PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
1.
C. Tujuan
1.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
D. Klasifikasi preeklamsia
Menurut wiknjosastro (2008) preeklamsia dibagi menjadi:
1. Preeklamsia ringan
Penderita preeklasiaringan masih membaik dengan istirahat,
mengurangi aktivitas dan memperbaiki asupan gizi serta
protein,penderita preeklamsia ringan idealnya harus dirawat inap, tetapi
dengan pertimbangan efesiensi, perawatan penderita dapat dilakuan
diluar RS dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Rawat jalan- istirahat cukup (berbaring/tidur miring); diet cukup
protein ,rendah karbohidrat, dan lemak , roboransa,dan penderita
diminta datang kembali setiap minggu.
b. Rawat inap- penderita preeklamsia ringan harus dirawat di RS bila :
1) Gejala klinis tidak membaik setelah 2 minggu rawat jalan
2) Timbul salah satu atau lebih gejala dan tanda preeklamsia berat.
2. Preeklamsia berat
Pengobatan preeklamsia berat bertujuan
a. Mencegah eklamsia
b. Memperbesar kemungkinan hidup anak yang lahir
c. Sedapat mungkin meminimalisasi trauma persalinan serta
menghindari penyulit dikehamila/ persalinan berikutnya
d. Mencegah hipertensi persisten
E. Pencegahan
Beberpa metode pencegahan preeklamsia yang pernah digunakan antara
lain:
1. Perbaikan nutrisi-diet rendah, garam dan tinggi protein;
Suplementasi,kalsium, magnesium, seng dan linoleat.
2. Intervensi farmokologi- anti- hipertensi, diuretik, teofili , dipiridemol,
asam asetil selisilat (Aspirin), heparin, antioksidan (vitamin c, a-toferol/
vitamin E ketan serin dan lain-lain).
F. Komplikasi
1. Stroke
2. Hipoxia janin
3. Gagal ginjal
4. Kebutaan
5. Gagal jantung
6. Kejang
7. Distress fetal
8. Infark plasenta
9. Kematian janin
G. Penatalaksanaan
1. Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), refleks, dan kondisi
janin.
2. Konseling pasien dan keluarganya tentang tanda-tanda bahaya
preeklampsia dan eklampsia.
3. Lebih banyak istirahat
4. Diet biasa
5. Tidak perlu diberi obat-obatan
Pada eklamsia
H. Penyimpangan KDM
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data subjektif
a) Umur biasanya sering terjadi pada primigravida < 20 tahun atau
> 35 tahun.
b) Riawat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi,
edema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan
kabur.
c) Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia,
vascular etensial, hipertensi kronik, DM.
d) Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, molahidatidosa,
hidramion, serta riwayat kehamilan dengan preeklamsia atau
eklamsia sebelumnya.
e) Pola nutrisi: jenis makanan yang di komsumsi baik makanan
pokok maupun selingan
f) psikososial spiritual: emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan, oleh karenanya perluh kesiapan moral untuk
menghadapi resikonya
2. data objektif
a) Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam.
b) Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema.
c) Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal
distress.
d) Perkusi : untuk mengetahui reflex patella sebagai syarat
pemberian SM (jika reflex +).
e) Pemeriksaan penunjang : vital sign yang diukur dalam posisi
terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam.
1) Laboratorium : proteinuria dengan kateter atau
midstream (biasanya meningkat, serum kreatinin
meningkat, uric acid biasanya > 7 mg / 100 ml).
2) Berat badan 1 peningkatan lebih dari 1kg /minggu.
3) Tingkat kesadaran : penurunan GCS sebagai tanda
kelainan otak.
4) USG : untuk mengetahui keadaan janin.
5) NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin.
B. Diagnosa keperawatan
1. Pola napas inefektif berhubungan dengan peningkatan kebutuhan O2
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan COP
3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai O2,
kelemahan fisik.
C. Intervensi
1. Pola napas inefektif b/d peningkatan kebutuhan O2
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 60 menit
pola napas kembali normal.
Kriteria hasil : bebas dari sianosis poa napas normal, RR : 24x/menit
Intervensi : - Evaluasi pernapasan frekuensi dan kedalaman.
- Auskultasi bunyi napas.
- Atur posisi pasien semi fowler.
- Kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi.
2. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan COP
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 60 menit
diharapkan kebutuhan O2 terpenuhi.
Kriteria hasil : CRT < 2 detik, tidak terjadi sianosis.
Intervensi : - Catat frekuensi dan kedalaman pernapasan, penggunaan
otot bantu.
- Pantau vital sign.
- Pantau BAC
- Kolaborasi pemberian intravena larutan elektrolit
PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA