Anda di halaman 1dari 14

KEWARGANEGARAAN

FILSAFAT PANCASILA
Dosen Pengampu : Wahyu Joko Saputra, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :
Desi Duwiyana
P1337424523051

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MAGELANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN AJARAN 2023/2024
A. PENGERTIAN FILSAFAT DAN FILSAFAT PANCASILA

A. Secara etimologis istilah


”filsafat“ atau dalam bahasa
Inggrisnya “philosophi”
B. adalah berasal dari bahsa
Yunani “philosophia” yang
secara lazim
C. diterjemahkan sebagai
“cinta kearifan” kata
philosophia tersebut berasal
dari
D. kata “philos” (pilia,
cinta) dan “sophia”
(kearifan). Berdasarkan
pengertian
E. bahasa tersebut filsafat
berarti cinta kearifan. Kata
kearifan bisa juga berarti
F. “wisdom” atau
kebijaksanaan sehingga
filsafat bisa juga berarti
cinta
G. kebijaksanaan
H. Secara etimologis istilah
”filsafat“ atau dalam bahasa
Inggrisnya “philosophi”
I. adalah berasal dari bahsa
Yunani “philosophia” yang
secara lazim
J. diterjemahkan sebagai
“cinta kearifan” kata
philosophia tersebut berasal
dari
K. kata “philos” (pilia,
cinta) dan “sophia”
(kearifan). Berdasarkan
pengertian
L. bahasa tersebut filsafat
berarti cinta kearifan. Kata
kearifan bisa juga berarti
M. “wisdom” atau
kebijaksanaan sehingga
filsafat bisa juga berarti
cinta
N. kebijaksanaan
O. Secara etimologis istilah
”filsafat“ atau dalam bahasa
Inggrisnya “philosophi”
P. adalah berasal dari bahsa
Yunani “philosophia” yang
secara lazim
Q. diterjemahkan sebagai
“cinta kearifan” kata
philosophia tersebut berasal
dari
R. kata “philos” (pilia,
cinta) dan “sophia”
(kearifan). Berdasarkan
pengertian
S. bahasa tersebut filsafat
berarti cinta kearifan. Kata
kearifan bisa juga berarti
T. “wisdom” atau
kebijaksanaan sehingga
filsafat bisa juga berarti
cinta
U. kebijaksanaan
Secara etimologis istilah ”filsafat“ atau dalam bahasa Inggrisnya “philosophi” berasal dari
bahsa Yunani “philosophia” yang artinya “cinta kearifan”. Kata philosophia tersebut berasal
dari kata “philos” (pilia, cinta) dan “sophia” (kearifan) yang berarti cinta kearifan. Kata
kearifan bisa juga berarti “wisdom” atau “kebijaksanaan” sehingga filsafat bisa juga berarti
cinta kebijaksanaan. Jadi filsafat adalah suatu kebijaksanaan hidup untuk memberikan suatu
pandangan hidup yang menyeluruh berdasarkan refleksi atas pengalaman hidup maupun
pengalaman ilmiah yang bermanfaat bagi peradaban manusia.

Nilai filsafat berwujud kebenaran sedalam-dalamnya, fundamental, universal, dan hakiki.


Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat, yaitu filsafat dalam arti proses, dan filsfat dalam
arti produk atau hasil. Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat
pancasila sebagai pandangan hidup maupun filsafat pancasila dalam arti praktis. Oleh karena
itu, pancasila memiliki fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam bersikap,
bertingkah laku, dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat
maupun bernegara.
Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang
mendalam yang dilakukan oleh the founding fathers Indonesia, yang di tuangkan dalam suatu
sistem. Secara umum, filsafat pancasila merupakan hasil berfikir atau pemikiran yang sedalam-
dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya, dan diyakini sebagai kenyataan,
norma-norma, dan nilai-nilai yang benar, adil, bijaksana, dan paling sesuai dengan kehidupan
dan kepribadian bangsa Indonesia. Filsafat pancasila kemudian dikembangkan oleh Soekarno
sejak 1955 sampai kekuasaannya berakhir pada 1965. Pada saat itu Soekarno selalu menyatakan
bahwa pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi
Indonesia, serta merupakan akulturasi budaya India (hindu-buddha), Barat (Kristen), dan Arab
(Islam).

Filsafat pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat praktis, sehingga filsafat pancasila tidak
hanya mengandung pemikiran yang sedalam-dalamnya atau tidak hanya bertujuan mencari,
tetapi hasil pemikiran yang berwujud filsafat pancasila dipergunakan sebagai pedoman hidup
sehari-hari (way of life atau weltanschauung) agar hidup bangsa Indonesia dapat mencapai
kebahagiaan lahir dan batin.

B. PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT

Pancasila yang terdiri dari atas lima sila pada hakikatnya merupakan system filsafat. Sistem
adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan serta saling bekerja sama untuk
satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Umumnya
system memiliki ciri-ciri:

 Suatu kesatuan bagian-bagian


 Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
 Saling berhubungan dan ketergantungan
 Memiliki tujuan bersama (tujuansistem)
 Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks

Setiap sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu asa sendiri. Dasar filsafat Negara
Indonesia terdiri atas lima sila yang masing-masing merupakan suatu asas peradaban, sila-sila
pancasila itu bersama-sama merupakan suatu kesatuan dan keutuhan. Sila-sila pancasila yang
merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan organis. Antara sila –sila
pancasila itu saling berkaitan, saling berhubungan, bahkan saling mengkualifikasi. Jadi,
pancasila pada hakikatnya merupakan sistem, dalam pengertian bahwa bagian sila-silanya saling
berhubungan secara erat hingga membentuk suatu struktur yang menyeluruh. Pancasila sebagai
suatu sistem juga dapat dipahami dari pemikiran dasar yang terkandung dalam pancasila, yaitu
pemikiran tentang manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan
dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dan dengan masyarakat bangsa yang nilai-nilainya
telah dimiliki oleh bangsa Indonesia.

C. OBJEK FILSAFAT PANCASILA

Menurut E. C. Enwing dalam bukunya Fundamental Questions of Philosophy (1962)


menyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan pokok filsafat (secara tersirat menunjukan objek
filsafat), yaitu Truth (kebenaran), Matter (materi), Mind (pikiran), The Relation of matter and
mind (hubungan antara materi dan pikiran), Space and Time (ruang dan waktu), Cause (sebab-
sebab), Freedom (kebebasan), Monism versus Pluralism (serba tunggal lawan serba jamak), dan
God (Tuhan). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa objek filsafat adalah segala sesuatu
yang berwujud dalam sudut pandang dan kajian yang mendalam (radikal). Secara lebih
sistematis para ahli membagi objek filsafat ke dalam objek material dan objek formal. Objek
material adalah objek yang secara wujudnya dapat dijadikan bahan telaahan dalam berfikir,
sedangkan objek formal adalah objek yang menyangkut sudut pandang dalam melihat objek
material tertentu.

Menurut Endang Saefudin Anshori (1981) objek material filsafat adalah sarwa yang ada
(segala sesuatu yang berwujud), yang pada garis besarnya dapat dibagi atas tiga persoalan pokok
yaitu hakikat Tuhan, hakikat alam dan hakikat manusia. Sedangkan objek formal filsafat ialah
usaha mencari keterangan secara radikal terhadap objek material filsafat. Dengan demikian objek
material filsafat mengacu pada substansi yang ada dan mungkin ada yang dapat difikirkan oleh
manusia, sedangkan objek formal filsafat menggambarkan tentang cara dan sifat berfikir
terhadap objek material tersebut, dengan kata lain objek formal filsafat mengacu pada sudut
pandang yang digunakan dalam memikirkan objek material filsafat.
D. ONTOLOGI PANCASILA

Manusia sebagai pendukung pokok sila–sila pancasil secara ontologi memiliki hal–hal yg
mutlak, yaitu terdiri dari susunan kodrat, raga, serta jiwa jasmani dan rohani. Sifat kodrat
manusia ialah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, serta kedudukan kodrat manusia
sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh
karena itu, kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan sebagai makhluk Tuhan
yang mendasari bahwa secara hierarkis sila pertama mendasari dan menjiwai keempat sila – sila
Pancasila.

 Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa


Tuhan sebagai asal mula segala sesuatu, tuhan adalah mutlak, sempurna dan kuasa, tidak
berubah, tidak terbatas sebagai pengatur tata tertib alam.
 Sila kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab
Negara adalah lembaga kemanusiaan, yg diadakan oleh manusia .
 Sila ketiga : Persatuan Indonesia
Persatuan ialah sebagai akibat adanya manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Adapun hasil persatuan adalah rakyat, sehingga rakyat merupakan unsur pokok negara.
 Sila keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat Kebijaksanaan dalam
permusyawaratan dan perwakilan
Kerakyatan yaitu kesesuaiannya dengan hakikat rakyat.
 Sila kelima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Keadilan sosial didasari dan dijiwai oleh sila kedua yaitu kemanusiaan yg adil dan
beradab.

E. EPITEMOLOGI PANCASILA

Sebagai suatu ideologi maka pancasila memiliki tiga unsur pokok agar dapat menarik
loyalitas dan pendukungnya yaitu logos (rasionalitas atau penalaran), pathos (penghayatan), dan
ethos (kesusilaan). Dasar epitemologi pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan
dasar ontologinya. Pancasila sebagai suatu ideologi bersumber pada nilai-nilai dasarnya yaitu
filsafat pancasilaa. Terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologi yaitu tentang
sumber pengethuan manusia, tentang teori kebenaran pengetahuan manusia, dan tentang watak
pengetahuan manusia. Adapun potensi atau daya untuk meresapkan pengetahuan atau
transformasi pengetahuan terdapat tingkatannya, yaitu demonstrasi, imajinasi, asosiasi, analogi,
refleksi, intuisi, inspirasi dan ilham.

F. AKSIOLOGI PANCASILA

Aksiologi adalah ilmu yang mengkaji tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Jadi
Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari
pengetahuan. Sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia jika kita bisa
memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan di jalan yang baik,
karena pada akhir-akhir ini banyak sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan namun
dimanfaatkan di jalan yang tidak benar.

Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai.
Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan
moral suatu Masyarakat, sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh Masyarakat
dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan
bencana.

G. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA

Pancasila sebagai ideologi negara ialah nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila
menjadi cita-cita normatif di dalam penyelenggaraan negara. Secara luas, pancasila sebagai
ideologi bangsa dan negara merupakan visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa
dan bernegara di Indonesia, yaitu terwujudnya kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan,
nilai kemanusiaan, kesadaran akan kesatuan, berkerakyatan serta menjunjung tinggi nilai
keadilan.

Secara umum, makna dari pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara ialah Pancasila
sebagai dasar sistem kenegaraan untuk seluruh warga negara Indonesia yang berdasar cita-cita
bangsa. Selain itu, pancasila juga bermakna sebagai nilai integratif negara. Berikut adalah
penjelasan dari makna pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara.

