas
Imam Syafi’i memakai Qiyas apabila dalam ketiga dasar hukum diatas tidak tercantum, juga
dalam keadaan memaksa.
5. Istidlal (Istishhab)

D. IMAM AHMAD BIN HAMBALI


Imam Hambali dalam menetapkan suatu hukum adalah dengan berlandaskan kepada dasar-dasar
sebagai berikut:
1. Nash Al-Qur’an dan Hadist, yakni apabila beliau mendapatkan nash, maka beliau tidak lagi
memperhatikan dalil-dalil yang lain dan tidak memperhatikan pendapat-pendapat sahabat yang
menyalahinya.
2. Fatwa Sahaby, yaitu ketika beliau tidak memperoleh nash dan beliau mendapati suatu
pendapat yang tidak diketahuinya, bahwa hal itu ada yang menentangnya, maka beliau
berpegang kepada pendapat ini, dengan tidak memandang bahwa pendapat itu merupakan Ijmak.
3. Pendapat sebagian sahabat yaitu apabila terdapat beberapa pendapat dalam suatu masalah,
maka beliau mengambil mana yang lebih dekat kepada Al-Qur’an dan Sunnah.
4. Hadist Mursal atau Hadist Daif. Hadist Mursal atau Hadist Daif akan tetap dipakai, jika tidak
berlawanan dengan sesuatu atsar atau dengan pendapat seorang sahabat.
5. Qiyas, baru beliau pakai apabila beliau memang tidak memperoleh ketentuan hukumnya
pada sumber-sumber yang disebutkan pada poin 1-4 diatas.

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Al-Qur’an merupakan sumber utama yang dijadikan oleh para mujtahid dalam menentukan
hukum ajaran Islam. Karena segala permasalahan hukum agama merujuk kepada Al-Qur’an
tersebut atau kepada jiwa kandungannya. Apabila penegasan hukum yang terdapat dalam Al-
Qur’an masih bersifat global, maka hadist dijadikan sumber hukum kedua, yang mana berfungsi
menjelaskan apa yang dikehendaki Al-Qur’an. Sumber hukum yang lain adalah Ijmak dan Qiyas.
Ijmak dan Qiyas merupakan sumber pelengkap, yang mana wajib diikuti selama tidak
bertentangan dengan nash syari’at yang jelas.
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususna bagi pembaca dan jangan cepat puas dengan
satu pembahasan/materi saja.

Anda mungkin juga menyukai