 Sebagai cita-cita negara


Ideologi Pancasila sebagai cita-cita negara berarti bahwa nilai-nilai dalam pancasila
diimplementasikan sebagai tujuan atau cita-cita dari penyelenggaraan pemerintahan
negara. Secara luas dapat diartikan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi
pancasila menjadi visi dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Visi
yang dimaksud adalah terwujudnya kehidupan yang berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa,
berperikemanusiaan, menjunjung tinggi persatuan, pro rakyat, serta adil dan makmur.
Dengan begitu, sudah sewajarnya apabila pancasila diamalkan dalam seluruh aspek
kehidupan. Misalnnya, dalam bidang politik terdapat pemilihan umum yang dilakukan
secara langsung, sebagai perwujudan dari sila ke-empat. Serta penetapan kebijakan-
kebijakan yang lebih mementingkan kepentingan rakyat dari pada kepentingan pribadi
atau golongan, hal itu sesuai dengan pancasila sila kelima.
 Sebagai nilai integratif bangsa dan negara
Pancasila sebagai ideologi negara yang diwujudkan dalam nilai integratif bangsa dan
negara membuat pancasila menjadi sarana untuk menyatukan perbedaan bangsa
Indonesia. Seperti yang kita ketahui, negara Indonesia terdiri dari berbagai suku, agama,
dan ras yang berbeda. Tanpa adanya sebuah sarana untuk menyatukan perbedaan
tersebut, persatuan dan kesatuan bangsa akan sulit dicapai. Disitulah makna dari
pancasila sebagai integratif bangsa dan negara memegang peran yang penting untuk
persatuan dan kesatuan. Sebagai wujud nilai bersama yang menjadi pemecah konflik atau
penyetara kesenjangan sosial.

Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerayakyatan dan


keadilan. Nilai ini merupakan nilai dasar bagi kehidupan kenegaraan, kebangsaan, dan
kemasyarakatan. Nilai-nilai pancasila sebagai ideologi bersifat objektif dan subjektif. Nilai-nilai
pancasila bersifat objektif, yaitu rumusan dari sila-sila pancasila memiliki makna yang terdalam,
inti dari nilai pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa Indonesia, serta
pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara yang
mendasar. Sedangkan nilai-nilai pancasila bersifat subjektif, yaitu bahwa keberadaan nilai-nilai
pancasila itu bergantung atau terlekat pada bangsa Indonesia itu sendiri. Hal itu dapat
dijelaskan karena nilai-nilai pancasila itu timbul dari bangsa Indonesia, merupakan pandangan
hidup bangsa Indonesia, dan di dalamnya terkandung nilai-nilai kerohanian.

H. PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Pancasila sebagai dasar negara merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur
pemerintahan negara atau pancasila merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan
negara. Konsekuensinya seluruh pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, terutama segala
peraturan perundang-undangan termasuk proses reformasi dalam segala bidang dijabarkan dan
diderivasikan dari nilai-nilai pancasila. Maka, Pancasila merupakan sumber dari segala sumber
hukum, pancasila merupakan sumber kaidah hukum negara yang secara konstitusional mengatur
negara Republik Indonesia beserta seluruh unsur-unsurnya yaitu rakyat, wilayah, serta
pemerintahan negara. Sebagai dasar negara, pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang
meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum. Sehingga merupakan suatu sumber nilai,
norma, serta kaidah, baik moral maupun hukum negara, dan menguasai hukum dasar baik yang
tertulis atau yang tidak tertulis.

Dalam kedudukannya sebagai dasar negara, pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara
hukum, sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sebagai sumber tertib hukum Indonesia
maka pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu pembukaan UUD 1945, kemudian
dijelmakan atau dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran, yang meliputi suasana
kebatinan dari UUD 1945, yang pada akhirnya dikongkritisasikan dalam pasal-pasal UUD 1945,
serta hukum positif lainnya.

Prinsip bahwa norma hukum bertingkat dan berjenjang, termanifestasikan dalam UU Nomor
12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang tercermin pada pasal 7
yang menyebutkan jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan, yaitu sebagai berikut:

 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
 Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
 Peraturan Pemerintah
 Peraturan Presiden
 Peraturan Daerah Provinsi
 Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

DAFTAR PUSTAKA

Chandrawinata, Andhyn. Pengertian Pancasila Secara Etimologis, Historis, & Terminologis

Maulidi, Achmad. 2016. Pengertian Filsafat (Filosofi)

Dwi Tama, Rizco.2012. Pengertian Filsafat Pancasila, Objek, Cabang Filsafat dan Kedudukan
Dalam Ilmu-ilmu Lain

Fadilahainys. (2019, Maret 9). Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Ideologi Negara

Saifudin, I. (2017). Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Jember: Universitas


Muhammadiyah Jember.

Anda mungkin juga menyukai